PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Kemajuan teknologi di bidang kesehatan yang ada pada saat ini memberi
kemudahan bagi para praktisi kesehatan untuk mendiagnosa penyakit serta menentukan
jenis pengobatan bagi pasien. Salah satu bentuk kemajuan tersebut adalah penggunaan alat
CT SCAN OTAK dan MS, MRI (Magnetic Resonance Imaging), ANGIOGRAFI
CEREBRAL DAN LUMBAL FUNCTIE untuk melakukan pencitraan diagnosa penyakit
pasien.
CT Scan ( Computed Tomography Scanner ) adalah suatu prosedur yang
digunakan untuk mendapatkan gambaran dari berbagai sudut kecil dari tulang tengkorak
dan otak. CT-Scan merupakan alat penunjang diagnosa yang mempunyai aplikasi yang
universal utk pemeriksaan seluruh organ tubuh, seperti sususan saraf pusat, otot dan
tulang, tenggorokan, rongga perut.
C. Tujuan
Alat-alat suntik
Spuit.
Kassa dan kapas
Alkohol
2. Peralatan non-steril
Pesawat CT-Scan
Media kontras
Tabung oksigen
d. Teknik Pemeriksaan
o Potongan Axial IV
Merupakan irisan axial yang ke empat
yang disebut tingkat medial ventrikel.
Criteria gambarnya tampak :
a. Anterior corpus collosum
b. Anterior horn dari ventrikel lateral kiri
c. Nucleus caudate
d. Thalamus
e. Ventrikel tiga
f. Kelenjar pineal (agak sedikit mengalami kalsifikasi)
g. Posterior horn dari ventrikel lateral kiri
o Potongan Axial V
Menggambarkan jaringan otak dalam
ventrikel medial tiga. Kriteria gambar
yang tampak :
a. Anterior corpus collosum
b. Anterior horn ventrikel lateral kiri
c. Ventrikel tiga
d. Kelenjar pineal
e. Protuberantia occipital interna
.
TUJUAN Lihat tujuan masing-masin pemeriksaan
KEBIJAKAN Dikerjakan oleh Radiographer dibawah pengawasan dokter
spesialis Radiologi
INDIKASI Pencitraan MRI dapat dilakukan pada sejumlah organ tubuh
guna mendeteksi kondisi tertentu, misalnya:
KEBIJAKAN
INDIKASI 1. Kelainan vaskuler cerebral
2. Aneurisma (pelebaran pembuluh darah)
3. Malforasi arterovaskuler
4. Melihat arteri dan vena cerebral
PROSEDUR Persiapan yang perlu dilakukan sebelum pasien menjalani
angiography adalah sebagai berikut:
1. Inform consent dan di berikan penjelasan kepada klien
tentang prosedur yang akan dilakukan (apa yang akan
terjadi pada klien, apa yang harus dilakukan oleh klien
pada saat dan setelah tindakan dilaksanakan).
2. Meminta persetujuan dari pasien dan keluarga pasien
3. Surat izin tindakan yang telah di tanda tangani pasien
4. kaji TTV dan status neurologik klien
5. tanyakan adanya riwayat alergi, apakah sedang hamil,
apakah menderita penyakit ginjal
6. puasakan klien 2-6 jam sebelum operasi, tergantung dari
jenis anastesi yang akan diberikan kepada klien.
7. lepaskan perhiasan, gigi palsu, atau barang-barang dari
logam, dan ganti pakaian klien dengan pakaian khusus
8. lakukan pemeriksaan darah lengkap
9. Analgesic diberikan pada klien (local, neuroleptic, atau
umum)
10. Prosedur selesai alat – alat di bersihkan dan di rendam.
.
DAFTAR Barbo,Leah., Garcia, Vanessa., Goishi, Lilli., Johnson,
PUSTAKA Jamie &Luna, Rebecca. (2002). Endovascular Coiling in
Cerebral Aneurysms. Diambil pada
darihttp://www.csufresno.edu/nursing/n140/studassign/Grp
3/grp3d.html
Brown, Jeffrey J.(2004).Medical Encyclopedia. diambil
pada tanggal 18 oktober 2017 dari
http://www.nlm.nih.gov/medilineplus/ency/article/003786/htm
General Electric Company (2006). Cerebral
Angiography. diambil pada tanggal 18 oktober 2017 dari
http://www. Medcyclopaedia.com/library/topic/volume-
i/m/cerebralangiography
Sherwood (2001). Physiologic from Cell to System.
(Brahma U. Pendit, Penerjemah), EGC : Jakarta. (Sumber asli
diterbitkan th 1996).
Smeltzer, Suzanne C. & Bare, Brenda G.
(2004). Brunner & Suddarth Textbook of Medical Surgical
Nursing.(H.Y. Kuncara dkk , Penerjemah),
Phylladelphia:Mosby.
Willinsky, R.A., et al (2003). Neurologic Complications
of Cerebral Angiography: Prospective Analysis of 2,899
Procedures and Review of the Literature .Diambil pada
tanggal 18 oktober 2017 dari:
http://www.neurologyindia.com/article.asp?issn=00283886;ye
ar=2005;volume=53;issue=1;spage=73;epage=77;aulast=Luko
sevicius
PROSEDUR PEMERIKSAAN LUMBAL FUNCTIE
PERSIAPAN ALAT
1. Sarung tangan steril
2. Duk luban
3. Kassa steril, kapas dan plester
4. Antiseptic: povidon iodine dan alcohol 70 %
5. Troleey
6. Baju steril
7. Jarum punksi ukuran 19, 20, 23 G.
8. Manometer spinal
9. Tempat penampung cairan serebrospinal steril x 3 (untuk
bakteriologi, sitologi dan biokimia)
10. Kom
11. Bengkok
12. Bak steril
13. Tromol
14. Korentang
15. Jarum anastesi
16. Lidokain
CARA BEKERJA
Tahap Orientasi
1. Perawat memastikan tidak ada kontraindikasi missal
infeksi kulit di lokasi pungsi
2. Berikan salam, panggil klien dengan namanya
(kesukaanya)
3. Perkenalkan nama dan tanggung jawab perawat
4. Jelaskan tujuan, prosedur dan lamanya tindakan pada
klien/keluarga
5. Perawat meminta pasien untuk BAK sebelum tindakan
lumbal pungsi
6. Pemberian informed consent
Tahap Kerja
1. Turunkan pakaian bawah sampai tidak menutupi
daerah lumbal L3-L5 dan baju dikeataskan.
2. Posisi tidur pasien dimiringkan kekiri atau kekanan,
kedua tangan dimasukkan diantara kedua kaki,
kemudian menekuk bagian tekuk dan lutut , sampai
lutut dan dagu hampir bertemu.Pertahankan agar posisi
pasien tetap seperti ini selama proses lumbal pungsi
3. Lumbal pungsi dilakukan oleh dokter
4. Daerah yang akan ditusuk didesinfeksi dengan iodine,
kemudian dengan kapas alkohol, tunggu sampai kering
5. Lakukan anastesi dengan menyuntikan lidokain di
daerah sekitar lumbal pungsi
6. Pada waktu dokter memasukkan jarum punksi, kepala
pasien ditekan, jika liquor sudah keluar, tekanan
dilepas, kepala hanya ditahan saja
7. Setelah liquor keluar, perawat melakukan : perawat
mengukur tekanan liquor, memasukkan cairan cerebro
spinalis satu sampai dua tetes, kedalam tabung none
dan pandy, menampung liquor kedalam botol kecil
untuk bahan pemeriksaan. Setelah liquor yang keluar
dianggap cukup, dokter mencabut jarum pungsi
8. Bekas tusukan ditekan dengan lidi kapas betadine,
kemudian ditutup dengan kain kasa lalu diplester
9. Botol yang berisi cairan cerebro spinalis diberi label
nama pasien,tanggal,ruang rawat dan jenis
pemeriksaan
10. Segera bawa spesimen ke laboratorium untuk dianalisis
Tahap Terminasi
1. Pasien dimiringkan dengan posisi telungkup biasanya 4-
8 jam, diperbolehkan untuk memutar badan dari satu sisi
ke sisi lain.
2. Evaluasi respon klien terhadap perubahan status
neurologik seperti perubahan kesadaran dan pupil,
kenaikan suhu, peningkatan tekanan darah, serta
iritabilitas seperti sensasi di ekstremitas bawah
3. Berikan reinforcement positif
4. Jika sakit kepala berikan analgetik, dianjurkan untuk
istirahat lebih lama dan banyak minum
5. Periksa lokasi pungsi secara berkala apakah ada
kebocoran cairan
6. Lakukan kontrak untuk kegiatan selanjutnya
7. Mengakhiri kegiatan dengan baik
.
DAFTAR SUMBER
PUSTAKA Potter dan Perry. 2006. Buku Ajar Fundamental Keperawatan :
Konsep, Proses dan Praktik. Vol 2. Jakarta: EGC
Rocca, et.al. 1998. Seri Pedoman Praktis: Terapi
Intravena. Edisi 2. Jakarta: EGC
Kozier, et al. 1995. Fundamental Of Nursing: Concepts,
process and practice 5th edition. California : Addison- Wesley
Hudak, et.,al. 1997. Keperawatan Kritis: Pendekatan Holistik.
Vol. 1. Jakarta: EGC
Brunner & Suddarth. 2002. Buku Ajar Keperawatan Medikal
Bedah. Vol. 1. Jakarta: EGC
Bagian Departemen Patologi Klinik
FKUNSRI.2012.Pemeriksaan Laboratorium Pada Penyakit
Susunan Saraf Pusat.UNSRI.
Swearingen, P. et al. 2001. Seri Pedoman Praktis:
Keseimbangan Cairan, Elektrolit dan Asam Basa. Edisi 2.
Jakarta: EGC
TUGAS 1
KEPERAWATAN MEDICAL BEDAH II
OLEH :
B. Saran
Demikian makalah ini saya buat, dan semoga bias bermanfaat bagi penulis dan pembaca.
Dan semoga kita bisa mengetahui tentang berbagai macam pemeriksaan seperti CT scan otak,
MRI, angiografi cerebral, lumbal functie dan cara pengoprasiannya lebih jelas lagi. Dan tentunya
makalah ini memiliki banyak sekali kekurangan, dan oleh sebab itu segala kritik dan saran yang
bersifat membangun sangat saya harapkan demi kesempurnaan makalah ini.