Anda di halaman 1dari 4

SOP BODY ALIGMENT

No. No. revisi Halaman


Dokumentasi

Tanggal terbit Dosen Pembimbing

Standar Prosedur
Operasional

Pengetian Body alignment adalah susunan gneometris dari bagian-bagian


tubuh yang saling berhubungan antara satu dengan yang lainya.
Body alignment yang baik akan membantu berfungsinya organ
tubuh secara maksimal dan dapat tersuport dengan baik
sebaliknya body alignment yang buruk akan menjauhkan
seseorang dari penampilan yang menarik dan berpengaruh
terhadap status kesehatan seseorang

Tujuan Untuk mengetahui ada atau tidaknya kelainan postur tubuh

Indikasi 1. kelainan pada tulang belakang misalnya lordosis, skoliosis,


khiposis

Persiapan Alat 1. Masker


2. Sarung tangan
Langkah kerja 1. Pra Interaksi
a. Periksa catatan perawatan dan catatan medis pasien
b. Kaji kebutuhan pasien
c. Siapkan peralatan
d. Kaji inspirasi dan validasi serta eksplorasi perasaan pasien
2. Fase Orientasi
a. Beri salam dan panggil pasien dengan nama yang ia
sukai
b. Tanya keluhan dan kaji gejala spesifik yang ada pada
pasien.
c. Jelaskan kepada pasien mengenai prosedur dan tujuan
tindakan yang akan dilakukan.
d. Berikan kesempatan kepada pasien dan keluarga untuk
bertanya sebelum tindakan dimulai.
e. Mintalah persetujuan pasien sebelum memulai tindakan
3. Fase kerja
a. Salam therapeutic
b. Cuci tangan
c. Identifikasi kembali pasien dan periksa tanda-tanda
vital

d. Memberitahu pasien bahwa tindakan akan segera


dimulai
e. Menyiapkan alat-alat sesuai kebutuhan
f. Posisikan pasien
g. Posisi berdiri
Lakukan inspeksi melalui sudut pandang secara :
Anterior,Lateral dan posterior. Pasien dalam posisi berdiri
dengan kepala tegak dan mata lurus kedepan serta bahu dan
pinggul harus lurus dan sejajar, apabila posisi tidak sesuai
dengan posisi berdiri yang benar maka dapat diidentifikasikan
bahwa ada gangguan pada otot dan tulang pasien.
h. Posisi duduk
Pada saat keadaan ini normalnya kepala dan dada akan akan
memiliki keadaan yang sama pada saat posisi berdiri yaitu
kepala pasien harus tegak lurus dengan leher dan verterba
kolumna telapak kaki lurus berpijak pada lantai. Pasien yang
dalam keadaan abnormal akan mengalami kelemahan otot atau
pralis otot serta adanya sensasi (kerusakan saraf)
i. Posisi berbaring
Letakan pasien pada posisi lateral semua bantal dan penyokong
posisi dipindahkan dari tempat tidur, kemudian tubuh ditopang
dengan kasur yang cukup dan vertebra harus lurus dengan alas
yang ada . apabila dijumpai kelainan pada pasien, maka
terdapat penurunan sensasi atau gangguan sirkulasi serta
adanya kelemahan.
j. Cara berjalan
Dikaji untuk mengetahui mobilitas dan kemungkinan resiko
cedera akibat dari terjatuh, pasien diminta berjalan sepanjang
10 langkah kemudian perawat memperhatikan hal-hal berikut
ini :
1) Kepala tegak, pandangan lurus kedepan, punggung
tegak.
2) Tumit menyentuh tanah terlebih dahulu sebelum jari-
jari kaki.
3) Langkah lembut, terkoordinasi dan ritmik
4) Mudah untuk memulai dan mengakhiri berjalan
5) Jumlah langkah per menit (pace) 70-100 X per menit,
kecuali pada orang tua mungkin 40 X per menit.
4. Fase Terminasi
a. Mencuci tangan
b. Mengkaji respon pasien (respon subjektif dan objektif)
c. Mendokumentasikan pada catatan keperawatan
Unit terkait 1. Ruangan rawat inap
2. Ruangan bersalin
3. UGD

Anda mungkin juga menyukai