Anda di halaman 1dari 4

TAMBAHAN LO 2 INDIKATOR KEBERHASILAN

Publikasi pada Majalah Kedokteran Gigi (Dental Journal) FKG-Unair (Edisi Khusus
TIMNAS III), 2003, vol 36, hal. 104-109.
KAPING PULPA LANGSUNG: SUATU PERAWATAN YANG BERMANFAAT UNTUK
MEMELIHARA VITALITAS GIGI
Oleh Ardo Sabir

KEMUNGKINAN MEKANISME PEMBENTUKAN JEMBATAN DENTIN


Secara klinis, perawatan kaping pulpa langsung dikatakan berhasil bila: (1) pulpa tetap vital,
(2) tidak ada rasa sakit, dan (3) sensitifitas terhadap rangsang dingin atau panas minimal5,
sedangkan pada pemeriksaan histologis, keberhasilan perawatan berdasarkan pada
terbentuknya jembatan dentin1. Sebagian besar peneliti memakai kriteria ini karena jembatan
dentin: (1) bertindak sebagai suatu barrier untuk melindungi jaringan pulpa dari jejas lebih
lanjut sehingga pulpa tidak mengalami inflamasi dan tetap vital1,7, dan (2) jembatan dentin
memperlihatkan fungsi sel odontoblas pada daerah pulpa yang terbuka. Dalam hal ini, sel
odontoblas diketahui merupakan indikator keadaan pulpa33.
Pembentukan jembatan dentin dapat dibagi atas 4 tahap, yaitu: (1) tahap eksudasi (1-5 hari
setelah perawatan), (2) tahap proliferasi (3-7 hari setelah perawatan), (3) tahap pembentukan
osteodentin (5-14 hari setelah perawatan), dan (4) tahap pembentukan dentin tubular (lebih
dari 14 hari setelah perawatan)34. Mekanisme terbentuknya jembatan dentin hingga saat ini
belumlah diketahui secara pasti, namun demikian Yamamura34 dan Tziafas35 mengajukan
mekanisme yang mungkin terjadi pada pembentukan jembatan dentin. Menurutnya, terdapat
2 meka nisme pembentukan jembatan dentin yang berbeda pada pulpa gigi yang terbuka
akibat jejas mekanis. Mekanisme ke-1, yaitu sel odontoblas yang berada pada daerah yang
mengalami jejas mengalami degenerasi yang berlanjut menjadi nekrosis. Sel-sel lain yang
terdapat pada jaringan pulpa seperti sel endotel, sel perisit, dan terutama sel fibroblas yang
tidak mengalami jejas akan mengalami mitosis (replikasi DNA) secara intensif pada siklus sel
dan menjadi sel mesenkimal yang tidak berdiferensiasi (dediferensiasi). Mekanisme ini
dibantu oleh sel odontoprogenitor yang mengalami metaplasia. Sel ini kemudian memerlukan
faktor induksi (multipotensial) untuk berdiferensiasi kembali (rediferensiasi) menjadi sel
odontoblas/sel pulpa yang baru (Gambar 1). Penelitian oleh Fitzgerald dkk36 menunjukkan
bahwa paling sedikit diperlukan 2 kali replikasi DNA dari sel pulpa pada siklus sel setelah
tindakan kaping pulpa langsung sebelum sel tersebut bermigrasi dan menempati tempat
ekspresinya sebagai fenotip baru.
Selanjutnya sel yang telah mengalami rediferensiasi (fenotip baru), terutama sel fibroblas,
akan menghasilkan serabut kolagen yang kemudian membentuk suatu lapisan pada tempat
yang mengalami jejas. Lapisan kolagen ini pada akhirnya akan mengalami mineralisasi
membentuk dentin tubular. (Gambar 2).
Mekanisme yang ke-2, yaitu sel odontoprogenitor yang terdapat subodontoblastik daerah
kaya sel pulpa yang berasal dari sel preodontoblas, akan mengalami diferensiasi terminal
menjadi sel odontoblas bila mendapat rangsangan berupa signal molekul yang spesifik tanpa
mereplikasi DNA-nya. Sel odotoblas ini selanjutnya akan membentuk osteodentin (Gambar
2)31,34,35. Berdasarkan uraian diatas maka dapat dikatakan bahwa jembatan dentin pada
dasarnya terdiri dari 2 lapisan yaitu lapisan tubular yang berbatasan langsung dengan pulpa
gigi dan diatasnya terbentuk lapisan osteodentin. Hal ini sesuai dengan hasil penelitian yang
dilakukan oleh Demarco dkk37.
TAMBAHAN LO 2 ALAT DAN BAHAN

MTA

Kelebihan :

1. Merangsang regenerasi dan pembentukan jaringan keras


2. Daya tahan terhadap pembentukan celah mikro
3. Sifat antibakteri terhadap sejumlah bakteri fakultatif

Kekurangan :

1. Efek antibakteri terhadap sejumlah bakteri anaerob


2. Setting time tidak dapat diramalkan
3. Relative mahal

LO 4 PROSEDUR PULP CAPPING

Ariany, Suzanty, Heriandi Sutadi. 2001. Perawatan Indirect Pulp Capping pada Gigi Tetap
Muda (Laporan Kasus). JKG UI – Jakarta. ISSN 0854-364X 8(2) : 8-12

Pada jurnal laporan kasus tentang perwatan indirect pulp capping pada gigi tetap muda
dijelaskan prosedur perwatan yang dilakukan. Kasus yang ditangani yaitu gigi 36 dengan
kondisi gigi karies dentin, rencana perawatan indirect pulp capping dengan Calsium
hidroksida Ca(OH)2 dan restorasi onlay.

Menurut kami, rencana perawatan kasus tersebut sama dengan kasis di skenario yang
didiskusikan. Namun, bahan subbase nya tidak hanya dapat menggunakan Ca(OH)2 saja, tapi
bisa menggunakan bahan lain yang lain seperti MTA yang mempunyai sifat fisik yang lebih
baik daripada Ca(OH)2 , tapi harganya cukup mahal. Restorasi yang sesuai di skenario juga
cocok menggunakan restorasi rigid onlay.

Prosedur perawatan pada jurnal laporan kasus yaitu pertama gigi dipreparasi
menggunakan round bur, jaringan karies pada dasar kavitas dibersihkan dengan ekskavator
secara perlahansampai semua jaringan terangkat dan meninggalkan selapis tipis dentin.
Setelah jaringan karies dibersihkan, kavitas dikeringkan dan diletakkan selapis tipis Ca(OH)2
(dycal) kemudian dilapisi semen fosfat dan tumpatan sementara ZOE.

Sebulan kemudian pasien kembali mengeluhkan rasa ngilu kadang-kadang timbul.


Tindakan yang dilakukan yaitu dilakukan indirect pulp capping kembali menggunakan
kalsium hidroksida (dycal) lalu dilapisi GIC dan ditumpat sementara ZOE.

Dua minggu kemudian pasien datang kontrol tanpa keluhan dan dilakukan foto
rontgenologis hasilnya terlihat penebalan atap pulpa, dan tidak ada daerah radiolusen pada
sekitar akar dan bifurkasi. Kemudian gigi dipreparasi onlay.

Setelah dua minggu pasien kontrol, tidak ada keluhan serta tidak dijumpai tanda-tanda
adanya degenerasi pulpa.

Seminggu kemudian pasien datang kontrol kembali tidak ada keluhan dan tanda-tanda
degenerasi pulpa tidak dijumpai. Gambaran radiografi terdapat penebalan yang lebih nyata
pada atap pulpa, tidak ada gambaran radiolusen pada daerah bifurkasi dan kelainan periapikal,
serta foramen apikal menutup sempurna.

Anda mungkin juga menyukai