Anda di halaman 1dari 33

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER GIGI

FKKGIK

BUKU PANDUAN SKILLS LAB


ORTODONSIA
BLOK 15

SEMESTER 6

FAKULTAS KEDOKTERAN, KEDOKTERAN GIGI DAN ILMU


KESEHATAN UNIVERSITAS PRIMA INDONESIAMEDAN
2023

SKILLS LAB
ORTODONSIA
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER GIGI
FKKGIK

IDENTITAS MAHASISWA

PAS PHOTO
3X4

Nama : …………………………………………………..

NIM : …………………………………………………..

Pembimbing : …………………………………………………..

SKILLS LAB
ORTODONSIA
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER GIGI
FKKGIK

PERATURAN DAN TATA TERTIB SKILLS LAB

1. Setiap mahasiswa diwajibkan mengikuti semua kegiatan skills lab.


2. Mahasiswa harus hadir sebelum skills lab dimulai dan mengisi daftar hadir yang
telah disediakan. Bagi yang terlambat lebih dari 10 menit tidak diperbolehkan
mengikuti kegiatan skills lab.
3. Di dalam ruang skills lab, mahasiswa harus memakai jas praktikum dan tanda
pengenal (badge nama). Jas praktikum dipakai sebelum memasuki ruangan
praktikum
4. Tidak diperkenankan keluar ruang skills lab selama skills lab berlangsung,
kecuali atas izin dosen pembimbing skills lab.
5. Selama kegiatan skills lab berlangsung, mahasiswa dilarang merokok, makan,
dan melakukan kegiatan serupa lainnya.
6. Setiap menjalani skills lab, masing-masing mahasiswa diharuskan membawa:
jurnal skills lab yang diberi sampul plastik, 1 buah kain lap/serbet untuk alas
tempat kerja, alat-alat serta bahan yang dibutuhkan untuk skills lab pada hari
tersebut.
7. Mahasiswa tidak boleh saling pinjam alat, alat dibawa per mahasiswa, jika alat
tidak lengkap, mahasiswa dipersilahkan keluar untuk melengkapi alat
praktikumnya baru boleh kembali ke ruang praktikum
8. Model/pekerjaan skills lab tidak boleh dibawa pulang, bagi mahasiswa yang
melanggar maka skills lab yang diikutinya dinyatakan batal.
9. Setiap tahap pekerjaan yang dinyatakan selesai harus ditandatangani oleh
pembimbing sebelum melanjutkan tahap pekerjaan berikutnya.
10. Mahasiswa bertanggung-jawab atas kebersihan ruang skills lab.
11. Bagi yang melanggar ketentuan di atas akan dikenakan sanksi.

RENTANG NILAI DAN SISTEM PENILAIAN

❖ Rentang Nilai
• A = 80 – 100
• B = 70 – 79,99
• C = 60 – 69,99
• D = 50 – 59,99
• E < 50
❖ Sistem Penilaian
Penilaian Acuan Patokan (PAP)

SKILLS LAB
ORTODONSIA
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER GIGI
FKKGIK

PERSIAPAN SKILLS LAB

Persiapan mahasiswa sebelum skills lab:


1. Mahasiswa harus membaca penuntun skills lab sebelum skills lab dimulai.
2. Mahasiswa harus mempersiapkan sendiri peralatan skills lab.
3. Bahan skills lab disediakan oleh fakultas.

Alat-alat yang harus disiapkan mahasiswa:


1. Tang ortodonti lurus
2. Tang ortodonti trifus
3. Tang ortodonti bertingkat
4. Penggaris besi
5. Jangka/kaliper
6. Busur derajat
7. Pensil 2B (mekanik) (0,5 mm)
8. Penghapus
9. Spidol permanen
10. Tang potong
11. Bunsen
12. Lecron/wax mass
13. Alas kerja
14. Selotip
15. Gunting
16. Penggaris segitiga siku-siku (2 buah)
17. Pensil Merah Biru
18. Pena cair

Bahan yang harus disiapkan mahasiswa:


1. Spiritus

SKILLS LAB
ORTODONSIA
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER GIGI
FKKGIK

KEGIATAN PRATIKUM

I. ANALISA MODEL DAN RUANG

Bahan dan Alat Praktikum:


a. Model stone, radiografi sesuai dengan model gigi bercampur
b. Buku panduan dan jurnal praktikum
c. Jangka / kaliper
d. Penggaris besi
e. Brass wire
f. Pena cair / spidol
g. Alas kerja

ANALISIS MODEL
Merupakan analisis tiga dimensi baik model secara individu maupun model dalam
keadaan oklusi.
1. Transversal (lateral)
a. Model secara individu
❖ Anterior : mesioversi, distoversi, diastema anterior, disto/mesio
labio/palato torsiversi
❖ Posterior : bukoversi, palatoversi
b. Model dalam keadaan oklusi
❖ Anterior : pergeseran midline
❖ Posterior : crossbite posterior unilateral / bilateral
2. Sagital (anteroposterior)
a. Model secara individu
❖ Anterior : labioversi, palatoversi
❖ Posterior : mesioversi, distoversi
b. Model dalam keadaan oklusi
❖ Anterior : overjet berlebih, anterior cross bite, edge to edge
❖ Posterior : relasi molar klas II, relasi molar klas III
3. Vertikal
a. Model secara individu

SKILLS LAB
ORTODONSIA
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER GIGI
FKKGIK

❖ Anterior dan posterior : infra versi dan supraversi


b. Model dalam keadaan oklusi
❖ Anterior : openbite anterior, deep bite
❖ Posterior : openbite posterior

ANALISIS RUANG
Dalam menganalisa kebutuhan ruang pada perawatan ortodonti, terdapat beberapa
terminologi antara lain:
1. Diskrepansi ruang, merupakan selisih antara ruang yang dibutuhkan dengan
ruang yang tersedia pada lengkung gigi
2. Ruang yang dibutuhkan (required space), merupakan jumlah lebar mesiodistal
gigi kaninus, premolar 1 dan premolar 2 yang belum/sedang/telah erupsi, serta
jumlah keempat gigi insisivus
3. Ruang yang tersedia (available space), merupakan lengkung gigi yang tersedia
yang akan ditempati oleh gigi geligi permanen pada kedudukan yang benar yang
dapat diukur pada model studi

𝒅𝒊𝒔𝒌𝒓𝒆𝒑𝒂𝒏𝒔𝒊 𝒓𝒖𝒂𝒏𝒈 = 𝒂𝒗𝒂𝒊𝒍𝒂𝒃𝒍𝒆 𝒔𝒑𝒂𝒄𝒆 − 𝒓𝒆𝒒𝒖𝒊𝒓𝒆𝒅 𝒔𝒑𝒂𝒄𝒆

Cara Mengukur Ruang yang Tersedia (Available Space)


A. Metode Nance
❖ Rahang Atas
1. Sediakan kawat tembaga (brass wire) kemudian dibentuk melengkung seperti
busur.
2. Posisikan brass wire dari mesial M1 kiri permanen, melewati fisur central
gigi posterior yang ada di depannya, melewati permukaan singulum gigi
insisivus yang posisinya ideal, kemudian menyusuri fisur central gigi
posterior kanan dan berakhir pada mesial M1 permanen kanan
3. Beri tanda pada brass wire dengan spidol sebagai penanda
4. Ukur dengan penggaris besi Panjang dari ujung kawat hingga penanda spidol
5. Catat hasil pengukuran sebagai tempat yang tersedia untuk rahang atas
❖ Rahang Bawah

SKILLS LAB
ORTODONSIA
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER GIGI
FKKGIK

1. Sediakan kawat tembaga (brass wire) kemudian dibentuk melengkung seperti


busur.
2. Posisikan brass wire dari mesial M1 kiri permanen, melewati cusp bukal gigi
posterior yang ada di depannya, melewati permukaan insisal gigi insisivus
yang posisinya ideal, kemudian menyusuri cusp bukal gigi posterior kanan
dan berakhir pada mesial M1 permanen kanan
3. Beri tanda pada brass wire dengan spidol sebagai penanda
4. Ukur dengan penggaris besi Panjang dari ujung kawat hingga penanda spidol
5. Catat hasil pengukuran sebagai tempat yang tersedia untuk rahang bawah

B. Metode Segmental
Metode ini digunakan apabila terdapat beberapa gigi yang mengalami malposisi
/ tidak sesuai dengan lengkung gigi, misalnya terdapat gigi geligi yang
mengalami torsi versi. Lengkung rahang gigi geligi permanen dibagi menjadi 6
segmen dengan perincian 3 segmen pada masing – masing regio. Hitung Panjang
masing – masing segmen menggunakan kawat atau caliper. Ilustrasi pembagian
segmen dapat dilihat pada gambar berikut.

SKILLS LAB
ORTODONSIA
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER GIGI
FKKGIK

Untuk gigi geligi bercampur, lengkung rahang dibagi menjadi 4 segmen yang
meliputi mesial M1 permanen kanan – distal I2, I1-I2 kanan, I1-I2 kiri, distal I2
kiri – mesial M1 permanen kiri. Hitung masing – masing segmen dengan
menggunakan kawat atau caliper. Catat hasil pengukuran yang didapat. Ilustrasi
pembagian segmen dapat dilihat pada gambar berikut.

Prosedur Analisa Moyers


Analisis Moyers menggunakan jumlah lebar mesiodistal insisivus
mandibula dalam memprediksi jumlah lebar kaninus dan premolar maksila dan
mandibula pada berbagai tingkat kepercayaan yaitu 5-95% dan membentuk tabel
probabilitas menggunakan perhitungan regresi. Pada awalnya tabel prediksi
tersebut digunakan untuk laki-laki dan perempuan secara bersamaan. Namun
kemudian tabel tersebut disempurnakan dengan membedakan antara laki-laki dan
perempuan. Tingkat kepercayaan 50% adalah tingkat kepercayaan untuk
perhitungan yang lebih akurat. Namun, Moyers merekomendasikan tingkat
kepercayaan 75% digunakan untuk kebutuhan klinis karena pada level ini ada

SKILLS LAB
ORTODONSIA
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER GIGI
FKKGIK

kecenderungan nilai lebar mesiodistal yang diprediksi setara atau lebih kecil dari
lebar mesiodistal yang sebenarnya.
1. Lebar mesiodistal masing – masing keempat gigi insisivus permanen
mandibula diukur dan kemudian dijumlahkan kemudian di catat.
2. Apabila terdapat gigi insisivus yang berjejal, tandai jarak antar insisivus dalam
lengkung gigi tiap kuadran dimulai dari titik kontak gigi insisivus sentralis
mandibula.
3. Bandingkan jumlah lebar mesiodistal keempat gigi insisivus mandibula pada
tabel probabilitas Moyers dengan tingkat kepercayaan 75% sesuai dengan jenis
kelamin untuk memprediksi lebar gigi kaninus premolar maksila dan
mandibula yang akan erupsi pada satu kuadran. Angka ini merupakan ruang
yang dibutuhkan (required space)
4. Hitung ruang yang tersedia (available space) pada masing – masing kuadran.
5. Bandingkan jumlah ruang yang tersedia dengan ruang yang diprediksi (dari
tabel) pada kedua rahang. Jika diperoleh nilai negatif, maka dapat disimpulkan
adanya kekurangan ruang.

SKILLS LAB
ORTODONSIA
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER GIGI
FKKGIK

Prosedur Analisa Barendonk


• Jumlah lebar mesio distal keempat gigi insisivus rahang atas: estimasi gigi C,
P1 dan P2 RA ➔ SI OK (Stuttzone)
• Jumlah lebar mesio distal keempat gigi insisivus rahang bawah: estimasi gigi
C, P1 dan P2 RB ➔ SI UK (Stuttzone)

• SI OK : Jumlah lebar mesio-distal keempat gigi Insisivus RA


• SI UK : Jumlah lebar mesio-distal keempat gigi Insisivus RB
• Stutzzone : Jumlah lebar mesio-distal gigi C, P1, dan P2
• Zahnhogen : Panjang lengkung gigi
Prosedur Analisa Huckaba
Metode Huckaba digunakan untuk memprediksi ukuran gigi permanen pengganti
berdasarkan pembesaran pada ukuran gigi desidui pada radiografi. Menurut metode
Huckaba, pembesaran pada gigi desidui di radiografi sebanding dengan pembesaran
pada gigi permanen penggantinya pada film radiografi yang sama. Pada metode
Huckaba, rumus yang digunakan adalah:
𝑿′. 𝒀
𝑿=
𝒀′
Dimana :

X = Estimasi ukuran mesiodistal gigi permanen pengganti


X’ = Ukuran mesiodistal gigi permanen pengganti pada radiografi
Y = Ukuran mesiodistal gigi desidui pada model
Y’ = Ukuran mesiodistal gigi desidui pada radiografi

SKILLS LAB
ORTODONSIA
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER GIGI
FKKGIK

Sebagai contoh, ukuran lebar mesiodistal gigi molar kedua sulung yang terlihat
pada radiografi adalah 10.5 mm. ukuran mesiodistal gigi premolar penggantinya
yang terlihat pada radiografi adalah 7.4 mm. sedangkan ukuran gigi molar kedua
sulung yang diukur pada model studi adalah 10 mm. Maka:
X’ = 7.4 mm, Y = 10 mm, Y’ = 10.5 mm
𝟕, 𝟒 𝒎𝒎 . 𝟏𝟎 𝒎𝒎
= 𝟕, 𝟎 𝒎𝒎
𝟏𝟎, 𝟓 𝒎𝒎
Maka lebar gigi premolar kedua yang sebenarnya adalah 7 mm.

SKILLS LAB
ORTODONSIA
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER GIGI
FKKGIK

II. SEFALOMETRI
Persiapan: Mahasiswa membaca bahan ajar sefalometri.
Bahan dan Alat Praktikum:
a. Kertas Tracing f. Penggaris besi
b. Sefalogram g. Penggaris segitiga siku-siku
c. Tracing box h. Selotip
d. Jangka i. Pensil 2B (mekanik)
e. Busur derajat j. Alas kerja
Jenis Kegiatan:
a. Tracing jaringan lunak dan keras
b. Identifikasi Landmark, garis, dan sudut
c. Pengukuran garis dan sudut
Cara Tracing:

1. Tempatkan sefalogram pada viewbox dengan gambar pasien yang menghadap ke


kanan. Dengan pensil yang ujungnya tajam, gambar tiga silangan pada
radiogram, dua di dalam cranium dan satu pada daerah cervical vertebrae.
2. Tempatkan matte acetate film pada radiogram dan lekatkan dengan aman dengan
selotip pada radiogram, telusuri tiga silangan registrasi.
3. Tulis nama pasien, nomor record, usia dalam tahun dan bulan, tanggal
cephalogram diambil, dan nama anda pada bagian bawah sudut kiri acetate
tracing.
4. Mulai melakukan tracing sebagaimana dijelaskan pada bagian berikut.

SKILLS LAB
ORTODONSIA
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER GIGI
FKKGIK

SKILLS LAB
ORTODONSIA
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER GIGI
FKKGIK

5. Gunakan tekanan lembut yang berkelanjutan dengan pensil sedapat mungkin,


telusuri garis-garis gambar tanpa berhenti dan/atau mengangkat pensil dari
acetate film
6. Hindari penghapusan.
7. Tracing secara bertahap, yang dimulai dengan jaringan lunak
8. Kemudian tracing jaringan keras
9. Bila terdapat dua garis yang bertumpang tindih maka yang dipakai adalah garis
tengahnya (garis putus-putus)

Gambaran tracing landmark:

SKILLS LAB
ORTODONSIA
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER GIGI
FKKGIK

Jenis Pengukuran Referensi Satuan Rerata Standar Dev.

Skeletal
SNA Steiner Derajat 82 ±2
SNB Steiner Derajat 80 ±2
ANB Steiner Derajat 2 ±2
NAPog Down Derajat 0 -8.5 s/d 10
MP:SN Steiner Derajat 32 ±2
NSGn / Sumbu Y Down Derajat 65 ±3
Pog:NB Steiner mm 2 ±1
Sgo:Nme Ricketts % 68 ±4
Dental
Interincisal angle Steiner Derajat 130 ±2
I:SN Ricketts Derajat 104 ±2
I:MP Ricketts Derajat 90 ±2
I:APog Downs mm 2.7 -1 s/d 5
I:NB Steiner mm 4 ±2
Jaringan Lunak
Bidang E : Ls Ricketts mm 2-4 mm di belakang E-
Line
Bidang E : Li Ricketts mm 1-2 mm di belakang E-
Line

SKILLS LAB
ORTODONSIA
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER GIGI
FKKGIK

III. PEMBUATAN KLAMER

Persiapan: Mahasiswa membaca bahan ajar kuliah yang sudah diajarkan.


Peralatan Praktikum: (disediakan mahasiswa)
a. Spidol marker (spidol permanen)
b. Lampu bunsen serta spiritus untuk fiksasi klamer
c. Tang lurus

Gambar 4. Tang Lurus

d. Tang Trifus

Gambar 5. Tang Trifus

SKILLS LAB
ORTODONSIA
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER GIGI
FKKGIK

e. Tang bertingkat

Gambar 6. Tang Bertingkat

f. Tang potong

Gambar 7. Tang Potong

SKILLS LAB
ORTODONSIA
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER GIGI
FKKGIK

Bahan Praktikum (disediakan):


a. Model kerja
b. Wax
c. Klamer 0.6 mm, 0.7 mm, 0.8 mm

Jenis Kegiatan:
a. Pembuatan klamer Adam’s (2 buah, pada gigi 16 dan 26)
b. Pembuatan klamer triangle (2 buah, pada interproksimal gigi 14-15 dan gigi 24-
25)
c. Pembuatan labial bow (short labial bow dari gigi 13-23 / 33-43 sesuai instruksi
pembimbing)
d. Pembuatan simple spring (pada gigi 11)
e. Pembuatan finger spring (pada gigi 21)
Gambaran Klamer:

1. Klamer Adam’s

2. Klamer triangle

SKILLS LAB
ORTODONSIA
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER GIGI
FKKGIK

3. Labial bow

4. Finger spring

5. Simple spring

SKILLS LAB
ORTODONSIA
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER GIGI
FKKGIK

IV. DESAIN PLAT


Komponen piranti ortodonti lepasan terdiri dari : (i) komponen aktif; (ii) komponen
retentif; (iii) penjangkaran; (iv) lempeng/plat akrilik; (iv) komponen pasif.

A. Plat basis; B. Komponen Retentif; C. Komponen Aktif; D. Komponen Pasif; E.


Komponen Penjangkar
KOMPONEN AKTIF
Komponen aktif terdiri dari pegas dan busur, sekrup ekspasi, dan elastic. Hal – hal
yang harus diperhatikan ketika mendesain pegas, yaitu : dimensi kawat yang
digunakan, defleksi, serta arah pergerakan gigi.
1. Dimensi Kawat
Kelenturan pegas bergantung pada panjang dan diameter kawat yang digunakan.
Kekuatan yang dihasilkan pegas berbanding lurus dengan pangkat empat
diameter kawat dan berbanding terbalik dengan pangkat tiga panjang kawat,
yang berarti, apabila Panjang pegas dinaikkan dua kali, maka kekuatan yang
dihasilkan lebih kecil (seperdelapan kekuatan semua). Apabila diameter kawat
diperbesar, maka kekuatan yang dihasilkan akan lebih besar (enam belas kali
kekuatan semua).
2. Defleksi
Defleksi dapat didefinisikan sebagai seberapa jauh pegas digerakkan dari posisi
semula. Suatu pegas yang diaktivasi berarti dilakukan defleksi. Pegas
berdiameter 0.5 mm disertai dengan coil cukup diaktivasi sebesar sepertiga lebar

SKILLS LAB
ORTODONSIA
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER GIGI
FKKGIK

mesiodistal gigi (± 2 mm) untuk memberikan kekuatan optimal. Pegas dari


kawat 0,7 mm jauh lebih kaku, maka aktivasi tidak dilakukan lebih dari 1 mm.
3. Arah Pergerakan Gigi
Arah pergerakan gigi ditentukan oleh titik kontak pegas dengan gigi, dimana gigi
bergerak tegak lurus terhadap titik kontak pegas dan gigi. Penempatan pegas
yang kurang tepat, menyebabkan gigi bergerak ke arah yang salah. Penempatan
coil pada pegas kantilever tunggal harus segaris dengan tengah mahkota gigi
yang akan digerakan, tegak lurus terhadap arah pergerakan.

A. Posisi pegas yang benar, arah pergerakan kaninus sesuai harapan; B. Posisi
pegas yang salah menyebabkan kaninus rotasi

Pegas Kantilever Tunggal (Finger Spring)


Pegas ini digunakan untuk mendorong gigi ke arah mesial / distal sehingga gigi
menempati posisi yang tepat pada lengkung gigi. Pegas ini biasanya dibuat dengan
menggunakan kawat dengan diameter 0,5 - 0,6 mm. Coil biasanya ditambahkan
pada pegas untuk meningkatkan fleksibilitas dari pegas. Posisi coil ditempatkan
pada sisi yang terbalik terhadap arah pergerakan gigi serta terletak segaris dengan
midpoint dari mahkota gigi yang akan digerakkan, dan tegak lurus terhadap arah
pergerakan gigi.

Aktivasi pegas kantilever tunggal dilakukan dengan mengecilkan coil atau menarik
lengan pegas ke arah pergerakan gigi sekitar 1 – 2 mm. Kemudian periksa kontak

SKILLS LAB
ORTODONSIA
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER GIGI
FKKGIK

pegas terhadap gigi. Pegas berkontak dengan tepat pada gigi, terletak dekat dengan
gingival margin.
Pegas Kantilever Ganda (Pegas Z / Z Spring)
Pegas ini digunakan untuk mendorong gigi anterior ke arah labial. Pgas ini biasanya
dibuat dengan menggunakan kawat dengan diameter 0,5 mm. Lengan pegas
disesuaikan dengan lebar mesiodistal gigi insisivus yang akan digerakkan. Apabila
lengan pegas tidak cukup panjang, maka rentang aktivasi akan terbatas. Pegas
diposisikan tegak lurus permukaan palatal gigi yang akan didorong untuk mencegah
intrusi. Lengan bebas diletakkan pada sisi gigi yang akan didorong.

Aktivasi dilakukan pada lengan pegas dimulai dari coil yang jauh dari gigi,
kemudian ujung lainnya yang mengenai gigi dengan mempertahankan posisi lengan
bebas tegak lurus permukaan palatal gigi.
Pegas T (T Spring)
Pegas T digunakan untuk menggerakkan gigi premolar atau kaninus ke arah bukal.
Pegas ini dibuat dengan kawat 0,5 mm dengan prinsip kerja yang serupa dengan
pegas kantilever.

Aktivasi pegas T dilakukan deengan cara menarik pegas menjauhi lempeng akrilik.
Karena kekakuan pegas ini, aktivasi hanya dilakukan sedikit saja, dengan
memastikan posisi pegas yang benar sewaktu pasien memasang piranti.
Pegas Bukal (Buccal Canine Retractor)
Pegas ini digunakan untuk menarik gigi kaninus yang labioversi ke arah distal dan
palatal. Pegas ini dibuat dengan menggunakan kawat 0,7 mm dengan coil tereletak

SKILLS LAB
ORTODONSIA
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER GIGI
FKKGIK

di distal sumbu panjang gigi. Kaki mesial pegas turun melalui midpoint mahkota
kemudian melingkari mahkota, dengan ujung kontak pada daerah mesial gigi
kaninus. Kaki distal pegas masuk ke dalam akrilik melalui titik kontak gigi premolar
pertama dan kedua.

Aktivasi pegas dilakukan sebesar 1 mm dengan cara menarik lengan depan ke arah
distal untuk mendapatkan pergerakan ke distal, menggunakan beak bulat yang
diposisikan pada coil. Pergerakan ke palatal, lengan di depan coil dibengkokkan ke
arah palatal

Busur Labial Dengan Lup U (Labial Bow With U Loops)


Busur labial aktif digunakan untuk menarik gigi insisivus ke arah lingual dan
dikonstruksi dengan kawat diameter 0,7 mm. Busur labial pasif digunakan untuk
menjaga lengkung gigi dan dikonstruksi dengan kawat berdiameter 0,8 mm. selain
itu, busur labial juga dapat meningkatkan retensi serta stabilitas piranti.

SKILLS LAB
ORTODONSIA
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER GIGI
FKKGIK

Aktivasi dilakukan dengan mengecilkan U loop sehingga busur labial bergerak ke


palatal sebanyak 1 mm.
Sekrup Ekspasi
Sekrup ekspansi terdiri dari berbagai jenis dengan prinsip kerja yang sama. Tiap
sekrup memiliki 4 lubang yang dilengkapi dengan kunci pemutar. Kekuatan yang
dihasilkan oleh sekrup ekspansi adalah intermiten. Gambar anak panah yang
terdapat pada sekrup menunjukkan arah pengaktifan. Setiap seperempat putaran
(90o), sekrup akan terbuka sebanyak 0,2 mm.

Plat Ekspansi
Jenis – jenis plat ekspansi :
1. Plat ekspansi lateral
a. Paralel simetris
Plat ini merupakan plat sederhana untuk melebarkan lengkung gigi ke arah
lateral secara parallel. Selain itu, alat ini yang dilengkapi dengan busur labial
juga dapat digunakan untuk meretrusi / retraksi gigi anterior yang protrusif.

SKILLS LAB
ORTODONSIA
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER GIGI
FKKGIK

b. Paralel asimetris
Plat ini digunakan untuk mengoreksi gigitan silang posterior satu sisi.
Hambatan akibat cusp gigi antagonis diatasi dengan penambahan dataran
peninggi gigitan posterior. Peningkatan penjangkaran didapat dengan
menambah plat akrilik yang menutup permukaan lingual gigi antagonis pada
sisi yang normal. Retensi diperoleh dengan klamer adam pada gigi molar 1
dan premolar 1 pada kedua sisi.

c. Non parallel (radial) simetris


Alat ekspansi ini digunakan untuk ekspansi lengkung bagian anterior dari C
– C dan sedikit di daerah premolar dengan mempertahankan posisi gigi
posterior.

d. Non parallel (radial) asimetris


Plat ekspansi ini digunakan untuk space regainer di daerah anterior untuk
menyediakan ruangan bagi insisivus lateral yang mesio – labioversi.

SKILLS LAB
ORTODONSIA
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER GIGI
FKKGIK

2. Plat ekspansi antero – posterior


a. Pergerakan ke distal gigi posterior
Plat ini digunakan untuk menggeser satu atau beberapa gigi posterior ke arah
distal untuk memberikan ruangan bagi gigi yang hendak erupsi, missal nya
pada kasus erupsi gigi kaninus yang ektopik. Biasanya alat ini ditambah
dengan anterior inclined bite plane untuk menambah penjangkar serta
membebaskan tonjol gigi yang akan digerakkan dari gigi antagonisnya.

Alat ini juga dapat dipergunakan sebagai space regainer (distalisasi molar)
akibat kehilangan ruang karena pencabutan gigi desidui yang dicabut terlalu
dini.

b. Pergerakan ke labial / proklinasi gigi anterior

SKILLS LAB
ORTODONSIA
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER GIGI
FKKGIK

Alat ini dipergunakan untuk merawat anterior crossbite baik untuk satu
ataupun keempat gigi insisivus RA. Sekrup diposisikan di tengah sertaparallel
dengan bidang oklusal.

KOMPONEN RETENTIF
Klamer C
Klamer ini biasanya dipasang pada gigi molar kanan dan kiri. Ukuran kawat yang
dipakai untuk gigi molar 0,8 – 0,9 mm, sedangkan untuk gigi premolar dan gigi
anterior 0,7 mm.

Klamer Adams
Klamer adams merupakan klamer yang paling sering digunakan, biasanya pada gigi
molar kanan dan kiri. Klamer ini dapat juga digunakan pada gigi premolar maupun
gigi anterior. Diameter kawat yang digunakan untuk gigi molar dan premolar 0,7
mm, dan gigi anterior 0,6 mm. Klamer ini terdiri dari cross bar, U loop, pundak dan
basis.

Klamer Arrow Head

SKILLS LAB
ORTODONSIA
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER GIGI
FKKGIK

Klamer ini dibuat dengan kawat 0,77 dengan bagian yang berbentuk seperti ujung
anak panah yang masuk ke daerah interdental dan membentuk sudut 90 o terhadap
posisi lengannya. Klamer ini dapat dipergunakan untuk memegang lebih dari satu
gigi dan biasanya digunakan pada plat ekspansi.

Klamer Triangular
Klamer ini memiliki bentuk triangular yang menghadap undercut pada proksimal
antara dua gigi. Klamer ini dapat memberikan retensi yang baik, dan dipergunakan
biasanya bila membutuhkan retensi tambahan.

LEMPENG/PLAT AKRILIK
Plat akrilik merupakan rangka dari alat ortodonti lepasan yang berfungsi untuk
mendukung komponen piranti lainnya, meneruskan kekuatan ke gigi penjangkar,
mencegah pergerakan gigi yang tidak diinginkan, melindungi pegas pada daerah
palatal, serta menahan dan meneruskan kekuatan gigitan. Plat akrilik dibuat setipis
mungkin sehingga nyaman bagi pasien, namun cukup tebal dan kuat bila dipakai.

SKILLS LAB
ORTODONSIA
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER GIGI
FKKGIK

Biasanya ketebalan plat adalah setara 1 wax (2 mm). Hal – hal yang harus
diperhatikan:
1. Lebar plat dibuat selebar mungkin sesuai kebutuhan dan tidak mengganggu
fungsi lidah dan kenyamanan pasien. Pada rahang atas hingga mencapai daerah
perbatasan palatum mole dan durum dengan bagian tengah agak melengkung ke
anterior.
2. Plat beradaptasi dengan mukosa mulut, menempel dengan baik tanpa rasa
menekan, dengan tepi plat beradaptasi dengan kontur permukaan servikal di
palatal / lingual gigi geligi pas pada daerah interdental membentuk verkeilung
tanpa adanya celah.
3. Plat pada gigi yang akan digerakkan dibebaskan sehingga tidak tertahan ketika
dilakukan aktivasi.
PENINGGI GIGITAN
Peninggi gigitan adalah penebalan akrilik di bagian palatinal / lingual gigi anterior
ataupun di oklusal gigi posterior sehingga gigi geligi regio lainnya tidak berkontal
selama beroklusi. Menurut posisinya, peninggi gigitan dibedakan atas:
1. Bite Plane Posterior
Perluasan plat yang menebal di permukaan oklusal gigi posterior kanan dan kiri
untuk mencegah kontak gigi anterior sehingga gigi anterior yang malposisi /
crossbite dapat dikoreksi.

2. Bite Plane Anterior


Plat dataran gigitan regio anterior yang berfungsi untuk mencegah kontakoklusal
gigi posterior sehingga gigi posterior dapat mengalami elongasi dan mengintrusi
gigi anterior bawah.

SKILLS LAB
ORTODONSIA
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER GIGI
FKKGIK

Menurut fungsinya, peninggi gigitan dibedakan atas:


2. Maxillary Flat Bite Plane
Merupakan peninggi gigitan yang ditempatkan pada rahang atas dengan bidang
datar yang sejajar dengan datarn oklusal di regio anterior. Peninggi gigitan ini
digunakan untuk menekan gigi anterior mandibula serta memberikan ruang bagi
gigi posterior sehingga dapat mengalami elongasi dan memperkecil overbite.
3. Maxillary Inclined Bite Plane
Merupakan peninggi gigitan dengan dataran yang miring terhadap permukaan
palatal gigi anterior RA membentuk sudut / kemiringan sekitar 45o untuk
memberikan efek proklinasi gigi anterior RB serta mendorong mandibula maju
ke anterior.
4. Mandibular Inclined Bite Plane
Merupakan peninggi gigitan dengan dataran miring pada permukan lingual gigi
anterior rahang bawah untuk memberikan efek proklinasi gigi anterior RA,
intrusi gigi anterior RA, serta elongasi gigi posterior RB. Dataran miring dibuat
hanya berkontak pada gigi yang mengalami crossbite saja dengan jarak
interoklusal gigi posterior sebesar ± 1 mm.
5. Maxillary Sved Bite Plane
Merupakan peninggi gigitan yang datar pada rahang atas dengan perluasan plat
menutupi tepi insisal hingga permukan labial gigi anterior setinggi ± 2 mm dari
tepi insisal. Plat jenis ini digunakan untuk mengoreksi deep bite dengan efek
intrusi gigi anterior RA dan RB.
6. Maxillary Hollow Bite Plane
Merupakan penebalan plat dengan dataran gigitan yang berongga pada
permukaan palatal gigi geligi anterior RA yang berfungsi untuk memastikan

SKILLS LAB
ORTODONSIA
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER GIGI
FKKGIK

pegas tetap bebas di bawah plat sehingga dapat diaktivasi untuk mengoreksi gigi
malposisi.

A. Maxillary flat bite plane; B. Maxillary inclined bite plane; C. Mandibular


inclined bite plane; D. Maxillary sved bite plane; E. Maxillary hollow bite plane

SKILLS LAB
ORTODONSIA
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER GIGI
FKKGIK

Lembar Nilai

No. Tanggal Kegiatan Skill Lab Paraf Dokter Nilai


Pembimbing

SKILLS LAB
ORTODONSIA
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER GIGI
FKKGIK

DAFTAR PUSTAKA

Standar Kompetensi Dokter Gigi Indonesia, Konsil Kedokteran Indonesia

Proffit, W. R., Fields, H. W., & Sarver, D. M. (2013). Contemporary orthodontics.


St. Louis, Mo: Elsevier/Mosby.
Bishara, S. E. (2001). Textbook of orthodontics. Philadelphia, Pa: Saunders.
Singh, G. (2007). Textbook of orthodontics. New Delhi: Jaypee Brothers.
Iyyer, B. S., Bhalajhi, S. I., & Bhalajhi, S. I. (2012). Orthodontics: The art and
science. New Delhi: Arya (Medi) Publ.
Graber, T. M., & Neumann, B. (1984). Removable orthodontic appliances.
Philadelphia: Saunders.

SKILLS LAB
ORTODONSIA

Anda mungkin juga menyukai