Anda di halaman 1dari 17

MAKALAH

PEMBERDAYAAN MASYARAKAT

DISUSUN OLEH :

NAMA : MULPI ALPIA ANNISA PUTRI


NIM : PO713251191021
PEMBIMBING : RAIMUNDUS CHALIK, S. Si., M.
Sc., Apt.

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES MAKASSAR


JURUSAN FARMASI
TAHUN 2020
KATA PENGANTAR
Puji syukur penyusun panjatkan kepada Allah SWT karena berkat
rahmat dan hidayah-Nya penulis dapat menyelesaikan makalah yang
berjudul Pemberdayaan Masyarakat dapat terselesaikan. Terima kasih
kepada Bapak Raimundus Chalik, S. Si., M. Sc., Apt. selaku pembimbing
mata kuliah Promosi Kesehatan Masyarakat.

Akhir kata semoga makalah ini bisa bermanfaat bagi pembaca


padaumumnya dan penulis pada khususnya . Penulis menyadari makalah
ini masih jauhdari sempurna. Oleh karena itu kritik dan saran yang
membangun dari pembacasangat diharapkan. Semoga makalah ini bisa
bermanfaat bagi semua pihak.

Makassar, 23 Oktober 2020

Penyusun
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR........................................................................... i
DAFTAR ISI ......................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN ..................................................................... 1
A. Latar Belakang ........................................................................... 1
B. Rumusan Masalah ...................................................................... 2
C. Tujuan ......................................................................................... 2
BAB II PEMBAHSAN ......................................................................... 3
A. Konsep Pemberdayaan Masyarakat ........................................... 3
B. Prinsip Pemberdayaan Masyarakat ............................................ 4
C. Model Pemberdayaan Masyarakat ............................................. 8
D. Langkah Kegiatan Operasional .................................................. 9
E. Peran Tenaga Teknik Kesehatan dalam
Pemberdayaan Masyarakat ......................................................... 11

BAB III PENUTUP .............................................................................. 13


A. Kesimpulan ................................................................................. 13
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................... 14
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Perhatian terhadap permasalahan kesehatan terus dilakukan terutama


dalam perubahan paradigma sakit yang selama ini dianut masyarakat ke
paradigma sehat. Paradigma sakit merupakan upaya untuk membuat orang
sakit menjadi sehat, menekankan pada kuratif dan rehabilitatif, sedangkan
paradigma sehat merupakan upaya membuat orang sehat tetap sehat,
menekan pada pelayanan promotif dan preventif. Berubahnya paradigma
masyarakat akan kesehatan, juga akan merubah pemeran dalam pencapaian
kesehatan masyarakat, dengan tidak mengesampingkan peran pemerintah dan
petugas kesehatan. Perubahan paradigma dapat menjadikan masyarakat
sebagai pemeran utama dalam pencapaian derajat kesehatan. Dengan
peruahan paradigma sakit menjadi paradigma sehat ini dapat membuat
masyarakat menjadi mandiri dalam mengusahakan dan menjalankan upaya
kesehatannya, hal ini sesuai dengan visi Indonesia sehat, yaitu “Masyarakat
Sehat yang Mandiri dan Berkeadilan”.
Pemberdayaan masyarakat terhadap usaha kesehatan agar menadi
sehat sudah sesuai dengan Undang – undang RI, Nomor 36 tahun 2009
tentang kesehatan, bahwa pembangunan kesehatan harus ditujukan untuk
meningkatkan kesadaran, kemauan, dan kemampuan hidup masyarakat yang
setinggi- tingginya, sebagai investasi bagi pembangunan sumber daya
masyarakat. Setiap orang berkewajiban ikut mewujudkan, mempertahankan
dan meningkatkan derajat kesehatan masyarakat setinggi – tingginya.
Pemerintah bertanggungjawab memberdayakan dan mendorong peran serta
aktif masyarakat dalam segala bentuk upaya kesehatan.
Dalam rangka pencapaian kemandirian kesehatan, pemberdayaan
masayrakat merupakan unsur penting yang tidak bisa diabaikan.
Pemberdayaan kesehatan di bidang kesehatan merupakan sasaran utama dari
promosi kesehatan. Masyarakat merupakan salah satu dari strategi global
promosi kesehatan pemberdayaan (empowerment) sehingga pemberdayaan
masyarakat sangat penting untuk dilakukan agar masyarakat sebagai primary
target memiliki kemauan dan kemampuan untuk memelihara dan
meningkatkan kesehatan.
B. Rumusan Masalah
1. Apa konsep pemberdayaan masyarakat?
2. Apa prinsip pemberdayaan masyarakat?
3. Apa sajakah model pemberdayaan masyarakat?
4. Bagaimana langkah pemberdayaan masyarakat?
5. Bagaimana peran tenaga teknis kesehatan dalam pemberdayaan
masyarakat?
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui konsep pemberdayaan masyarakat.
2. Untuk mengetahui prinsip pemberdayaan.
3. Untuk mengetahui model-model pemberdayaan masyarakat.
4. Untuk mengetahui langkah-langkah pemberdayaan masyarakat.
5. Untuk mengetahu peran tenaga teknis kesehatan dalam pemberdayaan.
BAB II
PEMBAHASAN

A. Konsep Pemberdayaan Masyarakat


Pemberdayaan menurut arti secara bahasa adalah proses, cara,
perbuatan membuat berdaya, yaitu kemampuan untuk melakukan sesuatu atau
kemampuan bertindak yang berupa akal, ikhtiar atau upaya (Depdiknas,
2003).
Masyarakat adalah kesatuan hidup manusia yang berinteraksi menurut
suatu sistem adat istiadat tertentu yang bersifat kontinyu, dan yang terikat
oleh suatu rasa identitas bersama (Koentjaraningrat, 2009). Pemberdayaan
masyarakat merupakan strategi pembangunan. Dalam perspektif pembangunan
ini, disadari betapa penting kapasitas manusia dalam upaya meningkatkan
kemandirian dan kekuatan internal atas sumber daya materi dan non material.
Robinson (1994) menjelaskan bahwa pemberdayaan adalah suatu
proses pribadi dan sosial; suatu pembebasan kemampuan pribadi, kompetensi,
kreatifitas dan kebebasan bertindak.
Sedangkan Ife (1995) mengemukakan bahwa pemberdayaan mengacu
pada kata “empowerment” yang berarti memberi daya,
memberi ”power” (kuasa), kekuatan, kepada pihak yang kurang berdaya.
Pemberdayaan berasal dari penerjemahan bahasa Inggris
“empowerment”yang juga dapat bermakna “pemberian kekuasaan”.
Memberdayakan masyarakat adalah upaya untuk meningkatkan harkat dan
martabat lapisan masyarakat.(Wrihatnolo & Dwidjowijoto, 2007).
Selanjutnya pemaknaan pemberdayaan masyarakat menurut Madekhan
Ali(2007 : 86) yang mendefinisikan pemberdayaan masyarakat adalah sebagai
bentuk partisipasi untuk membebaskan diri mereka sendiri dari
ketergantungan mental maupun fisik. Partisipasi masyarakat menjadi satu
elemen pokok dalam strategi pemberdayaan dan pembangunan masyarakat.
Budimanta & Rudito (2008), memasukkan konsep pemberdayaan
masyarakat ini ke dalam ruang lingkup Community Development.
Pemberdayaan di sini diterjemahkan sebagai program-program yang berkaitan
dengan upaya memperluas akses dan kapabilitas masyarakat untuk menunjang
kemandiriannya.
Konsep pemberdayaan menurut Friedman (1992) dalam hal ini
pembangunan alternatif menekankan keutamaan politik melalui otonomi
pengambilan keputusan untuk melindungi kepentingan rakyat yang
berlandaskan pada sumberdaya pribadi, langsung melalui partisipasi,
demokrasi dan pembelajaran sosial melalui pengamatan langsung. Menurut
Chambers, (1995) pemberdayaan masyarakat adalah sebuah konsep
pembangunan ekonomi yang merangkum nilai-nilai sosial. Konsep ini
mencerminkan paradigma baru pembangunan, yakni yang bersifat “people
centred, participatory, empowering, and sustainable”.

B. Prinsip Pemberdayaan Masyarakat


Merujuk pada pendapat Najiyati, dkk (2014), terdapat empat prinsip yang
sering digunakan dalam program pemberdayaan, yakni prinsip kesetaraan,
partisipasi, keswadayaan/kemandirian, dan keberlanjutan.
1. Kesetaraan Kesetaraan berasal dari kata “setara” atau sederajat yang
berarti sama tingkatan, kedudukan atau pangkatnya. Kesetaraan atau
kesederajatan menunjukkan adanya tingkatan yan sama, kedudukan yang
16 sama, tidak lebih tinggi atau tidak lebih rendah antara satu sama lain.
Kesetaraan inilah salah satu prinsip dasar dalam pemberdayaan
masyarakat, yang harus dipahami secara bersama. Dalam konteks ini
kesetaraan atau kesejajaran kedudukan antara masyarakat dengan lembaga
yang melakukan program-program pemberdayaan masyarakat maupun
antara pihak-pihak yang terlibat dalam sebuah program pembangunan.
Tidak ada dominasi kedudukan atau sub ordinasi kedudukan di antara
pihak-pihak yang terlibat. Semua dibangun dan dilakukan atas dasar
kesamaan derajat dan kedudukan.
Dinamika yang dibangun adalah hubungan kesetaraan dengan
mengembangkan mekanisme berbagi pengetahuan, pengalaman, serta
keahlian satu sama lain. Masing-masing saling mengakui kelebihan dan
kekurangan, sehingga terjadi proses saling belajar. Tidak ada arahan atau
petunjuk, tidak ada atasan atau bawahan, tidak ada guru atau murid, tidak
ada pembina atau yang dibina, serta tidak ada penguasa atau yang
dikuasai. Kesalahan yang sering terjadi dalam proses pemberdayaan
adalah pendamping atau pelaksana kegiatan memposisikan dirinya sebagai
guru yang serba tahu. Di sisi lain, masyarakat diposisikan sebagai murid
yang harus diisi dengan berbagai ilmu pengetahuan dengan cara
mendengarkan yang disampaikan dan melaksanakan apa yang
diperintahkan. Ini sering terjadi karena pendamping ingin mentransfer
pengetahuan yang dimilikinya secara cepat mengacu pada kemampuan
dirinya tanpa memahami kemampuan dan kebutuhan masyarakat. Dalam
banyak hal, masyarakat justru memiliki pengetahuan yang cukup banyak
tentang daerahnya, karena merekalah yang selama ini hidup, mengenali,
dan merasakan permasalahan yang terjadi di desanya. Ini biasa disebut
sebagai kearifan lokal (indigenous wisdom). 17 Kesetaraan dalam hal ini
juga berlaku untuk laki-laki dan perempuan, untuk golongan tua maupun
golongan muda. Semua individu dalam masyarakat mempunyai
kedudukan yang sama dan sederajat, sehingga mempunyai hak, kewajiban
dan tanggung jawab yang sama dalam melaksanakan suatu kebijakan atau
program pembangunan dalam masyarakat.
2. Partisipatif
Esensi dari pemberdayaan masyarakat adalah partisipasi. Namun
demikian, partisipasi masyarakat belum dapat disebut sebagai
pemberdayaan apabila belum ada unsur memberikan kewenanangan atau
sebagian kewenangan dan memberikan dorongan untuk lebih berdaya.
Selama ini praktik-praktik pemberdayaan masyarakat yang
dilakukan belum sepenuhnya memberikan kesempatan dan kebebasan
kepada masyarakat untuk menentukan nasib dirinya sendiri melalui
program-program pembangunan yang dibutuhkannya. Kebanyakan
progam-program pembangunan yang telah ditetapkan merupakan program
yang sudah dirancang dan ditentukan oleh para pengambil kebijakan, baik
pemerintah maupun lembaga yang mendanainya. Keterlibatan masyarakat
masih sebatas pada mobilisasi, belum pada tahapan pasrtisipasi.
3. Keswadayaan
Banyak program pembangunan di masyarakat yang bersifat caritas,
atau membagi-bagikan bantuan secara cuma-cuma. Agenda ini dalam
praktiknya jauh lebih dominan dari pada bantuan yang bersifat penguatan
kapasitas dalam rangka menumbuhkan kemandirian dan keberdayaan.
Hal ini bila dipahami bahwa, bantuan yang bersifat caritas
langsung dapat dinikmati oleh anggota masyarakat yang mendapatkan
bantuan. Sementara 18 itu, bantuan yang bersifat penguatan kapasitas
cenderung berproses secara lambat dan tidak langsung kelihatan hasilnya.
Dalam proses pemberdayaan, bantuan atau dukungan untuk
pengembangan kapasitas dan kemandirian, meskipun hasilnya baru dapat
dinikmati dalam jangka panjang lebih diprioritaskan dari pada bantuan
yang bersifat caritas.
Dukungan dan bantuan tersebut hanya bersifat stimulant,
sedangkan sumberdaya utama untuk pengembangan kapasitas dan
kemandirian sebagian besar berasal dari masyarakat sendiri. Upaya
menumbuhkembangkan kapasitas dan kemandirian yang berasal dari
sumberdaya masyarakat sendiri inilah yang disebut keswadayaan. Oleh
karena itu, salah satu prinsip penting dalam pemberdayaan masyarakat
adalah keswadayaan.
4. Berkelanjutan
Proses pemberdayaan masyarakat bukanlah proses yang instan,
impulsive atau hanya sekedar menjalankan suatu program pembangunan
belaka. Pemberdayaan masyarakat adalah proses yang terus-menerus,
berkesinambungan dan berkelanjutan. Hal ini penting untuk diperhatikan
mengingat banyak kegiatan pemberdayaan masyarakat yang hanya
berorientasi pada program pembangunan yang dibatasi waktu dan
pendanaannya. Apabila program tersebut sudah selesai, pelaksana program
dan masyarakat tidak memikirkan bagaimana kelanjutannya.
Hal di atas menunjukkan bahwa agenda pemberdayaan masyarakat
masih bersifat project based, dan belum dapat dikatakan sebagai
pemberdayaan masyarakat yang sesungguhnya. Salah satu yang
menunjukkan bahwa pemberdayaan masyarakat adalah agenda
pemberdayaan yang sebenarnya adalah prinsip keberlanjutan. 19 Keempat
prinsip di atas harus diterapkan secara simultan agar prosesproses
pemberdayaan dapat benar-benar menguatkan dan memandirikan
masyarakat secara berkelanjutan. Prinsip memberikan power kepada yang
powerless dalam proses pemberdayaan benar-benar dapat diwujudkan.
Indikator keberhasilan penerapan prinsip-prinsip pemberdayaan
sebagaimana di atas antara lain:
a. masyarakat benar-benar berperan sebagai aktor dalam pembangunan;
b. program pembangunan yang dilakukan benar-benar berbasis partisipasi
masyarakat dimana masyarakat sudah terlibat sejak penetapan
kebijakan, perencanaan, pelaksanaan hingga pada pengelolaan hasil-
hasil pembangunan;
c. masyarakat berkontribusi sesuai dengan kapasitas dan kemampuan
yang dimiliki, baik berupa sumberdaya alam, sumberdaya manusia
ataupun sumberday financial;
d. program pembangunan yang dilakukan bukan sekedar project based,
tetapi dapat dilakukan secara terus-menerus dan berkelanjutan. Prinsip
ini kmemudian menghargai serta juga mengutamakan kemampuan
masyarakat itu dibanding bantuan dari pihak lain. Konsep terseh8tmtak
memandang orang miskin yakni sebagai objek yang tak mempunyai
suatu kemampuan (the save not), melainkan dengan sebagai subjek
yang pasti memiliki kemampuan sedikit (the have litte).
Mereka mempunyai kemampuan di dalam menambung
pengetahuan yang mendalam mengenai masalah usahanya, tahu
tentang kondisi geografisnya, memiliki tenaga kerja serta kemauan dan
juga memiliki norma bermasyarakat yang telah atau sudah lama
dipatuhi. Seluruhnya itu harus digali serta menjadi modal dasar di
dalam proses pemberdayaan. Bantuan dari pihak lain ini sifatnya
materiil yang kemudian harus dilihat sebagai penunjang, sehingga
pemberian bantuan tersebut tak membuat lemahnya tingkat
keswadayaan.
C. Model Pemberdayaan Masyarakat
1. Model Fisik (physical capital)
Modal fisik adalah fasilitas atau aset yang digunakan sebagai alat
dan pendukung utama terselenggaranya suatu proses usaha atau aktivitas
dalam rangka pencapaian tujuan seperti gedung, jalan, alat-alat, mesin dan
sebagainya. Modal fisik dalam penelitian ini diukur dengan menggunakan
6 indikator yaitu
a. Sarana produksi pertanian
b. Sarana & prasarana pendidikan,
c. Sarana & prasarana kesehatan,
d. Sarana & prasarana ekonomi
e. Sarana & prasarana komunikasi
f. Sarana & prasarana transportasi .
2. Model Manusia (human capital)
Modal Manusia adalah aset yang berkaitan dengan kemampuan
untuk melakukan suatu aktivitas tertentu. Modal manusia dalam penelitian
ini diukur dengan menggunakan 3 indikator yaitu
a. Tingkat pendidikan,
b. Tingkat kesehatan dan
c. Kemampuan membangun interaksi hubungan/assosiasi antar sesama.
3. Model Sosial (social capital)
Modal Sosial adalah suatu norma atau nilai yang telah dipahami
bersama oleh masyarakat yang dapat memperkuat jaringan sosial/-kerja
yang positif, dalam rangka tercapainya tujuan bersama untuk
menciptakan nilai. Indikator yang digunakan dengan menggunakan 5
pertanyaan yaitu adanya
a. Jaringan sosial/kerja,
b. Tingkat kepercayaan antara sesame,
c. Ketaatan terhadap norma,
d. Kepedulian terhadap sesama dan
e. Keterlibatan dalam aktivitas organisasi social

D.  Langkah Kegiatan Operasional


Pemberdayaan masyarakat dapat dilihat dari dua sudut pandang, yaitu
sebagai proses dan sebagai  hasil. Sebagai hasil, pemberdayaan masyarakat
adalah suatu perubahan yang signifikan dalam aspek sosial politik dalam
aspek sosial politik yang dialami oleh individu dan masyarakat, yang
seringkali berlangsung dalam waktu  yang cukup panjang, bahkan seringkali
lebih dari 7 tahun (Raeburn,1993).

Sebagai suatu proses, Jackson (1989), Labonte (1994), dan Rissel


(1994) mengatakan, pemberdayaan masyarakat melibatkan beberapa
komponen berikut, yaitu:

1. Pemberdayaan personal.
2. Pengembangan kelompok kecil.
3. Pengorganisasian masyarakat.
4. Kemitraan.
5. Aksi sosial dan politik.

Dengan demikian, pemberdayaan masyarakat mempunyai spektrum


yang cukup luas,meliputi jenjang sasaran yang diberdayakan (level of
objects), kegiatan internal masyarakat/komunitas maupun eksternal berbentuk
kemitraan (partnership) dan jejaring (networking) serta dukungan dari atas
berbentuk kebijakan politik yang mendukung kelestarian pemberdayaan.
Untuk itu maka pemberdayaan masyarakat dapat dilakasanakan dengan
mengikuti langkah-langkah:
1. Merancang keseluruhan program, termaksud didalamnya kerangka
waktu kegiatan,ukuran program,serta memberikan perhatian kepada
kelompok masyarakat yang terpinggirkan.Perancangan program
dilakukan menggunakan pendekatan partisipatoris, dimana antara agen
perubahan (pemerintah dan LSM) dan masyarakat bersama-sama
menyusun perencanaan. Perencanaan partisipatoris (participatory
planning) ini dapat mengurangi terjadinya konflik yang muncul antara
dua pihak tersebut selama program berlangsung dan setelah program
dievaluasi.Sering terjadi apabila sutu kegiatan berhasil, banyak pihak
bahkan termaksud yang tidak berpartisipasi, berebut saling claim tentang
peran diri maupun kelompoknya. Sebaliknya jika program tidak berhasil,
individu maupun kelompok bahkan yang sebenarnya berkontribusi atas
kegagalan tersebut, saling menyalahkan.
Perencanaan program pemberdayaan masyarakat harus
memperhatikan adanya kelompok masyarakat yang terpinggirkan
(termarginalisasi). Marginalisasi adalah sutu proses sejarah masyrakat
yang kompleks,yang membuat mereka tidak memiliki kemampuan untuk
memenuhi berbagai kebutuhannya, tidak mempunyai akses yang
memadai terhadap sumber daya. Oleh karenanya, untuk menghindari
agar ini tidak semakin terpinggirkan, diperlukan perencanaan yang lebih
komprehensif.
2. Menetapkan tujuan. Tujuan promosi kesehatan biasanya dikembangkan
pada tahap perencanaan dan bisanya berpusat pada mencegah
penyakit,mengurangi kesakitan dan kematian dan manajemen gaya hidup
melalui upaya perubahan perilaku yang secara spesifik berkaitan dengan
kesehatan. Adapun tujuan pemberdayaan biasanya berpusat bagaimana
masyarakat dapat mengontrol keputusannya yang berpengaruh pada
kesehatan dan kehidupan masyarakatnya.
3. Memilih strategi pemberdayaan. Pemberdayaan masyarakat adalah suatu
proses yang terdiri dari lima pendekatan, yaitu: pemberdayaan,
pengembangan kelompok kecil, pengembangan dan penguatan
pengorganisasian mayrakat, pengembangan dan penguatan jaringan
antarorganisasi, dan tindakan politik. Strategi pemberdayaan meliputi:
pendidikan masyarakat, mendorong tumbuhnya swadaya masyarakat
sebagai pra-syarat pokok tumbuhnya tanggung jawab sebagai anggota
masyarakat (community responsibility), fasilitasi upaya
mengembangkan jejaring antar masyarakat, serta advokasi kepada
pengambil keputusan (decision maker).
4. Implementasi strategi dan manajemen. Implementasi strategi serta
manajemen program pemberdayaan dilakukan dengan cara:
a. meningkatkan peran serta pemercaya (stakeholder),
b. menumbuhkan kemampuan pengenalan masalah,
c. mengembangkan kepemimpinan local,
d. membangun keberdayaan struktur organisasi,
e. meningkatkan mobilisasi sumber daya,
f. memperkuat kemampuan stakeholder untuk “bertanya mengapa?”,
g. meningkatkan control stakeholder atas manajemen program, dan
h. membuat hubungan yang sepadan dengan pihak luar.
5. Evaluasi program. Pemberdayaan masyarakat dapat berlangsung lambat
dan lama, bahkan boleh dikatakan tidak pernah berhenti dengan
sempurna. Sering terjadi, hal-hal tertentu yang menjadi bagian dari
pemberdayaan baru tercapai beberapa tahun sesudah kegiatan selesai.
Oleh karenanya, akan lebih tepat jika dievaluasi diarahkan pada proses
pemberdayaannya daripada hasilnya.
E. Peran Tenaga Teknik Kesehatan dalam Pemberdayaan Masyarakat

Perlu diketahui bahwa Tenaga Teknis Kefarmasian (TTK) sebagai


salah satu tenaga kesehatan pemberi pelayanan kesehatan kepada masyarakat
mempunyai peranan penting karena terkait langsung dengan pemberian
pelayanan, khususnya Pelayanan Kefarmasian. Pelayanan Kefarmasian telah
mengalami perubahan yang semula hanya berfokus kepada pengelolaan Obat
(drug oriented) berkembang menjadi pelayanan komprehensif meliputi
pelayanan Obat dan pelayanan farmasi klinik yang bertujuan untuk
meningkatkan kualitas hidup pasien (Rusli, 2018) Rusli. 2018. Farmasi
Klinik.

TTK dalam pemberdayaan masyarakat memiliki peran yakni:

1. Memfasilitasi masyarakat terhadap kegiatan-kegiatan atau program-


program pemberdayaan
2. Memotivasi masyarakat untuk bekerja sama atau bergotong-royong dalam
melaksanakan kegiatan-kegiatan atau program-program bersama untuk
kepentingan bersama dalam masyarakat tersebut
3. Mengalihkan pengetahuan , ketrampilan, dan teknologi kepada masyarakat
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan

Pemberdayaan masyarakat adalah sebagai bentuk partisipasi untuk


membebaskan diri mereka sendiri dari ketergantungan mental maupun fisik.
Partisipasi masyarakat menjadi satu elemen pokok dalam strategi
pemberdayaan dan pembangunan masyarakat menurut Madekhan Ali(2007 :
86). Empat prinsip yang sering digunakan dalam program pemberdayaan,
yakni prinsip kesetaraan, partisipasi, keswadayaan/kemandirian, dan
keberlanjutan.

Dalam pemberdayaan masyarakat terdapat model model dalam


pemberdayaannya yakni model fisik (physical capital), modal manusia
(human capital), dan model sosial (social capital). Untuk itu maka
pemberdayaan masyarakat dapat dilakasanakan dengan merancang
keseluruhan program, menetapkan tujuan, memilih strategi pemberdayaan,
implementasi strategi dan manajemen, dan evaluasi program.
Perlu diketahui bahwa Tenaga Teknis Kefarmasian (TTK) sebagai salah
satu tenaga kesehatan pemberi pelayanan kesehatan kepada masyarakat
mempunyai peranan penting karena terkait langsung dengan pemberian
pelayanan.
DAFTAR PUSTAKA

Ali, Madekhan. 2007. Orang Desa Anak Tiri Perubahan. Yogyakarta: Averroes.

Budimanta, Arif dan Bambang Rudito. 2008. Metode dan Teknik  Pengelolaan


Community Development . Jakarta : Indonesia Center For Sustainable
Development.
Ditjen Pemberdayaan Masyarakat dan Desa. 2003. PNPM Mandiri Perdesaan
,Departemen Dalam negeri. Jakarta.

Friedman, John. 1992. Empowerment The Politics of Alternative Development.


Blackwell Publishers, Cambridge, USA.

Ife, J.W. 1995. Community Development: Creating Community Alternatives-


vision, Analysis and Practice. Melbourne: Longman.
Koentjaraningrat. 2009: Manusia dan Kebudayaan di Indonesia. Djambangan.
Jakarta. Longman.

Najiati, Sri, dkk. 2005. Pemberdayaan Masyarakat di Lahan Gambut. Bogor:


Wetlands International.
Raeburn. 1993. Algebras: Lecture Notes From Courses at the University of
Newcastle. Australia: University of Newcastle.

Robbins , Stephen P. 1994. Perilaku Organisasi. Jakarta : Erlangga.  


Wrihatnolo, Randy dan Riant Nugroho Dwidjowijoto. 2007.
Manajemen Pemberdayaan, Sebuah Pengantar dan  Panduan  untuk pe
mberdayaan Masyarakat . Jakarta: PT Gramedia.

Anda mungkin juga menyukai