OLEH :
TRANSFER A 2022
Berkumur
Kelompok Suhu awal Bernafas Ketiak
(Air es)
34
=
1,49 × 1,49
34
=
2,22
= 15,31
c. Kelompok 3
BB
IMT =
T (M 2 )
42,5
=
1,55 × 1,55
42,5
=
2,40
= 17,71
d. Kelompok 4
BB
IMT =
T (M 2 )
55
=
1,57 × 1,57
55
=
2,46
= 22,27
e. Kelompok 5
BB
IMT =
T (M 2 )
65
=
1,65 × 1,65
65
=
2,72
= 23,89
f. Kelompok 6
BB
IMT =
T (M 2 )
65
=
1,65 × 1,65
65
=
2,72
= 23,89
Perhitungan persamaan Du Bois
Rumus :
W×H
S=√
3600
W×H
S=√
3600
49 × 154
=√
3600
7546
=√
3600
= √2,11 = 1,45 m2
b. Kelompok 2
W×H
S=√
3600
34 × 149
=√
3600
5066
=√
3600
= √1,40 = 1,18 m2
c. Kelompok 3
W×H
S=√
3600
42,5 × 155
=√
3600
6587,5
=√
3600
= √1,82 = 1,34 m2
d. Kelompok 4
W×H
S=√
3600
55 × 157
=√
3600
8635
=√
3600
= √2,40 = 1,54 m2
e. Kelompok 5
W×H
S=√
3600
65 × 165
=√
3600
10725
=√
3600
= √2,97 = 1,72 m2
f. Kelompok 6
W×H
S=√
3600
65 × 165
=√
3600
10725
=√
3600
= √2,97 = 1,72 m2
IV.3 Pembahasan
Berat badan merupakan ukuran massa tubuh seseorang yang
dinyatakan dalam satuan kilogram (kg) Luas permukaan tubuh
menyatakan ukuran dari tinggi seseorang yang dikalikan dengan berat
badan dan dibagi dengan 3600. Indeks massa tubuh (IMT) merupakan
perbandingan antara berat badan dan tinggi badan seseorang yang
dinyatakan dalam m2. Dalam dunia farmasi, berat badan (BB), tinggi
badan (TB) dan luas permukaan tubuh (LPT) digunakan dalam
perhitungan dosis terutama untuk anak-anak (Sugiritama dkk, 2015).
Suhu tubuh merupakan keseimbangan antara produksi dan
pengeluaran panas dari tubuh, yang diukur dalam satuan derajat.
Pengukuran suhu tubuh ditujukan untuk memproleh suhu inti jaringan
tubuh rata-rata representatif. Suhu normal rata-rata bervariasi bergantung
lokasi pengukuran. Tempat pengukuran suhu inti merupakan indikator
suhu tubuh yang lebih baik daripada suhu di permukaan. Tempat
pengukuran suhu inti dan suhu permukaan adalah pada suhu inti yaitu
rektum, membran timpani, esofagus, arteri pulmoner, dan kandung kemih
sedangkan pada suhu permukaan diantaranya kulit, aksila, dan oral
(Sumanto dkk., 2014).
Pada praktikum kali ini, dilakukan percobaan perhitungan indeks
massa tubuh (IMT), luas permukaan tubuh(LPT) dan pengukuran suhu
tubuh probandus. Dalam perhitungan IMT dan LPT hal pertama yang
dilakukan yaitu menimbang berat badan dan mengukur tinggi badan
probandus kemudian dihitung menggunakan rumus LPT dan IMT.
Adapun hasil yang diperoleh dari percobaan perhitungan IMT untuk
probandus 1 yakni 20,66 yang termasuk dalam nilai IMT normal dengan
LPT 1,45 m2. Pada probandus 2 diperoleh nilai IMT yakni 15,31 yang
termasuk dalam nilai IMTunderweight dengan LPT 1,18 m2. Pada
probandus 3 diperoleh nilai IMT yakni 17,71 yang termasuk dalam nilai
IMT underweight dengan LPT 1,39 m2. Pada probandus 4 diperoleh nilai
IMT yakni 22,27 yang termasuk dalam nilai IMT normal dengan LPT 1,44
m2. Pada probandus 5 diperoleh nilai IMT yakni 23,89 yang termasuk
dalam nilai IMT obesitas 1 dengan LPT 1,73 m2. Pada probandus 6
diperoleh nilai IMT yakni 23,89 yang termasuk dalam nilai IMT obesitas 1
dengan LPT 1,73 m2.
Untuk hasil percobaan dari pengukuran suhu tubuh diperoleh hasil
yaitu suhu awal pada masing-masing probandus berada pada rentang
suhu 36-370C. Pada pengukuran suhu saat probandus bernafas,
didapatkan hasil dengan suhu yang berbeda antara probandus yaitu ada
yang mengalami kenaikan suhu dan ada yang tidak. Hal ini dikarenakan
perbedaan dari laju pernapasan atau respirasi dari probandus tersebut.
Menurut Imamah 2016, semakin tinggi suhu tubuh, maka akan semakin
tinggi pula laju respirasi atau pernapasan. Untuk hasil pengukuran suhu
tubuh pada probandus yang berkumur dengan air es diperoleh hasil yaitu
penurunan suhu tubuh pada semua probandus. Hal ini dikarenakan ketika
tubuh pada suhu dingin maka tubuh akan kehilangan panas karena
adanya perpindahan panas dari tubuh ke es batu. Perpindahan panas ini
terjadi secara konduksi yaitu proses pemindahan panas antara dua benda
yang berbeda suhu dan saling bersentuhan (Guyton, 1995). Dalam
pengukuran suhu tubuh melalui ketiak diperoleh hasil yaitu hampir semua
probandus memperoleh pengukuran suhu yang lebih tinggi melalui ketiak
dari pada melalui oral. Menurut Amri 2022, pengukuran suhu tubuh melaui
oral lebih tinggi dari pada hasil pengukuran suhu tubuh melalui aksila atau
ketiak. Hasil yang didapatkan dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor
yaitu lingkungan seperti udara, suhu lingkungan dan pada saat dilakukan
pengukuran suhu tubuh. probandus menggerakkan lengannya atau posisi
tubuhnya yang berubah-ubah, sehingga mempengaruhi hasil pengukuran
suhu.
BAB V
PENUTUP
V.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil pengamatan diperoleh kesimpulan bahwa berat
badan, tinggi badan dan luas permukaan tubuh menjadi landasan dalam
perhitungan dosis yang dinyatakan dalam mg/kgbb. Luas permukaan
tubuh lebih tepat untuk menghitung dosis anak karena banyak fenomena
fisik lebih erat hubungannya dengan luas permukaan tubuh.
Probandus I memiliki IMT 20,66 yang termasuk kategori normal,
probandus II dengan IMT 15,3 yang termasuk dalam kategori kurus,
probandus III dengan IMT 17,71 dengan kategori kurus, probandus IV
dengan IMT 22,27 termasuk normal, probandus V dengan IMT 23,89
dengan kategori obesitas tipe 1 serta Probandus VI dengan IMT 23,89
juga tergolong kategori obesitas tipe 1.
V.2 Saran
V.2.1 Saran Untuk Dosen
Adapun saran untuk dosen agar mendampingi praktikan pada
setiap percobaan agar praktikum dapat berjalan dengan lancar.
V.2.2 Saran Untuk Asisten
Adapun saran untuk asisten yaitu tetaplah menjadi asisten yang
senantiasa membimbing dan mengarahkan kami dalam melakukan
percobaan agar kami bisa melakukan percobaan dengan baik dan benar
serta mengurangi kesalahan dalam percobaan.
V.2.3 Saran Untuk Laboratorium
Adapun saran untuk Laboratorium sebaiknya fasilitas dalam
laboratorium lebih di tingkatkan lagi untuk memadai dan menunjang
kegiatan selama percobaan berlangsung.
DAFTAR PUSTAKA
Amri, K. 2022. “Perbedaan Hasil Pengukuran Suhu Tubuh Menggunakan
Termometer Manual Melalui Aksila dengan Oral Pada Pasien
Tipoid Diruang Rawat Inap RSUD Budhi Asih”. Jurnal Keperawatan
dan Kesehatan Penerbangan. Akademi Keperawatan RSP TNI AU.
Vol. 1 No. 2.
Anisa, K. 2019. “Efektifitas Kompres Hangat Untuk Menurunkan Suhu
Tubuh Pada an.D Dengan Hipertermia”. Jurnal Ilmiah Ilmu
Kesehatan: Wawasan Kesehatan, 5(2), 122– 127.
Aulia, Reinita. 2023. “Hubungan Antara Iklim Kerja, Beban Kerja Fisik, dan
Faktor Individu dengan Kejadian Heat Strain pada Pekerja Pembuat
Tahu di Kecamatan Way Halim Kota Bandar Lampung”. Skripsi.
Fakultas Kedokteran: Universitas Lampung.
Badan POM. 2019. “Peraturan Badan Pengawas Obat dan Makanan
Tahun 2019 jilid 1”: Jakarta
Bambang Ermanadji. 2018. “Fisiologi Sistem Muskular (Otot)”.Malang :
Polikteknik Kesehatan Malang.
Grace Maria Ulfa, Irma Nopriyani, Vivien Fathuroya, Widya Dwi Rukmi
Putri, Kiki Fibrianto, Simon Bambang Widjanarko. “Temperature
Influence on Swelling Power, Solubility, and Water Binding Capacity
of Ultrasound-treated Sweet Potato Starch”. Departemen Ilmu
Pangan dan Bioteknologi – Fakultas Teknologi Pertanian –
Universitas Brawijaya
Guyton, A. C.1995. “Fisiologi Tubuh Manusia”. Bina Rupa Aksara. Jakarta.
Hall JE. 2016. “Guyton and hall textbook of medical physiology”. 12th
edition. Philadelphia:Elsevier.
Imamah, N. 2016. “Model Arrhenius untuk Pendugaan Laju Reaksi Brokoli
Terolah Minimal”. Jurnal Keteknikan Pertanian. Institut Pertanian
Bogor. Vol. 4 No. 1.
IOSH. 2018. “Musculoskletal Disorders. Institution of Occupational Safety
and Health”The Grange, Highfield Drive, Wingston, Leicestershire,
England. UK
Jacklitsch B, et al. 2016. “NIOSH criteria for a recommended standard:
occupational exposure to heat and hot environments”. Department
of Health and Human Services.
Kemenkes. 2019. “Anatomi Fisiologi”. Jurusan Kebidanan, Politeknik
Kesehatan Kemenkes Palanka Raya.
Purnomo, Eddy. 2019. “Anatomi Fungsional”. Yogyakarta: Penerbit
Lintang Pustaka Utama.
Rhicard, Drake. 2012. “Gray Dasar- Dasar Anatomi”. Elsivier ; Jakarta.
Robiah Adawiyah. 2015. “Makalah Pemberian obat-obat melalui injeksi”:
Jakarta
Sugiritama, W.I.I., Wiyawan, I.G.N.S., Anjana, I.G.K., Ratnayanti. 2015.
“Kategori Berat Badan dan Obesitas pada Masyarakat Bajar
Demurih Kecematan Sulut”. Fakultas Kedokteran. Universitas
Udayana.
Sumanto, B dan Puliano, P. 2014. “Pengukuran Suhu Tubuh Secara Tak
Sentuh Menggunakan Inframerah Berbasis Arduino Uno”. Seminar
Nasional Sainstek. Universitas Gadjah Mada. Yogyakarta.
Sunny, Wangko. 2014. “Jaringan Oto Rangka”. Jurnal Biomedik, volume
6, Nomor 3, Suplemen, November 2014, hlm S27-32.
T. Bolon, Cristina Magdalena. 2020. “Anatomi dan Fisiologi Untuk
Mahasiswa Kebidanan”. Medan: Yayasan Kita Menulis
Tjahayuningtyas, Aulia. 2018. “Faktor yang Mempengaruhi Keluhan
Musculoskeletasl Disorders (MSDs) pada Pekerja Informal”.The
Indonesian Journal of Ocupational Safety and Health Vol. 8 No 1.
Ulandari, Putri. 2022. “Hubungan Pengetahuan Ibu tentang Status Nutrisi
dengan IMT pada Balita Usia 1-3 Tahun”. Skripsi. Fakultas
Kesehatan: Insan Cendekia Medika.
Wangko, S. 2014. Jaringan Otot Rangka Sistem Membran Dan Struktur
Halus Unit Kontraktil. Jurnal Biomedik, Volume 6, Nomor 3,Tahun
2014.
WHO. 2018. “Obesity and Overweight”. World Health Organization.
LAMPIRAN
1. Dokumentasi
Gambar Keterangan
PengukuranSuhu
Hasil PengukuranSuhu
2. LAMPIRAN SKEMA
LPT (Luas Permukaan Tubuh)
Suhu Tubuh
Tutup mulut