Anda di halaman 1dari 15

DAFTAR ISI

DAFTAR ISI.............................................................................................................................1
BAB I PENDAHULUAN.........................................................................................................2
A. Latar Belakang..........................................................................................................2
BAB II TINJAUAN PUSTAKA..............................................................................................3
A. Teknik Radaiografi Intraoral...................................................................................3
1. Radiogradi Periapikal...........................................................................................3
2. Radiografi Bitewing...............................................................................................5
3. Radiografi Oklusal.................................................................................................6
4. Radiografi Teknik SLOB (Same Linguaal Opposite Buccal)..........................10
B. Teknik Radaiografi Extraoral................................................................................10
1. Radiografi Panoramik.........................................................................................10
2. Radiografi Sefalometrik Lateral........................................................................11
BAB III KESIMPULAN........................................................................................................13
A. Kesimpulan..............................................................................................................13
DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................................14

1
BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Radiologi merupakan cabang dari ilmu medis yang mempelajari mengenai
penggunaan sinar X, substansi radioaktif, dan bentuk lain dari energi radiasi untuk
mendiagnosis dan mengobati suatu penyakit.1 Radiografi kedokteran gigi adalah
produksi radiograf dari gigi dan jaringan di sekitarnya menggunakan paparan sinar X
ke reseptor gambar.1 Selain itu, radiografi kedokteran gigi merupakan sarana
pemeriksaan untuk melihat manifestasi oral di rongga mulut yang tidak dapat dilihat
dari pemeriksaan klinis namun dapat dengan jelas terlihat gambaran seperti
perluasaan dari penyakit periodontal, karies pada gigi serta kelainan patologis rongga
mulut lainnya. Radiografi dental menjadi pedoman untuk memaksimalkan hasil
diagnosis yang terlihat dari interpretasi gambar.1
Dalam bidang kedokteran gigi teknik radiografi yang digunakan terdiri dari
dua jenis, yaitu radiografi intra oral dan ekstra oral. Pada diskusi kali ini akan
membahas mengenai salah satu jenis radiografi intraoral yaitu radiografi periapikal. 1
Adapun klasifikasi radiografi intraoral dan ekstraoral:
a. Radiografi intra oral: pemeriksaan gigi dan jaringan sekitarnya dengan radiografi
yang filmnya diletakan di dalam mulut pasien. Pemeriksaan intra oral merupakan
pokok dari radiografi kedokteran gigi. Radiografi intra oral terdiri atas beberapa
tipe, yaitu:
1. Radiografi Periapikal
2. Radiografi Bitewing
3. Radiografi Oklusal.1
b. Radiografi Ekstra Oral: pemeriksaan radiografi yang digunakan untuk melihat
area yang luas pada tengkorak kepala dan rahang. Pada radiografi ekstraoral film
yang digunakan diletakan diluar rongga mulut. Radiografi ekstra oral terdiri atas
beberapa tipe yaitu:
1. Radiografi Panoramik
2. Radiografi Lateral Jaw
3. Radiografi Sefalometri
4. Radiografi Postero-Anterior
5. Radiografi Antero-Posterior
6. Radiografi Proyeksi Water’s.1

2
BAB II TINJAUAN PUSTAKA

A. Teknik Radaiografi Intraoral


1. Radiogradi Periapikal
a. Definisi
Radiografi periapikal merupakan sebuah metode pemeriksaan dasar untuk
mendiagnosis suatu penyakit gigi termasuk karies dan lesi periapikal yang
umum di gunakan.2 Setiap film menghasilkan gambaran dua sampai empat
gigi secara detail sehingga menghasilkan informasi mengenai gigi dan
jaringan disekitar tulang alveolar.3 Masing-masing gigi individual harus
menunjukkan mahkota, akar, dan 3 mm area jaringan periapikal harus
benasr-benar terlihat.4 Radiografi periapikal paling sering digunakan untuk
memvisualisasikan seluruh gigi dan struktur jaringan di sekitarnya dengan
kualitas gambar yang baik yang mempunyai manfaat.5
b. Indikasi klinis utama radiografi periapikal
Indikasi radiografi periapikal menurut  Whaites dan Drage (2021) antara
lain:
1) Mendeteksi adanya infeksi atau inflamasi di daerah apikal
2) Penilaian status periodontal
3) Untuk melihat kondisi gigi dan tulang alveolar ketika terjadi trauma
4) Untuk mengevaluasi morfologi akar gigi sebelum dilakukan ektraksi
5) Prosedur perawatan endodontik
6) Untuk mengevaluasi adanya suatu lesi di apikal
7) Evaluasi pre dan postoperative pada bedah apikal.
c. Teknik Radiografi Periapikal
Terdapat dua teknik pengambilan radiografi periapikal yaitu teknik paralel
dan teknik bisecting.
1) Teknik paralel
Teknik paralel pertama kali diperkenalkan oleh Edmund C Keller
pada tahun 1896 dan kemudian pada tahun 1920 digunakan oleh
Franklin W. McCormack pada radiografi kedokteran gigi. Teknik
paralel disebut juga dengan long cone technique atau right angle.
Prinsip dasar pada teknik paralel ini adalah film dan gigi paralel atau
sejajar dengan panjang aksis gigi diletakkan menggunakan film holder.
Orientasi ini agar meminimalisir distorsi geometri. 3 Teori teknik paralel
ini sebagai berikut:
Teknik ini menggunakan film holder, kemudian film diletakkan
dengan ukuran yang sesuai, dengan posisi sejajar atau paralel terhadap
aksis gigi yang akan dilakukan pemaparan, kepala tabung sinar-X tegak
lurus terhadap gigi dan film, dengan posisi film dan kepala tabung
sinar-X yang sudah sesuai, maka gambar yang dihasilkan akan sesuai.3 

3
Gambar 1. Diagram diatas menunjukkan
posisi film di tempatkan pada mulut
pasien dengan paralel atau sejajar dengan
panjang sumbu gigi.3

a) Keuntungan teknik paralel


Gambar yang dihasilkan lebih akurat secara geometris, jaringan
peridontal terlihat dengan jelas, jaringan periapikal terlihat akurat
dengan minimal elongasi dan pemendekkan, mahkota gigi terlihat
jelas sehingga membantu dalam mendeteksi karies di area
proksimal.6
b) Kelemahan teknik paralel
Penempatan film holder di dalam mulut sulit bagi operator yang
kurang berpengalaman, penempatan paket film menimbulkan rasa
tidak nyaman pada pasien terutama untuk gigi posterior sehingga
menyebabkan rasa mual, penempatan film holder pada area molat
tiga sangat sulit.6 
2) Teknik Bisekting
Teknik ini merupakan teknik yang paling umum dalam
kedokteran gigi dan suatu metode untuk meningkatkan kenyamanan
pasien selama pengambilan radiograf periapical.7
Teknik bisekting menggunakan prinsip kaidah geometris yang
dikenal dengan Cieszynski’s Rule Of Isometry. Menurut kaidah ini
bahwa dua segitiga adalah sama ketika dua sudut dan sisi yang sama
yang dapat dilihat dan memiliki tujuan untuk memposisikan film
sedekat mungkin dengan aspek palatal atau ligual gigi, pada posisi ini
bidang film dan panjang aksis gigi membentuk sudut sehingga film dan
gigi bersentuhan.5 Dasar teori dari teknik bisekting ditujukan pada
gambar dibawah ini:

4
Gambar 2. Dasar teori sudut teknik bisekting.3

Prinsip dasar teori dari teknik ini yaitu membagi menjadi dua sama
besar sudut sumbu panjang gigi dan film kemudian sinar-X diarahkan
tegak lurus pada garis tersebut sehingga tampak panjang gigi pada film
sama dengan panjang gigi sebenarnya dengan film di tempatkan sedekat
mungkin dengan gigi.3 Berdasarkan prinsip geometris yang menyatakan
bahwa dua segitiga adalah sama jika memiliki sudut dan sisi yang sama.8
a) Keuntungan teknik bisekting
Nyaman untuk dilakukan karena penempatan film di dalam mulut
tanpa bantuan film holder, penentuan posisi yang relatif mudah dan
sederhana, jika sudut yang ditempatkan tepat maka gambaran gigi
akan sama dengan ukuran gigi sebenarnya.9 
b) Kelemahan teknik bisekting
Distorsi sering terjadi akibat penentuan sudut vertikal dan horizontal
yang tidak tepat, sudut vertikal dan horizontal harus ditentukan
untuk setiap pasien sehingga memerlukan keterampilan pada
penggunaan teknik ini, dan bagian mahkota sering kali terjadi
distorsi sehingga sulit untuk mendeteksi karies di bagian proksimal.9

2. Radiografi Bitewing
Teknik radiografi bitewing tidak menggunakan pegangan film (film

holder) melainkan dengan cara pasien menggigit sayap film untuk stabilisasi
film di dalam rongga mulut.9

Gambar 3. Posisi pocket film9

5
a. Indikasi klinis utama meliputi:
 Deteksi karies gigi
 Pemantauan perkembangan karies gigi
 Penilaian restorasi yang ada
 Penilaian status periodontal.9
b. Keuntungan teknik bitewing:
 Sederhana
 Film pocket dipegang dengan kuat pada posisinya dan tidak dapat
dipindahkan oleh lidah
 Posisi kepala tabung sinar-X ditentukan oleh holder, sehingga kurang
bergantung pada operator, memastikan sinar sinar-X selalu tegak lurus
terhadap pocket film
 Menghindari coning off atau pemotongan kerucut bagian anterior film
 Holder dapat diautoklaf atau sekali pakai.9
c. Kelemahan teknik bitewing
 Posisi pocket di mulut bergantung pada operator, oleh karena itu tidak
100% dapat direproduksi, jadi tetap tidak ideal untuk memantau
perkembangan karies
 Posisi dari holder film dapat membuat pasien tidak nyaman
 Beberapa holder relatif mahal
 Holder tidak cocok untuk anak-anak.9

3. Radiografi Oklusal
Maxillary occlusal projections
 Upper standard occlusal (standard occlusal)
 Upper oblique occlusal (oblique occlusal)
 Vertex occlusal (vertex occlusal).9
Mandibular occlusal projections
 Lower 90° occlusal (true occlusal)
 Lower 45 ° occlusal (standard occlusal)
 Lower oblique occlusal (oblique occlusal).9

a) Upper standard occlusal (standard occlusal)


Proyeksi ini menunjukkan bagian anterior rahang atas dan gigi anterior
atas.9 Pada teknik ini, Pasien duduk dengan kepala ditopang dan dengan
bidang oklusal horizontal dan sejajar dengan lantai dan diminta untuk
menopang pelindung tiroid pelindung. Paket film, dengan permukaan putih
(berkerikil) menghadap paling atas, ditempatkan rata di dalam mulut pada
permukaan oklusal gigi bawah. Pasien diminta untuk menggigit bersama
dengan lembut. Paket film ditempatkan terpusat di mulut dengan sumbu
panjangnya melintang pada orang dewasa dan anteroposterior pada anak-
anak. Kepala tabung sinar-X diposisikan di atas pasien di garis tengah,
mengarah ke bawah melalui batang hidung dengan sudut 65°-70° terhadap
paket film.9

Indikasi klinis utama:


 Penilaian periapikal gigi anterior atas, terutama pada anak-anak tetapi
juga pada orang dewasa yang tidak dapat mentolerir film periapikal

6
 Mendeteksi keberadaan kaninus yang tidak erupsi, supernumerary, dan
odontoma
 Sebagai tampilan garis tengah, saat menggunakan metode paralaks
untuk menentukan posisi bucco/palatal dari kaninus yang tidak erupsi
 Evaluasi ukuran dan luasnya lesi seperti kista atau tumor pada rahang
atas anterior
 Penilaian fraktur gigi anterior dan tulang alveolar. Ini sangat berguna
pada anak-anak setelah trauma karena penempatan film sangat mudah.9

b) Upper oblique occlusal (oblique occlusal)


Proyeksi ini menunjukkan bagian posterior rahang atas dan gigi posterior
atas di satu sisi.9 Pasien duduk dengan kepala ditopang dan dengan bidang
oklusal horizontal dan sejajar dengan lantai. Paket film, dengan permukaan
putih (pebbly) menghadap paling atas, dimasukkan ke dalam mulut pada
permukaan oklusal gigi bawah, dengan sumbu panjangnya di
anteroposterior. Itu ditempatkan di sisi mulut yang diperiksa, dan pasien
diminta untuk menggigitnya dengan lembut. Kepala tabung sinar-X
diposisikan di samping wajah pasien, mengarah ke bawah melalui pipi
dengan sudut 65°-70° terhadap film, berpusat pada daerah yang diinginkan.9

Gambar 4. Upper oblique occlusal (oblique occlusal)

Indikasi klinis utama:


 Penilaian periapikal gigi posterior atas, terutama pada orang dewasa
yang tidak dapat mentolerir film periapikal
 Evaluasi ukuran dan luasnya lesi seperti kista, tumor atau
osteodystrophies yang mempengaruhi maksila posterior
 Penilaian kondisi dasar antral
 Sebagai bantuan untuk menentukan posisi akar yang tergeser secara
tidak sengaja ke dalam antrum selama percobaan pencabutan gigi
posterior atas
 Penilaian fraktur gigi posterior dan tulang alveolar terkait termasuk
tuberositas.9

c) Vertex occlusal (vertex occlusal)


Proyeksi ini menunjukkan gambaran plan dari bagian bantalan gigi
maksila dari atas.9 Pasien duduk dengan kepala ditopang dan bidang oklusal
horizontal dan sejajar dengan lantai. Disk ditempatkan di dalam kantong
plastik kecil untuk mencegah kontaminasi air liur dan infeksi silang.
Kemudian dimasukkan ke dalam mulut pada permukaan oklusal gigi
bawah, dengan sumbu panjangnya anteroposterior dan pasien diminta untuk
menggigitnya. Kepala tabung sinar-X diposisikan di atas pasien, di garis
tengah, mengarah ke bawah melalui verteks tengkorak. Oleh karena itu,
berkas utama diarahkan kira-kira ke sumbu panjang saluran akar gigi
insisivus atas.9

7
Gambar 5. Vertex occlusal

Indikasi klinis utama


 Penilaian posisi bucco/palatal gigi kaninus yang tidak erupsi.9

d) Lower 90° occlusal (true occlusal)


Proyeksi ini menunjukkan pandangan datar dari bagian bantalan gigi
mandibula dan dasar mulut.9 Variasi kecil dari teknik ini juga digunakan
untuk menunjukkan lesi unilateral.9 Teknik ini dilakukan dengan paket film,
dengan permukaan putih (pebbly) menghadap ke bawah, ditempatkan di
tengah mulut, pada permukaan oklusal gigi bawah, dengan sumbu
panjangnya menyilang. Pasien diminta untuk menggigit bersama dengan
lembut. Pasien kemudian mencondongkan tubuh ke depan dan kemudian
memiringkan kepala ke belakang sejauh yang nyaman, di tempat yang
ditopang. Kepala tabung sinar-X, dengan kolimator melingkar terpasang,
ditempatkan di bawah dagu pasien, di garis tengah, berpusat pada garis
imajiner yang menghubungkan molar pertama, pada sudut 90° terhadap
film.9

Gambar 6. Lower 90° occlusal

Indikasi klinis utama:


 Deteksi keberadaan dan posisi batu radiopak di saluran saliva
submandibular
 Penilaian posisi bucco-lingual gigi mandibula yang tidak erupsi
 Evaluasi ekspansi bucco-lingual tubuh mandibula oleh kista, tumor, atau
osteodystrophies
 Penilaian fraktur perpindahan tubuh anterior mandibula pada bidang
horizontal.9

e) Lower 45 ° occlusal (standard occlusal)


Proyeksi ini diambil untuk memperlihatkan gigi anterior bawah dan bagian
anterior mandibula.9 Radiografi yang dihasilkan menyerupai teknik sudut
dua besar periapikal dari daerah ini.9 Pada teknik ini pasien duduk dengan
kepala ditopang dan dengan bidang oklusal horizontal dan sejajar dengan

8
lantai, kemudian paket film, dengan permukaan putih (pebbly) menghadap
ke bawah, ditempatkan di tengah mulut, pada permukaan oklusal gigi
bawah, dengan sumbu panjangnya di anteroposterior, dan pasien diminta
untuk menggigit secara perlahan lalu, kepala tabung sinar-X diposisikan di
garis tengah, berpusat pada titik dagu, pada sudut 45° terhadap film.9

Gambar 7. Lower 45 ° occlusal

Indikasi klinis utama:


• Penilaian periapikal gigi insisivus bawah, terutama berguna pada orang
dewasa dan anak-anak yang tidak dapat mentolerir film periapikal
• Evaluasi ukuran dan perluasan lesi seperti kista atau tumor yang
mempengaruhi bagian anterior mandibula
• Penilaian fraktur perpindahan gigi mandibula anterior pada bidang
vertikal.9

f) Lower oblique occlusal (oblique occlusal)


Proyeksi ini dirancang untuk memungkinkan melihat kelenjar ludah
submandibular, pada sisi yang diinginkan, untuk diproyeksikan ke film. 9
Namun, karena berkas sinar-X miring, semua jaringan anatomi yang
ditampilkan terdistorsi. Pada teknik ini paket film, dengan permukaan putih
(pebbly) menghadap ke bawah, dimasukkan ke dalam mulut, ke permukaan
oklusal gigi bawah, ke sisi yang diperiksa, dengan sumbu panjangnya
secara anteroposterior.9 Pasien diminta untuk menggigit bersama dengan
lembut lalu, kepala pasien ditopang, kemudian diputar menjauhi sisi yang
diperiksa dan dagu diangkat. Pemosisian yang diputar ini memungkinkan
pemosisian selanjutnya dari kepala tabung sinar-X. X-ray tubehead dengan
kolimator melingkar diarahkan ke atas dan ke depan menuju film, dari
bawah dan belakang sudut mandibula dan sejajar dengan permukaan lingual

mandibula.9

Gambar 8. Lower oblique occlusal

Indikasi klinis utama meliputi:


 Deteksi batu radiopak pada kelenjar ludah submandibular
 Penilaian posisi bucco-lingual gigi bungsu bawah yang tidak erupsi
 Evaluasi luas dan perluasan kista, tumor atau osteodystrophies di bagian
posterior gigi tubuh dan sudut mandibula.9

9
4. Radiografi Teknik SLOB (Same Linguaal Opposite Buccal)
Clark pertama kali pada tahun 1909 mengemukakan suatu metode
modifikasi radiografik teknik paralel dengan prinsip SLOB (Same Lingual
Opposite Buccal).10 Teknik SLOB mulai dikembangkan, merupakan
modifikasi dari teknik paralel. Teknik SLOB dapat efektif digunakan pada gigi
premolar dan molar pertama rahang atas, serta molar pertama rahang bawah.10
Teknik ini dilakukan dengan meletakkan film paralel dengan gigi, dan arah
cone digeser lebih ke mesial atau ke distal sekitar 20°, superior atau inferior
dari proyeksi paralel, sehingga dapat memperlihatkan saluran-saluran akar
yang tidak terlihat.10 Prinsip dari tube shift technique adalah objek terdekat
dari permukaan bukal akan muncul dan bergerak ke sisi yang berlawanan
terhadap pergerakan tubehead ketika radiografi kedua di ambil.11

B. Teknik Radaiografi Extraoral


1. Radiografi Panoramik
a. Definisi radiografi panoramik
Radiografi panoramik atau bisa juga disebut dengan orthopantomograf
(OPG) adalah pemeriksaan X-ray dua dimensi yang menggambarkan
seluruh mulut dalam satu gambar, termasuk gigi, rahang atas, rahang
bawah, dan jaringan pendukung di sekitarnya. Radiograf panoramik
menyediakan gambaran umum dari gigi geligi dan kedua rahang serta
sendi temporomandibular, tulang belakang leher, dan bagian inferior dari
kavitas orbita.12 

Gambar 9. Radiografi panoramic

b. Indikasi radiografi panoramik


Penggunaan radiografi panoramik diindikasikan untuk situasi
tertentu seperti: 
1) Menilai perkembangan dan pertumbuhan pada anak-anak dan
remaja yang digunakan untuk melihat keadaan saat periode gigi
bercampur.
2) Evaluasi posisi molar ketiga
3) Mempertimbangkan pemilihan gigi tiruan, 
4) Pemeriksaan pada pasien edentulous, 
5) Pemeriksaan tulang wajah pasca trauma, 

10
6) Evaluasi lesi besar pada tulang, 
7) Pemeriksaan preoperatif pada implant
8) Evaluasi penyakit sendi temporomandibular.13
c. Keuntungan radiografi panoramic
 Melihat area yang luas dan semua jaringan di dalam palung fokal
ditampilkan pada satu film, termasuk gigi anterior, bahkan saat pasien
tidak dapat membuka mulut.
 Gambar mudah dipahami oleh pasien,
 Pergerakan pasien pada bidang vertikal hanya mendistorsi bagian
gambar yang dihasilkan pada saat itu juga.
 Positioning relatif sederhana dan keahlian minimal diperlukan.
 Tampilan rahang secara keseluruhan untuk penilaian cepat penyakit
yang mendasarinya, yang mungkin tidak terduga.
 Tampilan kedua sisi mandibula pada satu film berguna saat menilai
fraktur dan nyaman untuk pasien yang cedera.
 Gambaran keseluruhan berguna untuk evaluasi status periodontal dan
penilaian ortodontik.
 Dasar antral, dinding medial dan posterior terlihat jelas.9
d. Kelemahan radiografi panoramik
 Gambar radiografi hanya mewakili sebagian dari pasien. Struktur atau
kelainan yang tidak ada di palung fokal mungkin tidak terlihat jelas
 Jaringan lunak dan bayangan udara dapat melapisi struktur jaringan
keras yang diperlukan
 Film dapat menghasilkan distorsi dan perbesaran gambar akhir
(sekitar x 1,3)
 Teknik ini tidak sesuai untuk anak di bawah 5 tahun atau pada
beberapa pasien cacat karena lamanya siklus paparan.9

2. Radiografi Sefalometrik Lateral


e. Definisi radiografi sefalometrik lateral
Radiografi sefalometri memungkinkan ortodontis untuk mengukur
perubahan posisi gigi dan rahang yang dihasilkan oleh pertumbuhan dan
perawatan, mulai digunakan secara luas setelah Perang Dunia II.
Sefalometri menjelaskan banyak maloklusi kelas II dan kelas III
disebabkan oleh hubungan rahang yang salah, tidak hanya malposisi
gigi.14 Penggunaan sefalometri juga memungkinkan untuk melihat bahwa
pertumbuhan rahang bisa diubah oleh perawatan ortodonti. Foto
sefalometri menjadi sangat diperlukan bagi ortodontis dalam perawatan
pasien, terutama penting dalam analisis pertumbuhan, diagnosis, rencana
perawatan, pengamatan terapi, dan evaluasi hasil perawatan. 14 Proyeksi
lateral dan anteroposterior sebagian besar diambil dengan menggunakan
pengukuran sefalometri. Namun, gambar yang dihasilkan foto sefalometri
seringkali berhimpit, sehingga pengukuran sudut gonial pada kedua sisi
menjadi sangat sulit.14

11
Gambar 10. Radiografi sefalometrik

f. Indikasi radiografi sefalometrik lateral


 Diagnosis awal — konfirmasi kelainan kerangka dan/atau jaringan
lunak yang mendasarinya
 Perencanaan perawatan
 Pemantauan kemajuan perawatan, mis. untuk menilai kebutuhan
penjangkaran dan inklinasi insisivus
 Penilaian hasil perawatan, mis. 1 atau 2 bulan sebelum selesainya
pengobatan aktif untuk memastikan bahwa target pengobatan telah
terpenuhi dan memungkinkan perencanaan retensi.9

12
BAB III KESIMPULAN

A. Kesimpulan
Dalam bidang kedokteran gigi teknik radiografi yang digunakan terdiri dari
dua jenis, yaitu radiografi intra oral dan ekstra oral. Penggunaan teknik radiografi
sesuai dengan indikasi yang dibutuhkan. Kesalahan dalam pemilihan teknik radiografi
dapat mengakibatkan tidak akuratnya penegakan diagnosis.

13
DAFTAR PUSTAKA

1. Iannucci J, Howerton LJ. Dental radiography-E-book: principles and techniques. Elsevier


Health Sciences; 2021.
2. Mori M, Ariji Y, Fukuda M, Kitano T, Funakoshi T, Nishiyama W, et al. Performance of
deep learning technology for evaluation of positioning quality in periapical radiography of
the maxillary canine. Oral Radiol. 2022;38(1):147–54.
3. Whaites E, Drage N. Essentials of dental radiography and radiology. Elsevier Health
Sciences; 2013.
4. Khan A, Javed MQ, Iqbal R, Khan F, Habib SR. Quality assurance audit of intra-oral
periapical radiographs at the undergraduate dental school. Journal of Ayub Medical College
Abbottabad. 2020;32(3):327–30.
5. Reddy KR, Tatapudi R, Reddy RS, Kumar CN, Teja TN, Swathi G. Assessment of linear
measurements with intra oral grid on intra oral periapical image–A comparison of digital and
conventional film images using bisecting angle and paralleling techniques. Journal of Indian
Academy of Oral Medicine and Radiology. 2019;31(4):339.
6. Sitam S. Radiografi Periapikal. EGC, Jakarta. 2013;
7. Anggara A, Iswani R, Darmawangsa D. Perubahan sudut penyinaran vertikal pada bisecting
tecnique radiography terhadap keakuratan dimensi panjang gigi premolar satu atas. B-Dent:
Jurnal Kedokteran Gigi Universitas Baiturrahmah. 2018;5(1):1–8.
8. White SC, Pharoah MJ. Oral radiology-E-Book: Principles and interpretation. Elsevier Health
Sciences; 2014.
9. Whaites E, Drage N. Essentials of dental radiography and radiology. Elsevier Health
Sciences; 2013.
10. Nalurisa MS, Wahyuni OR, Noerjanto RPB. Modifikasi Film Holder Sebagai Alat Bantu
Pembuatan Radiografik Teknik SLOB untuk Gigi Premolar Pertama Rahang Atas.
Dentomaxilofacial Radiology Dental Journal. 2011;2(1):8–14.
11. Kartika D, Boel T, Sitanggang MNH. Radiografi Akar Bukal dan Palatal Premolar Satu
Rahang Atas yang Mengalami Superimposed Menggunakan Periapikal Paraleling dengan
Tube Shift Technioue (Radiografi Dua Dimensi) dan Cone Beam Computed Tomography
(Radiografi Tiga Dimensi). 2014;
12. Vaseemuddin S. Incidental findings on panoramic radiograph: A clinical study. Journal of
Advanced Medical and Dental Sciences Research. 2016;4(6).
13. Scarfe WC, Williamson GF. Practical panoramic radiography. Online Continuing Education
Course Dental ResourceNet Procter & Gamble Company, Cincinnati, Revised. 2011;
14. Magdalena E, Narmada IB, Hamid T. COMPARISON OF GONIAL ANGLE BETWEEN
CEPHALOMETRY AND PANORAMIC RADIOGRAPHY. MAJALAH ORTODONTIK.
2015;5.
 

14
DAFTAR GAMBAR

15

Anda mungkin juga menyukai