Anda di halaman 1dari 20

MAKALAH

PENYALAHGUNAAN OBAT

DISUSUN OLEH :

NAMA : MULPI ALPIA ANNISA PUTRI


NIM : PO713251191021
PEMBIMBING : RAIMUNDUS CHALIK, S. Si., M.
Sc., Apt.

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES MAKASSAR


JURUSAN FARMASI
TAHUN 2020
KATA PENGANTAR

Puji syukur penyusun panjatkan kepada Allah SWT karena berkat


rahmat dan hidayah-Nya penulis dapat menyelesaikan makalah yang
berjudul Penyalahgunaan Obat. Terima kasih kepada Bapak Raimundus
Chalik, S. Si., M. Sc., Apt. selaku pembimbing mata kuliah Promosi
Kesehatan Masyarakat.

Akhir kata semoga makalah ini bisa bermanfaat bagi pembaca pada
umumnya dan penyusun pada khususnya . Penyusun menyadari makalah
ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu kritik dan saran yang
membangun dari pembaca sangat diharapkan. Semoga makalah ini bisa
bermanfaat bagi semua pihak.

Makassar, 23 Oktober 2020

Penyusun
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR........................................................................... i

DAFTAR ISI ......................................................................................... ii

BAB I PENDAHULUAN ..................................................................... 1

A. Latar Belakang ........................................................................... 1


B. Rumusan Masalah ...................................................................... 2
C. Tujuan ......................................................................................... 2

BAB II PEMBAHSAN ......................................................................... 3

A. Definisi Penyalahgunaan Obat.................................................... 3


B. Obat Medis yang Sering Disalahgunakan .................................. 3
C. Faktor-Faktor Penyebab Penyalahgunaan Obat.......................... 12
D. Pencegahan Penyalahgunaan Obat Medis................................... 13

BAB III PENUTUP .............................................................................. 15

A. Kesimpulan ................................................................................. 15

DAFTAR PUSTAKA ........................................................................... 17


BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kesehatan merupakan hal terpenting yang diperlukan oleh tubuh
manusia. Upaya peningkatan kualitas hidup manusia di bidang kesehatan,
merupakan suatu usaha yang sangat luas dan menyeluruh, usaha tersebut
meliputi peningkatan kesehatan masyarakat baik fisik maupun non fisik. Di
dalam Sistem Kesehatan Nasional (SKN) disebutkan bahwa, kesehatan
menyangkut semua segi kehidupan yang ruang lingkup dan jangkauannya
sangat luas dan kompleks. (Any Neliyani, 2015)

Orang-orang yang menyalahgunakan obat-obatan mengalami kerugian


yang sangat besar karenanya hubungan pribadi yang dekat sering kali hancur,
dan performa kerja sangat menurun. Kerugian karena penyalahgunaan obat
termasuk kematian dini para penyalahguna, penanganan para penyalahguna,
kriminalitas, dan penyakit medis yang sering kali ditimbulkan oleh
penyalahgunaan obat.

Pada tahun 1999, di Amerika Serikat hampir 15 juta orang rnenuturkan


bahwa mereka menggunakan obat terlarang pada bulan sebelumnya. Selain
itu, 105 juta orang Amerika yang berusia di atas 12 tahun menuturkan bahwa
mereka mengkonsumsi alkohol dari berbagai jenis, dan 45 juta orang Amerika
menuturkan bahwa mereka melakukan minimal satu episode minum
berlebihan (minum 5 gelas atau lebih) dalam 30 hari terakhir (SAMHS, 2000).

Bukan hanya itu saja, beberapa obat-obatan medis yang sering kita
jumpai pun saat ini sudah banyak disalahgunakan oleh para remaja untuk
memberikan efek yang sama seperti halnya saat menggunakan narkoba.
Mereka menyalahgunakan obat-obatan medis tersebut karena obat tersebut
dapat dijumpai dengan mudah di lingkungannya sendiri dan harganya pun
lebih murah jika dibandingkan dengan narkoba itu sendiri. Untuk itu,
berdasarkan latar belakang ini, kami akan mencoba membahas tentang
penyalahgunaan obat-obat medis dan dampak dari penyalahgunaan tersebut.

B. Tujuan

Makalah ini dimasukkan sebagai pedoman, agar mahasiswa


mengetahui tentang obat medis apa saja yang terkadang disalahgunakan dan
bahaya penyalahgunaan obat-obatan tersebut.

C. Rumusan Masalah
1. Apakah yang dimaksud penyalahgunaan obat?
2. Obat medis apa saja yang sering disalahgunakan?
3. Apa sajakah faktor yang menyebabkan terjadinya penyalahgunaan obat?
4. Bagaimanakah pencegahan penyalahgunaan obat-obat medis?
BAB II
PEMBAHASAN

A. Defenisi Penyalahgunaan obat


Penyalahgunaan obat adalah penggunaan zat secara terus menerus
bahkan sampai setelah terjadi masalah (Stuart & Sundeen, 1998). Penggunaan
zat secara patologis dikelompokkan dalam dua kategori: penyalahgunaan zat
dan ketergantungan zat. Ketergantungan zat ditandai oleh adanya berbagai
masalah yang berkaitan dengan konsumsi suatu zat. Ini mencakup penggunaan
zat yang lebih banyak dari yang dimaksudkan, mencoba untuk berhenti,
namun tidak berhasil, memiliki berbagai masalah fisik atau psikologis yang
semakin parah karena penggunaan obat, dan mengalami masalah dalam
pekerjaan atau dengan teman-teman.

Penyalahgunaan obat merupakan suatu keadaan dimana suatu obat


digunakan tidak untuk tujuan mengobati penyakit, akan tetapi digunakan
untuk mencari atau mencapai tujuan tertentu seperti ingin mendapatkan
kenikmatan dari pemakaian obat tersebut.

B. Obat Medis Yang sering Disalahgunakan


1. Paracetamol

Obat demam atau panas yang tergolong populer saat ini adalah
paracetamol atau acetaminophen. Obat ini tergolong antipyretic
(penurun panas). Untuk dewasa biasanya 500 mg per tablet, 3x sehari jika
perlu. Jangan sampai meminumnya lebih dari satu tablet sekali minum,
dan tentunya sebaiknya sesuai dengan anjuran dosisnya (jika 3x sehari
artinya diminum setiap 6-8 jam). Paracetamol ini muncul dalam berbagai
kemasan obat dengan merek yang berbeda-beda baik pada obat penurun
panas, maupun pada obat batuk, atau flu.
Selain paracetamol,  terdapat juga golongan senyawa obat lain
yang juga bisa berfungsi menurunkan panas yakni dari golongan anti-
radang non-steroid (NSAIDs, Non Steroidal Anti Inflammatory Drugs).
Contoh obat-obatan golongan ini adalah dari jenis salicylates (seperti :
acetyl salicylic acid atau aspirin, sodium salicylate, choline salicylate, dll),
ibuprofen, ketoprofen, naproxen. Obat jenis ini juga berfungsi
menghilangkan rasa sakit (terutama akibat peradangan).

Tak ada obat yang dikatakan tepat untuk menyembuhkan pilek dan
flu. Obat-obatan yang ada lebih bersifat mengurangi gejala-gejala tak
nyaman sebagaimana disebutkan di atas. Khusus untuk flu saat ini ada
obat yang memang bersifat menyerang virus penyebab flu seperti Tamiflu,
Relenza; akan tetapi digunakan hanya bila dirasa perlu dan harus atas
resep dokter. Pilek atau flu yang relatif biasa akan hilang sendiri
(melemah) dalam beberapa hari terutama jika diiringi dengan istirahat
yang banyak, banyak minum air, dan bantuan suplemen dan vitamin.

Paracetamol pada saat ini sering disalahgunakan oleh kalangan


remaja menjadi obat yang memberikan rasa tenang (seperti narkotik).
Karena penjualan obat yang sekarang sangat bebas serta beredar pula di
apotik dimana – mana dan tanpa pengawasan yang ketat, bermacam obat
pereda demam seperti paracetamol ini juga sering disalahgunakan oleh
kalangan remaja maupun dewasa. Apabila obat ini disalahgunakan,
tentunya akan menyebabkan kerusakan hati dan ginjal.

2. Misoprostol / Cytotec

Misoprostol yang efektif digunakan untuk mencegah penyakit


maag dan radang lambung, belakangan ini semakin banyak
disalahgunakan untuk menggugurkan kandungan. Cytotec sebetulnya
untuk mengobati maag dan dilarang keras digunakan untuk perempuan
hamil dan ibu menyusui. Cytotec sebetulnya mempunyai indikasi untuk
mengobati maag kronis. Cara kerjanya dalam mengobati lambung adalah
menetralisir asam lambung yang tinggi (yang menjadi penyebab mual dan
muntah pasien maag). Selain itu cytotec mampu melapisi dinding usus
yang terluka, yang menjadi penyebab meningkatnya asam lambung. Tetapi
efek samping dari obat ini yaitu memacu kontraksi sel otot polos di mulut
rahim wanita yang dapat menyebabkan keguguran (pada wanita hamil).
Oleh sebab itu, obat ini tidak disarankan bagi wanita hamil.

Jika obat ini disalahgunakan oleh wanita hamil untuk melakukan


aborsi, maka Pelaku aborsi bisa mengalami pendarahan terus menerus.
Kalau pendarahan terjadi tanpa bisa dicegah, bisa saja pelaku aborsi
meninggal dunia.

3. Obat penghilang rasa nyeri

Obat pereda atau penghilang rasa nyeri sering menjadi sahabat


orang dewasa untuk menghilangkan rasa sakit di tubuh. Sayangnya
seringkali orang menjadi ketergantungan terhadap obat penghilang rasa
nyeri dan mengalami overdosis hingga menyebabkan kematian.

Menurut sebuah laporan baru yang dikeluarkan oleh Centers for


Disease Control and Prevention (CDC), resep obat penghilang rasa sakit
(painkiller) yang tidak tepat telah mnyebabkan kematian 15.000 orang di
Amerika Serikat setiap tahun.

Kematian akibat overdosis obat penghilang rasa sakit sekarang


melebihi jumlah kematian overdosis gabungan heroin dan kokain.
Menurut data yang telah dipublikasikan pada 1 November 2011, resep
obat penghilang rasa sakit yang sering disalahgunakan adalah oxycodone
(Oxycotin), metadon atau xanax (Vicodin).

Tetapi ada banyak merek obat lain yang juga disalahgunakan,


antara lain:
a. Formulasi Oxycodone: termasuk merek Oxyfast, Percolone, dan
Roxicodone
b. Oxycodone dikombinasikan dengan obat lain: termasuk merek
Endocet, Percocet, Percodan, dan Xolox.
c. Hydrocodone: termasuk merek Lortab, Tussionex, dan Vanacet

Obat nyeri yang juga sering disalahgunakan adalah Obat somadril


yang fungsinya untuk mengatasi penyakit nyeri otot, nyeri sendi, serta
rematik, dan telah lama beredar di sejumlah warung obat, diduga sering
disalahgunakan untuk kepentingan teler atau mabuk para pembelinya. Bila
obat ini digunakan dalam dosis yang tinggi maka akan menyebabkan
gangguan koordinasi motorik, gangguan konsentrasi, hipotensi, dan
bahkan dapat menyebabkan koma jika terus-menerus digunakan dalam
jumlah yang banyak.

4. Flunitrazepam
Obat flunitrazepam digunakan untuk pengobatan seperti
gangguan kecemasan dan insomnia. Tapi efek kuat dari obat ini yang
membuat orang tertidur panjang hingga 2-8 jam kadang digunakan untuk
kejahatan agar si korban tertidur.

Di banyak negara, obat flunitrazepam umumnya dikenal dengan


sebutan date rape drug karena bisa melumpuhkan perempuan selama
penyerangan seksual seperti pemerkosaan.

Flunitrazepam memiliki efek fisiologis yang mirip dengan valium


(diazepam), tapi 10 kali lipat lebih kuat. Ketika seseorang mengalami
intoksifikasi umumnya dikaitkan dengan gangguan penilaian dan
keterampilan motorik.

Obat ini tidak memiliki rasa dan bau serta larut dalam air yang
membuatnya sulit dideteksi sehingga banyak orang tidak menyadarinya
ketika ia dicampurkan ke dalam makanan atau minuman. Sekitar 10 menit
setelah obat tersebut dikonsumsi, seseorang mungkin akan merasa pusing
dan bingung, merasa udara di sekitarnya terlalu panas atau terlalu dingin
serta mual.

Secara perlahan ia juga akan mengalami kesulitan berbicara dan


bergerak hingga akhirnya pingsan. Puncak dari efek ini terjadi dalam
waktu 2 jam dan bisa bertahan hingga 8 jam. Umumnya orang yang
konsumsi obat ini tidak bisa mengingat apa yang terjadi selama ia berada
dalam pengaruh obat.

Jika obat ini dikombinasikan dengan alkohol, maka efeknya


terhadap memori dan kemampuan menilai sesuatu akan lebih besar.
Dilaporkan kombinasi ini bisa menyebabkan seseorang tidak sadar selama
8-12 jam setelah dikonsumsi.

Efek samping dari penggunaan obat ini termasuk penurunan


tekanan darah, gangguan memori, mengantuk, gangguan penglihatan,
pusing, merasa bingung, gangguan pencernaan dan gangguan pada retensi
urine.

5. Kodein yang Disalahgunakan Sebagai Morfin

Kodein adalah salah satu turunan morfin, bisa juga diubah menjadi
narkotik yang lebih kuat seperti heroin. Kodein sebenarnya adalah obat
yang sering diresepkan dokter, bisa digunakan sebagai analgetika
(penghilang rasa sakit), anti diare dan antitusive (penekan batuk).
Apoteker/pharmacist harus berhati-hati, karena kodein dapat juga
disalahgunakan, jika diminum langsung ternyata ada sekian persen yang
diubah menjadi morfin di saluran pencernaan.

Lebih parah lagi bila ternyata pembeli memang sengaja membeli


kodein untuk di ubah menjadi morfin atau heroin. Jika kodein
disalahgunakan menjadi morfin, maka akan menyebabkan hilangnya rasa
nyeri, ketegangan berkurang dan adanya rasa nyaman diikuti perasaan
seperti mimpi dan rasa mengantuk. Jika terus menerus disalahgunakan,
tentunya akan menyebabkan ketergantungan dan meninggal karena
overdosis.

6. Obat anti-cemas

Sisa-sisa kecemasan bisa diobati dengan obat anti-cemas yang


sesuai, terapi perilaku atau psikoterapi. Obat anti-cemas disebut juga
ansiolitik atau obat penenang, diberikan untuk mengatasi gejala-gejala
kecemasan. Obat anti-cemas memiliki efek mengendurkan otot-otot,
mengurangi ketegangan, membantu tidur dan mengurangi kecemasan.
Yang paling sering digunakan adalah benzodiazepin. Obat ini
mempercepat relaksasi mental dan fisik dengan cara mengurangi aktivitas
saraf di dalam otak. Tetapi benzodiazepin bisa menyebabkan
ketergantungan fisik dan pemakaian pada alkoholik harus sangat hati-hati.

Contoh benzodiazepin adalah:

a. Alprazolam
b. Klordiazepoksid
c. Diazepam
d. Flurazepam
e. Lorazepam
f. Oksazepam
g. Temazepam
h. Triazolam.

Secara klinis, semua senyawa benzodiazepin menyebabkan


depresi susunan saraf pusat yang bervarisai tergantung pada dosis yang
diberikan. Sebelum ditemukannya benzodiazepin, barbiturat
merupakan obat pilihan untuk mengatasi kecemasan. Tetapi obat ini
berpotensi untuk disalahgunakan, sering terjadi gejala putus obat dan
overdosis serta sering menyebabkan kematian; sehingga jarang
digunakan lagi.

Obat-obat anti-depresi kadang juga diberikan untuk penyakit


kecemasan.
Obat anti-depresi yang sering digunakan adalah:

a. Selective serotonin reuptake inhibitors (fluoksetin, fluvoksamin,


paroksetin, sertralin)
b. Monoamine oxidase inhibitors (fenelzin, tranilsipromin)
c. Anti-depresi trisiklik (amitriptilin, amoksapin, klomipramin,
imipramin, nortriptilin, rotriptilin).

Alprazolam adalah salah satu obat anticemas yang sering


disalahgunakan dan paling banyak menimbulkan ketergantungan.
Alprazolam adalah obat yang cara kerjanya memperlambat pergerakan
bahan kimia di dalam otak yang membuat ketidakseimbangan. Dengan
cara kerja ini, ketegangan saraf (kecemasan) seseorang pun berkurang,
sehingga si pemakai relatif tenang.

Obat ini dapat menyebabkan ketergantungan jika digunakan dalam


pemakaian jangka panjang. Jika obat ini disalahgunakan, maka akan
menyebabkan kesulitan berkonsentrasi dan dapat terjadi halusinasi.

7. Dextromethorpan

Dextromethorpan (atau biasa disebut pil dekstro) adalah suatu


obat penekan batuk (anti tusif) yang dapat diperoleh secara bebas, dan
banyak dijumpai pada sediaan obat batuk maupun flu. Dosis dewasa
adalah 15-30 mg, diminum 3-4 kali sehari.

Efek anti batuknya bisa bertahan 5-6 jam setelah penggunaan per-
oral. Jika digunakan sesuai aturan, jarang menimbulkan efek samping
yang berarti.
Sebelum FDA (Food and Drug Administration) mengganti
narcotic codeine dengan dextromethorpan sebagai obat penekan batuk
yang dijual bebas sekitar tahun 1970-an, remaja dengan mudah
mendapatkannya untuk disalahgunakan. Bertahun-tahun, remaja membuat
penemuan bahwa mereka dapat merasa ‘high/mabuk’ dengan
mengkonsumsi obat-obatan bebas yang mengandung dextromethorpan
(juga disebut DXM). Ditemukan pada tablet, kapsul, dan gel. seperti juga
sirup, dextromethorpan ini terkandung di obat-obatan yang diberi label
DM, batuk, penekan batuk atau Tuss (mengandung ‘tuss’ pada nama
obatnya).

Obat-obatan yang mengandung dextromethorpan sangat mudah


ditemukan, dapat dibeli sesuai kantong remaja, dan legal. Mendapatkannya
sangat mudah, yaitu dengan membeli di toko obat atau mencarinya di kotak
kotak obat dirumahnya. Dan karena ditemukan pada obat-obatan bebas,
maka remaja mengasumsikan bahwa DXM tidaklah berbahaya.

Meskipun pada media sekarang, menurut US Department of Health


and Human Services Substance Abuse and Mental Health Services
Administration (SAMHSA) yang memonitor hubungan antara obat-obatan
dengan kunjungan pada Gawat Darurat dan kematian secara luas, tidak ada
perubahan secara signifikan pada kunjungan di Gawat Darurat RS akibat
penyalahgunaan DXM sejak 1994.

Perbedaan antara penyalahgunaan obat-obatan batuk dari tahun-


tahun dulu dengan sekarang adalah yaitu remaja sekarang menggunakan
internet tidak hanya untuk membeli DXM dalam bentuk bubuk murni, tapi
juga belajar untuk disalahgunakan lebih lanjut. Karena mengkonsumsi
dalam volume besar dari sirup batuk dapat menyebabkan muntah, maka
obat-obatan tersebut diekstrak dari obat batuk dan dijual kembali di Internet
dalam bentuk tablet yang kemudian ditelan atau bubuk yang dihirup.
Bahkan di versi online terdapat kalkulator yang dapat menghitung seberapa
besar dikonsumsi sesuai dengan berat dan tinggi badannya.
Meskipun DXM dapat dikonsumsi secara aman pada dosis 15
hingga 30 miligram untuk menekan batuk, namun pengguna biasanya
mengkonsumsi lebih dari 360 mg bahkan lebih. Mengkonsumsi dalam
jumlah banyak produk yang mengandung DXM dapat menyebabkan
halusinasi, hilang kendali dari kendaraan (pada saat mengemudi), dan
sensasi ‘out of body’.

Efek samping lainnya yang mungkin terjadi dari penyalahgunaan


DXM yaitu : bingung, sulit mengambil keputusan, penglihatan yang buram,
pusing, paranoia, keringat berlebihan, bicara mencerca, mual, muntah-
muntah, sakit perut, detak jantung yang tidak normal, tekanan darah tinggi,
pusing, lesu, mati rasa pada jari kaki dan tangan, pucat, kulit yang kering
dan gatal, hilang kesadaran, demam, kerusakan pada otak dan bahkan
kematian. Ketika mengkonsumsi dalam jumlah banyak, DXM juga dapat
menyebabkan hyperthermia, atau demam tinggi.

8. Dexametasone

Dexametasone (micronized) 0.5 mg dan clorpeniramina maleat 2


mg adalah obat-obatan yang lazim dipakai untuk mengobati alergi
Sehingga sering diberikan pada penyakit alergi menahun seperti asma
bronchiale, urticaria dan berbagai penyakit alergi lainnya. Obat yang
mengandung komponen ini sering disalahgunakan untuk menggemukkan
badan karena dampak menahan airnya, atau untuk meningkatkan kualitas
tidur pemakainya. Efek sampingnya adalah timbulnya penyakit pencernaan
seperti penyakit maag, luka di lambung, kelainan pencernaan lainnya.
Karena sifatnya yang menahan air, menyebabkan penderita meningkat
nafsu makannya dan bertambah berat.

Selain itu obat yang mengandung Dexamethasone merupakan


pemicu timbulnya penyakit kencing manis, apalagi kalau pemakai
mempunyai riwayat penyakit kencing manis di keluarga. Obat ini juga
menyebabkan timbulnya beberapa penyakit kejiwaan bila dipakai secara
berkesinambungan. Karena dampaknya imunosupresif, pemakai mudah
menderita penyakit infeksi virus dan jamur pada tubuhnya. Pemakai jangka
panjang juga akan menderita pengeroposan tulang yang disebut sebagai
osteoporosis. Bila penderita terlalu sensitive, dapat pula terjadi shok, yang
berujung dengan kematian.

C. Faktor-Faktor Penyebab Penyalahgunaan Obat

Motivasi dan penyebabnya seseorang menyalahgunakan obat bisa


bermacam-macam, antara lain:

1. Ada orang-orang yang bertujuan untuk mengurangi atau meniadakan rasa


tertekan (stres dan ketegangan hidup).
2. Ada orang-orang yang bertujuan untuk sekadar mendapatkan perasaan
nyaman, menyenangkan.
3. Ada orang-orang yang memakainya untuk lari dari realita dan tanggung
jawab kehidupan.
4. Faktor-faktor Lingkungan.

Para remaja dapat menyalahgunakan obat-obatan dikemudian harinya


jikalau kita memanjakan mereka, melindungi mereka secara berlebih-lebihan,
tidak mengizinkan mereka untuk mandiri, tidak pernah melatih mereka
menghadapi dan menyelesaikan persoalan-persoalan mereka sendiri.

Sehingga masa kecil yang seperti itu, maka akan menghasilkan :

1. Pribadi yang tidak matang / labil dan selalu ingin lari dari tanggung jawab.
Seorang anak yang tidak biasa menghadapi dan menyelesaikan persoalan-
persoalan hidupnya sendiri akan cenderung memilih obat-obatan jikalau ia
mau melepaskan diri dan lari dari realita kehidupan yang menekan.
2. Pribadi yang ikut-ikutan. Apalagi sedang mengalami tekanan lingkungan
dimana sebagai pemuda / remaja yang sedang mencari identitas pribadi,
mereka akan tergoda untuk menjadi bagian dari grup di mana penggunaan
obat-obatan oleh satu orang bisa diikuti oleh setiap orang dalam grup itu.
3. Ketergantungan total pada orangtuanya. Keterpisahan dengan orangtua
(kematian atau putusnya hubungan) akan menyebabkan si anak kehilangan
pegangan, apalagi jikalau ia menghadapi tekanan-tekanan hidup yang lain.
4. Pendidikan keluarga yang buruk seringkali diberikan oleh tipe-tipe keluarga
dengan latar belakang orangtua yang bercerai, ibu yang mengepalai rumah
tangga dan menekan si ayah,  kedua orangtua yang memanjakan anak
tunggal, orangtua peminum, pergaulan bebas dan sebagainya.
5. Faktor kontribusi : Hubungan interpersonal yang terganggu, atau keadaan
orang tua yang patologis/kacau.
6. Faktor pencetus : Pengaruh teman kelompok, dan tersedianya obat/zat.

D. Pencegahan Penyalahgunaan Obat Medis

Terkait dengan semakin maraknya penyalahgunaan obat medis


terutama penyalahgunaan dextromethorpan, banyak bermunculan oknum
penjual pil dekstro murni dalam bentuk serbuk yang dikemas/dimasukan
kedalam kapsul atau bahkan dicampur dengan obat-obatan terlarang lainnya
seperti ekstasi, metamfetamin, dll.

Untuk mewaspadai/mencegah meningkatnya dampak buruk akibat


penyalahgunaan obat-obatan medis diperlukan peran tenaga kesehatan
(termasuk apoteker), orang tua, guru, masyarakat dan instansi
keamanan/kepolisian secara bersama dan berkesinambungan.

Tips untuk mengantisipasi penyalahgunaan obat-obatan medis :

1. Apotek dan toko obat perlu mewaspadai terhadap pembelian obat-obatan


medis seperti yang telah disebutkan sebelumnya dalam jumlah yang tidak
wajar.
2. Apoteker perlu menjadi front liner atau petugas gardu terdepan dalam
memberi pelayanan, agar dapat berkomunikasi secara langsung dengan
konsumen / masyarakat, sehingga dapat segera mengantisipasi dan
mengambil sikap terhadap hal-hal yang tidak wajar terkait dengan
pembelian obat-obatan medis di apotik.
3. Orang tua diharapkan rajin mengontrol kamar tidur, lemari pakaian / buku,
laci putra-putrinya untuk mengetahui barang-barang yang tersimpan di
dalamnya. Jika ditemukan obat-obatan medis, perlu segera dipastikan
apakah putra-putri anda memerlukan obat tersebut atau tidak.
4. Jika masyarakat menemukan oknum pengedar pil dekstro atau obat-obatan
lain yang bertujuan untuk disalahgunakan, diharapkan segera melaporkan
pada pihak keamanan, karena pil dekstro atau obat-obatan lain walaupun
dapat dibeli secara bebas tapi sebenarnya obat-obatan tersebut hanya boleh
dijual di apotik atau toko obat berizin.
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Penyalahgunaan zat / obat adalah penggunaan zat secara terus menerus
bahkan sampai setelah terjadi masalah (Stuart & Sundeen, 1998). Penggunaan
zat secara patologis dikelompokkan dalam dua kategori: penyalahgunaan zat
dan ketergantungan zat. Ketergantungan zat ditandai oleh adanya berbagai
masalah yang berkaitan dengan konsumsi suatu zat. Ini mencakup penggunaan
zat yang lebih banyak dari yang dimaksudkan, mencoba untuk berhenti,
namun tidak berhasil, memiliki berbagai masalah fisik atau psikologis yang
semakin parah karena penggunaan obat, dan mengalami masalah dalam
pekerjaan atau dengan teman-teman.

Penyalahgunaan obat merupakan suatu keadaan dimana suatu obat


digunakan tidak untuk tujuan mengobati penyakit, akan tetapi digunakan
untuk mencari atau mencapai kesadaran tertentu karena pengaruh obat pada
jiwa.

Obat-obat medis yang sering disalahgunakan oleh masyarakat saat ini


adalah Paracetamol, Obat penghilang rasa nyeri, Misoprostol / Cytotec,
Flunitrazepam, kodein yang disalahgunakan sebagai morfin, Obat anti-cemas,
Dextromethorpan, dan Dexametasone

Motivasi dan penyebabnya seseorang menyalahgunakan obat bisa


bermacam-macam, antara lain: ada orang-orang yang bertujuan untuk
mengurangi atau meniadakan rasa tertekan (stres dan ketegangan hidup), ada
orang-orang yang bertujuan untuk sekadar mendapatkan perasaan nyaman,
menyenangkan, ada orang-orang yang memakainya untuk lari dari realita dan
tanggung jawab kehidupan, Faktor-faktor Lingkungan, Faktor kontribusi,
Faktor pencetus
Untuk mewaspadai/mencegah meningkatnya dampak buruk akibat
penyalahgunaan obat-obatan medis diperlukan peran tenaga kesehatan
(termasuk apoteker), orang tua, guru, masyarakat dan instansi
keamanan/kepolisian secara bersama dan berkesinambungan.
DAFTAR PUSTAKA

Abbas, Hannunnisa dkk. 2015. Penyalahgunaan Obat Medis. Makassar. Makalah

Avril. 2012. Obat yang disalahgunakan.


http://avrillavigneismiatere.blogspot.com/2012/06/makalah-obat-yang-
disalahgunakan.html. Diakses pada tanggal 23 Oktober 2020

Martono, Lydia Harlina. 2006. Pencegahan dan Penyalahgunaan Narkoba.


Jakarta: Balai Pustaka

Neliyani, Ani. 2015. Penegakan Hukum Terhadap Penjualan Pil Dextro Secara
Bebas.Malang. KTI

Visenna. 2012. Gangguan Yang Berkaitan Dengan Penggunaan Zat. Makalah.

Anda mungkin juga menyukai