Anda di halaman 1dari 34

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Aspek legal dapat didefinisikan sebagai studi kelayakan yang
mempermasalahkan keabsahan suatu tindakan ditinjau dan hukum yang
berlaku di Indonesia. Asuhan keperawatan (askep) merupakan aspek legal
bagi seorang perawat walaupun format model asuhan keperawatan di
berbagai rumah sakit berbeda-beda. Aspek legal dikaitkan dengan
dokumentasi keperawatan merupakan bukti tertulis terhadap tindakan yang
sudah dilakukan sebagai bentuk asuhan keperawatan pada
pasien/keluarga/kelompok/komunitas. Pendokumentasian sangat penting
dalam perawatan kesehatan saat ini. Edelstein (1990) mendefinisikan
dokumentasi sebagai segala sesuatu yang ditulis atau dicetak yang
dipercaya sebagai data untuk disahkan orang. Rekam medis haruslah
menggambarkan secara komprehensif dari status kesehatan dan kebutuhan
klien, boleh dikatakan seluruh tindakan yang diberikan untuk perawatan
klien. Pendokumentasian yang baik harus menggambarkan tidak hanya
kualitas dari perawatan tetapi juga data dari setiap pertanggung jawaban
anggota tim kesehatan lain dalam pemberian perawatan. Dokumentasi
keperawatan adalah informasi tertulis tentang status dan perkembangan
kondisi kesehatan pasien serta semua kegiatan asuhan keperawatan yang
dilakukan oleh perawat (Fischbach, 1991).
Aspek legal keperawatan pada kewenangan formalnya adalah izin
yang memberikan kewenangan kepada penerimanya untuk melakukan
praktek profesi perawat yaitu Surat Ijin Kerja (SIK) bila bekerja di suatu
institusi dan Surat Ijin Praktek Perawat (SIPP) bila bekerja secara
perseorangan atau berkelompok. Kewenangan itu, hanya di berikan kepada
orang yang memiliki kemampuan. Namun, memiliki kemampuan tidak
berarti memiliki kewenangan.
Dalam profesi kesehatan hanya kewenangan yang bersifat umum saja
yang di atur oleh Departement Kesehatan sebagai penguasa segala

1
keprofesian di bidang kesehatan dan kedokteran. Sementara itu,
kewenangan yang bersifat khusus dalam arti tindakan kedokteran atau
kesehatan tertentu di serahkan kepada profesi masing-masing. Hal ini juga
menyebabkan semua perawat dianggap sama pengetahuan dan
ketrampilannya, tanpa memperhatikan latar belakang ilmiah yang mereka
miliki.
Tanggal 12 Mei adalah Hari Keperawatan Sedunia. Di Indonesia,
momentum tersebut akan digunakan untuk mendorong berbagai pihak
mengesahkan Rancangan Undang-Undang Praktik keperawatan. Persatuan
Perawat Nasional Indonesia (PPNI) menganggap bahwa keberadaan
Undang-Undang akan memberikan perlindungan hukum bagi masyarakat
terhadap pelayanan keperawatan dan profesi perawat.
Indonesia, Laos dan Vietnam adalah tiga Negara ASEAN yang belum
memiliki Undang-Undang Praktik Keperawatan. Padahal, Indonesia
memproduksi tenaga perawat dalam jumlah besar. Hal ini mengakibatkan
kita tertinggal dari negara-negara Asia, terutama lemahnya regulasi praktik
keperawatan, yang berdampak pada sulitnya menembus globalisasi.
Perawat kita sulit memasuki dan mendapat pengakuan dari negara lain,
sementara mereka akan mudah masuk ke negara kita.
Sementara negara negara ASEAN seperti Philippines, Thailand,
Singapore, Malaysia, sudah memiliki Undang Undang Praktik
Keperawatan (Nursing Practice Acts) sejak puluhan tahun yang
lalu.Mereka siap untuk melindungi masyarakatnya dan lebih lebih lagi siap
untuk menghadapi globalisasi perawat asing masuk ke negaranya dan
perawatnya bekerja di negara lain.

2
B. RUMUSAN MASALAH
a. Mengetahui apa pengertian dari aspek legal praktik keperawatan
mandiri.
b. Mengetahui apa pengertian dari aspek etik praktik keperawatan
mandiri.
c. Bagaimana Undang-Undang yang berkaitan dengan praktik
keperawatan.
d. Bagaimana kode etik dalam praktik keperawatan.

C. TUJUAN
a. Untuk mengetahui apa pengertian dari aspek legal praktik
keperawatan mandiri.
b. Untuk mengetahui apa pengertian dari aspek etik praktik
keperawatan mandiri.
c. Untuk mengetahui Undang-Undang yang berkaitan dengan praktik
keperawatan.
d. Untuk mengetahui kode etik dalam praktik keperawatan.

3
BAB II
ISI

A. PENGERTIAN
Menurut Undang-Undang nomor 38 tahun 2014
Keperawatan adalahkegiatan pemberian asuhan kepada individu,
keluarga, kelompok, ataumasyarakat, baik dalam keadaan sakit maupun
sehat. Perawat adalah seseorangyang telah lulus pendidikan tinggi
Keperawatan, baik di dalam maupun di luarnegeri yang diakui oleh
Pemerintah sesuai dengan ketentuan PeraturanPerundang-undangan.
Menurut konsorsium ilmu-ilmu kesehatan (1992) dalam
Ramzkesrawan, (2009) praktek keperawatan adalah tindakan mandiri
perawat profesional atauners melalui kerjasama yang bersifat kolaboratif
baik dengan klien maupun tenagakesehatan lain dalam upaya memberikan
asuhan keperawatan yang holistic sesuaidengan wewenang dan
tanggung jawabnya pada berbagai tatanan, termasukpraktik
keperawatan individu dan berkelompok. Sementara pengetahuan
teoritikyang mantap dan tindakan mandiri perawat profesional dengan
menggunakanpengetahuan teoritik yang mantap dan kokoh mencakup
ilmu dasar dan ilmukeperawatan sebagai landasan dan menggunakan
proses keperawatan sebagaipendekatan dalam melakukan asuhan
keperawatan (pojok keperawatan CHS, 2002dalam Ramzkesrawan, 2009).
Menurut Undang-Undang Keperawatan nomor 38 tahun 2014
bahwa yangdimaksud dengan Praktik Keperawatan adalah pelayanan
yang diselenggarakanoleh Perawat dalam bentuk Asuhan Keperawatan
dimana Asuhan Keperawatanmerupakan rangkaian interaksi Perawat
dengan Klien dan lingkungannya untukmencapai tujuan pemenuhan
kebutuhan dan kemandirian Klien dalam merawatdirinya.
Pelayanan keperawatan adalah suatu bentuk pelayanan profesional
yangmerupakan bagian integral dari pelayanan kesehatan yang didasarkan
pada ilmudan kiat keperawatan, berbentuk pelayanan bio-psiko-
soiso-spiritual yangkomprehensif, ditujukan kepada individu, keluarga,

4
dan masyarakat baik sakitmaupun sehat yang mencakup seluruh proses
kehidupan manusia. Pelayanankeperawatan yang di berikan berupa
bantuan karena adaya kelemahan fisik danmental, keterbatasan
pengetahuan dan kurangnya kemauan menuju kepadakemampuan
melaksanakan kegiatan hidup sehari-hari secara mandiri.

B. ASPEK LEGAL KEPERAWATAN MANDIRI


Aspek legal keperawatan adalah aspek peraturan perawatan dalam
memberikan asuhan keperawatan sesuai lingkup wewenang dan tanggung
jawabnya pada berbagai tatanan pelayanan, termasuk hak dan
kewajibannya yang di atur dalam undang undang keperawatan. Aspek
legal keperawatan meliputi:
1. Memberikan kerangka untuk menentukan tindakan keperawatan
mana yang sesuai dengan hukum.
2. Membedakan tanggung jawab perawat dengan profesi lain.
3. Membantu menentukan batas-batas kewenangan tindakan
keperawatan mandiri.
4. Membantu mempertahankan standar praktek keperawatan dengan
meletakkan posisi perawat memiliki akuntabilitas di bawah hukum.
5. Dalam keadaan darurat mengancam jiwa seseorang, perawat
berwenang untuk melakukan pelayanan kesehatan di luar
kewenangan yang ditujukan untuk penyelamatan jiwa.
6. Perawat menjalankan praktek perorangan harus mencantumkan SIPP
di ruang prakteknya.
7. Perawat yang memiliki SIPP dapat melakukan asuhan dalam bentuk
kunjungan rumah.

Persyaratan praktek perorangan sekurang-kurangnya memenuhi:

1. Tempat praktek memenuhi syarat.


2. Memiliki perlengkapan peralatan dan administrasi termasuk formulir
atau buku kunjungan, catatan tindakan dan formulir rujukan.

5
Larangan perawat dalam melakukan praktek:

1. Praktek dilarang menjalankan praktek selain yang tercantum dalam


izin dan melakukan perbuatan yang bertentangan dengan standar
profesi.
2. Bagi perawat yang memberikan pertolongan dalam keadaan darurat
atau menjalankan tugas di daerah terpencil yang tidak ada tenaga
kesehatan lain, dikecualikan dari larangan ini.
3. Kepala dinas atau organisasi profesi dapat memberikan peringatan
lisan atau tertulis kepada perawat yang melakukan pelanggaran.
4. Peringatan tertulis paling banyak dilakukan 3 kali, apabila tidak di
indahkan SIK dan SIPP dapat di cabut.
5. Sebelum SIK dan SIPP dicabut kepala dinas kesehatan terlebih
dahulu mendengar pertimbangan dari MDTK dan MP2EM.

Undang-Undang Tentang Keperawatan


1. UU NO. 38 Tahun 2014 Pasal 1. Dalam Undang-Undang ini yang
dimaksud dengan keperawatan adalah kegiatan pemberian asuhan
kepada individu, keluarga, kelompok, atau masyarakat, baik dalam
keadaan sakit maupun sehat. Perawat adalah seseorang yang telah
lulus pendidikan tinggi Keperawatan, baik di dalam maupun di luar
negeri yang diakui oleh Pemerintah sesuai dengan ketentuan
Peraturan Perundang-undangan. Pelayanan Keperawatan adalah
suatu bentuk pelayanan profesional yang merupakan bagian integral
dari pelayanan kesehatan yang didasarkan pada ilmu dan kiat
Keperawatan ditujukan kepada individu, keluarga, kelompok, atau
masyarakat, baik sehat maupun sakit. Praktik Keperawatan adalah
pelayanan yang diselenggarakan oleh Perawat dalam bentuk Asuhan
Keperawatan. Asuhan Keperawatan adalah rangkaian interaksi
Perawat dengan Klien dan lingkungannya untuk mencapai tujuan
pemenuhan kebutuhan dan kemandirian Klien dalam merawat
dirinya.

6
2. UU NO. 36 Tahun 2014 Pasal 1. Dalam Undang-Undang ini yang
dimaksud dengan tenaga kesehatan adalah setiap orang yang
mengabdikan diri dalam bidang kesehatan serta memiliki
pengetahuan dan/atau keterampilan melalui pendidikan di bidang
kesehatan yang untuk jenis tertentu memerlukan kewenangan untuk
melakukan upaya kesehatan. Asisten Tenaga Kesehatan adalah setiap
orang yang mengabdikan diri dalam bidang kesehatan serta memiliki
pengetahuan dan/atau keterampilan melalui pendidikan bidang
kesehatan di bawah jenjang Diploma Tiga.
3. UU NO. 36 Tahun 2009 Pasal 1. Dalam Undang-Undang ini yang
dimaksud dengan kesehatan adalah keadaan sehat, baik secara fisik,
mental, spritual maupun sosial yang memungkinkan setiap orang
untuk hidup produktif secara sosial dan ekonomis. Sumber daya di
bidang kesehatan adalah segala bentuk dana, tenaga, perbekalan
kesehatan, sediaan farmasi dan alat kesehatan serta fasilitas
pelayanan kesehatan dan teknologi yang dimanfaatkan untuk
menyelenggarakan upaya kesehatan yang dilakukan oleh Pemerintah,
pemerintah daerah, dan/atau masyarakat.

Legislasi keperawatan adalah proses pembuatan undang-undang atau


penyempurnaan perangkat hukum yang sudah ada yang mempengaruhi ilmu
dan kiat dalam praktik keperawatan. Legislasi praktek keperawatan
merupakan ketetapan hukum yang mengatur hak dan kewajiban seorang
perawat dalam melakukan praktek keperawatan. Hak dan kewajiban perawat
ditentukan dalam UU NO. 38 Tahun 2014.
1. Kewajiban Perawat
Pasal 37 Perawat dalam melaksanakan Praktik Keperawatan
berkewajiban :
a. Melengkapi sarana dan prasarana Pelayanan Keperawatan sesuai
dengan standar Pelayanan Keperawatan dan ketentuan Peraturan
Perundang-undangan.

7
b. Memberikan Pelayanan Keperawatan sesuai dengan kode etik, standar
Pelayanan Keperawatan, standar profesi, standar prosedur
operasional, dan ketentuan Peraturan Perundang-undangan.
c. Merujuk Klien yang tidak dapat ditangani kepada Perawat atau tenaga
kesehatan lain yang lebih tepat sesuai dengan lingkup dan tingkat
kompetensinya.
d. Mendokumentasikan Asuhan Keperawatan sesuai dengan standar.
e. Memberikan informasi yang lengkap, jujur, benar, jelas, dan mudah
dimengerti mengenai tindakan Keperawatan kepada Klien dan/atau
keluarganya sesuai dengan batas kewenangannya.
f. Melaksanakan tindakan pelimpahan wewenang dari tenaga kesehatan
lain yang sesuai dengan kompetensi Perawat.
g. Melaksanakan penugasan khusus yang ditetapkan oleh Pemerintah.

2. Hak Perawat
Pasal 36 Perawat dalam melaksanakan Praktik Keperawatan berhak :
a. Memperoleh pelindungan hukum sepanjang melaksanakan tugas
sesuai dengan standar pelayanan, standar profesi, standar prosedur
operasional, dan ketentuan Peraturan Perundang-undangan.
b. Memperoleh informasi yang benar, jelas, dan jujur dari Klien dan/atau
keluarganya.
c. Menerima imbalan jasa atas Pelayanan Keperawatan yang telah
diberikan.
d. Menolak keinginan Klien atau pihak lain yang bertentangan dengan
kode etik, standar pelayanan, standar profesi, standar prosedur
operasional, atau ketentuan Peraturan Perundang-undangan.
e. Memperoleh fasilitas kerja sesuai dengan standar.

Legislasi praktek keperawatan di Indonesia diatur melalui Surat


Keputusan Menteri Kesehatan tentang registrasi dan praktek perawat.
Legislasi (Registrasi dan Praktek Keperawatan) Keputusan Menteri
Kesehatan No.1239/Menkes/XI/2001, latar belakang “Perawat sebagai

8
tenaga profesional yang bertanggung jawab dan berwenang
memberikan pelayanan keperawatan secara mandiri dan atau
berkolaborasi dengan tenaga kesehatan lainnya sesuai dengan
kewenangannya. Untuk itu perlu ketetapan yang mengatur tentang hak
dan kewajiban seseorang untuk terkait dengan pekerjaan/profesi.”
1) Mekanisme Legislasi
Persyaratan legislasi antara lain berupa kemampuan (kompetensi)
yang diakui, tertuang dalam ijazah dan sertifikat. Legislasi
keperawatan mencakup 3 komponen yaitu registrasi, sertifikasi dan
lisensi atau akreditasi:
a) Registrasi
Registrasi merupakan pencantuman nama seseorang dan
informasi lain pada badan resmi baik milik pemerintah maupun
non pemerintah. Perawat yang telah terdaftar diizinkan
memakai sebutan registered nurse. Untuk dapat terdaftar,
perawat harus telah menyelesaikan pendidikan keperawatan
dan lulus ujian dari badan pendaftaran dengan nilai yang
diterima. Izin praktik maupun registrasi harus diperbaharui
setiap satu atau dua tahun. Dalam masa transisi professional
keperawatan di Indonesia, sistem pemberian izin praktik dan
registrasi sudah saatnya segera diwujudkan untuk semua
perawat baik bagi lulusan SPK, akademi, sarjana keperawatan
maupun program master keperawatan dengan lingkup praktik
sesuai dengan kompetensi masing-masing.
b) Sertifikasi
Sertifikasi merupakan proses pengesahan bahwa seorang
perawat telah memenuhi standar minimal kompetensi praktik
pada area spesialisasi tertentu seperti kesehatan ibu dan anak,
pediatric, kesehatan mental, gerontology dan kesehatan
sekolah. Sertifikasi telah diterapkan di Amerika Serikat. Di
Indonesia sertifikasi belum diatur, namun demikian tidak

9
menutup kemungkinan dimasa mendatang hal ini
dilaksanakan.
c) Lisensi atau Akreditasi
Akreditasi merupakan suatu proses pengukuran dan pemberian
status akreditasi kepada institusi, program atau pelayanan yang
dilakukan oleh organisasi atau badan pemerintah tertentu. Hal-
hal yang diukur meliputi struktur, proses dan kriteria hasil.
Pendidikan keperawatan pada waktu tertentu dilakukan
penilaian/pengukuran untuk pendidikan D III keperawatan
dan sekolah perawat kesehatan dikoordinator oleh Pusat
Diknakes sedangkan untuk jenjang S1 oleh Dikti. Pengukuran
rumah sakit dilakukan dengan suatu sistem akrteditasi rumah
sakit yang sampai saat ini terus dikembangkan.

2) Unsur-Unsur Inti Praktik Keperawatan


Walaupun praktik keperawatan itu kompleks, ia juga dinamis
selalu merespon terhadap perubahan kebutuhan kesehatan dan
terhadap kebutuhan-kebutuhan perubahan sistem pelayanan
kesehatan. Menurut WHO (1996), unsur-unsur inti keperawatan
tergambarkan dalam kegiatan-kegiatan berikut:
a. Mengelola kesehatan fisik dan mental serta kesakitan,
kegiatanya meliputi pengkajian, monitoring, koordinasi dan
mengelola status kesehatan setiap saat bekerjasama dengan
individu, keluarga, maupun masyarakat. Perawat mengkaji
kesehatan klien, mendeteksi penyakit yang akut atau kronis,
melakukan penelitian dan menginterpretasikannya, memilih
dan memonitor intervensi tarapeutik yang cocok, dan
melakukan semua ini dalam hubungan yang suportif dan
carring. Perawat harus bisa memutuskan kapan klien dikelola
sendiri dan kapan harus dirujuk ke profesi lain.
b. Memonitor dan menjamin kualitas praktik pelayanan
kesehatan. Tanggung jawab terhadap kegiatan-kegiatan

10
praktik professional, seperti memonitor kemampuan sendiri,
memonitor efek-efek intervensi medis, mensupervisi
pekerjaan-pekerjaan personil yang kurang terampil dan
berkonsultasi dengan orang yang tepat. Karena ruang lingkup
dan kompleksitas praktik keperawatan maka diperlukan
ketrampilan-ketrampilan dan pemecahan masalah, berfikir
kritis serta bertindak etis dan legal terhadap kualitas
pelayanan yang diberikan dan tidak disriminatif.
c. Memberikan bantuan dan caring.
Caring adalah bagian yang terpenting dalam praktik
keperawatan. Bantuan termasuk menciptakan suasana
penyembuhan, memberikan kenyamanan membangun
hubungan dengan klien melalui asuhan keperawatan. Peran
membantu seharusnya menjamin partisipasi penuh dari klien
dalam perencanaan asuhan, pencegahan dan treatment dan
asuhan yang diberikan. Perawat memberikan informasi
penting mengenai proses penyakit, gejala-gejalanya dan efek
samping pengobatan.
d. Penyuluhan-penyuluhan kepada individu, keluarga maupun
masyarakat mengenai masalah- masalah kesehatan adalah
fungsi penting dalam keperawatan.
e. Mengorganisir dan mengola sistem pelayanan kesehatan.
Perawat berpartisipasi dalam membentuk dan mengelola
sistem pelayanan kesehatan, ini termasuk menjamin
kebutuhan klien terpenuhi, mengatasi kekurangan staf,
menghadapi birokrasi, membangun dan memelihara tim
terapeutik, dan mendapatkan asuhan spesialis untuk pasien.
Perawat bekerja intersektoral dengan rumah sakit,
puskesmas, institusi pelayanan kesehatan lain dan sekolah.
Profesi keperawatan harus mempengaruhi strategi
kebijaksanaan kesehatan baik tingkat lokal, regional maupun
internasional, aktif terlibat dalam program perencanaan,

11
pengalokasian dana, mengumpulkan, menganalisis dan
memberikan informasi kepada semua level.
Melihat kepada kegiatan-kegiatan yang tergambar di atas
maka praktik keperawatan dapat dilakukan oleh perawat
professional yang mempunyai ketrampilan intelektual,
ketrampilan teknikal dan ketrampilan interpersonal.

3) Praktik Keperawatan Profesional


Praktik keperawatan professional yang dikembangkan antara lain:
a) Praktik keperawatan di institusi rumah sakit atau fasilitas
pelayanan kesehatan lain.
b) Praktik keperawatan di luar institusi rumah sakit (praktik
mandiri keperawatan) dengan berbagai bentuk antara lain:
(1) Praktik kesehatan di rumah (Home Health Care, Home
Care)
(2) Praktik keperawatan yang di lakukan secara
berkelompok
(3) Praktik keperawatan yang di lakukan secara individu
/perorangan
Praktik keperawatan kesehatan di rumah dapat
dilakukan oleh seorang perawat professional baik secara
mandiri maupun berkelompok setelah mendapatkan Surat
Izin Praktik Perawat (SIPP). Praktik keperawatan dapat
melalui suatu agensi (misalnya balai asuhan/pelayanan
keperawatan), atau secara perorangan.

4) Syarat Legal Praktik Mandiri


Sejak 17 Oktober 2014, telah disahkannya UU Keperawatan
maka perawat yang ingin dan telah membuka praktek mandiri di
rumahnya maka wajib melengkapi persyaratan sebagai berikut:
a. Mengurus dan wajib memiliki Surat Tanda Registrasi (STR).

12
b. Mengurus SIPP (Surat Izin Praktek Perawat) pada Dinas
Kesehatan Kabupaten/Kota tempat anda berdomisili.
Surat Izin Praktik Keperawatan selanjutnya disebut SIPP
adalah bukti tertulis yang diberikan kepada perawat untuk
menjalankan praktik perawat perorangan/berkelompok.
c. Memiliki ijazah pendidikan D III Keperawatan, S 1
Keperawatan dan Profesi Ners.
d. Surat Rekomendasi dari Organisasi Profesi Perawat.
e. Surat pernyataan memiliki tempat praktik atau surat
keterangan dari pimpinan Fasilitas Pelayanan Kesehatan.
f. Memiliki tempat praktik yang memenuhi persyaratan
kesehatan.
g. Perawat yang telah mempunyai SIPP dan menyelenggarakan
praktik mandiri wajib memasang papan nama praktik
keperawatan.
h. Tersedia alat perawatan dan alat emergency sesuai ketentuan
untuk tindakan asuhan keperawatan di luar institusi
pelayanan kesehatan termasuk kunjungan rumah.
i. Memiliki perlengkapan administrasi yang meliputi buku
catatan kunjungan, formulir catatan tindakan asuhan
keperawatan serta formulir rujukan.

5) Undang-Undang Keperawatan yang Mendukung Praktik


Keperawatan
Praktik keperawatan telah diatur dalam undang-undang, sehingga
perawat dalam mendirikan praktik telah ada hukumnya yang
melindungi. Dalam Undang-Undang Keperawatan No.38 Tahun
2014 yang mengatur tentang praktik keperawatan terdapat pada bab
IV tentang registrasi, izin praktik dan registrasi ulang pasal 17-22
dan bab V tentang praktik perawat pasal 28.

13
C. ASPEK ETIK KEPERAWATAN MANDIRI
1. Nilai
Keyakinanmengenai arti dari suatu ide, sikap, objek, perilaku, dll yang
menjadi standar dan mempengaruhi prilaku seseorang. Nilai
menggambarkan cita-cita dan harapan-harapan ideal dalam praktik
keperawatan.
Nilai ini bebas untuk dipilih individu yang melandasi sikap individu
dan terlihat dari hubungan kita dengan orang lain, dan dapat dilihat
secara objektif (misal, cara berpakaian, bahasa, kebiasaan, interaksi
sosial dll).
2. Moral
Adalah keyakinan bahwa sesuatu adalah “mutlak” : Baik atau Buruk
walaupun situasi berbeda. Moral, berasal dari kata latin yang berarti
adat istiadat atau kebiasaan. Moral adalah perilaku yang diharapkan
oleh masyarakat yang merupakan “standar prilaku” dan “nilai-nilai”
yang harus diperhatikan bila seseorang menjadi anggota masyarakat
dimana ia tinggal.
3. Etik
Kesepakatan tentang praktik moral, keyakinan, sistem nilai, standar
perilaku individu dan atau kelompok tentang penilaian terhadap apa
yang benar dan apa yang salah, mana yang baik dan mana yang buruk,
apa yang merupakan kebajikan dan apa yang merupakan kejahatan,
apa yang dikendaki dan apa yang ditolak.
4. Etika Keperawatan
Kesepakatan/peraturan tentang penerapan nilai moral dan keputusan-
keputusan yang ditetapkan untuk profesi keperawatan.
5. Prinsip EtikKeperawatan
a. Respect (Hak untuk dihormati) : Menghargai otonomi berarti
menghargai manusia sebagai seseorang yang mempunyai harga diri
dan martabat yang mampu menentukan sesuatu bagi dirinya.

14
Seorang perawat harus menghargai harkat dan martabat manusia
sebagai individu yang dapat memutuskan hal yang terbaik bagi
dirinya.
b. Autonomy (hak pasien memilih) : Hak pasien untuk memilih
treatment terbaik untuk dirinya. Prinsip otonomi
didasarkanpadakeyakinanbahwaindividumampuberpikirlogisdanma
mpumembuatkeputusansendiri.
Prinsipotonomimerupakanbentukrespekterhadapseseorang,
ataudipandangsebagaipersetujuantidakmemaksadanbertindaksecara
rasional. Otonomimerupakanhakkemandiriandankebebasanindividu
yang menuntutpembedaandiri.
Praktekprofesionalmerefleksikanotonomisaatperawatmenghargaiha
k-hakkliendalammembuatkeputusantentangperawatandirinya.
c. Beneficence (Bertindak untuk keuntungan orang lain/pasien) :
Kewajiban untuk melakukan hal tidak membahayakan pasien/
orang lain dan secara aktif berkontribusi bagi kesehatan dan
kesejahteraan pasiennya.Beneficienceadalahmelakukan yang
terbaikdantidakmerugikan orang lain, tidakmembahayakanpasien
.Beneficienceberarti, hanyamelakukansesuatu yang baik. Kebaikan,
memerlukanpencegahandarikesalahanataukejahatan,
penghapusankesalahanataukejahatandanpeningkatankebaikanolehdi
ridan orang lain.
d. Non-Maleficence (utamakan-tidak mencederai orang lain) :
Kewajiban perawat untuk tidak dengan sengaja menimbulkan
kerugian atau cidera.
Prinsip :Jangan membunuh, menghilangkan nyawa orang lain,
jangan menyebabkan nyeri atau penderitaan pada orang lain,
jangan membuat orang lain berdaya dan melukai perasaaan orang
lain.
e. Confidentiality (hak kerahasiaan) : Menghargai kerahasiaan
terhadap semua informasi tentang pasien/klien yang dipercayakan
pasien kepada

15
perawat.Aturandalamprinsipkerahasiaanadalahinformasitentangklie
nharusdijagaprivasiklien. Segalasesuatu yang
terdapatdalamdokumencatatankesehatanklienhanyabolehdibacadala
mrangkapengobatanklien.
Tidakadaseorangpundapatmemperolehinformasitersebutkecualijika
diijinkanolehkliendenganbuktipersetujuan.
Diskusitentangkliendiluar area pelayanan,
menyampaikanpadatemanataukeluargatentangkliendengantenagake
sehatan lain harusdihindari.
f. Justice (keadilan) : Kewajiban untuk berlaku adil kepada semua
orang. Perkataan adil sendiri berarti tidak memihak atau tidak berat
sebelah.Prinsip justice
iniadalahdasardaritindakankeperawatanbagiseorangperawatuntukbe
rlakuadilpadasetiappasien,
artinyasetiappasienberhakmendapatkantindakan yang sama.
Prinsipkeadilandibutuhkanuntukterpai yang samadanadilterhadap
orang lain yang menjunjungprinsip-prinsip moral, legal
dankemanusiaan.
Nilaiinidirefleksikandalamprkatekprofesionalketikaperawatbekerja
untukterapi yang benarsesuaihukum, standarpraktekdankeyakinan
yang benaruntukmemperolehkualitaspelayanankesehatan.
g. Fidelity (loyalty/ketaatan) : Kewajiban untuk setia terhadap
kesepakatan dan bertanggungjawab terhadap kesepakatan yang
telah
diambil.Prinsip fidelity dibutuhkanindividuuntukmenghargaijanjida
nkomitmennyaterhadap orang lain.
Perawatsetiapadakomitmennyadanmenepatijanjisertamenyimpanra
hasiaklien. Ketaatan, kesetiaan,
adalahkewajibanseseoranguntukmempertahankankomitmen yang
dibuatnya. Kesetiaan,
menggambarkankepatuhanperawatterhadapkodeetik yang
menyatakanbahwatanggungjawabdasardariperawatadalahuntukmen

16
ingkatkankesehatan, mencegahpenyakit,
memulihkankesehatandanmeminimalkanpenderitaan.
1) Era modern , pelayanan kesehatan : Upaya Tim
(tanggungjawab tidak hanya pada satu profesi). 80%
kebutuhan pt dipenuhi perawat
2) Masing-masing profesi memiliki aturan tersendiri yang berlaku
3) Memiliki keterbatasan peran dan berpraktik dengan menurut
aturan yang disepakati.
g. Veracity (Truthfullness & honesty) : Kewajiban untuk mengatakan
kebenaran, Terkait erat dengan prinsip otonomi, khususnya terkait
informed-
consent.Prinsip veracity berhubungandengankemampuanseseorang
untukmengatakankebenaran. Informasiharusada agar
menjadiakurat, komprensensif,
danobjektifuntukmemfasilitasipemahamandanpenerimaanmateri
yang ada, danmengatakan yang
sebenarnyakepadakliententangsegalasesuatu yang
berhubungandengankeadaandirinyaselamamenjalaniperawatan.

D. STANDAR PRAKTEK KEPERAWATAN


1. Standar Praktek Keperawatan
Karena keperawatan telah meningkat kemandiriannya sebagai
suatu profesi, sejumlah standar praktek keperawatan telah ditetapkan.
standar untuk praktek sangat penting sebagai petunjuk yang obyektif
untuk perawat memberikan perawatandan sebagai kriteria untuk
melakukan evaluasi asuhan ketika standar telah didefinisikan secara
jelas, klien dapat diyakinkan bahwa mereka mendapatkan asuhan
keperawatan yang berkualitas tinggi, perawat mengetahui secara pasti
apakah yang penting dalam pemberian askep dan staf administrasi
dapat menentukan apakah asuhan yang diberikan memenuhi standar
yang berlaku.

17
STANDAR CANADIAN NURSES ASSOCIATION untuk praktek
keperawatan:
1. Praktik keperawatan memerlukan model konsep keperawatan
yang menjadi dasar praktek.
2. Ptraktek keperawatan memerlukan hubungan yang saling
membantu untuk menjadi dasar interaksi antara klien-perawat.
3. Praktek keperawatan menuntut perawat untuk memenuhi
tanggung jawab profesi.

2. Tipe Standar Praktek Keperawatan


Beberapa tipe standar telah digunakan untuk mengarahakan dan
mengontrol praktek keperawatan. Standar dapat berbentuk ‘normatif’
yaitu menguraikan praktek keperawatan yang ideal yang
menggambarkan penampilan perawat yang bermutu tinggi, standar
juga berbentuk ‘empiris’ yaitu menggambarkan praktek keperawatan
berdasarkan hasil observasi pada sebagaian besar sarana pelayanan
keperawatan (Gillies 1989,h.125).

3. Jenis Standar Praktek Keperawatan


1. Menurut ANA Tahun 1992
a. Standar I : Pengkajian
Perawat mengidentifikasi dan pengumpulan data tentang status
kesehatan klien.
Kriteria pengukuran:
1) Prioritas pengumpulan data ditentukan oleh kondisi atau
kebutuhan-kebutuhan klien saat ini.
2) Data tetap dikumpulkan dengan tehnik-tehnik pengkajian
yang sesuai.
3) Pengumpulan data melibatkan klien, orang-orang
terdekat klien dan petugas kesehatan.

18
4) Proses pengumpulan data bersifat sistematis
dan berkesinambungan.Data-data yang relevan
didokumentasikan dalam bentuk yang mudah didapatkan
kembali.
b. Standar II : Diagnosa
Perawat menganalisa data yang dikaji untuk menentukan
diagnosa.
Kriteria pengukuran:
1) Diagnosa ditetapkan dari data hasil pengkajian.
2) Diagnosa disahkan dengan klien, orang-orang terdekat
klien, tenaga kesehatan bila memungkinkan.
3) Diagnosa di dokumentasikan dengan cara yang
memudahkan perencanaan perawatan.
c. Standar III: Identifikasi hasil
Perawat mengidentifikasi hasil yang diharapkan secara
individual pada klien.
Kriteria pengukuran:
1) Hasil diambil dari diagnosa.
2) Hasil-hasil didokumentasikan sebagai tujuan-tujuan yang
dapat diukur.
3) Hasil-hasil dirumuskan satu sama lain sama klien, orang-
orang terdekat klien dan petugas kesehatan.
4) Hasil harus nyata (realistis) sesuai dengan
kemampuan/kapasitas klien saat ini dan kemampuan
potensial.
5) Hasil yang diharapkan dapat dicapai dsesuai dengan
sumber-sumber yang tersedia bagi klien.
6) Hasil yang diharapkan meliputi perkiraan waktu
pencapaian.
7) Hasil yang diharapkan memberi arah bagi keanjutan
perawatan.
d. Standar IV : Perencanaan

19
Perawat menetapkan suatu rencana keperawatan yang
menggambarkan intervensi keperawatan untuk mencapai hasil
yang diharapkan.
Kriteria pengukuran:
1) Rencana bersifat individuali sesuai dengan kebutuhan-
kebutuhan dan kondisi klien.
2) Rencana tersebut dikembangkan bersama klien, orang-
orang terdekat klien dan petugas kesehatan.
3) Rencana tersebut menggambarkan praktek keperawatan
sekarang
4) Rencana tersebut didokumentasikan.
5) Rencana tersebut harus menunjukkan kelanjutan
perawatan
e. Standar V : Implementasi
Perawat mengimplementasikan intervensi yang diidentifikasi
dari rencana keperawatan.
Kriteria pengukuran:
1) Intervensi bersifat konsisten dengan rencana perawatan
yang dibuat.
2) Intervensi diimplementasikan dengan cara yang aman
dan tepat.
3) Intervensi didokumentasikan.
f. Standar VI : Evaluasi
Perawat mengevaluasi kemajuan klien terhadap hasil yang
telah dicapai.
Kriteria pengukuran:
1) Evaluasi bersifat sistematis dan berkesinambungan.
2) Respon klien terhadap intervensi didokumentasikan.
3) Keefektifan intervensi dievaluasi dalam kaitannya
dengan hasil.

20
4) Pengkajian terhadap data yang bersifat kesinambungan
digunakan untuk merevisi diagnosa, hasil-hasil dan
rencana perawatan untuk selanjutnya,
5) Revisi diagnosa, hasil dan rencana perawatan
didokumentasikan.
6) Klien, orang-orang terdekat klien dan petugas kesehatan
dilibatkan dalam proses evaluasi

2. Menurut DEPKES Tahun 1998


a. Standar 1 : pengumpulan data tentang status kesehatan klien
atau pasien dilakukan secara sistematik dan
berkesinambungan. Data dapat diperoleh, dikomunikasikan
dan dicatat.
b. Standar 2 : diagnosa keperawatan di rumuskan berdasarkan
data status kesehatan.
c. Standar 3 : rencana asuhan keperawatan meliputi tujuan yang
dibuat berdasarkan diagnosa keperawatan.
d. Standar 4 : rencana asuhan keperawatan meliputi prioritas dan
pendekatan tindakan keperawatan yang ditetapkan untuk
mencapai tujuan yang di ususn berdasarkan diagnosa
keperawatan.
e. Standar 5 :tindakan keperawatan memberikan kesempatan
klien atau pasien untuk berpartisifasi dalam peningkatan,
pemeliharaan, dan pemulihan kesehatan.
f. Standar 6 :tindakan keperawatan membantu klien atau pasien
untuk mengoptimalkan kemampuan untuk hidup sehat.
g. Standar 7 : ada tidaknya kemajuan dalam pencapaina tujuan
ditentukan oleh klien atau pasien dan perawat.
h. Standar 8 : ada tidaknya kemajuan dalam pencapaian tujuan
memberi arah untuk melakukan pengkajian ulang,

21
pengetaruran kembali urutan priorits, penetapan tujuan baru
dan perbaikan rencana asuhan keperawatan.

3. Menurut PPNI Tahun1999


Menurut Dewan Pertimbangan Pusat Persatuan Perawat Nasional
Indonesia (DPP PPNI) tahun 1999, standar praktik keperawatan
merupakan komitmen professi keperawatan dalam melindungi
masyarakat terhadap praktik yang dilakukan oleh anggota profesi.
Di dalamnya terdapat penegasan tentang mutu pekerjaan seorang
perawat yang dianggap baik, tepat, dan benar, yang digunakan
sebagai pedoman dalam pemberian pelayanan kepeawatan
diantarannya sebagai berikut:
a. Meningkatkan mutu asuhan keperawatan dengan memberikan
perhatian padaupaya dan peningkatan kinerja perawat terhadap
target pencapaian tujuan.
b. Meminimalkan tindakan-tindakan yang tidak bermanfaat bagi
klien sehinggadapat menekan biaya perawatan.
c. Menjaga mutu asuhan keperawatan yang diberikan kepada
klien dimasyarakat, komunitas, kelompok dan keluarga.

4. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Standar Praktek Keperawatan


Proses keperawatan adalah faktor penting dalam survival pasien
dan dalam aspek-aspek pemeliharaan, rehabilitatif dan preventif
perawatan kesehatan (Doengoes,2000). Faktor-faktor yang
mempengaruhi standar praktek keperawatan antara lain :
a. Kecakapan intelaktual
b. Ilmu pengetahuan
c. Percaya diri perawat
d. Sarana
e. Komunikasi
f. Pengalaman kerja perawat
g. Motivasi pasien untuk sembuh

22
h. Kedisiplinan

5. Tujuan Standar Praktek Keperawatan


Secara umum standar praktek keperawatan ditetapkan untuk
meningkatkan asuhan atau pelayanan keperawatan dengan cara
memfokuskan kegiatan atau proses pada usaha pelayanan untuk memenuhi
kriteria pelayanan yang diharapkan. Penyusunan standar praktek
keperawatan berguna bagi perawat, rumah sakit/institusi, klien, profesi
keperawatan dan tenaga kesehatan lain sebagai berikut:
1. Perawat, standar praktek keperawatan digunakan sebagi pedoman
untuk membimbing perawat dalam penentuan tindakan keperawatan
yang akan dilakukan teradap kien dan perlindungan dari kelalaian
dalam melakukan tindakan keperawatan dengan membimbing perawat
dalam melakukan tindakan keperawatan yang tepat dan benar.
2. Rumah sakit, dengan menggunakan standar praktek keperawatan akan
meningkatkan efisiensi dan efektifitas pelayanan keperawatan dapat
menurun dengan singkat waktu perwatan di rumah sakit.
3. Klien, dengan perawatan yang tidak lama maka biaya yang
ditanggung klien dan keluarga menjadi ringan.
4. Profesi, sebagai alat perencanaan untuk mencapai target dan sebagai
ukuran untuk mengevaluasi penampilan, dimana standar sebagai alat
pengontrolnya.
5. Tenaga kesehatan lain, Untuk mengetahui batas kewenangan dengan
profesi lain sehingga dapat saling menghormati dan bekerja sama
secara baik.

6. Penerapan Standar Praktek Keperawatan


Dalam penerapan standar praktek keperawatan dapat digunakan pendekatan
secara umum dan khusus. Pendekatan secara umum menurut Jernigan and
Young,1983 h.10 adalah sebagai berikut:
a. Standar struktur : berorientasi pada hubungan organisasi keperawatan (
semua level keperawatan ) dengan sarana/institusi rumah sakit. Standar

23
ini terdiri dari : filosofi, tujuan, tata kerja organisasi, fasilitas dan
kualifikasi perawat.
b. Standar proses : berorientasi pada perawat, khususnya ; metode, prinsip
dan strategi yang digunakan perawat dalam asuhan keperawatan. Standar
proses berhubungan dengan semua kegiatan asuhan keperawatan yang
dilakukan dengan menggunakan pendekatan proses keperawatan.
c. Standar hasil : berorientasi pada perubahan status kesehatan klien, berupa
uraian kondisi klien yang dinginkan dan dapat dicapai sebagai hasil
tindakan keperawatan.
Pendekatan lain (khusus) dalam menyusun standar praktek keperawatan
sesuai dengan aspek yang diinginkan antara lain :
a. Aspek Asuhan keperawatan, dapat dipilih topik atau masalah
keperawatan klien yang sering ditemukan, misalnya standar asuhan
keperawatan klien anteatal, intranatal dan postnatal.
b. Aspek pendidikan dapat dipilih paket penyuluhan/pendidikan kesehatan
yang paling dibutuhkan, misalnya penyuluhan tentang perawatan
payudara.
c. Aspek kelompok klien, topik dapat dipilih berdasarkan kategori umur,
masalah kesehatan tertentu misalnya; kelompok menopouse.
Dalam penerapan standar praktek keperawatan dapat dimodifikasi keduanya
dalam pelayanan asuhan keperawatan. Contoh : pelaksanaan standar asuhan
keperawatan pada klien postnatal, perawat dapat mengunakan standar proses
(metode, prinsip dan strategi dalam melaksanakan asuhan keperawatan.

7. Langkah-Langkah Penyusunan Standar Praktek Keperawatan


Penyusunan standar praktek keperawatan membutuhkan waktu lama karena
ada beberapa langkah yang harus ditempuh diantaranya menentukan komite
(tim penyusun), menentukan filosofi dan tujuan keperawatan,
menghubungkan standar dengan teori keperawatan, menentukan topik dan
format standar (Irawaty,1996,h.9). Adapun langkah-langkah penyusunan
standar menurut Dewi Irawaty,1996 adalah
a. Menetukan komite (tim khusus)

24
Penyusunan standar praktek keperawatan membutuhkan waktu dan
tenaga yang banyak, untuk itu perlu dibentuk tim penyusun. Tim
penyusun terdiri dari orang-orang yang memiliki kemampuan,
ketrampilan dan pengetahuan yang luas tentang pelayanan keperawatan.
b. Menentukan filosofi dan tujuan keperawatan.
Filosofi merupakan keyakinan dan nilai dasar yang dianut yang
memberikan arti bagi seseorang dan berasal dari proses belajar sepanjang
hidup melalui hubungan interpersonal, agama, pendidikan dan
lingkungan. Didalam pembuatan standar, serangkaian tujuan
keperawatan perlu ditetapkan berdasarkan filosofi yang diyakini oleh
profesi.
c. Menghubungkan standar dan teori keperawatan.
Ada beberapa teori yang dapat dipilih dan disepakati oleh kelompok
pembuat standar keperawatan misalnya; teori Orem. Inti dari teori Orem
adalah adanya kepercayaan bahwa manusia mempunyai kemampuan
untuk merawat diri sendiri (Self Care). Berdasarkan teori tersebut maka
dapat digunakan sebagai landasan dalam mengembangkan standar
praktek keperawatan.
d. Menentukan topik dan format standar
Topik-topik yang telah ditentukan disesuaikan pada aspek-aspek
penyusunan standar misalnya ; aspek asuhan keperawatan, pendidikan
dan kelompok klien atau yang bersifat umum yaitu menggunakan
pendekatan meliputi standar struktur, standar proses dan standar hasil.
Format standar tergantung dari cara pendekatan yang dipilih sebelumnya
dan topik standar yang telah ditentukan. Apabila standar praktek
keperawatan yang digunakan adalah pendekatan standar proses maka
format standar yang dipakai adalah format standar ANA 1991 terdiri dari
enam tahap yang meliputi ; pengkajian , diagnosa, identifikasi hasil,
perencanan, implementasi dan evaluasi.

25
8. Aspek Hukum Standar Praktek Keperawatan
Dengan diberlakukannya standar praktek keperawatan, maka institusi
memberikan kesempatan pada klien untuk mengontrol asuhan keperawatan
yang diberikan perawat pada klien. Apabila klien tidak mendapat pelayanan
yang memuaskan atau klien dirugikan karena kelalaian perawat maka klien
dan keluarga mempunyai hak untuk bertanya dan menuntut. Dinegara maju
dimana standar ini telah diberlakukan maka kekuatatan hukumnya sangat
kuat. Apabila perawat melakukan kelalaian karena tindakan yang
menyimpang dari standar maka perawat dianggap melanggar hukum dan
harus dituntut pertanggung jawabannya. Oleh karena itu setiap perawat
harus betul-betul memahami standar praktek keperawatan agar dapat
memberikan pelayanan yang bermutu pada klien.
Sebagai contoh, Jensen dan Bobak mengemukakan hukum of Torts yang
memuat tentang kegiatan yang dikehendaki dari perawat : mencegah
penyakit mata pada bayi baru lahir, mendokumentasikan penyakit akibat
hubungan seksual.
UU Nomor 36 Tahun 2014 tentang teaga kesehatan pasal 62 ayat 1 berisi
yang dimaksud dengan"kewenangan berdasarkan Kompetensi" adalah
kewenangan untuk melakukan pelayanan kesehatan secara mandiri sesuai
dengan Iingkup dan tingkat kompetensinya, antara lain:
Perawat memiliki kewenangan untuk melakukan asuhan keperawatan secara
mandiri dan komprehensif serta tindakan kolaborasi keperawatan dengan
Tenaga Kesehatan lain sesuai dengan kualifikasinya;.
Dimensi praktek profesional adalah adanya sistem etik. Etik adalah standar
untuk menentukan benar atau salah dan untuk pengambilan keputusan
tentang apa yang seharusnya dilakukan oleh dan terhadap manusia.
(Wijayarini M.A,1996,h.13).

9. Klasifikasi Praktek Keperawatan


a. Perawat dan pelaksana praktek keperawatan
Perawat memegang peranan penting dalam menentukan dan
melaksanakan standar praktek keperawatan untuk mencapai kemampuan

26
yang sesuai dengan standar pendidikan Keperawatan. Perawat sebagai
anggota profesi, setiap saat dapat mempertahankan sikap sesuai dengan
standart profesi keperawatan.
b. Nilai-nilai pribadi dan praktek professional
Adanya perkembangan dan perubahan yang terjadi pada ruang lingkup
praktek keperawatan dan bidang teknologi medis akan mengakibatkan
terjadinya peningkatan konflik antara nilai-nilai pribadi yang memiliki
perawat dengan pelaksana praktek yang dilakukan sehari-hari selain itu
pihak atasan membutuhkan bantuan dari perawat untuk melaksanakan
tugas pelayanan keperawatan tertentu, dilain pihak perawat mempunyai
hak untuk menerima atau menolak tugas tersebut sesuai dengan nilai-
nilai pribadi mereka.

10. Ciri – ciri Standar Praktek Keperawatan


Standar praktek keperawatan ini digunakan untuk mengetahui
proses dan hasil pelayanan keperawatan yang diberikan kepada pasien
sebagai fokus utamanya.
Praktek keperawatan profesional mempunyai ciri-ciri sebagai berikut:
a. Otonomi dalam pekerjaan
b. Bertanggung jawab dan bertanggung gugat
c. Pengambilan keputusan yang mandiri
d. Kolaborasi dengan disiplin lain
e. Pemberian pembelaan
f. Memfasilitasi kepentingan pasien

11. Metode dan Implementasi Standar Praktek Keperawatan


Metode yang digunakan untuk menyusun standar keperawatan, yaitu:
a. Proses Normatif: Standar dirumuskan berdasarkan pendapat ahli
profesional dan pola praktek klinis perawat di dalam suatu badan/institusi
tertentu.
b. Proses Empiris: Standar dirumuskan berdasarkan hasil penilitian dan
praktek keperawatan yang dapat dipertanggung jawabkan.

27
12. Kegunaan Standar Praktek Keperawatan
Tujuan utama standar memberikan kejelasan dan pedoman untuk
mengidentifikasi ukuran dan penilaian hasil akhir, dengan demikian standar
dapat meningkatkan dan memfasilitasi perbaikan dan pencapaian kualitas
asuhan keperawatan.
a. Pendidikan, Membantu dalam merencanakan isi kurikulum dan
mengevaluasi penampilan kerja mahasiswa.
b. Puskesmas, Dapat digunakan untuk mengetahui batas kewenangan
dengan profesi lain sehingga dapat saling menghormati dan bekerja sama
secara baik dalam menjalankan pekerjaan sesuai profesinya dan
meningkatkan pelayanan tentunya. Untuk meningkatkan asuhan atau
pelayanan keperawatan dengan cara memfokuskan kegiatan atau proses
pada usaha pelayanan untuk memenuhi layanan kesehatan masyarakat.
c. Rumah Sakit, Dengan penggunaan standar praktek keperawatan ini
tentunya akan meningkatkan efisiensi serta juga efektifitas pelayanan
keperawatan dan ini akan berefek kepada penurunan lama rawat pasien di
rumah sakit.

13. Lisensi Praktik


Lisensi merupakan proses administrasi yang dilakukan oleh suatu badan
independent (konsil) berupa penerbitan atau pembuatan surat ijin praktek
bagi tenaga keperawatan yang akan melakukan pelayanan/ praktek
keperawatan sesuai dengan standart profesi diberbagai tatanan pelayanan
kesehatan (Kusnanto, 2012).
Lisensi berupa kewenangan kepada seorang perawat yang sudah
teregristrasi untuk melaksanakan pelayanan atau praktek keperawatan.
Lisensi merupakan suatu kehormatan dan bukan suatu hak. Semua perawat
segyoyannya mengamankan hak ini dengan mengetahui standart
pelayanan yang dapat diterapkan dalam suatu tatanan praktek
keperawatan.

28
Tujuan Lisensi Praktik
a. Memberi kejelasan batas kewenangan tiap kategori tenaga keperawatan
untuk melakukan praktek keperawatan.
b. Mengesahkan atau memberi buktu untuk melakukan praktek
keperawatan professional.
c. Menjamin pelayanan yang diberikan aman, dan etis sesuai kompetensi
dan kewenangan yang dimiliki,
d. Menata pelayanan kepada masyarakat, diberikan oleh orang yang tepat
dan mampu secara professional, etikal, dan legal.
e. Menghindarkan kerugian / kecelakaan / bahaya pada individu atau
masyarakat yang diberikan.

Mekanisme Lisensi
Perawat yang telah memenuhi proses registrasi mengajukan permohonan
kepada pemerintah untuk memperoleh perizinan / lisensi resmi dari
pemerintah. Perawat yang telah teregistrasi dan sudah memiliki lisensi
disebut perawat register, dan dapat bekerja di tatanan pelayanan kesehatan
dan institusi pendidikan keperawatan.

Pemberian Lisensi D III Keperawatan


Akreditasi merupakan suatu proses dan pemberian status akreditasi kepada
institusi, program atau pelayanan yang dilakukan oleh organisasi atau
badan pemerintah tertentu. Hal – hal yang diukur meliputi struktur, proses
dan kriteria, hasil. Pendidikan keperawatan pada waktu tertentu dilakukan
penilaian atau pengukuran untuk pendidikan D3 keperawatan.

Pemberian Lisensi SI Keperawatan


SPK dikoordinator oleh Pusat Diknakes sedangkan untuk jenjang S1 oleh
Dikti. Pengukuran Rumah Sakit dilakukan dengan suatu sistem akreditasi
rumah sakit yang sampai saat ini terus dikembangkan. Izin praktek
keperawatan diperlukan oleh profesi dalam upaya mengingatkan dan

29
menjamin professional anggotanya. Bagi masyarakat izin praktek
keperawatan merupakan perlindungan bagi mereka untuk mendapat
pelayanan dari perawat professional yang benar-benar mampu dan
mendapat pelayanan keperawatan dengan mutu tinggi. Tidak adanya izin
keperawatan menempatkan profesi keperawatan pada posisi yang sulit
untuk menetukan mutu keperawatan. Kita ketahui bahwa di Indonesia
terdapat berbagai jenjang pendidikan keperawatan dengan standar atau
mutu antar institusi pendidikan yang tidak sama. Secara sederhana dapat
dinyatakan bahwa seseorang yang telah lulus dan pendidikan keperawatan
belum tentu cukup menguasai kompetensinya sebagai perawat. Situasi
inilah yang membuat para pemimpin keperawatan cukup prihatin. Pihak
pasien tidak tahu apakah pendidikan perawat atau justru diperburuk oleh
kualitas keperawatan yang diberikan oleh perawat (Setiani, 2013).

Perkembangan pemberian izin praktek keperawatan cukup bervariasi di


setiap Negara. Di Amerika Serikat misalnya, izin praktek keperawatan
diberikan pada perawat professional mulai pada tahun 1903 tepatnya di
Negara bagian North Carolina. Pada tahun 1923 semua Negara bagian
telah mempunyai izin praktik bagi para perawat. Untuk mendapatkan izin
praktek maka seorang lulusan dari pendidikan professional keperawatan
harus mendaftarrkan diri pada dewan keperawatan yang ada di setiap
provinsi untuk mengikuti ujian (Setiani, 2013).
Whasington State Nursing Practice Act(The State Nurses Association)
menyatakan bahwa orang yang terdaftar secara langsung bertanggung gugat
dan bertanggung jawab terhadap individu untuk memberikan pelayanan
keperawatan yang berkualitas. American nurse Association(ANA) membuat
pernyataan yang sama dalam undang-undang lisensi institusional menjadi
lisensi individual, keperawatan secara konsisten dapat mempertahankan:
a. Asuhan keperawatan yang berkualitas, baik sesuai tanggung jawab
maupun tanggung gugat perawat yang merupakan bagian dari lisensi
profesi.

30
b. Bila perawat meyakini bahwa profesi serta kontribusinya terhadap
asuhan kesehatan adalah penting, maka mereka akan tampil dengan
percaya diri dan penuh tanggung jawab.

14. UU Praktek Keperawatan


Setiap negara bagian dan provinsi mendefinisikan sendiri cakupan praktek
keperawatan, tetapi sebagian besar memiliki aturan yang serupa. Definisi
tentang praktek keperawatan dipublikasikan oleh ANA pada tahun 1955
mencakup beberapa definisi yang mewakili cakupan praktek keperawatan
sebagaimana didefinisikan dalam sebagian besar negara bagian dan
provinsi.
Namun demikian pada dekade terakhir beberapa negara bagian merevisi
UU praktek keperawatan mereka untuk menggambarkan pertumbuhan
otonomi dan meluasnya peran keperawatan dalam praktek keperawatan.

15. Manfaat Praktek Keperawatan


a. Praktek Klinis
Memberikan serangkaian kondisi untuk mengevaluasi kualitas askep dan
merupakan alat mengukur mutu penampilan kerja perawat guna
memberikan feeedback untuk perbaikan.
b. Administrasi Pelayanan Keperawatan
Memberikan informasi kepada administrator yang sangat penting dalam
perencanaan pola staf, program pengembangan staf dan mengidentifikasi
isi dari program orientasi.
c. Pendidikan Keperawatan
Membantu dalan merencanakan isi kurikulum dan mengevaluasi
penampilan kerja mahasiswa.
d. Riset Keperawatan
Hasil proses evaluasi merupakan penilitian yang pertemuannya dapat
memperbaiki dan meningkatkan kualitas askep.
e. Sistem Pelayanan Kesehatan

31
Implementasi standar dapat meningkatkan fungsi kerja tim kesehatan
dalam mengembangkan mutu askep dan peran perawat dalam tim
kesehatan sehingga terbina hubungan kerja yang baik dan memberikan
kepuasan bagi anggota tim kesehatan.

32
BAB III
PENUTUP

A. KESIMPULAN
Aspek legal keperawatan adalah aspek peraturan perawatan dalam
memberikan asuhan keperawatan sesuai lingkup wewenang dan tanggung
jawabnya pada berbagai tatanan pelayanan, termasuk hak dan
kewajibannya yang di atur dalam undang undang keperawatan.
Keperawatan adalah bentuk pelayanan profesional yang
merupakan bagian integral dari pelayanan kesehatan, di dasarkan pada
ilmu dan kiat keperawatan di tujukan pada individu, keluarga, kelompok
dan masyarakat baik sehat maupun sakit yang mencakup seluruh proses
kehidupan manusia.
Aspek legal profesi keperawatan meliputi kewenangan berkaitan
dengan izin melaksanakan praktek profes.
Legislasi Keperawatan adalah proses pembuatan undang-undang
atau penyempurnaan perangkat hukumyang sudah ada yang
mempengaruhi ilmu dan kiat dalam praktik keperawatan

B. SARAN
Dalam prakteknya perawat dituntut untuk tanggap
dalam memberikan asuhan keperawatan pada individu, keluarga,
kelompok dan masyarakat dalam menyelesaikan masalah kesehatan dan
kompleks, memberikan tindakan keperawatan langsung, pendidikan,
nasehat, konseling, dalam rangka penyelesaian masalah keperawatan
melalui pemenuhan kebutuhan dasar manusia dalam upaya memandirikan
sistem klien, memberikan pelayanan keperawatan disarana kesehatan dan
tatanan lainnya, memberikan pengobatan dan tindakan medik terbatas,
pelayanan KB, imunisasi, pertolongan persalinan normal dan menulis
permintaan obat, melaksanakan program pengobatan secara tertulis dari
dokter. Untuk menunjang kegiatan tersebut seorang perawat diharapkan
terdaftar pada badan resmi baik milik pemerintah maupun non pemerintah

33
DAFTAR PUSTAKA

http://azizahfifi1.blogspot.co.id/2014/10/makalah-aspek-legal-
keperawatan.html diakses 17:53 tanggal 26 februari 2018

Helwiah.2004.Home Care Sebagai Bentuk Praktik Mandiri Perawat Di


Rumah dalam Juornal Keperawatan Universitas Padjadjaran Bandung Vol 5 No.
IX Tahun 2004.PSIK FK Unpad Bandung.

Undang-undang Keperawatan No. 38 Tahun 2014.


Kathlen.2006.Praktik Keperawatan Profesional.Jakarta: EGC
https://edoc.site/aspek-legal-mandiri-keperawatandocx-pdf-free.html
http://belajarapaaja1.blogspot.co.id/2017/02/makalah-aspek-legal-dan-etik-
praktik.html

https://maisykah.wordpress.com/2015/05/19/standar-praktek-keperawatan/

http://herdinphysio.com/uu-no-36-tahun-2014-tentang-tenaga-kesehatan-
dan-layanan-physio/

34

Anda mungkin juga menyukai