NAMA : Kryshantine Johanna - Memposisikan unit x-ray pada posisi yang tepat
NPM : 1806190185 - Mencuci tangan menggunakan sabun dan air
- Memposisikan tube head pada posisi yang tepat
SURAT KONSULTASI - Memposisikan receptor
- Memposisikan x-ray tube
- Melakukan exposure
Surat permintaan radiografi di kedokteran gigi hanya dapat dikeluarkan
oleh dokter gigi dimana surat yang dikeluarkan menjelaskan jenis
radiografi yang akan dilakukan, elemen gigi dan rahang yang akan
dilakukan radiografi, diagnosis sementara, dan hasil pemeriksaan klinis.
Adapun hal-hal yang harus dituliskan pada surat permintaan radiografis
adalah :
1. Nama pasien
2. Status pasien meliputi umur dan jenis kelamin
3. Tujuan dan guna pemeriksaan
4. Teknik proyeksi (contoh : submentovertex)
5. Region of Interest (daerah yang akan difoto
6. Tanggal pembuatan surat
7. Nama dan tanda tangan dokter gigi
Teknik Bisecting-Angle
Metode ini berguna ketika operator tidak dapat menggunakan teknik paralel. Receptor
diposisikan sedekat mungkin dengan permukaan lingual gigi, diletakkan pada palatal
atau dasar mulut. Bidang reseptor dan aksis gigi membentuk sudut dengan puncaknya
pada titik di mana reseptor bersentuhan dengan gigi di sepanjang garis imajiner yang
membagi dua sudut ini dan mengarahkan sinar pusat balok di sudut kanan ke pemisah
ini
- Receptor holding instruments : Pasien sering menggunakan kekuatan
berlebihan dan menekuk reseptor yang menyebabkan distorsi pada hasil
- Positioning of the patient : Untuk radiografi lengkung rahang atas, kepala pasien
harus diposisikan tegak lurus dengan bidang sagital vertikal dan bidang oklusal
horizontal. Ketika gigi mandibula harus di-radiografi, kepala dimiringkan sedikit
untuk mengkompensasi bidang oklusal yang berubah ketika mulut dibuka
- Receptor placement : receptor diposisikan di belakang area yang dituju dengan apical
berakhir membelakangi mukosa pada bagian permukaan palatal atau lingual. Bagian
oklusal atau akhir incisal berorientasi membelakangi gigi dengan ujung receptor
menjangkau gigi
- Angulation of the tube head :
Teknik Bitewing
Disebut juga sebagai interproximal.Dengan hasil radiograf meliputi mahkota rahang atas
dan bawah, beserta alveolar crest. Memiliki indikasi utama,seperti :
- Mendeteksi adanya karies pada gigi
- Memantau perkembangan dari karies
- Mengetahui adanya restorasi yang sudah dilakukan
- Mengetahui status periodontal
Memilikiteknik pemeriksaansebagai berikut :
1. Tab atau bite-platform diposisikan di tengah film dan sejajar tepi atas dan bawah
film
a. Gigi posterior harus berkontak atau berada sedekat mungkin dengan film
b. Gigi posterior dengan film harus sejajar, untuk bentuk rahang tertentu,
memerlukan 2 film yang berbeda agar gambar gigi premolar dan molar
dapat diamati
2. Terdapat 2 teknik pengambilan radiografi bitewing
a. Memposisikan tubehead di bawah 5-8 derajat dari horizontal
Untuk bitewing tradisional:
1. Pilih ukuran film yang tepat
a. Large : 31mm x 41mm untuk orang dewasa
b. Small : 22mm x 35mm untuk anak dibawah 12 tahun. Jika M2 sudah
erupsi, maka gunakan film ukuran besar
c. Ukuran yang lebih besar : 53mm x 26mm
2. Kepala pasien disandarkan dan occlusal plane pada posisi horizontal
3. Evaluasi bentuk lengkung rahang dan jumlah film yang akan digunakan
4. Operator memegang tab diantara jari jempol dan telunjuk dan memasukkan paket
film ke dalam sulcus lingual berlawanan dengan gigi posterior
5. Ujung anterior film harus diposisikan berlawanan dengan aspek distal kaninus
rahang bawah
6. Ujung posterior film harus melewati aspek mesial M3 rahang bawah
7. Tab ditempatkan pada permukaan oklusal gigi
8. Seraya pasien menutup mulutnya, operator menarik perlahan antara gigi untuk
memastikan film paket dan gigi berkontak
9. Operator melepaskan tab
10. Sinar X-ray diarahkan ke area kontak pada sudut gigi dan paket
film yang tepat dengan 5 hingga 8 derajat downward vertical
angulation
11. Cahaya ditembakkan
12. Prosedur diulang untuk gigi premolar
anak-anak 4. Lidah dapat mengubah
posisi film sehingga
mengganggu proses
Keuntungan dan Kerugian Teknik Film Holder
Keuntungan Kerugian
13. CATATAN : ketika memposisikan X-Ray tube, setelah pasien
menutup mulut, filmnya tidak dapat dilihat lagi. Untuk
memastikan bagian anterior film terlihat dan menghindari cone
cutting,ujung depan open-ended spacer cone harus diposisikan
sedekat mungkin dengan ujung mulut
Untuk bitewing dengan Film Holder:
1. Film sejajar dengan gigi
2. Bite-platform menggantikan wing
3. Terdapat aiming device
4. Komponen dengan teknik packet holder
a. Mekanisme untuk menjaga film packet paralel gigi
b. Bite-platform
c. X-ray beam aiming device
1. Simple
2. Film tidak dapat berpindah posisi karena lidah
3. Arah tubehead ditentukan holder, sehingga tidak terlalu operator dependent
4. Selalu berada pada sudut yang benar
5. Dapat menghindari terjadinya coning off atau cone cutting
6. Holder dapat di autoclave atau sekali pakai
1. Tidak reproducible sehingga tidak ideal untuk memonitor progress karies
2. Pemosisian holder kurang nyaman
3. Beberapa holder mahal
4. Holder biasanya tidak cocok untuk anak karena kurang nyaman saat diposisikan
5. Prosedur sama dengan teknologi bitewing tradisional, hanya saja
menggunakan film holder
(gambar)
Keuntungan dan Kerugian Teknik Tradisional
Keuntungan Kerugian
Occlusal
Merupakan teknik yang diambil menggunakan dental X-Ray set dimana film packet
diletakkan pada occlusal plane. Pengklasifikasian teknik ini dibagi menjadi 2 kelompok
berdasarkan rahang, yaitu :
2. Teknik :
a. Pasien duduk dengan kepalanya disandarkan dan bidang oklusal horizontal
sejajar dengan lantai.
b. Kaset ditempatkan di dalam kantung plastik kecil untuk mencegah
kontaminasi saliva dan crossinfection.
c. Sisi film yang berwarna putih menghadap ke atas, di atas bidang oklusal
gigi rahang bawah, dengan sumbu panjangnya anteroposterior dan pasien
menggigit perlahan.
EKSTRAORAL
Lateral Sefalometrik
1. Indikasi :
a. Mengamati tulang tengkorak dan wajah yang mengalami trauma,
penyakit, atau abnormalitas pertumbuhan
b. Melihat pertumbuhan wajah
c. Prostetik untuk menunjang data pre & post treatment
2. Teknik :
a. Pasien diposisikan pada mesin chepalostat, dengan sagittal plane paralel
dengan film dan frankfurt plane horizontal
b. Kepala ditunjang dengan plastic ear rods
c. Alumunium wedge ditempatkan
d. Exposure dilakukan
Submentovertex
1. Indikasi :
a. Lesi yang mempengaruhi palatum, area pterygoid, atau dasar tengkorak.
b. Pemeriksaan sinus sphenoidal.
c. Penilaian ketebalan dari bagian posterior mandibular sebelum osteotomy.
d. Memeriksa fraktur dari arkus zigomatik
2. Teknik :
a. Image receptor parallel bidang transversal pasien dan tegak lurus
midsagittal dan coronal pasien
b. Canthomeatal (CM) line membentuk sudut 10odengan image receptor
(bisa juga paralel)
c. Tegak lurus image receptor, dari bawah mandibula ke vertex tengkorak.
Parallel dengan midsagittal pasien
Waters
1. Indikasi :
a. Deteksi fraktur pada middle third facial : Le Fort I, Le Fort II, Le Fort
III
b. Fraktur pada prosesus coronoideus
2. Teknik :
a. Image receptor di depan pasien dan tegak lurus midsagittal plane.
b. Canthomeatal (CM) line membentuk sudut 37o
dengan image receptor (mendongak).
c. Jika mulut dibuka, sinus sphenoideus terlihat
menumpuk diatas palatum
d. Tegak lurus image receptor.Berpusat di area sinus
maksilaris
Posteroanterior Sefalometrik
1. Indikasi :
a. Pengamatan tulang tengkorak yang mengalami penyakit, trauma, atau
abnormalitas pertumbuhan
b. Mendata dan mendeteksi perubahan pada dimensi mesiolateral
c. Visualisasi struktur wajah
2. Teknik :
a. Cephalostat diputar 90 derajat
b. Posisi film vertikal
c. Pasien diposisikan dengan kepala dicondongkan ke depan
d. Kepala ditunjang dengan plastic ear rods agar posisinya tepat
e. Sinar X horizontal dengan tulang leher
f. Kepala ditempatkan di tengah cassette
g. Chantomeatal line paralel dengan lantai. Hidung agak tinggi, 10 derajat di atas
plane horizontal
Panoramik
1. Indikasi
a. Mensurvey keseluruhan gigi
b. Melihat impaksi
c. Pembuatan gigi tiruan
d. Evaluasi trauma
e. Melihat pertumbuhan dan perkembangan gigi
f. Deteksi penyakit
g. Gangguan TMJ
h. Deteksi anomaly
2. Teknik
a. Masukkan film ke dalam kaset
b. Masukkan kaset ke dalam receptor assembly
c. Atur mode program pada unit panoramik, beserta kekuatan exposure (dewasa
= 100 kvp; 5 ma & anak-anak = 90 kvp; 3 ma)
d. Pasang bite block pada tempatnya di unit panoramic
e. Posisikan mesin sedikit lebih tinggi daripada dagu pasien
f. Pasang apron pada pasien
g. Lepaskan objek berbahan metal pada pasien
h. Posisi kepala dan dagu berada pada chin up dan mid sagittal plane berada
tepat di tengah
i. Atur image layer (focal trough) sesuai tujuan pemotretan, untuk melihat
daerahsimfisis mandibula atau daerah condyle TMJ atau daerah sinus
maksilaris
j. Pasien menggigit bite block
k. Instruksikan pasien untuk tidak bergerak selama penyinaran sekitar 15
detik
l. Tekan tombol penyinaran
TMJ Projection
Transcranial
1. Indikasi :
a. Disfungsi dan dislokasi TMJ yang membuat adanya
rasa sakit/nyeri, limitasi saat membuka mulut, dan
clicking sound.
b. Untuk memeriksa ukuran dan posisi diskus.
c. Memeriksa rangkaian pergerakan sendi
2. Teknik :
a. Pasien diposisikan dengan kepala menengok sebesar 90o,
TMJ menyentuh film dan bidang sagittal sejajar dengan
film. Mulut pasien tertutup.
b. X-ray tubehead diposisikan membentuk sudut 25o terhadap TMJ dan
mengarah ke bawah.
c. Prosedur diulang dengan mulut pasien terbuka.
Transpharyngeal
1. Indikasi :
a. Sindrom disfungsi TMJ.
b. Untuk memeriksa penyakit pada sendi (ex: osteoarthritis dan rheumatoid
arthritis).
c. Memeriksa keadaan patologis yang mempengaruhi head condyle,
termasuk kista dan tumor.
d. Fraktur pada leher dan head condyle.
2. Teknik :
a. Pasien memegang kaset di sisi wajah yang TMJnya ingin diperiksa
(berlainan dengan tubehead). Film dan bidang sagittal kepala terletak
parallel.
b. Mulut pasien dalam keadaan terbuka serta terdapat bite-block untuk
menjaga stabilitas.
c. X-ray tubehead berada di depan condylus yang tidak diperiksa dan di atas
arcus zigomaticus.
EVALUASI MUTU
2. BAB II Tinjauan Pustaka. Permintan Tertulis untuk Melakukan Radiografi. Skripsi. Universitas Sumatra Utara.
http://repository.usu.ac.id/bitstream/handle/123456789/41234/Chapter%20II.pdf?sequen ce=3&isAllowed=y
diakses pada 21 Maret 2019 pukul 22.43
3. Pradipta, Adhyanovic Hadi. 2016. “Form Permintaan Radiologi”. Contoh Form Permintaan Radiologi RSIA
Puri Adhya Paramita. https://www.scribd.com/document/321934807/Form-Permintaan-Radiologidiakses
pada 21 Maret 2019 pukul 22.49