KELOMPOK 6
1. AGUS TRIYANTO
2. ANNISA GITA PRATIWI
3. HARRY NUSANTARA
4. JAMI’ATUSOLIKHAH
5. JULIAN KEVIN
6. MUHAMMAD YOGI YUSUF
7. NIA URPITA ISNI
8. R WELLY FERNANDO
i
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, yang atas rahmat-Nya
maka saya dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “BIOLISTRIK : SISTEM
SYARAF” tepat pada waktunya.
Dalam Penulisan makalah ini saya merasa masih banyak kekurangan, baik pada
teknis penulisan maupun materi, mengingat akan kemampuan yang saya miliki.
Untuk itu kritik dan saran dari semua pihak sangat penulis harapkan demi
penyempurnaan pembuatan makalah ini.
Dalam penyusunan makalah ini saya menyampaikan ucapan terima kasih
kepada pihak-pihak yang membantu dalam menyelesaikan makalah ini. Semoga
makalah ini bermanfaat bagi pembaca, oleh karena itu kritik dan saran dari semua
pihak yang bersifat membangun penulis harapkan demi mencapai kesempurnaan
makalah berikutnya.
Sekian penulis sampaikan terimakasih kepada semua pihak yang telah
membantu. Semoga Allah SWT senantiasa meridhai segala usaha kita. Amin.
Penulis
ii
iii
DAFTAR ISI
JUDUL ........................................................................................................... i
KATA PENGANTAR .................................................................................. ii
DAFTAR ISI ................................................................................................ iii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah .............................................................................. 2
C. Tujuan ................................................................................................ 2
BAB II PEMBAHASAN
A. Pengertian Biolistrik .......................................................................... 3
B. Potensial listrik saraf .......................................................................... 6
C. Pembentukan (Excitarory Post Synaptic Potensial/ EPSP).............. 11
D. EPSP (Inhibitory Post synaptic Potensial (IPSP) ............................. 12
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan ................................................................................ 13
B. Saran ........................................................................................... 13
DAFTAR PUSTAKA
iv
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kelistrikan merupakan sesuatu yang biasa digunakan dalam kehidupan
sehari-hari dan biasanya kita tidak terlalu banyak memikirkan hal tersebut.
Pengamatan terhadap gaya tarik listrik dapat ditelusuri sampai pada zaman
Yunani kuno. Orang-orang yunani kuno telah mengamati bahwa setelah batu
amber digosok, batu tersebut akan menarik benda kecil seperti jerami atau bulu.
Sedangkan kata Listrik itu sendiri berasal dari bahasa Yunani yaitu electron.
Kelistrikan memegang peranan penting dalam bidang kedokteran. Ada dua
aspek dalam bidang kedokteran yaitu listrik dan magnet yang timbul dalam tubuh
manusia, serta penggunaan listrik dan magnet pada permukaan tubuh manusia.
Nah, listrik yang ada pada tubuh kita disebut dengan Biolistrik atau sering
diartikan sebagai listrik yang terdapat pada makhluk hidup, yang mana berasal
dari kata bio berarti makhluk hidup dan kata listrik.
Makalah ini membahas tentang sinyal listrik yang dihasilkan oleh tubuh.
Listrik yang dihasilkan di dalam tubuh berfungsi mengendalikan dan
mengoperasikan saraf, otot, dan berbagai organ. Pada dasarnya, semua fungsi
dan aktivitas tubuh sedikit banyak melibatkan listrik. Gaya-gaya yang
ditimbulkan oleh otot disebabkan tarik-menarik antara muatan listrik yang
berbeda. Kerja Otot, otak dan jantung pada dasarnya bersifat elektrik (listrik).
Sistem saraf berperan penting pada hampir semua fungsi tubuh. Otak, yang pada
dasarnya adalah suatu komputer sentral, menerima sinyal eksternal dan internal
dan (biasanya) menghasilkan respons yang sesuai. Informasi disalurkan sebagai
sinyal listrik di sepanjang saraf-saraf. Saat kita menjalankan fungsi-fungsi khusus
tubuh, banyak sinyal listrik yang dihasilkan. Sinyal-sinyal ini dihasilkan dari
proses elektrokimiawi tertentu.
1
Oleh karena itu maka makalah ini akan membahas sebagian dari sinyal-
sinyal listrik dalam tubuh yaitu mengenai sistem saraf dan neuron, sinyal listrik
dari otot dan jantung serta potensial listrik saraf
B. Rumusan Masalah
1. Apa Pengertian Biolistrik ?
2. Bagaimana Potensi Aksi ?
3. Bagaimana Potensi Membran Istirahat ?
4. Bagaimana EPSP dan IPSP?
C. Tujuan Penulisan
1. Dapat mengatahui tentang Pengertian Biolistrik
2. Dapat mengetahui Potensi aksi
3. Dapat memahami potensi membrane istirahat
4. Dapat mengetahui EPSP dan IPSP
2
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Biolistrik
Biolistrik adalah daya listrik hidup yang terdiri dari pancaran elektron-
elektron yang keluar dari setiap titik tubuh (titik energi) dan muncul akibat
adanya rangsangan penginderaan. Pikiran kita terdiri dari daya listrik hidup,
semua daya ini berkumpul didalam pusat akal didalam otak dalam bentuk potensi
daya listrik. Dari pusat akal, daya ini kemudian diarahkan ke seluruh anggota
tubuh kita, yang kemudian bergerak oleh perangsangnya. Potensi daya listrik
hidup ini, yang tertimbun didalam pusat akal harus di tuntut oleh sesuatu supaya
mengalir untuk mengadakan gerakan tubuh kita atau bagian-bagian tubuh
lainnya.
Biolistrik merupakan energi yang dimiliki setiap manusia yang bersumber
dari ATP (Adenosine Tri Posphate), dimana ATP ini di hasilkan oleh salah satu
energi yang bernama mitchondria melalui proses respirasi sel. Biolistrik juga
merupakan fenomena sel. Sel-sel mampu menghasilkan potensial listrik yang
merupakan lapisan tipis muatan positif pada permukaan luar dan lapisan tipis
muatan negative pada permukaan dalam bidang batas/membran. Kemampuan sel
syaraf (neurons) menghantarkan isyarat biolistrik sangat penting.
Transmisi sinyal biolistrik (TSB) mempunyai sebuah alat yang dinamakan
Dendries yang berfungsi mentransmsikan isyarat dari sensor ke neuron. Aktifitasi
bolistrik pada suatu otot dapat menyebar ke seluruh tubuh seperti gelombang
pada permukaan air. Hukum dalam Biolistrikada dua hukum dalam biolistrik,
yaitu : Hukum Ohm dan Hukum Joule.
1. Hukum Ohm menyatakan bahwa : “Perbedaan potensial antara ujung
konduktor berbanding langsung dengan arus yang melewati, dan berbanding
terbalik dengan tahanan dari konduktor”.
Keterangan :
R : hambatan (Ω),
3
I : kuat arus (ampere),
V : tegangan (Volt).
4
disebut dengan sumsum lanjutan atau sumsum penghubung. Fungsi dari
batang otak adalah mengatur refleks fisiologis, seperti kecepatan napas,
denyut jantung, suhu tubuh, tekanan, darah, dan kegiatan lain yang tidak
disadari.
b Sumsum tulang belakang : Sumsum tulang belakang terletak
memanjang di dalam rongga tulang belakang, mulai dari ruas-ruas
tulang leher sampai ruas-ruas tulang pinggang yang kedua. Di dalam
sumsum tulang belakang terdapat saraf sensorik, saraf motorik, dan
saraf penghubung. Fungsinya adalah sebagai penghantar impuls dari
otak dan ke otak serta sebagai pusat pengatur gerak refleks.
3. Sistem saraf Otonom : Sistem saraf Otonom mengendalikan ataupun
mengatur berbagai organ internal, misalnya jantung, usus dan kelenjar.
Namun, pengontrolan ini dilakukan secara tidak sadar.Untuk menanggapi
rangsangan, tiga komponen yang harus dimiliki oleh sistem saraf, yaitu:
a Reseptor, adalah alat penerima rangsangan atau impuls. Pada tubuh kita
yang bertindak sebagai reseptor adalah organ indera.
b Penghantar impuls, dilakukan oleh saraf itu sendiri. Saraf tersusun dari
berkas serabut penghubung (akson). Pada serabut penghubung terdapat
sel-sel khusus yang memanjang dan meluas. Sel saraf disebut neuron.
c Efektor, adalah bagian yang menanggapi rangsangan yang telah
diantarkan oleh penghantar impuls. Efektor yang paling penting pada
manusia adalah otot dan kelenjar.
C. Neuron
Struktur dasar dari sistem saraf disebut dengan Neuron atau sel saraf. Suatu
sel saraf (neuron) merupakan bagian terkecil dalam suatu skema saraf dan
berfungsi untuk menerima, menginterpretasi, dan menghantarkan pesan listrik
atau aliran listrik. Sel saraf terdiri dari tubuh serta serabut yang menyerupai
ranting. Serabutnya juga terdiri dari 2 macam, yaitu dendrit dan akson. Ada
banyak jenis neuron, pada dasarnya neuron terdiri dari sel-sel tubuh yang
menerima aliran listrik dari neuron lain melalui kontak yang disebut sinapsis
5
yang terletak di dendrit atau pada tubuh sel. Neuron bergabung membentuk suatu
jaringan untuk mengantarkan impuls (rangsangan). Satu sel saraf tersusun dari
badan sel, dendrit, dan akson.
a Badan sel : Badan sel saraf merupakan bagian yang paling besar dari sel
saraf yang berfungsi untuk menerima rangsangan dari dendrit dan
meneruskannya ke akson.
b Dendrit : Dendrit adalah serabut sel saraf pendek dan bercabang- cabang.
Dendrit berfungsi untuk menerima dan mengantarkan rangsangan ke badan
sel.
c Akson (Neurit) : Neurit adalah serabut sel saraf panjang yang merupakan
perjuluran sitoplasma badan sel. Di dalam neurit terdapat benang-benang
halus yang disebut neurofibril.
Ada tiga macam sel saraf yang dikelompokkan berdasarkan struktur dan
fungsinya, yaitu:
a Sel saraf sensorik, adalah sel saraf yang berfungsi menerima rangsangan dari
reseptor yaitu alat indera.
b Sel saraf motorik, adalah sel saraf yang berfungsi mengantarkan rangsangan
ke efektor yaitu otot dan kelenjar. Rangsangan yang diantarkan berasal atau
diterima dari otak dan sumsum tulang belakang.
c Sel saraf penghubung, adalah sel saraf yang berfungsi menghubungkan sel
saraf satu dengan sel saraf lainnya. Sel saraf ini banyak ditemukan di otak
dan sumsum tulanbelakang.
6
polarisasi normal sebesar -90mV akan hilang dan potensial meningkat
dengan arah positif. Keadaan ini disebut depolarisasi.
(c) Tahap Repolarisasi : Tahap ini, dalam waktu yang sangat singkat sekali
sesudah membran menjadi permeable terhadap ion NA, saluran NA
mulai tertutup dan saluran K terbuka lebih daripada normal. Kemudian
difusi ion K yang berlangsung cepat ke bagian luar akan membentuk
kembali potensial membran istirahat negatif yang normal. Peristiwa ini
disebut repolarisasi membran.
Aktivitas sel dari keadaan polarisasi menjadi depolarisasi dan kemudian
kembali ke polarisasi lagi disertai dengan terjadinya perubahan-perubahan
pada potensial membran sel. Perubahan tersebut adalah dari negatif di sisi
dalam berubah menjadi positif dan kemudian kembali lagi menjadi negatif.
Perubahan ini menghasilkan suatu impuls tegangan yang disebut potensial
aksi (action potential). Potensial aksi dari suatu sel akan dapat memicu
aktivitas sel-sel lain yang ada di sekitarnya.
Perubahan-perubahan potensial membran mulai keadaan istirahat,
depolarisasi, repolarisasi, dan kembali istrahat diperlihatkan dalam Gambar.
Perubahan potensial tersebut berupa impuls yang disebut potensial aksi sel.
Ada lima fase dalam potensial aksi tersebut yaitu fase 4, 0, 1, 2, dan 3.
Fase 4 adalah fase istirahat sel. Fase 0 adalah fase pada saat kanal
sodium terpicu-tegangan (kanal cepat) terbuka sehingga ion-ion sodium
dengan cepat masuk ke dalam sel. Fase 1 adalah fase pada saat kanal
potasium mulai membuka (dengan lambat). Fase 2 adalah kombinasi fase
menutupnya kanal sodium terpicu-tegangan, membukanya kanal kalsium-
sodium terpicu-tegangan (kanal lambat), dan membukanya kanal potasium
terpicu-tegangan. Fase ini disebut plateau. Fase 3 adalah fase kombinasi
menutupnya kanal-kanal sodium dan kalsium-sodium terpicu-tegangan serta
membukanya kanal potasium terpicu-tegangan. Selanjutnya sel kembali ke
fase 4.
7
2. Perambatan Potensial Aksi
Potensial aksi bisa terjadi apabila suatu daerah membran saraf atau otot
mendapat rangsangan mencapai nilai ambang. Potensial aksi itu sendiri
mempunyai kemampuan untuk merangsang daerah sekitar sel membran
untuk mencapai nilai ambang. Dengan demikian dapat terjadi perambatan
potensial aksi ke segala jurusan sel membran keadaan ini disebut perambatan
potensial aksi atau gelombang depolarisasi.
Setelah timbul potensial aksi, sel membran akan mengalami repolarisasi.
Proses repolarisasi sel membran disebut suatu tingkat refrakter. Tinkat
refrakter ada dua fase yaitu periode refrakter absolut dan peiode refrakter
relatif.
(a) Periode refrekter absolute : Selama periode ini tidak ada rangsangan,
tidak ada unsur kekuatan untuk menghasilkan potensial aksi yang lain.
(b) Periode refrekter relative : Setelah sel membran mendeteksi repolarisasi
seuruhnya maka dari periode refrekter absolut akan menjadi periode
refrekter relatif, dan apabila ada stimulasi/rangsangan yang kuat secara
normal akan menghasilkan potensial aksi yang baru.
8
bersamaan. Untuk itu akan dilihat terlebih dahulu pengaruh difusi ion
potasium.
9
Gerakan ritmis jantung dikendalikan oleh sebuah sinyal listrik yang
diprakarsai oleh rangsangan spontan dari sel-sel otot khusus yang terletak di
atrium kanan. Sel-sel ini membentuk sinoatrial (SA) node, atau alat pacu jantung
alami. SA node berdetak secara berkala sekitar 72 kali per menit. Namun, laju
detak dapat ditingkatkan atau dikurangi dengan saraf eksternal untuk mengetahui
respon jantung terhadap kebutuhan darah tubuh serta rangsangan lainnya. Sinyal
listrik dari SA node memulai depolarisasi saraf dan otot dari kedua atrium,
menyebabkan atrium berkontraksi dan memompa darah ke dalam ventrikel.
Sehingga terjadilah repolarisasi dari atrium tersebut. Sinyal listrik kemudian
lolos ke atrioventrikular (AV) node, yang mengawali depolarisasi ventrikel
kanan dan kiri, menyebabkan mereka kontrak dan memaksa darah masuk ke
dalam paru dan sirkulasi umum. Saraf dan otot ventrikel kemudian mengalami
repolarisasi dan siklus dimulai lagi.
10
3. Electroretionograf (ERG) : Suatu pencatatan bentuk kompleks potensial
biolistrik yang ada pada retina mata yang dikerjakan melalui rangsangan
cahaya pada retina.
4. Elektrookulogram (EOG) : Suatu pengukuran /pencatatan berbagai potensial
pada kornea-retina sebagai akibat perubahan posisi dan gerakan mata
5. Electrogastrograf (EGG) : Merupakan EGM yang berkaitan gerakan
peristaltic traktus gastrointestinalis
6. Electroensefalograf (EEG) : Pencatatan isyarat listrik otak disebut EEG.
Pencatatan potensial listrik otak merupakan sumasi dari potensial aksi sel
saraf di dalam otak.
7. Electrokardiograf (EKG) : Merupakan pencatatan isyarat biolistik jantung,di
lakukan pada permukaan kulit.
11
disebut IPSP, yang menyebabkan terbukanya gerbang K + atau Cl - atau
keduanya.
12
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari uraian makalah di atas dapat disimpulkan beberapa hal sebagai berikut:
1. Biolistrik adalah daya listrik hidup yang terdiri dari pancaran elektron-
elektron yang keluar dari setiap titik tubuh (titik energi) dan muncul akibat
adanya rangsangan penginderaan.
2. Adapun hukum yang terdapat dari biolistrik adalah Hukum Ohm, rumusnya :
R = V/I. Sedangkan, Hukum Joule yaitu Q = V I t.
3. Bagian-bagian dari sistem saraf di bagi menjadi dua bagian, yaitu sistem saraf
pusat yang berfungsi sangat penting dan sebagai pusat pengatur dari segala
kegiatan manusia dan sistem saraf otonom yang berfungsi mengendalikan
ataupun mengatur berbagai organ internal, misalnya jantung, usus dan
kelenjar.
4. Sistem saraf terdiri atas sel-sel saraf yang disebut neuron. Neuron bergabung
membentuk suatu jaringan untuk mengantarkan impuls (rangsangan).
5. Potensial listrik saraf ada 2, yaitu potensial aksi saraf yaitu Perubahan yang
menghasilkan suatu impuls tegangan yang disebut potensial aksi (action
potential). dan potensial istirahat saraf. Dalam keadaan istirahat, antara sisi
dalam dan luar membran sel terdapat suatu beda potensial yang disebut
dengan potensial istirahat sel (cell resting potential).
B. Saran
Dengan mengucap syukur Alhamdulillah pada Allah SWT, penulis dapat
menyelesaikan makalah ini dengan baik, dan tentunya masih jauh dari harapan.
Oleh karena itu, masih perlu kritik dan saran yang membangun serta bimbingan.
Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi pembaca dan penulis.
13
DAFTAR PUSTAKA
14