Anda di halaman 1dari 8

CARDIORESPIRATORY ENDURANCE

1. Pengertian Endurance/Daya Tahan adalah keadaan atau kondisi tubuh yang mampu untuk bekerja dalam waktu yang lama, tanpa mengalami kelelahan yang berlebihan setelah menyelesaikan pekerjaan terssebut dan masih memiliki cadangan tenaga untuk kegiatan rutin sehari- hari. Para ahli memberikan defenisi atau pengertian tentang daya tahan, seperti Harsono (1998:155) menyatakan bahwa daya tahan adalah suatu keadaan atau kondisi tubuh yang mampu untuk bekerja untuk waktu yang lama tanpa mengalami kelelahan yang berlebihan setelah menyelesaikan pekerjaan tersebut. Cardiorespiratory adalah gabungan dari cardiovascular dan respirasi.

Cardiovascular adalah yang berhubungan denyut jantung dan denyut nadi, denyut jantung adalah adalah jumlah denyutan jantung per satuan waktu, biasanya per menit. Denyut jantung didasarkan pada jumlah kontraksi ventrikel (bilik bawah jantung). Denyut nadi adalah denyutan arteri dari gelombang darah yang mengalir melalui pembuluh darah sebagai akibat dari denyutan jantung. Respirasi adalah pertukaran oksigen dan karbon dioksida. Dari bahasa Latin re-(lagi) + spirare (bernapas) = bernapas lagi. Kebugaran kardiorespirasi (CARDIORESPIRATORY FITNESSS) adalah ukuran seberapa baik tubuh Anda mampu mengangkut oksigen ke otot-otot Anda selama latihan berkepanjangan, dan seberarap baik otot Anda mampu menyerap dan menggunakan oksigen, setelah disampaikan, untuk menghasilkan energi adenosintrifosfat (ATP )

melalui respirasi seluler. Yang dimaksud dengan cardiorespiratory endurance adalah kemampuan Jantung dan kapasitas paru-paru dalam melakukan aktifitas kerja dalam waktu lama tanpa mengalami gangguan yang berarti. Harre (1982:124) menyatakan bahwa Daya tahan dalam olahraga merupakan kemampuan untuk menahan kelelahan lebih lanjut Harre (1982:124) kebutuhan akan daya tahan semata-mata tidak hanyapada saat kompetisi berlangsung, akan tetapi diperlukan juga pada saat latihan atau pada aktivitas lainnya, dengan kata lain jika seseorang memiliki daya tahan yang prima akan cepat mengala mi pemulihan setelah melakukan kerja yang berat. Pengertian yang relatif sama dikemukakan oleh Harsono (1998:23) bahwa Daya tahan dapat dibagi tiga bagian kategori yakni : daya tahan spesial yaitu kemampuan tubuh (pusat saraf)melawan kelelahan, daya tahan otot lokal yaitu kemampuan tubuh (otot lokal) untuk melawan kelelahan sub maksimal dan daya tahan umum yaitu kemampuan tubuh (jantung paru) dalam melawan kelelahan dengan insensitas rendah waktu lama.

Menurut Pate (1988:30) ketahanan Cardisvaskeler mengacu kepada kemampuan melakukan kegiatan berintensitas sedang keseluruh tubuh dan sebagian besar otot untuk periode waktu yang paling panjang. Menurut Sajoto (1988:58) daya tahan umum atau cardiorespiratory endurance adalah kemampuan seseorang dalam mempergunakan sistem jantung, pernafasan dan peredaran darahnya, secara efektif dalam menjalankan kerja terus menerus.Yang melibatkan kontraksi sejumlah otot-otot besar, dengan intensitas tinggi dengan waktu yang cukup lama. Daya tahan Cardiovaskuler-respiratory atau daya tahan jantung paru menurut Harsini (1988:155) adalah keadaan atau kondisi tubuh yang mampu untuk bekerja untuk waktu yang lama, tanpa mengalami kelelahan yang berlebihan setelah menyelesaikan perkerjaan tersebut. Jadi dari uraian komponen fisik diatas maka seorang pelatih haruslah melihat kondisi para atletnya sebelum berlatih. Karena seorang atlet yang tidak memiliki kondisi fisik yang baik sudah tentu akan menghambat dan sulit dalam mencapai prestasi yang diharapkan. 2. Manfaat dan tujuan Salah satu fungsi utama jantung adalah sebagai alat transportasi pengangkutan gas oksigen dan karbondioksida. (Tjaliek Sugianto, 1992:114). Dalam fungsinya sebagai pembawa gas, fungsi ini tidak lepas dari fungsi paru-paru, sehingga kedua alat tersebut sulit sekali dipisahkan sebagai kesatuan fungsi yang lebih sering disebut sebagai istilah cardio respirasi. Akibatnya ialah pada waktu aktivitas tidak mungkin salah satu system cardiorespirasi meningkat maka yang lainnya akan meningkat pula. Di dalam suatu aktivitas fisik kebutuhan otot akan oksigen meningkat dari keadaan normal, hal ini menyebabkan tubuh akan mengoptimalkan sistem cardiorespirasi untuk memasok kebutuhan otot akan oksigen. Hal ini membuat kerja jantung akan naik sesuai dengan tingkat berat aktivitas latihan tersebut. Parameter untuk mengukur mengetahui berat atau tidaknya suatu latihan seseorang adalah bisa dengan melihat sistem cardiorespirasi. Menurut Bucher (1983) ada sejumlah keuntungan penting bagi organ tubuh vital akibat dari latihan yang teratur. a. Pengaruh latihan terhadap kesehatan umum otot jantung. Bukti yang ada menunjukkan bahwa otot jantung ukurannya meningkat karena digunakan dengan tuntutan yang lebih besar diletakkan pada jantung sebagai akibat dari aktivitas jasmani, terjadi pembe saran jantung. b. Pengaruh latihan terhadap isi sedenyut, Hasil penelitian pada atlet, pada umumnya disepakati bahwa jumlah isi darah perdenyut jantung lebih besar dipompakan ke seluruh

tubuh dari pada orang yang tidak terlatih. Atlet terlatih dapat memompakan sebanyak 22 liter darah sedangkan individu yang tidak terlatih hanya 10,2 liter darah saja. c. Pengaruh latihan terhadap denyut jantung, Hasil tes dari atlet olimpiade, diperoleh bukti bahwa individu yang terlatih mempunyai denyut jantung yang tidak cepat b ila dibandingkan dengan orang yang tidak terlatih. Diperkirakan bahwa jantung manusia berdenyut 6 sampai 8 kali lebih sedikit bila seseorang terlatih. Pada kebanyakan atlet jantungnya berdenyut 10, 20 sampai 30 kali lebih sedikit dari pada denyut jantung yang tidak terlatih d. Pengaruh latihan terhadap tekanan arteri, Banyak eksperimen menunjukkan bahawa peningkatan tekanan darah pada orang terlatih lebih sedikit dari pada orang yang tidak terlatih. e. Pengaruh latihan terhadap pernafasan

Dada bertambah luas. Hal ini terjadi semasa pertumbuhan, tetapi tidak pada masa dewasa.

Jumlah pernafasan permenit berkurang. Orang terlatih bernafas 6 sampai 8 kali permenit, sedangkan pada orang yang tidak terlatih sebanyak 18 sampai 20 kali permenit.

Pernafasan lebih dalam dengan diafragma. Pada orang yang tidak terlatihdiafragma bergerak sedikit sekali.

Dalam mengerjakan pekerjaan yang sama, individu yang terlatih menghirup udara dalam jumlah yang lebih kecil, dan mengambil oksigen lebih besar dari pada individu yang tidak terlatih. Ada keyakinan bahwa peningkatan jumlah kapiler dalam paruparu, menyebabkan jumlah darah yang berhubungan dengan udara lebih besar yang mengakibatkan ekonomi dalam pernafasan.

f. Pengaruh latihan terhadap sistem otot. Beberapa keuntungan dari akibat la tihan terhadap otot-otot diantaranya adalah : Sarkoma dari serabut otot menjadi lebih tebal dan kuat. Ukuran otot bertambah. Kekuatan otot meningkat. Daya tahan otot meningkat. Terjadi penambahan jumlah kapiler.

3. a.

Faktor-faktor yang mempengaruhi Genetik Daya tahan kardiovaskuler dipengaruhi oleh faktor genetik yakni sifat-sifat spesifik

yang ada dalam tubuh seseorang sejak lahir. Penelitian dari Kanada telah meneliti perbedaan kebugaran aerobik diantara saudara kandung (dizygotic) dan kembar identik (mono zygotic), dan mendapati bahwa perbedaannya lebih besar pada saudara kandung dari pada kembar identik. Baru-baru ini, Manila dan Bouchard (1991) telah memperkirakan bahwa herediter bertanggung jawab atas 25 40% dari perbedaan nilai VO2max dan Sundet, Magnus Tambs (1994) berpendapat bahwa lebih dari setengah perbedaan kekuatan maksimal aerobik dikarenakan oleh perbedaan genotype, dan faktor lingkungan (nutrisi) sebagai penyebab lainnya. Ini mendukung pendapat bahwa cara untuk menjadi atlet berdaya tahan tinggi adalah dengan memilih orang tua dengan teliti. Kita mewarisi banyak faktor yang memberikan konstribusi pada kebugaran aerobik, termasuk kapasitas maksimal sistem respiratory dan kardiovaskuler, jantung yang lebih besar, sel darah merah dan hemoglobin yang lebih banyak (Sharley, 2003). Pengaruh genetik pada kekuatan otot dan daya tahan otot pada umumnya berhubungan dengan komposisi serabut otot yang terdiri dari serat merah dan serat putih. Seseorang yang memiliki lebih banyak serat otot rangka merah lebih tepat untuk melakukan kegitan bersifat aerobic, sedangkan yang lebih banyak memiliki serat otot rangka putih, lebih mampu melakukan kegiatan yang bersifat anaerobic. Demikian pula pengaruh keturunan terhadap komposisi tubuh, sering dihubungkan dengan tipe tubuh. Seseorang yang mempunyai tipe endomorf (bentuk tubuh bulat dan pendek) cenderung memiliki jaringan lemak yang lebih banyak bila dibandingkan dengan tipe otot ektomorf (bentuk tubuh kurus dan tinggi) (Departemen Kesehatan Republik Indonesia Direktorat Jenderal Pembinaan Kesehatan Masyarakat Direktorat Bina Upaya Kesehatan Puskesmas, 1994). b. Umur Umur mempengaruhi hampir semua komponen kesegaran jsmani. Daya tahan kardiovaskuler menunjukkan suatu tendensi meningkat pada masa anak-anak sampai sekitar dua puluh tahun dan mencapai maksimal di usia 20 sampai 30 tahun (Departemen Kesehatan Republik Indonesia Direktorat Jenderal Pembinaan Kesehatan Masyarakat Direktorat Bina Upaya Kesehatan Puskesmas, 1994). Daya tahun tersebut akan makin menurun sejalan dengan bertambahnya usia, dengan penurunan 8-10% perdekade untuk individu yang tidak

aktif, sedangkan untuk (Brian.Jsharkey, 2003).

individu yang aktif penurunan tersebut 4-5% perdekade

Peningkatan kekuatan otot pria dan wanita sama sampai usia 12 tahun, selanjutnya setelah usia pubertas pria lebih banyak peningkatan kekuatan otot, maksimal dicapai pada usia 25 tahun yang secara berangsur-angsur menurun dan pada usia 65 tahun kekuatan otot hanya tinggal 65-70% dari kekuatan otot sewaktu berusia 20 sampai 25 tahun. Pengaruh umur terhadap kelenturan dan komposisi tubuh pada umumnya terjadi karena proses menua yang disebabkan oleh menurunnya elastisitas otot karena berkurangnya aktivitas dan timbulnya obes pada usia tua (Departemen Kesehatan Republik Indonesia Direktorat Jenderal Pembinaan Kesehatan Masyarakat Direktorat Bina Upaya Kesehatan Puskesmas,1994). c. Jenis Kelamin Kesegaran jasmani antara pria dan wanita berbeda karena adanya perbedaan ukuran tubuh yang terjadi setelah masa pubertas. Daya tahan kardiovaskuler pada usia anak-anak, antara pria dan wanita tidak jauh berbeda, namun setelah masa pubertas terdapat perbedaan. Rata-rata wanita muda memiliki kebugaran aerobik antara 15-25% lebih kecil dari pria muda dan ini tergantung pada tingkat aktivitas mereka. Tapi pada atlet remaja putri yang sering berlatih hanya berbeda 10% dibawah atlet putra dalam usia yang sama dalam hal VO2max. Wanita memiliki jaringan lemak 27% dari komposisi tubuhnya lebih banyak dibanding pria 15% dari komposisi tubuhnya (Ardle, 1981). Menurut Larry Gshaver (1981), satu gram hemoglobin dapat bersatu dengan 1,34 ml oksigen. Pada pria dalam keadaan istirahat terdapat sekitar 15-16gr hemoglobin pada setiap 100ml darah dan pada wanita rata-rata 14gr pada setiap 100ml darah. Keadaan ini menyebabkan wanita memiliki kapasitas aerobik lebih rendah dibanding pria. Selain itu ukuran jantung pada wanita rata-rata lebih kecil dibanding pria(Hairy,1989). Pengambilan oksigen pada wanita 2,2L lebih kecil daripada pria 3,2L. Kapasitas vital paru wanita juga lebih kecil dibanding pria. d. Kegiatan Fisik Kegiatan fisik sangat mempengaruhi semua komponen kesegaran jasmani. Latihan yang bersifat aerobik yang dilakukan akan meningkatkan daya tahan kardiorespirasi dapat mengurangi lemak tubuh (Departemen Kesehatan Republik Indonesia Direktorat Jenderal Pembinaan Kesehatan Masyarakat Direktorat Bina Up aya Kesehatan Puskesmas, 1994).

4. Metode Latihan Dalam melatih daya tahan otot dapat juga dilatih melalui latihan latihan seperti yang diungkapkan oleh Harsono (1988 : 157) bahwa : Dua sistem latihan yang dapat menjamin peningkatan daya tahan (endurance), yaitu Fartlek dan interval training . Tiga sistem latihan atau basic forms yang dapat menjamin peningkatan daya tahan cardioserpiratory menurut (rushall & Pyke : 1990) adalah 1) Latihan continu, 2) Latihan fartlek dan 3) latihan interval. Harsono (1988:155) menyatakan bahwa : Oleh karena batasan daya tahan adalah kemampuan untuk bekerja (atau berlatih) dalam waktu yang lama maka latihan untuk mengembangkan komponen daya tahan haruslah sesuai dengan batasan tersebut, yaitu latihan-latihan yang kita pilih haruslah berlangsung untuk waktu yang lama, misalnya lari jarak jauh, cross country atau lari lintas alam, fartlek , interval training, atau bentuk latihan apapun yang memaksa tubuh kita untuk bekerja dalam waktu yang lama (lebih dari enam menit). a. Fartlek Fartlek adalah bentuk latihan yang dilakukan dengan lari jarak jauh seperti halnya pada cross country. Bentuk latihan in iberasal dari Swedia yang berarti spee play atau bermain- main dengan kecepatan, waktu, latihan tidak dibatasi tetapi atlit bebas melakukan latihan ini dengan berbagai variasi bentuk lari sesuai dengan medianya. Sebaiknya untuk latihan fartlek ini dipilihnya latihan (medan) yang mempunyai pemandangan indah sedikit rintan gn dengan lintasan yang berbeda-beda : lumpur-keras-terjal-turun-pasir-rumput-salju atau lainnya. Pemandangan yang indah akan menyebabkan atlit lupa akan kelelahan sehingga dengan bebas melakukan latihannya. Coch ataupun atlitnya sendiri dapat menentukan bentuk larinya maupun lamanya latihan. Kecepatan bentuk lari dapat diatur dengan berbagai variasi, Contoh 1: 1) Mulai dengan lari lambat 5-10 menit. 2) Kecepatan yang konstan dan cukup tinggi. 3) Jalan cepat (istirahat aktif). 4) Lari lambat-lambat diselingi lari yang makin lama makin cepat (win sprin). 5) Lari lambat-lambat diselingi 3-4 langkah mendadak cepat. 6) Naik bukit dengan kecepatan tinggi. 7) Lari dengan tempo yang cepat (pace) selama 1 menit

Contoh 2 1) Pemanasan dengan lari 5 s/d 10 menit 2) Lari cepat secara ajeg meliputi jarak 500 m 3) Jalan cepat selama 5 menit 4) Lari biasa, dengan di selinggi latihan loncatan 3-4 kali 5) Lari dengan kecepatan penuh ke atas bukit 50-100 m 6) Lari menuruni bukit dengan jarak 50-100 m
7) Di akhiri lari keliling lapangan, 1-5 kali

b.

Internal Trainning Pada khir-akhir ini sistem latihan interfasi mulai digunakan untuk semua cabang olah

raga : atletik, balap sepeda, mendayung, dan macam- macam permainan. Interval trainning merupakan bentuk latihan yang diselingi dengan istirahat tertentu ( intervasi). Bentuk latihan in pada mulanya ditemukan oleh seorang dokter yang juga coach atletik dari Jerman : dr. Woldemar Cersshler. Interval trainning merupakan penyempurnaan dari fartlek dengan memebrikan koreksi secara teliti dalam : menentukan jarak, istirahat, banyaknya ulangan ( repetation) dan waktu latihan. Latihan interval juga menggunakan prinsip penambahan beban latihan. Contoh : 1. Jarak lari ditentukan: 1600 m (4 kali keliling lintasan lari. 2. Ulangan (repetition) : 4 kali, berarti 4 X 400m. 3. Waktu untuk menempuh jarak (400 m): 90 detik. 4. Waktu istirahat (recovery interval): 120 detik. Untuk lari pertama latihan boleh digunakan ulangan 2-3 kali terlebih dahulu, kemudian untuk seterusnya 4 kali ulangan. Atlit diharuskan menempuh jarak 400 m dengan waktu 90 detik, kemudian jalan selama 120 detik, baru kemudian lari untuk putaran kedua, istirahat lagi dan seterusnya sampai selesai 4 x 400 m lari. Demikianlah untuk seterusnya latihan dilakukan akan tetapi waktu istirahat makin lama makin di kurangi dari 120 detik menjadi 90 60 50 detikdan setrerusnya sampai tujuan akhir tercapai yaitu lari 4 x 400 m tanpa istirahat
= 1600

m.

Untuk memper berat latihan disamping pengurangan waktu istirahat dapat pula dengan meningkatkan bentuk istirahat dari jalan, jalan cepat atau lari- lari kecil. Cara meningkatkan beban dapat pula dengan memperberat salah satu dari faktor faktor di atas dikombinasikan, misalnya: 1. Jaraknya yang ditambah.

2. Ulangan yang diperbanyak. 3. Waktu dipercepat.

Anda mungkin juga menyukai