Anda di halaman 1dari 15

LAPORAN DISKUSI KELOMPOK CBS

SKENARIO IKGA 2 BLOK 3.5.9


“ Gigiku Banyak yang Hilang“

Kelompok G

KETUA : Zainal Arifin NIM : 165160101111012

SEKRETARIS : Tsauri Qiami Laely NIM : 165160101111015

ANGGOTA : Rizqi Auliya Latifatul M. NIM : 165160100111020

: Wina Azzahra NIM : 165160100111022

: Siti Halimah Laili Irwanti NIM : 165160100111024

: Awang Shinta Intaniantya NIM : 165160101111009

: Risya Rahmadani NIM : 165160101111010

: Chrestella Sieren Saputra NIM : 165160101111023

: Elisabeth Esmeralda O. W. NIM : 165160101111024

: Devi Rahmawati NIM : 165160101111028

: Gabriela Al Jalilah Kawaca NIM : 165160101111032

: Kurnia Putri Alvianti NIM : 165160101111036

: Novia Ayu Kusumaningrum NIM : 165160107111005

: Veru Andyka NIM : 165160107111010

: Putu Herlina Susanti NIM : 165160107111012

CBL : Senin, 10 September 2018


Pleno : Kamis, 13 September 2018
FASILITATOR : drg. Dyah Nawang Palupi P., M.Kes.

FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI


UNIVERSITAS BRAWIJAYA
2018
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kami panjatkan kehadapan Tuhan Yang Maha Esa, karena
atas rahmat dan karunia-Nya sehingga laporan ini dapat diselesaikan. Kami ingin
menyampaikan ucapan terima kasih kepada drg. Dyah Nawang Palupi P., M.Kes.
selaku fasilitator sekaligus pembimbing dalam diskusi kelompok dan juga berbagai
pihak yang telah terlibat dalam pembuatan laporan ini. Menyadari bahwa di dalam
laporan ini terdapat kekurangan dan masih jauh dari kata sempurna, kami berharap
adanya kritik, saran, dan usulan demi perbaikan laporan yang telah kami buat di
masa yang akan datang. Semoga laporan diskusi kelompok ini dapat dipahami bagi
pembaca. Sekiranya laporan ini dapat berguna bagi kami sendiri maupun orang yang
membacanya. Sebelumnya kami mohon maaf apabila terdapat kata-kata yang
kurang berkenan. Kami memohon kritik dan saran yang membangun demi perbaikan
di masa depan.

Malang, 10 September 2018

Penyusun

2
DAFTAR ISI

Cover ............................................................................................................... 1
Kata Pengantar ................................................................................................. 2
Daftar Isi .......................................................................................................... 3
I. Skenario .................................................................................................... 4
II. Problem Definition...................................................................................... 5
III. Brainstorming ............................................................................................ 5
Daftar Pustaka ................................................................................................11

3
ISI
I. SKENARIO
GIGIKU BANYAK YANG HILANG
Anak laki-laki berusia 10 tahun diantar ibunya ke RSGM dengan keluhan banyak
gigi yang hilang dan gigi kiri bawah belakang berlubang besar. Pemeriksaan intraoral
gigi 75 karies mengenai pulpa, sondasi (-), tes vitalitas (-), kegoyangan derajat 2,
kehilangan prematur gigi 55, 65, 74, dan 85. Hasil radiografis gigi 75 karies sampai
bifurkasi dan resorbsi akar sampai 1/3 apikal, benih gigi 15, 25, 34, 35 dan 45 berada
dalam tulang alveolar. Dokter gigi merencanakan pencabutan gigi 75 dan
pencetakan model kerja RA dan RB. Selama pemeriksaan anak tidak kooperatif.
- Overjet dan overbite dianggap normal
- Jika pengukuran menggunakan brasswire  lengkung kawat
mengkuti overjet normal (tidak di atas incisal gigi anterior)
PEMERIKSAAN Gigi 75
Keadaan Umum Compos mentis
Ekstra Oral Tidak ada kelainan
Pemeriksaan Subjektif
Rasa Sakit (-)
Pemeriksaan Intra Oral
Perkusi (+)
Palpasi (-)
Sondasi (-)
Gingiva polip (-)
Gigi berubah warna (+)
Gigi goyang derajat 0
2
Karies gigi Profunda
Gigi perforasi (+)
Vitalitas (-)
Tanggal premature Gigi 55, 65, 74, 85
Pemeriksaan Radiologis
Radiolusen dari mahkota pada bagian distal
Mahkota gigi
dan lingual sampai mengenai bifurkasi
Akar Resorbsi pada 1/3 apikal
Benih gigi Berada dalam tulang alveolar

4
Model studi tampak depan

Model studi tampak samping (kiri) Model studi tampak samping (kanan)
1

Model studi rahang atas Model studi rahang bawah

5
II. PROBLEM DEFINITION
Instruksi untuk mahasiswa:
1. Apakah permasalahan utama pada kasus tersebut?
2. Apakah imdikasi dan kontraindikasi penatalaksanaan kasus tersebut?
3. Apakah rencana perawatan dan bagaimana penatalaksanaan kasus tersebut?
Tugas:
Step I : Tentukan relasi molar dan relai insisivus pasien!
Step II : Tentukan tempat tersedia dan dibutuhkan pada RA (maxilla)! Jelaskan!
Step III : Tentukan tempat tersedia dan dibuthukan pada RB (mandibula)!
Jelaskan!
Step IV : Berdasarkan hasil perhitungan, tentukan rencana perawatan yang akan
dilakukan pada RA dan RB!
Step V : Tentukan desain alat yang digunakan!
Step VI : Sebutkan dan jelaskan tujuan penggunaan alat tersebut!

III. BRAINSTORMING
Instruksi untuk mahasiswa:
1. Permasalahan utama
1) Gigi 75 karies memcapai furkasi
2) Gigi 75 resorbsi 1/3 apikal
3) Prematur loss gigi 55, 65, 74, 85
4) Benih gigi 15, 25, 34, 45 dalam tulang alveolar
5) Anak tidak kooperatif

2. Indikasi dan kontraindikasi penatalaksanaan kasus


Dilakukan perawatan dengan menggunakan space maintainer cekat
Indikasi Space Maintainer Cekat:
- Ada benih gigi permanen
- Benih gigi permanen masih lama erupsi, masih berada di bawah tulang
alveolar
- Gigi geligi tidak berjejal
- Masih ada ruang
- Tidak ada maloklusi
- Pasien tidak kooperatif

2
Kontraindikasi Space Maintainer Cekat:
- Tidak ada gigi pengganti permanen
- Pasien alergi terhadap bahan alat Space Maintainer
- Sudah terjadi maloklusi sebelumnya

3. Rencana perawatan dan penalaksanaan kasus


1) Gigi 85 pada anak tersebut sudah tidak bisa dipertahankan , sebaiknya
dilakukan pencabutan. Kemudian dibuatkan spacemaintainer (jika
termasuk indikasi perawatan SM) guna mempertahankan ruang untuk gigi
permanen erupsi. Berikut merupakan prosedur pencabutan gigi sulung (85)
:
• Persiapan alat dan bahan; 1 set alat diagnostik, 1 set tang cabut
anak-anak, tanpon, kassa steril.
• Mengatur posisi pasien dan posisi operator menyesuaikan.
• Pelaksanaan pencabutan dimulai apabila sudah tercapai kondisi
teranastesi.
• Posisikan tang cabut sejauh mungkin ke soket, paruh tang sejajar
dengan sumbu gigi.
• Gerakan pencabutan untuk gigi sulung posterior adalah luksasi
perlahan ke arah labiopalatal, atau labiolingual, gerakan dilakukan
berulang.
• Apabila gigi sudah terlepas dari jaringan periodontal, diikuti gerakan
penarikan minimal atau ekstraksi.
• Pemberian tampon pada daerah ekstraksi.
2) Pencetakan model studi rahang atas dan rahang bawah untuk
mempelajari keadaan klinis pasien
3) Menentukan relasi molar dan relasi insisiv pasien
4) Menghitung dikskrepansi ruang dengan mengukur ruang yang tersedia
(available space) dan ruang yang dibutuhkan (required space) pada model
studi, sehingga didapatkan hasil :

3
5) Membuat desain piranti yang akan digunakan,
6) Mengirim hasil desain ke labolatorium,
7) Melakukan prosedur try in pada pasien,
8) Apabila sudah sesuai, maka dilakukan prosedur insersi.

Tugas:
STEP I: Relasi Molar dan Relasi Insisivus
Relasi Molar

Relasi molar kiri yaitu End to End Relasi molar kanan yaitu Kelas 1
atau Neutroklusi
Relasi Insisivus
Relasi Incisivus baik yaitu overjet dan overbite dianggap normal

STEP II: Available Space dan Required Space pada Maksila


Available Space pada Maksila
Cara mengukurnya menggunakan brasswire, karena kehilangan lebih dari 1
gigi. Cara mengukur tempat yang tersedia (available space) pada rahang atas
adalah:
1. Sediakan kawat dari tembaga (brass wire) untuk membuat lengkungan
membentuk busur.
2. Letakkan brasswire dimulai dari mesial M1 permanen kiri, menyusuri fissura
gigi posterior yang ada didepannya, kemudian melewati insisal insisif yang
letaknya benar / ideal, kemudian menyusuri fissura gigi posterior kanan dan
berakhir pada mesial M1 kanan.
3. Beri tanda pada brasswire dengan menggunakan spidol sebagai tandai akhir
pengukuran.
4. Rentangkan brasswire membentuk garis lurus kemudian diukur mulai ujung
kawat sampai pangkal (yang sudah dibuat dengan spidol).

4
5. Catat hasil pengukuran yang didapat sebagai available space (tempat yang
tersedia) untuk rahang atas.
Hasil dari penghitungan available space rahang atas adalah 72 mm.
Required Space pada Maksila
ANALISIS MOYERS (TABEL
PROBABILITAS)
Moyers memperkenalkan suatu
analisis dengan dasar pemikiran
bahwa berdasarkan studi yang
dilakukan beberapa ahli, terdapat
hubungan antara ukuran kelompok
gigi pada satu bagian dengan bagian
lainnya. Seseorang dengan ukuran
gigi yang besar pada salah satu bagian
dari mulut cenderung mempunyai gigi-gigi yang besar pula pada tempat
lain. Berdasarkan penelitian, ukuran gigi insisif permanen rahang bawah
memiliki hubungan dengan ukuran kaninus dan premolar yang belum
tumbuh baik pada rahang atas maupun rahang bawah. Gigi insisif rahang
bawah telah dipilih untuk pengukuran pada analisis Moyers karena gigi ini
muncul lebih dulu di dalam rongga mulut pada masa geligi campuran, mudah
diukur secara akurat, dan secara langsung seringkali terlibat dalam
masalah penanganan ruangan.
Analisis Moyers banyak dianjurkan karena mempunyai kesalahan
sistematik yang minimal. Metoda ini juga dapat dilakukan dengan cepat,
tidak memerlukan alat-alat khusus ataupun radiografi, dan dapat
dilaksanakan oleh pemula karena tidak memerlukan keahlian khusus.
Walaupun pengukuran dan penghitungan dilakukan pada model, tetapi
mempunyai tingkat ketepatan yang baik di dalam mulut. Metoda ini juga
dapat dilakukan untuk mengalisis keadaan pada kedua lengkung rahang.
Metode ini mempunyai prinsip dasar yang sama dengan metode Kesling,
yaitu menetapkan diskrepansi antara lengkung gigi yang direncanakan dengan
besar gigi yang akan ditempatkan pada lengkung tersebut pada saat melakukan
koreksi maloklusi. Perbedaannya adalah, pada metode Kesling dilakukan
langsung pada model dengan memisahkan gigi - gigi yang akan dikoreksi
dengan cara menggergaji masing - masing mahkota gigi dari bagian processus

5
alveolarisnya setinggi 3 mm dari marginal gingiva, kemudian menyusun kembali
pada posisi yang benar. Diskrepansi ruang dapat diketahui dari sisa ruang untuk
penempatan gigi Premolar pertama dengan lebar mesiodistal gigi tersebut
untuk masing - masing sisi rahang.
Pada metode determinasi lengkung dilakukan dengan cara tidak langsung
yaitu dengan mengukur panjang lengkung ideal yang direncanakan pada plastik
transparan di atas plat gelas, kemudian membandingkan dengan jumlah lebar
mesiodistal gigi yang akan ditempatkan pada lengkung tersebut. Dengan
metode ini perencanaan perawatan akan lebih mudah dilakukan karena tidak
perlu membuat model khusus (Set up model), jadi langsung bisa dilakukan pada
model studi.
Langkah pertama dalam analisis ini adalah mengukur lebar mesial distal
terbesar gigi menggunakan jangka berujung runcing atau jangka sorong.
Analisis Nance mengukur mesial distal setiap gigi yang berada di mesial
gigi molar pertama permanen atau ukuran lebar mesiodistal gigi geligi
ditentukan dengan mengukur jarak maksimal dari titik kontak mesial dan distal
gigi pada permukaan interproksimalnya ataupun diukur pada titik kontak gigi
yang bersinggungan dengan titik kontak gigi tetangganya. Jumlah lebar total
menunjukkan ruangan yang dibutuhkan untuk lengkung gigi yang ideal.
Pengukuran dilakukan pada gigi molar pertama kiri sampai molar kedua kanan
pada setiap rahang.

Selanjutnya panjang lengkung rahang diukur menggunakan kawat lunak


seperti brass wire atau kawat kuningan. Kawat ini dibentuk melalui setiap
gigi, pada geligi posterior melalui permukaan oklusalnya sedangkan pada
geligi anterior melalui tepi insisalnya. Jarak diukur mulai mesial kontak
molar pertama permanen kiri hingga kanan. Penilaian dilakukan dengan cara
membandingkan ukuran panjang lengkung gigi ideal dengan panjang

6
lengkung rahang. Jika hasilnya negatif berarti kekurangan ruangan, jika
hasilnya positif berarti terdapat kelebihan ruangan.

Teknik lain untuk mengukur panjang lengkung rahang diperkenalkan oleh


Lundstrom, yaitu dengan cara membagi lengkung gigi menjadi enam
segmen berupa garis lurus untuk setiap dua gigi termasuk gigi molar
pertama permanen. Setelah dilakukan pengukuran dan pencatatan pada
keenam segmen selanjutnya dijumlahkan. Nilai ini dibandingkan dengan
ukuran mesial distal 12 gigi mulai molar pertama permanen kiri hingga
kanan. Selisih keduanya menunjukkan keadaan ruangan yang tersisa.

Dari hasil perhitungan, didapatkan:


2 1 | 1 2 (diukur) : 29,6 mm
5 4 3 | 3 4 5 (diperkirakan) : 42,6 mm +
Jumlah yang dibutuhkan : 72,2 mm
Jumlah yang tersedia : 72 mm -
Kekurangan : 0,2 mm

STEP III: Available Space dan Required Space pada Mandibula


Available Space pada Mandibula
Cara mengukur tempat yangtersedia (available space) pada rahang bawah:
1. Sediakan kawat dari tembaga (brass wire) untuk membuat lengkungan
berbentuk busur.

7
2. Letakkan brass wire dimulai dari mesial M1 permanen kiri, menyusuri cusp
bukal gigi posterior yang ada di depannya, kemudian melewati insisal insisif
yang letaknya benar atau ideal (yang inklinasinya 90o atau tegak lurus terhadap
bidang mandibula), kemudian menysuri cusp bukal gigi posterior kanan dan
berakhir sampai mesial M1 permanen kanan.
3. Beri tanda pada brass wire menggunakan spidol sebagai tanda akhir
pengukuran.
4. Rentangkan kembali brass wire membentuk garis lurus, kemudian ukur
mulai ujung kawat sampai pangkal (tanda yang sudah dibuat dengan spidol).
5. Catat hasil pengukuran yang didapat sebagai available space (tempat yang
tersedia) untuk rahang bawah. Didapatkan hasil 66 mm.
6. Jika ada pergeseran molar karena relasi molar end-to-end, maka dimasukkan
ke dalam perhitungan. Pergeseran molar ditentukan dari jarak horizontal cusp
mesiobukal M1 permanen rahang atas dengan groove bukan M1 permanen
rahang bawah.
Available space = 66 mm
Pergeseran molar = 2 mm -
64 mm
Hasil dari penghitungan available space rahang atas adalah 64 mm.
Required Space pada Mandibula
Perhitungan required space rahang bawah sama dengan metode yang
digunakan pada rahang atas, yaitu Moyers Mixed Dentition Analysis.
2|1|1|2 = 21,2 mm
5|4|3|3|4|5| = 42 mm +
63,2 mm
Kekurangan/Kelebihan = Jumlah yang dibutuhkan – jumlah yang tersedia
= 63,2 – 64
= 0,8 mm (KELEBIHAN)

STEP IV: Rencana Perawatan pada Maksila dan Mandibula


Rahang Atas
Kekurangan 0,2 mm maka dapat dilakukan perawatan space maintainer.
Rahang Bawah
Kelebihan 0,8 mm maka dapat dilakukan perawatan space maintainer.

8
STEP 5: Desain Alat
Desain alat pada Maksila

Acrylic pad / acrylic bottom

Plat Acrylic

Perluasan plat acrylic


sebagai pengganti gigi
yang hilang

Stainless steel
wire

Terdiri dari 2 band pada gigi M1 atas yang dihubungkan oleh stainless steel
wire dengan acrylic pad (acrylic button) pada palatal anterior. Seperti pada
lingual arch holdering kecuali pada bagian anterior kawat tidak menyentuh
permukaan lingual pada gigi depan atas, kawat lingual dapat mengikuti bentuk
palatum dan kawat yang digunakan berukuran 0.025 inchi.
Desain alat pada Mandibula

Stainless steel
wire

Perluasan plat acrylic


sebagai pengganti gigi
yang hilang

Plat Acrylic

Desain alat berpaduan pada Lower Lingual Holding Arch Space Maintainer.

9
STEP 6: Tujuan Penggunaan Alat
Pada Maksila
Desain alat berpaduan pada Nance Palatal Arch Space maintainer or Palatal
Holding Arch. Indikasi untuk kasus kehilangan gigi posterior bilateral (M2)
sulung RA. Kelebihannya maintenance of tooth space and leeway space,
kekurangannya pasien dengan alergi akrilik dan membutuhkan ketelitian yang
lebih untuk kebersihan akrilik. Bertujuan untuk menjaga lengkung rahang atas
ketika ada premature loss gigi molar RA serta mencegah migrasi mesial molar
RA.
Pada Mandibula
 Sebagai alat penahan pasif mampu mencegah pergerakan gigi molar ke
arah mesial
 Menciptakan ruangan yang lebih untuk gigi yang berdesakan pada
lengkung rahang
 Mengontrol pergerakan gigi arah antero-posterior
 Mengontrol distorsi lengkung rahang

10
DAFTAR PUSTAKA
Rahardjo, Pambudi. “Ortodonti Dasar”. Airlangga University Press: 2008.
Singh, Gurkeerat. 2007. Textbook of Orthodonrics, 2nd ed. Jaypee Brothers Medical
Publishers (P) Ltd.
Staley, Robert N. 2011. Essentials of Orthodontics Diagnosis and Treatments. Wiey
Blackwell

11

Anda mungkin juga menyukai