Anda di halaman 1dari 9

MAKALAH PEMERIKSAAN TEKNIK RADIOGRAF PANORAMIC DAN SOFT TISSUE

VIRGIAWAN NANDO SAPUTRA

2101078

CT – SCAN

UNIVERSITAS WIDYA HUSADA SEMARANG


DAFTAR ISI

PENGERTIAN PANORAMIC 3

PERSIAPAN ALAT 4

PROYEKSI PEMERIKSAAN PANORAMIC 5

TEKNIK PEMERIKSAAN SOFT TISSUE 6

DAFTAR PUSTAKA 9
PENGERTIAN PANORAMIC

Panoramik merupakan salah satu foto rontgen ekstraoral yang telah digunakan
secara umum di kedokteran gigi untuk mendapatkan gambaran utuh dari keseluruhan
maksilofasial. Foto panoramik pertama dikembangkan oleh tentara Amerika Serikat sebagai
cara untuk mempercepat mendapatkan gambaran seluruh gigi untuk mengetahui kesehatan
mulut tentaranya. Foto panoramik juga disarankan kepada pasien pediatrik, pasien cacat
jasmani atau pasien dengan gag refleks. Salah satu kelebihan panoramik adalah dosis
radiasi yang relatif kecil dimana dosis radiasi yang diterima pasien untuk satu kali foto
panoramik hampir sama dengan dosis empat kali foto intra oral.

RADIOGRAF PANORAMIC

Radiografi panoramik adalah suatu teknik untuk menghasilkan foto struktur wajah termasuk
tulang maksila, mandibula dan struktur-struktur pendukungnya seperti antrum maksila, fossa
nasalis, sendi temporomandibula, prosesus stiloideus, dan os. hyoid. Radiografi panoramik
juga digunakan untuk mengevaluasi ketidaksimetrisan wajah. Pertumbuhan dan
perkembangan kepala sama dengan pertumbuhan dan perkembangan tubuh pada
umumnya. Morfologi skeletal dapat terganggu akibat gangguan internal dari sendi
tempooromandibula dan penyakit degeneratif sendi, demikian pula dengan ramus yang
pendek, sudut dataran mandibula yang tinggi, serta basis kranial yang menyebabkan muka
menjadi tidak simetris. Dengan melakukan pemeriksaan radiografi panoramik, maka dapat
diketahui keakuratan radiografi panoramik dalam mengukur ketidaksimetrisan mandibula.
Radiografi panoramik adalah sebuah teknik dimana gambaran seluruh jaringan gigi
ditemukan dalam satu film.Foto panoramik dikenal juga dengan panorex atau
orthopantomogram dan menjadi sangat popular di kedokteran gigi karena teknik yang
simple, gambaran mencakup seluruh gigi dan rahang dengan dosis radiasi yang rendah.
Foto panoramik dapat menunjukkan hasil yang buruk dikarenakan kesalahan posisi pasien
yang dapat menyebabkan distorsi.
PERSIAPAN ALAT

1. Siapkan kaset yang telah diisi film atau sensor digital telah dimasukkan kedalam

tempatnya.

2. Collimation harus diatur sesuai ukuran yang diinginkan.

3. Besarnya tembakan sinar antara 70-100 kV dan 4-12 mA.

4. Hidupkan alat untuk melihat bahwa alat dapat bekerja, naik atau turunkan tempat

kepala dan sesuaikan posisi kepala sehingga pasien dapat diposisikan.

5. Sebelum memposisikan pasien, sebaiknya persiapan alat telah dilakukan

PERSIAPAN PASIEN

1) Pasien diminta untuk melepaskan seluruh perhiasan seperti anting, aksesoris

rambut, gigi palsu dan alat orthodonti yang dipakainya.

2) Prosedur dan pergerakan alat harus dijelaskan untuk menenangkan pasien dan jika

perlu lakukan percobaan untuk menunjukkan bahwa alat bergerak.

3) Pakaikan pelindung apron pada pasien, pastikan pada bagian leher tidak ada yang

menghalangi pergerakan alat saat mengelilingi kepala.

4) Pasien harus diposisikan dalam unit dengan tegak dan diperintahkan untuk

memegang handel agar tetap seimbang.

5) Pasien diminta memposisikan gigi edge to edge dengan dagu mereka bersentuhan

pada tempat dagu.

6) Kepala tidak boleh bergerak dibantu dengan penahan kepala.

7) Pasien diinstruksikan untuk menutup bibir mereka dan menekan lidah ke palatum

dan jangan bergerak sampai alat berhenti berputar.

8) Jelaskan pada pasien untuk bernafas normal dan tidak bernafas terlalu dalam saat
penyinaran
PROYEKSI PEMERIKSAAN PANORAMIC

PP : Erect

PO :

- Pasien berdiri tegap


- Dagu diatur sehingga IOML parallel terhadap garis horizontal
- Bidang occusal menyudut 10 derajat garis horizontal (postero anterior
- MSP kepala diatur pada pertengahan penopang dagu
- Gigi depan pasien menggigit Bite block
- Pasien diminta mengatupkan kedua bibir dan lidah berada pada langit langit
mulut

CP : Menuju bidang occusal gigi

CR : arah sumbu sinar menyudut ke cepalad sesuai bidang occusal

FFD : 40cm

KRITERIA RADIOGRAF

- Gigi tampak terpisah dengan gigi yang lain


- Tampak mandibula, TMJ, nasal fossa, sinus maxsilaris, maxilla, dan zygomatic
arch
TEKNIK PEMERIKSAAN SOFT TISSUE

PENGERTIAN

Soft tissue atau jaringan lunak merupakan semua jaringan nonepitel selain tulang,
tulang rawan, otak dan selaputnya, sistem saraf pusat, sel hematopoietik, dan jaringan
limfoid.

PERSIAPAN PASIEN PEMERIKSAAN SOFT TISSUE FARING

Tidak ada persiapan khusus, hanya saja melepas bedan benda logam seperti
perhiasan dan sebagainya

PERSIAPAN ALAT

- Pesawat sinar X
- Computed radiography
- Kaset ukuran 18 x 24 cm atau 24 x 30 cm
- Marker untuk identitas radiograf
- Grid atau bucky stand

TEKNIK PEMERIKSAAN SOFT TISSUE

Teknik pemeriksaan soft tissue dapat diaplikasikan pada seluruh tubuh termasuk
jaringan superfisial, kecuali pada tulang. Teknik ini membutuhkan eksposi yang berbeda dari
teknik radiografi yang biasa dilakukan pada umumnya. Teknik ini dapat menghasilkan
densitas dan kontras jaringan yang rendah dengan berbagai perubahan yang terjadi pada
organ yang dikehendaki. Kadang-kadang media kontras digunakan untuk mengetahui
adanya fistel pada suatu saluran atau memperlihatkan suatu rongga pada jaringan lunak

A. Proyeksi anterior posterior (AP)

1) Posisi pasien : pasien diposisikan berdiri atau tiduran.

2) Posisi objek :

a) Mengatur MSP tubuh pasien sehingga berada di tengah meja

pemeriksaan atau bucky stand.

b) Atur kedua bahu simetris.

c) Letakkan pertengahan kaset setinggi C4 atau jakun.

d) Kepala ekstensi dan pandangan lurus ke depan, agar tidak superposisi antara mandibula
dengan area laryngeal.
3) Arah sinar : horizontal tegak lurus kaset

4) Titik bidik : pada C4 atau jakun

5) FFD : 102 cm (Bontrager, 2014)

6) Kolimasi : Batas atas pada MAE (Meatus Akustikus Eksternus) dan batas bawah pada
jugular notch

7) Saat Eksposi : pada saat pasien inspirasi penuh

KRITERIA RADIOGRAF

a) Semua bagian laring dan faring terlihat jelas.

b) Tidak overlap pada laring dengan mandibula.

c) Leher tidak rotasi.

d) Memungkinkan terlihat visualisasi struktur pharyngolaryngeal.


B. Proyeksi lateral

1) Posisi pasien : pasien diposisikan berdiri atau duduk dengan sisi lateral Tubuh menempel
pada bucky stand. Atur Bagian anterior temporomandibular joint tepat ditengah grid.

2) Posisi objek :

a) Mengatur MSP tubuh sejajar dengan kaset.

b) Mengatur kedua bahu simetris.

c) Tekan bahu dan letakkan tangan pada posterior tubuh.

d) Pandangan lurus ke depan.

e) Kepala pasien diekstensikan.

3) CR : horizontal tegak lurus kaset

4) CP : pada C4 atau jakun

5) FFD : 183 cm (Bontrager & Lampignano, 2014)

6) Kolimasi : Batas atas pada MAE (Meatus Akustikus Eksternus)

dan batas bawah pada jugular notch

7) Saat Eksposi : pada saat pasien inspirasi penuh


KRITERIA RADIOGRAF

a) Terlihat soft tissue pada struktur pharyngolaryngeal.

b) Tidak ada superposisi trakea terhadap bahu.

c) Superimpose bayangan mandibula.

d) Gambaran udara pada laring dan faring.

DAFTAR PUSTAKA
EBOOK POLTEKKES KEMENKES SEMARANG
MAKALAH TEKNIK PEMERIKSAAN PANORAMIC POLTEKKES KEMENKES SEMARANG

Anda mungkin juga menyukai