PENYALAHGUNAAN OBAT
DISUSUN OLEH :
Akhir kata semoga makalah ini bisa bermanfaat bagi pembaca pada
umumnya dan penyusun pada khususnya . Penyusun menyadari makalah
ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu kritik dan saran yang
membangun dari pembaca sangat diharapkan. Semoga makalah ini bisa
bermanfaat bagi semua pihak.
Penyusun
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR........................................................................... i
A. Kesimpulan ................................................................................. 15
Bukan hanya itu saja, beberapa obat-obatan medis yang sering kita
jumpai pun saat ini sudah banyak disalahgunakan oleh para remaja untuk
memberikan efek yang sama seperti halnya saat menggunakan narkoba.
Mereka menyalahgunakan obat-obatan medis tersebut karena obat tersebut
dapat dijumpai dengan mudah di lingkungannya sendiri dan harganya pun
lebih murah jika dibandingkan dengan narkoba itu sendiri. Untuk itu,
berdasarkan latar belakang ini, kami akan mencoba membahas tentang
penyalahgunaan obat-obat medis dan dampak dari penyalahgunaan tersebut.
B. Tujuan
C. Rumusan Masalah
1. Apakah yang dimaksud penyalahgunaan obat?
2. Obat medis apa saja yang sering disalahgunakan?
3. Apa sajakah faktor yang menyebabkan terjadinya penyalahgunaan obat?
4. Bagaimanakah pencegahan penyalahgunaan obat-obat medis?
BAB II
PEMBAHASAN
Obat demam atau panas yang tergolong populer saat ini adalah
paracetamol atau acetaminophen. Obat ini tergolong antipyretic
(penurun panas). Untuk dewasa biasanya 500 mg per tablet, 3x sehari jika
perlu. Jangan sampai meminumnya lebih dari satu tablet sekali minum,
dan tentunya sebaiknya sesuai dengan anjuran dosisnya (jika 3x sehari
artinya diminum setiap 6-8 jam). Paracetamol ini muncul dalam berbagai
kemasan obat dengan merek yang berbeda-beda baik pada obat penurun
panas, maupun pada obat batuk, atau flu.
Selain paracetamol, terdapat juga golongan senyawa obat lain
yang juga bisa berfungsi menurunkan panas yakni dari golongan anti-
radang non-steroid (NSAIDs, Non Steroidal Anti Inflammatory Drugs).
Contoh obat-obatan golongan ini adalah dari jenis salicylates (seperti :
acetyl salicylic acid atau aspirin, sodium salicylate, choline salicylate, dll),
ibuprofen, ketoprofen, naproxen. Obat jenis ini juga berfungsi
menghilangkan rasa sakit (terutama akibat peradangan).
Tak ada obat yang dikatakan tepat untuk menyembuhkan pilek dan
flu. Obat-obatan yang ada lebih bersifat mengurangi gejala-gejala tak
nyaman sebagaimana disebutkan di atas. Khusus untuk flu saat ini ada
obat yang memang bersifat menyerang virus penyebab flu seperti Tamiflu,
Relenza; akan tetapi digunakan hanya bila dirasa perlu dan harus atas
resep dokter. Pilek atau flu yang relatif biasa akan hilang sendiri
(melemah) dalam beberapa hari terutama jika diiringi dengan istirahat
yang banyak, banyak minum air, dan bantuan suplemen dan vitamin.
2. Misoprostol / Cytotec
4. Flunitrazepam
Obat flunitrazepam digunakan untuk pengobatan seperti
gangguan kecemasan dan insomnia. Tapi efek kuat dari obat ini yang
membuat orang tertidur panjang hingga 2-8 jam kadang digunakan untuk
kejahatan agar si korban tertidur.
Obat ini tidak memiliki rasa dan bau serta larut dalam air yang
membuatnya sulit dideteksi sehingga banyak orang tidak menyadarinya
ketika ia dicampurkan ke dalam makanan atau minuman. Sekitar 10 menit
setelah obat tersebut dikonsumsi, seseorang mungkin akan merasa pusing
dan bingung, merasa udara di sekitarnya terlalu panas atau terlalu dingin
serta mual.
Kodein adalah salah satu turunan morfin, bisa juga diubah menjadi
narkotik yang lebih kuat seperti heroin. Kodein sebenarnya adalah obat
yang sering diresepkan dokter, bisa digunakan sebagai analgetika
(penghilang rasa sakit), anti diare dan antitusive (penekan batuk).
Apoteker/pharmacist harus berhati-hati, karena kodein dapat juga
disalahgunakan, jika diminum langsung ternyata ada sekian persen yang
diubah menjadi morfin di saluran pencernaan.
6. Obat anti-cemas
a. Alprazolam
b. Klordiazepoksid
c. Diazepam
d. Flurazepam
e. Lorazepam
f. Oksazepam
g. Temazepam
h. Triazolam.
7. Dextromethorpan
Efek anti batuknya bisa bertahan 5-6 jam setelah penggunaan per-
oral. Jika digunakan sesuai aturan, jarang menimbulkan efek samping
yang berarti.
Sebelum FDA (Food and Drug Administration) mengganti
narcotic codeine dengan dextromethorpan sebagai obat penekan batuk
yang dijual bebas sekitar tahun 1970-an, remaja dengan mudah
mendapatkannya untuk disalahgunakan. Bertahun-tahun, remaja membuat
penemuan bahwa mereka dapat merasa ‘high/mabuk’ dengan
mengkonsumsi obat-obatan bebas yang mengandung dextromethorpan
(juga disebut DXM). Ditemukan pada tablet, kapsul, dan gel. seperti juga
sirup, dextromethorpan ini terkandung di obat-obatan yang diberi label
DM, batuk, penekan batuk atau Tuss (mengandung ‘tuss’ pada nama
obatnya).
8. Dexametasone
1. Pribadi yang tidak matang / labil dan selalu ingin lari dari tanggung jawab.
Seorang anak yang tidak biasa menghadapi dan menyelesaikan persoalan-
persoalan hidupnya sendiri akan cenderung memilih obat-obatan jikalau ia
mau melepaskan diri dan lari dari realita kehidupan yang menekan.
2. Pribadi yang ikut-ikutan. Apalagi sedang mengalami tekanan lingkungan
dimana sebagai pemuda / remaja yang sedang mencari identitas pribadi,
mereka akan tergoda untuk menjadi bagian dari grup di mana penggunaan
obat-obatan oleh satu orang bisa diikuti oleh setiap orang dalam grup itu.
3. Ketergantungan total pada orangtuanya. Keterpisahan dengan orangtua
(kematian atau putusnya hubungan) akan menyebabkan si anak kehilangan
pegangan, apalagi jikalau ia menghadapi tekanan-tekanan hidup yang lain.
4. Pendidikan keluarga yang buruk seringkali diberikan oleh tipe-tipe keluarga
dengan latar belakang orangtua yang bercerai, ibu yang mengepalai rumah
tangga dan menekan si ayah, kedua orangtua yang memanjakan anak
tunggal, orangtua peminum, pergaulan bebas dan sebagainya.
5. Faktor kontribusi : Hubungan interpersonal yang terganggu, atau keadaan
orang tua yang patologis/kacau.
6. Faktor pencetus : Pengaruh teman kelompok, dan tersedianya obat/zat.
A. Kesimpulan
Penyalahgunaan zat / obat adalah penggunaan zat secara terus menerus
bahkan sampai setelah terjadi masalah (Stuart & Sundeen, 1998). Penggunaan
zat secara patologis dikelompokkan dalam dua kategori: penyalahgunaan zat
dan ketergantungan zat. Ketergantungan zat ditandai oleh adanya berbagai
masalah yang berkaitan dengan konsumsi suatu zat. Ini mencakup penggunaan
zat yang lebih banyak dari yang dimaksudkan, mencoba untuk berhenti,
namun tidak berhasil, memiliki berbagai masalah fisik atau psikologis yang
semakin parah karena penggunaan obat, dan mengalami masalah dalam
pekerjaan atau dengan teman-teman.
Neliyani, Ani. 2015. Penegakan Hukum Terhadap Penjualan Pil Dextro Secara
Bebas.Malang. KTI