Anda di halaman 1dari 2

BAB I PENDAHULUAN Uveitis atau radang pada uvea adalah istilah untuk peradangan pada jaringan uvea.

Uveitis dapat terjadi pada salah satu atau semua bagian jaringan uvea. Sehingga uveitis dapat diklasifikasikan sebagai berikut, yaitu berdasarkan: 1. Lokasi utama dari bercak peradangan : uveitis anterior,uveitis posterior, uveitis difus atau pan uveitis. 2. Berat dan perjalanan penyakit : akut, subakut, kronik, dan rekurens. 3. Patologinya : non granulomatosa, granulomatosa. 4. Demografi, lateralitas dan faktor penyerta : distribusi menurut umur, menurut kelamin, menurut suku bangsa atau ras, unilateral atau bilateral, penyakit yang menyertai atau mendasari. 5. Penyebab yang diketahui : Bakteri, virus, jamur, parasit, imunologi, penyakit sistemik, neoplastik. Infeksi piogenik biasanya akibat suatu trauma tembus okuli, kadang-kadang dapat juga sebagai reaksi terhadap zat toksik. Radang iris dan badan siliar menyebabkan rusaknya Blood Aqueous Barrier sehingga terjadi peningkatan protein, fibrin, dan sel-sel radang dalam humor akuos. Fibrin dapat menyebabkan perlekatanperlekatan, misalnya perlekatan iris pada permukaan lensa.Sel-sel radang yang terdiri dari limfosit, makrofag, sel plasma dapat membentuk presipitat keratik yaitu sel-sel radang yang menempel pada permukaan endotel kornea. Bila iridosiklitisnya berat dan fase akut, sel radang dapat sedemikian banyaknya sehingga menimbulkan hipopion di bilik mata depan. Keadaan akut ini juga dapat menyebabkan glaukoma sekunder akibat gumpalan-gumpalan pada sudut mata depan. Sedangkan pada fase yang lanjut dapat terjadi glaukoma akibat seklusio pupil. Keluhan subjektif yang dapat muncul pada uveitis berupa rasa sakit terutama di bulbus okuli secara spontan/penekanan pada daerah corpus siliaris,sakit kepala, fotofobia, lakrimasi, dan gangguan visus. Gejala objektif yang mungkin didapati berupa palpebra bengkak, injeksi konjungtiva, dan injeksi siliar, serta kornea yang keruh karena edema dan keratik presipitat. Pengobatan yang dini terhadap suatu uveitis dan ada tidaknya penyulit merupakan faktor yang menentukan hasil pengobatan. BAB II LAPORAN KASUS Seorang Laki-laki, umur 28 tahun datang berobat ke poliklinik Mata dengan keluhan nyeri dan kabur pada mata kiri. Dari anamnesis didapatkan keluhan nyeri dan kabur pada mata kiri dialami penderita sejak 4 hari yang lalu akibat terkena pasir dan penderita menggosokgosok matanya.Semenjak itu mata kiri penderita menjadi nyeri dan penglihatan menjadi silau.Penglihatan yang kabur terjadi secara perlahan-lahan dan disertai dengan rasa sakit pada mata dan kepala juga kadang terasa demam. Penderita juga mengeluh mata kirinya sering berair dan terasa gatal.

Penderita belum pernah berobat ke dokter mata. Riwayat penyakit dahulu seperti penyakit pada persendian dan penyakit kulit serta riwayat mengkonsumsi obat obatan sebelumnya tidak ada. Pada pemeriksaan fisik keadaan umum penderita cukup, kesadaran compos mentis, tekanan darah 120/80 mmHg, nadi 84x/m, 22x/m, suhu badan 36,90C.jantung paru tidak ditemukan kelainan, abdomen lemas, peristaltik normal,hati dan limpa tidak teraba, kelenjar limf regional normal. Pemeriksaan psikiatri ekspresi wajah tampak sakit, respon lemah. Pemeriksaan neurologi motorik, sensibilitas dan refleks fisiologis positif normal. Pemeriksaan mata subjektif didapatkan visus mata kanan 6/6 sedangkan mata kiri 1/300 Pada pemeriksaan objektif mata kanan secara inspeksi ditemukan palpebra normal, lensa jernih, pupil bulat refleks cahaya positif. Pemeriksaan dengan oftalmoskopi direk didapatkan refleks fundus positif uniform, pembuluh darah normal. Pada mata kiri ditemukan palpebra normal, ada injeksi konjungtiva, injeksi siliar, pannus, makula kornea, sinekia posterior dan hipopion.Refleks fundus positif nonuniform.TIO Palpasi kedua mata normal. Diagnosis : Uveitis anterior okulus sinistra + hipopion + leukoma okulus sinistra. Penatalaksanaan

Anda mungkin juga menyukai