Anda di halaman 1dari 24

MAKALAH BIOLISTRIK

Dosen Pembina
Annisa Agata,S.Si.,M.Si

Disusun Oleh
Kelompok 3

Amos Armado Marbun Lumban Gaol (215140145)


Bella Dwi Meiranda (215140114)
Betty Yuliana Panjaitan (215140110)
Dini Mayristha (215140129)
Ferry Fernando (215140136)
Jendri Saputri (215140109)
Oltika Ipandar (215140120)
Putrya Jini Kelvina (215140128)
Reza Pratiwi (215140134)
Tri Yayan Anugrah (215140127)

PROGRAM STUDI KEPERAWATAN


UNIVERSITAS MITRA INDONESIA
LAMPUNG
2021/2022

1
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang


Kelistrikan merupakan sesuatu yang biasa digunakan dalam kehidupan sehari-hari
dan biasanya kita tidak terlalu banyak memikirkan hal tersebut. Pengamatan terhadap
gaya tarik listrik dapat ditelusuri sampai pada zaman Yunani kuno. Orang-orang
yunani kuno telah mengamati bahwa setelah batu amber digosok, batu tersebut akan
menarik benda kecil seperti jerami atau bulu. Sedangkan kata Listrik itu sendiri
berasal dari bahasa Yunani yaitu electron. 

Kelistrikan memegang peranan penting dalam bidang kedokteran. Ada dua aspek
dalam bidang kedokteran yaitu listrik dan magnet yang timbul dalam tubuh manusia,
serta penggunaan listrik dan magnet pada permukaan tubuh manusia. Nah, listrik yang
ada pada tubuh kita disebut dengan Biolistrik atau sering diartikan sebagai listrik yang
terdapat pada makhluk hidup, yang mana berasal dari kata bio berarti makhluk hidup
dan kata listrik.

Beberapa penyelidikan yang telah dilakukan berhubungan dengan biolistrik antara


lain:

a) Pada tahun 1856, Caldani meneliti kelistrikan pada otot katak mati.

b) Pada tahun 1780, Luigi galvanic meneliti kelistrikan pada tubuh hewan.

c) Pada tahun 1786, Luigi Galvani meneliti tentang terangkatnya kedua kaki
katak setelah diberi aliran listrik melalui konduktor

d) Pada tahun 1892, Arons merasakan aliran frekuensi tinggi melalui dirinya
dan asistennya.

e) Pada tahun 1899, Van Seynek meneliti tentang terjadinya panas pada
jaringan akibat aliran frekuensi tinggi

f) Pada tahun 1928, Schliephake meneliti tentang pengobatan dengan


gelombang pendek (short wave).

2
Makalah ini akan membahas bagaimana cara kerja biolistrik di dalam ilmu
kesehatan pada makalah ini. Pada dasarnya, semua fungsi dan aktivitas tubuh sedikit
banyak melibatkan listrik. Gaya-gaya yang ditimbulkan oleh otot disebabkan tarik-
menarik antara muatan listrik yang berbeda. Kerja Otot, otak dan jantung pada
dasarnya bersifat elektrik (listrik). Sistem saraf berperan penting pada hampir semua
fungsi tubuh. Otak, yang pada dasarnya adalah suatu komputer sentral, menerima
sinyal eksternal dan internal dan (biasanya) menghasilkan respons yang sesuai.
Informasi disalurkan sebagai sinyal listrik di sepanjang saraf-saraf. Saat kita
menjalankan fungsi-fungsi khusus tubuh, banyak sinyal listrik yang dihasilkan.
Sinyal-sinyal ini dihasilkan dari proses elektrokimiawi tertentu.
Oleh karena itu maka makalah ini akan membahas sebagian dari sinyal-sinyal
listrik dalam tubuh yaitu mengenai sistem saraf dan neuron, sinyal listrik dari otot
dan jantung serta potensial listrik saraf.

1.2 Rumusan Masalah


Adapun rumusan masalah dalam makalah ini diantaranya adalah sebagai
berikut :
1. pengertian biolistrik?
2. Hukum biolistrik?
3. Macam macam gelombang arus listrik ?
4. Kelistrikan dan Kemagnetan dalam tubuh ?
5. Isyarat Magnet dan Jantung otak ?
6. Penggunaan listrik dan magnet pada tubuh?
7. Bagaimana Magnetik Blood Flow Water ?
8. Shock Listrik ?
9. Bagaimana sinyal listrik dari jantung (Elektrokardiogram) ?

1.3   Tujuan Penulisan


Tujuan dari penulisan makalah ini antara lain sebagai berikut :
1. Dapat mengetahui asal mula dan pengertian dari biolistrik.
2. Dapat mengetahui macam – macam gelombang arus listrik.
3. Dapat mengatahui tentang kelistrikan dan kemagnetan yang timbul dalam tubuh.
4. Dapat mengetahui tentang isyarat magnet jantung dan otak.

3
5. Dapat mengetahui Penggunaan listrik dan magnet pada tubuh.
6. Dapat mengetahui apa saja bagian-bagian dari sistem saraf serta fungsinya.
7. Dapat mengetahui Magnetik Blood Flow Water
8. Dapat mengetahui tentang Shock Listrik
9. Mengetahui manfaat bioelektrik dalam kesehatan dan atau keperawatan

1.4 Manfaat Penulisan


Dalam penulisan makalah, Dengan selesainya penulisan makalah ini serta
pembahasan makalah ini diharapkan mempunyai manfaat bagi pribadi maupun rekan-
rekan mahasiswa agar dapat menambah ilmu dan wawasan penulis khususnya,
pembaca pada umumnya mengenai kelistrikan dalam tubuh serta dapat dimanfaatkan
dalam profesi keperawatan.

1.5 Tinjauan Pustaka


Dalam penyusunan makalah ini, penulis mendapatkan materi pembahasan
dengan mencari ke media internet dan sumber dari buku. Kemudian dari berbagai
sumber tersebut dirangkum dengan memperhatikan materi yang dibahas dalam
makalah ini.

4
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Biolistrik


Biolistrik adalah energi yang dimiliki setiap manusia yang bersumber dari
ATP (Adenosine Tri Posphate) dimana ATP ini di hasilkan oleh salah satu energi
yang bernama mitchondria melalui proses respirasi sel. Biolistrik juga merupakan
fenomena sel. Sel-sel mampu menghasilkan potensial listrik yang merupakan lapisan
tipis muatan positif pada permukaan luar dan lapisan tipis muatan negative pada
permukaan dalam bidang batas/membran. Kemampuan sel syaraf (neurons)
menghantarkan isyarat biolistrik sangat penting.
Transmisi sinyal biolistrik (TSB) mempunyai sebuah alat yang dinamakan
Dendries yang berfungsi mentransmsikan isyarat dari sensor ke neuron. Stimulus
untuk mentringer neuron dapat berupa tekanan, perubahaan temperature, dan isyarat
listrik dari neuron lain. Aktifitasi bolistrik pada suatu otot dapat menyebar ke seluruh
tubuh seperti gelombang pada permukaan air.
Pengamatan pulsa listrik tersebut dapat dilakukan dengan memasang
beberapa elektroda pada permukaan kulit. Hasil rekaman isyarat listrik dari jantung
(Electrocardiogran-ECG) diganti untuk diagnosa kesehatan. Seperti halnya pada
ECG, aktivitasi otak dapat dimonitor dengan memasang beberapa elektroda pada
posisi tertentu. Isyarat listrik yang dihasilkan dapat untuk mendiagnosa gejala
epilepsy, tumor, geger otak dan kelainan otak lainya.

2.2 Rumus/Hukum Dalam Biolistrik


Ada beberapa rumus atau hukum yang berkaitan dengan biolistrik antara
lain.

5
1. Hukum Ohm

Gambar: Arus listrik pada konduktor

Perbedaan potensial antara ujung konduktor berbanding langsung dengan arus


yang melewati, berbanding berbalik dengan tahanan dari konduktor. Hokum ini
dapat dinyatakan dengan rumus:
R= V
I
Keterangan : R = Dalam Ohm
I = Arus (Ampere)
V = Tegangan (Volt)
2. Hukum Joule
Arus listrik melewati konduktor dengan perbedaan tegangan (V) dalam waktu
tertentu akan menimbulkan panas. Hukum ini dapat dirumuskan sebagai berikut:

H (Joule)= V.I.T
3

Keterangan : V = Tegangan dalam Voltage


I = Arus dalam Ampere
T = Waktu dalam detik
J = Joule = 0.239 Kal

2.3 Macam-macam Gelombang Arus Listrik


1) Arus bolak-balik/sinusoidal
2) Arus setengah gelombang ( telah diserahkan)

6
3) Arus searah penuh tapi masih mangandung ripple/desir
4) Arus searah murni
5) Faradik
6) Surged Faradic/sentakan sinusoidal
7) Surged sinusoidal/sentakan sinusoidal
8) Galvanik yang interuptus
9) Arus gigi gergaji

2.4 Kelistrikan dan Kemagnetan dalam Tubuh


A. System Saraf dan Neuron
System saraf dibagi dalam 2 bagian yaitu:
1. Sistem saraf pusat
Terdiri dari otak, medulla spinalis dan saraf perifer. Saraf perifer ini adalah
serat saraf yang mengirim informasi sensoris ke otak atau ke Medulla spinalis
disebut Saraf Affren, sedangkan serat saraf yang menghantarkan informasi
dari otak atau medulla spinalis ke otot atau medulla spinalis ke otot serta
kelenjar disebut saraf Efferen
2. Sistem saraf otonom
Serat saraf ini mengatur organ dalam tubuh. Misalnya jantung, usus dan
kelenjar-kelenjar. Pengontrolan ini dilakukan secara tidak sadar.

Gambar Sistem Saraf Tak Sadar (Saraf Otonom)

Sistem saraf tak sadar disebut juga saraf otonom adalah sistem saraf yang
bekerja tanpa diperintah oleh sistem saraf pusat dan terletak khusus pada sumsum
tulang belakang. Sistem saraf otonom terdiri dari neuron-neuron motorik yang
mengatur kegiatan organ-organ dalam, misalnya jantung, paru-paru, ginjal,
kelenjar keringat, otot polos sistem pencernaan, otot polos pembuluh darah.
Berdasarkan sifat kerjanya, sistem saraf otonom dibedakan menjadi dua yaitu
7
saraf simpatik dan saraf parasimpatik. Saraf simpatik memiliki ganglion yang
terletak di sepanjang tulang belakang yang menempel pada sumsum tulang
belakang, sehingga memilki serabut pra-ganglion pendek dan serabut post
ganglion yang panjang. Serabut pra-ganglion yaitu serabut saraf yang yang
menuju ganglion dan serabut saraf yang keluar dari ganglion disebut serabut post-
ganglion. Saraf parasimpatik berupa susunan saraf yang berhubungan dengan
ganglion yang tersebar di seluruh tubuh.
Sebelum sampai pada organ serabut saraf akan mempunyai sinaps pada
sebuah ganglion seperti pada bagan berikut. Saraf parasimpatik memiliki serabut
pra-ganglion yang panjang dan serabut post-ganglion pendek. Saraf simpatik dan
parasimpatik bekerja pada efektor yang sama tetapi pengaruh kerjanya berlawanan
sehingga keduanya bersifat antagonis.
Contoh fungsi saraf simpatik dan saraf parasimpatik antara lain: Saraf
simpatik mempercepat denyut jantung, memperlambat proses pencernaan,
merangsang ereksi, memperkecil diameter pembuluh arteri, memperbesar pupil,
memperkecil bronkus dan mengembangkan kantung kemih, sedangkan saraf
parasimpatik dapat memperlambat denyut jantung, mempercepat proses
pencernaan, menghambat ereksi, memperbesar diameter pembuluh arteri,
memperkecil pupil, mempebesar bronkus dan mengerutkan kantung kemih.

B. Konsentrasi ion Dalam dan luar sel


Melalui suatu percobaan dapat ditunjukan suatu model membrane permeable
terhadap larutan KCL. merupakan suatu bentuk model potensial istirahat pada
waktu 0 dimana ion K akan melakukan difusi dari kosentrasi tinggi ke konsntrasi
rendah sehingga saat tertentu akan terjadi membrane dipole/membran dua kutub
dimana larutan dengan konsentrasi yang tadinya rendah akan kelebihaan ion
positif, kebalikan dengan larutan yang konsentrasi tinggi akan berubah menjadi
8
kekurangan ion sehingga menjadi lebih negatif. Membrane permeabel biasanya
terhadap ion K , Na dan Cl sedangkan terhadap protein besar (A) sangat tidak
permeabel

C. Kelistrikan saraf
Kalau ditinjau besar kecilnya serat saraf maka serat saraf dapat di bagi
dalam 3 bagian yaitu serat saraf tipe A, B, dan C. dengan mempergunakan
mikroskop electron, serat saraf dibagi dalam 2 tipe: yakni serat saraf bermielin dan
serat saraf tanpa myelin. Saraf bermielin banyak terdapat pada manusia. Myelin
merupakan suatu insulator (isolasi) makin menurun apabila melewati serat saraf
yang bermielin.
Kecepatan aliran listrik pada serat saraf yang berdiameter yang sama dan
panjang yang sama sangat tergantung kepada lapisan mielin ini. Akson tanpa
mielin (diameter 1 mm) mempunyai kecepatan 20-50 m/detik. Serat saraf
bermielin pada diameter 10 um mempunyai 100 m/detik. Pada serat saraf
bermielin aliran sinyal dapat meloncat dari suatu simpul ke simpul yang lain.
Suatu saraf atau neuron membrane otot-otot pada keadaan istirahat (tidak
adanya proses konduksi implus listrik), konsentrasi ion Na+ lebih banyak diluar
sel dari pda di dalam sel, di dalam sel akan lebih negative dibandingkan dengan di
luar sel.
Apabila potensial diukur dengan galvanometer akan mencapai -90 m Volt,
membrane sel ini disebut dalam keadaan polarisasi, dengan potensial membrane
istirahat -90 m Volt.

D. Perambatan Potensial Aksi


Potensial aksi terjadi apabila suatu daerah membrane saraf atau otot mendapat
rangsangan mencapai nilai ambang. Potensial aksi itu sendiri mempunyai
kemampuan untuk merangsang daerah sekitar sel membrane untuk mencapai aksi
kesegala jurusan sel membrane, keadaan ini disebut perambatan potensial aksi
atau gelombang depolarisasi.
Setelah timbul potensial aksi, sel membrane akan mengalami repolarisasi
sel membrane disebut suatu tingkat refrakter. Tingkat refrakter dibagi dalam 2
fase:

9
1. Periode Refrakter Absolut
Selama periode ini tidak ada rangsangan, tidak ada unsure kekuatan untuk
menghasilkan aksi yang lain.
2. Periode Refrakter Relatif
Setelah sel membran mendekati repolarisasi seluruhnya maka dari periode
refrakter absolute akan menjadi periode refrakter relatif, dan apabila ada
stimulus/rangsangan yang kuat secara normal akan menghasilkan potensial
aksi yang baru.

Sel membrane setelah mencapai potensial membrane istirahat, sel membran


tersebut telah siap untuk menghantarkan implus yang lain. Gelombang
depolarisasi setelah mencapai ujung dari saraf atau setelah terjadi depolarisasi
seluruhnya, gelombang tersebut akan berhenti dan tidak pernah aliran balik kearah
mulainya datang rangsangan.

E. Kelistrikan pada sinapsis dan neuron


Hubungan antara dua buah saraf disebut sinapsi, berakhirnya saraf pada sel
otot/hubungan saraf otot disebut Neuromyal junction. Baik sinapsis maupun
neuromyal junction mempunyai kemampuan meneruskan gelombang depolarisasi
dengan cara lompat dari satu sel ke sel yang berikutnya. Gelombang depolarisasi
ini penting pada sel membrane otot, oleh karena pada waktu terjadi depolarisasi.
Zat kimia yang terdapat pada otot akan tringger/bergetar/berdenyut menyebabkan
kontraksi otot dan setelah itu akan terjadi repolarisasi sel otot hal mana otot akan
mengalami reaksi.

F. Macam-macam sel saraf dan hantarannya


Secara umum ada 3 macam sel saraf, yaitu:
1) Neuron sensorik
Neuron ini berawal dari reseptor, yang merupakan ujung dari dendrit
selanjutnya menuju dendrit, lalu badan sel, akson dan akhirnya bersinapsis
(hubungan antar neuron) dengan dendrit dari neuron penghubung
2) Neuron penghubung

10
Neuron ini berawal dari sinapsis dengan neuron sensorik, berlanjut ke
dendrit, lalu badan sel, akson dan diakhiri pada sinapsis dengan neuron
motorik. Umumnya neuron ini terdapat pada sistem saraf pusat.

3) Neuron motorik
Neuron ini berawal dari sinapsis dengan neuron penghubung, berlanjut ke
dendrit lalu badan sel, akson dan diakhiri pada pilihan-pilihan di bawah ini:

a) Neuromyal junction, yang berhubungan dengan sel otot


b) Neuroglandular junction, yang berhubungan dengan kelenjar
Kedua junction di atas merupakan jenis dari neuroeffector junction.
Neuromyal junction jika efektornya berupa jaringan otot, sedangkan
neuroglandular junction jika efektornya berupa kelenjar (misalnya kelenjar
saliva, kelenjar keringat dll.)

Gambar: Hubungan antara neuron sensorik, neuron penghubung dan neuron


motorik

Impuls yang berjalan di sepanjang neuron akan berakhir pada


bagian ujung yang mengandung vesikel sinaptik. Dengan adanya impuls
tersebut maka vesikel akan terstimuli dan akhirnya mengeluarkan
neurotransmitter (misalnya asetilkolin). Neurotransmitter inilah yang
membantu meneruskan impuls menuju sel berikutnya. Reseptor sinaptik

11
dari sel berikutnya akan menangkap neurotransmitter tersebut sehingga
impuls dapat diteruskan ke sel berikutnya tersebut. Hubungan antara
neuron satu dengan neuron lainnya tadi dinamakan sinapsis.

Gambar: Konduksi impuls saraf pada sinapsis

Gambar: Konduksi impuls saraf pada neuromyal junction

Neuromyal junction adalah hubungan antara sel saraf dengan sel otot.
Seperti halnya pada sinapsis, neuromyal junction memiliki kemampuan
meneruskan gelombang depolarisasi dengan cara meloncat dari sel satu ke sel
berikutnya. Gelombang depolarisasi ini penting pada membrane sel otot karena
pada saat terjadi depolarisasi, zat kimia yang terdapat pada otot akan bergetar,
menyebabkan kontraksi otot yang akhirnya dilanjutkan dengan repolarisasi.

12
G. KELISTRIKAN OTOT JANTUNG
Membran sel otot jantung (miokardium) sangat berbeda karakteristiknya dengan
membran sel otot bergaris atau sel saraf. Pada membran sel otot bergaris atau sel
saraf dalam keadaan potensial membran istirahat, jika ada rangsangan barulah ion-
ion natrium akan berdifusi ke dalam sel hingga mencapai nilai ambang dan
selanjutnya terjadi depolarisasi.
Sedangkan pada sel otot jantung, mudah terjadi kebocoran ion natrium sehingga
setelah selesai potensial aksi, ion natrium secara perlahan-lahan akan berdifusi
kembali ke dalam sel. Akibatnya terjadilah depolarisasi spontan sampai mencapai
nilai ambang dan terjadilah potensial aksi tanpa rangsangan dari luar.

Gambar: Potensial aksi pada sel otot jantung

Secara lebih rinci, mekanisme kelistrikan jantung digambarkan sebagai berikut:

13
No Proses Skema

1 ATRIUM:
Impuls dari Nodus SA memulai
depolarisasi, selanjutnya gelombang
depolarisasi merambat ke seluruh bagian
atrium sehingga terjadilah kontraksi
atrium.

VENTRIKEL:
Pada tahap ini ventrikel berada dalam
fase istirahat (polarisasi)

2 ATRIUM:
Terjadi repolarisasi atrium.

VENTRIKEL:
Gelombang depolarisasi diteruskan
menuju Nodus AV, untuk diteruskan
menuju berkas his, selanjutnya melalui
cabang berkas his kiri dan kanan, lalu
diteruskan ke serabut-serabut purkinje di
miokardium ventrikel. Akhirnya
terjadilah depolarisasi ventrikel sehingga
kontraksi ventrikel terjadi.

3 ATRIUM:
Berada dalam kondisi istirahat
(polarisasi)

VENTRIKEL:
14
Terjadi repolarisasi ventrikel

4 ATRIUM:
Berada dalam kondisi istirahat
(polarisasi)

VENTRIKEL:
Berada dalam kondisi istirahat
(polarisasi)

Waktu Atrium Ventrikel Rekaman EKG


T1 Depolarisasi Polarisasi P
T2 Repolarisasi Depolarisasi Kompleks QRS
T3 Polarisasi Repolarisasi T
T4 Polarisasi Polarisasi -

Gambar: Hasil rekaman elektrokardiogram (EKG)

2.5 Perekaman aktifitas listrik jantung


Perekaman kelistrikan jantung dapat dilakukan dengan elektrokardiograf. Gambar
hasil rekamannya dinamakan elektrokardiogram (EKG). Hasil gambaran pokok
dari rekaman ini adalah:
1) Gelombang P
Gelombang P merupakan gambaran dari depolarisasi atrium, sedangkan
gambaran repolarisasi atrium tidak tampak sebab tertutup oleh gambaran dari
15
depolarisasi ventrikel. Mengapa demikian? Karena repolarisasi atrium dan
depolarisasi ventrikel terjadi secara bersamaan, dan kebetulan depolarisasi
ventrikel lebih dominan.
2) Gelombang Kompleks QRS
Kompleks QRS merupakan gambaran dari depolarisasi ventrikel
3) Gelombang T
Gelombang T merupakan gambaran dari repolarisasi ventrikel

R R R R

P T P T P T P T
Q Q Q Q
S S S S

Gambar: Hasil rekaman sebuah EKG

Waktu dan kecepatan:

Prinsip EKG adalah berjalan dengan kecepatan standar dan menggunakan


kertas dengan kuadran-kuadran standar.
Satu kuadran kecil = 1/25 detik = 0,04 detik
Satu kuadran besar = 5 X 1/25 detik = 1/5 detik= 0,2 detik

Maka:
1 detik = 25 kuadran kecil
= 5 kuadran besar
1 menit = 60 detik = 60 x 25 kuadran kecil = 1500
kuadran kecil
= 60 detik = 60 x 5 kuadran besar = 300 kuadran
besar

16
dengan demikian dapat disimpulkan bahwa penghitungan frekuensi denyut
jantung dapat didasarkan atas jumlah kuadran kecil atau jumlah kuadran besar.
Karena 1 menit 1500 kuadran kecil, maka:
Frekuensi denyut jantung X jumlah kuadran kecil dalam 1 siklus harus sama
dengan 1500. Atau dengan kata lain:
Frekuensi denyut jantung = . 1500 _______ .
Jumlah kuadran kecil persiklus
Jika dihitung berdasarkan jumlah kuadran besar:
Frekuensi denyut jantung = . ________ 300______ .
Jumlah kuadran besar persiklus

Jika patokan kuadran besar ini diringkas, maka:


Jika panjang 1 siklus adalah:
1 kuadran besar, maka frekuensi denyut hantung = 300/1 = 300 kali/menit
2 kuadran besar, maka frekuensi denyut hantung = 300/2 = 150 kali/menit
3 kuadran besar, maka frekuensi denyut hantung = 300/3 = 100 kali/menit
4 kuadran besar, maka frekuensi denyut hantung = 300/4 = 75 kali/menit
5 kuadran besar, maka frekuensi denyut hantung = 300/5 = 60 kali/menit
6 kuadran besar, maka frekuensi denyut hantung = 300/6 = 50 kali/menit
Untuk arah vertikal, 1 kuadran kecil menunjukkan nilai 0,1 mV.

17
2.6 Isyarat Magnet Jantung dan Otak
Mengalirnya aliran listrik akan menimbulkan medan magnet. Medan
magnet sekitar jantung disebabkan adanya aliran listrik jantung yang mengalami
depolarisasi dan repolarisasi. Pencatatan medan magnet disebut
magnetoksdiogram. Besar medan magnet sekita jantung adalah sekitar 5 x 10
pangkat -11 T( Testa) atau sekitar 10 x 10 pangkat 8 medan megnet bumi.
Hubungan Testa (T) dengan Gauss dapat dinyatakan:

IT = 10.10 4 Gauss

Untuk mengukur medan magnet dari suatu besaran benda diperlukan suatu
ruang yang terlindung dan sangat peka terhadap detector medan magnet
(magnetometer). Detector yang dipergunakan yaitu SQUID ( Superconding
Quantum Interference Device) yang bekerja pada suhu 5 derajat K, dan dapat
mendeteksi medan magnet yang disebabkan arus searah atau arus bolak-balik. Ada
2 alat untuk mencatat medan magnet ini antara lain:

1) Magnetokardiografi (MKG)
MKG memberi informasi jantung tanpa mempergunakan elektroda yang
didekatkan/ditempelkan pada badan, tidak seperti halnya pada waktu melakukan
EKG. Pencatatan dilakukan di daerah badan dengan jarak 5 cm. lokasi rekaman
diberi kode B, D, F, H, I, J, L (vertical). Horizontal dilakukan perekaman 5-6 kali
dibubuhi huruf I dan ditandai dengan angka (1, 3, 5, 9)
Informasi yang diperlukan pada MKG tidak dapat dipakai sebagai EKG
oleh karena dalam pengukuran medan magnet mempergunakan arus searah yang
mengenai otot dan saraf. Perekaman MCG akan memberi informasi yang berguna
dalam diagnosis apabila dikerjakan pada waktu jantung mengalami serangan oleh
karena pada saat ini dipergunakan arus listrik.
2) Magnetoensefalogram (MEG)
MEG yaitu pencatatan medan magnet sekeliling otak dengan
mempergunakan arus searah. Alat yang adalah SQUID magnetometer. Pada
rithme alpha, medan magnet berkisar 1 x 10 pangkat -13 T.

18
2.7 Penggunaan Listrik dan Magnet pada Tubuh
Pada tahun 1890 Jacques A.D. Arsonval telah menggunakan listrik
berfrekwensi rendah untuk menimbulkan efek panas. Tahun 1992 telah pula
menggunakan listrik dengan frekwensi 30 MHz untuk memanaskan yang disebut
“Short Wave Diaththermy”. Pada 1950 sudah diperkenalkan penggunaan gelombang
mikro dengan frekwensi 2.450 MHz untuk keperluan diathermi dan pemakain radar.
Sesuai dengan efek yang ditimbulkan oleh listrik, maka arus listrik di bagi
dalam 2 bentuk:
a. Listrik Berfrekwensi Rendah
Batas frekuensi antara 20 Hz sampai dengan 500.000 z frekuensi rendah
ini mempunyai efek merangsang saraf dan otot sehingga terjadi kontraksi otot.
Untuk pemakain dalam jantung waktu singkat dan bersifat merangsang persarafan
otot, maka dipakai arus faradic. Sedangkan untuk jangka waktu
lama dan bertujuan merangsang otot yang telah kehilangan persarafan maka
dipakai arus listrik yang intereptur/terputus-putus atau arus DC yang
telahdimodifikasi.
Selain arus DC ada pula menggunakan arus AC dengan frekuensi 50 Hz
arus AC ini serupa dengan arus DC, mempunyai kemkampuan antara lain:
merangsang saraf sensorik, merangsang saraf motoris, dan berefk kontraksi otot.
b. Listrik Berfrekuensi Tinggi
Yang tergolong berfrekuensi tinggi adalah frekuensi arus listrik diatas
500.000 siklus perdetik (500.000 Hz). Listrik berfrekuensi tidak mempunyai sifat
merangsang saraf motoris atau saraf sensoris, kecuali dilakukan rangsangan
dengan pengulangan yang lama. Frekuensi sifat ini maka frekuensi tinggi
digunakan dalam bidang kedokteran di bagi menjadi 2 bagian yaitu:
1. Short Wave Diathermy ( Diatermi Gelombang Pendek)
2. Mikro Wave Diathermy ( Diatermi Gelombang Mkro)

2.8 Magnetik Blood Flow Water


Alat pengukur aliran darah magnetis berdasarkan atas prinsip induksi
magnetis. Apabila suatu konduktor listrik digerakkan dalam medan magnet akan
menghasilkan suatu tegangan yang sebanding dengan kecepatan gerakan ( Hukum
Farady). Prinsip yang sama pula dipergunakan disini yaitu apabila konduktor

19
bukan suatu melainkan pipa konduksi yang ditempati pada medan magnet dan
dilewati zat cair.
Apabila darah melewati pipa konduksi tersebut, dengan rata-rata kecepatan
V melewati medan magnet B maka tegangan yang dihasilkan antara elektroda
dinyatakan:

V= B dv

Keterangan : V = Tegangan ( Volt)


B = Kuat Medan Magnet ( Gauss)
D = Diameter Pembuluh darah
V = Kecepatan ( m/sec)
Jumlah zat cair/darah dapat pula dihitung yaitu:

Q= d x V
4 Bd

Q = Kecepatan x luas penampang

2.9 Shock Listrik


Syok listrik atau kejutan adalah suatu nyeri pada syaraf sensorik yang
diakibatkan aliran listrik yang mengalir secara tiba-tiba melalui tubuh. Kejadian
syok listrik merupakan kejadian yang timbul secara kebetulan. Bahaya syok listrik
sangat besar, tubuh penderita akan mengalami ventricular fibrillon, kemudian
diikiuti dengan kematian. Oleh karena itu, perlu diketahui perubahan-perubahan
yang timbul akibat syok listrik, metoda pengamanan sehingga bahaya syok dapat
dihindari.

Dalam bidang kedokteran ada 2 macam syok listrik antara lain:


1. Syok Dengan Tujuan Tertentu
Syok listrik ini dilakukan atas dasar indikasi medis. Dalam bidang psiaktri
dikenal dengan nama “ Electric Convultion Teraphy”

20
2. Syok tanpa tujuan tertentu
Timbul syok ini diakibatkan dari suatu kecelakaan. Faktor-faktor yang
menyokong sehinggga timbulnya syok ini listrik ini :

 Peralatan
1. Petunujuk penggunaan alat-alat yang kurang jelas
2. Prosedur testing secara teratur tidak atau kurang jelas
3. Peralatan ECG yang lama tanpa menggunakan transformator
 Perorangan
1. Petugas-petugas yang kurang latihan
2. Kurang pengertian akan kelistrikan maupun bahaya-bahaya
yang ditimbulkan
3. Kurang pengertian tetang cara-cara proteksi bagi petugas
sendiri maupun penderita

Syok yang timbul dari suatu kecelakaan ini dikenal dengan “


Earth Syok”. Berdasarkan besar kecilnya tegangan “ Earth Syok” dapat di
bagi menjadi 2 : Low tension shock ( syok tegangan rendah) dan high
tension shock ( syok tegangan tinggi)
Syok semakin serius, apabila arus yang melewati tubuh semakin
besar. Menurut Hukum Ohm intensias arus listrik tergantung kepada
tegangan dan tahanan yang ada. ( I = V/R) berarti tegangan penting dalam
menentukan beberapa arus yang dapat dilewati oleh tahanan yang diberikan
oleh tubuh. Disamping itu ada pula parameter-parameter lain yang turut
berperan mempengaruhi tingkat syok.

1. Dari Sudut Arus


a.Seseorang akan menderita syok lebih serius pada tegangan 220 Volt dari
pada tegangan 80 Volt. Oleh karena, kuat arus pada tegangan 220 Volt
lebih besar dari pada tegangan 80 Volt (R) sama.
b. Basah atau tidaknya kulit penderita
c.Basah tidaknya lantai
2. dari sudut parameter-paraameter lainya:

21
a.Jenis kelamin
b. Frekuensi AC
c.Duration
d. Berat Badan
e.Jalan yang ditempuh arus

Oleh karena bahaya syok sangat besar, dapat mengakibatkan kematian sehingga
dipandang perlu untuk melakukan tindakan pencegahan yang meliputi alat-alat yang
dipergunakan

22
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Biolistrik adalah listrik yang terdapat pada makhluk hidup, tegangan listrik pada
tubuh berbeda dengan yang kita bayangkan seperti listrik di rumah tangga. Kelistrikan
pada tubuh berkaitan dengan komposisi ion yang terdapat dalam tubuh. Kelistrikan dan
kemagnetan didalam tubuh sangat berpengaruh pada sistem saraf. Sistem saraf di dalam
tubuh mempuanyai listrik. Pada sistem saraf pusat dan sistem saraf ootonom.

3.2. Saran
Penulis menyadari, dalam penyusunan makalah ini belum sepenuhnya sempurna.
Untuk itu dapat kiranya memberikan kritik dan saran mengenai makalah ini.
Walaupun demikian penulis berharap semoga makalah ini bermanfaat bagi kita
semua.

23
DAFTAR PUSTAKA

Gabriel JF, Fisika Kedokteran, EGC, Jakarta, 1996.


Junaedi A., Kumpulan Kuliah Fisika Kedokteran, FKUGM, Yogyakarta, 2000.
Purwanto. 2007. Ensiklopedi fisika. Bandung : PT Kiblat Buku Utama.
Tortora GJ., Principles of Human Anatomy, Edisi IV, Penerbit Harper and Row, New
York, 1986.
Young HD, Freedman RA, Sandin TR, Ford AL, Fisika Universitas Jilid I,Penerjemah:
Juliastuti E, Edisi X, EGC, Jakarta, 2001.

24

Anda mungkin juga menyukai