Dental Radiology
RADIOGRAFI INTRAORAL
MATERI
a. Radiografi Periapikal
1. Radiografi Periapikal Radiografi periapikal adalah komponen penunjang
diagnostik yang menghasilkan gambar radiografi dari beberapa gigi dan jaringan
apeks sekitarnya. Radiografi periapikal menggunakan film yang berukuran 3x4
cm. Setiap film biasanya menunjukkan 2-4 gigi dan dapat memberikan gambaran
secara rinci tentang gigi dan jaringan sekitarnya. Pada radiografi periapikal,
terdapat dua teknik proyeksi yang biasa dapat digunakan, yaitu teknik paralleling
dan teknik bisecting.
Persyaratan Posisi Film dan Sinar-X Persyaratan posisi film dari sinar-x yang ideal, yaitu:
1. Gigi dan film harus berkontak.
2. Gigi dan film harus sejajar satu sama lain.
3. Untuk gigi anterior, film diletakkan vertikal.
4. Untuk gigi posterior, film diletakkan horizontal.
c. Radiografi oklusal
Radiografik oklusal adalah suatu teknik radiografik intra oral dimana film diletakkan
pada bidang oklusal gigi. Ukuran film standart yang digunakan untuk teknik ini adalah
7,7 x 5,8 cm, posisi film dimasukkan dalam mulut penderita pada bidang oklusal
(Whaites, 2007).
Secara umum indikasi foto oklusal adalah:
1. untuk menentukan letak/posisi sisa akar, gigi impaksi atau gigi kelebihan apakah
terletak di dalam/di luar lengkung gigi.
2. Untuk melihat keadaan patologis sehubungan dengan gigi dan rahang pada arah
buko-lingual.
3. Untuk melihat letak kelainan sialolithiasis (penyumbatan pada muara saluran
kelenjar ludah RB).
Macam-macam teknik radiografi oklusal adalah :
1. Proyeksi Oklusal Rahang Atas :
a. Upper standard occlusal ( standard occlusal ).
b. Upper oblique occlusal (oblique occlusal ).
c. Vertex occlusal
2. Proyeksi oklusal Rahang Bawah :
a. Lower 90 o occlusal (true occlusal ).
b. Lower 45 o occlusal ( standard occlusal ).
c. Lower oblique occlusal (oblique occlusal
Checklist penilaian foto periapikal
Film radiografi yang belum terekspose akan di gunakan dalam pemeriksaan radiologi untuk
menegakkan diagnosa, film yang sudah digunakan tersebut akan dilanjutkan ke dalam proses
pencucian atau proses membuat hasil radiografi. proses pembuatan hasil radiografi saat ini
berbeda-beda, ada yang masih menggunakan proses manual atau konvensional ada pula yang
menggunakan prosesing automatic. Berikut penjelasan tentang pencucian film manual dan
automatic processing.
Dalam pencucian film radiologi secara manual, dimana membuat gambaran radiografi yang
permanen dan tampak. Tahapan pengolahan film secara utuh terdiri dari pembangkitan
(developing), pembilasan (rinsing), penetapan (fixing), pencucian (washing), dan pengeringan
(drying).
1. Pembangkitan (developing)
a. Sifat dasar
Pembangkitan merupakan tahap pertama dalam pengolahan film. Pada tahap ini
perubahan terjadi sebagai hasil dari penyinaran. Dan yang disebut pembangkitan adalah
perubahan butir-butir perak halida di dalam emulsi yang telah mendapat penyinaran
menjadi perak metalik atau perubahan dari bayangan laten menjadi bayangan tampak.
Sementara butiran perak halida yang tidak mendapat penyinaran tidak akan terjadi
perubahan. Perubahan menjadi perak metalik ini berperan dalam penghitaman bagian-
bagian yang terkena cahaya sinar-X sesuai dengan intensitas cahaya yang diterima oleh
film. Sedangkan yang tidak mendapat penyinaran akan tetap bening. Dari perubahan
butiran perak halida inilah akan terbentuk bayangan laten pada film.
b. Bayangan laten (latent image)
Emulsi film radiografi terdiri dari ion perak positif dan ion bromida negative (AgBr)
yang tersusun bersama di dalam kisi kristal (cristal lattice). Ketika film mendapatkan
eksposi sinar-X maka cahaya akan berinteraksi dengan ion bromide yang menyebabkan
terlepasnya ikatan elektron. Elektron ini akan bergerak dengan cepat kemudian akan
tersimpan di daiam bintik kepekaan (sensitivity speck) sehingga bermuatan negatif.
Kemudian bintik kepekaan ini akan menarik ion perak positif yang bergerak bebas
untuk masuk ke dalamnya lalu menetralkan ion perak positif menjadi perak berwarna
hitam atau perak metalik. Maka terjadilah bayangan laten yang gambarannya bersifat
tidak tampak.
2. Pembilasan (rinsing)
Merupakan tahap selanjutnya setelah pembangkitan. Pada waktu film dipindahkan dari
tangki cairan pembangkit, sejumlah cairan pembangkit akan terbawa pada permukaan film
dan juga di dalam emulsi filmnya. Cairan pembilas akan membersihkan film dari larutan
pembangkit agar tidak terbawa ke dalam proses selanjutnya. Cairan pembangkit yang
tersisa masih memungkinkan berlanjutnya proses pembangkitan walaupun film telah
dikeluarkan dari larutan pembangkit. Apabila pembangkitan masih terjadi pada proses
penetapan maka akan membentuk kabut dikroik (dichroic fog) sehingga foto hasil tidak
memuaskan. Proses yang terjadi pada cairan pembilas yaitu memperlambat aksi
pembangkitan dengan membuang cairan pembangkit dari permukaan film dengan cara
merendamnya ke dalam air. Pembilasan ini harus dilakukan dengan air yang mengalir
selama 5 detik.
3. Penetapan (fixing)
Sifat dasar : Diperlukan untuk menetapkan dan membuat gambaran menjadi permanen
dengan menghilangkan perak halida yang tidak terkena sinar-X. Tanpa mengubah
gambaran perak metalik. Perak halida dihilangkan dengan cara mengubahnya menjadi
perak komplek. Senyawa tersebut bersifat larut dalam air kemudian selanjutnya akan
dihilangkan pada tahap pencucian. Tujuan dari tahap penetapan ini adalah untuk
menghentikan aksi lanjutan yang dilakukan oleh cairan pembangkit yang terserap oleh
emulsi film. Pada proses ini juga diperlukan adanya pengerasan untuk memberikan
perlindungan terhadap kerusakan dan untuk mengendalikan akibat penyerapan uap air.
4. Pencucian (washing)
Setelah film menjalani proses penetapan maka akan terbentuk perak komplek dan garam.
Pencucian bertujuan untuk menghilangkan bahan-bahan tersebut dalam air. Tahap ini
sebaiknya dilakukan dengan air mengalir agar dan air yang digunakan selalu dalam keadaan
bersih.
5. Pengeringan (drying)
Merupakan tahap akhir dari siklus pengolahan film. Tujuan pengeringan adalah untuk
menghilangkan air yang ada pada emulsi. Hasil akhir dari proses pengolahan film adalah
emulsi yang tidak rusak, bebas dari partikel debu, endapan kristal, noda, dan artefak. Cara
yang paling umum digunakan untuk melakukan pengeringan adalah dengan udara. Ada tiga
faktor penting yang mempengaruhinya, yaitu suhu udara, kelembaban udara, dan aliran
udara yang melewati emulsi.