Anda di halaman 1dari 26

MAKALAH FISIKA

APLIKASI KONSEP FISIKA PADA BIDANG


KESEHATAN : BIOLISTRIK

Dosen Pengampu : Fransisca Shinta Maharini, S.Si, M.Sc.

Christina Astri Damayanti 202130009


Chyrilla Ghervanya Phinky 202133010
Cinthya Margareta Baya 202133011
Fira Farzana Dela 202133013
Florentina Prabarani Kumara 202133014
Fransisca Widya Ayu 202133015
Gabriela Berlintina Talenta 202133016
Gabriella Dhea Maharani 202133017
Ignatius Altar Natalino 202133018

PRODI SARJANA GIZI


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN PANTI
RAPIH YOGYAKARTA
2021

i
KATA PENGANTAR

Puji dan Syukur kehadirat Tuhan Yang Esa yang telah memberikan rahmat dan
kasih-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “Aplikasi
Konsep Fisika dalam Bidang Kesehatan : Biolistrik” ini dengan baik dan selesai tepat
waktu.
Makalah disusun untuk memenuhi tugas Mata Kuliah Fisika. Selain itu, makalah
ini bertujuan menambah wawasan mengenai aplikasi fisika dalam bidang kesehatan
khususnya biolistrik bagi para pembaca dan juga bagi penulis.
Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar - besarnya
kepada Ibu Shinta selaku dosen pengampu mata kuliah fisika. Penulis menyadari bahwa
dalam penulisan makalah ini tidak terlepas dari bantuan banyak pihak yan g dengan tulus
memberikan saran dan kritik sehingga makalah ini dapat terselesaikan.
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna
karena terbatasnya pengalaman dan pengetahuan yang kami miliki. Maka dari itu kami
mohon saran dan kritik dari teman – teman maupun dosen. Demi tercapainya makalah yang
baik, sehingga dapat memberikan manfaat bagi kami pada khususnya dan pihak lain yang
berkepentingan pada umumnya.

Yogyakarta, November 2021

Penulis

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .................................................................................................... ii


DAFTAR ISI .................................................................................................................. iii
BAB I ................................................................................................................................1
Pendahuluan.....................................................................................................................1
1.1 Latar Belakang .......................................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah .................................................................................................1
1.3 Tujuan .....................................................................................................................2
BAB II ...............................................................................................................................3
Pembahasan .....................................................................................................................3
2.1 Konsep Biolistrik....................................................................................................3
2.2 Potensial Listrik pada Manusia ............................................................................3
2.3 Impuls Biolistrik.....................................................................................................7
2.4 Kelistrikan dan Kemagnetan pada Manusia .....................................................10
2.5 Depolarisasi dan Repolarisasi .............................................................................16
2.6 Penggunaan Listrik dan Magnet pada Permukaan Tubuh : Kejut Listrik ...18
BAB III ...........................................................................................................................20
Penutup ...........................................................................................................................20
3.1 Kesimpulan ...........................................................................................................20
3.2 Saran .....................................................................................................................21
Daftar Pustaka ...............................................................................................................22

iii
iv
BAB I

Pendahuluan

1.1 Latar Belakang

Kelistrikan, baik kita sadari atau tidak, merupakan hal yang lumrah dalam
kehidupan manusia, dimana saat ini segala aspek kehidupuan manusia sangat
berkaitan dengan kelistrikan. Kelistrikan sudah diamati dan dipelajari sejak zaman
yunani kuno. Orang – orang pada zaman yunani kuno menyadari bahwa setelah
mengososkan batu amber, benda – benda kecil seperti bulu dan jerami akan tertarik
kearah batu yang telah digosokan tersebut. Kata listrik sendiri diambil dari bahasa
Yunani yaitu electron.
Kelistrikan memegang peranan penting dalam bidang kesehatan khususnya
bidang kedokteran.. Pada bidang kedokteran terdapat dua aspek kelistrikan dan
kemagnetan yaitu kelistrikan dan kemaganetan di dalam tubuh manusia dan
kelistrikan dan kemaganetan pada permukaan tubuh manusia.
Biolistrik merupakan listrik yang ada dan timbul di dalam tubuh makhluk hidup.
Kelistrikan pada makhluk hidup pertama kali ditemukan dan dipelajari oleh Caldani
pada tahun 1856, ia menemukan kelistrikan pada otot katak yang telah mati, kemudian
terus berkembang sampai pada tahun 1928 dimana dilakukan penelitian terhadap
pengobatan menggunakan gelombang pendek (short wave) oleh Schliephake.
Oleh karena itu makalah ini akan membahas mengenai konsep biolistrik dan
keterlibatan hingga pemanfaatannya dalam bidang kesehatan.

1.2 Rumusan Masalah

1. Bagaimana konsep biolistrik dalam bidang kesehatan ?


2. Apa itu potensial listrik yang timbul pada tubuh manusia ?

1
3. Apa itu impuls biolistrik ?
4. Bagaimana kelistrikan dan kemganetan di dalam tubuh manusia ?
5. Apa itu depolarisasi dan repolarisasi ?
6. Apa itu penggunaan listrik dan magnet pada permukaan tubuh : kejut listrik ?

1.3 Tujuan

1. Mengetahui konsep biolistrik dalam bidang kesehatan


2. Mengetahui potensial listrik yang timbul pada manusia
3. Mengetahui apa itu impuls biolistrik
4. Mengetahui kelistrikan dan kemagnetan di dalam tubuh manusia
5. Mengetahui maksud dari depolarisasi dan repolarisasi
6. Mengetahui apa itu penggunaan listrik dan magnet pada permukaan tubuh : kejut
listrik

2
BAB II
Pembahasan

2.1 Konsep Biolistrik


Biolistrik adalah daya listrik hidup yang terdiri dari pancaran elektronelektron
yang keluar dari setiap titik tubuh (titik energi) dan muncul akibat adanya rangsangan
penginderaan.

Pikiran kita terdiri dari daya listrik hidup, semua daya ini berkumpul di dalam
pusat akal di dalam otak dalam bentuk potensi daya listrik. Dari pusat akal, daya ini
kemudian diarahkan ke seluruh anggota tubuh kita, yang kemudian bergerak oleh
perangsangnya. Potensi daya listrik hidup ini, yang tertimbun di dalam pusat akal harus
di tuntut oleh sesuatu supaya mengalir untuk mengadakan gerakan tubuh kita atau bagian-
bagian tubuh lainnya.

ATP (Adenosine Tri Posphate) merupakan sumber energi Biolistrik, ATP


dihasilkan oleh mitokondria melalui proses respirasi sel. Biolistrik juga merupakan suatu
fenomena sel. Sel – sel mampu menghasilkan potensial listrik yang merupakan lapisan
tipis muatan positif pada permukaan luar dan lapisan tipis muatan negative pada
permukaan dalam bidang batas / membran. Kemampuan sel saraf (neurons)
mengantarkan isyarat biolistrik sangat penting.

2.2 Potensial Listrik pada Manusia


Lapisan tipis bermuatan positif di permukaan luar dan lapisan tipis bermuatan
negatif di permukaan dalam bidang batas / membran merupakan potensial listrik yang
dihasilkan sel. Sel saraf (neurons) memiliki kemampuan mengantarkan isyarat biolistrik
yang sangat penting. Dendries merupakan alat pada transmisi sinyal biolistrik (TSB) yang
berfungsi mentransmisikan isyarat dari sensor ke neuron.
Sistem saraf memiliki peran yang penting pada hampir seluruh fungsi tubuh. Otak
pada dasarnya adalah suatu komputer sentral, menerima sinyal internal dan eksternal dan

3
(biasanya) menghasilkan respons yang sesuai. Informasi yang diterima disalurkan sebagai
sinyal listrik di sepanjang saraf. Sistem komunikasi yang efisien tersebut dapat
menangani berbagai informasi pada saat yang sama. (Astawa, 2014)
A. Sistem Saraf dan Neuron
1. Sistem Saraf
a) Sistem Saraf Pusat
(1) Otak
Berperan sangat penting sebagai pusat mengatur dari seluruh
kegiatan manusia. Otak terletak di dalam rongga tengkorak, yang terdiri
dari beberapa bagian. Bagian utama otak antara lain otak besar
(Cerebrum), otak kecil (Cerebellum), dan batang otak. Otak besar
merupakan pusat pengendali yang disadari. Otak kecil terletak di bagian
belakang bawah otak besar yang berfungsi sebagai pengatur
keseimbangan tubuh dan mengoordinasikan kerja otot ketika melakukan
kegiatan.
Batang otak (sumsum lanjutan / sumsum penghubung) terletak di
depan otak kecil, di bawah otak besar, dan menjadi penghubung antara
otak besar dan otak kecil. Batang otak berfungsi mengatur refleks
fisiologis yang tidak disadari.
(2) Sumsum tulang belakang
Terletak memanjang di dalam rongga tulang belakang. Di dalam
sumsum tulang belakang terdapat saraf sensorik, saraf motorik, dan saraf
penghubung yang berfungsi sebagai penghantar impuls dari otak dan ke
otak, juga sebagai pusat pengatur gerak refleks.
b) Sistem Saraf Otonom
Sistem saraf Otonom mengendalikan ataupun mengatur berbagai organ
internal secara tidak sadar. Untuk menanggapi rangsangan, terdapat tiga
komponen yang dimiliki oleh sistem saraf, yaitu:
(1) Reseptor, adalah alat penerima rangsangan atau impuls. Organ indra
bertindak sebagai reseptor pada tubuh kita.

4
(2) Penghantar impuls, dilakukan oleh saraf (neuron) itu sendiri. Saraf
tersusun dari berkas serabut penghubung (akson). Terdapat sel-sel khusus
yang memanjang dan meluas pada serabut penghubung.
(3) Efektor, merupakan bagian yang menanggapi rangsangan yang telah
diantarkan oleh penghantar impuls.
2. Neuron

Gambar 2.1 Sel Saraf


Neuron
Merupakan struktur dasar dari sistem saraf. Sel saraf (neuron) adalah bagian
terkecil dalam suatu skema saraf yang berfungsi menerima, menginterpretasi, dan
menghantarkan aliran listrik. Neuron terdiri atas sel-sel tubuh yang menerima aliran
listrik dari neuron lain melalui kontak (sinapsis) yang berada di dendrit atau tubuh sel.
Neuron bergabung membentuk jaringan untuk mengantarkan impuls
(rangsangan). Sel saraf tersusun dari badan sel, dendrit, dan akson.
a. Badan sel
Merupakan bagian terbesar dari sel saraf untuk menerima rangsangan dari
dendrit dan meneruskannya ke akson.
b. Dendrit
Adalah serabut sel saraf pendek yang bercabang-cabang. Dendrit berfungsi
menerima dan mengantarkan rangsangan ke badan sel.
c. Akson (Neurit)
Merupakan serabut sel saraf panjang yang merupakan lanjutan sitoplasma
badan sel. Di dalamnya terdapat neurofibril (benang-benang halus)
Berdasarkan struktur dan fungsinya, ada tiga macam sel saraf, yaitu:

5
a. Sel saraf sensorik (Afferen), berfungsi menerima rangsangan dari reseptor
yaitu alat indera.
b. Sel saraf motorik (Efferen), mengantarkan rangsangan ke efektor yaitu otot
dan kelenjar. Rangsangan yang diterima berasal dari otak dan sumsum tulang
belakang.
c. Sel saraf penghubung, banyak ditemukan di otak dan sumsum tulang
belakang, yang berfungsi menghubungkan sel saraf satu dengan sel saraf
lainnya.
B. Potensial Listrik Saraf
1. Potensial aksi sel
Potensial aksi merupakan perubahan besar yang terjadi sesaat pada potensial
istirahat di titik stimulasi saat neuron mengalami stimulasi, menjalar di sepanjang
akson. Dari keadaan polarisasi menjadi depolarisasi dan kembali lagi ke polarisasi
disertai perubahan-perubahan pada potensial membran sel. Perubahan tersebut
dari negatif di sisi dalam menjadi positif dan kemudian kembali lagi negatif.
Penjalaran ini merupakan metode utama penyaluran sinyal di dalam tubuh.
Stimulasi disebabkan oleh berbagai rangsangan fisik dan kimia, seperti dingin,
panas, sinar, bau, dan suara.
Dalam potensial aksi terdapat lima fase, yaitu fase 4, 0, 1, 2, dan 3. Fase 4
adalah fase istirahat sel. Fase 0 yaitu saat kanal sodium terpicu tegangan (kanal
cepat) terbuka sehingga ion-ion sodium dengan cepat masuk ke dalam sel. Fase 1
adalah fase saat kanal potasium mulai membuka (dengan lambat). Fase 2 (plateau)
adalah kombinasi fase menutupnya kanal sodium terpicu tegangan, membukanya
kanal kalsium-sodium terpicu tegangan (kanal lambat), dan membukanya kanal
potasium terpicu tegangan. Fase 3 merupakan fase kombinasi menutupnya kanal-
kanal sodium dan kalsium-sodium terpicu tegangan serta membukanya kanal
potasium terpicu tegangan.
2. Potensial istirahat sel
Saat keadaan istirahat, antara sisi dalam dan luar membran sel terdapat suatu
beda potensial yang disebut potensial istirahat sel (cell resting potential).
Potensial ini berpolaritas negatif di sisi dalam dan positif di sisi luar membran sel,

6
sama-sama terdapat ion-ion potasium dan sodium, tetapi dengan konsentrasi yang
berbeda.
Difusi ion-ion potasium dan sodium menembus membran sel, mempengaruhi
potensial di sisi dalam dan luar membran sel. Untuk mengetahui pengaruh kedua
jenis ion pada potensial membran sel, akan dilihat pengaruh masing-masing jenis
ion tersebut secara sendiri-sendiri selanjutnya diperhitungkan interaksi keduanya
secara bersamaan. Sehingga, akan dilihat terlebih dahulu pengaruh difusi ion
potasium.

2.3 Impuls Biolistrik


A. Kelistrikan Saraf
Dalam bidang neuroanatomi serat saraf dengan ukuran diameter besar memiliki
kemampuan menghantar impuls lebih cepat dibandingkan serat saraf dengan ukuran
diameter yang kecil. Akson tanpa mielin dengan diameter 1 mm memiliki kecepatan 20-
50 m/s, sedangkan akson berdiameter 10 m memiliki kecepatan 100 m/s.

Serat saraf dibagi menjadi dua tipe: serat saraf bermielin dan serat saraf tanpa mielin.
Mielin merupakan bagian yang menjadi insulator (isolasi) yang baik dan dapat mengalir
listrik sangat rendah, yang menjadi penyebab potensial aksi akan menurun ketika
melewati saraf yang bermielin.

Aktivitas kelistrikan sel merupakan kemampuan memindahkan ion dari satu sisi ke
sisi lainnya. Di dalam membran sel terdapat ion Na, K, Cl, dan protein (A). Ion Na +
memiliki konsentrasi lebih banyak diluar sel, sedangkan K+ lebih banyak didalam sel.

Sel saraf menggunakan difusi pasif dalam mempertahankan perbedaan ion melalui
membran sel. Ketidaksesuaian dalam distribusi Na + dan K+ dibentuk berdasarkan
kebutuhan energi pemompaan Na + dan K+ yang menyebabkan perpindahan ion Na + keluar
dari sel dan K+ kedalam sel. Selain itu terdapat protein pada membran sel sebagai saluran
potensial yang memudahkan Na + dan K+ mengalir pada hantaran impuls saraf.

Pada potensial aksi ketika nilai ambang tercapai, peningkatan waktu dan amplitudo
pada potensial aksi akan tetap sama. Ketika potensial aksi mencapai puncak mekanisme

7
pengangkutan pada sel membran akan mengembalikan ion Na + keluar sel sehingga terjadi
potensial membran istirahat. Proses ini disebut polarisasi dengan siklus mencapai 3 m
detik.

Terdapat dua frekuensi arus listrik:


a. Listrik berfrekuensi rendah: terjadi antara 20 Hz hingga 500.000 Hz.
Memiliki efek merangsang saraf dan otot yang menyebaban kontraksi otot.
b. Listrik berfrekuensi tinggi: merupakan arus listrik yang diatas 500.000
siklus per detik (500.000 Hz). Memiliki efek merangsang motoris atau
saraf sensoris, kecuali dilakukan menggunakan pengulangan yang sama.
Listrik berfrekuensi tinggi bersifat memanaskan.

Gambar 2.2 Sel Saraf


B. Kelistrikan jantung daNeuron
1. Elektrofisiologi Jantung
Aktivitas listrik jantung dipicu oleh aksi potensial yang tersebar ke otot – otot
jantung. Jantung tersusun dari 2 jenis sel otot yaitu :

a. Sel kontraktil, sel – sel yang membentuk otot jantung dengan presentase 99%.
Sel ini tidak menghasilkan potensial aksinya, dan sel kontraktil juga yang
melakukan kerja mekanik untuk memompa darah di jantung.
b. Sel otoromik, sel khusus yang memulai dan menghantarkan potensial aksi
yang kemudian digunakan untuk melakukan kontraksi oleh sel – sel kontraktil.
Sel otoromik pada jantung merupkan sel khusus pada otot jantung yang berbeda
dengan sel saraf dan sel otot rangka, karena sel otoromik sendiri tidak memiliki potensial
istirahat. Sel otoromik memicu potensial aksi bagi seluruh jantung secara berirama tanpa
rangsangan saraf apapun, hal ini terjadi akibat adanya siklus berulang dari aktivitas
pemicu, potensial membran terpolarisasi secara perlahan sampai ke ambang (potensial

8
pemicu). Nodus Sinoatrial (nodus SA), nodus atrioventrikuler (nodus AV), berkas his
(berkas atrioventrikuler), serat purkinje adalah area yang terbentuk dari sel – sel jantung
otoromik.

Sistem konduksi jantung dimulai di nodus sinoatrial atau pace maker adalah pemicu
awal dari setiap siklus jantung. Nodus SA juga dipengaruhi oleh beberapa hal seperti
pengaruh dari saraf pusat yaitu saraf simpatik dan parasimpatik, dan ada juga pengaruh
dari hormon tiroid dan epinefrin yang mempengaruhi cepat lambatnya impuls dari nodus
SA. Lalu impuls dari nodus SA akan menyebabkan kontraksi di atrium kanan dan kiri.
Impuls tersebut pada saat yang bersamaan akan mendepolarisasi nodus atrioventricular
(nodus AV).

Dari nodus AV akan berlanjut ke berkas his. Berkas his kemudian akan bercabang
menjadi cabang kiri (left bundle) dan cabang kanan (right bundle). Berkas his memang
yang mendistribusikan energi listrik sampai melewati permukaan medial ventrikel,
namun kontraksi sebenarnya distimulasi oleh serat purkinje yang muncul right bundle
dan left bundle lalu diteruskan ke sel miokardium ventrikel.

c. Kelistrikan otot jantung


Pada sel otot jantung sering terjadi kebocoran ion Na+ yang menyebabkan terjadinya
repolarisasi komplet, ion Na+ kemudian akan masuk secara perlahan kembali ke dalam
sel akibat terjadinya gejala depolarisasi secara spontan hingga mencapai nilai ambang dan
potensial aksi terjadi tanpa memerlukan rangsangan dari luar. Sel otot jantung kemudian
mencapai nilai ambang dan potensial aksi pada kecepatan teratur disebut natural rate.

Sel membran otot bergaris dan sel membran otot sama – sama memiliki kemampuan
untuk menuntun suatu perambatan potensial aksi / gelombang depolarisasi, yang akan
menghasilkan kontraksi otot. Tetap saja ada hal – hal yang membedakan sel otot jantung
dengan sel otot rangka, yaitu sel pada otot jantung memiliki :

1) High speed conductive pathway (konduksi berjalan dengan kecepatan tinggi)


2) Long refractory period (periode refrekter yang penjang)
3) Automatisasi (otomatis)

9
2.4 Kelistrikan dan Kemagnetan pada Manusia
A. Kelistrikan Pada Sinapsis dan Neuromyal Junction
Sinapsis merupakan hubungan dari dua buah saraf, sedangkan neuromyal junction
merupakan berakhirnya saraf pada sel otot atau hubungan saraf otot.

Sinapsis dan neuromyal junction memiliki kemampuan meneruskan gelombang


depolarisasi dengan cara lompat pada satu sel menuju pada sel berikutnya. Pentingnya
gelombang depolarisasi pada sel membran otot dikarenakan ketika terjadi depolari sasi,
zat kimia yang terdapat dalam otot akan bergetar atau berdenyut sehingga menyebabkan
kontraksi otot, dan kemudian akan terjadi repolarisasi sel otot yang dimana otot akan
mengalami relaksasi.

Gambar 2.3 Sinapsis dan neuromyal junction

B. Elektroda
Elektroda digunakan untuk mengukur dengan baik potensial aksi. Elektroda berfungsi
untuk memindahkan transmisi ion ke penyalur elektron.

Perak dan tembaga merupakan bahan yang digunakan elektroda. Elektroda perak dan
tembaga jika dicelupkan dalam suatu larutan elektrolit seimbang cairan tubuh akan
menyebabkan perbedaan potensial pada kedua elektroda tersebut. Perkiraan perbedaan
potensial ini sama dengan perbedaan potensial dintara kontak kedua logam. Perbedaan
ini disebut offset elektroda.

Jenis bentuk elektroda:

10
a. Elektroda jarum (Mikro Elektroda): memiliki bentuk konsentrik
(consentrik elektroda). Digunakan dalam mengukur aktivitas motor unit
tunggal.

Gambar 2.4 Eletroda Jarum


b. Elektroda mikropipet: dibuat dari pada gelas

Gambar 2.5 Eletroda Mikropipet


c. Elektroda permukaan kulit: elektroda yang terbuat dari bahan tahan karat
metal atau logam (contoh: perak, nikel atau alloy).
Bentuk elektroda permukaan kulit:
- Bentuk plat

Gambar 2.6 Eletroda permukaan


kulit bentuk plat

11
- Bentuk suction cup

Gambar 2.7 Eletroda permukaan


kulit bentuk suction cup

- Bentuk floating

Gambar 2.8 Eletroda permukaan


kulit bentuk floating

- Bentuk ear clip

Gambar 2.9 Eletroda permukaan


kulit bentuk ear clip

- Bentuk batang

Gambar 2.10 Eletroda permukaan kulit bentuk batang

12
C. Isyarat Listrik Tubuh
Isyarat listrik (electrical signal) tubuh merupakan hasil perlakuan kimia dari tipe-tipe
sel tertentu.Dengan mengukur isyarat listrik tubuh secara selektif sangat berguna untuk
memperoleh informasi klinik tentang fungsi tubuh.

Yang termasuk dalam isyarat listrik tubuh :

1. Elektromiogram (EMG)
Elektromiogram (EMG) berguna untuk mencatat potensial otot biolistrik saat terjadi
pergerakan otot dan berfungsi untuk memperoleh informasi mengenai kelistrikan otot.
EMG adalah sebuah tes yang mengukur aktivitas dari otot dan dapat mendeteksi jika
terdapat aktivitas otot yang abnormal akibat adanya penyakit dan kondisi neuromuskuler.

2. Elektroneurogram (ENG)
Elektroneurogram (ENG) adalah alat yang digunakan untuk mengukur kelistrikan
saraf dan kemudian akan menghasilkan data kelistrikan. ENG digunakan untuk
menetukan penderita miastenia gravis, mengetahui kecepatan konduksi saraf motoris dan
saraf sensoris, dan untuk mengetahui keadaan lengkungan reflek.

3. Sinyal Listrik dari Jantung—Elektrokardiogram (EKG)


Kerja jantung yang ritmis dikendalikan oleh suatu sinyal listrik yang diawali oleh
stimulasi spontan sel-sel otot khusus yang terletak di atrium kanan. Sel-sel ini membentuk
nodus sinoatrium (SA), atau petnacu jantung, Nodus SA melepaskan sinyal dengan
interval teratur sekitar 72 kali per menit; namun, kecepatan pelepasan sinyal ini dapat
meningkat atau menurun bergantung pada saraf yang terletak di luar jantung sebagai
respons terhadap kebutuhan tubuh akan darah serta rangsangan lainnya. Sinyal listrik dari
nodus SA memicu depolarisasi sel-sel otot kedua atrium sehingga keduanya berkontraksi
dan memompa darah ke dalam ventrikel. Kemudian terjadi repolarisasi atrium untuk
melihat bentuk potensial aksi). Sinyal listrik kemudian berjalan menuju nodus
atrioventrikel (AV) yang memicu depolarisasi ventrikel kanan dan kiri sehingga kedua
ventrikel berkontraksi dan mendorong darah ke dalam sirkulasi paru dan umum. Otot
ventrikel kemudian mengalami repolarisasi dan rangkaian proses ini kembali berulang.
Depolarisasi dan repolarisasi otot jantung menyebabkan arus mengalir di dalam badan,

13
menimbulkan potensial listrik di kulit. Elektrokardiogram (EKG) adalah perekaman
potensial listrik di antara dua titik yang terletak di berbagai lokasi di permukaan tubuh.

4. Sinyal Listrik dari Otak—Elektroensefalogram (EEG)


Apabila kita meletakkan elektrode di kulit kepala dan mengukur aktivitas listrik, kita
akan memperoleh beberapa sinyal listrik kompleks yang sangat lemah. Sinyal - sinyal ini
terutama dihasilkan oleh aktivitas listrik neuronneuron di korteks otak. Sinyal-sinyal ini
pertama kali diamati oleh Hans Berger pada tahun 1929; sejak itu, telah banyak dilakukan
riset tentang aplikasi klinis, fisiologis, dan psikologis dari sinyal-sinyal tersebut, tetapi
pemahaman yang mendasar masih terba-tas. Salah satu hipotesis menyatakan bahwa
potensial listrik dihasilkan melalui suatu proses sinkronisasi intermiten yang melibatkan
neuronneuron di korteks, dengan berbagai kelompok neuron yang menjadi sinkron pada
waktu yang berbeda-beda. Menurut hipotesis ini, sinyal dari titik-titik di sisi kanan
dibandingkan dengan sinyal dari titik-titik yang simetris di sisi kiri.

Perekaman sinyal-sinyal di otak disebut elektroensefalogram (EEG). EEG memiliki


banyak fungsi seperti : mendiagnosis kondisi neurologis seperti gangguan kejang
(epilepsi); mendiagnosa dan lokalisasi tumor otak, Infeksi otak, perdarahan otak,
parkinson; mendiagnosa cedera kepala; memonitor aktivitas otak saat seseorang sedang
menerima anestesia umum selama perawatan.; mendiagnosa lesi desak ruang lain; dan
periode keadaan pingsan atau dementia Narcolepsy.

Sistem kerja Elektroensefalogram (EEG) dengan menempatkan elektroda di kulit


kepala pada tengkorak yang tidak dibuka atau dengan elektroda yang diletakkan di dalam
atau di atas otak.

5. Elektrogastrogram (EGG)
Elektrogastrogram (EGG) merupakan sebuah pergerakan yang ada pada otot- otot di
saluran penceranaan yang menimbulkan gerakan seperti bergelombang dan menyebabkan
terjadi efek menelan / menyedot makanan yang masuk ke dalam saluran pencernaan.
Penyembuhan maag dan dyspepsia dapat dibantu dengan menggunakan EGG. Pada
penderita gastroparesis EGG memiliki fungsi untuk memperbaiki aktivitas myoelectric

14
pada lambung. EGG bekerja dengan menempelkan elektroda pada bagian atas perut guna
memantau aktivitas listrik yang dihasilkan otot lambung.

6. Sinyal Listrik dari Mata—Elektroretinogram (ERG) dan


Elektrookulogram (EOG)
Perekaman perubahan potensial yang dihasilkan oleh mata saat retina terpajan ke
suatu berkas sinar disebut elektroretinogram (ERG). Satu elektrode diletakkan di lensa
kontak yang pas menutupi kornea, dan elektrode lain dilekatkan di telinga atau dahi untuk
memperkirakan potensial di belakang mata.

7. Sinyal Magnetik dari Jantung dan Otak-Magnetokardiogram (MKG) dan


Magnetoensefalogram (MEG)
Akibat dari aliran muatan listrik akan menghasilkan medan magnet, arus di
jantung saat depolarisasi dan repolarisasi juga menghasilkan medan magnet.
Magnetokardiografi mengukur medan magnet yang sangat lemah ini di sekitar jantung.
Perekaman medan magnet jantung disebut magnetokardiografi (MKG). Medan magnet
di sekitar jantung adalah kira-kira 5 x 10-11 tesla (T), atau sekitar sepersejuta kekuatan
medan magnet bumi. [satuan senti-meter-gram-detik (cgs) untuk medan magnet adalah
gauss; 1 T = 104 gauss]. Untuk mengukur medan yang sangat lemah ini diperlukan
ruangan yang terlindungi secara magnetik dan detektor medan magnet yang sangat peka
(magnetometer). Salah satu detektor semacam ini, yang disebut SQUID
(Superconducting Quantum Interference Device), bekerja pada suhu sekitar 5 K dan dapat
mendeteksi medan magnet tetap atau berubah-ubah sampai sekecil 10-4 T. Magnetometer
SQUID juga digunakan untuk merekam medan magnet yang mengelilingi otak.
Perekaman medan ini disebut magnetoensefalogram (MEG). Saat irama alfa, medan
magnet dari otak adalah sekitar 1 x 10-3 T. Ini hampir sama dengan satu per semilyar dari
medan magnet bumi.

15
2.5 Depolarisasi dan Repolarisasi
Sinyal pada sel-sel saraf disampaikan melalui melalui sinyal listrik. Sinyal listrik
ini dapat terjadi karena ada perbedaan muatan di dalam dan di luar sel. Perbedaan muatan
ini dapat diukur menggunakan voltameter yang terhubung dengan elektro pembanding
dan mikroelektroda perekam.

Gambar 2.11

A. Depolarisasi

Depolarisasi adalah peristiwa ketika ion – ion Na+ masuk ke dalam neuron atau
akson yang kemudian menyebabkan bagian dalam membran positif dan bagian luar
membran menjadi negatif.

Sel memiliki potensial yang bersifat lebih negatif dibandingkan potensial pada
cairan ekstraseluler. Pada keadaan normal beda potensial antara sitosol dan cairan
ekstraseluler akan selalu berada dalam kesetimbangan pada kisaran -70 mV. Namun pada
keadaan tertentu dapat terjadi perubahan.

Contohnya Ion Na+ yang ada diluar sel berdifusi ke dalam sel sehingga gradien

konsentrasi menyebabkan muatan sel berubah menjadi positif, dan pada suatu saat
potensial membran mencapai +30 mV. Fenomena ini disebut dengan Depolarisasi atau
potensial mengarah pada nol.

Konsentrasi ion natrium, kalsium dan klorida lebih tinggi di ektraseluler


dibandingkan dengan intraseluler. Akibatnya ion-ion tersebut akan berpindah ke dalam
sel saat saluran ion spesifik terhadap ion tersebut terbuka.

16
Jika pergerakan suatu ion menyebabkan bagian dalam sel menjadi semakin negatif
maka sel dikatakan mengalami hiperpolarisasi. Atau keadaan dimana potensial membran

menjadi lebih rendah daripada potensial sel membran. Hal ini dapat terjadi ketika ion K +

keluar dari dalam sel atau masuknya ion negatif ke dalam sel, sehingga akan
menyebabkan sulitnya suatu potensial aksi untuk terbentuk.

Namun jika pergerakan ion menyebabkan bagian dalam kurang negatif


dibandingkan bagian luar sel maka kondisi ini disebut sebagai suatu depolarisasi, hal ini
akan memudahkan terbentuknya suatu potensial aksi.

B. Repolarisasi
Setelah timbul potensial aksi, sel membran akan mengalami repolarisasi.

Repolarisasi adalah ketika kanal ion K+ berdifusi keluar sel sehingga potensial menurun

menuju ke potensial istirahat membran. Sehingga terciptalah elektronegatif di dalam


membran sel dan elektropositif di luar membran

Pada proses ini saluran Natrium yang tadi terbuka akan menutup dan diikuti
dengan terbukanya saluran Kalium. Kalium akan berpindah keluar sel menuruni gradien
konsentrasinya dan mengembalikan potensial membran dalam sel menjadi negatif.

Proses repolarisasi sel membran disebut sebagai suatu tingkat refrakter. Tingkat
refrakter ada dua fase yaitu periode refrakter absolut yakni selama periode ini tidak ada
rangsangan dan unsur kekuatan untuk menghasilkan potensial aksi yang lain

Sedangkan periode refrakter relaktif yakni setelah membran mendekati


repolarisasi seluruhnya maka dari periode refrakter terabsolut akan menjadi periode
refrakter refraktif dan apabila stimulus yang kuat secara normal akan menghasilkan
potensial aksi yang baru.

17
2.6 Penggunaan Listrik dan Magnet pada Permukaan Tubuh : Kejut
Listrik
Kejut listrik atau syok listrik merupakan suatu nyeri yang terjadi di saraf sensoris
yang disebabkan oleh aliran listrik yang mengalir secara tiba – tiba melalui tubuh.
Kejadian kejut listrik sendiri timbul secara kebetulan. Kejut listrik ini memiliki bahaya
yang sangat besar; penderita akan mengalami ventricular fibrillon, yang akan diikuti
dengan kematian. Oleh karena itu perubahan – perubahan yang terjadi akibat kejut listrik
perlu diketahui sehingga dapat menghindari bahaya dari kejut listrik.

Dalam bidang kedokteran terdapat 2 macam syok listrik, yaitu :

a. Syok dengan tujuan tertentu


Kejut listrik ini dilaksanakan atas dasar indikasi medis. Beberapa aplikasi kejut
listrik antara lain :
• Defibrillator
sebuah alat medis yang dapat menganalisis irama jantung secara otomatis
dan memberikan kejutan listrik untuk mengembalikan irama jantung jika
dibutuhkan. Alat ini berfungsi untuk menolong orang yang mengalami
henti jantung.
• Elektroterapi (ECT)
suatu tindakan terapi dengan menggunakan aliran listrik untuk
membangkitkan kejang pada penderita. Aliran kejut listrik ini dapat
mempengaruhi struktur kimia di otak. Electric syok / electro convultion
therapy biasa digunakan pada beberapa penderita psikosis (gangguan
jiwa) sebagai terapi.
• TENS dan PENS
TENS (Transcutaneous electrical nerve stimulation )adalah terapi yang
menggunakan arus listrik untuk mengatasi nyeri karena berbagai kondisi,
dari gangguan saraf, operasi, hingga nyeri akibat persalinan, sakit
punggung dibagian bawah. PENS (perkutan stimulasi elektro- saraf) pada
dasarnya sama saja dengan TENS, yang membedakan adalah PENS
menggunakan jarum akupuntur sebagai penghantar arus listriiknya.

18
b. Syok tanpa tujuan
Kejut listrik yang terjadi akibat dari suatu kesalahan atau kecelakaan. Syok listrik
ini dikenal dengan nama earth syok. Earth syok tejadi bila salah satu bagian tubuh
pasien menyentuh kawat fasa sedangkan bagian tubuh lainnya menyentuh kawat
netral.

Apabila terjadi kejut listrik, AC switching harus segera dipadamkan dan semua
elektroda disekitarnya harus dijauhi dari penderita. Pasien kemudian dipindahkan
menggunakan bahan – bahan isolator untuk menghindari petugas dari bahaya syok.
Bahaya dari syok listrik sendiri sangatlah besar, bahkan dapat menyebabkan kematian.
Maka dari itu diperlukan adanya tindakan – tindakan pencegahan meliputi : alat – alat
listrik yang dipergunakan, ruangan, penderita, serta petugas yang ada, sehingga
meminimalkan terjadinya kecelakaan atau kesalahan.

19
BAB III
Penutup

3.1 Kesimpulan
Biolistrik adalah daya listrik hidup yang terdiri dari pancaran
elektronelektron yang keluar dari setiap titik tubuh (titik energi) dan muncul akibat
adanya rangsangan penginderaan. Sumber energi dari biolistrik dalam tubuh ialah berasal
dari ATP (Adenosine Tri Posphate).

Potensial listrik pada manusia dapat terjadi di sistem saraf dan neuron. Sistem
saraf pada manusia memiliki peran yang sangat penting pada hampir setiap bagian tubuh
manusia. Otak pada dasarnya adalah suatu komputer sentral, menerima sinyal internal
dan eksternal dan (biasanya) menghasilkan respons yang sesuai. Potensial listrik saraf
terdiri dari potensial aksi sel dan potensial istirahat sel.

Impuls biolistrik secara aplikatif dapat diturunkan menjadi kelistrikan saraf dan
kelistrikan jantung. Kelistrikan dan kemagnetan yang ada di dalam tubuh manusia ialah
seperti :

a. Kelistrikan Pada Sinapsis dan Neuromyal Junction


b. Elektroda
c. Isyarat Listrik Tubuh

Depolarisasi adalah peristiwa ketika ion – ion Na+ masuk ke dalam neuron atau
akson yang kemudian menyebabkan bagian dalam membran positif dan bagian luar

membran menjadi negatif. Sedangkan Repolarisasi adalah ketika kanal ion K+ berdifusi

keluar sel sehingga potensial menurun menuju ke potensial istirahat membran. Sehingga
terciptalah elektronegatif di dalam membran sel dan elektropositif di luar membran.

Kejut listrik atau syok listrik merupakan suatu nyeri yang terjadi di saraf sensoris
yang disebabkan oleh aliran listrik yang mengalir secara tiba – tiba melalui tubuh. Kejut

20
listrik ini memiliki bahaya yang sangat besar kemungkinan terburuk adalah kematian.
Sehingga persiapan dan pengetahuan mengenai kejut listrik sangat diperlukan untuk
mengindari terjadinya kesalahan dan kecelakaan yang bisa saja mengancam jiwa.

3.2 Saran
Penulis juga menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna, maka
Penulis akan memperbaiki makalah dengan berlandaskan sumber – sumber yang dapat
dipertanggungjawabkan. Saran dari kami bahwa pembelajaran tidak selalu bersumber
dari sebuah institusi namun bisa dipelopori dari masing – masing pribadi dengan kemauan
untuk selalu belajar hal – hal baru demi masa depan yang cemerlang. Saran dan kritik
yang membangun sangat kami harapan untuk menyempurnakan makalah ini.

21
Daftar Pustaka

Astawa, I. P. (2014). Bahan Ajar Kimia Biolistrik : Biolistrik Tubuh. Retrieved from
simdos.unud:
https://simdos.unud.ac.id/uploads/file_pendidikan_dir/ecf660ad905ddaba303787
e265d14c91.pdf
Cromwell, L., Weibell, F. J., & Pfeiffer, E. A. (1980). Biomedical Instrumentation and
Measurements. United State: Prentice-Hall, Inc.
Gabriel, J. F. (1996). Fisika Kedokteran . Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran .
Irawati, L. (2015). Akktifitas Listrik pada Jantung. Jurnal Andalas , 596 -599.
Jumini, S. (2018). Fisika Kedokteran . Wonosobo: Penerbit Mangku Bumi.
Malau, N. D. (2019, April 1). Modul Biofisika. Retrieved from Uki.ac.id:
http://repository.uki.ac.id/2648/1/ModulBiofisika.pdf
Rizal, S. (2014). BAB_2. Retrieved from Undip.ac.id:
http://eprints.undip.ac.id/44883/2/BAB_2.pdf
Suharsono, H. (2018). Biolistrik pada Metode Diagnosis Fakultas Kedokteran Hewan
Universitas Udayana . Retrieved from erepo.unud:
http://erepo.unud.ac.id/id/eprint/25864/1/8b93c1cc25603f6becc2edda199cdc37.
pdf
Washudi, & Hariyanto, T. (2016, Desember). Biomedik Dasar Komperhensif .
Retrieved from ppsdmk.kemkes: http://bppsdmk.kemkes.go.id/pusdiksdmk/wp-
content/uploads/2017/08/Biomedik-Dasar-Komprehensif.pdf

22

Anda mungkin juga menyukai