Anda di halaman 1dari 39

SKENARIO 3

GIGI TIRUAN PADA ANAK

Pasien anak perempuan usia 9 tahun datang di antar oleh ibunya ke RSGM
UNEJ mengeluh gigi 65 dan 55 sakit jika digunakan untuk makan, sehingga
pasien merasa tidak nyaman bila mengunyah makanan. Gigi anterior rahang atas
dan rahang bawag tidak ada maloklusi. Pemeriksaan ekstra oral tidak ada
kelainan. Hasil pemeriksaan intra oral tampak gigi 65 dan 55 tersebut karies
profunda perforasi. Pada gambaran radiografi gigi 65 dan 55 tampak radiolusent
pada apeks gigi dan terlihat adanya perforasi bifurkasi, sehingga gigi tersebut
tidak dapat di lakukan perawatan. Sedangkan gigi 25 dan 15 agenisi. Dokter akan
melaksanakan perawatan untuk mengembalikan fungsi kunyah.

1
STEP 1

ANALYZING UNFAMILLIAR WORDS

STEP 2

ANALYZING PROBLEMS
1. Bagaimana pemeriksaan, diagnosa pada skenario?
2. Apa saja indikasi dan kontraindikasi gigi tiruan pada anak?
3. Apa saja syarat gigi tiruan pada anak?
4. Hal apa yang harus dipertimbangkan dalam pembuatan gigi tiruan pada
anak?
5. Apakah terdapat perbedaan gigi tiruan pada anak dan orang dewasa serta
bagaimana tahapan pembuatan gigi tiruan pada anak?
6. Apa saja instruksi yang perlu disampaikan pada orang tua dan pasien?

STEP 3

BRAINSTROMING

1. Bagaimana pemeriksaan, diagnosa pada skenario?


- anamnesa -> keluhan utama, dll
- pemeriksaan objektif -> gigi 65 dan 55 karies profunda perforasi,
apeks gigi pada pemeriksaan radio ada radiolusen, dan ditemukan
perforasi bifurkasi
- pemeriksan klinis -> ekstra oral tidak ditemukan kelainan
- pemeriksaan penunjang -> pada gigi 15 & 25 tidak ada benih (agenisi)

2. Apa saja indikasi dan kontraindikasi gigi tiruan pada anak?


Indikasi
adanya kehilangan gigi prematur atau tidak adanya gigi pengganti
(agenisi)
a. gigi hilang karena trauma
b. estetik pada anak buruk

2
c. avulsi oleh karena trauma
d. dentinogenesis / amelogenesis imperfecta
e. pasien kooperatif
f. usia diatas 2,5 th -> berhubungan dengan keadaan psikologis
g. multiple ekstraksi gigi
h. adanya celah pada palatum yang harus ditutup dengan protesa

Kontraindikasi

a. keadaan sosial ekonomi tidak memadai


b. kesehatan umum tidak baik
c. pasien dan orang tua tidak kooperatif
d. pada foto radiografi terdapat benih gigi yang akan erupsi
e. adanya keterbelakangan mental

3. Apa saja syarat gigi tiruan pada anak?


Syarat GT
1) mudah dibersihkan, dipakai dan dilepas
2) tidak menganggu pertumbuhan lengkung rahang
3) harus dapat memperbaiki estetik, mastikasi, dan profil wajah pengguna
4) alat yang digunakan tidak menimbulkan karies/tidak mengiritasi
jaringan lunak
5) sayap tidak boleh menekan mukobukalfold
6) desain seimbang
7) stabul & mempunyai kekeratan yang baik untuk mengunyah
8) tidak mengganggu fungsi bicara
9) dapat mencegah migrasi dari gigi tetangga dan gigi antagonis yang
berlebihan

4. Hal apa yang harus dipertimbangkan dalam pembuatan gigi tiruan


pada anak?
Ada tidaknya kekooperatifan dari pasien -> pasien harus beradaptasi
pada alat
- Sosial ekonomi (keadaan finansial )
- erupsi gigi pengganti dan ada tidaknya benih gigi
- ada tidaknya riwayat penyakit
- desain yang cocok

5. Apakah terdapat perbedaan gigi tiruan pada anak dan orang dewasa
serta bagaimana tahapan pembuatan gigi tiruan pada anak?
Perbedaan :
Pembuatan tidak jauh beda tapi pada anak harus dikontrol periodik
karena membutuhkan penyesuaian dari pertumbuhan lengkung rahang

3
6. Apa saja instruksi yang perlu disampaikan pada orang tua dan
pasien?
Instruksi pada anak
Anak diberi penjelasan dengan bahasa yang sederhana, sehingga anak
dapat memberikan kerjasama yang baik
Selain itu anak dianjurkan untuk memberitahukan kepada orang
tuanya jika ada keluhan pada pemakaian gigi tiruan.
Memberikan motivasi terutama pada anak usia 2-5 tahun agar gigi
tiruan tidak dilepas dari dalam mulut tanpa sepengetahuan orang tua.
Pemasangan gigi tiruan pertama kali dilakukan oleh dokter gigi
dengan menggunakan cermin untuk melihat cara memasang dan
melepas gigi tiruan, setelah itu anak dapat mencoba sendiri.
Gigi tiruan sebagian lepasan sebaiknya dilepas pada saat berolahraga
dan pada saat malam hari, gigi tiruan di rendam dalam air dan
dibersihkan setiap hari dengan bantuan orang tua.
Instruksi orang tua
Orang tua diharapkan ikut melihat pada saat anak memasang dan
melepas gigi tiruan
Selain itu jika anak tidak memakai gigi tiruan karena ada keluhan rasa
sakit pada gusi maka orang tua diharapkan segera untuk menghubungi
dokter gigi untuk mengatasi masalah yang dikhawatirkan mengganggu
pemakaian gigi tiruan tersebut.

STEP 4
PEMERIKSAAN MAPPING
KLINIS : PEMERIKSAAN
KARIES PROFUNDA RADIOGRAFI :

PERFORASI 65 DAN AGENISI 25 DAN 15


55
EKSTRAKSI

PEMBUATAN
GTSL

DESAIN GTSL

KONSTRUK
SYARAT TAHAPAN
STEP 5
LEARNING OBJECTIVE

1. Mahasiswa mampu menjelaskan rencana perawatan sesuai kasus pada


skenario
2. Mahasiswa mampu menjelaskan kontruksi gigi tiruan sebagian lepasan
pada anak
3. Mahasiswa mampu menjelaskan syarat gigi tiruan sebagian lepasan pada
anak
4. Mahasiswa mampu menjelaskan desain dan tahapan pembuatan gigi tiruan
sebagian lepasan pada anak

STEP 6
BELAJAR MANDIRI

STEP 7
GENERAL ACTION

LO 1 MAHASISWA MAMPU MENJELASKAN RENCANA PERAWATAN


SESUAI KASUS PADA SKENARIO

Hasil pemeriksaan yang telah dilakukan


Pemeriksaan intraoral gigi 65 dan 55 karies profunda perforasi
Pemeriksaan ekstraoral tidak ada kelainan
Pemeriksaan radiograf radiolusent pada apeks gigi 65 dan 55 dan terlihat
perforasi bifurkasi serta agenisi gigi 25 dan 15

5
Rencana perawatan
Ekstraksi gigi 65 dan 55
Pembuatan gigi tiruan sebagian lepasan

Removable Partial Denture RPD (gigi tiruan lepasan) pada anak adalah salah
satu alat yang digunakan untuk mempertahankan ruangan akibat premature loss
gigi sulung dan agenesi gigi. Perbedaan pemakaian gigi tiruan lepasan pada anak
dan pada orang dewasa adalah lamanya pemakaian dan adanya perubahan
fisiologis pada lengkung rahang anak.
Gigi tiruan lepasan pada anak dapat berfungsi sebagai space maintainer,
mencegah kebiasaan buruk, memperbaiki fungsi pengunyahan, estetik dan bicara.
Kesimpulan,untuk mendapatkan hasil yang baik ,penggunaan RPD pada anak
memerlukan kerjasama antara anak, orang tua dan dokter gigi anak.
Hal-hal yang harus dipertimbangkan sebelum menggunakan RPD pada anak.
Terdapat beberapa hal yang harus dipertimbangkan/ditanyakan pada anak dan
orang tua. Hal-hal tersebut yaitu;
(1) Apakah anak mau beradaptasi dengan perubahan dalam mulut sehubungan
dengan penggunaan RPD
(2) Apakah memang dengan perggunaan RPD dapat mencegah migrasi gigi
tetangga ke daerah yang kosong
(3) Tipe gigi tiruan apa yang cocok dengan anak
(4) Apakah ada gangguan bicara pada anak sehubungan dengan kehilangan
gigi anterior
(5) Apakah erupsi gigi pengganti memang masih lama
(6) Apakah ada riwayat trauma.

LO 2 MAHASISWA MAMPU MENJELASKAN KONTRUKSI GIGI


TIRUAN SEBAGIAN LEPASAN PADA ANAK

Gigi tiruan sebagian lepasan terdiri dari komponen-komponen:

1. Basis
Basis disebut juga plat protesa adalah bagian dari gigi tiruan yang
menutupi mukosa mulut di daerah palatum labial, bukal, lingual.
Fungsi basis:
Untuk meneruskan tekanan kunyah ke mukosa dan tulang alveolar di
bawahnya
Untuk memberi retensi dari protesa, karena adanya gaya adhesif antara
basis dengan mukosa yang dibatasi dengan media air ludah
Tempat melekatnya cengkeram

6
Menggantikan jaringan yang hilang serta memberikan dukungan kepada
bibir dan pipi(estetik)
Semua jenis gigi tiruan sebagian lepasan harus dilepaskan dari mulut
setiap setelah makan untuk dibersihkan. Memelihara gigi tiruan sebagian
lepasan kerangka logam pada dasarnya sama dengan memelihara
gigitiruan sebagian lepasan resin akrilik. Gigi tiruan kerangka logam
memiliki keuntungan dimana gigi tiruan sebagian lepasan jenis ini lebih
mudah dibersihkan daripada gigitiruan sebagian lepasan resin akrilik.

Macam-macam basis geligi tiruan

a. Basis dukungan gigi


Pada basis dukungan gigi, yang semata-mata merupakan span yang
dibatasi gigi asli pada kedua sisinya, tekanan oklusal secara langsung
disalurkan kepada gigi penyangga melalui kedua sandaran oklusal. Selain
fungsi tadi, basis bersama-sama elemen gigi tiruan berfungsi pula
mencegah migrasi horisontal gigi tetangga, serta migrasi vertikal gigi
antagonis.
b. Basis dukungan jaringan
Dukungan jaringan ini penting, agar tekanan kunyah dapat disalurkan ke
permukaan yang lebih luas, sehingga tekanan persatuan luas menjadi lebih
kecil
Macam-macam bahan basis
a. Metal
Indikasi pemakaian basis metal
Penderita yang hipersensitif terhadap resin
Penderita dengan gaya kunyah abnormal
Ruang intermaksiller kecil
Kasus basis dukungan gigi dengan desain unilateral
Permintaan penderita
b. Resin
Indikasi basis resin
Resin merupakan bahan terpilih untuk basis protesa
Sebagai basis resin menunjukkan kelebihan
Warnanya harmonis dengan jaringan sekitarnya
Dapat dilapisi dan dicekatkan kembali dengan mudah
Relatif lebih ringan
Teknik pembuatan dan pemolesannya mudah
Harganya murah

7
2. Sadel
Sadel adalah bagian dari gigi tiruan yang menutupi mukosa di atas
prosesus alveolaris dan mendukung elemen gigi tiruan.
Apabila bila sadel letaknya:
a. Diantara gigi asli diseut bounded saddle
b. Posterior dari gigi asli disebut free end saddle

3. Elemen gigi tiruan


Elemen gigi tiruan adalah bagian dari gigi tiruan yang merupakan bentuk
gigi tiruan dari gigi asli yang hilang. Bahan dasar gigi tiruan dapat
bermacam-macam, yaitu:resin akrilik, porselen,logam.
Elemen gigi tiruan resin akrilik:
a. Mudah aus, terutama pada penderita yang mempunyai kekuatan kunyah
yang kuat
b. Perlekatannya dengan basis merupakan persenyawaaan kimia, karena
bahannya sama
c. Dapat berubah warna
d. Mudah tergores
e. Mudah dibentuk/diperkecil sesuai dengan ruangan
f. Lebih ringan dibanding gigi tiruan yang dari porselen dan logam
g. Dapat diasah dan dipoles
h. Karena sifat mudah aus, baik sekali dipakai untuk prosesus alvolaris yang
datar
Elemen gigi tiruan porselen:

a. Tidak mudah aus/tergores


b. Perlekatannya dengan basis secara mekanis, sehingga elemen gigi tiruan
harus mempunyai retensi untuk pelekatnya terhadap basis bentuk retensi
gigi tiruan porselen:undercur,pin,alur
c. Tidak berubah warna
d. Tidak dapat diasah
e. Lebih berat daripada akrilik
f. Tidak baik dipakai untuk prosesus alveoalris yang datar(resorbsi)
Elemen gigi tiruan logam:

8
a. Biasanya dibuat sendiri sesuai dengan ruang protesa yang ada, terutama
untuk gigi posterior yang ruang protesanya sempit
b. Estetis kurang baik
c. Tahan terhadap daya kunyah yang besar/kuat

4. Cengkeram pada gigi tiruan sebagian lepas


Cengkeram (cangkolan/clasp/klammer/extracoronal retainer) merupakan
bagian dari komponen gigi tiruan sebagian lepas, baik akrilik maupun kerangka
logam, yang berbentuk bulat/gepeng yang terbentuk dari kawat stainless steel /
logam tuang yang melingkari gigi penjangkaran. Fungsi cengkeram adalah
memberi retensi, stabilisasi, dan support bagi gigi tiruan, serta meneruskan beban
kunyah ke gigi penjangkaran.

Fungsi retensi: untuk menahan gigi tiruan agar tidak terangkat ke oklusal atau
melawan gaya-gaya vertikal. Contoh bagian cengkeram yang memberikan
retensi adalah jari cengkeram.
Fungsi stabilisasi: untuk menahan gigi tiruan agar tidak bergerak oleh gaya-
gaya horizontal. Contoh bagian cengekeram yang memberikan stabilisasi
adalah bahu dan badan cengkeram.
Fungsi meneruskan beban kunyah ke gigi penjangkaran salah satunya
diberikan oleh occlusal rest.

Untuk memudahkan pembentukan cengkeram pada gigi penjangkaran,


bidang permukaan bukal / lingual gigi dibagi menjadi 4 kuadran, yaitu :

Kuadran I dan II terletak diatas lingkaran


terbesar gigi
Kuadran III dan IV terletak dibawah lingkaran
terbesar gigi
Kuadran I dan III terletak pada daerah yang
dekat dengan diastema
Kuadran II dan IV terletak pada daerah yang
jauh dari diastema
Bagian jari : terletak pada kuadran III dan IV
Bagian bahu : terletak pada kuadran I
Syarat umum gigi penjangkaran:

9
1. Gigi vital atau non-vital yang telah dirawat PSA dengan baik.
2. Bentuk anatomis dan besarnya normal.
3. Tidak ada kelainan ataupun kerusakan, seperti karies, hypoplasia, dan
lainnya.
4. Posisi berada dalam lengkung gigi yang normal, tidak boleh miring,
berputar, ekstrud, atau keluar dari lengkung gigi.
5. Keadaan akar gigi harus:
Tertanam dalam tulang alveolar dengan perbandingan mahkota akar 2:3,
minimal 1:1
Bentuk normal, sebaiknya tidak berfusi
Jaringan periodontal sehat
Tidak ada kelainan periapikal
6. Sebaiknya gigi penjangkaran tidak goyang. Bila goyang, maksimal goyang
derajat 1 dan harus digandeng atau di-splint dengan gigi sebelahnya.

Cengkeram terdapat dalam berbagai macam. Secara umum, terdapat 3 tipe


cengkeram berdasarkan desainnya, yaitu:

1. Tipe Suprabulge / Sirkumferensial


Cengkeram ini merupakan cengkeram yang mencapai daerah undercut
retentif dari arah oklusal atau dari atas garis survey. Lengan retentif cengkeram
akan berjalan dari oklusal di atas garis survey, kemudian menyilang dan berakhir
di daerah undercut retentif di bawah garis survey.

2. Tipe Infrabulge / Bar


Cengkeram ini merupakan cengkeram yang mencapai daerah undercut
retentif dari arah gingiva atau dari bawah garis survey. Lengan retentif cengkeram
berasal dari sadel atau konektor mayor, kemudian menyilang tepi gingiva, dan
berakhir di daerah undercut retentif.

10
3. Tipe Kombinasi
a.
Sirkumferensial dengan bar
b. Sirkumferensial dengan wrought wire

Perbandingan sifat cengkeram tipe sirkumferensial dengan tipe bar:

Sifat Cengkeram Tipe Sirkumferensial Tipe Bar


Pendekatan daerah retensi Dari oklusal Dari servikal
Kemungkinan retensi Terbatas Besar
Gangguan estetik Biasanya besar Biasanya sedikit
Penutupan gigi Luas Kurang luas
penjangkaran
Penutupan gingiva Kurang Luas
Ungkitan gigi penjangkaran Besar Kecil / tidak ada

Cengkeram yang dipakai pada gigi tiruan sebagian lepas akrilik secara
umum berbeda dengan cengkeram yang dipakai pada gigi tiruan sebagian
kerangka logam. Gigi tiruan sebagian lepas akrilik biasanya menggunakan
cengkeram kawat, sedangkan gigi tiruan sebagian kerangka logam biasanya
menggunakan cengkeram logam tuang. Namun, terkadang yang membedakan
kedua cengkeram ini hanyalah konstruksi / komposisinya saja, sedangkan
desainnya hampir sama.

Perbedaan cengkeram kawat dan cengkeram logam tuang:

Cengkeram Kawat Cengkeram Logam Tuang

11
Lebih fleksibel Lebih kaku / rigid

Cepat longgar Lebih fit

Kurang stabil Lebih stabil

Kurang retentif Lebih retentif

Bentuk bulat, diameter 0.81.2 mm Bentuk lingkaran atau elips

Kontak dengan gigi: kontak garis Kontak dengan gigi: kontak bidang

Letak pada kuadran III, IV Letak pada kuadran I, IV

Permukaan gigi yang ditutup lebih Permukaan gigi yang ditutup lebih
sedikit estetis baik luas

estetis kurang baik


Bahan: chrom, nikel, baja, emas, Bahan: chrom cobalt, vitalium, emas
platina

A. Cengkeram pada Gigi Tiruan Sebagian Lepas Akrilik


Gigi tiruan sebagian lepas akrilik biasanya menggunakan cengkeram kawat,
yaitu merupakan jenis cengkeram yang lengan-lengannya terbuat dari kawat jadi
(wrought wire). Kawat jadi yang sering dipakai biasanya terbuat dari kawat aloi
khrom nikel dan dapat diperoleh dalam 3 jenis ketegaran, yaitu soft (500650
N/mm2), hard (14001600 N/mm2), dan springhard (18002000 N/mm2).

12
Ukuran yang sering dipakai adalah diameter 0.7 mm untuk gigi anterior dan 0.8
mm untuk gigi posterior.

Syarat-syarat cengkeram kawat :

1. Harus kontak garis


2. Tidak boleh menekan/harus pasif
3. Ujung jari tidak boleh menyentuh gigi tetangga dan melukai jaringan lunak
sehingga tidak boleh tajam / harus dibulatkan.
4. Tidak ada jejas bekas tang pada lengan cengkeram. Jejas menunjukkan
kurang baiknya manipulasi pembengkokan, sehingga akan mempengaruhi
daya tahan cengkeram.
5. Bagian cengkeram yang melalui oklusal gigi tidak boleh menganggu
oklusi/artikulasi
6. Jarak bagian jari ke servikal gigi :
a. Cengkeram paradental : -1mm
b. Cengkeram gingival : 1 - 2mm
7. Bagian retensi dalam akrilik harus di bengkokan

Cengkeram pada gigi tiruan sebagian lepas akrilik dapat dibagi menurut
fungsinya, yaitu cengkeram paradental, cengkeram gingival, dan cengkeram
kombinasi dari paradental dan gingival. Pada desain-desain gigi tiruan sebagian
lepas akrilik saat ini, cengkeram gingival sudah jarang digunakan.

1. Cengkeram Paradental
Cengkeram ini selain berfungsi untuk retensi dan stabilisasi gigi tiruan
sebagian lepas, juga untuk meneruskan beban kunyah ke gigi penjangkaran,
yang dilakukan oleh bagian cengkeram yang berada di bagian oklusal gigi,
contohnya rest. Oleh karena itu, cengkeram paradental harus memiliki bagian
yang melalui daerah oklusal gigi penjangkaran, atau melalui titik kontak antara
gigi penjangkaran dengan gigi sebelahnya.

Macam-macam cengkeram paradental:

a) Cengkeram 3 jari
Terdiri dari:
Lengan bukal dan lingual

13
Badan
Bahu
Rest oklusal
Bagian retensi dari akrilik
Indikasi: gigi molar dan premolar
Modifikasi cengkeram 3 jari:

Rest tidak dibuat dari arah diastema, tapi dari perpanjangan salah
satu jari ke bagian oklusal.
Indikasi modifikasi cengkeram 3 jari:
Adanya tambalan besar
Gigi paling posterior
Gigi miring ke diastema

b) Cengkeram Jackson (Full Jackson)


Desain: bermula dari palatal / lingual terus ke oklusal di atas titik
kontak pada proksimal, turun ke bukal melingkari bawah kontur
terbesar, naik lagi ke oklusal di atas titik kontak, lalu turun ke
lingual masuk ke akrilik.
Indikasi: gigi molar ataupun premolar yang mempunyai kontak
yang baik di bagian mesial dan distalnya.
Kekurangan: bila gigi penjangkaran terlalu cembung, cengkeram
full Jackson sulit masuk pada saat pemasangan gigi tiruan sebagian
lepas.

c) Cengkeram Jackson (Half Jackson)


Desain: bermula dari bukal terus ke oklusal di atas titik kontak pada
proksimal, turun ke lingual dan masuk ke akrilik.

14
Indikasi:
Gigi molar dan premolar
Gigi terlalu cembung sehingga cengkeram full Jackson sulit
dimasukkan
Ada titik kontak yang baik diantara dua gigi

d) Cengkeram S
Desain: bermula dari bukal terus ke oklusal / insisal di atas titik
kontak turun ke lingual melalui atas singulum, kemudian turun ke
bawah masuk ke akrilik.
Indikasi: gigi kaninus dengan singulum yang besar

e) Cengkeram Kippmeider
Desain: cengkeram ini tidak mempunyai lengan, hanya ada rest di
atas singulum.
Indikasi:
Gigi kaninus
Singulum dalam keadaan baik
Fungsi:
Meneruskan beban kunyah ke gigi penjangkaran

15
Stabilisasi

f) Cengkeram Rush
Anker / Ball Retainer
Desain: bermula
dari oklusal di proksimal, baik mesial ataupun distal, lalu ke arah
lingual, terus ke bawah dan masuk ke akrilik.
Indikasi: gigi molar ataupun premolar yang titik kontaknya baik.
Fungsi:
Meneruskan beban kunyah ke gigi penjangkaran
Retensi pada pembuatan splin

g) Cengkeram Roach
Desain: bermula dari oklusal di daerah titik kontak pada proksimal
turun ke bukal dan lingual terus ke proksimal di daerah diastema,
lalu masuk ke akrilik.
Indikasi: gigi molar dan premolar yang mempunyai titik kontak
yang baik.

2. Cengkeram Gingival
Cengkeram ini hanya berfungsi untuk retensi dan stabilisasi gigi tiruan
sebagian lepas. Oleh karena itu, cengkeram gingival tidak memiliki bagian
yang melalui daerah oklusal gigi penjangkaran dikarenakan tidak berfungsi
untuk meneruskan beban kunyah selayaknya cengkeram paradental.

16
a) Cengkeram 2 Jari
Desain: sama seperti cengkeram 3 jari, namun tidak memiliki rest.
Indikasi: gigi molar dan premolar

b) Cengkeram 2 Jari Panjang


Desain: sama seperti cengkeram 2 Jari, namun cengkeram 2 Jari
Panjang hanya melingkari 2 gigi yang berdekatan
Indikasi: gigi molar dan premolar, dengan kondisi gigi yang dekat
diastema kurang kuat atau maksimal goyang derajat 1.

c) Cengkeram Jackson Gingival (1 Jari)


Desain: sama seperti cengkeram Jackson paradental, namun
bedanya cengkeram ini melalui bagian proksimal dekat diastema,

17
bukan di titik kontak, dan di bagian lingual lurus ke bawah (tetap di
tepi lingual)
Indikasi: gigi molar, premolar, dan kaninus.

d) Cengkeram Gillet
Desain: sama seperti cengkeram Jackson gingival namun
ditambah dengan peninggian basis
Indikasi: gigi kaninus

e) Cengkeram Vestibular Finger


Desain: bermula dari sayap bukal gigi tiruan sebagian lepas ke
vestibulum bagian labial, lalu ujungnya ditutupi akrilik.
Indikasi: gigi yang tersisa hanya gigi anterior yang tidak dapat
dilingkari cengkeram, dan bagian vestibulum labial harus
mempunyai endercut retentif yang cukup.
Fungsi: untuk tambahan retensi, namun kurang efektif

18
3. Cengkeram Kombinasi dari Paradental dan Gingival
Salah satu contoh cengkeram yang merupakan perpaduan antara cengkeram
paradental dan gingival adalah cengkeram Dua Jari Modifikasi. Indikasinya
adalah kasus kehilangan gigi long span ataupun free end saddle. Contoh desain
gigi tiruan dengan cengkeram Dua Jari Modifikasi:

B. Cengkeram pada Gigi Tiruan Sebagian Lepas Kerangka Logam


Gigi tiruan sebagian lepas kerangka logam biasanya menggunakan logam
tuang (cast metal). Syarat-syarat cengkeram tuang:

Support
o Untuk mencegah pergerakan gigi tiruan kea rah gingiva dan
mempertahankan hubungan yang stabil antara cengkeram dengan gigi
penjangkaran
o Beban bisa disalurkan ke jaringan periodontal sejajar sumbu aksial gigi
o Diberikan oleh occlusal rest

Bracing / stabilisasi
o Merupakan resistensi dari cengkeram dalam melawan gaya-gaya
horizontal, lateral, dan torsi
o Cengkeram sirkumferensial memberikan bracing yang lebih baik
o Diberikan oleh semua bagian yang kaku dari cengkeram, kecuali bagian
retentif di terminal

Retensi

19
Untuk mencegah ergerakan gigi tiruan dari arah gingiva, misalnya
dikarenakan oleh gerakan lidah, pengunyahan, penelanan, atau
makanan yang lengket

Reciprocation / daya resiprokal


Merupakan bagian cengkeran yang menetralisasi gaya-gaya yang
dibuat oleh bagian cengkeram yang lain

Encirclement / pelingkaran
Encirclement yang baik adalah bila cengkeram melingkari gigi
penjangkaran sebanyak 180o

Pasif
Pasif yang dimaksud adalah cengkeram tidak boleh memberikan
tekanan kecuali pada waktu berfungsi atau pada saat melepaskan gigi
tiruan

1) Cengkeram Akers / simple circlet / kelas I Ney


Desain: Sama seperti cengkeram 3 jari, terdiri dari 1 buah rest oklusal dan 2
buah lengan (lengan retentif dan resiprokal). Cengkeram ini paling
sederhana dan paling sering digunakan.

Indikasi:
o Gigi molar dan premolar
o Untuk bounded saddle
Keuntungan:
o Sederhana

20
o Cukup higienis
o Memenuhi persyaratan cengkeram baik, yaitu:
-
Support diberikan oleh rest oklusal
-
Bracing diberikan oleh lengan lingual, bahu dari lengan bukal, konektor
minor, dan rest oklusal
-
Retensi diberikan oleh bagian terminal dari lengan retentif, yaitu bagian
cengkeram yang terletak di bawah garis survey
-
Reciprocation diberikan oleh lengan lingual yang kaku
-
Encirclement diberikan oleh lengan bukal dan lingual yang melingkari
gigi lebih dari 180o

Modifikasi cengkeram Akers:


a) Hairpin clasp
o Desain: modifikasi terletak pada bagian bukal, tetapi ukuran gigi harus
relatif lebih besar
o Indikasi: gigi posterior yang undercut retentifnya kurang untuk dipakaikan
cengkeram Akers
o Kekurangan: mudah terjadi karies dan estetik kurang, sehingga biasanya
hanya dipakai untuk rahang bawah

b) Reverse approach circlet


o Desain: modifikasi terletak pada letak rest yang tidak berada di daerah
diastema

21
o Indikasi: untuk sadel ujung bebas (free end saddle) terutama bila gigi
terposterior merupakan:
-
Gigi premolar atau molar
-
Gigi yang tersisa hanya gigi M2 atau M3 kiri dan kanan
-
Bounded dengan span kecil

c) Cengkeram kombinasi
o Desain: modifikasi terletak pada lengan bukal yang merupakan cengkeram
tipe bar seperti bentuk I atau T
o Kelebihan: estetik lebih baik
o Kekurangan: stabilitas dan encirclement kurang

2) Cengkeram Ring
Desain: mempunyai 2 rest oklusal dan mengelilingi hampir seluruh gigi
Indikasi: gigi molar terkahir yang berdiri sendiri atau yang miring,
sebaiknya simetris antara rahang kiri dan kanan
Kelebihan:
- Encirclement baik
- Beban jatuh sejajar sumbu aksial meskipun gigi penjangkaran
miring
Kekurangan:
- Banyak bagian gigi yang ditutupi sehingga estetik kurang
- Retensi relatif kurang

3) Cengkeram Back Action


Prinsip: sama seperti cengkeram ring
Indikasi: kelas I dan II Kennedy dengan gigi premolar sebagai gigi
terposterior
Kelebihan: estetik lebih baik daripada cengkeram ring
Kekurangan:
- Daya resiprokal kurang
- Kurang higienis dari segi periodontal
- Kurang dapat melawan gaya-gaya horizontal

22
4) Cengkeram Double Akers / embrasure clasp / Bonwill
Desain: merupakan 2 buah cengkeram
Akers yang disatukan
Indikasi: gigi premolar dan molar yang
tidak memiliki diastema di antaranya
Kelebihan: memenuhi semua persyaratan
cengkeram yang baik
Kekurangan: banyak bagian gigi yang
ditutupi sehingga estetik kurang

5) Cengkeram Roach
Merupakan cengkeram yang terdiri dari 2 atau 3 bagian yang disatukan
Dibagi menjadi 2 macam, yaitu:
a) RII
o Terdiri dari 3 bagian, yaitu rest, I bar retentive arm, dan I bar
bracing arm
o Bar pada bagian labial dapat berbentu I,Y,T,R,C tergantung
undercut retentif
o Indikasi: gigi anterior dan premolar, gigi tiruan tooth borne
o Keuntungan : retensi dan estetik cukup baik
o Kerugian : higienis dan encirclement kurang

b) RPI
o Terdiri dari 3 bagian, yaitu rest, proximal plate, dan I bar.
o Indikasi: gigi tiruan tooth-mucosa borne, dan free end saddle (kelas
I, II Kennedy)
o Keuntungan:
- Pada saat istirahat, memungkinkan encirclement yang baik bagi
gigi penjangkaran
- Pada saat berfungsi, I bar dan proximal plate akan menjauhi gigi
penjangkaran sehingga beban yang jatuh pada gigi pengkaran
berkurang

23
6) Cengkeram Logam Tuang untuk Gigi Anterior
Terdapat beberapa cengkeram logam tuang yang diindikasikan untuk gigi
anterior yang pada pemakaiannya perlu mempertimbangkan estetika, yaitu:

a) Incisal rest
b) Roach
c) Inlay
d) Gabelklammer
e) Krallenverankerung

Konstruksi gigi tiruan sebagian lepasan:

1. Kelas dari masing-masing daerah tak bergigi.

Daerah tak bergigi pada suatu lengkung gigi dapat bervariasi, anatara lain dalam
hal panjang, macam, jumlah dan letaknya. Semua ini akan mempengaruhi rencana
pembuatan disain gigi tiruan, baik dalam bentuk sadel, konektor maupun
pendukungnya.

Klasifikasi gigi tiruan pada periode gigi campuran adalah sebagai berikut :

Kelas I : Kehilangan gigi posterior rahang atas satu sisi

Kelas II : Kehilangan gigi posterior rahang bawah satu sisi

Kelas III : Kehilangan gigi posterior rahang atas dua sisi

Kelas IV : Kehilangan gigi posterior rahang bawah dua sisi

24
Kelas V : Kehilangan gigi anterior-posterior rahang atas

Kelas VI : Kehilangan gigi anterior-posterior rahang bawah

Kelas VII : Kehilangan satu atau lebih gigi susu/ gigi tetap anterior

Kelas VIII : Kehilangan semua gigi susu

Pada kasus kehilangan gigi kelas VII, akan membutuhkan pemakaian gigi
tiruan lepasan . Menurut penelitian bahwa kehilangan gigi anterior pada periode
gigi campuran akan mengakibatkan gangguan dalam proses erupsi gigi tetap.
Tanggalnya gigi tersebut akan mengakibatkan migrasi gigi tetangga ke arah yang
hilang.

2. Macam dukungan dari setiap sadel.

Bentuk daerah tidak bergigi ada dua macam yaitu daerah tertutup (paradental)
dan daerah berujung bebas (free end). Bentuk sadel dibagi menjadi dua yaitu
sadel tertutup dan berujung bebas.

Menentukan macam-macam dukungan dari setiap sadel. Terdapat 3 (tiga) macam


jenis dukungan gigi tiruan, yaitu:

a. Tooth borne

Dukungan gigi tiruan diperoleh dari gigi tetangga / gigi yang masih dapat
dijadikan sebagai pendukung.

b. Mucose/tissue borne

Dukungan gigi tiruan diperoleh dari mukosa.

c. Mucosa and tooth

Dukungan gigi tiruan diperoleh dari gigi dan mukosa.

Dukungan terbaik untuk protesa sebagian lepasan hanya dapat diperoleh bila
factor-faktor berikut ini diperhatikan dan dipertimbangkan. Faktor-faktor tersebut

25
adalah kejadian jaringan pendukung, panjang sadel, jumlah sadel, dan keadaan
rahang yang akan dipasangi geligi tiruan.

1. Keadaan jaringan pendukung


2. Panjang sadel
3. Jumlah sadel
4. Keadaan rahang

3. Jenis penahan.

Penahan yang akan dipilih dapat ditentukan dengan memperhatikan faktor-faktor


berikut:

a. Dukungan sadel

Dukungan sadel berkaitan dengan indikasi macam cangkolan yang akan


dipakai dan gigi penyangga yang diperlukan.

b. Stabilitas gigi tiruan

Berhubungan dengan jumlah dan macam gigi pendukung yang ada dan
yang akan dipakai.

c. Estetika

Berhubungan dengan bentuk dan tipe cangkolan dan lokasi gigi


penyangga.

Menentukan macam retainer / penahan yang digunakan dalam pemakaian


gigi tiruan. Terdapat 2 (dua) macam jenis yang retainer yang dapat digunakan
sesuai kebutuhan desain gigi tiruan.

a. Direct Retainer

Merupakan bagian dari cangkolan GTS yang berguna untuk menahan terlepasnya
gigi tiruan secara langsung. Direct retainer ini dapat berupa klamer/cengkeram
dan presisi yang berkontak langsung dengan permukaan gigi pegangan. Ciri khas
cangkolan tuang oklusal adalah lengan-lengannya berasal dari permukaan oklusal
gigi dan merupakan cangkolan yang paling sesuai untuk kasus-kasus gigi tiruan
dukungan gigi karena konstruksinya sederhana dan efektif.

26
Fungsi direct retainer adalah untuk mencegah terlepasnya gigi tiruan ke arah
oklusal. Prinsip desain cangkolan yaitu pemelukan, pengimbangan, retensi,
stabilisasi, dukungan, dan pasifitas. Macam-macam cangkolan menurut Ney,
yaitu:

1. Akers clasp
2. Roach clasp
3. Kombinasi Akers-Roach
4. Back Action clasp
5. Reverse back Action clasp
6. Ring clasp
7. T clasp
8. I clasp
9. Compound clasp / Embrasure clasp.

b. Indirect Retainer

Indirect Retainer adalah bagian dari GTS yang berguna untuk menahan
terlepasnya gigi tiruan secara tidak langsung. Retensi tak langsung diperoleh
dengan cara memberikan retensi pada sisi berlawanan dari garis fulkrum tempat
gaya tadi bekerja. Retensi itu dapat berupa lingual bar atau lingual plate bar.

4. Menentukan jenis konektor.

Menentukan macam konektor yang akan digunakan sesuai desain dan kebutuhan
bagi pasien pemakai gigi tiruan. Terdapat 2 (dua) jenis konektor yang dapat dipilih
sesuai kebutuhan dan desain:

a. Konektor Utama

Merupakan bagian dari GTSL yang menghubungkan komponen-komponen yang


terdapat pada satu sisi rahang dengan sisi yang lain atau bagian yang
menghubungkan basis dengan retainer.Fungsi konektor utama adalah
menyalurkan daya kunyah yang diterima dari satu sisi kepada sisi yang lain.
Syarat konektor utama adalah:

1. Rigid

27
2. Tidak mengganggu gerak jaringan
3. Tidak menyebabkan tergeseknya mukosa dan gingiva
4. Tepi konektor utama cukup jauh dari margin gingiva
5. Tepi dibentuk membulat dan tidak tajam supaya tidak menganggu lidah
dan pipi.

Konektor utama dapat berupa bar atau plate tergantung lokasi, jumlah gigi yang
hilang, dan rahang mana yang dibuatkan. Pada rahang atas dapat berupa single
palatal bar, U-shaped palatal connector, antero-posterior palatal bar dan palatal
palate. Pada rahang bawah dapat berupa lingual bar dan lingual plate.

b. Konektor minor

Konektor minor merupakan bagian GTSL yang menghubungkan konektor utama


dengan bagian lain, misalnya sandaran oklusal. Biasanya diletakkan pada daerah
embrasur gigi dan harus berbentuk melancip ke arah gigi penyangganya. Fungsi
konektor minor adalah meneruskan tekanan oklusal / beban oklusi ke gigi
peganggan, membantu stabilisasi dengan menahan gaya pelepasan,
menghubungkan bagian-bagian GTS dengan konektor utama, menyalurkan efek
penahan, sandaran dan bagian pengimbangan kepada sandaran serta mentransfer
efek retainer/klamer serta komponen gigi lain ke gigi tiruan.

Dasar pertimbangan pemilihan konektor adalah :

1. Pengalaman pasien
2. Stabilisasi
3. Bahan geligi tiruan

Khusus untuk kasus berujung bebas, hal-hal berikut ini perlu diperhatikan:

1. Perlu adanya penahan tak langsung


2. Desain cengkram harus dibuat sedemikian sehingga tekanan kunyah yang
bekerja pada gigi penahan jadi seminimal mungkin
3. Perlu dilakukan pencetakan ganda agar keseimbangan penerimaan beban
kunyah antara gigi dan mukosa dapat dicapai
4. Sandaran oklusal hendaknya diletakkan menjauhi daerah tak bergigi

28
5. Dalam pembuatan desain perlu dipikirkan kemungkinan perlunya
pelapisan atau penggantian basis di kemudian hari dan hal ini harus mudah
dilakukan.

LO 3 MAHASISWA MAMPU MENJELASKAN SYARAT GIGI TIRUAN


SEBAGIAN LEPASAN PADA ANAK

Syarat pembuatan gigi tiruan sebagian lepasan antara lain, yaitu :

1. Alat yang dipakai dapat mengembalikan dan memperbaiki fungsi


mastikasi, estetik dan bentuk muka pasien.
2. Alat memiliki kekuatan yang baik untuk mengunyah dan stabil bila
digunakan.
3. Tidak mengganggu fungsi bicara.
4. Tidak menghambat pertumbuhan normal lengkung rahang.
5. Dapat mencegah erupsi berlebihan gigi antagonis, migrasi dan
kemungkinan terjadinya kebiasaan buruk.
6. Mudah untuk dibersihkan.
7. Disain harus disesuaikan, agar mudah dipasang dan dikeluarkan oleh
pasien.
8. Disain harus seimbang, agar dapat diperbaiki untuk penyesuaian erupsi
gigi tetap.
9. Alat tidak menyebabkan karies dan tidak mengiritasi jaringan
pendukungnya.

Syarat Gigi Tiruan pada anak


a. Tidak memberikan tekanan abnormal pada gigi penyangga
b. Disain yang sederhana, ekonomis dan mudah dibersihkan
c. Tidak mengganggu fungsi bicara
d. Mudah dilakukannya reparasi
e. Tidak mengganggu pertumbuhan lengkung rahang
f. Mudah pemasangannya dan mudah melepaskannya
g. Sayap landasan tidak boleh menekan mucobuccal fold
h. Tidak boleh terlalu tebal
i. Desain harus memungkinan terjadinya distribusi yang merata pada gigi
yang akan dijadikan retensi. Ketika bebas tekanan tidak terdistribusi
sempurna maka akan mempengaruhi jaringan lunak rongga mulut serta
gigi di sekitar gigi tiruan

29
Penggunaan gigi tiruan sebagian lepasan dapat memulihkan dan mengembalikan
fungsi gigi dengan mempertahankan gigi yang masih ada. Fungsi gigi tiruan
sebagian lepasan antara lain :

1. Pemulihan fungsi estetik.


Masalah estetik menjadi salah satu alasan utama pasien dalam
perawatan pembuatan gigi tiruan. Pasien yang kehilangan gigi anterior,
akan memperlihatkan wajah dengan bentuk bibir masuk ke dalam,
sehingga pada dasar hidung tampak lebih ke dalam dan dagu menjadi
lebih ke depan. Pada anak-anak kehilangan gigi anterior sering terjadi
karena kecelakaan, sehingga tidak sedikit perawatannya dengan cara
mencabut gigi yang terkena trauma akibat kegoyangan yang sangat
besar. Tanggalnya gigi tersebut akan mengakibatkan migrasi ke
gigi tetangga ke arah gigi yang hilang.
2. Peningkatan fungsi bicara.
Organ bicara yang tidak lengkap dan kurang sempurna dapat
mempengaruhi suara pasien, misalnya pasien kehilangan gigi anterior
rahang atas dan rahang bawah. Kehilangan gigi anterior dapat
mengakibatkan gangguan bicara yang bersifat sementara, setelah
menggunakan gigi tiruan mampu meningkatkan fungsi bicara dengan cara
membiasakan menggunakan gigi tiruan. Terbentuknya suara berawal dari
laring, lidah, palatum dan dibantu gigi-gigi. Rongga mulut dan sinus
maksilaris dalam hal ini berfungsi sebagai ruang resonansi. Menurut
tempat terjadinya suara yang dihasilkan dapat dibedakan sebagai berikut :
a. Labial Merupakan huruf yang diucapkan oleh bibir, antara
lain huruf (b), (p), (m).
b. Labiodental Merupakan huruf yang diucapkan antara bibir
bawah dengan tepi insisal gigi anterior rahang atas, antara lain
huruf (f), (v), (ph).
c. Linguodental Merupakan huruf yang diucapkan antara lidah
dengan gigi anterior rahang atas, antara lain huruf (th).
d. Linguopalatal Merupakan huruf yang diucapkan antara lidah
dengan palatum, antara lain huruf (d), (s), (c), (j).

30
e. Nasal Merupakan huruf yang akan terdengar seperti huruf (n),
(ng).
3. Perbaikan dan peningkatan fungsi pengunyahan.
Salah satu bagian terpenting dalam proses pencernaan makanan
adalah mulut. Makanan akan diproses di dalam rongga mulut dengan gigi,
agar proses tersebut dapat berjalan dengan baik harus disertai dengan
perawatan dan pemeliharaan yang optimal dari gigi dan mulut tersebut.
Penelitian Farrel (1962) menunjukkan bahwa jenis makanan
tertentu dapat dicernakan dengan sempurna tanpa perlu dikunyah sama
sekali. Penderita yang sudah kehilangan gigi biasanya mengalami
perubahan pada mastikasi. Tekanan kunyah akan terpusat pada satu sisi
atau satu bagian saja. Penggunaan gigi tiruan sebagian lepasan akan
memperbaiki penyaluran tekanan kunyah secara merata ke seluruh bagian
jaringan pendukung.
4. Mempertahankan jaringan mulut yang ada.
Jaringan mulut yang ada akan dipertahankan dengan pemakaian
gigi tiruan sebagian lepasan, karena dengan gigi tiruan dapat mencegah
atau mengurangi efek yang timbul karena hilangnya gigi.
5. Pencegahan migrasi gigi.
Tanggalnya gigi sulung yang terlalu dini pada anak, dapat
mengakibatkan migrasi gigi tetangga dan antagonisnya untuk mengisi
ruang kosong yang ditinggalkan oleh gigi tersebut, sehingga lambat laun
akan mengakibatkan maloklusi dan lengkung gigi tidak berkembang
secara optimal, bahkan akan menyebabkan terjadinya gangguan bicara,
mastikasi, dan estetis. Ruang kosong pada gigi yang tanggal akan
mengakibatkan makanan tertinggal pada daerah yang kosong, sehingga
mudah terjadi akumulasi plak interdental, serta akan mengakibatkan
peradangan jaringan periodontal dan dekalsifikasi permukaan proksimal
gigi. Akibat lain dapat terjadi erupsi berlebih gigi antagonis.

LO 4 MAHASISWA MAMPU MENJELASKAN DESAIN DAN TAHAPAN


PEMBUATAN GIGI TIRUAN SEBAGIAN LEPASAN PADA ANAK

TAHAPAN PEMBUATAN GTSL

31
A. Kunjungan Pertama

1. Anamnesa Indikasi
2. Membuat Studi Model
a) Alat : Sendok cetak nomor tiga
b) Bahan Cetak : Hyidrokoloid Irreversible (alginat)
c) Metode Mencetak : Mucostatik

Posisi operator : RB : di kanan depan pasien pasien duduk tegak dan


bidang oklusal sejajar lantai posisi mulut setinggi siku operator.

d. Cara mencetak

Mula-mula dibuat adonan sesuai dengan perbandingan P/W


yaitu 3:1, setelah dicapai konsistensi yang tepat dimasukkan ke dalam
sendok cetak dengan merata, kemudian dimasukkan ke dalam mulut
pasien dan tekan posisi ke atas atau ke bawah sesuai dengan rahang
yang dicetak. Di samping itu dilakukan muscle triming agar bahan
cetak mencapai lipatan mukosa. Posisi dipertahankan sampai setting,
kemudian sendok dikeluarkan dari mulut dan dibersihkan dari saliva.
Hasil cetakan diisi dengan stone gips dan di-boxing.

B. Kunjungan Kedua

1. Membuat work model


a) Alat : sendok cetak fisiologis
b) Bahan cetak : hyidrokoloid irreversible (alginat)
c) Metode mencetak : mucocompresi
d) Cara mencetak

Rahang Atas :

Bahan cetak diaduk, setelah mencapai konsistensi tertentu


dimasukkan ke dalam sendok cetak. Posisi operator di samping kanan
belakang. Masukkan sendok cetak dan bahan cetak ke dalam mulut,
sehingga garis tengah sendok cetak berimpit dengan garis median wajah.
Setelah posisinya benar sendok cetak ditekan ke atas. Sebelumnya bibir
dan pipi penderita diangkat dengan jari telunjuk kiri, sedang jari manis,
tengah dan kelingking turut menekan sendok dari posterior ke anterior.
Pasien disuruh mengucapkan huruf U dan dibantu dengan trimming.

32
Rahang Bawah :

Bahan cetak diaduk, setelah mencapai konsistensi tertentu


dimasukkan ke dalam sendok cetak. Pasien dianjurkan untuk membuang
air ludah. Posisi operator di samping kanan depan. Masukkan sendok
cetak dan bahan cetak ke dalam mulut, kemudian sendok ditekan ke
processus alveolaris. Pasien diinstruksikan untuk menjulur lidah dan
mengucapkan huruf U. dilakukan muscle trimming supaya bahan
mencapai lipatan mucobuccal. Posisi dipertahankan sampai setting.

2. Pembuatan cangkolan yang akan digunakan untuk retensi gigi tiruan


dengan melakukan survey model terlebih dahulu pada gigi yang akan
dipakai sebagai tempat cangkolan berada nantinya.
3. Pembuatan basis gigi tiruan dengan menggunakan malam merah yang
dibuat sesuai dengan desain gigi tiruan.
4. Proses flasking, wax elimination, packing, processing deflasking,
finishing, polishing.

C. Kunjungan Ketiga

1. Try in basis gigi tiruan akrilik dengan cangkolannya. Pembuatan gigitan


kerja yang digunakan untuk menetapkan hubungan yang tepat dari model
RA dan RB sebelum dipasang di artikulator dengan cara : pada basis gigi
tiruan yang telah kita buat tadi ditambahkan dua lapis malam merah
dimana ukurannya kita sesuaikan dengan lengkung gigi pasien. Malam
merah dilunakkan kemudian pasien diminta mengigit malam tersebut.
2. Pemasangan model RA dan RB pada artikulator dengan memperhatikan
relasi gigitan kerja yang telah kita dapatkan tadi.
3. Penyusunan gigi tiruan dimana pada kasus ini akan dipasang gigi posterior
maka perlu diperhatikan bentuk dan ukuran gigi yang akan dipasang.
Posisi gigi ditentukan oleh kebutuhan untuk mendapatkan oklusi yang
memuaskan dengan gigi asli atau gigi tiruan antagonis untuk
mendapatkan derajat oklusi yang seimbang. malam dibentuk sesuai
dengan kontur alami prosesus alveolar dan tepi gingiva.
4. Proses flasking, wax elimination, packing, processing deflasking,
finishing, polishing.

33
D. Kunjungan Keempat

Dilakukan insersi yaitu pemasangan GTS lepasan dalam mulut pasien.


Hal-hal yang perlu diperhatikan antara lain :

1. Part of insertion and part of removement


Hambatan pada permukaan gigi atau jaringan yang dijumpai pada saat
pemasangan dan pengeluaran gigi tiruan dapat dihilangkan dengan cara
pengasahan permukaan gigi tiruan (hanya pada bagian yang perlu saja).
2. Retensi
Yaitu kemampuan GTS untuk melawan gaya pemindah yang cenderung
memindahkan gigi tiruan ke arah oklusal. Retensi gigi tiruan ujung bebas
di dapat dengan cara :
a. Retensi fisiologis, diperoleh dari relasi yang erat antara basis gigi
tiruan dengan membarana mukosa di bawahnya.
b. Retensi mekanik, diperoleh dari bagian gigi tiruan yang bergesekan
dengan struktur anatomi. Retensi mekanik terutama diperoleh dari
lengan traumatic yang menempati undercut gigi abutment.
3. Stabilisasi
Yaitu perlawanan atau ketahanan GTS terhadap gaya yang menyebabkan
perpindahan tempat/gaya horizontal. Stabilisasi terlihat dalam keadaan
berfungsi, misal pada saat mastikasi. Pemeriksaan stabilisasi gigi tiruan
dengan cara menekan bagian depan dan belakang gigi tiruan secara
bergantian. Gigi tiruan tidak boleh menunjukkan pergeseran pada saat tes
ini.
4. Oklusi
Yaitu pemeriksaan aspek oklusi pada saat posisi sentrik, lateral, dan
anteroposterior. Caranya dengan memakai kertas artikulasi yang
diletakkan di bawah gigi atas dan bawah, kemudian pasien diminta
melakukan gerakan mengunyah. Setelah itu kertas artikulasi pasien
diminta melakukan gerakan mengunyah. Setelah itu kertas artikulasi
diangkat dan dilakukan pemeriksaan oklusal gigi. Pada keadaan normal
terlihat warna yang tersebar secara merata pada permukaan gigi. Bila
terlihat warna yang tidak merata pada oklusal gigi maka dilakukan
pengurangan pada gigi yang bersangkutan dengan metode selective
grinding. Pengecekan oklusi ini dilakukan sampai tidak terjadi traumatik
oklusi. Selective grinding yaitu pengrindingan gigi-gigi menurut hukum

34
MUDL (pengurangan bagian mesial gigi RA dan distal RB) dan BULL
(pengurangan bagian bukal RA dan lingual RB).

E. Kunjungan Kelima

Kontrol dilakukan untuk memperbaiki kesalahan yang mungkin terjadi.


Tindakan yang perlu dilakukan :

1. Pemeriksaan subjektif
Pasien ditanya apa ada keluhan rasa sakit atau rasa mengganjal saat
pemakaian gigi tiruan tersebut.
2. Pemeriksaan objektif
a. Melihat keadaan mulut dan jaringan mulut
b. Melihat keadaan GTS lepasan baik pada plat dasar gigi tiruannya
maupun pada mukosa di bawahnya.
c. Melihat posisi cangkolan.
d. Melihat keadaan gigi abutment dan jaringan pendukungnya.
e. Memperhatikan oklusi, retensi, dan stabilisasi gigi tiruan

TAHAPAN PEMBUATAN DESAIN

a) Tahap 1 (Menentukan kelas dari masing-masing daerah tak bergigi)


Untuk gigi campuran dibagi menjadi 8 klas yaitu
Klas 1: kehilangan gigi posterior rahang atas satu sisi
Klas 2: kehilangan gigi posterior rahang bawah satu sisi
Klas 3: kehilangan gigi posterior rahang atas dua sisi
Klas 4: kehilangan gigi posterior rahang bawah dua sisi
Klas 5: kehilangan gigi anterior posterior rahang atas
Klas 6: kehilangan gigi anterior posterior rahang bawah
Klas 7: kehilangan semua gigi susu
Klas 8: kehilangan satu atau lebih gigi susu
b) Tahap 2 (Menentukan macam dukungan dari setiap sadel)
Bentuk daerah tak bergigi dibagi menjadi 2 yaitu daerah tertutup
(paradental) dan daerah berujung bebas (free end). Untuk paradental sadel
dukungan bisa dari gigi, mukosa dan kombinasi gigi dan mukosa.
Sedangkan untuk sadel berujung bebas atau free end saddle, dukungan
bisa dari mukosa serta kombinasi gigi mukosa.
c) Tahap 3 (Menentukan macam panahan)
Penahan ini disebut juga retainer. Pada gigi tiruan dikenal dua
macam retainer. Yaitu retainer direct dan retainer indirect. Pada retainer

35
direct ini diperlukan untuk setiap gigi tiruan sedangkan retainer indirect
tidak selalu dibutuhkan untuk setiap gigi tiruan.
d) Tahap 4: (Menentukan macam konektor)
Pada protesa akrilik biasanya menggunakan konektor jenis plat.
Namun untuk gigi tiruan kerangka logam, bentuk konektor
bervariasi dan dipilih sesuai indikasinya.

DESAIN GIGI TIRUAN PERLU DIPERHATIKAN FAKTOR-FAKTOR DI


BAWAH INI :
1) Garis fulkrum merupakan garis khayal yang membagi dua daerah tidak
bergigi dan berfungsi untuk menentukan tempat dan arah cangkolan,
selain itu perluasan landasan gigi tiruan harus memperhatikan nilai
beban kunyah di sebelah kanan dan kiri garis fulkrum.
2) Arah pemasangan cangkolan pada gigi kaninus dari mesial ke distal,
cara tersebut disesuaikan dengan bererupsinya gigi insisif tetap dan
bergesernya gigi kaninus sulung ke arah distal. Cangkolan tidak
menempel pada gigi dan diberi jarak 0,5 mm, dengan tujuan tidak
menghambat pertumbuhan.
3) Perkembangan alveolar akan berjalan ke arah lateral, maka disain
landasan dibuat sampai 1/3 forniks atau kurang lebih sejajar dengan
puncak alveolar (alveolar crest), dengan tujuan agar tidak menghambat
pertumbuhan.
4) Perluasan sayap bukal pada rahang atas dibuat rendah dan warna harus
sesuai dengan jaringan sekitarnya. Landasan akrilik pada rahang atas
harus menutupi seluruh bagian palatum dengan tujuan untuk
mendapatkan retensi dan stabilisasi.
5) Jurusan pemasangan gigi tiruan memudahkan pasien dalam
pemakaian.

PEMBUATAN GIGI TIRUAN SEBAGIAN LEPASAN PADA ANAK DAPAT


DILIHAT DARI PERTIMBANGAN BERDASARKAN USIA, DAPAT
DIGOLONGKAN SEBAGAI BERIKUT :

a. Usia 2,53 tahun


Cangkolan pada gigi kaninus sulung tidak boleh memberikan tekanan, hal
ini ditujukan untuk memberikan kesempatan rahang bergerak ke anterior.

36
Cangkolan untuk gigi molar sulung harus dibuat dengan tangan cangkolan
harus mengelilingi permukaan terluar gigi. Hal ini ditujukan karena
mahkota gigi molar sangat pendek. Selain itu pada rahang atas perluasan
landasan harus menutupi palatum sampai batas daerah getar atau vibrating
line. Perluasan ke arah bukal atau labial pada umumnya pendek tidak
melebihi sampai ke forniks.

b. Usia 5,5 6 tahun


Cangkolan yang digunakan adalah cangkolan adam dan cangkolan C.
Cangkolan C harus dilepas dari landasan pada saat erupsi gigi incisivus
tetap dan gigi molar pertama dan dilakukan perbaikan. Gigi molar pertama
yang telah bererupsi seluruhnya dapat dijadikan gigi sandaran untuk
perawatan selanjutnya. Landasan yang digunakan berupa tissue
conditioner pada bagian labial dan bukal dengan tujuan agar pertumbuhan
rahang tidak terhambat.

c. Usia 7 8 tahun
Usia 78 tahun terjadi pertumbuhan pada daerah anteroposterior, sehingga
panjang landasan harus pendek dan sesuai dengan warna jaringan lunak,
selain itu digunakan tissue conditioner pada daerah pertumbuhan.
Cangkolan yang digunakan adalah cangkolan adam dan cangkolan C.
Cangkolan adam digunakan untuk gigi molar pertama tetap dan cangkolan
C di gigi caninus sulung tetapi tidak boleh memberikan tekanan.

d. Usia 12 tahun
Erupsi gigi telah lengkap, kecuali gigi molar ketiga, selain itu
pertumbuhan rahang berjalan lambat, sehingga untuk penyesuaian gigi
tiruan sebagian lepasan dapat lebih mudah.

DESAIN GIGI TIRUAN SESUAI SKENARIO


e) Tahap 1 (Menentukan kelas dari masing-masing daerah tak bergigi)
Pada skenario pasien kehilangan gigi 56 dan 66 sehingga diklasifikasikan,
Klas 3: kehilangan gigi posterior rahang atas dua sisi

Tahap 2 (Menentukan macam dukungan dari setiap sadel)


Bentuk daerah tak bergigi yaitu daerah tertutup (paradental). Untuk
paradental sadel dukungan bisa dari gigi, mukosa dan kombinasi gigi dan

37
mukosa. Pada pasien kondisi gigi geligi masih sehat sehingga dipilih
dukungan dari gigi.

Tahap 3 (Menentukan macam panahan)


Panahan/cengkeram yang digunakan adalah jenis retainer
paradental. Untuk gigi M1 permanen bisa menggunakan cengkeram
Adams yang bersifat pasif dan kuat untuk mempertahankan posisi dari M1
permanen. Untuk gigi M1 sulung bisa menggunakan cengkeram C.

Tahap 4: (Menentukan macam konektor)


Menggunakan bahan resin akrilik. Pada protesa akrilik biasanya
menggunakan konektor jenis plat. Pada skenario bisa menggunakan
konektor plat bentuk U. Dimana salah satu indikasi pemakaiannya adalah
kehilangan 1 atau lebih gigi anterior atau posterio atas. Tujuan lainnya
adalah agar tidak mengganggu torus palatinus dan mengurangi refleks
muntah pada pasien.

DAFTAR PUSTAKA

Andlaw, R.J. and W.P. Rock. 1993. A Manual of Paedodontics. 3rd ed. London:
Churchill Livingstone.

38
Andajani, T. 1993. Penanggulangan Kerusakan Gigi yang Parah dengan Gigi
Tiruan Tumpang. Volume 2. Hal 571-580. Jakarta: Majalah Ilmiah
Kedokteran Gigi Usakti.
Finn, S.B. 2003. Clinical Pedodontics. 4th ed. Hal 309-31, 360-3. Philadelphia:
W.B Saunders Company inc.
Gunadi, H.A. 1995. Buku Ajar Ilmu Geligi Tiruan Sebagian Lepasan. Jilid 1. Hal
12, 30-50, 108-111 Jakarta: Hipokrates
Lindahl, R.L. 1964. Removable Denture Prosthetis. 4th ed. Hal: 271-285.
McGraw-Hill Book Company Inc.
Mathewson, R.J and Primosch, R.E. 1995. Fundamentals of Pediatric
Dentistry. 3rd ed. Hal: 356-9. Chicago: Quintessence Books.
Pinkham JR. pediatric Dentistry: infancy through adolescence. 3nd ed.
Philadelphia: WB Saunders Co.; 2005. p. 358-60.
Satish R. Removable partial dentures in children. In: Finn SB. Clinical
pedodontics. 4th ed. Philadelphia:WB Saunders Co.; 2003. p. 271-83.

39

Anda mungkin juga menyukai