Anemia Defisiensi Besi (ADB) adalah anemia yang timbul akibat kosongnya cadangan
besi tubuh (depleted iron store) sehingga penyediaan besi untuk eritropoesis berkurang, yang
pada akhirnya pembentukan hemoglobin (Hb) berkurang19.
ETIOLOGI ANEMIA DEFISIENSI BESI
MANIFESTASI KLINIS
Gejala klinis sering terjadi perlahan dan tidak begitu diperhatikan oleh penderita dan
keluarganya. Rasa lemah, letih, hilang nafsu makan, menurunnya daya konsentrasi dan sakit
kepala atau pening adalah gejala awal anemia. Anemia pada akhirnya menyebabkan kelelahan,
sesak nafas, kurang tenaga dan gejala lainnya. Gejala yang khas dijumpai pada defisiensi besi,
tidak dijumpai pada anemia jenis lain, seperti :
1. Atrofi papil lidah : permukaan lidah menjadi licin dan mengkilap karena papil lidah
menghilang sehingga ukuran lidah mengecil.
2. Glositis : iritasi lidah.
3. Keilosis : bibir pecah-pecah.
4. Koilonikia : kuku jari tangan tipis, rata, mudah patah dan pecah-pecah serta bentuknya
seperti sendok.
5. Intoleransi terhadap latihan : penurunan aktivitas kerja dan daya tahn tubuh.
6. Termogenesis tidak normal : terjadi ketidakmampuan untuk mempertahankan suhu
tubuh normal pada saat udara dingin.
7. Daya tahan tubuh terhadap infeksi menurun, hal ini terjadi karena fungsi leukosit yang
tidak normal1,10,12 .
DIAGNOSIS
1. Anamnesis
A. Riwayat faktor predisposisi dan etiologi :
Kebutuhan meningkat secara fisiologis dan masa pertumbuhan yang cepat (masa
pertumbuhan, prematuritas).
Infeksi kronis (tuberculosis, pneumonia, abses paru).
Asupan besi dari makanan tidak adekuat (jenis makanan yang di konsumsi oleh
pasien).
Malabsorpsi besi dan kurangnya besi yang diserap (gastrektomi, gastritis atrofi).
Perdarahan saluran cerna (tukak lambung, colitis ulserativa).
Pucat, lemah, lesu, hilang nafsu makan, menurunnya daya konsentrasi dan sakit
kepala atau pening.
2. Pemeriksaan fisik
Anemis, tidak disertai ikterus, organomegali dan limphadenopati.
Stomatitis angularis, atrofi papil lidah.
Ditemukan takikardi, murmur sistolik dengan atau tanpa pembesaran jantung.
Cara lain untuk menentukan adanya anemia defisiensi besi adalah dengan trial
pemberian preparat besi. Penentuan ini penting untuk mengetahui adanya anemia defisiensi
besi subklinis dengan melihat respon hemoglobin tehadap pemberian preparat besi.
Prosedur ini sangat mudah, praktis, sensitif dan ekonomis terutama pada anak yang
beresiko tinggi menderita anemia jenis ini. Bila dengan pemberian preparat besi dosis 5
mg/kgBB/hari selama 3-4 minggu terjadi peningkatan kadar Hb 1-2 gr/dl maka dapat
dipastikan bahwa yang bersangkutan menderita anemia defisiensi besi.
PEMERIKSAAN LABORATORIUM
Kadar hemoglobin, HCT dan indeks eritrosit (MCV, MCH, MCHC) menurun
Hapus darah tepi menunjukkan hipokromik, mikrositik, anisositosis dan
poikilositosis (dapat ditemukan sel pensil, sel target, ovalosit, mikrosit dan sel
fragmen).
Kadar besi serum (SI) menurun dan (Total Iron Binding Capacity) TIBC meningkat.
Kadar feritin menurun dan kadar free erythrocyte porphyrin (FEP) meningkat.
Sumsum tulang : aktifitas eritropoitik meningkat.
MCV (Mean Corpuscular Volume) : Nilai Hematokrit x 10
Jumlah Eritrosit (juta/mm)
Normal : 76 96 c ( < 76 : mikrositik)
MCH (Mean Corpuscular Hemoglobin) : Nilai Hemoglobin x 10
Jumlah Eritrosit (juta/mm)
Normal 27-32 g (bila < 27 : hipokromik)
MCHC (Mean Corpuscular Hemoglobin Concentration) :
Nilai Hemoglobin (g%) x 100
Nilai Hematokrit
Normal : 32-37% ( <32% : hipokromik)
DIAGNOSIS BANDING
Anemia hipokromik mikrositik10:
Thalasemia (khususnya thallasemia minor) :
o Hb A2 meningkat.
o Feritin serum dan timbunan Fe tidak turun.
Anemia karena infeksi menahun :
o biasanya anemia normokromik normositik. Kadang-kadang terjadi anemia
hipokromik ringan.
o Feritin serum dan timbunan Fe tidak turun.
Keracunan timah hitam (Pb)
o Terdapat gambaran titik-titik basofilik (basophillic stippling) pada pewarnaan
Romanowsky.
o Peningkatan kadar protoporfirin eritrosit bebas.
Anemia sideroblastik :
o Terdapat ring sideroblastik pada pemeriksaan sumsum tulang
Anemia defisiensi besi adalah anemia yang disebabkan oleh kurangnya besi yang diperlukan
untuk sintesis hemoglobin. Anemia akibat defisiensi besi untuk sintesis Hb merupakan
penyakit darah yang paling sering pada bayi dan anak. Frekuensinya berkaitan dengan aspek
dasar metabolisme besi dan nutrisi tertentu. Tubuh bayi baru lahir mengandung kira-kira 0,5
gr besi, sedangkan dewasa kira-kira 5 gr. Jumlah zat besi yang diserap oleh tubuh dipengaruhi
oleh jumlah besi dalam makanan, bioavailabilitas besi dalam makanan dan penyerapan oleh
mukosa usus.
Ada dua cara penyerapan besi dalam usus, yang pertama adalah penyerapan dalam bentuk non
heme (sekitar 90% berasal dari makanan), yaitu besinya harus diubah dulu menjadi bentuk
yang diserap, sedangkan bentuk yang kedua adalah bentuk heme (sekitar 10% berasal dari
makanan), besinya dapat langsung diserap tanpa memperhatikan cadangan besi dalam tubuh,
asam lambung ataupun zat makanan yang dikonsumsi.7
Besi non heme di lumen usus akan berikatan dengan apotransferin membentuk kompleks
transferin besi yang kemudian akan masuk ke dalam sel mukosa. Di dalam sel mukosa, besi
akan dilepaskan dan apotransferinnya kembali ke dalam lumen usus. Selanjutnya sebagian besi
bergabung dengan apoferitin membentuk feritin, sedangkan besi yang tidak diikat oleh
apoferitin akan masuk ke peredaran darah dan berikatan dengan apotransferin membentuk
transferin serum.
Penyerapan besi oleh tubuh berlangsung melalui mukosa usus halus, terutama di duodenum
sampai pertengahan jejunum, makin kea rah distal usus penyerapannya semakin berkurang.
Besi dalam makanan terbanyak ditemukan dalam bentuk senyawa besi non heme berupa
kompleks senyawa besi inorganik (ferri/Fe3+) yang oleh pengaruh asam lambung, vitamin C,
dan asam amino mengalami reduksi menjadi bentuk ferro (Fe2+). Bentuk ferro ini kemudian
diabsorpsi oleh sel mukosa usus dan didalam sel usus bentuk ferro ini mengalami oksidasi
menjadi bentuk ferri yang selanjutnya berikatan dengan apoferitin menjadi feritin. Selanjutnya
besi feritin dilepaskan ke dalam peredaran darah setelah melalui reduksi menjadi bentuk ferro
dan didalam plasma ion ferro direoksidasi kembali menjadi bentuk ferri. Kemudian berikatan
dengan 1 globulin membentuk transferin. Absorpsi besi non heme akan meningkat pada
penderita ADB. Transferin berfungsi untuk mengangkut besi dan selanjutnya didistribusikan
ke dalam jaringan hati, limpa dan sumsum tulang serta jaringan lain untuk disimpan sebagai
cadangan besi tubuh.1,2
Di dalam sum-sum tulang sebagian besi dilepaskan ke dalam eritrosit (retikulosit) yang
selanjutnya bersenyawa dengan porfirin membentuk heme dan persenyawaan globulin dengan
heme membentuk hemoglobin. Setelah eritrosit berumur 120 hari fungsinya kemudian
menurun dan selanjutnya dihancurkan di dalam sel retikuloendotelial. Hemoglobin mengalami
proses degradasi menjadi biliverdin dan besi. Selanjutnya biliverdin akan direduksi menjadi
bilirubin, sedangkan besi akan masuk ke dalam plasma dan mengikuti siklus seperti di atas atau
akan tetap disimpan sebagai cadangan tergantung aktivitas eritropoiesis.
Bioavailabilitas besi dipengaruhi olehkomposisi zat gizi dalam makanan. Asam askorbat,
daging, ikan dan unggas akan meningkatkan penyerapan besi non heme. Jenis makanan yang
mengandung asam tanat (terdapat dalam the dan kopi), kalsium, fitat, beras, kuning telur,
polifenol, oksalat, fosfat, dan obat-obatan (antacid, tetrasiklin dan kolestiramin) akan
mengurangi penyerapan zat besi.
Besi heme di dalam lambung dipisahkan dari proteinnya oleh asam lambung dan enzim
proteosa. Kemudian besi heme mengalami oksidasi menjadi hemin yang akan masuk ke dalam
sel mukosa usus secara utuh, kemudian akan dipecah oleh enzim hemeoksigenase menjadi ion
ferri bebas dan porfirin. Selanjutnya ion ferri bebas ini akan mengalami siklus seperti di atas.
Di dalam tubuh cadangan besi ada dua bentuk, yang pertama feritin yang bersifat mudah larut,
tersebar di sel parenkim dan makrofag, terbanyak di hati. Bentuk kedua adalah hemosiderin
yang tidak mudah larut, lebih stabil tetapi lebih sedikit dibandingkan feritin. Hemosiderin
ditemukan terutama dalam sel Kupfer hati dan makrofag di limpa dan sumsum tulang.
Cadangan besi ini akan berfungsi untuk mempertahankan homeostasis besi dalam tubuh.
Apabila pemasukan besi dari makanan tidak mencukupi, maka terjadi mobilisasi besi dan
cadangan besi untuk mempertahankan kadar Hb.