STEP 2
1. Bagaimana interpretasi dari skenario diatas?(agung)
2. Apa penatalaksanaan yang tepat pada kasus skenario?(anugrah)
3. Apa tujuan dari perawatan one visit endodontic?(dya)
4. Apa indikasi dan kontrandikasi dari one visit endodontic?(salmaa
5. Apa saja perawatan saluran akar pada anak?(septianing)
6. Apa keuntungan dan kekurangan ove?(mb mayang)
7. Apa saja bahan yang digunakan untuk mengisi saluran akar?(lintang)
8. Apa Indikasi dan kontraindikasi penatalaksanaan kasus?(intan)
9. Apa saja faktor yang mempengaruhi keberhasilan OVE?(atqiya)
10.Bagaimanakah anatomi gigi sulung pada anak?(alpha)
11.Apa diagnosa dari skenario?
Step 3
Tujuan dasar dari perawatan endodontik pada anak mirip dengan pasien dewasa, yaitu untuk
meringankan rasa sakit dan mengontrol sepsis dari pulpa dan jaringan periapikal sekitarnya
serta mengembalikan keadaan gigi yang sakit agar dapat diterima secara biologis oleh
jaringan sekitarnya. Ini berarti bahwa tidak terdapat lagi simtom, dapat berfungsi dengan baik
dan tidak ada tanda-tanda patologis yang lain. Faktor pertimbangan khusus diperlukan pada
saat memutuskan rencana perawatan yang sesuai untuk gigi geligi sulung yaitu untuk
mempertahankan panjang lengkung rahang 1,2. Banyaknya kunjungan pada anak sering
sekali membuat pasien tidak kooperatif dan sering juga kesibukan oleh orang tua yang
menyebabkan perawatan pada endo pada anak sering mengalami kegagalan. Kurangnya
sarana prasarana terutama foto rontgen dalam praktek dokter gigi juga membuat penanganan
endo pada sering mengalami kegagalan. 1 visit endo pada anak merupakan alternative suatu
perawatan yang bisa dilakukan untuk mempersingkat waktu dan dilakukan seideal mungkin.
1.Pulpotomi
Pulpotomi adalah pembuangan pulpa vital dari kamar pulpa kemudian diikuti oleh
penempatan obat di atas orifis yang akan menstimulasikan perbaikan atau memumifikasikan
sisa jaringan pulpa vital di akar gigi6. Pulpotomi disebut juga pengangkatan sebagian
jaringan pulpa. Biasanya jaringan pulpa di bagian korona yang cedera atau mengalami infeksi
dibuang untuk mempertahankan vitalitas jaringan pulpa dalam saluran akar 1,3. Pulpotomi
dapat dipilih sebagai perawatan pada kasus yang melibatkan kerusakan pulpa yang cukup
serius namun belum saatnya gigi tersebut untuk dicabut, pulpotomi juga berguna untuk
mempertahankan gigi tanpa menimbulkan simtomsimtom khususnya pada anak-anak14.
Indikasi pulpotomi adalah anak yang kooperatif, anak dengan pengalaman buruk pada
pencabutan, untuk merawat pulpa gigi sulung yang terbuka, merawat gigi yang apeks akar
belum terbentuk sempurna, untuk gigi yang dapat direstorasi 1,4. Kontraindikasi pulpotomi
adalah pasien yang tidak kooperatif, pasien dengan penyakit jantung kongenital atau riwayat
demam rematik, pasien dengan kesehatan umum yang buruk, gigi dengan abses akut, resorpsi
akar internal dan eksternal yang patologis, kehilangan tulang pada apeks dan atau di daerah
furkasi 4,5. Saat ini para dokter gigi banyak menggunakan formokresol untuk perawatan
pulpotomi. Formokresol merupakan salah satu obat pilihan dalam perawatan pulpa gigi
sulung dengan karies atau trauma. Obat ini diperkenalkan oleh Buckley pada tahun 1905 dan
sejak saat itu telah digunakan sebagai obat untuk perawatan pulpa dengan tingkat
keberhasilan yang tinggi 3,7. Beberapa tahun ini penggunaan formokresol sebagai pengganti
kalsium hidroksida untuk perawatan pulpotomi pada gigi sulung semakin meningkat. Bahan
aktif dari formokresol yaitu 19% formaldehid, 35% trikresol ditambah 15% gliserin dan air.
Trikresol merupakan bahan aktif yang kuat dengan waktu kerja pendek dan sebagai bahan
antiseptic untuk membunuh mikroorganisme pada pulpa gigi yang mengalami infeksi atau
inflamasi sedangkan formaldehid berpotensi untuk memfiksasi jaringan 3,5,7.
Sweet mempelopori penggunaan formokresol untuk perawatan pulpotomi. Awalnya
perawatan pulpotomi dengan formokresol ini dilakukan sebanyak empat kali kunjungan
namun saat ini perawatan pulpotomi dengan formokresol dapat dilakukan untuk satu kali
kunjungan7.
Beberapa studi telah dilakukan untuk membandingkan formokresol dengan kalsium
hidroksida dan hasilnya memperlihatkan bahwa perawatan pulpotomi dengan formokresol
pada gigi sulung menunjukkan tingkat keberhasilan yang lebih baik daripada penggunaan
kalsium hidroksida. Formokresol tidak membentuk jembatan dentin tetapi akan membentuk
suatu zona fiksasi dengan kedalaman yang bervariasi yang berkontak dengan jaringan vital.
Zona ini bebas dari bakteri dan dapat berfungsi sebagai pencegah terhadap infiltrasi
mikroba7. Keuntungan formokresol pada perawatan pulpa gigi sulung yang terkena karies
yaitu formokresol akan merembes melalui pulpa dan bergabung dengan protein seluler untuk
menguatkan jaringan. Penelitian-penelitian secara histologis dan histokimia menunjukkan
bahwa pulpa yang terdekat dengan kamar pulpa menjadi terfiksasi lebih ke arah apikal
sehingga jaringan yang lebih apikal dapat tetap vital. Jaringan pulpa yang terfiksasi kemudian
dapat diganti oleh jaringan granulasi vital 4,8.
Perawatan pulpotomi formokresol hanya dianjurkan untuk gigi sulung saja, diindikasikan
untuk gigi sulung yang pulpanya masih vital, gigi sulung yang pulpanya terbuka karena
karies atau trauma pada waktu prosedur perawatan7.
DAFTAR PUSTAKA
1. Bence, R. 1990. Buku Pedoman Endodontik Klinik. Diterjemahkan dari Handbook of
Clinical Endodontics oleh E. H. Sundoro. Jakarta : Penerbit UI.
2. Harty, F. J. 1993. Endodonti Klinis. Edisi Ketiga. Diterjemahkan dari Endodontics in
Clinical Practice oleh L. Yuwono. Jakarta : Hipokrates.
3. Welbury, R. R. 2001. Paediatric Dentistry. 2nd edition. New York : Oxford
UniversityPress.
4. Andlaw, R. J., dan W. P. Rock. 1993. A Manual of Paedodontics. 3rd edition. New York :
Churchill Livingstone.
5. Kennedy, D. B. 1992. Konservasi Gigi Anak. Diterjemahkan dari Paediatric Operative
Dentistry oleh N. Sumawinata dan S. H. Sumartono. Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran
EGC.
6. Curzon, M. E. J., J. F. Roberts., dan D. B. Kennedy. 1996. Kennedys Paediatric Operative
Dentistry. 4th edition. London : Wright.
7. Finn, S. B. 2003. Clinical Pedodontics. 4th edition. Philadelphia : W. B. Saunders.
8. Mathewson, R. J., dan R. E. Primosch. 1995. Fundamentals of Pediatric Dentistry;. 3rd
edition. Chicago : Quintessence Publishing.
//
b. Pulp capping: gigi yang masih vital/non dan dilapisi
pulpanya(intan). Untuk mempertahankan gigi tetap vital
dengan cara memberi bahan proteksi
1. Pulp capping direct: pemberian bahan proteksi langsung,
karena kesalahan pada iatrogenik(kesalahan operator),
biasanya karies kecil seujung jarum
2. Pulp capping indiret: pemberian bahan proteksi tidak
langsung dengan cara dilapisi diatas dentin, biasanya karies
yang dalam
Diagnosis: pulpitis reversible
Prosedur:
c. Pulpektomi
1. Vital/non vital
2. Sebagian(mb mayang)
Diagnosa: pulpitis irreversible
Treatment: