Anda di halaman 1dari 14

MEKANIKA OTOT RANGKA

Oleh : Hedison Polii


Bagian Fisiologi Fakultas Kedokteran Unsrat

PENDAHULUAN
Sampai sejauh ini kita telah membahas proses kontraksi di sebuah serat otot. Kita
sekarang akan mengalihkan perhatian pada kontraksi seluruh otot. Setiap
orang memiliki sekitar enam ratus otot rangka, yang ukurannya berkisar dari otototot mata eksternal yang halus dengan hanya beberapa ratus serat sampai otot
paha yang besar dan kuat dan mengandung beberapa ratus ribu serat.
Setiap otot dibungkus oleh selaput jaringan ikat yang menembus dari
permukaan ke dalam otot untuk meliputi tiap-tiap serat otot dan membagi otot
menjadi kolom-kolom atau berkas-berkas. Jaringan ikat ini berlanjut melewati
ujung-ujung otot untuk membentuk tendon kolagenosa yang kuat yang
melekatkan otot ke tulang. Sebuah tendon mungkin berukuran cukup panjang,
melekat ke suatu tulang yang terletak cukup jauh dari bagian daging dari otot.
Sebagai contoh, sebagian otot yang terlibat dalam pergerakan jari-jari tangan
terletak di lengan bawah, dengan tendon panjang berjalan ke bawah untuk melekat
ke tulang-tulang jari. (Anda mudah melihat pergerakan tendon-tendon tersebut di
punggung tangan sewaktu Anda menggeliatkan jari-jari.) Susunan seperti ini
memungkinkan keterampilan yang lebih tinggi; jari tangan akan lebih tebal
dan canggung apabila semua otot yang terlibat dalam pergerakan jari tangan
benar-benar terletak di jari.
KEKUATAN KONTRAKSI SELURUH OTOT
Sebuah potensial aksi di serat otot menimbulkan kontraksi lemah dan singkat
yang dikenal sebagai kedutan (twitch), yang terlalu singkat dan lemah untuk
dapat digunakan dan dalam keadaan normal tidak berlangsung di tubuh. Seratserat otot tersusun dalam otot-otot utuh yang dapat berfungsi secara kooperatif
untuk menimbulkan kontraksi dengan berbagai tingkat kekuatan yang lebih kuat
daripada kedutan. Dengan kata lain, gaya yang ditimbulkan oleh suatu otot dapat

dibuat bervariasi, bergantung pada apakah seseorang mengangkat selembar kertas,


sebuah buku, atau beban seberat dua puluh lima kilogram. Untuk menghasilkan
gradasi tegangan seluruh otot terdapat dua faktor yang dapat disesuaikan:
1)jumlah serat otot yang berkontraksi di dalam sebuah otot dan tegangan yang
dihasilkan oleh setiap serat yang berkontraksi (Tabel 8-2). Kita akan membahas
kedua faktor ini berikutnya.

Tabel 8-2. Faktor-faktor penentu tegangan otot keseluruhan pada


otot rangka
JUMLAH
SERAT
BERKONTRAKSI

YANG TEGANGAN YANG TERJADI OLEH


SETIAP SERAT

Jumlah unit motorik yang direkrut.


Jumlah serat otot per unit motorik

Frekuensi rangsangan
kedutan dan tetanus)

(penjumlahan

Jumlah serat otot yang tersedia untuk Panjang serta pada permulaan kontraksi
(hubungan panjang tegangan)
kontraksi
- ukuran otot (jlh serat otot di Tingkat kelelahan
dlm otot)

lama (durasi) aktivitas

adanya penyakit (miss: distrofi


otot

jumlah rekrutmen unit-unit


motorik yang asinkron

tingkat pemulihan setelah


kehilangan akibat trauma.

jenis serat (oksidatif yang


resisten kelelahan atau glikolitik
yang rentan kelelahan)

Ketebalan serat
- jenis serat (oksidatif berdiameter
kecil
atau glikolitik berdiameter besar)
-

pola aktifitas saraf (hipertrofi ,


atrofi)

jumlah ntestosteron (lebih besar


serat-serat pada pria daripada
wanita)

REKRUITMEN UNIT MOTORIK.


Karena semakin banyak jumlah serat yang berkontraksi, semakin besar tegangan
otot total, otot-otot besar yang terdiri dari lebih banyak serat otot jelas lebih

mampu menghasilkan tegangan yang lebih besar daripada otot kecil yang
mengandung lebih sedikit serat.
Setiap otot utuh dipersarafi oleh sejumlah neuron motorik yang berlainan.
Sewaktu masuk ke otot, sebuah neuron motorik membentuk cabang-cabang,
dengan setiap terminal akson mempersarafi sebuah serat otot (Gtr. 1).

GAMBAR 1. Gambaran Skematik Unit Motorik di Sebuah Otot


Satu neuron motorik mempersarafi sejumlah serat otot, tetapi setiap serat otot
hanya dipersarafi oleh satu neuron motorik. Sewaktu sebuah neuron motorik
diaktifkan, semua serat otot yang dipersarafinya terangsang untuk berkontraksi
secara bersamaan. Unit fungsional ini-satu neuron motorik ditambah semua serat
otot yang dipersarafinya-disebut

unit motorik. Serat-serat otot yang

membentuk sebuah unit motorik tersebar di seluruh otot; dengan demikian,


kontraksi unit-unit motorik tersebut secara simultan menimbulkan kontraksi otot
keseluruhan yang tersebar merata walaupun lemah. Setiap otot terdiri dari
sejumlah unit motorik yang bercampur-baur. Untuk menimbulkan kontraksi
lemah pada suatu otot, hanya satu atau beberapa unit motorik yang diaktifkan.
Untuk kontraksi yang lebih kuat, lebih banyak unit motorik yang direkrut, atau
dirangsang untuk berkontraksi, suatu fenomena yang dikenal sebagai rekrutmen
unit motorik.
Seberapa kuat kontraksi yang akan terjadi pada setiap rekrutmen unit motorik
tambahan bergantung pada ukuran unit motorik (yaitu, jumlah serat otot yang
dikontrol oleh sebuah neuron motorik) (Gbr. 2).

GAMBAR 2. Pembandingan Rekrutmen Unit Motorik pada Otot dengan Unit Motorik Kecil
dan Otot dengan Unit Motorik Besar (a) Kenaikan kecil yang meningkatkan kekuatan kontraksi
terjadi selama perekrutan unit motorik pada otot dengan unit motorik kecil, karena hanya beberapa serat
tambahan yang berperan sewaktu setiap unit motorik direkrut. (b) Kenaikan besar yang meningkatkan
kekuatan kontraksi terjadi selama perekrutan unit motorik pada otot dengan unit motorik besar, karena sangat
banyak serat tambahan dirangsang dengan perekrutan setiap unit motorik tambahan.

Jumlah serat otot per unit motorik dan jumlah unit motorik per otot berbedabeda, bergantung pada fungsi spesifik otot. Untuk otot-otot yang menghasilkan
gerakan yang halus dan cermat, misalnya otot bola mata eksternal dan tangan,
sebuah unit motorik mungkin hanya mengandung selusin serat otot. Setiap
rekrutmen unit motorik tambahan hanya sedikit meningkatkan kekuatan kontraksi
otot keseluruhan, karena hanya sedikit serat otot yang dipersarafi oleh setiap
unit motorik. Unit-unit motorik yang kecil ini memungkinkan kita mengontrol
derajat ketegangan otot dengan sangat cermat. Namun, pada otot-otot yang
dirancang untuk melakukan gerakan yang kuat dan terkontrol secara kasar,
misalnya otot-otot paha, sebuah unit motorik mungkin mengandung 1.500 sampai
2.000 serat otot. Rekrutmen unit-unit motorik pada otot-otot ini menyebabkan
peningkatan mencolok tegangan otot keseluruhan. Kontraksi yang lebih kuat
terjadi dengan mengorbankan sedikit gradasi yang terkontrol secara cermat.
Dengan demikian, jumlah serat otot yang berperan serta dalam usaha kontraksi
total otot keseluruhan bergantung pada jumlah unit motorik yang direkrut dan
jumlah serat otot per unit motorik di otot tersebut.

KELELAHAN (FATIGUE)
Untuk menunda atau mencegah

kelelahan (fatigue, ketidakmampuan

mempertahankan ketegangan otot pada tingkat tertentu) selama kontraksi


menetap yang hanya melibatkan sebagian unit motorik otot, seperti yang
diperlukan oleh otot-otot yang menunjang berat tubuh terhadap gaya tarik bumi,
maka terjadi rekrutmen unit motorik yang asinkron. Tubuh secara berselangseling mengaktifkan unit-unit motorik yang berlainan, seperti giliran (shift) kerja
di pabrik, untuk memberi kesempatan unit motorik yang telah aktif beristirahat
sementara yang lain mengambil alih. Perubahan giliran tersebut terkoordinasi
dengan cermat, sehingga kontraksi yang menetap tersebut berlangsung mulus
tidak tersendatsendat. Rekrutmen unit motorik yang asinkron tersebut hanya
dapat terjadi untuk kontraksi submaksimum selama hanya sebagian unit motorik
diperlukan untuk mempertahankan tingkat ketegangan yang diinginkan. Selama
kontraksi maksimum, saat diperlukan partisipasi semua serat otot, aktivitas unit
motorik tidak mungkin digilir untuk mencegah kelelahan. Ini adalah salah satu
alasan mengapa Anda tidak dapat menahan sebuah benda berat selama benda lain
yang ringan.

Selain itu, jenis serat otot yang diaktifkan bervariasi sesuai dengan tingkat
gradasi. Sebagian besar otot terdiri dari campuran jenis serat yang secara metabolis
berbedabeda, sebagian lebih resisten terhadap kelelahan dibandingkan dengan
yang lain. Selama aktivitas jenis endurance (lebih mengutamakan daya tahan,
seperti olahraga aerobik) yang lemah atau sedang, unit-unit motorik yang lebih
resisten terhadap kelelahan lebih dahulu direkrut. Serat-serat yang paling akhir
direkrut untuk memenuhi kebutuhan peningkatan ketegangan otot adalah seratserat yang cepat lelah. Dengan demikian, individu dapat melakukan aktivitas
jenis daya tahan untuk waktu yang lama, tetapi hanya dapat mempertahankan
gerakan tiba-tiba yang menguras tenaga (all-out) dalam waktu singkat. Tentu saja,
bahkan serat-serat otot yang paling tahan terhadap kelelahan pun pada akhirnya
juga mengalami kelelahan apabila digunakan untuk mempertahankan ketegangan
yang terus menerus pada tingkat tertentu.

FREKUENSI RANGSANGAN
Ketegangan otot keseluruhan tidak hanya bergantung pada jumlah serat otot yang
berkontraksi, tetapi juga pada ketegangan yang dihasilkan oleh setiap serat yang
berkontraksi. Berbagai faktor mempengaruhi tingkat ketegangan yang dapat
dihasilkan. Faktor-faktor tersebut mencakup:

1. frekuensi rangsangan;
2. panjang serat pada permulaan kontraksi;
3. tingkat kelelahan; dan
4. ketebalan serat.
Kita akan membahas tiap-tiap faktor tersebut secara bergiliran, dengan
memusatkan pembahasan pertama mengenai efek frekuensi rangsangan.
Walaupun sebuah potensial aksi pada serat otot hanya menimbulkan kedutan,
kontraksi dengan durasi yang lebih lama dan kekuatan yang lebih besar
dapat dicapai dengan stimulasi serat secara repetitif. Marilah kita lihat apa yang
terjadi sewaktu timbul potensial aksi kedua di serat otot. Apabila serat otot
telah mengalami relaksasi sempurna sebelum potensial aksi selanjutnya
berlangsung, timbul kedutan kedua dengan kekuatan yang sama seperti vang
pertama (Gbr. 3).

GAMBAR 3. Penjumlahan dan Tetanus


(a) Apabila sebuah serat otot dirangsang ulang setelah mengalami relaksasi sempurna, kedutan kedua
memiliki kekuatan yang sama dengan yang pertama.

(b) Apabila serat otot dirangsang ulang sebelum mengalami relaksasi sempurna, kedutan kedua
ditambahkan ke kedutan pertama dan menyebabkan penjumlahan.
(c) Apabila serat otot dirangsang sedemikian cepat sehingga sama sekali tidak memiliki kesempatan untuk
beristirahat di antara rangsangan, terjadi kontraksi maksimum yang menetap dan dikenal sebagai
tetanus.

Proses eksitasi kontraksi yang sama berlangsung setiap waktu, meng hasilkan respons kedutan serupa. Namun, apabila serat otot dirangsang untuk
kedua kalinya sebelum serat tersebut mengalami relaksasi sempurna dari
kedutan pertama, timbul potensial aksi kedua yang menyebabkan respons
kontraktil kedua, yang ditambahkan secara "dukung-dukungan" di atas
kedutan pertama (Gbr. 3.b). Kedua kedutan yang timbul dari dua potensial
aksi tersebut saling menambahkan satu sama lain, atau menjumlahkan,
untuk menghasilkan ketegangan serat yang lebih besar daripada yang
dihasilkan oleh satu potensial aksi. Apabila serat otot dirangsang sedemikian
cepat sehingga tidak memiliki kesempatan untuk melemas sama sekali di
antara rangsangan, terjadi kontraksi dengan kekuatan maksimum yang menetap
yang dikenal sebagai tetanus (Gbr. 3c). Kontraksi tetanus biasanya tiga sampai
empat kali lebih kuat daripada sebuah kedutan. (Tetanus fisiologis normal ini
jangan dikacaukan dengan penyakit tetanus; )
Pada tetanus, jumlah maksimum tempat pengikatan jembatan silang masih
terbuka, sehingga siklus jembatan silang, dan dengan demikian pembentukan
ketegangan otot, juga maksimum. Karena otot rangka harus dirangsang oleh
neuron motorik agar berkontraksi, sistem saraf berperan penting dalam mengatur
kekuatan

kontraksi.

Dua

faktor

utama

yang

dapat

dikontrol

untuk

menghasilkan gradasi kontraksi adalah jumlah unit motorik yang dirangsang dan
frekuensi perangsangan. Daerah-daerah di otak yang bertanggung jawab untuk
mengarahkan aktivitas motorik dengan menggunakan kombinasi kontraksi tetanik
dan rekrutmen unit motorik asinkron yang digilir dengan presisi tinggi untuk
melaksanakan kontraksi agar berlangsung mulus dan tidak tersendat-sendat.
Faktor-faktor tambahan yang tidak secara langsung di bawah kontrol saraf
juga mempengaruhi ketegangan yang terbentuk selama kontraksi.

KONTRAKSI ISOTONIK DAN ISOMETRIK.


Aktivitas jembatan silang menghasilkan ketegangan (tension) di dalam sarkomer,
komponen kontraksi otot. Namun, sarkomer tidak secara langsung melekat ke
tulang. Ketegangan yang dihasilkan oleh unsur-unsur kontraksi tersebut harus
disalurkan ke tulang melalui jaringan ikat dan tendon sebelum tulang dapat
digerakkan. Jaringan ikat, serta komponen lain otot, misalnya retikulum
sarkoplasma,

memperlihatkan tingkat elastisitas

pasif tertentu. Jaringan

nonkontraktil ini disebut sebagai komponen rangkaian elastik (series -elastic


components) otot; komponen ini berfungsi seperti pegas (per) yang dapat
diregangkan yang terletak di antara unsur-unsur penghasil ketegangan internal
dan tulang yang akan digerakkan melawan suatu beban eksternal (Gbr. 4).

GAMBAR 4 Hubungan antara Komponen Kontraktil dan Komponen Rangkaian Elastik pada
Transmisi Ketegangan Otot ke Tulang Ketegangan otot disalurkan ke tulang melalui peregangan dan
pengencangan jaringan ikat elastik otot dan tendon akibat pemendekan sarkomer yang ditimbulkan oleh
siklus jembatan silang.

Pemendekan sarkomer meregangkan komponen rangkaian elastik. Ketegangan otot

disalurkan ke tulang melalui pengetatan komponen rangkaian elastik. Ketegangan


eksternal inilah yang menggerakkan tulang melawan beban.
Biasanya suatu otot melekat ke paling sedikit dua tulang yang berlainan yang
melintasi sebuah sendi melalui tendon yang berjalan dari kedua ujung otot
(Gbr. 5).

GAMBAR 5. Ekstensi dan Fleksi Sendi Siku

Sewaktu otot memendek selama kontraksi, posisi sendi berubah karena salah
satu tulang bergerak terhadap tulang yang lain-sebagai contoh, fleksi sendi
siku oleh kontraksi otot biseps dan ekstensi siku oleh kontraksi triseps. Ujung
otot yang melekat ke bagian kerangka yang lebih diam disebut origo (origin),
sedangkan ujung yang melekat bagian kerangka yang bergerak disebut sebagai
insersi (insertion).
Namun, tidak semua kontraksi otot menyebabkan pemendekan otot dan
pergerakan tulang. Agar otot memendek selama kontraksi, ketegangan yang
terbentuk di otot harus melebihi gaya-gaya yang melawan pergerakan tulang
tempat insersi otot tersebut. Pada kasus fleksi sendi siku, gaya yang melawan,
atau beban, adalah berat benda yang akan diangkat. Ketika Anda melakukan fleksi
sendi siku Anda tanpa mengangkat benda eksternal, masih terdapat beban,
walaupun minimal-berat lengan bawah Anda yang digerakkan melawan gaya tarik
bumi.
Terdapat dua jenis utama kontraksi, bergantung pada apakah terjadi
perubahan panjang otot selama kontraksi. Pada kontraksi isotonik, ketegangan
otot tetap konstan ketika panjang otot berubah. Pada kontraksi isometrik, otot

dicegah untuk memendek, sehingga terjadi pembentukan ketegangan pada


panjang otot yang konstan. Pada kontraksi isotonik dan isometrik terjadi prosesproses internal yang sama: proses kontraktil yang menghasilkan ketegangan
diaktifkan oleh eksitasi otot; jembatan silang mulai melakukan siklusnya; dan
pergeseran filamen yang memperpendek sarkomer, yang meregangkan
komponen rangkaian elastik untuk menimbulkan gaya di tulang tempat insersi
otot.
Ambillah contoh otot biseps Anda sewaktu Anda akan mengangkat sebuah
benda. Apabila ketegangan yang terbentuk di biseps Anda menjadi cukup besar
untuk mengatasi berat benda di tangan Anda, Anda dapat mengangkat benda
tersebut, dengan otot keseluruhan memendek selama proses tersebut. Karena
berat benda tidak berubah sewaktu diangkat, ketegangan otot tetap konstan selama
periode pemendekan tersebut. Ini adalah kontraksi isotonik (secara harafiah,
"ketegangan konstan"). Kontraksi isotonik digunakan untuk menggerakkan tubuh
dan untuk melakukan kerja dengan menggerakkan benda-benda eksternal. Apa
yang terjadi apabila Anda mencoba mengangkat benda yang terlalu berat bagi Anda
(yaitu, apabila ketegangan yang dapat Anda ciptakan di otot-otot lengan Anda
kurang dari yang diperlukan untuk mengangkat benda tersebut)? Dalam hal ini, otot
tidak dapat memendek dan mengangkat benda, tetapi tetap berada dalam
panjang konstan walaupun terbentuk ketegangan, sehingga terjadi kontraksi
isometrik ("panjang konstan"). Selain berlangsung ketika beban terlalu besar,
kontraksi isometrik juga terjadi apabila ketegangan yang terbentuk di otot secara
sengaja dibuat lebih kecil dari yang diperlukan untuk menggerakkan beban.
Dalam hal ini, tujuannya adalah menahan otot pada panjang tertentu walaupun
otot mampu menciptakan ketegangan yang lebih besar. Kontraksi isometrik
submaksimum ini penting untuk mempertahankan postur (misalnya menjaga
tungkai tetap kaku sementara berdiri) dan untuk menunjang benda pada posisiposisi tetap. Selama suatu gerakan, otot dapat berpindah-pindah antara kontraksi
isotonik dan isometrik. Sebagai contoh, sewaktu Anda mengambil sebuah buku
untuk dibaca, biseps Anda melakukan kontraksi isotonik ketika buku sedang
diangkat, tetapi kontraksi menjadi isometrik sewaktu Anda berhenti untuk
menahan buku di depan Anda.

10

Sebenarnya terdapat dua jenis kontraksi isotonik konsentrik dan eksentrik.


Pada keduanya, otot mengalami perubahan panjang pada ketegangan tetap. Namun,
pada kontraksi konsentrik otot memendek, sedangkan pada kontraksi eksentrik
otot memanjang, karena otot tersebut diregangkan oleh gaya eksternal selagi berkontraksi. Pada kontraksi eksentrik, aktivitas kontraktil melawan peregangan.
Suatu contoh adalah menurunkan sebuah beban ke tanah. Selama tindakan ini,
serat-serat otot biseps memanjang tetapi tetap berkontraksi melawan
peregangan. Ketegangan ini menahan berat benda.
Tubuh tidak dibatasi untuk melakukan kontraksi isotonik dan isometrik murni.
Panjang dan ketegangan otot sering berubah-ubah dalam seluruh rentang gerakan.
Marilah kita pikirkan mengenai gerakan menarik busur dan anak panah.
Ketegangan otot biseps terus meningkat untuk mengatasi peningkatan resistensi
ketika busur semakin diregangkan. Pada saat yang sama, otot secara progresif
memendek karena busur semakin tertarik ke belakang. Kontraksi semacam ini
tidak terjadi pada ketegangan tetap atau panjang tetap.
Sebagian otot rangka tidak melekat ke tulang di kedua ujungnya, tetapi
tetap dapat menimbulkan gerakan. Sebagai contoh, otot-otot lidah tidak melekat di
ujung bebasnya. Kontraksi isotonik otot-otot lidah menggerakkan bagian lidah
yang bebas dan tidak melekat untuk memudahkan kita berbicara dan makan. Otototot mata eksternal melekat ke tengkorak di origonya, tetapi ke mata untuk
insersinya. Kontraksi isotonik otot-otot ini menghasilkan gerakan mata yang
memungkinkan kita mengikuti gerakan benda, membaca, dan sebagainya.
Beberapa otot rangka yang sama sekali tidak melekat ke tulang sebenarnya
menghambat pergerakan. Otot-otot ini adalah cincin otot rangka yang dikontrol
secara volunter dan dikenal sebagai sfingter yang menahan keluarnya urin dan
feses dari tubuh dengan berkontraksi secara isotonis.
HUBUNGAN BEBAN DENGANKECEPATAN PEMENDEKAN OTOT
Beban juga merupakan penentu penting untuk kecepatan pemendekan (Gbr. 6).
Semakin besar beban, semakin rendah kecepatan serat-serat otot memendek
selama kontraksi tetanik isotonik. Kecepatan pemendekan maksimum apabila
tidak terdapat beban eksternal, menurun secara progresif seiring dengan

11

peningkatan beban, dan menjadi nol (tidak ada pemendekan kontraksi


isometrik) apabila beban tidak dapat diatasi oleh ketegangan tetanik maksimum.
Anda sering mengalami hubungan beban-kecepatan ini. Anda dapat mengangkat
benda-benda ringan yang memerlukan sedikit ketegangan otot dengan cepat,
sedangkan Anda dapat mengangkat benda yang sangat berat hanya secara
lambat, itupun kalau Anda sanggup. Hubungan antara beban dan kecepatan
pemendekan ini merupakan sifat mendasar otot, mungkin karena jembatan
silang memerlukan waktu lebih lama untuk mengayun melawan beban yang lebih
besar.

ENERGI YANG DIUBAH MENJADI PANAS.

Otot melaksanakan kerja dalam arti fisik hanya apabila benda berpindah. Kerja
didefinisikan sebagai gaya dikali jarak. Gaya dapat dipersamakan dengan
ketegangan otot yang diperlukan untuk mengatasi beban (berat benda). Dengan
demikian, jumlah kerja yang dilakukan oleh suatu otot yang berkontraksi
bergantung pada berapa berat benda tersebut dan seberapa jauh dipindahkannya.
Pada kontraksi isometrik sewaktu tidak ada benda yang dipindahkan, efisiensi
kontraksi otot sebagai penghasil kerja eksternal adalah nol. Semua energi yang
digunakan oleh otot selama kontraksi diubah menjadi panas. Pada kontraksi
isotonik, efisiensi otot adalah sekitar 25%. Dari energi yang digunakan oleh otot
selama kontraksi, 25% direalisasikan sebagai kerja eksternal sementara sisa
75% diubah menjadi panas. Sebagian besar panas yang dihasilkan ini secara
fisiologis sebenarnya tidak dibuang percuma, karena panas tersebut digunakan
untuk mempertahankan suhu tubuh. Pada kenyataannya, menggigil, suatu bentuk
kontraksi otot rangka yang diinduksi secara involunter, adalah mekanisme
yang digunakan untuk meningkatkan pembentukan panas pada hari yang dingin.
Olahraga berat pada hari yang panas, di pihak lain, dapat menyebabkan panas
tubuh berlebihan, karena mekanisme pengeluaran panas mungkin tidak mampu
mengkompensasi peningkatan pembentukan panas ini ).

12

SISTEM TUAS OTOT RANGKA


Otot rangka melekat ke tulang melewati sendi, membentuk sistem tuas
(pengungkit). Tuas (lever) adalah struktur kaku yang mampu bergerak
mengelilingi suatu poros (sumbu) yang dikenal sebagai fulkrum. Di tubuh, tulang
berfungsi sebagai tuas, sendi sebagai fulkrum, dan otot rangka menghasilkan gaya
untuk menggerakkan tulang. Bagian tuas antara fulkrum titik tempat gaya ke atas
(mengangkat) bekerja disebut lengan gaya (power arm); bagian antara fulkrum
dan gaya ke bawah yang ditimbulkan oleh beban disebut sebagai lengan beban
(load arm) (Gbr. 7).
Jenis sistem tuas yang paling banyak dijumpai pada tubuh dicontohkan
oleh fleksi sendi siku. Otot-otot rangka, misalnya biseps yang kontraksinya
menyebabkan fleksi sendi siku, terdiri dari banyak serat penghasil ketegangan
yang berjalan paralel (sejajar, bersisian) yang dapat menghasilkan gaya yang besar
pada insersinya, tetapi memendek hanya dalam jarak yang dekat dan pada
kecepatan yang relatif lambat. Sistem tuas pada sendi siku memperbesar gerakan
biseps yang dekat (pendek) dan lambat tersebut menjadi gerakan tangan yang
lebih cepat dan meliputi jarak yang lebih jauh. Pertimbangkan bagaimana sebuah
benda seberat 5 kg diangkat oleh tangan (Gbr. 7b).

GAMBAR 7 Sistem Tuas Otot, Tulang, dan Sendi

Dengan demikian, otot-otot rangka biasanya melakukan kerja dalam

13

kerugian mekanis, yaitu bahwa mereka menggunakan gaya yang lebih besar
daripada beban sesungguhnya yang akan dipindahkan. Meskipun demikian,
penguatan kecepatan dan jarak yang dihasilkan oleh sistem tuas memungkinkan
otot-otot menggerakkan beban secara lebih cepat dan lebih jauh daripada
kemungkinan sebaliknya. Penguatan ini menghasilkan peningkatan kecepatan
dan kemampuan kita bermanuver.

14

Anda mungkin juga menyukai