KELOMPOK 4 :
Bronkhitis obstruksi
kronis merupakan akibat
dari inflamasi bronkhus,
yang merangsang
peningkatan produksi
mukus, batuk kronis, dan
kemungkinan terjadi luka
pada lapisan bronkhus.
Manifestasi klinis
bronkhitis kronis
berlangsung minimal 3
bulan selama satu tahun
dalam 2 tahun berturut-
turut
Pemeriksaan Penunjang Tindakan “
Pengobatan
Rehabilitasi” :
Farmakologi
Pengukuran Fungsi
Paru Fisioterapi,
Analisa Gas
Darah
Latihan
pernafasan Anti inflamasi
Pemeriksaan
Laboratorium
non steroid
Vocationalsuid Bronkodilator
ance
Pemeriksaan Sputum Antibiotik
Pemeriksaan
Pengelolaan
Ekspektoran
Radiologi Thoraks
foto (AP dan psikososial
lateral)
Pemeriksaan
Bronkhogram
( Mutaqqin, 2012)
Konsep Asuhan Keperawatan
1. Pengkajian keperawatan
◦ a. Anamnesis
1.Identitas
2. Keluhan utama
3. Riwayat penyakit sekarang
4. Riwayat kesehatan masa lalu
5. Riwayat penyakit dahul
6. Riwayat kesehatan keluarga
7. Riwayat pekerjaan dan gaya hidup
8. Pengkajian pola sistem
b. Pemeriksaan fisik
◦ Keadaan umum
◦ Pemeriksaan fisik fokus terdiri dari inspeksi, palpasi,
perkusi, dan auskultasi
1. Inspeksi
Pada klien dengan PPOK, terlihat adanya peningkatan usaha dan frekuensi
pernapasan, serta penggunaan otot bantu napas
2)Palpasi
ekspansi meningkat dan taktil fremitus biasanya menurun untuk mengkaji
temperatur kulit, pengembangan dada, adanya nyeri tekan, abnormalitas massa dan
kelenjar, denyut nadi, sirkulasi perifer, dll
3).Perkusi
Pada perkusi didapatkan suara normal sampai hipersonor. Normalnya, dada
menghasilkan bunyi resonan.
4) Auskultasi :
Sering didapatkan adanya bunyi napas ronkhi dan whezzing sesuai tingkat
keparahan obtruktif pada bronkhiolus
Pemeriksaan Diagnostik
Diagnosis keperawatan
Pemeriksaan gas darah
(AGD) Diagnosa keperawatan pada masalah kebutuhan
respiratory, Standar Diagnosis Keperawatan
Pemeriksaan
Indonesia (2017) yaitu :
Laboratorium
1. Bersihan jalan napas tidak efektif yang
berhubungan dengan sekresi yang tertahan
EKG
•Rencana keperawatan
Intervensi pada pasien PPOK
•Bersihan jalan napas tidak efektif berhubungan dengan sekresi yang tertahan
Definisi :Ketidakmampuan untuk membersihkan sekresi atau obstruksi jalan napas
untuk memertahankan jalan napas tetap paten
Lanjutan............
Lanjutan......
Implementasi
Implementasi merupakan tindakan yang sudah
direncanakan dalam merencanakan
keperawatan.Tindakan keperawatan mencakup tindakan
mandiri dan tindakan kolaborasi (Tarwoto, 2011).
Evaluasi
Evaluasi perkembangan kesehatan pasien dapat dilihat
dari hasilnya. Tujuannya adalah untuk mengetahui sejauh
mana tujuan perawatan dapat dicapai dan memberikan
umpan balik terhadap asuhan keperawatan yang
diberikan :
B. Hasil Asuhan
KASUS
Pada tgl 08 april 2018 terdapat pasien dengan keluhan sesak
napas dan batuk berdahak berwarna putih sudah 1 tahun.
Sesak yang dialami klien diraskan sangat mengganggu saat
beraktivitas, nafsu makan menurun . saat ini klien dating
kerumah sakit untuk memeriksakan keadaanya yang
semakinbertambah buruk.klien di duga mengalami gangguan
pada paru-parunya. Dengan data yang di dapat saat ini napas
dengan cuping hidung, ekspirasi lebih panjang daripada
inspirasi, RR 28x/menit, pola napas takipnea cepat dan dangkal,
pasien lebih nyaman dengan posisi duduk, tidak ada sianosis
maupun clubbing fingers pada klien, tampak batuk berdahak
secara terus menerus namun sulit untuk mengeluarkan dahak,
dahak hanya keluar sedikit berwarna putih kental sebanyak
5cc
Data
Masalah Etiologi
Tn. S
Data Subjektif : Bersihan jalan napas Sekresi yang
- Klien mengatakan batuk berdahak sudah 1 tahun dan dahak sulit keluar tidak efektif tertahan
- Klien mengatakan tenggorokannya terasa gatal
- Klien mengatakan dahak keluar berwarna putih kental
Data Objektif :
- Klien tampak batuk secara terus menerus
- Sputum yang keluar berwarna putih kental sebanyak 5cc
- Terdengar suara napas tambahan wheezing dan ronkhi basah diseluruh
lapang paru
Data Subjektif : Pola napas tidak Penurunan energy
- Klien mengeluh sesak napas efektif
- Klien mengatakan lemas dan tidak mampu pergi kekamar mandi secara
mandiri
- Klien mengatakan sesak yang dirasakan membatasi klien untuk beraktivitas
Data Objektif :
- Klien tampak sesak
- Adanya penggunaan otot bantu pernapasan
- Napas menggunakan cuping hidung
- Fase ekspirasi lebih panjang daripada inspirasi
- Pola napas takipnea
- RR : 28x/menit
- Nadi 102x/menit
Lanjutan..............
Kata Kunci
PPOK,saturasi oksigen, deep breathing exercise
Penulis
IMadeMertha, PutuJanaYanti Putri, IKetutSuardana
Hasil Analisis
Dari penelitian diatas dapat ditarik simpulan bahwa nilai pre test saturasi oksigen
pada pasien PPOK kelompok perlakuan memiliki rata-rata sebesar 89,80% dan
nilai post test rata-rata sebesar 94,90% dengan selisih rata-rata sebesar 5,1%. Nilai
pre test saturasi oksigen pada pasien PPOK kelompok kontrol memiliki rata-rata sebesar
91,70% dan nilai post test rata-rata sebesar 92,20% dengan selisish rata-rata sebesar
0,5%. Uji statistik didapatkan p value sebesar 0,001 (p value <0,05). Hasil tersebut
menunjukkan terdapat perbedaan yang signifikan antara sebelum dan sesudah pemberian
deep breathing exercise pada kelompok perlakuan. Uji statistik didapatkan p value
sebesar 0,052 (p value >0,05). Hasil tersebut menunjukkan bahwa pada
kelompok kontrol yang tidak diberikan deep breathing exercise mengalami peningkatan
saturasi oksigen namun tidak signifikan