Anda di halaman 1dari 13

KATA PENGANTAR

Puji syukur saya panjatkan ke hadirat Allah SWT, berkat rahmat dan karunia-Nya saya telah
dapat menyelesaikan makalah ini dalam rangka melengkapi tugas mata kuliah FISIKA
KESEHATAN.

Pada makalah ini saya akan membahas mengenai listrik di dalam tubuh, yang saya susun
dari berbagai sumber dan saya rangkum dalam makalah ini.

Tidak lupa saya ucapkan terima kasih kepada pihak-pihak yang telah membantu baik berupa
ide-ide maupun yang terlibat langsung dalam pembuatan makalah ini. Saya juga berharap agar
makalah ini bisa bermanfaat bagi semua untuk dijadikan penunjang dalam mata kuliah Fisika
Kesehatan.

Demikianlah yang dapat saya sampaikan, apabila ada kesalahan atau kekurangan saya
mohon maaf. Kritik dan saran masih sangat terbuka supaya makalah ini dapat diperbaiki dan
menjadi lebih baik lagi untuk berikutnya.

Atas perhatiannya saya ucapkan terima kasih.

                                                                                                                       Medan 12 desember 2017

                                                                                                                                     
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR................................................................................................................. i
BAB I PENDAHULUAN............................................................................................................ 1
1.1  Latar Belakang................................................................................................................. 1
1.2  Rumusan Masalah........................................................................................................... 1
1.3  Tujuan Penulisan.............................................................................................................. 2
1.4  Manfaat Penulisan........................................................................................................... 2
1.5  Tinjauan Pustaka.............................................................................................................. 2
BAB II PEMBAHASAN............................................................................................................. 3

2.1    Kelistrikan di dalam tubuh (Biolistrik)........................................................................... 3

2.2    Sistem saraf dan Neuron................................................................................................. 4

2.3    Potensial listrik saraf...................................................................................................... 6

2.4    Sinyal listrik dari otot (elektromiogram)......................................................................... 8

2.5    Sinyal listrik dari jantung (elektrokardiogram).............................................................. 9


BAB III PENUTUP

3.1  Kesimpulan..................................................................................................................... 12

3.2  Saran............................................................................................................................... 12

DAFTAR PUSTAKA.......................................................................................................... 13
BAB I
PENDAHULUAN

1.1    Latar Belakang

Kelistrikan merupakan sesuatu yang biasa digunakan dalam kehidupan sehari-hari dan biasanya kita
tidak terlalu banyak memikirkan hal tersebut. Pengamatan terhadap gaya tarik listrik dapat ditelusuri sampai
pada zaman Yunani kuno. Orang-orang yunani kuno telah mengamati bahwa setelah batu amber digosok,
batu tersebut akan menarik benda kecil seperti jerami atau bulu. Sedangkan kata Listrik itu sendiri berasal
dari
Read More bahasa yunani yaitu electron.

Kelistrikan memegang peranan penting dalam bidang kedokteran. Ada dua aspek dalam bidang
kedokteran yaitu listrik dan magnet yang timbul dalam tubuh manusia, serta penggunaan listrik dan magnet
pada permukaan tubuh manusia. Nah, listrik yang ada pada tubuh kita disebut dengan Biolistrik atau sering
diartikan sebagai listrik yang terdapat pada makhluk hidup, yang mana berasal dari kata bio berarti makhluk
hidup dan kata listrik.

Makalah ini membahas tentang sinyal listrik yang dihasilkan oleh tubuh. Listrik yang dihasilkan di dalam
tubuh berfungsi mengendalikan dan mengoperasikan saraf, otot, dan berbagai organ. Pada dasarnya, semua
fungsi dan aktivitas tubuh sedikit banyak melibatkan listrik. Gaya-gaya yang ditimbulkan oleh otot disebabkan
tarik-menarik antara muatan listrik yang berbeda. Kerja Otot, otak dan jantung pada dasarnya bersifat
elektrik (listrik). Sistem saraf berperan penting pada hampir semua fungsi tubuh. Otak, yang pada dasarnya
adalah suatu komputer sentral, menerima sinyal eksternal dan internal dan (biasanya) menghasilkan respons
yang sesuai. Informasi disalurkan sebagai sinyal listrik di sepanjang saraf-saraf. Saat kita menjalankan fungsi-
fungsi khusus tubuh, banyak sinyal listrik yang dihasilkan. Sinyal-sinyal ini dihasilkan dari proses
elektrokimiawi tertentu.

Oleh karena itu maka makalah ini akan membahas sebagian dari sinyal-sinyal listrik dalam tubuh yaitu
mengenai sistem saraf dan neuron, sinyal listrik dari otot dan jantung serta potensial listrik saraf.
1.2    Rumusan Masalah

                  Adapun rumusan  masalah dalam  makalah ini diantaranya adalah sebagai berikut :

1.         Bagaimana awal mula ditemukan biolistrik serta pengertian biolistrik?

2.         Apa saja bagian-bagian dari sistem saraf beserta dengan fungsinya ?

3.         Sebutkan bagian-bagian dari neuron serta fungsinya ?

4.         Sebutkan macam-macam neuron ?

5.        Jelaskan mengenai sistem kerja potensial aksi saraf ?

6.        Jelaskan mengenai sistem kerja potensial istirahat saraf ?

7.        Bagaimana sinyal listrik dari otot (Elektromiogram)?

8.         Bagaimana sinyal  listrik dari jantung (Elektrokardiogram) ?

1.3   Tujuan Penulisan

Tujuan dari penulisan makalah ini antara lain sebagai berikut:

1.      Dapat mengetahui asal mula dan pengertian dari biolistrik.

2.      Mengetahui apa saja bagian-bagian dari sistem saraf serta fungsinya.

3.      Dapat menyebutkan bagian-bagian neuron dan fungsinya

4.      Dapat menyebutkan macam-macam neuron

5.      Menjelaskan kerja potensial aksi saraf

6.      Dapat menjelaskan kerja potensial istirahat saraf

7.      Mengetahui bagaimana sinyal listrik dari otot dan sinyal listrik dari jantung.

1.4    Tinjauan Pustaka

Dalam penyusunan makalah ini, penulis mendapatkan materi pembahasan dengan mencari ke media internet
dan sumber dari buku. Kemudian dari berbagai sumber tersebut dirangkum dengan memperhat ikan materi
yang dibahas dalam makalah ini.
BAB II
PEMBAHASAN

2.1    Kelistrikan di dalam tubuh (Biolistrik)

                Pengertian Biolistrik

Biolistrik adalah daya listrik hidup yang terdiri dari pancaran elektron-elektron yang
keluar dari setiap titik tubuh (titik energi) dan muncul akibat adanya rangsangan
penginderaan. Pikiran kita terdiri dari daya listrik hidup, semua daya ini berkumpul didalam
pusat akal didalam otak dalam bentuk potensi daya listrik. Dari pusat akal, daya ini
kemudian diarahkan ke seluruh anggota tubuh kita, yang kemudian bergerak oleh
perangsangnya. Potensi daya listrik hidup ini, yang tertimbun didalam pusat akal harus di
tuntut oleh sesuatu supaya mengalir untuk mengadakan gerakan tubuh kita atau bagian-
bagian tubuh lainnya.
Biolistrik merupakan energi yang dimiliki setiap manusia yang bersumber dari ATP
(Adenosine Tri Posphate),  dimana ATP ini di hasilkan oleh salah satu energi yang bernama
mitchondria melalui proses respirasi sel. Biolistrik juga merupakan fenomena sel. Sel-sel
mampu menghasilkan potensial listrik yang merupakan lapisan tipis muatan positif pada
permukaan luar dan lapisan tipis muatan negative pada permukaan dalam bidang
batas/membran. Kemampuan sel syaraf (neurons) menghantarkan isyarat biolistrik sangat
penting.
Transmisi sinyal biolistrik (TSB) mempunyai sebuah alat yang dinamakan Dendries
yang berfungsi mentransmsikan isyarat dari sensor ke neuron. Aktifitasi bolistrik pada suatu
otot dapat menyebar ke seluruh tubuh seperti gelombang pada permukaan air.
                Hukum dalam Biolistrik

Ada dua hukum dalam biolistrik, yaitu : Hukum Ohm dan Hukum Joule.
Hukum Ohm menyatakan bahwa :
“Perbedaan potensial antara ujung konduktor berbanding langsung dengan arus yang
melewati, dan berbanding terbalik dengan tahanan dari konduktor”.

Rumusnya yaitu : R ꞊ V/I

Dimana, R : hambatan (Ω), I : kuat arus (ampere), V : tegangan (Volt).

Hukum joule menyatakan bahwa :


“Arus listrik yang melewati konduktor dengan beda potensial (V), dalam waktu tertentu akan
menimbulkan panas”.

Rumusnya yaitu : Q =V I t

Dimana, Q : energi panas yang ditimbulkan (joule), V : tegangan (Volt), I : arus (A), t : waktu
lamanya arus mengalir (second).

2.2   Sistem saraf dan Neuron

           SISTEM SARAF

Adapun bagian-bagian dari sistem saraf di bagi menjadi dua bagian, yaitu sistem saraf pusat dan
sistem saraf otonom. Berikut penjelasannya:

1. Sistem saraf pusat

Sistem saraf pusat ini terdiri dari otak, medulla spinalis dan saraf perifer. Saraf ferifer ini adalah Serat
saraf (neuron) yang menyalurkan informasi sensorik ke otak atau ke medulla spinalis di sebut saraf afferent.
Serat saraf yang menyalurkan atau menghantarkan informasi dari otak atau medulla spinalis ke otot dan
kelenjar yang di sebut saraf efferent. Beberapa yang ada di saraf pusat :

 Otak

Merupakan alat tubuh yang sangat penting dan sebagai pusat pengatur dari segala kegiatan manusia. Otak
terletak di dalam rongga tengkorak, beratnya lebih kurang 1/50 dari berat badan. Bagian utama otak adalah
otak besar (Cerebrum), otak kecil (Cerebellum), dan batang otak. Otak besar merupakan pusat pengendali
kegiatan tubuh yang disadari. Otak kecil terletak di bagian belakang otak besar, tepatnya di bawah otak
besar. Otak kecil berfungsi sebagai pengatur keseimbangan tubuh dan mengkoordinasikan kerja otot ketika
seseorang akan melakukan kegiatan.

Batang otak terletak di depan otak kecil, di bawah otak besar, dan menjadi penghubung antara otak
besar dan otak kecil, disebut dengan sumsum lanjutan atau sumsum penghubung. Fungsi dari batang otak
adalah mengatur refleks fisiologis, seperti kecepatan napas, denyut jantung, suhu tubuh, tekanan, darah, dan
kegiatan lain yang tidak disadari.

  Sumsum tulang belakang

Sumsum tulang belakang terletak memanjang di dalam rongga tulang belakang, mulai dari ruas-ruas tulang
leher sampai ruas-ruas tulang pinggang yang kedua. Di dalam sumsum tulang belakang terdapat saraf
sensorik, saraf motorik, dan saraf penghubung. Fungsinya adalah sebagai penghantar impuls dari otak dan ke
otak serta sebagai pusat pengatur gerak refleks.
2.      Sistem saraf Otonom

Sistem saraf Otonom mengendalikan ataupun mengatur berbagai organ internal, misalnya jantung,
usus dan kelenjar. Namun, pengontrolan ini dilakukan secara tidak sadar.

Untuk menanggapi rangsangan, tiga komponen yang harus dimiliki oleh sistem saraf, yaitu:

a)    Reseptor, adalah alat penerima rangsangan atau impuls. Pada tubuh kita yang bertindak sebagai reseptor
adalah organ indera.

b)   Penghantar impuls, dilakukan oleh saraf itu sendiri. Saraf tersusun dari berkas serabut penghubung (akson).
Pada serabut penghubung terdapat sel-sel khusus yang memanjang dan meluas. Sel saraf disebut neuron.

c)    Efektor, adalah bagian yang menanggapi rangsangan yang telah diantarkan oleh penghantar impuls. Efektor
yang paling penting pada manusia adalah otot dan kelenjar.

      NEURON

Struktur dasar dari sistem saraf disebut dengan Neuron atau sel saraf. Suatu sel saraf (neuron)
merupakan bagian terkecil dalam suatu skema saraf dan berfungsi untuk menerima, menginterpretasi, dan
menghantarkan pesan listrik atau aliran listrik. Sel saraf terdiri dari tubuh serta serabut yang menyerupai
ranting. Serabutnya juga terdiri dari 2 macam, yaitu dendrit dan akson. Ada banyak jenis neuron, pada
dasarnya neuron terdiri dari sel-sel tubuh yang menerima aliran listrik dari neuron lain melalui kontak yang
disebut sinapsis yang terletak di dendrit atau pada tubuh sel.

Neuron bergabung membentuk suatu jaringan untuk mengantarkan impuls (rangsangan). Satu sel
saraf tersusun dari badan sel, dendrit, dan akson.

a.    Badan sel

Badan sel saraf merupakan bagian yang paling besar dari sel saraf yang berfungsi untuk menerima
rangsangan dari dendrit dan meneruskannya ke akson.

b.    Dendrit

Dendrit adalah serabut sel saraf pendek dan bercabang- cabang. Dendrit berfungsi untuk menerima dan
mengantarkan rangsangan ke badan sel.

c.    Akson (Neurit)

Neurit adalah serabut sel saraf panjang yang merupakan perjuluran sitoplasma badan sel. Di dalam neurit
terdapat benang-benang halus yang disebut neurofibril.
Ada tiga macam sel saraf yang dikelompokkan berdasarkan struktur dan fungsinya, yaitu:

a)    Sel saraf sensorik, adalah sel saraf yang berfungsi menerima rangsangan dari reseptor yaitu alat indera.

b)   Sel saraf motorik, adalah sel saraf yang berfungsi mengantarkan rangsangan ke efektor yaitu otot dan
kelenjar. Rangsangan yang diantarkan berasal atau diterima dari otak dan sumsum tulang belakang.

c)    Sel saraf penghubung, adalah sel saraf yang berfungsi menghubungkan sel saraf satu dengan sel saraf lainnya.
Sel saraf ini banyak ditemukan di otak dan sumsum tulanbelakang.

2.3      Potensial listrik saraf

1.    Potensial aksi sel

Urutan tahap potensial aksi adalah sebagai berikut:

a.   Tahap Istirahat (Resting Membrane Potential)

Tahap ini adalah tahap potensial membran istirahat, sebelum terjadinya potensial aksi.

b.   Tahap Depolarisasi

Membran tiba-tiba menjadi permeable terhadap ion NA sehingga banyak sekali ion NA mengalir ke dalam
akson.Keadaan polarisasi normal sebesar -90mV akan hilang dan potensial meningkat dengan arah positif.
Keadaan ini disebut depolarisasi.

c.   Tahap Repolarisasi

Tahap ini, dalam waktu yang sangat singkat sekali sesudah membran menjadi permeable terhadap ion NA,
saluran NA mulai tertutup dan saluran K terbuka lebih daripada normal. Kemudian difusi ion K yang
berlangsung cepat ke bagian luar akan membentuk kembali potensial membran istirahat negatif yang normal.
Peristiwa ini disebut repolarisasi membran.

Aktivitas sel dari keadaan polarisasi menjadi depolarisasi dan kemudian kembali ke
polarisasi lagi disertai dengan terjadinya perubahan-perubahan pada potensial membran
sel. Perubahan tersebut adalah dari negatif di sisi dalam berubah menjadi positif dan
kemudian kembali lagi menjadi negatif. Perubahan ini menghasilkan suatu impuls tegangan
yang disebut potensial aksi (action potential). Potensial aksi dari suatu sel akan dapat
memicu aktivitas sel-sel lain yang ada di sekitarnya.
Perubahan-perubahan potensial membran mulai keadaan istirahat, depolarisasi,
repolarisasi, dan kembali istrahat diperlihatkan dalam Gambar 5. Perubahan potensial
tersebut berupa impuls yang disebut potensial aksi sel. Ada lima fase dalam potensial aksi
tersebut yaitu fase 4, 0, 1, 2, dan 3. Fase 4 adalah fase istirahat sel.
Gambar 5. Potensial aksi sel
Fase 0 adalah fase pada saat kanal sodium terpicu-tegangan (kanal cepat) terbuka
sehingga ion-ion sodium dengan cepat masuk ke dalam sel. Fase 1 adalah fase pada saat
kanal potasium mulai membuka (dengan lambat). Fase 2 adalah kombinasi fase
menutupnya kanal sodium terpicu-tegangan, membukanya kanal kalsium-sodium terpicu-
tegangan (kanal lambat), dan membukanya kanal potasium terpicu-tegangan. Fase ini
disebut plateau. Fase 3 adalah fase kombinasi menutupnya kanal-kanal sodium dan
kalsium-sodium terpicu-tegangan serta membukanya kanal potasium terpicu-tegangan.
Selanjutnya sel kembali ke fase 4.
2. Potensial istirahat sel
Dalam keadaan istirahat, antara sisi dalam dan luar membran sel terdapat suatu
beda potensial yang disebut dengan potensial istirahat sel (cell resting potential). Potensial
ini berpolaritas negatif di sisi dalam dan positif di sisi luar membran sel. Dalam keadaan
istirahat, di sisi dalam dan luar membran sel sama-sama terdapat ion-ion potasium dan
sodium, tetapi dengan konsentrasi yang berbeda.
Difusi ion-ion potasium dan sodium menembus membran sel akan mempengaruhi
potensial di sisi dalam dan luar membran sel. Untuk melihat pengaruh kedua jenis ion
tersebut pada potensial membran sel, akan dilihat pengaruh masing-masing jenis ion
tersebut secara sendiri-sendiri terlebih dahulu, setelah itu baru diperhitungkan interaksi
keduanya secara bersamaan.  Untuk itu akan dilihat terlebih dahulu pengaruh difusi ion
potasium.
2.4    Sinyal listrik dari otot (Elektromiogram)

Informasi diagnostik tentang otot dapat di peroleh dari aktivitas listriknya. Di bagian ini, kita menelusuri
transmisi potensial aksi dari akson ke otot, tempat potensial aksi tersebut menimbulkan kontraksi otot. EMG
dapat diperoleh dari otot atau unit motorik yang dirangsang secara elektris.

Otot dimisalkan terdiri dari banyak unit motor. Sebuah unit motor terdiri dari sebuah neuron bercabang
tunggal dari batang otak atau kabel spinal dan 25-2000 serat otot (sel) yang terhubung ke ujung pelat
motor (Gambar 2.7). Potensial istirahat pada membran serat otot mirip dengan potensial istirahat di serat
saraf. Tindakan Otot dimulai oleh potensial aksi yang bergerak sepanjang akson dan ditransmisikan melalui
ujung pelat motorik ke serat otot, menyebabkan serat otot saling kontraksi.

Gambar 2.7 Skema neuron dimulai dari spinal cord dan diakhiri beberapa sel Neuron dan sel otot
penghubung membuat sebuah unit motorik. (John R. Cameron, 1978: 190).
Hubungan antara dua buah saraf disebut sinapsis, berakhirnya saraf pada sel otot atau hubungan
saraf otot disebutNeuromyal Juction. Baik sinapsis maupun Neuromial Junction mempunyai kemampuan
meneruskan gelombang depolarisasi dengan cara lompat dari satu sel ke sel yang berikutnya. Gelombang
depolarisasi ini penting pada sel membran otot, karena pada waktu terjadi depolarisasi, zat kimia yang
terdapat pada otot akan trigger/ bergetar/ berdenyut menyebabkan kontraksi otot dan setelah itu akan
terjadi repolarisasi sel otot hal mana otot akan mengalami relaksasi.

2.5  Sinyal listrik dari Jantung (Elektrokardiogram)


Jantung mempunyai aktifitas listrik meliputi: Sino Atrio Nodus, Atrio Ventrikuler
Nodus, Berkas His dan Serabut Purkinje, inilah point penting dalam pembacaan EKG.
Listrik jantung dihasilkan oleh adanya reaksi sel jantung dengan ion Na +. Sel membran otot
jantung (miokardium) berbeda dengan saraf dan otot bergaris. Saraf dan otot bergaris
memerlukan rangsangan supaya ion Na + masuk ke dalam sel, proses masuknya ion Na + ke
dalam sel disebut proses depolarisasi. Sedangkan depolarisasi pada sel otot jantung, ion
Na+ mudah bocor (tidak memerlukan rangsangan dari luar), setelah repolarisasi komplit, ion
Na+ akan masuk lagi ke dalam sel yang disebut depolarisasi spontan. Depolarisasi spontan
ini menghasilkan gelombang depolarisasi untuk seluruh otot miokardium. Depolarisasi sel
membran otot jantung oleh perambatan potensial aksi menghasilkan kontraksi otot
sehingga terjadi denyut jantung.
Gerakan ritmis jantung dikendalikan oleh sebuah sinyal listrik yang diprakarsai oleh
rangsangan spontan dari sel-sel otot khusus yang terletak di atrium kanan. Sel-sel ini
membentuk sinoatrial (SA) node, atau alat pacu jantung alami (Gambar. 2.9). SA node
berdetak secara berkala sekitar 72 kali per menit. Namun, laju detak dapat ditingkatkan
atau dikurangi dengan saraf eksternal untuk mengetahui respon jantung terhadap
kebutuhan darah tubuh serta rangsangan lainnya. Sinyal listrik dari SA node memulai
depolarisasi saraf dan otot dari kedua atrium, menyebabkan atrium berkontraksi dan
memompa darah ke dalam ventrikel. Sehingga terjadilah repolarisasi dari atrium
tersebut. Sinyal listrik kemudian lolos ke atrioventrikular (AV) node, yang mengawali
depolarisasi ventrikel kanan dan kiri, menyebabkan mereka kontrak dan memaksa darah
masuk ke dalam paru dan sirkulasi umum. Saraf dan otot ventrikel kemudian mengalami
repolarisasi dan siklus dimulai lagi.
Secara skema dapat dijelaskan sebagai berikut:
Gambar 2.9 Penjalaran Depolarisasi (John R. Cameron, 1978: 190).

Keterangan:
  SA node memulai gelombang depolarisasi dari atrium kanan ke atrium kiri dalam 70
sekon sehingga terjadi kontraksi atrium.
  Gelombang depolarisasi berlanjut ke AV node hingga AV node mengalami depolarisasi.
  Gelombang dari AV node melalui bundle of his (BH) dan diteruskan ke bundle branch (BB) –
> BB mengalami depolarisasi.
  Diteruskan ke jaringan purkinye –> endokardium –> berakhir di epikardium –> terjadi
kontraksi otot jantung.
  Setelah repolarisasi, miokardium mengalami relaksasi.
Hubungan antara pemompaan jantung dengan potensi listrik pada kulit dapat dipahami dengan
mempertimbangkan perambatan potensial aksi di dalam jantung.

Gambar 2.10. Skema potensial aksi turun pada dinding jantung. Beberapa arus ion, diindikasikan oleh
lingkaran, yang melalui torso diindikasikan sebagai resistor. Potensial aktif. (John R. Cameron, 1978: 198).

Aliran arus yang dihasilkan tubuh memulai terjadinya penurunan potensi seperti yang ditunjukkan
skema pada resistor. Distribusi potensial untuk seluruh jantung ketika ventrikel adalah satu-setengah kali
depolarisasi yang ditunjukkan oleh garis ekuipotensial pada Gambar 2.11. Perhatikan bahwa potensi diukur
pada permukaan tubuh bergantung pada lokasi elektroda. Bentuk garis potensial ditunjukkan pada Gambar
2.11 hampir sama dengan yang diperoleh dari sebuah dipol listrik.

Gambar 2.11. Distribusi potensial bagian dada pada saat ventrikel depolarisasi separuh. Electrode yang
diletakkan di titik A, B, dan C mengindikasikan potensial pada saat itu. (John R. Cameron, 1978: 199).

Garis ekuipotensial pada waktu lain dalam siklus jantung juga bisa direpresentasikan oleh dipol
listrik, namun dipol untuk momentum yang berbeda dalam siklus akan berbeda ukuran dan orientasi.

Pengukuran isyarat listrik tubuh secara selektif sangat berguna untuk memperoleh informasi klinik
tentang fungsi tubuh dan gangguan pada organ-organ tertentu. Alat yang digunakan untuk mengukur isyarat
listrik tubuh adalah:

1.      Electromiograf (EMG)

2.      Electroneurograf (ENG)

3.      Electroretionograf (ERG)

4.      Electrogastrograf (EGG)

5.      Electroensefalograf (EEG)

6.      Electrokardiograf (EKG)
BAB III
PENUTUP

3.1    Kesimpulan

Dari uraian makalah di atas dapat disimpulkan beberapa hal sebagai berikut :

1.             Biolistrik adalah daya listrik hidup yang terdiri dari pancaran elektron-elektron yang keluar dari setiap titik
tubuh (titik energi) dan muncul akibat adanya rangsangan penginderaan.

2.             Adapun hukum yang terdapat dari biolistrik adalah Hukum Ohm, rumusnya : R = V/I. Sedangkan, Hukum
Joule yaitu Q = V I t.

3.             Bagian-bagian dari sistem saraf di bagi menjadi dua bagian, yaitu sistem saraf pusat yang berfungsi sangat
penting dan sebagai pusat pengatur dari segala kegiatan manusia dan sistem saraf otonom yang berfungsi
mengendalikan ataupun mengatur berbagai organ internal, misalnya jantung, usus dan kelenjar.

4.             Sistem saraf terdiri atas sel-sel saraf yang disebut neuron. Neuron bergabung membentuk suatu jaringan
untuk mengantarkan impuls (rangsangan).

5.             Potensial listrik saraf ada 2, yaitu potensial aksi saraf yaitu Perubahan yang menghasilkan suatu impuls
tegangan yang disebut potensial aksi (action potential). dan potensial istirahat saraf.  Dalam keadaan
istirahat, antara sisi dalam dan luar membran sel terdapat suatu beda potensial yang disebut
dengan potensial istirahat sel (cell resting potential).

6.             Transmisi potensial aksi dari akson ke otot, tempat potensial aksi tersebut menimbulkan kontraksi otot.
Elektromiogram (EMG) dapat diperoleh dari otot atau unit motorik yang dirangsang secara elektris (listrik).

7.             Listrik jantung dihasilkan oleh adanya reaksi sel jantung dengan ion Na + yang ada di dalam tubuh. Alat yang
digunakan untuk mengukur isyarat listrik tubuh adalah Electrokardiograf (EKG).

3.2    Saran

Dengan mengucap syukur Alhamdulillah pada Allah SWT,


penulis dapat menyelesaikan makalah ini dengan baik, dantentunya masih jauh dari harapan. Oleh karena itu,
masih perlu kritik dan saran yang
membangun serta bimbingan. Semogamakalah ini dapat bermanfaat bagi pembaca dan penulis.
DAFTAR PUSTAKA

Cameron, John R, dkk. 1978. MEDICAL PHYSICS. Florida : Wisconsin Tallahasee

Ruslan, Ahmadi. 2010. TEORI DAN APLIKASI FISIKA KESEHATAN. Yogyakarta : Nuha Medika

Purwanto. 2007. Ensiklopedi fisika. Bandung : PT Kiblat Buku Utama.

http://reikinaqs.wapsite.me/Biolistrik

http://www.news-medical.net/health/What-is-the-Nervous-System-%28Indonesian%29.asp
http://id.wikipedia.org/wiki/Elektrokardiogram

Anda mungkin juga menyukai