Anda di halaman 1dari 23

BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kelistrikan merupakan sesuatu yang biasa digunakan dalam kehidupan sehari-hari.
Pengamatan terhadap gaya tarik listrik dapat di telusuri pada zaman Yunani kuno. Orang-
orang Yunani kuno telah mangamati bahwa setelah batu amper di gosok, batu tersebut akan
menarik benda kecil seperti jerami atau bulu. Sedangkan kata listrik itu sendiri berasal dari
Bahasa Yunani yaitu electron.
Kelistrikan memegang peran penting dalam bidang kedokteran. Ada dua aspek dalam
bidang kedokteran yaitu listrik dan magnet yang timbul dalam tubuh manusia, serta
penggunaan listrik dan magnet pada permukaan tubuh manusia. Listrik yang ada di tubuh kita
disebut biolistrik atau sering di artikan sebagai listrik yang terdapat pada makhluk hidup,
yang berasal dari kata bio berarti makhluk hidup dan kata listrik.
Beberapa penyelidikan yang telah dilakukan dengan biolistrik yaitu:
1. Pada tahun 1856, caldani meneliti kelistrikan pada otot katak mati.
2. Pada tahun 1780, luigi galvanic meneliti kelistrikan pada tubuh hewan.
3. Pada tahun 1786, luigi galvanic meneliti tentang terangkatnya kedua kaki katak setelah diberi
aliran listrik melalui konduktor.
4. Pada tahun 1892, arons merasakan aliran frekuensi tinggi melalui dirinya dan asistennya.
5. Pada tahun 1899, van seynek meneliti tentang terjadinya panas pada jaringan akibat aliran
frekuensi tinggi.
6. Pada tahun 1928, schlyevhake meneliti dengan gelombang pendek (short wave).

B. Rumusan masalah
Adapun rumusan masalah dalam makalah ini diantaranya adalah sebagai berikut:
1. Pengertian biolistrik
2. Kelistrikan dan kemagnetan dalam tubuh
3. Pengunaan listrik secara medis
C. Tujuan Penulisan
Tujuan penulisan Makalah di antara lain sebagai beriukut:
1. Dapat mengetahui pengertian dari biolistrik.
2. Dapat mengetahui kelistrikan dan kemagnetan dalam tubuh
3. Dapat mengetahi listrik secara medis
1
D. Manfaat Penulisan
Dalam penulisan makalah, dengan selesainya penulisan makalah ini serta pembahasan
makalah ini diharapakan mempunyai manfaat bagi pribadi maupun rekan-rekan mahasiwa
agar dapat menambah ilmu dan wawasan penulisan khususnya, pembaca pada umumnya
mengenai kelistrikan dalam tubuh serta dapat memanfaatkan dalam profesi keperawatan.
E. Tinjauan Pustaka
Dalam penyusunan makalah ini, penulisan mendapatkan materi pembahasan dengan
mencari ke media internet dan sumber dari buku.kemudian dari berbagai tersebut di rangkum
dengan memperhatikan materi yang di bahas dalam makalah ini.

2
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Pengertian Biolistrik
Biolistrik merupakan fenomena sel. Sel-sel jaringan tubuh manusia mampu
menghasilakan potensial listirk yang merupakan lapisan tiipis muatan positif pada permukaan
luar dan lapisan tipis muatan negative pada permukaan dalam bidang batas atau membrane
(Carr, 1998). Di dalam sebuah sel terdapat ion Na +, K+, CI- dan protein. Pada saat membrane
sel istirahat (tidak ada sinyal listrik) memuat di dalam sel lebih negative dari pada di luar sel.
Jika terdapat rangsangan maka ion Na+ akan masuk dri luar menuju dalam sel dan membrane
sel berada dalam keadaan depolarisasi. Terjadinya depolarisasi sel membrane secara tiba-tiba
disebut potensial aksi. Kemampuan sel syaraf (neurons) meghantarkan isyarat biolisrik sangat
penting.
Transmisi sinyal biolistrik (TSB) mempunyai sebuah alat yang dinamakan Dendries
yang berfungsi mentrasmisikan isyarat dari sensor ke neuron. Stimulus untuk mentringer
neuron dapat beruba tekanan, perubahan temperatur, dan isyarat listrik dari neuron lain.
Aktivitas biolistrik pada suatu otot dapat menyebar keseluruh tubuh seperti gelombang pada
permukaan air. Pengamatan pilsa listrik tersebut dapat dilakukan dengan memasang beberapa
elektroda pada permukaan kulit. Biolistirk juga terjadi di dalam organ jantung Anonymous,
2011).
Kelistirkan memegang peranan penting dalam bidang kedokteran. Ada dua aspek
kelistirkan dan megnetis dalam bidang kedokteran yaitu listirk dan magnet yang timbul dalam
tubuh manusia, serta penggunaan listirk dan magnet pada permukaan tubuh manusia.
Pada tahun 1856 Caldani menunjukkan kelistrikan pada otot katak yang telah mati.
Luigi Galvani (1780) memulai mempelajari kelistrikan pada tubuh hewan kemudian pada
tahun 1786 Luigi Galvani melaporkan hasil eksperimennya bahwa ke dua kaki katak
terangkat ketika diberikan aliran listriklewat suatu konduktor.
Arson (1892) mersakan ada aliran frekwensi tinggi melalui beliau sendiri serta
pembantunya atau asistennya. Pada tahun 1899 Van Seynek melakukan pengamatan tentang
terjadinya panas padajaringan yang disebabkan oleh aliran frekwensi tinggi. SChliephake
(1928) melaporkan tentang pengobatan penderita dengan mempergunakan “Short wave”.
Berdasarkan definisi diatas dapat disimpulkan bahwa biolistrik adalah:
Biolistrik adalah daya listrik hidup yang terdiri dari pancaran elektron-elektron yang
keluar dari setiap titik tubuh (titik energi) dan muncul akibat adanya rangsangan
penginderaan. Pikiran kita terdiridari daya listrik hidup, semua daya ini berkumpul didalam
3
pusat akal didalam otak dalam bentuk potensi daya listrik. Dari pusat akal, daya ini kemudian
diarahkan ke seluruh anggota tubuh kita, yang kemudian bergerak oleh pasangannya. Potensi
daya listrik ini, yang tertimbun di dalam pusat akal harus di tuntun oleh sesuatu supaya
mengalir untuk mengadakan gerakan tubuh kita atau bagian – bagian tubuh lainnya.
B. Rumus atau hukum dalam biolistrik
Ada beberapa rumus atau hokum yang berkaitan dengan biolistrik antara lain:
1. Hukum Ohm
Perbedaan potensial anatara ujung konduktor berbanding langsung dengan arus yang
melewati, berbanding berbalik dengan tahanan dari konduktor. Hukum ini dapat dinyatakan
dengan rumus:
R= V/I
Keterangan: R= hambatan (Ohm)
I= kuat arus ( ampere)
V = tegangan (Volt)
2. Hukum Joule
Arus listrik melewati konduktor dengan perbedaan tegangan (v) dalam waktu tertentu
akan menimbulkan panas. Hukum ini dapat dirumuskan sebagai berikut:
Q = V.I.T
Keterangan: Q= energi yang ditimbulkan(joule)
V= Tegangan(volt)
I= kuat arus(ampere)
T= Waktu(s)
J= Joule=0,239 kal
A. Sinyal listrik dari tubuh
Listrik yang dihasilkan di dalam tubuh berfungsi untuk mengendalikan dan
mengoperasikan saraf, otot, dan berbagai organ. Pada dasarnya, semua fungsi dan aktivitas
tubuh sedikit banyak melibatkan listrik. Gaya-gaya yang ditimbulkan oleh otot disebabkan
oleh tarik-menarik antara muatan listrik yang berbeda. Kerja otak pada dasarnya bersifat
elektrik. Semua sinyal saraf dari dan ke otak melibatkan aliran arus listrik.
Saat kita menjalankan fungsi-fungsi khusus tubuh, banyak sinyal listrik yang
dihasilkan. Sinyal-sinyal ini dihasilkan dari proses elektrokimiawi sel-sel tertentu. Dengan
mengukur sinyal yang sesuai secara selektif, kita dapat memperoleh informasi klinis yang
bermanfaat mengenai fungsi tubuh tertentu. Di bab ini kita membahas sebagian dari sinyal-
sinyal listrik tersebut. Sinyal listrik yang direkam dari jantung, elektrokardiogram (EKG);
4
dari otak, elektroensefalogram (EEG); dan dari otot, elektromiogram (EMG) merupakan
sinyal yang paling banyak diketahui. Kita juga membahas sinyal-sinyal listrik yang kurang
dikenal, misalnya dari retina, elektroretinogram (ERG) dan dari otot mata, elektrookulogram
(EOG).
1. Sinyal Listrik dari Otot—Elektromiogram
Sebuah otot terdiri dari banyak unit motorik. Satu unit motorik terdiri dari satu cabang
neuron dari batang otak atau korda spinalis dan 25 sampai 2000 serat otot (sel) yang
berhubungan dengannya melalui motor end plate. Potensial istirahat di kedua sisi membran
pada sebuah serat otot serupa dengan potensial istirahat di serat saraf. Kerja otot dimulai oleh
potensial aksi yang berjalan di sepanjang suatu akson dan melewati motor end plate menuju
ke dalam serat otot, me-nyebabkan serat tersebut berkontraksi. Rekaman potensial aksi di
satu sel otot diperlihatkan secara skematis di Gbr. 9.6b. Pengukuran semacam ini dilakukan
dengan menggunakan sebuah elektrode yang sangat halus (mikroelektroda) yang dimasukkan
melalui membran otot.
2. Sinyal Listrik dari Jantung—Elektrokardiogram
Kerja jantung yang ritmis dikendalikan oleh suatu sinyal listrik yang diawali oleh
stimulasi spontan sel-sel otot khusus yang terletak di atrium kanan. Sel-sel ini membentuk
nodus sinoatrium (SA), atau petnacu jantung, Nodus SA melepaskan sinyal dengan interval
teratur sekitar 72 kali per menit; namun, kecepatan pelepasan sinyal ini dapat meningkat atau
menurun bergantung pada saraf yang terletak di luar jantung sebagai respons terhadap
kebutuhan tubuh akan darah serta rangsangan lainnya. Sinyal listrik dari nodus SA memicu
depolarisasi sel-sel otot kedua atrium sehingga keduanya berkontraksi dan memompa darah
ke dalam ventrikel. Kemudian terjadi repolarisasi atrium untuk melihat bentuk potensial
aksi). Sinyal listrik kemudian berjalan menuju nodus atrioventrikel (AV)
yang memicu depolarisasi ventrikel kanan dan kiri sehingga kedua ventrikel berkontraksi dan
mendorong darah ke dalam sirkulasi paru dan umum. Otot ventrikel kemudian mengalami
repolarisasi dan rangkaian proses ini kembali berulang. Depolarisasi dan repolarisasi otot
jantung menyebabkan arus mengalir di dalam badan, menimbulkan potensial listrik di kulit.
Elektrokardiogram (EKG)
adalah perekaman potensial listrik di antara dua titik yang terletak di berbagai lokasi di
permukaan tubuh.
3. Sinyal Listrik dari Otak—Elektroensefalogram
Apabila Anda meletakkan elektrode di kulit kepala dan mengukur aktivitas listrik,
Anda akan memperoleh beberapa sinyal listrik kompleks yang sangat lemah. Sinyal-sinyal ini
5
terutama dihasilkan oleh aktivitas listrik neuron di korteks otak. Sinyal-sinyal ini pertama kali
diamati oleh Hans Berger pada tahun 1929; sejak itu, telah banyak dilakukan riset tentang
aplikasi klinis, fisiologis, dan psikologis dari sinyal-sinyal tersebut, tetapi pemahaman yang
mendasar masih terba-tas. Salah satu hipotesis menyatakan bahwa potensial listrik dihasilkan
melalui suatu proses sinkronisasi intermiten yang melibatkan neuron di korteks, dengan
berbagai kelompok neuron yang menjadi sinkron pada waktu yang berbeda-beda. Menurut
hipotesis ini, sinyal dari titik-titik di sisi kanan dibandingkan dengan sinyal dari titik-titik
yang simetris di sisi kiri. Perekaman sinyal-sinyal di otak disebut elektroensefalogram (EEG).
4. Sinyal Listrik dari Mata—Elektroretinogram dan Elektrookulogram Perekaman perubahan
potensial yang dihasilkan oleh mata saat retina. terpajan ke suatu berkas sinar disebut
elektroretinogram (ERG). Satu elektrode diletakkan di lensa kontak yang pas menutupi
kornea, dan elektrode lain dilekatkan di telinga atau dahi untuk memperkirakan potensial di
belakang mata.
C. Kelistrikan dan Kemagnetan Dalam Tubuh
1. Sistem Saraf dan Neuron
a. Anatomi dan fisiologi sistem saraf dan neuron
Sistem saraf di bagi dalam 2 bagian, yaitu :
1) Sistem Saraf Pusat
Terdiri dari otak, medulla, spinalis, dan saraf perifer. Saraf perifer ini adalah serat saraf
yang mengirim informasi sensoris ke otak atau ke medulla spinalis disebut saraf afferen,
sedangkan serat saraf yang menghantarkan informasi dari otak atau medulla spinalis ke otot
serta kelenjar di sebut efferen.

6
Gambar 1.1
Sumber: edubio.info
2) Sistem Saraf Otonom
Serat saraf ini mengatur organ dalam tubuh. Misalnya jantung, usus, dan kelenjar-kelenjar.
Pengontrolan ini dilakukan secara tidak sadar.
Sistem saraf tak sadar di sebut juga saraf otonom adalah system saraf yang bekerja tanpa
diperintah oleh system saraf pusat dan terletak khusus pada sumsum tulang belakang. System
saraf otonom terdiri dari neuron-neuron motorik yang mengatur kegiatan organ-organ dalam,
misalnya jantung, paru-paru, ginjal, kelenjar keringat, otot polos sistem pencernaan, otot
polos pembuluh darah. Berdasarkan sifat kerjanya, system saraf otonom dibedakan menjadi
2, yaitu saraf simpatik dan saraf parasimpatik. Saraf simpatik memiliki ganglion yang
terletak di sepanjang tulang belakang yang menempel pada sumsum tulang belakang,
sehingga memiliki serabut pra-ganglion pendek dan serabut post-ganglion. Saraf
parasimpatik berupa susunan saraf yang berhubugan dengan ganglion yang tersebar di
seluruh tubuh.
Saraf parasimpatik memiliki serabut pra-ganglion yang Panjang dan serabut post-ganglion
pendek saraf simpatik dan parasimpatik bekerja pada efektor yang sama tetapi pengaruh
kerjanya berlawanan sehingga kedua bersifat antagonis.
Contoh fungsi saraf simpatik dan saraf pasimpatik antara lain : saraf simpatik mempercepat
denyut jantung, memperlambat proses pencernaan, merangfsang ereksi, memeperkecil
diameter pembuluh arteri, memperbesar pupil, memperkecil bronkus, dan mengembangkan

7
kantung kemih, sedangkan saraf parasimpatik dapat memperlambat denyut jantung,
mempercepat proses pencernaan, menghambat ereksi, memperbesar diamet pembuluh arteri,
memperkecil pupil, memperbesar bronkus dan mengerutkan kantung kemih.

Gambar 1.2
Sumber: budisma.net
b. Kelistrikan saraf
Dalam bidang Neuroanatomi akan dibicarakan kecepatan impuls serat saraf, serat saraf
yang berdiameter besar mempunyai kemampuan menghantarkan impuls lebih cepat daripada
serat saraf yang berdiameter kecil. Kalau ditinjau besar kecilnya serat saraf maka serat saraf
dapat dibagi dalam 3 bagian, yaitu serat saraf tipe A, B, dan C. dengan mempergunakan
mikroskop elektron, serat saraf di bagi dalam 2 tipe, yakni serat saraf bermielin dan serat
saraf tanpa mielin. Serat saraf bermielin banyak terdapat pada manusia. Mielin merupakan
suatu insulator (isolasi) yang baik dan kemampuan mengaliri listrik sangat rendah. Potensial
aksi makin menurun apabila melewati serat saraf yang bermielin.
Kecepatan aliran listrik pada serat saraf yang berdiameter yang sama dan panjang yang sama
sangat tergantung kepada lapisan mielin ini. Akson tanpa mielin (diameter 1 mm)
mempunyai kecepatan 20-50m/detik. Serta saraf bermielin pada diameter 10 um mempunyai
100m/detik. Pada serat saraf bermielin aliran sinyal dapat meloncat dari suatu simpul ke
simpul yang lain.
Suatu saraf atau neuron membrane otot-otot pada keadaan istirahat (tidak ada proses
konduksi impuls listrik), konsentrasi ion Na+ lebih banyak diluar sel dari pada di dalam sel,

8
di dalam sel akan lebih negative dibandingkan dengan diluar sel. Apabila potensi diukur
dengan galvanometer akan mencapai -90 m Volt, membrane sel ini disebut dalam keadaan
polarisasi, dengan potensial membrane istirahat -90 m Volt.

Gambar 1.3
Sumber:fiawahyuningsih.wordpress.com
c. Kelistrikan Pada Sinapsis dan Neuron
Hubungan antara 2 buah saraf disebut sinaspi, berakhirnya saraf pada sel otot/hubungan
saraf oto disebut neuromyal junction. Baik sinapsis maupun neuromyal junction mempunyai
kemampuan meneruskan gelombang depolarisasi dengan cara lompat dari satu sel ke sel yang
berikutnya. Gelombang depolarisasi ini penting pada sel membrane otot, oleh karena pada
waktu terjadi depolarisasi. Zat kimia yang terdapat pada otot akan
tringgor/bergetar/berdenyut menyebabkan kontraksi otot dan setelah itu akan terjadi
depolarisasi sel otot yang mana otot akan mengalami reaksi.
Sinapsis adalah hubungan antara neuron yang satu dengan neuron lainnya; titik temu
antara ujung akson dari neuron yang satu dengan dendrite yang dari neuron yang lainnya;
atau hubungan ke otot dan kelenjar. Struktur sinapsis terbagi menjadi tiga bagian,
yaitu presinaps (bagian akson terminal), celah sinaps(ruang antara presinaps dan
pascasinaps), dan pascasinaps (bagian dendrit). Pada celah sinaps terdapat substansi kimia

9
neurotransmitter yang berperan mengirimkan implus. Proes penghantaran implus saraf
melalui sinapsis disebut transmisi sinapsis.

Gambar 1.4
Sumber : wordpress
Sel-sel saraf tersusun dari dendrit, badan sel, dan neurit (akson).
1. Dendrit
Dendrit merupakan juluran pendek sitoplasma dari badan sel saraf. Dendrit berfungsi
menerima impuls dari ujung saraf lain dan menghantarkannya ke badan sel saraf. Neurofibril
dan badan Nissl dari badan sel, memanjang ke dalam dendrit.
2. Badan Sel
Badan sel berfungsi mengendalikan metabolisme keseluruhan neuron. Badan sel memiliki
nukleus (inti) di tengah dan nukleolus yang menonjol. Nukleus tidak memiliki sentriol dan
tidak dapat bereplikasi. Dalam badan sel terdapat badan Nissl yang berfungsi menerima dan
meneruskan impuls dari dendrit ke neurit. Badan Nissl berupa tumpukan reticulum
endoplasma granuler dan ribosom yang berfungsi untuk sintesis protein. Organel lain pada
badan sel adalah badan Golgi, mitokondria, dan neurofibril.
3. Akson (Neurit)
Neurit merupakan juluran panjang sitoplasma dari badan sel (berkisar 1 mm – 1 m).
Neurit berfungsi meneruskan impuls dari badan sel saraf ke sel saraf yang lain. Neurit
terbungkus oleh selubung myelin (substansi lemak berwarna putih kekuningan) yang disusun
oleh sel-sel Schwann. Selubung myelin berfungsi sebagai pelindung neurit pemberi nutrisi
bagi neuron. Bagian neurit yang tidak terbungkus selubung myelin disebut Nodus
Ranvier (befungsi mempercepat jalannya impuls) dan kemudian meloncati selubung myelin.

10
Hal ini terjadi karena selubung myelin bersifat sebagai isolator impuls. Loncatan impuls
tersebut mempercepat gerakan impuls. Sel-sel saraf saling berhubungan membentuk suatu
simpul saraf yang disebut ganglion. Antara neuron satu dengan neuron lainnya dihubungkan
oleh sinapsis.
Neuron tidak dapat membelah secara mitosis, tetap serabutnya dapat beregenerasi jika
badan selnya masih utuh. Jika kason mengalami kerusakan berat, neurilema (lapisan sel sel
Schwann) melakukan pembelahan mitosis untuk menutup luka.

Gambar 1.5
Sumber : Wikipedia
2. Konsentrasi Ion Dalam dan Luar Sel
Melalui suatu percobaan dapat ditunjukkan suatu model membrane permeable terhadap
larutan KCL. Merupakan suatu bentuk model potensial istirahat pada waktu 0 dimana ion K
akan melakukan difusi dari konsentrasi tinggi ke konsentrasi rendah sehingga saat tertentu
akan terjadi membrane dipole atau membrane 2 kutub dimana larutan dengan konsentrasi
yang tadinya rendah akan kelebihan ion positif, kebalikan dengan larutan yang konsentrasi
tinggi akan berubah menjadi kekurangan ion sehingga menjadi lebih negatif. Membrane
permeable biasanya terhadap ion K, Na, dan Cl sedangkan terhadap protein besar (A) sangat
tidak permeable.

3. Aktivitas Kelistrikan Sel di dalam dan diluar


Pada sebuah sel yang dalam keadaan istirahat terdapat beda potensial di antara kedua sisi
membrannya. Keadaan sel yang seperti ini disebut keadaan polarisasi. Bila sel yang dalam
keadaan istirahat/polarisasi ini diberi rangsangan yang sesuai dan dengan level yang cukup

11
maka sel tersebut akan berubah dari keadaan istirahat menuju ke keadaan aktif. Dalam
keadaan aktif, potensial membran sel mengalami perubahan dari negatif di sisi dalam berubah
menjadi positif di sisi dalam. Keadaan sel seperti ini disebut dalam keadaan depolarisasi.
Depolarisasi ini dimulai dari suatu titik di permukaan membran sel dan merambat ke seluruh
permukaan membran. Bila seluruh permukaan membran sudah bermuatan positif di sisi
dalam, maka sel disebut dalam keadaan depolarisasi sempurna.
Setelah mengalami depolarisasi sempurna, sel selanjutnya melakukan repolarisasi. Dalam
keadaan repolarisasi, potensial membran berubah dari positif di sisi dalam menuju kembali ke
negatif di sisi dalam. Repolarisasi dimulai dari suatu titik dan merambat ke seluruh
permukaan membran sel. Bila seluruh membran sel sudah bermuatan negatif di sisi dalam,
maka dikatakan sel dalam keadaan istirahat atau keadaan polarisai kembali dan siap untuk
menerima rangsangan berikutnya.
Aktivitas sel dari keadaan polarisasi menjadi depolarisasi dan kemudian kembali ke
polarisasi lagi disertai dengan terjadinya perubahan-perubahan pada potensial membran sel.
Perubahan tersebut adalah dari negatif di sisi dalam berubah menjadi positif dan kemudian
kembali lagi menjadi negatif. Perubahan ini menghasilkan suatu impuls tegangan yang
disebut potensial aksi (action potential). Potensial aksi dari suatu sel akan dapat memicu
aktivitas sel-sel lain yang ada di sekitarnya. Berikut ini akan diuraikan bagaimana proses
terjadinya potensial aksi dari suatu sel yang semula dalam keadaan istirahat.
Yang berperan dalam proses depolarisasi maupun repolarisasi selama berlangsungnya
potensial aksi adalah kanal-kanal sodium dan potasium yang terpicu-tegangan.
Sebuah kanal (misalnya sodium) terpicu-tegangan mempunyai beberapa bagian fungsional.
Salah satunya yaitu untuk menentukan selektivitas terhadap ion. Untuk kanal sodium, hanya
dapat melewatkan ion sodium saja tidak untuk ion yang lain misalnya potasium. Bagian
lainnya yaitu berfungsi sebagai gerbang (gate) yang dapat membuka atau menutup. Gerbang
tersebut dikendalikan oleh sebuah sensor tegangan, yang menanggapi level potensial
membran. Ada dua macam gerbang yaitu gerbang aktivasi dan gerbang inaktivasi. Ketika
potensial membran normal yaitu -90 mV, gerbang inaktivasi terbuka tetapi gerbang aktivasi
tertutup sehingga menghalangi masuknya ion sodium ke sisi dalam membran melalui kanal
tersebut.
Bila karena sesuatu sebab potensial membran di sisi dalam berubah menjadi kurang
negatif, yaitu manjadi sekitar antara -70 dan -50 mV, maka hal ini akan menyebabkan
terjadinya perubahan konformasi dalam gerbang aktivasi, sehingga gerbang tersebut menjadi
terbuka. Keadaan ini disebut keadaan teraktivasi, yang menaikkan permeabilitas membran
12
terhadap ion sodium manjadi 500 sampai 5000 kali lipat, sehingga ion-ion sodium dapat
dengan cepat masuk ke dalam sel melalui kanal ini. Masuknya ion sodium ke dalam sel
melalui kanal sodium terpicu-tegangan ini menyebabkan kenaikan potensial membran dengan
cepat dari -90 mV menjadi  +35 mV.
Kenaikan potensial membran sel tersebut menyebabkan gerbang inaktivasi yang semula
terbuka menjadi tertutup. Penutupan ini terjadi sekitar 0,1 ms setelah terbukanya gerbang
aktivasi. Berbeda dengan gerbang aktivasi yang membuka dengan cepat, gerbang inaktivasi
ini menutup secara lambat. Tertutupnya gerbang inaktivasi mengakibatkan ion sodium tidak
lagi dapat mengalir ke dalam sel melalui kanal ini, sehingga potensial membran berubah
menuju ke keadaan istirahat. Proses ini disebut repolarisasi.
Gerbang inaktivasi yang tertutup tersebut akan tetap tertutup sampai potensial membran
kembali ke atau mendekati level potensial istirahat. Oleh karena itu, biasanya kanal sodium
terpicu-tegangan tidak dapat terbuka kembali sebelum sel kembali ke keadaan repolarisasi
terlebih dahulu.
Dalam otot jantung, disamping kanal sodium terpicu-tegangan terdapat juga kanal
kalsium-sodium terpicu-tegangan yang juga ikut berperan dalam proses depolarisasi. Kanal
ini permeabel terhadap ion kalsium maupun sodium. Jika kanal ini terbuka maka ion-ion
kalsium dan sodium dapat mengalir ke dalam sel. Kanal ini teraktivasi dengan lambat, yaitu
memerlukan waktu 10 sampai 20 kali lebih lama dibanding kanal sodium terpicu-tegangan.
Oleh karena itu kanal ini disebut sebagai kanal lambat, sedang kanal sodium disebut kanal
cepat. Terbukanya kanal kalsium-sodium memungkinkan ion kalsium masuk ke dalam sel.
Karena ion kalsium bermuatan positif, maka masuknya ion ini ke dalam sel mengakibatkan
perpanjangan proses depolarisasi, atau dengan kata lain terjadi penundaan proses repolarisasi.
Dalam proses repolarisasi, yang juga ikut berperan adalah kanal potasium terpicu-
tegangan. Dalam keadaan istirahat, gerbang kanal ini tertutup sehingga ion potasium tidak
dapat mengalir melalui kanal ini. Pada saat potensial membran naik dari -90 mV menuju nol,
pada kanal ini terjadi pembukaan konformasi gerbang sehingga ion potasium dapat mengalir
keluar sel melalui kanal ini. Akan tetapi, karena adanya sedikit penundaan (delay), kanal
potasium ini terbuka pada saat yang bersamaan dengan mulai tertutupnya kanal sodium.
Kombinasi antara berkurangnya ion sodium yang masuk ke dalam sel dan bertambahnya ion
potasium yang keluar sel mengakibatkan peningkatan kecepatan proses repolarisasi menuju
potensial membran istirahat.
Perubahan-perubahan potensial membran mulai keadaan istirahat, depolarisasi, repolarisasi,
dan kembali istrahat. Perubahan potensial tersebut berupa impuls yang disebut potensial aksi
13
sel. Ada lima fase dalam potensial aksi tersebut yaitu fase 4, 0, 1, 2, dan 3. Fase 4 adalah fase
istirahat sel.
Fase 0 adalah fase pada saat kanal sodium terpicu-tegangan (kanal cepat) terbuka sehingga
ion-ion sodium dengan cepat masuk ke dalam sel. Fase 1 adalah fase pada saat kanal
potasium mulai membuka (dengan lambat). Fase 2 adalah kombinasi fase menutupnya kanal
sodium terpicu-tegangan, membukanya kanal kalsium-sodium terpicu-tegangan (kanal
lambat), dan membukanya kanal potasium terpicu-tegangan. Fase ini disebut plateau. Fase 3
adalah fase kombinasi menutupnya kanal-kanal sodium dan kalsium-sodium terpicu-tegangan
serta membukanya kanal potasium terpicu-tegangan. Selanjutnya sel kembali ke fase 4, yaitu
fase Pompa Na+-K+.
4. Kelistrikan Otot Jantung
Membran sel otot jantung (miokardium) sangat berbeda karakteristiknya dengan
membrane sel otot bergaris atau sel saraf. Pada membrane sel otot bergaris atau sel saraf
dalam keadaan potensial membrane istirahat, jika ada ranfsangan barulan ion-ion natrium
akan berdifusi ke dalam sel hingga mencapai nilai ambang dan selanjunya menjadi
depolarisasi. Sedangkan pada sel otot jantung, mudah terjadi kebocoran ion natrium sehingga
setelah selesai potensial aksi, ion natrium secara perlahan-lahan akan berdifusi kembali ke
dalam sel. Akibatnya terjadilah depolarisasi spontan sampai mencapai nilai ambang dan
terjadilah potensial aksi tanpa rangsangan dari luar.
Secara lebih rinci, mekanisme kelisirikan jantung digambarkan sebagai berikut :

Gambar 1.6
Sumber : softilmu

14
a. Aktivitas kelistrikan otot jantung
Sel membrane otot jantung serupa dengan sel membrane otot bergaris, yaitu mempunyai
kemampuan menuntun suatu perambatan pontensial aksi atau gelombang depolarisasi.
Deolarisasi sel membrane otot jantung (miokardium) oleh perambatan pontisial aksi dengan
menghasilkan kontraksi otot. Tetapi ada 3 hal penting perbedaan antara sel otot jantung
dengan sel otot bergaris, yaitu sel otot jantung mempunyai:
1) Hing speed conductive pathways (kondisi berjalan dengan kecepatan tinggi), merupakan
keistimewaan pada otot jantung di mana kondusi gelombang depolarisasi berlangsung secara
cepat. Sedangan pada otot bergaris perjalanan gelombang depolarisasi secara sergam meliputi
seluruh bagian dari struktur otot.
2) Long refracroy period (periode refrakter yang Panjang), lamanya repolarisasi dan periode
refrakter pada otot jantung (miokardium) 100 kali lebih lama dari pada otot bergaris.
3) Automatisasi (otomatisasi), tidak meghendaki ransangan dari luar untuk mencapai nilai
ambang, melainkan mempunyai kemampuan sendiiri yaitu depolarisasi spontan tanpa
ransangan dari luar. Sedangkan pada otot bergaris memerlukan ransangan dari luar. (Ruslan
Ahmadi. Riwid ikdo Handoko. 2008)
a. Proses sistem konduksi listrik pada jantung :
Sistem kondisi jantung bukan merupakan suatu sistem tunggal tapi merupakan sistem
sirkuit yang cukup kompleks yang terdiri dari sel dalam sistem konduksi jantung memiliki
beberapa kesamaan yang membedakan dengan sel otot berkerja untuk fungsi pompa.
Pada manusia,komponen yang berfungsi pada sistem konduksi jantung dapat dibagi menjadi
sistem yang berfungsi untuk menghasilkan impuls dan sistem yang berfungsi untuk
menjalarkan impuls. Hal ini terdiri dari nodus sinoatrial (nodus SA), nodus atrioventrikuler
(nodus AV), dan jaringan konduksi cepat (sistem His-Purkinje).
b. Pembentukan pontesial aksi pada otot jantung:
Pada sel otot jantung terdapat tiga komponen potensial aksi yaitu fase istirahat,
depolarisasi, dan repolarisasi. Fase istirahat adalah periode antara satu potensial aksi dan
potensial aksi berikutnya. Selama fase istirahat kebanyakan sel otot jantung tidak memiliki
pergerakan ion melintasi membrane sel. Perbedaan tenagagan listrik pada membransel pada
saat sel sedang istirahat dikenal sebagai resiting potential (RP). Besarnya tegangan RP ini
ditentukan oleh perbedaan konsentrasi dari berbagai ion yang terdapat di intra dan
ekstrasel,serta bergantung pada jenis kanal ion yang terbuka saat istirahat. Keseimbangan
15
antara sebagai ion ini menimbulkan tegangan RP sekitar 90mV pada miosit vertikel. Kondisi
RP ini disebut sebagai fase 4 dari potensial aksi.
Ketika suatu saat terjadi perubahan tegangan pada membrane sel, maka konsekuensinya akan
terjadi perubahan permeabilitas sel terhadap berbagai ion oleh karena sifat voltage sensitive
gating ion channel pada berbagai kanal ion di membrane sel.
Proses apapun yang membuat potensial membrane menjadi kurang negative hingga
melebihi kadar threshold, akan memulai terjadi potensial aksi. Ketika potensi membran
mencapai threshold (yakni -70 mV pada sel otot jantung), maka akan terjadi pembukaan
kanal ion Na+ jenis cepat (fast sodium channel) yang berlangsung secara cepat menimbulkan
rapid upstroke atau fase 0 pada AP. Hal ini disebut sebagai fase depolarisasi. Depolarisasi ini
menyebar kepada sel di sekeliling. Peningkatan kadar Na+ yang cepat ini akan menimbulkan
deolarisasi cepat dan terjadi perubahantegangan membrane mencapai kadar positif sekitar 10
mV. Ketika mencapai kadar tersebut, kanal ion menjadi inaktif, dan AP lain tidak dapat
diinisiasi sampai potensial membrane turun menjadi serupa dengan RP (-90mV).
Setelah depolarisasi akan terjadi repolarisasi akan terjadi repolarisasi dimana potensial
membrane jntung akan kembali ke normal oleh karena berbagai interaksi kanal yang
melibatkan kanal ion kalium dan kalsium. Selama fase ini sel otot jantung tidak dapat
berkontraksi yang disebut sebagai periode refrakter.
Repolarisasi terdiri dari 3 fase. Fase pertama replarisasi adalah fase 1 yakin terjdinya
repolarisasi singkat yang mengembalikan tegangan permukaan membrane menjadi 0. Hal ini
terutama diperankan oleh pengeluaran ion K+ dari intrasel. Fase beriukutnya adalah fase 2
yang merupkan fase terpanjang pada potensial aksi. Pada fase ini terjadi keseimbangan
pengeluar K+ dengan pasukan Ca++, yang berjalan melalui kanal ion spesifiktipe L. fase yang
Panjang ini disebut sebaagai fase plateau. Masuknya Ca++ ke dalam intrasel akan
mencetuskan pelepasan Ca++ dari reticulum sarkoplasma, yang sangat penting dalam
menginisiasi kontraksi sel otot jantung. Kanal Ca ++ ini kemudian akan inaktif dan efflux dari
ion K+ melebihi influx dari Ca++, sehingga potential membrane semakin negative maka sel
memasukifase 3 dari potensial aksi pada fase 3, adalah fase repolarisasi final yang akan
mengembalikan tegangan permukaan membrane selmenjadi -90 mV. Fase ini terutama
diperankan oleh rfflux dari K+. setelah mencapai repolarisasi komplit, sel otot jantung
kemudian akan siap untuk mengalami depolarisasi lagi.

16
D. Pengguanaan Listrik Secara Medis
Banyak aplikasi-aplikasi listrik yang di pakai dalam medis seperti : EKG, Diatermi, dan
Tens.
1. EKG ( Elektrokardiogram)
Elektrokardiogram (EKG) adalah grafik yang dibuat oleh sebuah elektrokardiograf, yang
merekam aktivitas kelistrikan jantung dalam waktu tertentu. Namanya terdiri atas sejumlah
bagian yang berbeda:elektro, karena berkaitan dengan elektronika, kardio, kata Yunani untuk
jantung, gram, sebuah akar Yunani yang berarti ‘menulis’. Analisis sejumlah gelombang dan
vector normal depolarisasi dan repolarisasi menghasilkan informasi diagnostik yang penting.
a. EKG merupakan standar emas untuk diagnosis aritmia jantung
b. EKG Memandu tingkatan terapi dan risiko untuk pasien yang dicurigai ada infark otot
jantung akut.
c. EKG membantu menemukan gangguan elektrolit(mis. Hiperkalemia dan hipokalemia)
d. EKG memungkinkan penemuan abnormal konduksi (mis. Blok cabang berkas kanan dan kiri)
e. EKG memungkinkan sebagai alat tapis penyakit jantung iskemik selama uji stress jantung
f. EKG kadang-kadang berguna untuk mendeteksi penyakit bukan jantung(mis. Emboli paru
atau hipotermia)
Prinsip-prinsip kerja EKG
Aktivitas elektrik ditimbulkan oleh sel jantung sebagai ion yang bertukar melewati
membran sel. Elektroda yang dapat menghantarkan aktivitas listrik dari jantung ke mesin
EKG ditempatkan pada posisi yang strategis di ekstremitas dan precordium dada. Energi
elektrik yang sangat sensitive kemudian diubah menjadi grafik yang ditampilkan oleh mesin
EKG. Tampilan ini disebut elektrokardiogram. Kontraksi jantung direpresentasikan dalam
bentuk gelombang pada kertas EKG, dan dinamakan gelombang P, Q, R, S, dan T. Bentuk
gelombang ini ditunjukkan pada defleksi terhadap garis isoelektrik(garis yang menunjukkan
tidak adanya energi). Garis isoelektrik dapat ditentukan dengan melihat interval dari T hingga
P.
1. Gelombang P adalah defleksi positif yang pertama dan merepresentasikan depolarisasi
atrium.
2. Gelombang Q merupakan defleksi negative pertama setelah gelombang P.
3. Gelombang R merupakan defleksi positif pertama setelah gelombang P.
4. Gelombang S merupakan defleksi negative setelah gelombang R.
17
5. Bentuk gelombang QRS biasanya dilihat sebagai satu unit dan merepresentasikandepolarisasi
ventrikel.
6. Gelombang T mengikuti gelombang S dan bergabung dengan kompleks QRS sebagai segmen
ST.
7. Gelombang T merepresentasikan kembalinya ion ke dalam sisi (appropriate) dalam
membrane sel. Ini sama dengan relaksasi dari serabut otot dan menggambarkan repolarisasi
ventrikel.
8. Interfal QT merupakan waktu antara gelombang Q dan gelombang T.
Langkah-langkah menggunakan EKG
1. Nyalakan mesin EKG
2. Baringkan pasien dengan tenang dan kaki tidak saling bersentuhan.
3.   Bersihkan dada, pergelangan tangan dan kaki dengan kapas alkohol kapan perlu dada dan
pergelangan kaki (cukur).
4. Ke 4 elektroda ekstremitas diberi jelly, kemudian pasang pada ke 2 pergelangan tangan dan
kaki.
5. Dada diberi jelly sesuai dengan lokasi untuk elektroda VI sampai dengan V6.
6. Pasang elektroda dada dengan menekan karet penghisapnya.
7. Buat kalibrasi sebanyak 3 buah.
8. Rekam setiap lead 3 – 4 beat.
9. Setelah selesai perekaman semua lead buat kalibrasi ulang.
10. Semua elektroda dilepas
11. Jelly dibersihkan dari tubuh pasien
12. Beritahu pasien bahwa perekaman telah selesai
13.  Matikan mesin EKG
14.  Alat-alat dirapikan kembali dan diletakkan pada tempatnya.

18
Gambar 1.7
Sumber : news.ciptamedika.com

2. Diathermi
Pesawat diathermi adalah suatu alat elektromedic yang digunakan untuk mengobati suatu
penyakit tertentu dengan cara menggunakan efek panas. Diatermi berasal dari kata ‘‘dia’’
yang berarti dalam tubuh dan ‘‘therm’’ berarti panas. Jadi, diatermi adalah pemanasan
didalam bagian tubuh dengan tujuan untuk penyembuhan penyakit.
Prinsip kerja dari pesawat diathermi
a. Elektroda diletakkan pada masing-masing sisi yang akan diobati dan dipisahkan dari kulit
dengan bahan isolator.
b. Rangkaian sumber daya didalam rangkaian ini tegangan PLN 50/60Hz diubah menjadi
frekuensi tinggi sebesar 2450MHz oleh rangkaian oscillator.
c. Rangkaian oscillator disebut juga pembangkit listrik frekuensi tinggi.
d. Rangkaian output merupakan rangkaian dari pesawat dimana rangkaian ini berfungsi untuk
menguatkan frekuensi tinggi yang disalurkan.

Gambar 1.8
Sumber : alat-fisioterapi.com
3. Transcutaneous electrical nerve stimulation (TENS)
TENS merupakan suatu cara penggunaan energi listrik yang digunakan untuk merangsang
system saraf dan peripheral motor yang berhubungan dengan perasaan melalui permukaan
kulit dengan penggunaan listrik dan terbukti efektif untuk merangsang berbagai tipe nyeri.
TENS mampu mengaktivasi baik syaraf berdiameter besar maupun kecil yang akan

19
menyampaikan berbagai informasi sensoris ke saraf pusat. Efektifitas TENS dapat
diterangkan lewat teori gerbang kontrol.
Prosedur penerapan TENS
a. Persiapan alat
Tentukan prosedur yang akan digunakan, semua tombol dalam posisi nol. Pad dibasahi
terlebih dahulu, untuk pad yang menggunakan gel diletakkan pada permukaan pad yang akan
dikontakan dengan kulit pasien. Pemeriksaan alat yang akan digunakan. Pemanasan alat
yakinkan tombol itensitas ‘‘off’’.

Gambar 1.8
Sumber : tokopedia.com
b. Persiapan pasien
Posisi pasien senyaman dan serileks mungkin.periksa area yang akan diterapi dalam
hal ini: kulit harus bersih dan bebas dari lemak , lotion. Periksa sensasi kulit. Lepaskan semua
metal diarea terapi. Sebelum memulai intervensi, therapist memberi penjelasan mengenai
cara kerja dan efek yang dapat ditimbulkan dari TENS.

Sumber : cariharga.gaptekupdate.info

20
c. Intervensi
Pad diletakkan pada daerah nyeri, dengan durasi 15 menit dan frekuensi 6 kali.

Sumber : trumedic.com

21
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Biolistrik adalah listrik yang terdapat pada makhluk hidup, tegangan listrik pada
tubuh berbeda dengan yang kita bayangkan seperti listrik di rumah tangga. Kelistrikan pada
tubuh berkaitan dengan komposisi ion yang terdapat dalam tubuh. Kelistrikan dan
kemagnetan didalam tubuh sangat berpengaruh pada sistem saraf pusat dan system otonom.

B. Saran
Penulis menyadari,dalam penyusunan makalah ini belum sepenuhnya sempurna.
Untuk itu dapat kiranya memberikan kritik dan saran mengenai makalah ini. Walaupun
demikian penulis berharap semoge makalah ini bermanfaat bagi kita semua.

DAFTAR PUSTAKA
Ahmadi Ruslan Hani dan Handoko Riwidikdo.(2009). Fisika kesehatan. Yogyakarta: Mitra
Cendekia Press.

22
Anonymous Biolistrik. diakses tanggal 19 Maret 2013 Anonymous Biolistrik. watan-1-bio-
listrik.html diakses tanggal 19 Maret 2013 Bertha Pengenalan Hukum dalam Biolistrik
diakses tanggal 19 Maret 2013 Gabriel, J.F. Fisika Kedokteran. EGC. Jakarta. 1996.
Park DS , Fishman GI. The Cardiac Conduction System. Circ.
2011; 123; p. 904-915.

23

Anda mungkin juga menyukai