Anda di halaman 1dari 27

LAPORAN LENGKAP

PRAKTIKUM ANATOMI FISIOLOGI MANUSIA


”SISTEM PENCERNAAN”

OLEH :

KELOMPOK V

TRANSFER A 2022

ASISTEN PENANGGUNG JAWAB : NURFADILLAH

LABORATORIUM FARMAKOLOGI DAN FARMASI KLINIK

PROGRAM STUDI STRATA SATU FARMASI

SEKOLAH TINGGI ILMU FARMASI MAKASSAR

MAKASSAR

2023
BAB I
PENDAHULUAN
I.1 Latar Belakang
Anatomi fisiologi merupakan ilmu pengetahuan yang mempelajari
tentang susunan atau potongan tubuh dan bagaimana alat tubuh tersebut
bekerja atau dapat juga dikatakan ilmu yang mempelajari tentang struktur
tubuh beserta fungsinya. Dua cabang ilmu ini menjadi dasar yang penting
untuk memahami bagian tubuh dan fungsinya (Wahyuningsih, 2019).
Kata anatomi berasal dari bahasa Yunani (Greek) yang secara
makna harfiah diartikan sebagai “membuka suatu potongan”. Anatomi
adalah suatu ilmu yang mempelajari bagian dalam (internal) dan luar
(eksternal) dari struktur tubuh manusia dan hubungan fisiknya dengan
bagian tubuh yang lainnya, dari sudut medis, anatomi terdiri dari berbagai
pengetahuan tentang bentuk, letak, ukuran, dan hubungan berbagai
struktur dari tubuh manusia sehat sehingga sering disebut sebagai
anatomi deskriptif atau topografis (Sari, 2021). Adapun fisiologi secara
makna kata dari bahasa latin berasal dari kata “Fisis” (Physis) yaitu alam
atau cara kerja dan “Logos” (Logi) yang berarti ilmu pengetahuan. Maka
fisiologi adalah ilmu yang mempelajari faal atau pekerjaan atau fungsi dari
tiap-tiap jaringan tubuh atau bagian dari alat-alat tubuh dan fungsinya.
Anatomi fisiologi adalah dua hal yang berkaitan erat satu dengan yang
lainnya baik secara teoritis maupun secara praktikal (Sari, 2021).
Salah satu bentuk anatomi fisiologi tubuh manusia dalam bentuk
sistem organ yaitu berupa sistem pencernaan Sistem pencernaan
berurusan dengan penerimaan makanan dan mempersiapkannya untuk di
proses oleh tubuh (Irianto, 2013). Makanan yang masuk kedalam tubuh
akan diuraikan dalam sistem pencernaan menjadi sumber energi,
komponen penyusun sel dan jaringan, dan nutrisi yang dibutuhkan oleh
tubuh (Charisma, 2018).
Proses pencernaan melibatkan alat-alat pencernaan yang terdiri atas
saluran pencernaan dan kelenjar pencernaan. Saluran pencernaan
makanan merupakan saluran yang menerima makanan dari luar dan
mempersiapkannya untuk diserap oleh tubuh dengan jalan proses
pencernaan (pengunyahan, penelanan dan pencampuran) dengan enzim
dan zat cair yang dimulai dari mulut (kaum olis), kerongkongan (esofagus),
lambung (ventlikulus), usus halus (intestinum), usus besar (kolon) dan
anus (Aini et al., 2020). Sedangkan kelenjar pencernaan merupakan
bagian yang mengeluarkan enxim untuk mencerna makanan. Kelenjer
pencernaan antara lain terdapat dimulut, lambung, usus halus, pankreas
dan hati (Aini et al., 2020).
Adapun hubungan sistem pencernaan dalam bidang kefarmasian
ialah sistem pencernaan harus diketahui dan dipahami dengan benar
mengenai bagaimana mekanisme dari setiap organ tubuh. Sebab obat
dengan rute pemberian peroral harus memberikan efek yang maksimal
terhadap tubuh.
I.2 Maksud dan Tujuan Percobaan
I.2.1 Maksud Percobaan
Adapun maksud dari percobaan ini yaitu untuk mengetahui dan
memahami anatomi dan fisiologi sistem pencernaan pada hewan coba
mencit (Mus musculus).
I.2.2 Tujuan Percobaan
Adapun tujuan dari percobaan ini yaitu untuk mengamati dan
mengetahui letak dan ukuran dari sistem pencernaan serta jalur atau
proses dari sistem pencernaan pada hewan coba mencit (Mus musculus).
I.3 Prinsip Percobaan
Adapun prinsip dari percobaan ini yaitu berdasarkan pada
pembedahan hewan coba mencit (Mus musculus) yang telah dianastesi
kemudian diamati setiap organ penyusun dari sistem pencernaan yang
meliputi struktur, letak dan ukuran dari organ pencernaan pada hewan
coba mencit (Mus musculus).
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
II.1 Teori Umum
II.1.1 Defenisi Sistem Pencernaan
Sistem pencernaan atau gastrointestinal merupakan sistem organ
dalam manusia yang berfungsi untuk menerima makanan, mencernanya
menjadi zat-zat gizi dan energi menyerap zat-zat gizi ke dalam aliran
darah serta membuang bagian yang tidak dapat dicerna atau merupakan
sisa proses tersebut dari tubuh (Judha, 2016). Saluran pencernaan
makanan merupakan suatu yang terdiri dari rongga mulut, tekak (faring),
kerongkongan (esophagus), lambung (ventrikulus), usus halus (terdiri dari
duodenum, jejenum dan ileum), usus besar dan poros usus (rektum atau
anus) (Irianto, 2013). Sistem pencernaan juga meliputi organ-organ yang
terletak diluar saluran pencernaan yaitu pankreas, hati, dan kandung
empedu (Judha, 2016).
II.1.2 Fungsi Sistem Pencernaan
Fungsi saluran pencernaan adalah menyediakan suplai terus
menerus pada tubuh akan air, elektrolit dan zat gizi, sehingga siap
diabsorpsi. Selama dalam proses pencernaan, makanan dihancurkan
menjadi zat-zat sederhana yang dapat diserap dan digunakan oleh sel
jaringan tubuh. Berbagai perubahan zat makanan terjadi karena kerja
berbagai enzim yang terkandung dalam berbagai organ pencernaan.
(Setiadi, 2016). Fungsi lain dari sistem pencernaan adalah memindahkan
nutrien, air dan elektrolit dari makanan yang kita makan ke dalam
lingkungan internal tubuh. Manusia menggunakan molekul-molekul
organik yang terkandung dalam makanan dan oksigen untuk
menghasilkan energi (Irianto, 2004)
II.1.3 Organ-Organ Pada Sistem Pencernaan

Gambar 1. Sistem Pencernaan (Agustini, 2019)


Sistem pencernaan melibatkan beberapa organ yang membentuk
saluran pencernaan yang saling berhubungan serta beberapa kelenjar
pencernaan untuk membantu proses pencernaan. Saluran pencernaan
makanan secara umum terdiri dari bagian-bagian berikut: Mulut (oris) –
Kerongkongan (esofagus)–Lambung (ventrikulur)–Usus halus–Usus besar
(kolon)–Rektum–Anus (Setiadi, 2016).
II.1.3.1 Mulut (Oris)

Gambar 2. Rongga Mulut (Agustini, 2019)


Rongga mulut adalah rongga lonjong pada permukaan saluran
pencernaan. Terdiri atas dua bagian sempit, yaitu rongga mulut yang
dibatasi disisi-sisinya dengan tulang maksilaris dan semua gigi dan
disebelah belakang bersambung dengan awal tekak atau faring (Irianto,
2013). Menurut Setiadi (2016), mulut merupakan alat pencernaan pertama
yang dilalui makanan yang merupakan jalan masuk menuju sistem
pencernaan dan berisi organ aksesori yang berfungsi penting pada proses
awal pencernaan. Di dalam mulut terdiri atas :
a. Gigi berfungsi dalam proses mastikasi (memotong, mengoyak, dan
mengunyah makanan). Makanan yang masuk dalam mulut dipotong
menjadi bagian-bagian kecil dan bercampur dengan saliva untuk
membentuk bolus makanan yang dapat ditelan (Setiadi, 2016).
b. Lidah membentuk lantai dari rongga mulut disebelah belakang otot-otot
lidah melekat pada tulang hyoid. Lidah berfungsi untuk menggerakkan
makanan saat dikunyah atau ditelan. Selain itu juga untuk pengecapan
dan produksi bicara (Setiadi, 2016).
c. Kelenjar ludah berfungsi untuk memudahkan makanan untuk dikunyah
oleh gigi dan dibentuk menjadi bolus, serta mempertahankan bagian
luar mulut dan lidah tetap lembab atau basah sehingga memudahkan
lidah bergerak saat bicara (Setiadi, 2016).
II.1.3.2 Kerongkongan (Esofagus)

Gambar 3. Kerongkongan (Setiadi, 2016)


Kerongkongan (esophagus) adalah sebuah tabung berotot yang
panjangnya 25 cm dan garis tengah 2 cm, di atas dimulai dari faring
sampai pintu masuk kardiak lambung di bawah (Irianto, 2013). Esophagus
berawal pada area laringo faring, melewati diafragma dan celah
esophagus. Esophagus terletak dibelakang trakea dan didepan tulang
punggung setelah melalui toraks menembus diafragma masuk ke dalam
abdomen menyambung dengan lambung. Lapisan terdiri dari 4 lapis yaitu
mukosa, submukosa, otot (longitudinal dan sirkuler), dan jaringan ikat
renggang. Makanan atau bolus berjalan dalam esophagus karena gerakan
peristaltik yang berlangsung hanya beberapa detik saja (Setiadi, 2016).
Fungsi esophagus adalah menggerakkan makanan dan faring ke
lambung melalui gerakan peristaltik. Mukosa esophagus memproduksi
sejumlah besar mukus untuk melumasi dan melindungi esophagus tetapi
esophagus tidak memproduksi enzim pencernaan. Makanan yang telah di
proses di mulut selanjutnya diteruskan ke kerongkongan. (Setiadi, 2016).
Esophagus terutama berfungsi menghantarkan bahan yang dimakan dari
faring ke lambung (Irianto, 2013).
II.1.3.3 Lambung

Gambar 4. Lambung (Setiadi, 2016)


Lambung terletak di dalam rongga perut agak ke sebelah kiri atau di
bawah diafragma, di depan pankreas, sedangkan limfe menempel pada
sebelah kiri fundus (Irianto, 2013). Lambung merupakan bagian dari
saluran yang dapat mengembang paling banyak terutama didaerah
epigaster, lambung terdiri atas bagian atas fundus uteri berhubungan
dengan esophagus melalui orifisium pilorik, terletak dibawah diafragma
didepan pankreas dan limpa menempel disebelah kiri fundus uteri
(Setiadi, 2016).
Fungsi lambung secara umum adalah tempat dimana makanan
dicerna dan sejumlah kecil sari-sari makanan diserap. Lambung dapat
dibagi menjadi tiga daerah yaitu kardia, fundus dan pilorus. Kardia adalah
bagian atas, daerah pintu masuk makanan dari kerongkongan. Fundus
adalah bagian tengah, bentuknya membulat. Pilorus adalah bagian
bawah, daerah yang berhubungan dengan usus 12 jari duodenum (Judha,
2016). Dinding lambung terdiri atas otot-otot yang tersusun melingkar,
memanjang, dan menyokong yang menyebabkan lambung berkontraksi.
Dinding lambung mengandung sel-sel kelenjar yang berfungsi
menghasilkan getah lambung. Makanan yang masuk kedalam lambung
tersimpan selama 2-5 jam. Selama makanan didalam lambung, makanan
dicerna secara kimiawi dan bercampur dengan getah lambung proses
pencampuran tersebut dipengaruhi oleh gerak peristaltik (Setiadi, 2016).
II.1.3.4 Usus Halus (Usus Kecil)

Gambar 5. Usus Halus (Judha, 2016)


Usus halus adalah tabung yang berukuran kira-kira 2,5 meter
panjang dalam kedaan hidup (Irianto, 2013). Usus halus atau usus kecil
adalah bagian dari saluran pencernaan yang terletak antara lambung dan
usus besar. Usus halus terdiri dari tiga bagian yaitu usus dua belas jari
(duodenum), usus kosong (jejunum) dan usus penyerapan (ileum). Pada
usus dua belas jari terdapat dua muara saluran yaitu dari pankreas dan
kantung empedu (Judha, 2016).
Fungsi usus halus menurut Setiadi (2016) yaitu menerima zat-zat
makanan yang sudah dicerna untuk diserap melalui kapiler-kapiler darah
dan saluran-saluran limfe dan secara selektif mengabsorbsi produk digesti
dan juga air, garam dan vitamin.
II.1.3.5 Usus Besar (Kolon)

Gambar 6. Usus Besar (Judha, 2016)


Usus besar merupakan bagian akhir dari proses pencernaan, karena
sebagai tempat pembuangan, maka diusus besar sebagian nutrien telah
dicerna dan diabsorbsi dan hanya menyisakan zat-zat yang tidak dicerna.
Bahan makanan yang tidak dapat dicernakan masuk kedalam kolon, dan
didalam kolon sisa makanan dibusukkan oleh bakteri (Aeschericia coli.)
menjadi feses. Di samping itu, didalam kolon juga terjadi penyerapan air
yang masih tersisa pada makanan, sehingga feses menjadi padat. Gerak
peristaltik kolon mendorong feses-feses sedikit demi sedikit mendekati
poros usus (rektum), yang mengakibatkan timbul rangsangan untuk buang
air besar (defekasi). Makanan biasanya memerlukan waktu dua sampai
lima hari untuk menempuh ujung saluran pencernaan (Setiadi, 2016).
Fungsi usus besar menurut Setiadi (2016) diantaranya yaitu
menyerap air dan elektrolit 80% sampai 90% dari makanan dan
mengubah dari cairan menjadi massa, memproduksi vitamin antara lain
vitamin K, riboviafin, dan tiamin serta berbagai gas dan penyiapan
selulosa yang berupa hidrat arang dalam tumbuh-tumbuhan, buah-buahan
dan sayuran hijau (Setiadi, 2016).
II.1.3.6 Rektum

Gambar 7. Rektum (Agustini, 2019)


Rektum merupakan sebuah saluran yang berawal dari ujung usus
besar dan berakhir di anus. Rektum berfungsi sebagai tempat
penyimpanan sementara feses. Biasanya rektum akan kosong karena tinja
disimpan di tempat yang lebih tinggi, yaitu pada kolon desendens. Jika
kolon desendens penuh dan tinja masuk ke dalam rektum, maka timbul
keinginan untuk buang air besar (defekasi). Mengembangnya dinding
rektum karena penumpukan material di dalam rektum akan memicu sistem
saraf yang menimbulkan keinginan untuk melakukan defekasi. Jika
defekasi tidak terjadi, seringkali material akan dikembalikan ke usus besar,
dimana penyerapan air akan kembali dilakukan (Agustini, 2019).
II.1.3.7 Anus

Gambar 8. Anus (Agustini, 2019)


Anus adalah lubang pada bagian bawah tubuh manusia yang
merupakan muara akhir dari saluran pencernaan. Dinding anus terdiri dari
dua lapisan otot yang konsentrasinya sesuai kehendak manusia (Setiadi,
2016). Panjangnya ± 15 cm. Organ ini berfungsi sebagai tempat
penyimpanan sementara feses, menahan feses agar tidak keluar secara
tiba-tiba, membantu feses keluar dengan gerak peristaltik (Agustini, 2019).
II.1.4 Tahapan dalam Sistem Pencernaan
Menurut Agustini (2019), beberapa tahapan pada sistem pencernaan
diantaranya adalah sebagai berikut :
1. Ingesti, merupakan proses masuknya makanan dan cairan dari
lingkungan ke dalam tubuh melalui proses menelan baik melalui
koordinasi gerakan mengunyah. Tahap pertama pada proses ingesti
adalah koordinasi otot lengan dan tangan membawa makanan ke
mulut terjadi proses mengunyah yaitu, proses penyederhanaan ukuran
makanan yang melibatkan gigi, mulut, gusi dan lidah. Proses
mengunyah dilakukan secara sadar dan diatur oleh sistem saraf pusat.
2. Mastikasi, merupakan proses pemotongan dan penggilingan makanan
oleh gigi.
3. Peristaltis, merupakan gelombang kontraksi otot polos involunter yang
menggerakkan makanan sehingga tertelan melalui saluran makanan.
4. Digesti, merupakan rangkaian kegiatan fisik dan kimia pada makanan
yang dibawa ke dalam lambung dan usus halus. Pada proses digesti
terjadi penyederhanaan ukuran makanan sampai dapat diabsorpsi oleh
intestinal. Organ pencernaan yang berperan pada proses digesti di
antaranya mulut, faring, esophagus, usus halus dan kolon.
5. Absorbsi, merupakan proses penyerapan nutrien oleh usus melalui
saluran darah dan getah bening menuju ke hepar. Proses absorbsi ini
tidak merata di setiap bagian saluran pencernaan. Pada lambung
hanya terjadi proses absorpsi alkohol, sedangkan pada usus halus
terjadi proses absorpsi paling utama yaitu 90% dari nutrien yang sudah
dicerna dan sedikit absorbsi air.
6. Metabolisme, merupakan proses akhir penggunaan makanan dalam
tubuh meliputi semua perubahan kimia yang dialami zat makanan
sejak diserap oleh tubuh sebagai sampah. Proses metabolisme terjadi
berbeda-beda berdasarkan jenis nutrien.
7. Egesti, merupakan proses eliminasi zat sisa yang tak dicerna dan
bakteri dalam bentuk feses.
8. Ekskresi, merupakan proses pembuangan zat-zat metabolisme dalam
tubuh untuk menjaga homestatis, caranya melalui defekasi, miksi
diaphoresis dan ekspirasi.
II.1.5 Jenis-Jenis Pencernaan
Menurut Agustini (2019) makanan yang dimakan tidak dapat
langsung diserap oleh tubuh melainkan melalui dua macam proses
pencernaan yaitu:
1. Pencernaan mecara mekanis
Pencernaan mekanis merupakan proses pencernaan yakni dengan
cara mematahkan partikel makanan yang semula besar menjadi lebih
kecil. Proses pencernaan ini dilakukan dengan proses fisik atau mekanis.
Misalnya seperti mengunyah makanan di dalam mulut, atau gerakan
meremas-remas (gerakan peristaltik) yang ada di dalam lambung dan
tenggorokan. Beberapa organ tubuh yang melakukan pencernaan
mekanis adalah gigi, lambung atau kontraksi perut, dan empedu.
Fungsi pencernaan mekanis adalah untuk meningkatkan luas
permukaan dari makanan. Hal ini berguna dalam proses reaksi enzimatik
atau proses reaksi yang memerlukan bantuan dari enzim, sehingga
mampu meningkatkan laju reaksi kimia yang ada di dalam tubuh.
2. Pencernaan secara kimiawi
Pencernaan kimiawi merupakan jenis proses pencernaan yang
menggunakan bahan kimiawi yang ada di dalam tubuh. Dalam hal ini,
bentuk kimiawi tubuh adalah enzim. Reaksi yang digunakan adalah enzim
yang mampu mengkatalisis reaksi dengan cara memisahkan ikatan
kimiawi dalam proses hidrolisis. Di dalam tubuh, terdapat banyak sekali
enzim pencernaan yang berguna untuk tubuh. Salah satunya adalah
karbohidrat, amilum, lipase, protease, dan lain-lain. Produksi enzim-enzim
ini terdapat pada air liur, asam lambung, cairan pankreas, serta getah
usus.
II.1.6 Enzim pada Sistem Pencernaan
Menurut Sofyan (2018) enzim yang berperan dalam sistem
pencernaan yaitu sebagai berikut :
1. Enzim ptialin, mencegah amilum menjadi maltose
2. Enzim renin, mengubah protein menjadi kasein (protein susu) dan
serta mengendapkan kasein susu
3. Enzim lipase gastrik, mengubah lemak menjadi asam lemak
4. Enzim pepsin, mengubah protein menjadi pepton
5. Enzim amilase, mengubah amilum menjadi maltose dengan glukosa
6. Enzim lipase steapsin, mengemulsi lemak menjadi asam lemak dan
gliserol
7. Enzim tripsin, mengubah pepton menjadi polipeptida (asam amino)
8. Enzim enterotinase, mengubah tripsinogen menjadi tripsin yang
digunakan dalam saluran pancreas
9. Enzim maltase, untuk mengubah maltose menjadi glukosa
10. Enzim laktase, mengubah laktosa menjadi glukosa dan galaktosa
11. Enzim sukrase, mengubah polipeptida menjadi asam amino
12. Enzim peptidase, mengubah polipeptida menjadi asam amino
13. Enzim lipase usus, mengubah lemak menjadi asam lemak
14. Enzim erepsin, mengubah dipeptida atau pepton menjadi asam amino
15. Enzim disakarase, mengubah disakarida menjadi monosakarida
II.1.7 Penyakit Pada Sistem Pencernaan
Menurut Agustini (2019), terdapat beberapa penyakit gangguan pada
sistem pencernaan manusia, yaitu sebagai berikut:
1. Maag, yaitu gejala penyakit berupa rasa nyeri dan panas pada
lambung.
2. Ulkus (Tukak Lambung), gangguan sistem pencernaan yang
disebabkan oleh adanya kerusakan pada selaput lendir karena faktor
psikosomatis, toksin, atau akibat bakteri (Streptococcus sp). Faktor
psikosomatis, yaitu kelainan yang menyebabkan penderitanya selalu
ketakutan, kecemasan, keinginan yang berlebihan, kelelahan yang
dapat merangsang sekresi HCl yang berlebihan. HCl yang dikeluarkan
lambung apabila berlebihan sangat berbahaya, karena dapat merusak
selaput lendir lambung.
3. Kolik, disebabkan oleh makanan yang mengandung zat-zat
perangsang seperti cabai dan lada
4. Ambeien, peradangan dan pembengkakan pada pembuluh darah di
lubang anus.
5. Diare, terdapat infeksi pada kolon yang disebabkan oleh bakteri.
Penderita diare ketika buang air besar fesesnya encer, apabila tidak
segera dicegah dapat menimbulkan dehidrasi.
6. Konstipasi (Sembelit), gangguan pencernaan dimana penderitanya
mengalami sulit buang air besar karena feses terlalu keras.
7. Peritonitis, infeksi pada rongga perut.
8. Radang Usus Buntu (Apendisitis), peradangan pada bagian usus
besar yang kita kenal sebagai apendiks (usus buntu) atau umbai
cacing.
II.2 Uraian Bahan
1. Alkohol (Dirjen POM, 1979 hal 65)
Nama Resmi : AETHANOLUM
Nama Lain : Alkohol, etanol, ethyl alkohol
Rumus Molekul : C2H6O
Rumus Struktur :

Berat Molekul : 46,07 g/mol


Pemerian : Cairan tidak berwarna, jernih, mudah menguap
dan mudah bergerak; bau khas rasa panan,
mudah terbakar dan memberikan nyala biru yang
tidak berasap
Kelarutan : Sangat mudah larut dalam air, dalam kloroform P
dan dalam eter P
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup rapat, terhindar dari
cahaya, ditempat sejuk jauh dari nyala api
Kegunaan : Antiseptik
2. Eter (Dirjen POM, 1979 hal 66)
Nama Resmi : AETHER ANASTHETICUS
Nama Lain : Eter anastesi, efoksierana
Rumus Molekul : C4H10O
Rumus Struktur :

Berat Molekul : 74,12 g/mol


Pemerian : Cairan transparan, tidak berwarna, bau khas,
rasa manis atau membakar, sangat mudah
terbakar
Kelarutan : Larut dalam 10 bagian air, dapat bercampur
dengan etanol (95%) P dengan kloroform P,
minyak lemak, dan minyak atsiri
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup rapat
Kegunaan : Anastesi umum
II.3 Uraian Hewan Coba
II.3.1 Klasifikasi Mencit
Adapun klasifikasi hewan coba mencit (Mus musculus) (Nugroho,
2018) yaitu :
Gambar 10. Mencit (Mus
musculus)

Kingdom : Animalia
Filum : Chordata
Sub Filum : Vertebrata
Class : Mamalia
Sub Class : Theria
Ordo : Rodentia
Sub Ordo : Myomorpha
Famili : Muridae
Sub Famili : Murinae
Genus : Mus
Species : Mus musculus
II.3.2 Karakteristik Mencit
Arrington (1972) menjelaskan bahwa karakteristik mencit yaitu dapat
bertahan hidup selama 1–2 tahun, dan dapat juga mencapai umur 3
tahun. Pada umur 8 minggu, tikus siap dikawinkan. Perkawinan mencit
terjadi pada saat mencit betina mengalami estrus. Siklus estrus yaitu 4–5
hari, sedangkan lama bunting 19–21 hari. Berat badan mencit bervariasi.
Berat badan mencit jantan dewasa berkisar antara 20–40 gram,
sedangkan mencit betina 25–40 gram. Mencit merupakan kelompok
mamalia yang telah diketahui karakter genetiknya, sehingga tidak heran
bahwa mencit cocok digunakan sebagai hewan uji laboratorium untuk
penelitianpenelitian yang berkaitan dengan genetik. Di antara hewan-
hewan mamalia, mencit adalah hewan yang mempunyai kemiripan genetik
dengan manusia. Banyak penelitian yang bergerak di bidang manipulasi
genetik, rekayasa gen, selalu menggunakan mencit sebagai bahan
percobaan (Nugroho, 2018).
BAB III
METODE KERJA
III.1 Alat dan Bahan Percobaan
III.1.1 Alat Percobaan
Adapun alat yang digunakan dalam praktikum ini adalah alat bedah,
benang godam, cawan porselen jarum push pin, gunting, papan bedah,
penggaris, pinset, pisau dan toples
III.1.2 Bahan Percobaan
Adapun bahan yang digunakan dalam percobaan ini adalah alkohol
70%, eter dan kapas
III.2 Hewan coba
Adapun hewan coba yang digunakan pada percobaan sistem
pencernaan ini adalah mencit (Mus musculus)
III.3 Cara Kerja
1. Disiapkan alat dan bahan
2. Disediakan 1 ekor mencit (Mus musculus) tiap kelompok
3. Dimasukkan kapas yang telah dibasahi eter ke dalam toples
4. Dilakukan anastesi pada mencit dengan cara dimasukkan ke dalam
toples berisi kapas yang telah dibasahi eter
5. Ditunggu sampai mencit tidak sadarkan diri
6. Diletakkan mencit diatas papan bedah, kemudian masing-masing
pergelangan kakinya diikat menggunakan benang godam
7. Diusapkan kapas yang telah dibasahi dengan alkohol 70% pada
permukaan tubuh mencit yang akan dibedah
8. Diiris kulit epidermis dan kulit dermis mencit secara perlahan
9. Diambil organ esofagus, lambung, usus halus dan usus besar
10. Diamati dan diukur panjang organ menggunakan penggaris
BAB IV
PEMBAHASAN
IV.1 Tabel Hasil
Kelompok
Organ 1 2 3 4 5 6

Esofagus 1 cm 1,3 cm 1,5 cm 2 cm 1 cm 1,4 cm

Lambung 2,3 cm 1,4 cm 2,4 cm 2,4 cm 2 cm 1,3 cm

Usus halus 43 cm 45,2 cm 40,3 cm 43,2 cm 37,5 cm 47,4 cm

Usus besar 10,5 cm 12 cm 12 cm 11 cm 10,5 cm 10,7 cm

IV.2 Pembahasan
Sistem pencernaan merupakan sistem yang memproses mengubah
makanan dan menyerap sari makanan yang berupa nutrisi-nutrisi yang
dibutuhkan oleh tubuh. Sistem pencernaan juga akan memecah molekul
makanan yang kompleks menjadi molekul yang sederhana dengan
bantuan enzim sehingga mudah dicerna oleh tubuh anus (Charisma,
2018).
Pada praktikum sistem pencernaan ini bertujuan untuk mengetahui
bagaimana cara melakukan pembiusan, membedah hewan coba serta
mengetahui letak dan ukuran setiap bagian organ penyusun sistem
pencernaan. Pada percobaan ini menggunakan hewan coba mencit,
diambil organ-organ pada sistem pencernaan berupa esofagus, lambung,
usus halus dan usus besar kemudian diukur panjang organnya. Hewan
mencit digunakan untuk percobaan sistem pencernaan ini karena mencit
mudah dikembangkan, harga relatif murah, serta terdapat kesamaan
anatomis, fisiologi, dan genetiknya dengan manusia (EARA, 2021). Pada
percobaan ini menggunakan bahan eter sebagai anastesi pada mencit
dan alkohol sebagai antiseptik (Rachmad, 2020). Pada prosedur
pembedahan mencit, mencit diikat terlebih dahulu pada papan bedah agar
tidak mudah bergeser dan mempermudah pembedahan serta papan
bedah mudah dibersihkan dan dapat digunakan berulang- ulang (Rudy,
2018).
Dari hasil pengukuran yang diperoleh pada organ pencernaan
pertama yaitu esofagus, untuk kelompok 1 panjang dari organ esofagus
pada mencit adalah 1 cm, untuk kelompok 2 adalah 1,3 cm, untuk
kelompok 3 adalah 1,5 cm, untuk kelompok 4 adalah 2 cm, untuk
kelompok 5 adalah 1 cm, dan untuk kelompok 6 panjang esofagus yaitu
1,4 cm. Menurut Rudy (2018) panjang dari esofagus mencit berkisar
antara 1–3 cm, dimana hal tersebut sudah sesuai dengan hasil
pengukuran panjang organ pada setiap kelompok, sementara jika
dibandingkan dengan panjang esofagus manusia memiliki perbedaan
yang sangat jauh dimana menurut Harlan (2018), bahwa panjang
esofagus pada manusia sekitar 25 cm, memanjang dari akhir rongga
mulut hingga lambung.
Pada hasil pengukuran organ pencernaan kedua yaitu organ
lambung mencit, untuk kelompok 1 panjang organ lambung adalah 2,3
cm, untuk kelompok 2 adalah 1,4 cm, untuk kelompok 3 adalah 2,4 cm,
untuk kelompok 4 adalah 2,4 cm, untuk kelompok 5 adalah 2 cm, dan
untuk kelompok 6 panjang organ lambung adalah 1,3 cm. Menurut Rudy
(2018), panjang organ lambung dari mencit yaitu berkisar antara 1,3–3
cm, dimana hal tersebut sudah sesuai dengan ukuran panjang organ yang
didapatkan pada setiap kelompok, sementara menurut Runtulalu (2015),
lambung pada manusia memiliki dinding yang elastis, sehingga dapat
menyimpan makanan dengan kapasitas 2–4 liter.
Adapun hasil pengukuran organ pencernaan ketiga yaitu organ usus
halus pada mencit, untuk kelompok 1 panjang organ adalah 43 cm, untuk
kelompok 2 adalah 45,2 cm, untuk kelompok 3 adalah 40,3 cm, umtuk
kelompok 4 adalah 43,2 cm, untuk kelompok 5 adalah 37,5 cm, dan untuk
kelompok 6 panjang organ adalah 47,4 cm. Menurut Rudy (2018) panjang
dari usus halus mencit berkisar antara 31–57 cm, dimana hal tersebut
sudah sesuai dengan ukuran yang didapatkan masing-masing kelompok,
hal ini berbanding terbalik dengan usus halus manusia yang dimana
menurut Harlan (2018), bahwa usus halus pada manusia adalah bagian
dari saluran pencernaan yang terletak di antara lambung dan usus besar.
Usus halus berupa tabung yang panjangnya sekitar 6-8 meter dans terdiri
atas tiga bagian, yaitu duodenum (usus 12 jari, ± 0,25 cm), jejunum (usus
kosong, ± 7 meter) dan ileum (usus penyerapan, ± 1 meter).
Hasil pengukuran organ pencernaan keempat pada mencit yaitu
organ usus besar, untuk kelompok 1 panjang organ adalah 10,5cm, untuk
kelompok 2 adalah 12 cm, untuk kelompok 3 adalah 12 cm, untuk
kelompok 4 adalah 11 cm, untuk kelompok 5 adalah 10,5 cm, dan untuk
kelompok 6 panjang organ adalah 10,7 cm. Menurut Rudy (2018) panjang
organ usus besar pada mencit berkisar antara 9–22 cm, dimana hal
tersebut sudah sesuai dengan ukuran yang didapatkan pada setiap
kelompok, sedangkan panjang organ usus besar pada manusia menurut
Harlan (2018), usus besar yang dimiliki manusia memiliki diameter lebih
besar dari usus halus. Memiliki panjang 1,5 meter, dan berbentuk seperti
huruf U terbalik. Dimana usus besar adalah bagian usus antara usus
buntu dan rectum.
BAB V
PENUTUP
V.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil percobaan yang telah dilakukan dapat
disimpulkan bahwa organ pada sistem pencernaan mencit seperti
esofagus, lambung, usus halus, dan usu besar, memiliki ukuran yang
berbeda-beda setiap mencit. Pada umumnya panjang esofagus mencit
adalah 1 cm-3 cm, lambung panjangnya berkisar 1,3 cm-3 cm, usus halus
panjangnya berkisar 31 cm-57 cm, dan panjang dari usu besar berkisar 9
cm-22 cm. Organ atau sitem pencernaan antara manusia dan mencit
memiliki kesamaan pada anatomi dan fungsinya dimana mencit memiliki
esophagus, usus halus, lambung, usus besar dan anus, akan tetapi
mencit juga memiliki perbedaan pada panjang atau diameter organnya di
karenakan terdapat perbedaan postur tubuh dari keduannya.
V.2 Saran
V.2.1 Saran Untuk Dosen
Adapun saran yaitu kedepannya bapak/ibu dosen dapat
mendampingi praktikan saat proses praktikum berlangsung
V.2.2 Saran Untuk Asisten
Adapun saran yaitu asisten sudah sangat baik dalam memberikan
penjelasan dan praktikum kepada praktikan dan diharapkan tetap
mempertahankan atau lebih ditingkatkan lagi agar lebih baik lagi
kedepannya
V.2.3 Saran Untuk Laboratorium
Adapun saran yaitu diharapkan melengkapi alat dan bahan dalam
laboratorium dan juga melengkapi fasilitas penunjuang praktikum lainnya
seperti AC pada laboratorium dan diperluas lagi tempat untuk
praktikumnya agar terciptanya kenyamanan saat praktikum
DAFTAR PUSTAKA
Aini, D.N., dan Nikmah, C. 2020. Pencernaan Pada Manusia. Makalah
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan. Universitas Jember.
Agustini, Raysha. 2019. Sistem Pencernaan. Pengantar Biopsikologi
Arrington, L., 1972. Introductory Laboratory Animal Science, The
Breeding, Care And Management Of Experimental Animal, Denville:
The Interstate Printers and Publisers, Inc
Charisma, R. Z. 2018. Anatomi Fisiologi Manusia. Jakarta : Universitas
Esa Unggul
Dirjen POM. 1979. Farmakope Indonesia Edisi III. Jakarta : Depkes RI.
D.Runtulalu, Liliana,Purba, R.K. 2015. Media Interaktif Pembelajaran
Sistem Pencernaan. J.INFRA, Volume. B. No.2; 103-108.

EARA. 2021. Why do We Need to Use Animal in Neuoroscience


Research. Europan Animal Reasearch Association.
Harlan, J. 2018. Analisis Regresi Logistik. Depok : Gunadarma.
Irianto, K. 2004. Struktur dan Fungsi Tubuh Manusia. Bandung: Yrama
Widya
Irianto. K. 2013. Struktur dan Fungsi Tubuh Manusia untuk Paramedis.
Bandung: Yrama Widya.
Judha, M. 2016. Anatomi dan Fisiologi Untuk Mahasiswa Kesehatan.
Yogyakarta: Gosyen Publishing
Nugroho, Rudi Agung. 2018. Mengenal Mencit Sebagai Hewan
Laboratorium. Samarinda : Mulawarman University Press
Rahmad, Abdillah, 2020. Farmakologi Hewan Coba. Universitas Andalas:
Padang.
Setiadi. 2007. Anatomi dan Fisiologi Manusia. Jogjakarta: Graha Ilmu.
Setiadi. 2016. Dasar-Dasar Anatomi dan Fisiologi Manusia. Yogyakarta:
Indomedia Pustaka
Sari, M. J. A. 2021. Modul Pembelajaran Anatomi Fisiologi Tubuh Manusia
Dan Rencana Pembelajaran Semester (Rps) Pendidikan Biologi.
Lampung: Universitas Islam Negeri Raden Intan Lampung
Sofyan Herlinda, 2018. Modul Biologi Dasar. Universitas Esa Unggul
Wahyuningsih, H. P. 2019. Anatomi Fisiologi. Kalimantan Tengah :
Politeknik Kesehatan Kemenkes Palangka Raya.
LAMPIRAN
NO GAMBAR KETERANGAN
1.

Disediakan 1 ekor mencit (Mus


musculus) tiap kelompok

2.

Dimasukkan kapas yang telah


dibasahi eter ke dalam toples

3.

Dilakukan anastesi pada mencit


dengan cara dimasukkan ke dalam
toples berisi kapas yang telah
dibasahi eter

4.

Diambil organ esofagus, lambung,


usus halus dan usus besar
5.

Dibersihkan dengan alkohol 70%

6.

Diamati dan diukur panjang organ


menggunakan penggaris
SKEMA KERJA

Disiapkan alat dan bahan

Disediakan 1 ekor mencit (Mus musculus) tiap kelompok

Dimasukkan kapas yang telah dibasahi eter ke dalam toples

Dilakukan anastesi pada mencit dengan cara dimasukkan ke


dalam toples berisi kapas yang telah dibasahi eter

Ditunggu sampai mencit tidak sadarkan diri

Diletakkan mencit diatas papan bedah, kemudian masing-masing


pergelangan kakinya diikat menggunakan benang godam

Diusapkan kapas yang telah dibasahi dengan alkohol 70%


pada permukaan tubuh mencit yang akan dibedah

Diiris kulit epidermis dan kulit dermis mencit secara perlahan

Diambil organ esofagus, lambung, usus halus dan usus besar

Diamati dan diukur panjang organ menggunakan penggaris

Anda mungkin juga menyukai