Anda di halaman 1dari 31

SKENARIO 7 : PEMERIKSAAN RADIOGRAFIS - Menyapa dan menyiapkan pasien pada posisinya

NAMA : Kryshantine Johanna - Memposisikan unit x-ray pada posisi yang tepat
NPM : 1806190185 - Mencuci tangan menggunakan sabun dan air
- Memposisikan tube head pada posisi yang tepat
SURAT KONSULTASI - Memposisikan receptor
- Memposisikan x-ray tube
- Melakukan exposure
Surat permintaan radiografi di kedokteran gigi hanya dapat dikeluarkan
oleh dokter gigi dimana surat yang dikeluarkan menjelaskan jenis
radiografi yang akan dilakukan, elemen gigi dan rahang yang akan
dilakukan radiografi, diagnosis sementara, dan hasil pemeriksaan klinis.
Adapun hal-hal yang harus dituliskan pada surat permintaan radiografis
adalah :
1. Nama pasien
2. Status pasien meliputi umur dan jenis kelamin
3. Tujuan dan guna pemeriksaan
4. Teknik proyeksi (contoh : submentovertex)
5. Region of Interest (daerah yang akan difoto
6. Tanggal pembuatan surat
7. Nama dan tanda tangan dokter gigi

INTRAORAL Teknik Paralel


Teknik paralel disebut juga sebagai right-
angle or long-cone technique, dimana
Periapikal
reseptor x-ray diposisikan paralel terhadap
Dua teknik yang biasa digunakan untuk pengambilan radiograf periapical aksis gigi dan central ray dari x-ray akan
adalah teknik paralel dan teknik bisecting-angle.Namun, lebih banyak
diarahkan dari angle kanan gigi.
digunakan teknik parallel karena teknik ini dirasa menjadi teknik yang
paling cocok.
- Receptor holding instruments :
Adapun tahapan umum untuk pengambilan gambar adalah : penting untuk menggunakan
- Menyiapkan unit exposure receptor holding instrument yang
memiliki external guiding ring karena ini berfungsi untuk meluruskan tabung
pembidik x-ray dan memastikan reseptor terpusatkan pada sinar di belakang
gigi yang menarik dan reseptor dan gigi tegak lurus terhadap sinar-x
- Reseptor placement : untuk menghasilkan gambar yang baik, receptor harus
diposisikan paralel terhadap gigi dan bagian dalam mulut. Untuk pengambilan
bagian maksila, batas superior dari reseptor umumnya terletak pada ketinggian
palatal di garis tengah. Sedangkan untuk pengambilan bagian mandibula,
reseptor harus digunakan untuk menggeser lidah ke arah posterior atau ke
garis tengah untuk memungkinkan batas reseptor yang lebih rendah ke yang
lain di dasar mulut menjauh dari mukosa pada permukaan lingual mandibula.
- Angulation of the tube head : orientasi dari silinder pembidik mesin x-ray di
bidang vertikal dan horizontal harus disesuaikan agar sejajar dengan cincin
pembidik. Arah horizontal dari sinar mempengaruhi terjadinya overlapping
pada mahkota gigi, tepatnya pada interproximal space

Teknik Bisecting-Angle
Metode ini berguna ketika operator tidak dapat menggunakan teknik paralel. Receptor
diposisikan sedekat mungkin dengan permukaan lingual gigi, diletakkan pada palatal
atau dasar mulut. Bidang reseptor dan aksis gigi membentuk sudut dengan puncaknya
pada titik di mana reseptor bersentuhan dengan gigi di sepanjang garis imajiner yang
membagi dua sudut ini dan mengarahkan sinar pusat balok di sudut kanan ke pemisah
ini
- Receptor holding instruments : Pasien sering menggunakan kekuatan
berlebihan dan menekuk reseptor yang menyebabkan distorsi pada hasil
- Positioning of the patient : Untuk radiografi lengkung rahang atas, kepala pasien
harus diposisikan tegak lurus dengan bidang sagital vertikal dan bidang oklusal
horizontal. Ketika gigi mandibula harus di-radiografi, kepala dimiringkan sedikit
untuk mengkompensasi bidang oklusal yang berubah ketika mulut dibuka
- Receptor placement : receptor diposisikan di belakang area yang dituju dengan apical
berakhir membelakangi mukosa pada bagian permukaan palatal atau lingual. Bagian
oklusal atau akhir incisal berorientasi membelakangi gigi dengan ujung receptor
menjangkau gigi
- Angulation of the tube head :

Teknik Bitewing
Disebut juga sebagai interproximal.Dengan hasil radiograf meliputi mahkota rahang atas
dan bawah, beserta alveolar crest. Memiliki indikasi utama,seperti :
- Mendeteksi adanya karies pada gigi
- Memantau perkembangan dari karies
- Mengetahui adanya restorasi yang sudah dilakukan
- Mengetahui status periodontal
Memilikiteknik pemeriksaansebagai berikut :
1. Tab atau bite-platform diposisikan di tengah film dan sejajar tepi atas dan bawah
film
a. Gigi posterior harus berkontak atau berada sedekat mungkin dengan film
b. Gigi posterior dengan film harus sejajar, untuk bentuk rahang tertentu,
memerlukan 2 film yang berbeda agar gambar gigi premolar dan molar
dapat diamati
2. Terdapat 2 teknik pengambilan radiografi bitewing
a. Memposisikan tubehead di bawah 5-8 derajat dari horizontal
Untuk bitewing tradisional:
1. Pilih ukuran film yang tepat
a. Large : 31mm x 41mm untuk orang dewasa
b. Small : 22mm x 35mm untuk anak dibawah 12 tahun. Jika M2 sudah
erupsi, maka gunakan film ukuran besar
c. Ukuran yang lebih besar : 53mm x 26mm
2. Kepala pasien disandarkan dan occlusal plane pada posisi horizontal
3. Evaluasi bentuk lengkung rahang dan jumlah film yang akan digunakan
4. Operator memegang tab diantara jari jempol dan telunjuk dan memasukkan paket
film ke dalam sulcus lingual berlawanan dengan gigi posterior
5. Ujung anterior film harus diposisikan berlawanan dengan aspek distal kaninus
rahang bawah
6. Ujung posterior film harus melewati aspek mesial M3 rahang bawah
7. Tab ditempatkan pada permukaan oklusal gigi
8. Seraya pasien menutup mulutnya, operator menarik perlahan antara gigi untuk
memastikan film paket dan gigi berkontak
9. Operator melepaskan tab
10. Sinar X-ray diarahkan ke area kontak pada sudut gigi dan paket
film yang tepat dengan 5 hingga 8 derajat downward vertical
angulation
11. Cahaya ditembakkan
12. Prosedur diulang untuk gigi premolar
anak-anak 4. Lidah dapat mengubah
posisi film sehingga
mengganggu proses
Keuntungan dan Kerugian Teknik Film Holder
Keuntungan Kerugian
13. CATATAN : ketika memposisikan X-Ray tube, setelah pasien
menutup mulut, filmnya tidak dapat dilihat lagi. Untuk
memastikan bagian anterior film terlihat dan menghindari cone
cutting,ujung depan open-ended spacer cone harus diposisikan
sedekat mungkin dengan ujung mulut
Untuk bitewing dengan Film Holder:
1. Film sejajar dengan gigi
2. Bite-platform menggantikan wing
3. Terdapat aiming device
4. Komponen dengan teknik packet holder
a. Mekanisme untuk menjaga film packet paralel gigi
b. Bite-platform
c. X-ray beam aiming device
1. Simple
2. Film tidak dapat berpindah posisi karena lidah
3. Arah tubehead ditentukan holder, sehingga tidak terlalu operator dependent
4. Selalu berada pada sudut yang benar
5. Dapat menghindari terjadinya coning off atau cone cutting
6. Holder dapat di autoclave atau sekali pakai
1. Tidak reproducible sehingga tidak ideal untuk memonitor progress karies
2. Pemosisian holder kurang nyaman
3. Beberapa holder mahal
4. Holder biasanya tidak cocok untuk anak karena kurang nyaman saat diposisikan
5. Prosedur sama dengan teknologi bitewing tradisional, hanya saja
menggunakan film holder
(gambar)
Keuntungan dan Kerugian Teknik Tradisional
Keuntungan Kerugian
Occlusal
Merupakan teknik yang diambil menggunakan dental X-Ray set dimana film packet
diletakkan pada occlusal plane. Pengklasifikasian teknik ini dibagi menjadi 2 kelompok
berdasarkan rahang, yaitu :

Topografi Rahang Atas


1. Simple
2. Tidak mahal
3. Tab langsung dibuang sehingga tidak memerlukan prosedur kontrol infeksi
4. Mudah digunakan untuk
1. Posisi tubehead dapat tidak sesuai
2. Tidak dapat diulang (non reproducible)
3. Biasa terjadi coning off atau cone cutting
1. Indikasi :
a. Menilai daerah periapikal gigi anterior RA, khususnya pada anak dan orang
dewasa yang alergi dengan film periapikal
b. Mendeteksi adanya/letak caninus yang tidak erupsi, gigi supernumeris, dan
odontoma atau kista
c. Menentukan posisi caninus impaksi dengan metode parallax
d. Evaluasi ukuran dan perluasan lesi kista atau tumor pada bagian maksila
anterior
e. Menilai keadaan fraktur gigi anterior dan tulang alveolar
2. Teknik :
a. Pastikan persiapan sudah terpenuhi
b. Siapkan film intra oral ukuran 4(57 x 76 mm) atau ukuran 2 (31 x 41
mm)dijadikan satu dengan seal tape.
c. Masukkan film tersebut dengan posisi melebar masuk ke dalam mulut pasien,
instruksikan pasien untuk menggigit ringan
d. Posisikan tabung sinar X hingga tepi atasnya di antara alis mata pada bridge
hidung (sinar x pusat membentuk 65° terhadap pusat film)
e. Periksa kembali posisi pasien
f. Instruksikan pasien untuk diam dan jangan bergerak selama penyinaran
sampai operator kembali ke ruangan
g. Tekan tombol penyinaran
h. Masuk kembali ke ruang penyinaran, keluarkan film dari mulut pasien,
lepaskan apron, pasien keluar dan menunggu
Topografi Rahang Bawah
1. Indikasi :
a. Melihat daerah periapikal gigi I bawah, terutama untuk pasien anak-anak
dan pasien dewasa yang tidak dapat mengguknakan dental film.
b. Evaluasi ukuran dan perluasan lesi seperti kista atau tumor di daerah
anterior mandibula.
c. Menilai pergeseran yang terjadi pada fraktur mandibula bagian anterior
dalam bidang vertikal.
2. Teknik :
a. Pastikan persiapan sudah terpenuhi
b. Siapkan film intra oral ukuran 4 (57 x 76 mm) atau ukuran 2 (31 x 41
mm)dijadikan satu dengan seal tape.
c. Masukkan film tersebut dengan posisi melebar masuk ke dalam mulut
pasien, instruksikan pasien untuk menggigit ringan
d. Arah sinar x pusat melalui midline rahang ke pusat film.
e. Arahkan sinar x tepat di ujung dagu pasien (sudut 45°)
f. Periksa kembali posisi pasien
g. Instruksikan pasien untuk diam dan jangan bergerak selama penyinaran
sampai operator kembali ke ruangan
h. Tekan tombol penyinaran
i. Masuk kembali ke ruang penyinaran dan keluarkan film dari mulut pasien,
lepaskan apron pasien keluar dan menunggu

Upper Oblique Occlusal


1. Indikasi :
a. Penilaian periapikal gigi posterior atas, terutama pada orang dewasa yang
tidak dapat mentoleransi film periapikal
b. Evaluasi ukuran dan luas lesi seperti kista, tumor atau osteodistrofi yang
mempengaruhi rahang atas posterior
c. Menilai keadaan dasar sinus maksilaris
d. Membantu melihat keadaan akar gigiyang terdorong masuk ke sinus pada
waktu pencabutan gigi
e. Penilaian fraktur gigi posterior dan tulang alveolar sekitarnya termasuk
tuberositas.
2. Teknik :
a. Pasien duduk dengan kepala bersandar, diposisikan bidang oklusal sejajar
dengan lantai (rahang atas sejajar dengan lantai)
b. Film ditempatkan di dalam mulut dengan sisi yang berwarna putih
menghadap ke atas, di atas bidang oklusal gigi rahang bawah. Film
diletakkan dengan sumbu panjang anteroposterior pada gigi yang akan
diperiksa lalu gigit perlahan.
c. Cone diarahkan di sebelah atas pasien, mengarah ke bawah, mengarah ke
pipidengan sudut 65-70 derajat terhadap film, di pertengahan regio yang
diperiksa.

Lower Oblique Occlusal


1. Indikasi :
a. Deteksi calculi radiopaque (batu radiopak)di kelenjar saliva
submandibular
b. Penilaian posisi bucco-lingual gigi molar 3 bawahyang belum erupsi
c. Evaluasi perluasan/perpanjangan dan perluasan kista, tumor atau
osteodistrofi di bagian posterior tubuh dan sudut mandibula
2. Teknik :
a. Film packet, dengan permukaan putih menghadap ke bawah, ditempatkan
di tengah-tengah mulut, di permukaan oklusal dari gigi bawah. Pasien
diminta untuk menggigit bersamaan secara pelan
b. Kepala pasien bersandardan menengok ke arah berlawanan dengan sisi
yang diperiksadengan dagu diangkat agar posisi rahang bawah sejajar
lantai
c. Sinar (x-ray tubehead/cone) di arahkan naik dan mengarah pada
pertengahan film, daribelakang dan dibawah angulus mandibular

Occlusal Cross Section (Rahang Atas)


1. Indikasi : Melihat posisi bucco-palatal caninus yang belum erupsi

2. Teknik :
a. Pasien duduk dengan kepalanya disandarkan dan bidang oklusal horizontal
sejajar dengan lantai.
b. Kaset ditempatkan di dalam kantung plastik kecil untuk mencegah
kontaminasi saliva dan crossinfection.
c. Sisi film yang berwarna putih menghadap ke atas, di atas bidang oklusal
gigi rahang bawah, dengan sumbu panjangnya anteroposterior dan pasien
menggigit perlahan.

d. Tubehead X-ray di arahkan di pertengahan sebelah atas pasien, mengarah


ke bawah melalui pertengahan kepala pasien. Sinar x pusat diusahakan
sejajar dengan sumbu gigi insisivus atas.
e. Cahaya diarahkan sejajar dengan sumbu panjang root canal gigi posterior
atas.

Occlusal Cross Section (Rahang Bawah)


1. Indikasi :
a. Mendeteksi adanya dan posisi calculi radiopaque (batu kelenjar liur)pada
duktus kelenjar submandibula
b. Menilai keadaan gigi-gigi RB yang impaksi dalam arah bucco-lingual
c. Mengevaluasi adanya ekspansi di daerah RB akibat adanya tumor, kista,
atau kelainan tulang dalam arah bucco-lingual
d. Menilai pergeseran (displacement) yang terjadi pada fraktur mandibula
bagian anterior dalam bidang horizontal
2. Teknik :
a. Film packet, dengan permukaan putih menghadap ke bawah, ditempatkan
tengah-tengah mulut, di permukaan oklusal dari gigi bawah. Pasien
diminta untuk menggigit bersamaan secara pelan
b. Pasien condong ke depan dan kepala disandarkan dan mendongak.
c. Tubehead X-ray, circular collimator, ditempatkan di bawah

dagu pasien pada midline,berpusat pada garis imajiner yang


menghubungkan M1, pada sudut 90° terhadap film

EKSTRAORAL

Lateral Sefalometrik
1. Indikasi :
a. Mengamati tulang tengkorak dan wajah yang mengalami trauma,
penyakit, atau abnormalitas pertumbuhan
b. Melihat pertumbuhan wajah
c. Prostetik untuk menunjang data pre & post treatment
2. Teknik :
a. Pasien diposisikan pada mesin chepalostat, dengan sagittal plane paralel
dengan film dan frankfurt plane horizontal
b. Kepala ditunjang dengan plastic ear rods
c. Alumunium wedge ditempatkan
d. Exposure dilakukan

Submentovertex
1. Indikasi :
a. Lesi yang mempengaruhi palatum, area pterygoid, atau dasar tengkorak.
b. Pemeriksaan sinus sphenoidal.
c. Penilaian ketebalan dari bagian posterior mandibular sebelum osteotomy.
d. Memeriksa fraktur dari arkus zigomatik
2. Teknik :
a. Image receptor parallel bidang transversal pasien dan tegak lurus
midsagittal dan coronal pasien
b. Canthomeatal (CM) line membentuk sudut 10odengan image receptor
(bisa juga paralel)
c. Tegak lurus image receptor, dari bawah mandibula ke vertex tengkorak.
Parallel dengan midsagittal pasien
Waters
1. Indikasi :
a. Deteksi fraktur pada middle third facial : Le Fort I, Le Fort II, Le Fort
III
b. Fraktur pada prosesus coronoideus
2. Teknik :
a. Image receptor di depan pasien dan tegak lurus midsagittal plane.
b. Canthomeatal (CM) line membentuk sudut 37o
dengan image receptor (mendongak).
c. Jika mulut dibuka, sinus sphenoideus terlihat
menumpuk diatas palatum
d. Tegak lurus image receptor.Berpusat di area sinus
maksilaris

Posteroanterior Sefalometrik
1. Indikasi :
a. Pengamatan tulang tengkorak yang mengalami penyakit, trauma, atau
abnormalitas pertumbuhan
b. Mendata dan mendeteksi perubahan pada dimensi mesiolateral
c. Visualisasi struktur wajah
2. Teknik :
a. Cephalostat diputar 90 derajat
b. Posisi film vertikal
c. Pasien diposisikan dengan kepala dicondongkan ke depan
d. Kepala ditunjang dengan plastic ear rods agar posisinya tepat
e. Sinar X horizontal dengan tulang leher
f. Kepala ditempatkan di tengah cassette
g. Chantomeatal line paralel dengan lantai. Hidung agak tinggi, 10 derajat di atas
plane horizontal

Panoramik

1. Indikasi
a. Mensurvey keseluruhan gigi
b. Melihat impaksi
c. Pembuatan gigi tiruan
d. Evaluasi trauma
e. Melihat pertumbuhan dan perkembangan gigi
f. Deteksi penyakit
g. Gangguan TMJ
h. Deteksi anomaly
2. Teknik
a. Masukkan film ke dalam kaset
b. Masukkan kaset ke dalam receptor assembly
c. Atur mode program pada unit panoramik, beserta kekuatan exposure (dewasa
= 100 kvp; 5 ma & anak-anak = 90 kvp; 3 ma)
d. Pasang bite block pada tempatnya di unit panoramic
e. Posisikan mesin sedikit lebih tinggi daripada dagu pasien
f. Pasang apron pada pasien
g. Lepaskan objek berbahan metal pada pasien
h. Posisi kepala dan dagu berada pada chin up dan mid sagittal plane berada
tepat di tengah
i. Atur image layer (focal trough) sesuai tujuan pemotretan, untuk melihat
daerahsimfisis mandibula atau daerah condyle TMJ atau daerah sinus
maksilaris
j. Pasien menggigit bite block
k. Instruksikan pasien untuk tidak bergerak selama penyinaran sekitar 15
detik
l. Tekan tombol penyinaran

TMJ Projection
Transcranial
1. Indikasi :
a. Disfungsi dan dislokasi TMJ yang membuat adanya
rasa sakit/nyeri, limitasi saat membuka mulut, dan
clicking sound.
b. Untuk memeriksa ukuran dan posisi diskus.
c. Memeriksa rangkaian pergerakan sendi
2. Teknik :
a. Pasien diposisikan dengan kepala menengok sebesar 90o,
TMJ menyentuh film dan bidang sagittal sejajar dengan
film. Mulut pasien tertutup.
b. X-ray tubehead diposisikan membentuk sudut 25o terhadap TMJ dan
mengarah ke bawah.
c. Prosedur diulang dengan mulut pasien terbuka.
Transpharyngeal
1. Indikasi :
a. Sindrom disfungsi TMJ.
b. Untuk memeriksa penyakit pada sendi (ex: osteoarthritis dan rheumatoid
arthritis).
c. Memeriksa keadaan patologis yang mempengaruhi head condyle,
termasuk kista dan tumor.
d. Fraktur pada leher dan head condyle.
2. Teknik :
a. Pasien memegang kaset di sisi wajah yang TMJnya ingin diperiksa
(berlainan dengan tubehead). Film dan bidang sagittal kepala terletak
parallel.
b. Mulut pasien dalam keadaan terbuka serta terdapat bite-block untuk
menjaga stabilitas.
c. X-ray tubehead berada di depan condylus yang tidak diperiksa dan di atas
arcus zigomaticus.

EVALUASI MUTU

➢ Objek harus tercakup semua dalam radiograf tergantung teknik


➢ Kontras, detail, dan memiliki ketajaman yang baik
➢ Distorsi minimal baik dari sudut horizontal maupun vertikal agar tidak terjadi
overlapping
➢ Foto radiograf harus fokus dan tidak blur
➢ Radiograd dapat diinterpretasi dengan baik
➢ Cusp bukal atau lingual sebidang atau tidak
➢ Objek yang ditinjau berada di tengah gambar
➢ Daerah interdental dapat terlihat dengan jelas
➢ Hasil radiograf dapat disimpulkan

Untuk evaluasi mutu radiograf panoramik :


➢ Objek mencakup TMJ sampai dengan tepi mandibula
➢ Memiliki batas atas basis orbita dan batas bawah tepi bawah tulang kortikal
mandibula
➢ Kejelasan tiga regio : gigi anterior dan kondil kiri-kanan
➢ Simetris, sudut mandibula kiri dan kanan sama jelas
➢ Septum nasal dan palatum dulum jelas
➢ Gigi anterior dan posterior proporsional dan sama jelas

Untuk evaluasi mutu radiograf sefalometri lateral :


➢ Objek tercakup
➢ Sella tursica berhimpit (tidak ada bayangan)
➢ Tepi bawah mandibula berhimpit
➢ Oklusi
➢ Terlihat bayangan jaringan lunak hidup dan bibir

Untuk evaluasi mutu radiograf sefalometri PA :


➢ Objek tercakup
➢ Proporsional : wajah bagian atas dan bawah
➢ Sinus frontal dan septum nasal terlihat jelas
➢ Simetris
➢ Outline mandibula kiri kanan sama jelas
FAKTOR PENYEBAB KEGAGALAN RADIOGRAFI Film Terlalu
Gelap
1. Over development
a. Penyebab :
i. Konsentrasi larutan developer terlalu tinggi
ii. Terlalu lama di larutan developer
iii. Suhu developer terlalu tinggi
b. Memperbaiki dengan :
i. Cairkan atau ganti larutan developer
ii. Sesuaikan dengan kebutuhan
2. Over exposure
a. Penyebab :
i. Setting exposure tidak tepat
ii. Jaringan pasien tipis
b. Memperbaiki dengan :
i. Sesuaikan dan ulang
ii. Perbaiki pengaturan x-ray
iii. Turunkan exposure (intensitas sinar X) dan ulangi
3. Film berkabut
a. Penyebab :
i. Ada cahaya masuk ke kamar gelap
ii. Kesalahan safelighting
iii. Film kadaluarsa
iv. Penyimpanan film salah
v. Kebocoran cahaya di kaset
b. Memperbaiki dengan :
i. Cek dan perbaiki
ii. Inspeksi safelight
iii. Ganti film
iv. Ganti film dan perbaiki kualitas penyimpanan
v. Cek engsel dan tangkapan dan perbaiki/ganti bila perlu
Film Terlalu Pucat
1. Under development
a. Penyebab :
i. Larutan developer terlalu cair
ii. Suhu larutan terlalu rendah
iii. Waktu di developer kurang
iv. Developer terlalu sering dipakai
v. Developer terkontaminasi fixer
b. Memperbaiki dengan :
i. Ganti larutan
ii. Sesuaikan
2. Under Exposure
a. Penyebab :
i. Pengaturan waktu exposure salah
ii. Pengaturan (instensitas sinar) exposure salah
b. Memperbaiki dengan :
i. Naikkan waktu exposure
ii. Perbaiki pengaturan x-ray
Gambar Tidak Tajam
1. Kesalahan teknik
a. Penyebab :
i. Pasien bergerak selama eksposur
ii. Pembengkokan yang berlebih pada bungkus film selama eksposur
iii. Posisi pasien tidak tepat
b. Memperbaiki dengan :
i. Instruksikan pasien untuk diam dan jangan bergerak saat
pengambilan foto radiograf
ii. Sesuaikan dan ulang
iii. Perhatikan saat memposisikan dan gunakan bantuan fiksasi
2. Kaset Error
a. Penyebab : Kotak film buruk
b. Memperbaiki dengan : Cek kaset, perbaiki/ganti bila perlu
3. Overexposure
a. Penyebab : Cervical burn out pada tepi objek yang tipis
b. Memperbaiki dengan : Pengaturan eksposur denngan mengurangi
(intensitas) exposure
Referensi :
1. Whaites E. Essentials of Dental Radiography and Radiology. 3rd ed. London: Churchill Livingston; 2014.

2. BAB II Tinjauan Pustaka. Permintan Tertulis untuk Melakukan Radiografi. Skripsi. Universitas Sumatra Utara.
http://repository.usu.ac.id/bitstream/handle/123456789/41234/Chapter%20II.pdf?sequen ce=3&isAllowed=y
diakses pada 21 Maret 2019 pukul 22.43
3. Pradipta, Adhyanovic Hadi. 2016. “Form Permintaan Radiologi”. Contoh Form Permintaan Radiologi RSIA
Puri Adhya Paramita. https://www.scribd.com/document/321934807/Form-Permintaan-Radiologidiakses
pada 21 Maret 2019 pukul 22.49

4. AjarNulis. 2018. “Contoh Lembar Permintaan Pemeriksaan Radiologi”.


https://www.ajarnulis.com/2018/09/contoh-lembar-permintaan-pemeriksaan.htmldiakses pada 21 Maret 2019
pukul 22.50

Anda mungkin juga menyukai