Pada praktikum ini dilakukan pemisahan senyawa organik, dimana
pemisahannya dapat dilakukan melalui proses ekstraksi. Ekstraksi merupakan proses pemisahan bahan dari campurannya dengan menggunakan pelarut yang sesuai, serta proses pemisahannya berdasarkan perbedaan sifat tertentu terutama kelarutannya terhadap cairan tidak saling larut yang berbeda (Mukhriani, 2014). Proses ektraksi dilakukan dengan metode ekstraksi cair-cair atau yang dikenal dengan ekstraksi solvent merupakan proses pemisahan fasa cair yang memanfaatkan perbedaan kelarutan zat terlarut yang akan dipisahkan antara larutan asal dan pelarut pengekstrak (solvent) (Mirwan, 2013). Praktikum ini bertujuan untuk memisahkan kafein dari the dan melakukan uji alkaloid. Kafein (1,3,7-N-trimethylxanthine) adalah salah satu senyawa nitrogen penting dengan kadar molekular rendah pada tanaman kopi. Kafein merupakan alkaloid purin dan disintesis dari nukleotida purin pada beberapa tanaman, termasuk tanaman teh, tanaman mate dan tanaman kopi (Stefanello et all., 2018). Sampel yang digunakan yaitu the sebanyak 25 gr, ditambahkan 20 gram natrium karbonat dan diberi air mendidih sebanyak 225 mL. menurut Panjaitan (2022), natrium karbonat digunakan karena bertindak sebagai basa untuk memisahkan senyawa kafein dengan senyawa lainnya sehingga natrium karbonat dapat menarik tanin dan senyawa lain selain kafein dari teh. Dan air mendidih dapat melarutkan tanin serta kafein pada sampel, dimana tanin merupakan senyawa fenolik yang bersifat asam, maka tanin dapat diubah menjadi garam menggunakan natrium karbonat yang bersifat basa (Panjaitan, 2022). Kemudian dilakukan dekantasi 3 kali, dan filtrat yang didapatkan digabungkan menjadi 1. Dilakukan pemisahan dengan pelarut kloroform, dimana kloroform digunakan karena sifat kafein adalah non-polar sehingga dibutuhkan pelarut yang juga bersifat non-polar. Digunakan kalsium klorida karena dapat menyerap air yang masih terdapat didalam larutan kafein, dimana menurut Panjaitan (2022) kelarutan kafein lebih besar didalam kloroform jika dibandingkan dengan air. Hasil yang diperoleh berupa Kristal putih kehijauan, dimana menurut Wilantari (2018) akan terbentuk Kristal kafein yang berbentuk jarum berwarna putih kehijauan. Pada uji kualitatif yaitu dilakukan uji pereaksi mayer dan wagner dimana hasil yang didapatkan pada uji Wagner semua kelompok kecuali kelompok 2 menunjukkan hasil negatif sedangkan pada kelompok 2 menunjukkan hasil positif. Dimana menurut Wilantari (2018) reaksi positif ditandai dengan terbentuknya endapan coklat. Pada pengujian menggunakan pereaksi mayer didapatkan hasil negatif untuk semua kelompok. Menurut Mustikasari & Ariyani (2010) hasil positif dari pengujian menggunakan pereaksi mayer ditandai dengan terbentuknya endapan berwarna putih. Prinsip dari metode analisis ini adalah reaksi pengendapan yang terjadi karena adanya penggantian ligan. Atom nitrogen yang mempunyai pasangan elektron bebas pada alkaloid dapat mengganti ion iodo dalam pereaksi-pereaksi. Pereaksi wagner mengandung iod dan kalium iodida. Sedangkan pereaksi mayer mengandung kalium iodida dan merkuri klorida (kalium tetraiodomerkurat(II)). Namun metode ini memiliki kelemahan yaitu pereaksi- pereaksi tersebut tidak saja dapat mengendapkan alkaloid tetapi juga dapat mengendapkan beberapa jenis senyawa antara lain, protein, kumarin, α-piron, hidroksi flavon, dan tanin. Reaksi tersebut dikenal dengan istilah “falsepositive” (Sastroadmidjojo, 1996). Hasil positif alkaloid pada uji Mayer ditandai dengan terbentuknya endapan putih. Diperkirakan endapan tersebut adalah kompleks kalium-alkaloid. Pada pembuatan pereaksi Mayer, larutan mercury(II) klorida ditambah kalium iodida akan membentuk endapan merah mercury mercury(II) iodida. Jika kalium iodida yang ditambahkan berlebih maka akan terbentuk kalium tetraiodomerkurat(II) (Svehla, 1985). Alkaloid mengandung atom nitrogen yang mempunyai pasangan elektron bebas sehingga dapat digunakan untuk membentuk ikatan kovalen koordinat dengan ion logam (Sangi dkk., 2008) . Pada uji alkaloid dengan pereaksi Mayer, nitrogen pada alkaloid akan bereaksi dengan ion logam K+ dari kalium tetraiodomerkurat(II) membentuk kompleks kalium-alkaloid yang mengendap. Menurut Seniwaty dkk (2009) reaksi wagner ini terjadi jika ada asam, reaksi dapat terjadi karena adisi ion hidrogen pada ikatan rangkap dua lalu membentuk karbokation. Dimana elektron dari bagian lain molekul tertarik ke atom karbon yang bermuatan positif, dan terbentuk ikatan kimia baru dengan penyingkiran ion hidrogen atau adisi ion negatif. Adapaun faktor kesalahan yang mungkin mengakibatkan ketidaksesuaian hasil dengan literatur dapat disebabkan karena pada percobaan ini tidak dilakukan proses rekristalisasi sehingga hasil yang didapatkan kemungkinan belum murni dan waktu praktikum yang terbatas. Sastrohamidjojo, H. 1996. Sintesis Bahan Alam. Gadjah Mada University Press, Yogyakarta Svehla G, 1985, Buku Ajar Vogel Kimia Analisis Kuantitatif Anorganik , Edisi Ke-4, Erlangga, Jakarta. Terjemahan :Vogel’s Textbook Of Quantitative Inorganic Analysis Elementary Instrumental Analysis, Basset, J., Denny, R.C., Jeffery, G.H., Mendham, J., 1991, 4th Edition, Longman Group U.K Limited, London. Mustikasari, K dan Ariyani, D. (2010). Skrining Fitokimia Ekstrak Metanol Biji Kalangkala (Litsea Angulata). Jurnal Sains dan Terapan Kimia. Vol.4, No.2, Hal. 131-136.