Anda di halaman 1dari 10

Uji Karakteristik Senyawa Kelompok Nitrogen

A. Tujuan Dasar
1. Mempelajari dan memperkenalkan salah satu metode identifikasi senyawa
berdasarkan gugus fungsi
2. Memberi pemahaman identifikasi secara kimia senyawa golongan amina

B. Teori Dasar
Test karateristik senyawa kimia untuk mendeteksi senyawa-senyawa ini jarang

dilakukan. Biasanya dilakukan dengan penentuan gugus fungsional dengan menggunakan

spektroskopi inframerah, analisis unsur dan tes kelarutan. Tes reaksi yang dapat dilakukan

untuk menunjukan adanya gugus fungsi tersebut salah satunya adalah tes CuSO 4 atau dikenal

dengan tes biuret. Tes ini dipakai untuk menunjukkan adanya amina yang larut dalam air dan

mempunyai berat molakul rendah. Hasil tes ini positif bila terbentuk warna biru atau hijau

kebiru-biruan (Anwar, 1994).

Nitrogen adalah sebuah unsur kimia dalam table periodik yang memiliki lambang N dan

nomor atom 7. Biasanya ditemukan sebagai gas tanpa warna, tanpa bau, tanpa rasa dan

merupakan gas diatomonik bukan logam stabil, sangat sulit bereaksi dengan unsur atau

senyawa lainnya.Dinamakan zat lemas karena zat ini bersifat malas, tidak aktif bereaksi

dengan unsure lainnya. Nitrogen adalah 78,08% daria tmosfir bumi dan dalam banyak

jaringan hidup. Zat lemas terbentuk banyak senyawa penting seperti asam amino, amoniak,

asam nitrat dan sianida (Vogel, 1985).

Amina dapat dianggap sebagai turunan dengan menganti satu, dua atau tiga hidrogen

dari amonia dengan organik. Seperti amonia, amina bersifat basa. Pada kenyataannya amonia

adalah jenis basa organik penting diatom. Amina digolongkan menjadi amina primer, amina

sekunder, dan amina tersier, tergantung apakah satu, dua atau tiga gugus organik yang
melekat pada nitrogen. Gugus R pada struktur ini dapat berupa alkil dan aril dan kedua gugus

tersebut dapat berbeda atau satu sama lain. Sama halnya dengan amonia, amonia membentuk

larutan basa (alkali) dengan air. Amina juga dapat bereaksi dengan asam kuat membentuk

garam alkalamonium (Hart, 1983).

Senyawa Amina merupakan salah satu agen kimia yang banyak mempengaruhi

karotenassi pada sejumlah system mikrobia. Beberapa agen bahan kimia yang memiliki

pengaruh termasuk terpen, ionone, , alkaloid dan antibiotic telah dipelajari untuk

pengaruhnya pada sintesis karotenoid. Misalnya pada penentuan kadar Nitrogen pada sintesis

deproteinasi polimer kitin secara enzimatik dari kulit rajungan. Banyaknya protein yang

terdapat dalam kitin dapat dilihat dari persen nitrogen. Dimana proses yang berlangsung pada

tahap destruksi sampel dioksidasi dengan panas dan pelarut H2SO4 pekat, karbon dan

hidrogen diubah menjadi CO2 dan H2O. Nitrogen pada amida dan amina diubah menjadi ion

ammonium (Hart, 1990).

Hasil sintesis bioisurfaktan ini tidak menghasilkan ester sebab sifat kebasaan dan

nukleofil dari NH2 lebih kuat dari gugus OH dan jika alkohol amina primer yang direaksikan

dengan asam karboksilat memiliki n < 3 memiliki reaksifitas yang tinggi reaktifitas yang

tinggi dan migrasi dari gugus ester menjadi amida terjadi secara spontan Lebih lanjut

mengemukakan bahwa reaksi antara asam lemak dan alkohol amina yang memiliki n < 3

(Hendra, 2013).

Kitosan merupakan suatu senyawa poli (N-amino-2 deoksi β-D-glukopiranosa) atau

glukosamin hasil deasetilasi kitin/poli ( N-asetil-2 amino-2-deoksi ßD glukopiranosa) yang

diproduksi dalam jumlah besar. Hasil isolasi kulit udang akan menghasilkan senyawa kitin

yang merupakan polimer dari glukosamin yaitu polisakarida yang mengandung gugus
asetatamida, sedangkan kitosan merupakan hasil proses hidrolisa kitin dengan alkali sehingga

terjadi proses deasetilasi dari gugus asetamida menjadi gugus amina (Ramadhan

dkk., 2010).

Amida adalah turunan asam karboksilat, dimana gugus -OH digan-ti dengan -NH2 atau

amoniak, dimana 1 H diganti dengan asil. Sifat fisika dari amina berupa zat padat kecuali

formamida yang berbentuk cair, tak berwarna, suku-suku yang rendah larut dalam air,

bereaksi kira-kira netral. Struktur Amida : R - CONH 2  . Amida diperoleh melalui reaksi

asam karboksilat dengan amoniak, garam amoniumamida dipanaskan dan Reaksi anhidrid

asam dengan amponiak. Dalam aplikasinya, amida banyak ditemukan sebagai Formamida

berbentuk cair, sebagai pelarut, untuk identifikasi asam yang berbentuk cair serta sintesis

nilon (Riawan, 1990).

Turunan senyawa sinamida sebelumnya telah diisolasi dan dilaporkan dari tumbuhan

Clausena indica dan senyawa benzamida telah diisolasi dari tumbuhan Buxus sempervirens.

Senyawa amida dapat disintesis menjadi beberapa turunan amida. Beberapa turunan amida

yang telah disintesis berguna untuk pengujian farmakologi sehingga dapat bermanfaat bagi

bidang kesehatan (Saidi, 2010).

Turunan senyawa alpha asam amino sebagai amida maupun poliamida dengan berbagai asam

lemak dapat dimanfaatkan sebagai bahan antimikroba dan surfaktan. Beberapa peneliti terdahulu

telah melakukan amidasi langsung melalui pemanasan antara asam karbosilat dengan senyawa

amin yaitu reaksi antara asam azelat dengan urea menghasilkan senyawa amida yang berguna

sebagai surfaktan dan reaksi antara dodekilamania dengan asam ß-hidroksi pelargonat yang

merupakan turunan asam azelat menghasilkan dodekil ß-hidroksi pelargonamida yang berguna

sebagai zat anti penuaan dan anti keriput dalam industri kosmetika (Kaban, 2005).
Senyawa nitro mengandung satu atau lebih kelompok nitro (NO2) adalah kelas senyawa

organik RNO2 senyawa rumus (dimana R adalah gugus hidrokarbon alifatik atau gugus

hidrokarbon). Senyawa nitro dapat dilihat sebagai molekul hidroksil satu atau lebih atom

hidrogen adalah kelompok nitro (-NO2) derivatif diganti dihasilkan oleh kelompok hidroksil

dapat dibagi menjadi senyawa nitro alifatik (R-NO2) dan aromatik Keluarga nitro senyawa

(Ar-NO2), dibandingkan dengan senyawa nitro alifatik, senyawa nitro aromatik digunakan

secara luas (Oxtoby, 2001).

C. Alat dan Bahan


1. Alat
- Tabung reaksi
- Pipet tetes
- Gelas kimia
- Gelas ukur
2. Bahan
- CuSo4
- Meti amin, dimetil amin, trimetil amin
- NaOH 10%
- Asam sulfat 10%
- NaNO3
D. Prosedur Pembuatan
1. Reaksi oksidasi dengan asam kromat
a. Uji CuSO4
Ditambahkan satu tetes senyawa yang akan diuji ( metilamin,
dimetilamin, trimetilamin) kedalam 1ml larutan 10% CuSo4, amati
perubahan yang terjadi.
b. Test beilstein
Panaskan ujung kawat tembaga dalam pemanas Bunsen sampai
warnanya berubah, lalu celupkan pada senyawa HCl 3M, CHCl3, lalu ati
perubahan yang terjadi.
2. Uji karakteristik gugus nitro (NO2)
tes merah putih biru
campurkan satu tetes atau 20 mg zat yang diperiksa dengan 0,5 ml larutan NaOh
10 % . setelah dua menit, tambahkan 0,2 ml larutan natrium nitrat dan 5 tetes
asam sulfat 10% , adanya warna merah biru menunjukan nitro alkane primer.

E. Hasil Percobaan
1. Reaksi Oksidasi dengan Asam Kromat

b. Uji CuSO4

1 Reaksi NaOH + Amyl


alkohol

2 Reaksi NaOH +
Butanol

3 Reaksi NaOH + Fenol


F. Pembahasan
Nitrogen adalah salah satu senyawa yang melimpah di alam yang
berbentuk gas. Nintrogen memiliki banyak jenis diantaranya yaitu amonia dan
asam karboksilat. Untuk menguji adanya senyawa nitrogen, maka dilakukanlah
uji karakteristik terhadap amina (reaksi oksidasi asam kromat) dengan
menggunakan bahan CuSO4 dan uji karakteristik amida (kelarutan dalam air,
hidrolisis dengan alkali,hidrolisis dengan asam) dengan menggunakan urea
sebagai pengujinya.

Uji hidrolisis dengan alkali. Alasan kenapa di uji dengan hidrolisis alkali

karena amida merupakan senyawa yang bersifat basa maka apabila direaksikan

dengan senyawa yang bersifat basa, akan teridentifikasi sifat dari larutan itu.

Maka atas dasar inilah dilakukan percobaan dengan mereaksikan urea dengan

natrium hidroksida yang merupakan basa lemah. Berdasarkan hasil pengamatan,

diperoleh hasil bahwa kertas lakmus berubah menjadi warna biru hal ini terbukti

bahwa urea yang direaksikan dengan NaOH bersifat basa. Bukan hanya itu,

ternyata apabila urea direaksikan dengan NaOH, hasil reaksi yang terjadi ialah
menghasilkan gas amonia. Dan hal ini terbukti adanya yaitu dibuktikan dengan

adanya bau anyir pada larutan yang mana bau tersebut berasal dari bau amonia.

G. Kesimpulan
H. Berdasarkan percobaan yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa :
I. 1. Senyawa organik dapat diklasifikasikan berdasarkan kelarutan dalam pelarut
J. organikya itu senyawa polar larut dalam pelarut polar dan senyawa nonpolar
K. larut dalam senyawa nonpolar.
Adapun kesimpulan yang dapat ditarik dari praktikum ini yaitu:

1. Untuk mengidentifikasi senyaw organik dan anorganik dapat dilakukan uji


pembakaran, tes beilstein, tes pemanasan, dan tes ionisasi dengan menggunakan
AgNO3 sebagai pereaksi.
2. Sifat dasar senyawa organik yaitu memiliki titik didih yang tinggi dibandingkan
senyawa anorganik, senyawa organik tidak dapat membentuk ion-ion atau tidak
terionisasi, sedangkan senyawa anorganik dapat mengalami ionisasi menjadi kation
dan anion sehingga dapat menghantarkan arus listrik dan menghasilkan gelembung,
senyawa organik bila dipanaskan akan terbentuk arang yang merupakan perwujudan
dari atom karbon dalam senyawanya sedangkan pada senyawa anorganik bila
dipanaskan tidak akan berubah warna menjadi hitam.
DAFTAR PUSTAKA

buku panduan praktikum kimia organik


LAPORAN PRAKTIKUM

KIMIA ORGANIK

Uji Karakteristik Senyawa Kelompok Nitrogen

DOSEN PENGAMPU :

David Nugraha, m.farm

Siti Rahmah, M.Si., Apt

Disusun oleh :

Afni Nurfitriani 2004277002


Sindi Lestari 2004277035
Tia Astriani 2004277039
Yunia Purwati 2004277046

D3 FARMASI TINGKAT I

STIKes Muhammadiyah Ciamis

Jln. K.H. Ahmad Dahlan No.37 Telp/Fax : (0265) 775052/ (0265) 771931 Ciamis,
Jawa Barat

Anda mungkin juga menyukai