Anda di halaman 1dari 20

1

I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Manajemen kelas merupakan aspek pendidikan yang sering
dijadikan perhatian utama oleh para calon guru, guru baru, dan bahkan
guru yang telah berpengalaman sekalipun. Alasannya sederhana, karena
calon guru, guru baru, dan guru yang telah berpengalan berkeiiginan agar
para peserta didik dapat belajar dengan optimal. Dalam arti guru mampu
menyampaikan bahan pelajaran atau perkuliahan diserap oleh para peserta
didik dengan baik.
Dikelaslah segala aspek pembelajaran bertemu dan berproses. Guru
dengan segala kemampuannya, siswa dengan segala latar belakang
kompetensinya, kurikulum dengan segala komponennya, metode dengan
segala pendekatannya, media dengan segala perangkatnya, materi dengan
segala sumber belajarnya bertemu dan beriteraksi di dalam kelas. Oleh
karena itu selayaknya kelas dimanajemeni secara baik, profesional, terus-
menerus dan berkelanjutan.
Untuk sampai pada tujuan yang dimaksud guru perlu memahami
faktor-faktor yang mempengaruhi berlangsungnya pembelajaran sebagai
salah satu fungsi manjemen dari kelas tersebut. Pemahaman atas faktor-
faktor yang mempengaruhi pembelajaran baik internal maupun eksternal
tersebut sangat penting dikarenakan manjemen kelas akan menjadi filter-
filter penyaring menghilangkan kekeliruan umum dari manjemen kelas.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang diuraikan sebelumnya, maka
dapat diuraikan rumusan masalah sebagai berikut:
1. Apa saja faktor internal yang mempengaruhi pembelajaran?
2. Apa saja faktor eksternal yang mempengaruhi pembelajaran?
C. Tujuan Pembahasan
Berdasarkan rumusan masalah yang diuraikan sebelumnya, maka
dapat diuraikan tujuan penulisan makalah sebagai berikut:
1. Untuk memahami faktor internal yang mempengaruhi pembelajaran.
2. Untuk memahami faktor eksternal yang mempengaruhi pembelajaran.

1
2

II. PEMBAHASAN
Berhasilnya manajemen kelas dalam memberikan dukungan terhadap
pencapaian tujuan pembelajaran yang akan dicapai, banyak dipengaruhi oleh
berbagai faktor. Faktor-faktor yang mempengaruhi pembelajaran banyak
jenisnya, dapat digolongkan menjadi dua golongan, yaitu faktor internal dan
faktor eksternal.
Muhibbin (2004:144) menjelaskan faktor internal (faktor dari dalam siswa),
yakni keadaan/kondisi jasmani dan rohani siswa; sedangkan faktor eksternal
(faktor dari luar siswa), yakni kondisi lingkungan di sekitar siswa.
A. Faktor Internal
Muhibbin (2004:145) membagi faktor internal yang mempengaruhi
pembelajaran siswa meliputi dua aspek: 1) aspek fisiologis (yang bersifat
jasmaniah); 2) aspek psikologis (yang bersifat rohaniah). Aspek-aspek tersebut
dijelaskan secara rinci dibawah ini.
1. Aspek Fisiologis
Kondisi umum jasmani yang menandai tingkat kebugaran organ-organ
tubuh dan sendi-sendinya, dapat mempengaruhi semangat dan intensitas
siswa dalam mengikuti pembelajaran. Kondisi organ tubuh yang lemah,
apalagi jika disertai pusing kepala berat misalnya, dapat menurunkan
kualitas ranah cipta (kognitif) sehingga materi yang dipelajarinya pun
kurang atau tidak berbekas. Untuk mempertahankan jasmani agar tetap
bugar, siswa sangat dianjurkan mengkonsumsi makanan dan minuman
yang bergizi. Selain itu, siswa juga dianjurkan memilih pola istirahat dan
olahraga ringan yang sedapat mungkin terjadwal secara tetap dan
berkesinambungan. Hal ini penting sebab kesalahan pola makan minum
dan istirahat akan menimbulkan reaksi otot yang negatif dan merugikan
semangat mental siswa itu sendiri.
Kondisi organ-organ khusus siswa, seperti tingkat kesehatan indera
pendengar dan indera penglihat, juga sangat mempengaruhi kemampuan
siswa dalam menyerap informasi dan pengetahuan, khususnya yang
disajikan di kelas. Daya pendengaran dalam penglihatan siswa yang
3

rendah, umpamanya, akan menyulitkan sensory register dalam menyerap


item-item informasi yang bersifat echoic dan iconic (gema dan citra).
Akibat negatif selanjutnya adalah terhambatnya proses informasi yang
dilakukan oleh sistem memori siswa tersebut.
Mengatasi kemungkinan timbulnya masalah mata dan telinga diatas,
sebagai guru yang profesional seyogyanya bekerja sama dengan pihak
sekolah untuk memperoleh pemeriksaan rutin dari dinas-dinas kesehatan
setempat. Kiat lain yang tak kalah penting untuk mengatasi
kekurangsempurnaan pendengaran dan penglihatan siswa-siswa tertentu
itu ialah dengan menempatkan mereka di deretan bangku terdepan secara
bijaksana. Artinya, guru tidak perlu menunjukkan sikap dan alasan
(apalagi di depan umum) bahwa mereka ditempatkan di depan kelas
karena kekurangbaikan mata dan telinga mereka. Langkah bijaksana ini
perlu diambil untuk mempertahankan rasa percaya diri siswa-siswa khusus
tersebut. Kemerosotan rasa percaya diri seorang siswa akan menimbulkan
frustasi yang pada gilirannya cepat atau lambat siswa tersebut akan
menjadi under-achiever atau mungkin gagal, meskipun kapasitas kognitif
mereka normal atau lebih tinggi daripada teman-temannya.
2. Aspek Psikologis
Banyaknya faktor yang termasuk aspek psikologis yang dapat
mempengaruhi kuantitas dan kualitas pemerolehan pembelajaran siswa,
diantaranya: 1) tingkat kecerdasan/intelegensi siswa; 2) sikap siswa; 3)
bakat siswa; 4) minat siswa; 5) motivasi siswa.
a. Intelegensi siswa
Intelegensi pada umumnya dapat diartikan sebagai kemampuan
psiko-fisik untuk mereaksi rangsangan atau menyesuaikan diri dengan
lingkungan dengan cara yang tepat (Reber dalam Muhibbin,
2004:147). Tingkat kecerdasan atau intelegensi (IQ) siswa tak dapat
diragukan lagi, sangat menentukan tingkat keberhasilan belajar siswa.
Ini bermakna, semakin tinggi kemampuan intelegensi seorang siswa
maka semakin besar peluangnya untuk meraih sukses.
4

Selanjutnya, diantara siswa-siswa yang mayoritas berintelegensi


normal itu mungkin terdapat satu atau dua orang yang tergolong gifted
child atau talented child, yakni anak sangat cerdas dan anak sangat
berbakat (IQ diatas 130). Disamping itu mungkin ada pula siswa yang
kecerdasan di bawah batas rata-rata (IQ 70 ke bawah).
Untuk menolong siswa yang berbakat, sebaiknya guru menaikkan
kelasnya setingkat lebih tinggi daripada kelasnya sekarang. Kelak,
apabila ternyata di kelas barunya itu dia masih merasa terlalu mudah
juga, siswa tersebut dapat dinaikkan setingkat lebih tinggi lagi. Begitu
seterusnya, hingga dia mendapatkan kelas yang tingkat kesulitan mata
pelajarannya sesuai dengan tingkat intelegensinya. Apabila cara
tersebut sulit ditempuh, alternatif lain dapat diambil, misalnya dengan
menyerahkan siswa kepada lembaga pendidikan khusus untuk pada
siswa tersebut.
Sementara itu, untuk menolong siswa yang bekecerdasan di bawah
normal, tak dapat dilakukan sebaliknya yakni dengan menurunkan ke
kelas yang lebih rendah. Sebab, cara penurunan kelas seperti ini dapat
menimbulkan masalah baru yang bersifat psiko-sosial yang tidak
hanya menggangu dirinya saja, tetapi juga mengganggu “adik-adik”
barunya. Oleh karena itu, tindakan yang dipandang lebih bijaksana
adalah dengan cara memindahkan siswa penyandang intelegensi
tersebut ke lembaga pendidikan khusus untuk anak-anak penyandang
“kemalangan” IQ.
b. Sikap siswa
Sikap adalah gejala internal yang berdimensi afektif berupa
kecenderungan untuk mereaksi atau merespons dengan cara yang
relatif tetap terhadap objek orang, barang, dan sebagainya, baik secara
positif maupun negatif. Sikap siswa yang positif, terutama kepada guru
dan mata pelajaran yang disajikan merupakan pertanda awal yang baik
bagi proses belajar siswa tersebut. Sebaliknya sikap negatif siswa
terhadap guru dan mata pelajaran, apalagi jika diiringi kebencian
5

kepada guru atau kepada mata pelajaran dapat menimbulkan kesulitan


belajar siswa tersebut.
Untuk menantisipasi kemungkinan munculnya sikap negative
siswa seperti tersebut di atas, guru dituntut untuk terlebih dahulu
menunjukkan sikap positif terhadap dirinya sendiri dan terhadap mata
pelajarannya. Dalam hal bersikap positif terhadap mata pelajarannya,
seorang guru sangat dianjurkan untuk senantiasa menghargai dan
mencintai profesinya. Guru yang demikian tidak hanya menguasai
bahan-bahan yang terdapat dalam bidang studinya. Tetapi juga mampu
meyakinkan kepada siswa para siswa akan manfaat bidang studi itu
bagi kehidupan mereka. Dengan meyakini manfaat bidang studi
tertentu, siswa akan merasa membutuhkannya, dan dari perasaan butuh
itulah diharapkan muncul sikap positif terhadap bidang studi tersebut
sekaligus terhadap guru yang mengajarkannya.
c. Bakat siswa
Secara umum, bakat adalah kemampuan potensial yang dimiliki
seseorang untuk mencapai keberhasilan pada masa yang akan datang.
Dalam perkembangan selanjutnya, bakat kemudian diartikan sebagai
kemampuan individu untuk melakukan tugas tertentu tanpa banyak
bergantung pada upaya pendidikan dan latihan. Seorang siswa yang
berbakat dalam bidang elektro, misalnya, akan jauh lebih mudah
menyerap informasi, pengetahuan, dan keterampilan yang
berhubungan dengan bidang tersebut dibandingkan dengan siswa
lainnya. Inilah yang kemudian disebut bakat khusus yang konon tak
dapat dipelajari karena merupakan karunia inborn (pembawaan sejak
lahir).
Sehubungan dengan hal diatas, bakat akan dapat mempengaruhi
tinggi rendahnya prestasi belajar bidang-bidang studi tertentu. Oleh
karenanya adalah hal yang tidak bijaksana apabila orang tua
memaksakan kehendaknya untuk menyekolahkan anaknya pada
jurusan keahlian tertentu tanpa mengetahui lebih dahulu bakat yang
dimiliki anaknya itu. pemaksaan terhdap bakatnya sendiri sehingga ia
6

memilih jurusan akan berpengaruh buruk terhadap kinerja akademik


atau prestasi belajarnya.
d. Minat siswa
Secara sederhana, minat berarti kecenderungan dan kegairahan
yang tinggi atau keinginan yang besar terhadap sesuatu. Minat seperti
yang dipahami dan dipakai oleh orang selama ini dapat mempengaruhi
kualitas pencapaian hasil belajar siswa dalam bidang-bidang studi
tertentu. Umpamanya, seorang siswa yang menaruh minat besar
terhadap matematika akan memusatkan perhatiannya lebih kepada
banyak yang intensif terhadap materi itulah yang memungkinkan siswa
tadi untuk belajar lebih giat, dan akhirnya mencapai prestasi yang
diinginkan.
e. Motivasi siswa
Motivasi ialah keadaan internal organism baik manusia maupun
hewan yang mendorongnya untuk berbuat sesuatu. Dalam pengertian
ini, motivasi berarti pemasok daya untuk beringkah laku secara terarah
(Gleitman, 1986; Reber, 1988 dalam Muhibbin, 2004:151).
Dalam perkembangan selanjutnya, motivasi dapat dibedakan
menjadi dua macam, yaitu: 1) motivasi intrinsik; 2) motivasi
ekstrinsik. Motivasi instrinsik adalah hal dan keadaan yang berasal dari
dalam diri siswa sendiri yang dapat mendorongnya melakukn tindakan
belajar. Termasuk dalam motivasi instrinsik siswa adalah perasaan
menyenangi materi dan kebutuhannya terhadap materi tersebut,
misalnya untuk kehidupan masa depan siswa yang bersangkutan.
Adapun motivasi ekstrinsik adalah hal dan keadaan yang datang
dari luar individu siswa yang juga mendorongnya untuk melakukan
kegiatan belajar. Pujian dan hadiah, peraturan/tata tertib sekolah, suri
teladan orang tua, guru dan seterusnya merupakan contoh-contoh
konkret motivasi ekstrinsik yang dapat menolong siswa untuk belajar.
Kekurangan atau ketiadaan motivasi, baik yang bersifat internal
maupun yang bersifat eksternal, akan menyebabkan kurang
7

bersemangatnya materi-materi pelajaran baik di sekolah maupun di


rumah.
Dalam perspektif psikologi kognitif motivasi yang lebih signifikan
bagi siswa adalah motivasi instrinsik karena lebih murni dan langgeng
serta tidak bergantung pada dorongan mencapai prestasi masa depan
juga member pengaruh kuat dan relative lebih langgeng dibandingkan
dengan dorongan hadiah atau dorongan keharusan dari orang tua dan
guru.
Selanjutnya Slameto (2013) juga membahas faktor internal yang
mempengaruhi pembelajaran. Slameto membagi faktor internal yang
mempengaruhi pembelajaran menjadi tiga, yaitu: 1) faktor jasmaniah
(fisiologis); 2) faktor psikologis; dan 3) faktor kelelahan. Selain aspek
fisiologis dan psikologis yang telah dipaparkan diatas, faktor internal yang
mempengaruhi pembelajaran selanjutnya menurut Slameto yaitu faktor
kelelahan.
Kelelahan pada seseorang menurut Slameto (2013:59) dapat dibedakan
menjadi dua macam, yaitu kelelahan jasmani dan kelelahan rohani (bersifat
psikis).
a. Kelelahan jasmani terlihat dengan lemah lunglainya tubuh dan timbul
kecenderungan untuk membaringkan tubuh. Kelelahan jasmani terjadi
karena terjadi kekacauan substansi sisa pembakaran di dalam tubuh,
sehingga darah tidak/kurang lancar pada bagian-bagian tertentu.
b. Kelelahan rohani dapat dilihat dengan adanya kelesuan dan kebosanan,
sehingga minat dan dorongan untuk menghasilkan sesuatu hilang.
Kelelahan ini sangat terasa pada bagian kepala dengan pusing-pusing
sehingga sulit untuk berkonsentrasi, seolah-olah otak kehabisan daya
untuk bekerja.
Dari uraian di atas maka dapat dimengerti bahwa kelelahan itu
mempengaruhi pembelajaran. Agar siswa dapat belajar dengan baik haruslah
menghindar jangan sampai terjadi kelelahan dalam belajarnya. sehingga perlu
diusahakan kondisi yang bebas dari kelelahan.
8

Sejalan dengan pendapat diatas, Aunurrahman (2014:178-185)


menjelaskan beberapa faktor internal yang mempengaruhi pembelajaran yakni
sebagai berikut:
1. Ciri khas/karakteristik siswa
2. Sikat terhadap Belajar
3. Motivasi Belajar
4. Konsentrasi Belajar
Konsentrasi belajar merupakan salah satu aspek psikologis yang
seringkali tidak begitu mudah untuk diketahui oleh orang lain selain dari
individu yang sedang belajar. Hal ini disebabkan kadang-kadang apa yang
terlihat melalui aktivitas seseorang belum tentu sejalan dengan apa yang
sesunggguhnya sedang individu tersebut pikirkan. Sebagai contoh, ketika
dihadapan siswa terdapat sebuah buku yang sedang terbuka, dan terlihat
sepintas siswa seperti sedang mengamati atau membaca buku tersebut.
akan tetapi belum tentu siswa tersebut sedang memusatkan perhatian
(berkonsentrasi) terhadap isi buku yang terbuka dihadapannya.

Kesulitan berkonsentrasi merupakan indikator adanya masalah belajar


yang dihadapi siswa, karena hal itu akan menjadi kendala didalam
mencapai hasil belajar yang diharapkan. Untuk membantu siswa agar
dapat konsentrasi dalam belajar tentu memerlukan waktu yang cukup
lama, di samping menuntut ketelatenan guru. Akan tetapi, dengan
bimbingan, perhatian serta bekal kecakapan yang dimiliki guru, maka
secara bertahap hal ini akan dapat dilakukan.

5. Mengolah bahan belajar

Mengolah bahan belajar atau mengolah informasi dalam kajian


konstruktivisme adalah kemampuan seseorang agar dapat
mengkonstruksikan pengetahuannya sendiri berdasarkan informasi yang
telah ia dapatkan dari hasil bentukan siswa sendiri yang bersumber dari
apa yang mereka dengar, lihat, rasakan, dan alami. Bilamana dalam proses
pembelajaran mengalami kesulitan didalam mengolah pesan maka berarti
9

ada kendala pembelajaran yang dihadapi siswa yang membutuhkan


bantuan guru.

6. Menggali hasil belajar

Menggali hasil belajar adalah suatu proses mengaktifkan kembali


pesan-pesan yang telah tersimpan dan diterima sebelumnya. Dalam proses
pembelajaran guru hendaknya berupaya untuk mengaktifkan siswa melalui
pemberian tugas, latihan-latihan menggunakan cara kerja tertentu, rumus,
latihan-latihan agar siswa mampu meningkatkan kemampuannya didalam
mengolah pesan pembelajaran.

7. Rasa percaya diri

Rasa percaya diri merupakan salah satu kondisi psikologis seseorang


yang berpengaruh terhadap aktivitas fisik dan mental dalam proses
pembelajaran. Misalnya guru berusaha mendidik anak dengan memberikan
hadiah dan pujian jauh lebih baik dari pada mendidik dengan cara
mencemooh dan mencela.

8. Kebiasaan belajar.

Kebiasaan belajar adalah perilaku belajar seseorang yang telah tertanam


dalam waktu yang relatif lama sehingga memberikan ciri dalam aktivitas
belajar yang dilakukannya. Misalnya: (a) belajar tidak teratur, (b) daya
tahan belajar rendah (belajar tergesa-gesa), (c) belajar bilamana menjelang
ulangan atau ujian, (d) tidak memiliki catatan pelajaran yang lengkap, (e)
tidak terbiasa membuat ringkasan, (f) tidak memiliki motivasi untuk
memperkaya materi pelajaran, (g) senang menjiplak pekerjaan teman,
termasuk kurang percaya diri dalam menyelesaikan tugas, (h) sering
datang terlambat, (i) melakukan kebiasaan-kebiasaan buruk (misalnya
merokok).

Dari beberapa pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa faktor internal


yang mempengaruhi pembelajaran yakni: 1) faktor fisiologis (jasmaniah); 2)
faktor psikologis yang terdiri atas intelegensi, sikap, bakat, minat dan
10

motivasi; 3) faktor kelelahan; 4) cirri khas/karakteristik siswa; 5) konsentrasi;


6) mengolah bahan belajar; 7) menggali hasil belajar; 8) rasa percaya diri; dan
9) kepuasan pembelajaran.

B. Faktor Eksternal
Muhibbin (2004: 152) menjelaskan bahwa faktor eksternal yang
mempengaruhi pembelajaran juga terdiri dari dua macam, yakni faktor
lingkungan sosial dan faktor lingkungan nonsosial.
1. Lingkungan sosial
Lingkungan sosial sekolah seperti para guru, para staf administrasi dan
teman-teman sekelas dapat mempengaruhi semangat belajar seorang
siswa.
Selanjutnya, yang termasuk lingkungan sosial siswa adalah masyarakat
dan tetangga juga teman-teman sepermainan di sekitar perkampungan
tersebut. Lingkungan sosial yang lebih banyak mempengaruhi kegiatan
belajar ialah orang tua dan keluarga itu sendiri.
2. Lingkungan nonsosial
Faktor-faktor yang termasuk lingkungan nonsosial ialah gedung
sekolah dan letaknya, rumah tempat tinggal keluarga siswa dan letaknya,
alat-alat belajar, keadaan cuaca, dan waktu belajar yang digunakan siswa.
Faktor-faktor ini dipandang turut menentukan tingkat keberhasilan belajar
siswa.

Selanjutnya Slameto (2013:60) membagi faktor eksternal yang


mempengaruhi pembelajaran menjadi tiga yaitu: (1) faktor keluarga, (2) faktor
sekolah, (3) faktor masyarakat. Dipaparkan sebagai berikut:
1. Faktor Keluarga
Siswa yang belajar akan menerima pengaruh dari keluarga berupa: cara
orang tua mendidik, relasi antara anggota keluarga, suasana rumah tangga
dan keadaan ekonomi keluarga (Slameto, 2013:60).
11

a. Cara mendidik orang tua


Cara orang tua mendidik anaknya berpengaruh terhadap belajar
anaknya. Hal ini jelas dan dipertegas oleh Sutjipto (dalam Slameto,
2013:60) yang menyatakan bahwa “Keluarga adalah lembaga
pendidikan yang pertama dan utama. Keluarga besar artinya untuk
pendidikan dalam ukuran kecil, tetapi bersifat menentukan untuk
pendidikan dalam ukuran besar yaitu pendidikan Bangsa, Negara dan
Dunia”.
Melihat pernyataan di atas, dapat dipahami bahwa cara orang
tua mendidik anak-anaknya akan berpengaruh terhadap belajarnya.
b. Relasi antaranggota keluarga
Relasi antaranggota keluarga yang terpenting adalah relasi
orang tua dengan anaknya. Selain itu relasi anak dengan saudaranya
atau dengan anggota kelaurga yang lain pun turut mempengaruhi
belajar anak. Wujud relasi itu misanya apakah hubungan itu penuh
dengan kasih sayang dan pengertian, ataukah diliputi oleh kebencian,
sikap yang terlalu keras, ataukah sikap yang acuh tak acuh dan
sebagainya. Begitu juga jika relasi anak dengan saudaranya atau
dengan anggota keluarga yang lain tidak baik, akan dapat
menimbulkan problem yang sejenis.
Sebetulnya relasi antaranggota keluarga ini erat hubungannya
dengan cara orang tua mendidik. Jika orang tua mendidik dengan cara
yang salah menunjukkan relasi yang tidak baik. Relasi semacam itu
akan menyebabkan perkembangan anak terhambat, belajarnya
terganggu dan bahkan dapat menimbulkan masalah-masalah psikologis
yang lain.
c. Suasana rumah
Suasana rumah dimaksudkan sebagai situasi atau kejadian-
kejadian yang sering terjadi di dalam keluarga di mana anak berada
dan belajar. Suasana rumah juga merupakan faktor yang penting yang
tidak termasuk faktor yang disengaja.
12

Suasana rumah yang gaduh/ramai dan semrawut tidak akan


memberi ketenangan kepada anak yang belajar. Suasana tersebut
dapat terjadi pada keluarga yang besar yang terlalu banyak
penghuninya. Suasana rumah yang tegang, rebut dan sering terjadi
cekcok, menyebabkan anak menjadi bosan di rumah, suka keluar
rumah, akibatnya belajar jadi kacau. Selanjutnya agar anak dapat
belajar dengan baik perlulah diciptakan suasana rumah yang tenang
dan tenteram. Di dalam suasana rumah yang tenang dan tenteram
selain anak kerasan/betah tinggal di rumah, anak juga dapat belajar
dengan baik.
d. Keadaan ekonomi keluarga
Keadaan ekonomi keluarga erat hubungannya dengan belajar
anak. Anak yang sedang belajar selain harus terpenuhi kebutuhan
pokoknya, misal makan, pakaian, perlindungan kesehatan dan lain-
lain, juga membutuhkan fasilitas belajar seperti ruang belaja, meja,
kursi, penerangan, alat tulis-menulis, buku-buku dan lain sebagianya.
Fasilitas belajar itu hanya dapat terpenuhi jika keluarga mempunyai
cukup uang.
Jika anak hidup dalam keluarga yang miskin, kebutuhan pokok
anak kurang terpenuhi, akibatnya kesehataan anak terganggu, belajar
anak juga terganggu. Akibat yang lain anak selalu dirundung
kesedihan sehingga anak merasa minder dengan teman yang lain, hal
ini pasti akan mengganggu belajar anak. Bahkan mungkin anak harus
bekerja mencari nafkah untuk membantu orang tuanya walaupun
sebenarnya anak belum saatnya untuk bekerja, hal yang begitu juga
akan mengganggu belajar anak. Tidak dipungkiri juga tentang adanya
kemungkinan anak yang serba kekurangan dan selalu menderita akibat
ekonomi keluarga yang lemah, justru keadaan begitu menjadi cambuk
baginya untuk belajar lebih giat dan akhirnya sukses besar. Sebaliknya
keluarga kaya raya, orang tuanya sering mempunyai kecenderungan
untuk memanjakan anak. Anak hanya bersenang-senang dan berfoya-
13

foya, akibatnya anak kurang dapat memusatkan perhatiannya kepada


belajar. Hal tersebut juga dapat mengganggu belajar anak.
e. Pengertian orang tua
Anak belajar perlu dorongan dan pengertian orang tua. Bila
anak sedang belajar jangan diganggu dengan tugas-tugas di rumah.
Kadang-kadang anak mengalami lemah semangat, orang tua wajib
memberikan pengertian dan dorongannya dan membantu sedapat
mungkin kesulitan yang dialami anak di sekolah. Kalau perlu orang tua
menghubungi wali kelas anaknya untuk mengetahui perkembangan
ananknya.
f. Latar belakang kebudayaan
Tingkat pendidikan atau kebiasaan di dalam keluarga
mempengaruhi sikap anak dalam belajar. Perlu ditanankan kebiasaan-
kebiasaan yang baik kepada anak agar mendorong semangat anak
untuk belajar.

2. Faktor Sekolah
Faktor sekolah yang mempengaruhi belajar ini mencakup metode
mengajar, kurikulum, relasi guru dengan siswa, relasi siswa dengan siswa,
disiplin sekolah, pelajaran dan waktu sekolah, standa pelajaran, keadaan
gedung, metode belajar dan tugas rumah (Slameto, 2013:64). Berikut
penjelasannya:
a. Metode mengajar
Metode mengajar adalah suatu cara/jalan yang harus dilalui di
dalam mengajar. Mengajar itu sendiri menurut Ign.s.Ulih (dalam
Slameto,2013:65) adalah “Menyajikan bahan pelajaran oleh seseorang
kepada orang lain agar orang lain itu menerima, menguasai dan
mengembangkannya”.
Dari uraian tersebut jelaslah bahwa metode mengajar itu
mempengaruhi belajar. Metode mengajar guru yang kurang baik akan
mempengaruhi belajar siswa yang tidak baik pula.
14

b. Kurikulum
Kurikulum diartikan sebagai sejumlah kegiatan yang diberikan
kepada siswa. Kegiatan itu sebagian besar adalah menyajikan bahan
pelajaran agar siswa menerima, menguasai dan mengembangkan bahan
pelajaran itu. Jelaslah bahan pelajaran itu mempengaruhi belajar siswa.
Kurikulum yang kurang baik akan berpengaruh tidak baik pula
terhadap belajar. Kurikulum yang tidak baik itu misalnya kurikulum
yang terlalu padat, di atas kemampuan siswa, tidak sesuai denagn
bakat, minat dan perhatian siswa.
c. Relasi guru dengan siswa
Proses belajar mengajar terjadi antara guru dengan siswa.
Proses tersebut juga dipengaruhi oleh relasi yang ada dalam proses itu
sendiri. Jadi cara belajar siswa juga dipengaruhi oleh relasi dengan
gurunya.
Relasi (guru dengan siswa) yang baik, siswa akan menyukai
gurunya, juga akan menyukai mata pelajaran yang diberikannya
sehingga siswa berusaha mempelajari sebaik-baiknya. Hal tersebut
juga terjadi sebaliknya, jika siswa membenci gurunya, Ia segan
mempelajari mata pelajaran yang berikutnya, akibatnya pelajarannya
tidak maju. Guru yang kurang berinteraksi dengan siswa secara akrab,
menyebabkan proses belajar mengajar itu kurang lancar. Juga siswa
merasa jauh dari guru, maka segan berpartisipasi secara aktif dalam
belajar.
d. Relasi siswa dengan siswa
Guru yang kurang mendekati siswa dan kurang bijaksana, tidak
akan melihat bahwa kelas ada grup yang saling bersaing secara tidak
sehat. Jiwa kelas tidak terbina, bahkan hubungan masing-masing siswa
tidak tampak.
Siswa yang mempunyai sifat-sifat atau tingkah laku yang
kurang menyenangkan teman lain, mempunyai rasa rendah diri atau
sedang mengalami tekanan-tekann batin, akan diasingkan dari
kelompok. Akibatnya makin parah masalahnya dan akan mengganggu
15

belajarnya. Lebih-lebih lagi ia menjadi malas untuk masuk sekolah


dengan alsan-alasan yang tidak-tidak karena di sekolah mengalami
perlakuan yang kurang menyenangkan dari teman-temannya. Jika hal
ini terjadi, segeralah siswa diberi pelayanan bimbingan dan
penyuluhan agar ia dapat diterima kembali ke dalam kelompoknya.
e. Disiplin sekolah
Kedisiplinan sekolah erat hubungannya dengan kerajinan siswa
dalam sekolah dan juga dalam belajar. Kedisiplinan sekolah mencakup
kedisiplinan guru dalam mengajar dengan melaksanakan tata tertib,
kedisiplinan pegawai/karyawan dalam pekerjaan administrasi dan
kebersihan/keteraturan kelas, gedung sekolah, halaman dan lain-lain,
kedisiplinan kepala sekolah dalam mengelola seluruh staf beserta
siswa-siswanya, dan kedisiplinan tim BP dalam pelayanannya kepada
siswa.
f. Alat Pelajaran
Alat pelajaran erat hubungannya dengan cara belajar siswa,
karena alat pelajaran yang dipakai oleh guru pada waktu mengajar
dipakai pula oleh siswa untuk menerima bahan yang diajarkan itu. Alat
pelajaran yang lengkap dan tepat akan mempelancar penerimaan bahan
pelajaran yang diberikan kepada siswa. Jika siswa mudah menerima
pelajaran dan menguasainya, maka belajarnya akan menjadi lebih giat
dan lebih maju.
Mengusahakan alat pelajaran yang baik dan lengkap adalah
perlu agar guru dapat mengajar dengan baik sehingga siswa dapat
menerima pelajaran dengan baik serta dapat belajar dengan baik pula.
g. Waktu sekolah
Waktu sekolah ialah waktu terjadinya proses belajar mengajar
di sekolah, waktu itu dapat pagi hari, siang, sore/malam hari. Waktu
sekolah juga mempengaruhi belajar siswa. Jika terjadi untuk
memaksakan siswa masuk sekolah di sore hari, maka sebenarnya
kurang dapat efektif, karena waktu sore hari itu adalah waktu
beristirahat, jadi mereka mendengarkan pembelajaan sambil mengatuk
16

dan sebagainya. Jadi memlih waktu sekolah yang tepat akan


memberikan pengaruh yang positif terhadap belajar.
h. Standar pelajaran di atas ukuran
Guru yang memberikan pelajaran di atas ukuran standar,
mengakibat siswa merasa kurang mampu dan takut kepada guru. Bila
banyak siswa yang tidak berhasil dalam mempelajari mata
pelajarannya, guru semacam itu merasa senang. Tetapi berdasarkan
teori belajar, yang mengingat perkembangan psikis dan kepribadian
siswa yang berbeda-beda, hal tersebut tidak boleh terjadi. Guru dalam
menuntut penuasaan materi harus sesuai dengan kemampuan siswa
masing-masing. Yang terpenting tujuan yang telah dirumuskan dapat
tercapai.
i. Keadaan gedung
Dengan jumlah siswa yang banyak serta variasi karakteristik
mereka masing-masing menuntut keadaan gedung harus memadai di
dalam setiap kelas. Bagaimana mungkin mereka dapat belajar dengan
enak, kalau kelas itu tidak memadai bagi setiap siswa.
j. Metode belajar
Banyak siswa melaksanakan cara belajar yang salah. Dalam hal
ini perlu pembinaan dari guru, mungkin dengan cara belajar yag tepat
maka efektif pula hasil belajar siswa itu. Pembagian waktu juga perlu
dalam belajar. Kadang-kadang siswa belajar tidak teratur, terus-
menerus karena besok akan tes. Dengan belajar demikian siswa akan
kurang beristirahat, bahkan mungkin dapat jatuh sakit. Maka perlu
belajar secara teratur setiap hari, dengan pembagian waktu yang baik,
memilih cara belajar yang tepat dan cukup istirahat akan meningkatkan
hasil belajar.
k. Tugas rumah
Waktu belajar terutama adalah di sekolah, di samping untuk
belajar, waktu di rumah biarlah digunakan untuk kegiatan-kegiatan
lain. Maka diharapkan guru jangan terlalu banyak memberikan tugas
17

yang harus di kerjakan di rumah, sehingga anak mempunyai waktu


untuk kegiatan yang lain.

3. Faktor Masyarakat
Masyarakat merupakan faktor eksternal yang juga berpengaruh
terhadap belajar siswa. Pengaruh itu terjadi karena keberadaan siswa
dalam masyarakat tersebut. Menurut Slameto (2013:70) faktor masyarakat
yang mempengaruhi belajar siswa yaitu: “kegiatan siswa dalam masyrakat,
media massa, teman bergaul dan bentuk kehidupan masyarakat” berikut
uraiannya.
a. Kegiatan siswa dalam masyarakat
Kegiatan siswa dalam masyarakat dapat menguntungkan
terhadap perkembangan pribadinya. Tetapi jika siswa menikuti
kegiatan masyarakat yang terlalu banyak, misalnya berorganisasi,
kegiatan-kegiatan sosial, keagamaan dan lain-lainnya, maka belajarnya
akan terganggu, lebih-lebih jika tidak bijaksana dalam mengatur
waktu.
Perlulah kiranya membatasi kegiatan siswa dalam masyaraat
supaya jangan sampai mengganggu belajarnya. jka mungkin, pilih
kegiatan yang mendukung belajar, misalnya kursus bahasa Inggris,
PKK Remaja, kelompok diskusi dan lain sebagainya.
b. Media Massa
Termasuk ke dalam media massa adalah bioskop, radiso, tv,
surat kabar, majalah, buku-buku, komik-komik daln lain-lain. Media
massa yang baik memberi pengaruh yang baik pula terhadap sisiwa
dan juga terhadap belajanya. Sebaliknya jika media massa yang jelek
juga berpengaruh jelek terhadap siswa.
Maka perlulah kiranya siswa mendapatkan bimbingan dan
kontrol yang cukup bijaksana dari pihak orang tua dan pendidik, baik
di dalam keuarga, sekolah dan masyarakat.
c. Teman bergaul
18

Pengaruh-pengaruh dari teman bergaul, lebih cepat masuk


dalam jwa siswa. Teman bergaul yang baik akan berpengaruh baik
terhadap diri siswa, begitu juga sebaiknya, teman bergaul yang jelek
pasti mempengaruhi yang bersifat buruk juga.
Agar siswa dapat beajar dengan baik, maka perlulah
diusahakan agar siswa memiliki teman bergaul yang baik, maka
perlulah diusahakan agar siswa memiliki teman bergaul yang baik-baik
dan pembinaan pergaulan yang baik serta pengawasan dari orang tua
dan pendidik harus cukup bijaksana (jangan terlalu ketat tetapi juga
jangan terlalu lengah).
d. Bentuk kehidupan masyarakat
Kehidupan masyarakat disekitar siswa juga berpengaruh
terhada belajar siswa. Masyarakat yang terdiri dari orang-orang yang
tidak terpelajar, penjudi, suka mencuri dan mepunyai kebiasaan yang
tidak baik, akan berpengaruh jelek kepada anak/siswa yang berada
disana. Anak/siswa akan tertarik untuk ikut berbuat seperti yang
dilakukan orang-orang di sekitarnya. Akibatnya pelajaran terganggu
dan bahkan anak/siswa kehilangan semangat belajar karena
perhatiannya semula terpusat kepada pelajaran berpindah ke
perbuatan-perbuatan yang selalu dilakukan orang-orang disekitarnya
yang tidak baik tadi.
Perlu kiranya untuk mengusahakan lingkunagn yang baik agar
dapat memberikan pengaruh yang positif terhadap anak/siswa sehingga
dapat belajar dengan sebaik-baiknya.

Dari beberapa pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa faktor eksternal


yang mempengaruhi pembelajaran terbagi atas lingkungan sosial dan lingkungan
nonsosial. Dan terdiri dari 3 faktor yakni (1) faktor keluarga yakni cara orang tua
mendidik, relasi antara anggota keluarga, suasana rumah tangga dan keadaan
ekonomi keluarga, (2) faktor sekolah mencakup metode mengajar, kurikulum,
relasi guru dengan siswa, relasi siswa dengan siswa, disiplin sekolah, pelajaran
dan waktu sekolah, standa pelajaran, keadaan gedung, metode belajar dan tugas
19

rumah, (3) faktor masyarakat yakni kegiatan siswa dalam masyrakat, media
massa, teman bergaul dan bentuk kehidupan masyarakat.
III. PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari uraian pembahasan di atas dapatlah kita mengambil beberapa
kesimpulan yaitu:
1. Faktor internal yang mempengaruhi pembelajaran
Faktor internal yang mempengaruhi pembelajaran yakni: 1) faktor
fisiologis (jasmaniah); 2) faktor psikologis yang terdiri atas
intelegensi, sikap, bakat, minat dan motivasi; 3) faktor kelelahan; 4)
cirri khas/karakteristik siswa; 5) konsentrasi; 6) mengolah bahan
belajar; 7) menggali hasil belajar; 8) rasa percaya diri; dan 9)
kepuasan pembelajaran.
2. Faktor eksternal yang mempengaruhi pembelajaran
Faktor eksternal yang mempengaruhi pembelajaran terbagi atas
lingkungan sosial dan lingkungan nonsosial. Dan terdiri dari 3 faktor
yakni (1) faktor keluarga yakni cara orang tua mendidik, relasi antara
anggota keluarga, suasana rumah tangga dan keadaan ekonomi
keluarga, (2) faktor sekolah mencakup metode mengajar, kurikulum,
relasi guru dengan siswa, relasi siswa dengan siswa, disiplin sekolah,
pelajaran dan waktu sekolah, standa pelajaran, keadaan gedung,
metode belajar dan tugas rumah, (3) faktor masyarakat yakni
kegiatan siswa dalam masyrakat, media massa, teman bergaul dan
bentuk kehidupan masyarakat.

B. Saran
Berdasarkan kesimpulan diatas, maka penulis ingin menyampaikan hal-hal
yang dapat dijadikan bahan masukan untuk peningkatan keberhasilan manajemen
kelas. Adapun hal-hal yang ingin disampaikan adalah sebagai calon pendidik,
alangkah lebih baiknya pemahaman tentang pengelolaan kelas lebih ditingkatkan
demi terciptanya pembelajaran yang efektif, maka tercapai aspek dan fungsi
manjemen kelas, karena hal ini dapat menunjang terlaksananya pembelajaran
yang efektif di dalam kelas.

20

Anda mungkin juga menyukai