KATA PENGANTAR
Dokumen ini merupakan Dokumen Rencana Tindakan Tahunan Restorasi Gambut Provinsi Papua
Tahun 2019. RTT ini disusun untuk mendukung keterlaksanaan program pemulihan gambut pada KHG
S. Aleki Male - S. Ifuleki Bian, KHG Alekikos Bakian - S. Ifuleki Bian, KHG S. Alekikosi Digoel - S. Aleki
Seme, KHG S. Buru Mappi - S. Buru Obaa, KHG S. Ferkame - S. Orei, KHG S. Ifuleki Bian - S. Lekiage
Sentuf, KHG S. Ifuleki Bian - S. Dalik, dan KHG S. Ifuleki Onam/Wanam - S. Fly. Rencana Tindakan
Tahunan ini merupakan pedoman bagi para pihak terutama Unit Pelaksana Restorasi Gambut (UPRG)
dalam melaksanakan restorasi gambut pada wilayah tanggung jawabnya masing-masing.
1. Pendahuluan, meliputi: latar belakang, maksud dan tujuan, output dokumen, ruang lingkup
dokumen, serta analisis lanjutan untuk pelaksanaan kegiatan restorasi.
2. Metodologi, meliputi: pengumpulan data, analisis data, konsultasi publik dan penyajian informasi.
3. Deskripsi umum, meliputi: kondisi biogeofisik, dan kondisi sosial ekonomi budaya.
4. Rencana restorasi, meliputi: arahan tindakan restorasi, sasaran pelaksanaan restorasi, pelaksanaan
restorasi gambut dan areal terdampak; diuraikan berdasarkan masing-masing KHG Sasaran.
Sasaran.
5. Pembiayaan, meliputi: sumber pendanaan, standar biaya, dan biaya restorasi.
6. Monitoring dan evaluasi, meliputi: prinsip monitoring dan evaluasi, pengertian, pelaksanaan
pemantauan, pelaksanaan evaluasi, mekanisme monitoring dan evaluasi, pengembangan sistem
informasi untuk monev, monitoring dan evaluasi restorasi gambut.
7. Penutup, meliputi kesimpulan dan saran / rekomendasi.
Badan Restorasi Gambut menyampaikan terima kasih yang sebesara-besaranya kepada semua pihak
yang membatu penyusunan dokumen ini.
Budi S. Wardhana
DAFTAR ISI
iv
iv RENCANA TINDAKAN TAHUNAN PROVINSI PAPUA 2019
DAFTAR ISI
Rencana Tindakan Tahunan (RTT) Provinsi Papua Tahun 2019
BAB III DESKRIPSI UMUM KONDISI EKOSISTEM GAMBUT KHG SASARAN --------------------- 33
A. KONDISI BIOGEOFISIK ----------------------------------------------------------------------- 33
1. Letak KHG Sasaran --------------------------------------------------------------------- 33
2. Luas KHG Sasaran ---------------------------------------------------------------------- 36
3. Iklim --------------------------------------------------------------------------------------- 39
4. Topografi --------------------------------------------------------------------------------- 42
5. Geologi, Jenis Tanah dan Fungsi Hidrologis Gambut -------------------------- 45
6. Hidrologi --------------------------------------------------------------------------------- 54
7. Fungsi Hutan ---------------------------------------------------------------------------- 56
8. Penutupan Lahan ---------------------------------------------------------------------- 57
9. Areal Kebakaran ------------------------------------------------------------------------ 62
10. Areal Konsesi Di Dalam KHG Sasaran ---------------------------------------------- 65
11. Ketinggian Tempat--------------------------------------------------------------------- 65
12. Flora dan Fauna ------------------------------------------------------------------------ 70
13. Aksesibilitas ----------------------------------------------------------------------------- 72
B. Sosial Ekonomi Budaya --------------------------------------------------------------------- 73
1. Kabupaten Mappi ---------------------------------------------------------------------- 74
a. Sosial Ekonomi ------------------------------------------------------------------- 74
b. Sosial Budaya --------------------------------------------------------------------- 84
2. Kabupaten Sarmi ----------------------------------------------------------------------- 87
a. Sosial Ekonomi ------------------------------------------------------------------- 88
b. Sosial Budaya --------------------------------------------------------------------- 92
3. Kabupaten Boven Digoel ------------------------------------------------------------- 94
a. Sosial Ekonomi ------------------------------------------------------------------- 95
b. Sosial Budaya --------------------------------------------------------------------- 96
4. Kabupaten Merauke ------------------------------------------------------------------ 101
a. Sosial Ekonomi ------------------------------------------------------------------- 102
b. Sosial Budaya --------------------------------------------------------------------- 108
5. Kabupaten Asmat ---------------------------------------------------------------------- 110
a. Sosial Ekonomi ------------------------------------------------------------------- 110
b. Sosial Budaya --------------------------------------------------------------------- 114
C. Jaringan Kanal -------------------------------------------------------------------------------- 116
D. Data Primer Hasil Survey Lapang --------------------------------------------------------- 117
v
RENCANA TINDAKAN TAHUNAN PROVINSI PAPUA 2019 v
DAFTAR ISI
Rencana Tindakan Tahunan (RTT) Provinsi Papua Tahun 2019
vi
vi RENCANA TINDAKAN TAHUNAN PROVINSI PAPUA 2019
DAFTAR ISI
Rencana Tindakan Tahunan (RTT) Provinsi Papua Tahun 2019
vii
RENCANA TINDAKAN TAHUNAN PROVINSI PAPUA 2019 vii
DAFTAR ISI
Rencana Tindakan Tahunan (RTT) Provinsi Papua Tahun 2019
viii
viii RENCANA TINDAKAN TAHUNAN PROVINSI PAPUA 2019
DAFTAR TABEL
Rencana Tindakan Tahunan (RTT) Provinsi Papua Tahun 2019
DAFTAR TABEL
ix
RENCANA TINDAKAN TAHUNAN PROVINSI PAPUA 2019 ix
DAFTAR TABEL
Rencana Tindakan Tahunan (RTT) Provinsi Papua Tahun 2019
Tabel-35. Populasi dan Produksi Daging Ternak Di Distrik Obaa dan Passue Tahun 2014 --- 84
Tabel-36. Populasi, Produksi Daging dan Telur Unggas Di Distrik Obaa dan Passue Tahun
2014 ------------------------------------------------------------------------------------------------ 84
Tabel-37. Sebaran Jumlah Sarana Pendidikan TK, SD, SMP, SMU, dan SMK Di Distrik Obaa
dan Passue Tahun 2014 ------------------------------------------------------------------------- 85
Tabel-38. Sebaran Jumlah Guru dan Murid menurut Pendidikan TK, SD, SMP, SMU, dan
SMK Di Distrik Obaa dan Passue Tahun 2014 ---------------------------------------------- 85
Tabel-39. Sebaran Jumlah Fasilitas Kesehatan Di Distrik Obaa dan Passue Tahun 2016 ----- 86
Tabel-40. Sebaran Jumlah Tenaga Kesehatan Di Distrik Obaa dan Passue Tahun 2016 ------ 86
Tabel-41. Sebaran Penduduk menurut Agama Di Distrik Obaa dan Passue Tahun 2015 ----- 86
Tabel-42. Perbandingan Jumlah Penduduk Laki-Laki dan Perempuan di Kabupaten Sarmi ---- 88
Tabel-43. Ketenagakerjaan di Kabupaten Sarmi ------------------------------------------------------------ 89
Tabel-44. Laju Pertumbuhan Ekonomi dalam Persen 2012-2016 Kabupaten Sarmi ------------- 89
Tabel-45. Pendapatan Domestik Regional Bruto tiap Kabupaten 2012-2016 ---------------------- 90
Tabel-46. Distribusi PDRB Berdasarkan Lapangan Usaha Kabupaten Sarmi 2013-2017 (%) --- 90
Tabel-47. Luas Panen Padi Palawija di Kabupaten Sarmi ------------------------------------------------- 91
Tabel-48. Produksi Buah-buahan di Kabupaten Sarmi ---------------------------------------------------- 92
Tabel-49. Luas Areal dan Tanaman Perkebunan Rakyat di Kabupaten Sarmi ---------------------- 92
Tabel-50. Jumlah Keluarga, Jumlah Penduduk, Tingkat Kepadatan Penduduk dan Rasio
Jenis Kelamin di Distrik Sekitar KHG sasaran (Kabupaten Boven Digoel) ------------- 95
Tabel-51. Sarana Peribadatan di Distrik Sekitar KHG sasaran (Kabupaten Boven Digoel) ----- 97
Tabel-52. Fasilitas Pendidikan di Distrik Sekitar KHG sasaran (Kabupaten Boven Digoel) ----- 98
Tabel-53. Fasilitas Kesehatan di Distrik Sekitar KHG sasaran (Kabupaten Boven Digoel) ------ 99
Tabel-54. Sebaran Penduduk Distrik Sekitar KHG Sasaran (Kabupaten Merauke) ------------- 102
Tabel-55. Jumlah pencari kerja menurut tingkat pendidikan Kabupaten Merauke ------------ 102
Tabel-56. Bimbingan Kewirausahaan menurut Profesi ----------------------------------------------- 102
Tabel-57. Kondisi Perekonomian Kabupaten Merauke Di tingkat Lapangan Usaha ----------- 103
Tabel-58. Luas Panen, Produksi & Produktivitas Komoditas Unggulan di Distrik sekitar
KHG Sasaran (Kabupaten Merauke) --------------------------------------------------------- 104
Tabel-59. Luas Panen dan Produksi Tanaman Holtikultura di Distrik sekitar KHG Sasaran
(Kabupaten Merauke) --------------------------------------------------------------------------- 105
Tabel-60. Luas Lahan dan Produksi Tanaman Perkebunan di Distrik sekitar KHG Sasaran
(Kabupaten Merauke) --------------------------------------------------------------------------- 106
Tabel-61. Populasi Hewan Ternak dan Hewan Unggas di Distrik sekitar KHG Sasaran
(Kabupaten Merauke) --------------------------------------------------------------------------- 107
Tabel-62. Jumlah Industri Kecil, Menengah, Tenaga Kerja, Nilai Investasi dan Nilai
Produksi Menurut Cabang Industri di Distrik sekitar KHG Sasaran (Kabupaten
Merauke) ------------------------------------------------------------------------------------------- 107
Tabel-63. Jumlah Unit Sekolah, Murid, dan Guru Berdasarkan Jenjang Pendidikan di
Distrik sekitar KHG Sasaran (Kabupaten Merauke) --------------------------------------- 108
Tabel-64. Sarana Kesehatan di Distrik sekitar KHG Sasaran (Kabupaten Merauke) ------------ 108
Tabel-65. Tenaga Kesehatan di Distrik sekitar KHG Sasaran (Kabupaten Merauke) ----------- 108
Tabel-66. Jumlah Penduduk Pemeluk Agama di Distrik sekitar KHG Sasaran (Kabupaten
Merauke) ------------------------------------------------------------------------------------------- 109
Tabel-67. Penduduk di Distrik sekitar KHG Sasaran (Kabupaten Asmat) ------------------------- 110
Tabel-68. Produktifitas tanaman pangan dalam ton di Distrik sekitar KHG Sasaran
(Kabupaten Asmat) ------------------------------------------------------------------------------ 112
Tabel-69. Hasil Perkebunan di Distrik di KHG Sasaran (Kabupaten Asmat) ---------------------- 113
Tabel-70. Sarana Pendidikan beserta Jumlah Siswa dan Jumlah Guru per Tingkat
Pendidikan di Kabupaten Asmat -------------------------------------------------------------- 114
x
x RENCANA TINDAKAN TAHUNAN PROVINSI PAPUA 2019
DAFTAR TABEL
Rencana Tindakan Tahunan (RTT) Provinsi Papua Tahun 2019
Tabel-71. Satuan Lahan Restorasi Gambut (SLRG) pada KHG S. Aleki Male – S. Ifuleki Bian 119
Tabel-72. Pelaksana Restorasi Gambut / UPRG pada KHG S. Aleki Male – S. Ifuleki Bian. --- 119
Tabel-73. Kegiatan dalam Program Peningkatan Kapasitas Kelembagaan dan SDM (R.3.2) - 131
Tabel-74. Gambaran Potensi Pengembangan Alternatif Komoditas dan Sumber Mata
Pencaharian (R.3.3) Kampung Boha dan Pachas pada KHG S. Aleki Male – S.
Ifuleki Bian ----------------------------------------------------------------------------------------- 132
Tabel-75. Sasaran Tindakan Restorasi pada KHG S. Aleki Male – S. Ifuleki Bian ---------------- 133
Tabel-76. Pelaksana Tindakan Restorasi pada KHG S. Aleki Male – S. Ifuleki Bian ------------- 134
Tabel-77. Matriks Arahan Tindakan Restorasi Gambut Pada KHG S. Aleki Male – S. Ifuleki
Bian -------------------------------------------------------------------------------------------------- 135
Tabel-78. Matriks Arahan Tindakan dan Pelaksana Revitalisasi pada KHG S. Aleki Male – S.
Ifuleki Bian ----------------------------------------------------------------------------------------- 136
Tabel-79. Satuan Lahan Restorasi Gambut (SLRG) pada KHG S. Alekikos Bakian – S. Ifuleki
Bian -------------------------------------------------------------------------------------------------- 138
Tabel-80. Pelaksana Restorasi Gambut/UPRG pada S. Alekikos Bakian – S. Ifuleki Bian------ 139
Tabel-81. Kegiatan dalam Program Peningkatan Kapasitas Kelembagaan dan SDM (R.3.2) - 150
Tabel-82. Gambaran Potensi Pengembangan Alternatif Komoditas dan Sumber Mata
Pencaharian (R.3.3) pada KHG S. Alekikos Bakian – S. Ifuleki Bian-------------------- 151
Tabel-83. Sasaran Tindakan Restorasi pada KHG KHG S. Alekikos Bakian – S. Ifuleki Bian --- 151
Tabel-84. Pelaksana Tindakan Restorasi pada KHG S. Aleki Male – S. Ifuleki Bian ------------- 152
Tabel-85. Matrik Arahan Tindakan Rewetting pada KHG S. Alekikos Bakian – S. Ifuleki Bian 153
Tabel-86. Matriks Arahan Tindakan Revitalisasi pada KHG S. Alekikos Bakian – S. Ifuleki
Bian -------------------------------------------------------------------------------------------------- 153
Tabel-87. Satuan Lahan Restorasi Gambut (SLRG) pada KHG S. Alekikosi Digoel – S. Aleki
Seme ------------------------------------------------------------------------------------------------ 155
Tabel-88. Pelaksana Restorasi Gambut /UPRG pada KHG S. Alekikosi Digoel – S. Aleki Seme 156
Tabel-89. Kegiatan dalam Program Peningkatan Kapasitas Kelembagaan dan SDM (R.3.2) - 168
Tabel-90. Gambaran Potensi Pengembangan Alternatif Komoditas dan Sumber Mata
Pencaharian (R.3.3) pada KHG S. Alekikosi Digoel – S. Aleki Seme ------------------- 155
169
Tabel-91. Sasaran Tindakan Restorasi pada KHG S. Alekikosi Digoel – S. Aleki Seme --------- 160
Tabel-92. Pelaksana Tindakan Restorasi pada KHG S. Alekikosi Digoel – S. Aleki Seme ------ 170
Tabel-93. Matriks Arahan Tindakan Restorasi Gambut pada KHG S. Alekikos Digoel – S.
Aleki Seme ----------------------------------------------------------------------------------------- 171
Tabel-94. Matriks Arahan Tindakan Revitalisasi pada KHG S. Alekikos Digoel – S. Aleki
Seme ------------------------------------------------------------------------------------------------ 172
Tabel-95. Satuan Lahan Restorasi Gambut (SLRG) pada KHG S. Buru Mappi – S. Buru Obaa 174
Tabel-96. Pelaksana Restorasi Gambut / UPRG pada KHG S. Buru Mappi – S. Buru Obaa --- 175
Tabel-97. Kegiatan dalam Program Peningkatan Kapasitas Kelembagaan dan SDM (R.3.2) - 189
Tabel-98. Sasaran Tindakan Restorasi pada KHG S. Buru Mappi – S. Buru Obaa --------------- 194
Tabel-99. Pelaksana Tindakan Restorasi pada KHG S. Buru Mappi – S. Buru Obaa ------------ 196
Tabel-100. Matriks Arahan Tindakan Rewetting pada KHG S. Buru Mappi – S. Buru Obaa. --- 198
Tabel-101. Matriks Arahan Tindakan Revitalisasi pada KHG S. Buru Mappi – S. Buru Obaa -- 199
Tabel-102. Satuan Lahan Restorasi Gambut (SLRG) pada KHG S. Ferkame – S. Orei ----------- 204
Tabel-103. Pelaksana Restorasi Gambut/UPRG pada KHG S. Ferkame – S. Orei ----------------- 205
Tabel-104. Satuan Lahan Restorasi Gambut (SLRG) pada KHG S. Ifuleki Bian – S. Lekiage
Sentuf ----------------------------------------------------------------------------------------------- 210
Tabel-105. Pelaksana Restorasi Gambut/UPRG pada KHG S. Ifuleki Bian – S. Lekiage Sentuf 211
Tabel-106. Kegiatan dalam Program Peningkatan Kapasitas Kelembagaan dan SDM (R.3.2)
pada KHG S. Ifuleki Bian – S. Lekiage Sentuf ----------------------------------------------- 224
xi
RENCANA TINDAKAN TAHUNAN PROVINSI PAPUA 2019 xi
DAFTAR TABEL
Rencana Tindakan Tahunan (RTT) Provinsi Papua Tahun 2019
xii
xii RENCANA TINDAKAN TAHUNAN PROVINSI PAPUA 2019
DAFTAR TABEL
Rencana Tindakan Tahunan (RTT) Provinsi Papua Tahun 2019
xiii
RENCANA TINDAKAN TAHUNAN PROVINSI PAPUA 2019 xiii
DAFTAR GAMBAR
Rencana Tindakan Tahunan (RTT) Provinsi Papua Tahun 2019
DAFTAR GAMBAR
xiv
xiv RENCANA TINDAKAN TAHUNAN PROVINSI PAPUA 2019
DAFTAR PETA
Rencana Tindakan Tahunan (RTT) Provinsi Papua Tahun 2019
DAFTAR PETA
xv
RENCANA TINDAKAN TAHUNAN PROVINSI PAPUA 2019 xv
DAFTAR PETA
Rencana Tindakan Tahunan (RTT) Provinsi Papua Tahun 2019
Peta-40. Peta Arahan Tindakan Revitalisasi pada KHG S. Ifuleki Bian – S. Dalik. ------------ 241
Peta-41. Peta SLRG pada KHG S. Ifuleki Onam – S. Fly -------------------------------------------- 250
Peta-42. Peta UPRG pada KHG S. Ifuleki Onam – S. Fly ------------------------------------------- 251
Peta-43. Peta Arahan Tindakan Revegetasi pada KHG S. Ifuleki Onam – S. Fly -------------- 254
Peta-44. Peta Arahan Tindakan Revitalisasi pada KHG S. Ifuleki Onam – S. Fly ------------- 260
xvi
xvi RENCANA TINDAKAN TAHUNAN PROVINSI PAPUA 2019
DAFTAR LAMPIRAN
Rencana Tindakan Tahunan (RTT) Provinsi Papua Tahun 2019
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran-1. Rekapitulasi Database Hasil Survey Lapangan Biofisik dari Masing-Masing KHG
Sasaran.
Lampiran-2. Rekapitulasi Database Hasil Survey Lapangan Sosial Ekonomi dan Budaya dari
Masing-Masing KHG Sasaran.
Lampiran-3. Teknis Analisis Pemilihan Alternatif Komoditas dan Sumber Mata Pencaharian.
xvii
RENCANA TINDAKAN TAHUNAN PROVINSI PAPUA 2019 xvii
DAFTAR LAMPIRAN PETA
Rencana Tindakan Tahunan (RTT) Provinsi Papua Tahun 2019
Lampiran Peta-1. Peta KHG Sungai Buru Mappi - Sungai Buru Obaa, RTT Provinsi Papua 2019
(NLP 3309-31).
Lampiran Peta-2. Peta KHG Sungai Buru Mappi - Sungai Buru Obaa, RTT Provinsi Papua 2019
(NLP 3309-32).
Lampiran Peta-3. Peta KHG Sungai Buru Mappi - Sungai Buru Obaa, RTT Provinsi Papua 2019
(NLP 3309-33).
Lampiran Peta-4. Peta KHG Sungai Buru Mappi - Sungai Buru Obaa, RTT Provinsi Papua 2019
(NLP 3309-34).
Lampiran Peta-5. Peta KHG Sungai Buru Mappi - Sungai Buru Obaa, RTT Provinsi Papua 2019
(NLP 3309-61).
Lampiran Peta-6. Peta KHG Sungai Buru Mappi - Sungai Buru Obaa, RTT Provinsi Papua 2019
(NLP 3309-62).
Lampiran Peta-7. Peta KHG Sungai Buru Mappi - Sungai Buru Obaa, RTT Provinsi Papua 2019
(NLP 3309-64).
Lampiran Peta-8. Peta KHG Sungai Buru Mappi - Sungai Buru Obaa, RTT Provinsi Papua 2019
(NLP 3310-31).
Lampiran Peta-9. Peta KHG Sungai Buru Mappi - Sungai Buru Obaa, RTT Provinsi Papua 2019
(NLP 3310-32).
Lampiran Peta-10. Peta KHG Sungai Buru Mappi - Sungai Buru Obaa, RTT Provinsi Papua 2019
(NLP 3310-33).
Lampiran Peta-11. Peta KHG Sungai Buru Mappi - Sungai Buru Obaa, RTT Provinsi Papua 2019
(NLP 3310-34).
Lampiran Peta-12. Peta KHG Sungai Ferkame - Sungai Orei, RTT Provinsi Papua 2019 (NLP
3314-21).
Lampiran Peta-13. Peta KHG Sungai Ifuleki Bian - Sungai Dalik, RTT Provinsi Papua 2019 (NLP
3408-24).
Lampiran Peta-14. Peta KHG Sungai Aleki Male - Sungai Ifuleki Bian, KHG Sungai Alekikos
Bakian - Sungai Ifuleki Bian, KHG Sungai Ifileki Bian - Sungai Lekiage Sentuf,
KHG Sungai Ifuleki Bian - Sungai Dalik, RTT Provinsi Papua 2019 (NLP 3408-
52).
Lampiran Peta-15. Peta KHG Sungai Alekikosi Digoel - Sungai Aleki Seme, RTT Provinsi Papua
2019 (NLP 3408-53).
Lampiran Peta-16. Peta KHG Sungai Aleki Male - Sungai Ifuleki Bian, KHG Sungai Alekikosi
Digoel - Sungai Aleki Seme, RTT Provinsi Papua 2019 (NLP 3408-54).
Lampiran Peta-17. Peta KHG Sungai Alekikosi Digoel - Sungai Aleki Seme, RTT Provinsi Papua
2019 (NLP 3409-21).
Lampiran Peta-18. Peta KHG Sungai Alekikosi Digoel - Sungai Aleki Seme, RTT Provinsi Papua
2019 (NLP 3409-22).
xviii
xviii RENCANA TINDAKAN TAHUNAN PROVINSI PAPUA 2019
DAFTAR LAMPIRAN PETA
Rencana Tindakan Tahunan (RTT) Provinsi Papua Tahun 2019
Lampiran Peta-19. Peta KHG Sungai Ifuleki Onam - Sungai Fly, RTT Provinsi Papua 2019 (NLP
3409-32).
Lampiran Peta-20. Peta KHG Sungai Ifuleki Onam - Sungai Fly, RTT Provinsi Papua 2019 (NLP
3409-33).
Lampiran Peta-21. Peta KHG Sungai Ifuleki Onam - Sungai Fly, RTT Provinsi Papua 2019 (NLP
3409-34).
Lampiran Peta-22. Peta KHG Sungai Buru Mappi - Sungai Buru Obaa, RTT Provinsi Papua 2019
(NLP 3409-41).
Lampiran Peta-23. Peta RTT Per KHG Sasaran.
xix
RENCANA TINDAKAN TAHUNAN PROVINSI PAPUA 2019 xix
BAB I Pendahuluan
Rencana Tindakan Tahunan (RTT) Provinsi Papua Tahun 2019
BAB-I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Indonesia memiliki lahan gambut tropis terluas di dunia, yaitu sekitar 21 juta ha yang tersebar di
pulau Sumatera, Kalimantan dan Papua (Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Sumber
Daya Lahan Pertanian, 2008 dalam Agus dan Subiksa, 2008). Pembentukan gambut
menunjukkan lambatnya laju dekomposisi bahan organik karena kondisi yang tergenang air
(anaerob), sehingga terjadi penumpukan bahan organik. Ekosistem gambut dicirikan dengan
sifat yang rapuh/fragile atau mempunyai sifat yang mudah rusak/terdegradasi.
Fenomena degradasi ekosistem gambut disebabkan oleh beberapa faktor, antara lain alih fungsi
lahan, deforestasi, penebangan ilegal, kebakaran hutan, banjir, dan lainnya. Dengan adanya
kegiatan yang menyebabkan kerusakan gambut tersebut, maka terbitlah Peraturan Menteri
Lingkungan Hidup dan Kehutanan No. 16/Menlhk/Setjen/Kum.1/2/2017 tentang Pedoman
Teknis Pemulihan Fungsi Ekosistem Gambut. Di dalam aturan tersebut disebutkan bahwa
ekosistem gambut dinilai rusak/terdegradasi jika melampaui kriteria baku kerusakan, yaitu
terdapat drainase buatan, tereksposnya sedimen berpirit dan/atau kuarsa di bawah lapisan
gambut, terjadinya pengurangan luas dan/atau volume tutupan lahan, serta muka air tanah di
lahan gambut lebih dari 0,4 meter di bawah permukaan gambut pada titik penataan.
Dalam rangka percepatan pemulihan kawasan dan pengembalian fungsi hidrologis gambut
akibat kebakaran hutan dan lahan secara khusus, sistematis, terarah, terpadu dan menyeluruh
maka Presiden membentuk Badan yang akan melaksanakan kegiatan Restorasi Gambut. Hal
tersebut menjadi dasar terbitnya Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 1 Tahun 2016
tentang Badan Restorasi Gambut. Badan Restorasi Gambut menyelenggarakan fungsi:
1. Pelaksanaan koordinasi dan penguatan kebijakan pelaksanaan restorasi gambut;
2. Perencanaan, pengendalian dan kerja sama penyelenggaraan restorasi gambut;
3. Pemetaan Kesatuan Hidrologis Gambut (KHG);
4. Penetapan zonasi fungsi lindung dan fungsi budidaya;
5. pelaksanaan konstruksi infrastruktur pembasahan (Rewetting) gambut dan segala
kelengkapannya;
6. Penataan ulang pengelolaan areal gambut terbakar;
7. Pelaksanaan sosialisasi dan edukasi restorasi gambut;
8. Pelaksanaan supervisi dalam konstruksi, operasi dan pemeliharaan infrastruktur di lahan
konsesi; dan
9. Pelaksanaan fungsi lain yang diberikan oleh Presiden.
Hal -1
RENCANA TINDAKAN TAHUNAN PROVINSI PAPUA 2019 1
BAB I Pendahuluan
Rencana Tindakan Tahunan (RTT) Provinsi Papua Tahun 2019
Selain fungsi yang telah disebutkan di atas, Badan Restorasi Gambut mempunyai tugas
mengkoordinasi dan memfasilitasi restorasi gambut di 7 provinsi di Indonesia, salah satunya
adalah Provinsi Papua. Sejalan dengan hal tersebut, telah dilakukan pemetaan KHG di Provinsi
Papua dan diperoleh hasil sebagaimana tertuang dalam Keputusan Menteri Lingkungan Hidup
dan Kehutanan No. SK.129/MENLHK/SETJEN/PKL.0/2/2017 dan No. SK.130/MENLHK/SETJEN/
PKL.0/2/2017 bahwa di Provinsi Papua terdapat 233 (dua ratus tiga puluh tiga) KHG.
Pada tahun ini, Badan Restorasi Gambut menyusun Rencana Tindakan Tahunan (RTT) Provinsi
Papua untuk 8 (delapan) KHG Sasaran yaitu :
1. KHG Sungai Aleki Male - Sungai Ifuleki Bian (KHG.91.01.06) seluas ± 4.011 ha (merupakan
fungsi lindung) terletak di Kabupaten Merauke.
2. KHG Sungai Alekikos Bakian - Sungai Ifuleki Bian (KHG.91.01.08) seluas ± 2.133 ha (merupakan
fungsi lindung) terletak di Kabupaten Merauke.
3. KHG Sungai Alekikosi Digoel - Sungai Aleki Seme (KHG.91.16-01.01) seluas ± 25.521 ha (fungsi
lindung = 6.195 ha dan fungsi budidaya = 19.326 ha) terletak di Kabupaten Boven Digoel.
4. KHG Sungai Buru Mappi - Sungai Buru Obaa (KHG.91.18-17.01) seluas ± 402.643 ha (fungsi
lindung = 159.927 ha dan fungsi budidaya = 242.716 ha) terletak di Kabupaten Asmat dan
Mappi.
5. KHG Sungai Ferkame - Sungai Orei (KHG.91.10.06) seluas ± 13.241 ha (fungsi lindung = 5.429
ha dan fungsi budidaya = 7.812 Ha) terletak di Kabupaten Sarmi.
6. KHG Sungai Ifuleki Bian - Sungai Lekiage Sentuf (KHG.91.01.07) seluas ± 6.950 ha (fungsi
lindung = 6.682 Ha dan fungsi budidaya = 267 ha) terletak di Kabupaten Merauke.
7. KHG Sungai Ifuleki Bian - Sungai Dalik (KHG.91.01.09) seluas ± 1.421 ha (fungsi lindung = 948 ha
dan fungsi budidaya = 474 ha) terletak di Kabupaten Merauke.
8. KHG Sungai Ifuleki Onam - Sungai Fly (KHG.91.01.13) seluas ± 11.890 ha (fungsi lindung = 2.689
ha dan fungsi budidaya = 9.201 ha) terletak di Kabupaten Merauke dan Boven Digoel.
Maksud RTT Provinsi Papua tahun 2019 adalah untuk memberikan arahan restorasi, panduan
pelaksanaan restorasi serta panduan pencapaian target restorasi pada KHG sasaran 2019.
Penyusunan
Penyusunan RTT
RTTProvinsi
ProvinsiJambi
Papuatahun 2019
tahun bertujuan
2019 agar pelaksanaan
adalah tersedianya restorasi
arahan tindakandi Provinsi
restorasiPapua
yang
sesuai arahan tindakan dan dapat mencapai target restorasi yang ditetapkan sesuai
meliputi pembasahan kembali gambut (R1/Rewetting), penanaman kembali area gambut ketentuan
peraturan perundangan.
terbuka (R2/Revegetation), dan pemulihan daya dukung sosial ekonomi (R3/Revitalization).
Hal -2
2 RENCANA TINDAKAN TAHUNAN PROVINSI PAPUA 2019
BAB I Pendahuluan
Rencana Tindakan Tahunan (RTT) Provinsi Papua Tahun 2019
C. Output
D. RUANG LINGKUP
Ruang lingkup kegiatan penyusunan Dokumen RTT Provinsi Papua Tahun 2019:
1. Identifikasi arahan kegiatan pembasahan yang terdiri dari penempatan titik lokasi
pembangunan sumur bor, titik lokasi sekat kanal dan/atau penimbunan kanal.
2. Identifikasi arahan kegiatan penanaman kembali dengan kajian berdasarkan penutupan
lahan sebagai dasar penetapan tipe revegetasi yang berupa penanaman pola maksimal,
pengkayaan dan suksesi alami.
3. Identifikasi arahan tindakan peningkatan ketahanan ekonomi sosial yang meliputi kegiatan
identifikasi Desa Peduli Gambut (DPG), pelaksanaan kegiatan dalam DPG, pembangunan
alternatif komoditas dan sumber mata pencaharian serta peningkatan kelembagaan
masyarakat DPG.
4. Identifikasi areal terdampak.
5. Identifikasi pembiayaan restorasi.
RTT Restorasi Gambut yang tertuang di dalam dokumen ini masih mengandung beberapa
kelemahan, diantaranya yaitu yang berhubungan dengan validitas data::
Hal -3
RENCANA TINDAKAN TAHUNAN PROVINSI PAPUA 2019 3
BAB I Pendahuluan
Rencana Tindakan Tahunan (RTT) Provinsi Papua Tahun 2019
Sehubungan dengan hal tersebut untuk dapat dilaksanakan di lapangan, masih diperlukan
kajian dan analisis lanjutan dalam skala yang lebih detail skala tapak. Beberapa kajian dan
analisis yang diperlukan antara lain adalah::
1. Sinkronisasi program restorasi oleh berbagai pihak, baik instansi Pemerintah (pusat dan
daerah), perusahaan swasta, atau masyarakat secara mandiri.
2. Penyusunan Survey Investigation Design (SID) dan Detailed Engineering Design (DED) yang
terkait dengan pembangunan fisik.
3. di Awal
Pelaksanaan Persetujuan Atas Dasar Informasi Di Awal Tanpa Paksaan (PADIATAPA) untuk
program terkait revitalisasi (R3).
4. Penyusunan Rancangan Teknis (Rantek) kegiatan Revegetation (R2).
Hal -4
4 RENCANA TINDAKAN TAHUNAN PROVINSI PAPUA 2019
BAB II Metodologi
Rencana Tindakan Tahunan (RTT) Provinsi Papua Tahun 2019
BAB-II
METODOLOGI
A. PENGUMPULAN DATA
Pengumpulan data sekunder dilakukan mulai tahap persiapan, survei pendahuluan, dan
survei utama. Pengumpulan data sekunder dilakukan di beberapa instansi yang terkait
dengan pelaksanaan pekerjaan.
Data sekunder telah mulai dikumpulkan pada saat survei pendahuluan, yang dilaksanakan
pada minggu kedua bulan Agustus 2018. Adapun survei utama dilakukan pada bulan
September-Oktober 2018. Data sekunder yang dikumpulkan pada saat survei utama
meliputi seluruh kekurangan dan update data awal (kekurangan, koreksi, dll) yang belum
berhasil dikumpulkan, ditambah beberapa data lain yang relevan. Gambaran teknis
pengumpulan data sekunder disajikan pada Tabel-1.
Sumber Data /
No Jenis Data Lokasi Pengambilan data
Rujukan
17. Kabupaten Mappi Dalam Angka BPS • Badan Pusat Statistik
18. Kabupaten Sarmi Dalam Angka BPS • Badan Pusat Statistik
19. Kecamatan/Distrik Dalam Angka BPS • Badan Pusat Statistik
20. Profil Desa (Kampung) / Monografi Kantor Desa (Kampung) Kantor Desa (Kampung)
Desa (Kampung)
21. Data Lainnya yang Relevan (Iklim, • Sesuai dengan wali data • Sesuai dengan wali data yang
dll) berwenang
Pengumpulan data primer dilakukan pada tahap survei pendahuluan dan survei utama.
Jenis data primer yang dikumpulkan disajikan pada Tabel-2.
Teknik pengumpulan data terdiri dari wawancara dan Focus Group Discussion (FGD).
a. Wawancara
Informan kunci adalah seseorang yang dianggap menguasai informasi dan atau terkait
langsung dengan pengelolaan dan restorasi gambut. Mereka juga merupakan orang
yang dianggap mewakili kelompok yang lebih besar. Pemilihan juga dikaitkan dengan
penguasaan atas topik yang menjadi tema pertanyaan dalam hal ini permasalahan yang
berkaitan pengelolaan dan restorasi gambut.
Focus Group Discussion (FGD) yang dilakukan pada kegiatan RTT ini dalam suasana
formal dengan melibatkan beberapa informan sekaligus yang mewakili perwakilan
unsur pemerintah, pengusaha, masyarakat dan Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM)
setempat. FGD adalah suatu proses pengumpulan data dan informasi yang sistematis
mengenai suatu permasalahan tertentu yang spesifik melalui diskusi kelompok. Dengan
demikian data yang digunakan/dianalisis akurat.
Para pihak yang terlibat di dalam FGD adalah Tim Penyusun, Moderator, Narasumber,
dan Peserta. Secara keseluruhan para pihak yang terlibat pada FGD, yaitu:
d) Bappeda Kabupaten;
e) Dinas Lingkungan Hidup / BLHD;
f) UPT Bidang Kehutanan
g) Perguruan tinggi / Litbang (nara sumber / peserta);
h) Camat;
i) Kepala Desa (Kampung);
j) Tokoh masyarakat;
k) Perwakilan Masyarakat;
l) Pengusaha;
m) Lembaga Swadaya Masyarakat.
Narasumber dipilih personal yang memiliki kualifikasi baik pada bidang kehutanan /
lingkungan hidup / gambut / hidrologi/sosial ekonomi budaya/ antropologi/ sosiologi.
1) Aspek Biofisik
(a) Pengambilan data primer plot contoh biofisik, secara umum meliputi :
- Verifikasi Jenis tanah (gambut / non gambut),
- Kedalaman gambut;
- Kematangan gambut;
- Kemiringan lereng;
- Ketinggian tempat;
- Pengukuran pH tanah;
- Pengukuran pH air;
- Pengujian keberadaan pirit;
- Keberadaan bekas-bekas kebakaran;
- Pengelolaan gambut yang telah dilakukan oleh para pihak;
No Parameter yang Diamati Teknis Pengamatan Alat dan Bahan yang Digunakan
Lokasi pengambilan plot sampel pada aspek biofisik disajikan pada Peta-1.
Plot sampel pada saat pelaksanaan lapangan dapat diubah/digeser sesuai
pertimbangan kondisi lapangan.
c) Penggunaan Drone
Pada saat survei utama juga dilakukan perekaman data biofisik dengan
menggunakan pesawat drone. Penggunaan pesawat drone diutamakan pada
bagian-bagian areal yang sulit dijangkau. Data yang direkam dengan drone ini
akan sangat bermanfaat dalam melakukan verifikasi berbagai data tapak
lapangan, yaitu:
(a) Verifikasi penutupan lahan;
(b) Verifikasi kebakaran hutan dan lahan;
(c) Verifikasi pemukiman.
11
Hal -11
BAB II Metodologi
Rencana Tindakan Tahunan (RTT) Provinsi Papua Tahun 2019
14
RENCANA TINDAKAN TAHUNAN PROVINSI PAPUA 2019
Peta-2 Peta Realisasi Pengamatan Lapangan pada Aspek Sosial Ekonomi Budaya
Hal -14
BAB II Metodologi
Rencana Tindakan Tahunan (RTT) Provinsi Papua Tahun 2019
B. ANALISIS DATA
2. Analisis Citra
Klasifikasi berdasarkan tutupan lahan menggunakan data sekunder dari KLHK 2017 yang
diupdate dari citra SPOT5/GoogleEarth dibedakan menjadi 22 kelas, yaitu (1) Hutan Lahan
Kering Primer, (2) Hutan Lahan Kering Sekunder, (3) Hutan Rawa Primer, (4) Hutan Rawa
Sekunder, (5) Hutan Mangrove Primer, (6) Hutan Mangrove Sekunder, (7) Hutan Tanaman,
(8) Semak/Belukar, (9) Perkebunan, (10) Pemukiman, (11) Tanah Terbuka, (12) Savana, (13)
Tubuh Air (14) Transmigrasi, (15) Belukar Rawa, (16) Pertanian Lahan Kering, (17) Pertanian
lahan Kering Campuran, (18) Sawah, (19) Tambak, (20) Lapangan Udara, (21)
Pertambangan dan (22) Rawa.
1) Tutupan tajuk yang rapat yaitu tajuk pohon yang saling menutupi pada kondisi jarak
antar pohon rapat. Areal dengan tutupan tajuk baik mengindikasikan bahwa areal
tersebut intensitas pemanfaatannya rendah, sehingga kondisi lahan gambut masih
alami atau mendekati kondisi alaminya. Kondisi tutupan tajuk rapat meliputi
penutupan: (1) Hutan Lahan Kering Primer, (2) Hutan Rawa Primer, dan (3) Hutan
Mangrove Primer.
2) Tutupan tajuk sedang yaitu tajuk pohon yang kurang saling menutupi pada kondisi
jarak antar pohon relatif lebih jauh. Areal dengan tutupan tajuk sedang
mengindikasikan bahwa areal tersebut cukup dinamik dan intensitas
pemanfaatannya cukup tinggi. Penutupan/penggunaan lahan yang direklasifikasi
menjadi tutupan tajuk sedang adalah: (1) Hutan Lahan Kering Sekunder, (2) Hutan
Rawa Sekunder, (3) Hutan Mangrove Sekunder, (4) Perkebunan (Pb), (5) Kebun
Campuran (Kc) dan (6) Semak belukar (Sb).
3) Tutupan tajuk terbuka yaitu areal yang tidak atau sedikit tutupan tajuknya karena
areal tersebut tidak atau sedikit memiliki pohon. Areal dengan tutupan tajuk jarang
mengindikasikan bahwa areal tersebut sangat dinamik dan intensitas
pemanfaatannya tinggi. Penutupan/penggunaan lahan yang direklasifikasi menjadi
tutupan tajuk terbuka adalah: (1) Pemukiman, (2) Tanah Terbuka, (3) Savana, (4)
Tubuh Air (5) Transmigrasi, (6) Belukar Rawa, (7) Pertanian Lahan Kering, (6)
Pertanian lahan kering campuran, (9) Sawah, (10) Tambak, (11) Lapangan Udara, (12)
Pertambangan dan (13) Rawa.
Lahan gambut dinilai berperan besar terhadap kehidupan masyarakat apabila terdapat
kondisi sebagai berikut:
Atas dasar peran lahan gambut terhadap kehidupan masyarakat maka perlu dilakukan
analisis mengenai Pembentukan Desa/Kampung Peduli Gambut (DPG)/R.3.1, Peningkatan
Kelembagaan/R.3.2, dan Pembangunan alternatif komoditas dan mata pencaharian/R.3.3 .
Tujuan pembentukan DPG adalah untuk penguatan kapasitas, fungsi, dan peran
kelembagaan lokal sehingga dapat mensinergikan pelaksanaan berbagai program
dan kegiatan pembangunan dari berbagai sektor dan pihak (multi sektor dan multi
pihak) dalam rangka untuk mendorong dan meningkatkan perbaikan fungsi
ekosistem rawa dan juga termasuk ekosistem DAS, kemandirian ekonomi
masyarakat kampung, ketahanan institusi sosial, serta memperteguh kebhinekaan
dan memperkuat restorasi sosial Indonesia.
Tabel-7. Kegiatan dalam Program Peningkatan Kapasitas Kelembagaan dan SDM (R.3.2)
Kode
No. Program Peningkatan Kapasitas Kelembagaan dan SDM (R.3.2)
Kegiatan
1 Identifikasi stakeholders/aktor dan local champion 1
2 Sosialisasi kegiatan restorasi gambut kepada masyarakat kampung 2
3 Pembentukan dan/atau pembinaan BUMDes/Kam 3
4 Pembentukan dan/atau pembinaan Lembaga Masyarakat Adat (LMA) 4
5 Pembentukan dan/atau pembinaan Poktan/Pokdatan/Pokdarwis 5
67 Penyusunan AD/ART BUMDes/Kam, LMA, Poktan/Pokdatan/Pokdarwis 6
7. Penyusunan rencana kerja tahunan kelembagaan BUMDes/Kam, LMA, 7
Poktan/Pokdatan/Pokdarwis
8 Pelatihan tata kelola dan manajemen/keuangan BUMDes/Kam, LMA, 8
Poktan/Pokdatan/Pokdarwis
9 Pendampingan tata kelola dan manajemen/keuangan kelembagaan BUMDes/Kam, 9
LMA, Poktan/Pokdatan/Pokdarwis
10 Menggali gagasan dan peluang kerja sama antar kelembagaan yang ada 10
11 Inisiasi penyusunan peraturan kampung yang dapat mendukung program pelestarian 11
lingkungan hidup
12 Inisiasi revisi RPJMDes/Kam yang memasukkan program pelestarian lingkungan hidup 12
13 Pelatihan tata kelola pemerintahan kampung yang baik 13
14 Studi banding dan sosialisasi success story mengenai tata kelola manajemen/ 14
keuangan kelembagaan BUMDes/Kam, LMA, Poktan/Pokdatan/Pokdarwis
15 Identifikasi potensi pengembangan komoditas unggulan dan ekowisata kampung 15
untuk pengembangan mata pencaharian
16 Pelatihan budidaya pertanian tanpa bakar dan paludikultur, peternakan, perikanan 16
air tawar (kolam, keramba, rawa dan sungai), dan wanatani
17 Pelatihan pengolahan hasil pertanian, peternakan, perikanan air tawar, dan 17
kehutanan
18 Pelatihan manajemen usaha produktif masyarakat kampung 18
19 Pelatihan pengelolaan ekowisata berbasis sumber daya alam dan lingkungan hidup 19
kampung (rawa, hutan, dan DAS)
20 Pendampingan usaha produktif masyarakat kampung 20
Hal -19
RENCANA TINDAKAN TAHUNAN PROVINSI PAPUA 2019 19
BAB II Metodologi
Rencana Tindakan Tahunan (RTT) Provinsi Papua Tahun 2019
5. Analisis Konflik
a. Pembuatan SLRG
Pembuatan peta satuan lahan restorasi gambut (SLRG) didasarkan pada hasil overlay /
tumpang susun dari berbagai peta, yaitu:
1) Peta Kesatuan Hidologis Gambut
2) Peta Fungsi Ekosistem Gambut
3) Peta Indikatif Restorasi Gambut
4) Peta Kebakaran Hutan dan Lahan
5) Peta Kerapatan Tajuk Penutupan Lahan
Setiap satuan SLRG akan diberi kode dengan menginduk kepada kode KHG. Dengan
demikian diharapkan seluruh SLRG dapat dikenali dengan mudah.
b. Pembuatan UPRG
Penetapan unit pelaksana restorasi gambut (UPRG) didasarkan pada tumpang susun
antara peta SLRG dengan beberapa peta, yaitu:
1) Peta Kawasan Hutan
2) Peta Kesatuan Pengelolaan Hutan Produksi / Lindung (KPHP / KPHL)
3) Peta Administrasi Pemerintahan (Bappeda, Dinas Kehutanan, dll)
4) Peta Izin Usaha Pemanfaatan Hutan (HA / HT / RE)
5) Peta Izin Usaha Perkebunan (HGU) dan Peta IUP
6) Peta Kawasan Konservasi
7) Hutan Desa / HTR / HKm
8) Hutan Adat / Ulayat
Penetapan UPRG akan didasarkan pada status areal berdasarkan hak pengelolaannya,
dengan ketentuan sebagai berikut:
1) Pada areal yang dibebani izin (IUPHHK-HA / IUPHHK-HT, IUPHHK-RE / HGU / IUP,
HD, Hkm, HTR, HA), UPRG-nya adalah instansi / perusahaan pemegang izinnya.
2) Pada areal kawasan konservasi (taman nasional, suaka alam, suaka margasatwa,
hutan raya / hutan kota, dll), UPRG-nya adalah Kementerian Lingkungan Hidup
dan Kehutanan (KLHK), c.q Direktorat Jenderal Konservasi Sumber Daya Alam dan
Ekosistem (KSDAE).
3) Pada areal kawasan hutan lindung dan hutan produksi (hutan produksi tetap,
hutan produksi terbatas dan hutan produksi yang dapat dikonversi), UPRG-nya
adalah Dinas Kehutanan Provinsi/Kesatuan Pemangkuan Hutan Produksi (KPHP)
Kesatuan Pemangkuan Hutan Lindung (KPHL).
4) Pada areal penggunaan lain (APL) yang tidak dibebani izin, UPRG-nya adalah
Pemerintah daerah (Provinsi / Kabupaten).
Penentuan arahan tindakan restorasi didasarkan pada SLRG, di mana unsur kondisi
yang dijadikan pertimbangan terutama adalah :
1) Status / fungsi KHG Sasaran (lindung / budi daya)
2) Kejadian kebakaran (terbakar / tidak terbakar)
3) Penutupan lahan (terbuka / tertutup jarang / tertutup rapat)
4) Kondisi sosial ekonomi masyarakat (ketergantungan masyarakat terhadap hasil
hutan / hasil pertanian budi daya / perikanan, dll
5) Sebaran spasial SLRG
6) Aspirasi masyarakat yang relevan dan sesuai dengan peraturan yang berlaku.
Hal -21
RENCANA TINDAKAN TAHUNAN PROVINSI PAPUA 2019 21
BAB II Metodologi
Rencana Tindakan Tahunan (RTT) Provinsi Papua Tahun 2019
Acuan / arahan dasar penetapan tindakan restorasi disajikan pada matriks arahan
tindakan restorasi pada skala SRLG disajikan pada Tabel-8 (Matriks Arahan Tindakan
Restorasi pada skala SLRG).
Adapun teknik rencana tindakan restorasi terdiri dari tindakan pembasahan kembali
(Rewetting), R.1, penanaman kembali (Revegetation), R.2 dan Revitalization ,R.3.
Jenis-jenis tanaman asli yang dapat digunakan untuk kegiatan Revegetation tercantum
dalam Lampiran Peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan No.
P.16/Menlhk/Setjen/ Kum.1/2/2017 tentang Pedoman Teknis Pemulihan Fungsi
Ekosistem Gambut.
BAB II Metodologi
Identifikasi
Rencana Tindakan Tahunan dan
(RTT) Provinsi pemetaan
Papua aktor/stakeholders
Tahun 2019 diperlukan sebagai langkah awal
atau prakondisi sebelum dilaksanakannya program dan kegiatan restorasi
gambut. Hal ini untuk melihat pihak yang terkait langsung dan pihak yang
pendekatan
terkena dampakkepentingan (interest) dan
dari implementasi pengaruh
kebijakan (power) yang
dan program dimiliki
restorasi oleh
gambut.
setiap aktor/stakeholders.
Identifikasi dan pemetaanMenurut dapat stakeholders
Mendelow (1991),
aktor/stakeholders dilakukan dengandapat
dikategorikan menjadi 4 (empat)
pendekatan kepentingan kategori:
(interest) dan pengaruh (power) yang dimiliki oleh
1. Stakeholders
setiap A (Crowd/Pengikut
aktor/stakeholders. Lain). Stakeholders
Menurut Mendelow (1991), ini memiliki tingkat
stakeholders dapat
kepentingan
dikategorikan (interest)
menjadi 4 (empat)dan kategori:
pengaruh (power) yang rendah. Walaupun
1. tingkat kepentingan
Stakeholders dan pengaruhLain).
A (Crowd/Pengikut rendah, stakeholders
yang Stakeholders kategori
ini memiliki ini
tingkat
harus tetap dimonitor
kepentingan (interest)dan dijalin
dan komunikasinya
pengaruh (power) dengan baik. Walaupun
yang rendah.
2. Stakeholders
tingkat kepentingan B (Subjects/Subyek).
dan pengaruh yang rendah,Stakeholders dengan
stakeholders tingkat
kategori ini
kepentingan (interest) dan
harus tetap dimonitor yangdijalin
tinggi,komunikasinya
namun memiliki pengaruh
dengan baik. (power) yang
2. rendah. Stakeholders
Stakeholders ini memiliki kapasitas
B (Subjects/Subyek). yang rendah dalam
Stakeholders denganpencapaian
tingkat
tujuan, tetapi dapat menjadi berpengaruh apabila beraliansi
kepentingan (interest) yang tinggi, namun memiliki pengaruh (power) yang dengan
stakeholders lainnya. ini
rendah. Stakeholders Stakeholders ini sering
memiliki kapasitas yangbisa
rendahmembantu, sehingga
dalam pencapaian
hubungan baik harus
tujuan, tetapi dapatselalu dijaga.berpengaruh apabila beraliansi dengan
menjadi
3. Stakeholders C (Contest
stakeholders lainnya. setters/Pendukung).
Stakeholders Stakeholders
ini sering bisa membantu, ini sehingga
memiliki
tingkat
hubungan kepentingan (interest)
baik harus selalu yang rendah, namun memiliki pengaruh
dijaga.
3. (power) yang C
Stakeholders tinggi. Stakeholders
(Contest ini juga berpotensi
setters/Pendukung). menjadiinikeymemiliki
Stakeholders player,
sehingga perlu dipantau
tingkat kepentingan dan dikelola
(interest) yangdengan
rendah,baik.
namun memiliki pengaruh
4. Stakeholders D (Key player/Pemain Kunci). Stakeholders
(power) yang tinggi. Stakeholders ini juga berpotensi menjadi dengan
key tingkat
player,
kepentingan (interest) dan pengaruh
sehingga perlu dipantau dan dikelola dengan baik.(power) yang tinggi. Stakeholders ini
4. harus lebih aktif
Stakeholders D (Keydilibatkan secara penuh,
player/Pemain Kunci).termasuk dalamdengan
Stakeholders mengevaluasi
tingkat
berbagai
kepentingan kebijakan,
(interest) program, dan kegiatan
dan pengaruh (power)yang
yangterkait
tinggi.dengan restorasi
Stakeholders ini
gambut.
harus lebih aktif dilibatkan secara penuh, termasuk dalam mengevaluasi
berbagaiaktor/stakeholders
Kategori kebijakan, program, dan kegiatan yang terkait
berdasarkan dengan restorasi
Low Interest kepentingan dan pengaruh
High disajikan
gambut.
pada Gambar-1.
High
Low Interest High
C D
Contest Key Players/
High Setters/Pendukung Pemain Kunci
C D
Contest Key Players/
Power Setters/Pendukung Pemain Kunci
A
Power Crowd/Pengikut
B
Subjects/Subyek
Lain
Low A B
Crowd/Pengikut Subjects/Subyek
Lain B
Subjects/Subyek
Low
Sumber: Adopsi kategori stakeholders menurut Mendelow 1991, Stakeholders Mapping
B
Gambar-1. Kategori Aktor/Stakeholders berdasarkan
Subjects /Subyek Kepentingan dan Pengaruh
Sumber: Adopsi kategori stakeholders menurut Mendelow 1991, Stakeholders Mapping
Gambar-1. Kategori Aktor/Stakeholders berdasarkan Kepentingan dan Pengaruh
Hal -25
Hal -25
RENCANA TINDAKAN TAHUNAN PROVINSI PAPUA 2019 25
BAB II Metodologi
Rencana Tindakan Tahunan (RTT) Provinsi Papua Tahun 2019
Revitalization (R.3) merupakan salah satu atau bagian dari RTT Restorasi Gambut
pada KHG yang terdapat di Provinsi Papua, selain Pembasahan/Rewetting (R1) dan
Penanaman Kembali/Revegetation (R.2). Revitalization merupakan suatu upaya untuk
meningkatkan vitalitas (kehidupan) kawasan melalui peningkatan dan pembaharuan
kualitas lingkungan, dengan mempertimbangkan aspek sosial, ekonomi, budaya dan
karakteristik kawasan. Tindakan pemulihan dengan cara Revitalization dilakukan untuk
mengurangi dampak kegiatan restorasi kepada masyarakat.
Kerangka proses yang dituangkan dalam bentuk alur proses (flow chart) memberikan
gambaran secara keseluruhan proses penyusunan rumusan/rancangan program dan
kegiatan Revitalization, termasuk para pihak/stakeholders yang akan melaksanakan
program/kegiatan tersebut dan pelaksanaan monitoring dan evaluasi. Dalam kerangka
proses tersebut menggambarkan tahapan aktivitas yang harus dilakukan, kebutuhan
data, metode analisis yang akan digunakan, serta output dari masing-masing tahapan
kegiatan yang terdapat di dalamnya.
Tahapan proses yang harus dilakukan, kebutuhan data, metode analisis yang akan
digunakan, serta output dari masing-masing tahapan kegiatan yang terdapat di
dalamnya harus mampu menjawab kebutuhan dalam penyusunan rancangan
program/kegiatan Revitalisasi sosial ekonomi dan budaya bagi masyarakat di dalam
dan sekitar KHG yang terdampak dari kegiatan restorasi gambut pada KHG kajian yang
terdapat di Provinsi Papua. Data dan informasi yang digunakan sebagai input dalam
penyusunan program/kegiatan Revitalization dapat berupa data sekunder maupun
data primer hasil survei/observasi lapangan, wawancara, dan pelaksanaan FGD.
Pelaksanaan FGD dilaksanakan di tingkat kabupaten di 2 tempat, yaitu Kabupaten
Mappi dan Kabupaten Merauke.
Metode pengolahan dan gabungan analisis data yang digunakan harus mampu
mengambarkan/menjelaskan (deskripsi) antara lain:
1. Sebaran secara spasial dan karakteristik kampung gambut di dalam dan sekitar
KHG Papua;
2. Kondisi SDM, sosial budaya, kelembagaan, dan kearifan lokal yang hidup dan
tumbuh di dalam masyarakat;
3. Potensi konflik sosial dan konflik pemanfaatan SDA di dalam dan sekitar KHG
Sasaran;
4. Potensi SDA, sektor, komoditas unggulan serta infrastruktur pendukung di
dalam dan sekitar KHG sasaran; dan
5. Sumber mata pencaharian utama masyarakat kampung di dalam dan sekitar
KHG Sasaran.
Dalam pelaksanaan FGD di kabupaten (Mappi dan Merauke) dan juga konsultasi publik
di Provinsi Papua (Kota Jayapura) dapat menggunakan format WCM (World Cafe
Method) (The World Café Community Foundation, 2015). FGD dan konsultasi publik
dengan format World Cafe menjadi pilihan, karena metode terkini dan paling efektif
dan efisien dalam menampung informasi, dialog, saran dan pendapat dalam
membahas permasalahan yang kompleks. Teknik World Cafe mengandalkan dialog
yang kolaboratif serta pentingnya peran aktif peserta. Selain itu, World Cafe juga
merupakan teknik yang fleksibel dan adaptif, sehingga dapat digunakan dalam
berbagai konteks FGD atau konsultasi publik. Kerangka proses dalam bentuk flow
chart penyusunan program/kegiatan Revitalization disajikan pada Gambar-2.
28
RENCANA TINDAKAN TAHUNAN PROVINSI PAPUA 2019
Gambar-2. Kerangka Proses Penyusunan Program dan Kegiatan Revitalization dalam rangka Penyusunan RTT Provinsi Papua Tahun 2019
Hal -28
BAB II Metodologi
Rencana Tindakan Tahunan (RTT) Provinsi Papua Tahun 2019
Arahan tindakan R.3 ini dibuat untuk mendukung dan bersinergis dengan arahan
tindakan R.1 dan R.2. Program DPG adalah pembangunan desa berbasis lanskap
ekosistem gambut. Diharapkan program DPG akan meningkatkan ekonomi
masyarakat, ketahanan institusi sosial dan memperkuat restorasi. Penentuan arahan
tindakan R.3 ini mengacu pada Pedoman Pelaksanaan DPG BRG.
a) Rewetting (R.1)
Hal -29
RENCANA TINDAKAN TAHUNAN PROVINSI PAPUA 2019 29
BAB II Metodologi
Rencana Tindakan Tahunan (RTT) Provinsi Papua Tahun 2019
b) Revegetation (R.2)
Penetapan areal terdampak R.2 pada prinsipnya mencakup seluruh areal KHG yang
menjadi sasaran tindakan Revegetation baik Suksesi Alami (R.2.1), Pengkayaan
Tanaman (R.2.2) dan Penanaman Pola Maksimal (R.2.3) hanya sebatas pada tapak
tindakan Revegetation.
c) Revitalization (R.3)
Penetapan areal terdampak R.3 dilakukan dengan:
1) Identifikasi areal tergenangi yang menyebabkan terjadinya pengurangan
produktivitas lahan/tapak.
2) Mencakup areal pemukiman dimana masyarakatnya memiliki sumber
penghidupan (kebun dan HHBK) di areal terdampak R.3.
Perhitungan pembiayaan restorasi mengacu pada Perdirjen PPKL No P.9 Tahun 2018
Standar Biaya Pembangunan Infrastruktur Pembasahan Lahan Gambut Lingkup Badan
Restorasi Gambut, telah mengatur besarnya biaya restorasi gambut, yang didasarkan
beberapa hal sebagai berikut :
a) Jenis tindakan restorasi gambut.
b) Volume dan jumlah masing-masing tindakan rekomendasi.
c) Standar biaya restorasi.
Kegiatan monitoring dan evaluasi dilakukan terhadap semua program dan kegiatan yang
terkait dengan aktivitas restorasi gambut, yang terbagi kedalam 3 tindakan, yaitu: Tindakan
Rewetting (R.1), Revegetation (R.2), dan Revitalization (R.3). Kegiatan monitoring lebih
ditekankan pada proses persiapan hingga pelaksanaan restorasi gambut, sedangkan
kegiatan evaluasi dilakukan pasca-pelaksanaan restorasi gambut. Namun demikian,
terdapat beberapa kegiatan/aktivitas restorasi gambut yang dilakukan monitoring dan
evaluasi sekaligus. Kegiatan monitoring adalah pengawalan, pengawasan, dan
pengendalian pelaksanaan restorasi gambut sesuai dengan rencana dan mengetahui
Hal -30
30 RENCANA TINDAKAN TAHUNAN PROVINSI PAPUA 2019
BAB II Metodologi
Rencana Tindakan Tahunan (RTT) Provinsi Papua Tahun 2019
permasalahan dan kendala yang dihadapi di lapangan dan segera mencari solusi
permasalahan/kendala tersebut.
Kegiatan monitoring adalah kegiatan untuk menilai dan mengevaluasi seluruh pelaksanaan
restorasi gambut, termasuk keberlanjutannya serta menilai dampak restorasi gambut yang
telah dilaksanakan terhadap pemulihan ekologis/ekosistem lahan gambut, sosial, ekonomi,
dan budaya. Teknis monitoring dan evaluasi mengacu pada Peraturan Pemerintah
No.39/2016 tentang Tata Cara Pengendalian dan Evaluasi Pelaksanaan Rencana
Pembangunan. Kegiatan monitoring dan evaluasi dirinci kedalam beberapa
variabel/indikator yang akan digunakan untuk melaksanakan kegiatan monitoring dan
evaluasi, akan disajikan pada format Tabel-9 dan Tabel-10.
Hal -31
RENCANA TINDAKAN TAHUNAN PROVINSI PAPUA 2019 31
BAB II Metodologi
Rencana Tindakan Tahunan (RTT) Provinsi Papua Tahun 2019
Lokasi Metode
Jenis Tindakan Indikator/Variabel Capaian/Tolok Lokasi Periode
No. Tindakan Pengumpulan
Restorasi Evaluasi Ukur Evaluasi Evaluasi Evaluasi
Restorasi Data
Pola Maksimal
(R.2.3)
C Tindakan
Revitalization
(R.3)
1 Pembinaan
DPG (R.3.1)
2 Peningkatan
Kapasitas
Kelembagaan
(R.3.2)
3 Pengembanga
n Alternatif
Komoditas dan
Sumber Mata
Pencaharian
(R.3.3)
C. PENYAJIAN INFORMASI
Informasi arahan tindakan restorasi disajikan dalam bentuk matriks rencana teknis tahunan dan
peta. Pembuatan matriks rencana teknis tahunan restorasi mengacu pada SLRG, UPRG dan
uraian tindakan restorasi. Matriks rencana pemulihan fungsi ekosistem gambut berisikan:
- UPRG yang bertanggung jawab;
- Lokasi pemulihan (kabupaten/distrik/kampung);
- Luas lahan SLRG;
- Teknis pemulihan;
- Volume pemulihan;
- Komponen dan jadwal kegiatan;
- Rencana biaya;
- Rencana monitoring dan evaluasi.
Informasi arahan tindakan restorasi juga disajikan dalam bentuk Peta Lokasi Tindakan Restorasi
yang dilayout pada skala 1:50.000.
Hal -32
32 RENCANA TINDAKAN TAHUNAN PROVINSI PAPUA 2019
BAB III Deskripsi Umum Kondisi Ekosistem Gambut KHG Sasaran
Rencana Tindakan Tahunan (RTT) Provinsi Papua Tahun 2019
BAB-III
DESKRIPSI UMUM KONDISI EKOSISTEM GAMBUT
KHG SASARAN
A. KONDISI BIOGEOFISIK
Gambaran letak KHG Sungai Aleki Male - Sungai Ifuleki Bian (KHG.91.01.06), KHG Sungai
Alekikos Bakian - Sungai Ifuleki Bian (KHG.91.01.08), KHG Sungai Alekikosi Digoel - Sungai
Aleki Seme (KHG.91.16-01.01), KHG Sungai Buru Mappi - Sungai Buru Obaa (KHG.91.18-
17.01), KHG Sungai Ferkame - Sungai Orei (KHG.91.10.06), KHG Sungai Ifuleki Bian - Sungai
Lekiage Sentuf (KHG.91.01.07), KHG Sungai Ifuleki Bian - Sungai Dalik (KHG.91.01.09), KHG
Sungai Ifuleki Onam - Sungai Fly (KHG.91.01.13) berdasarkan letak geografis, letak kelompok
hutan, letak administrasi pemerintahan, letak administrasi kehutanan; serta batas-
batasnya di lapangan secara rinci disajikan pada Tabel-11 dan Peta-3.
Hal -33
RENCANA TINDAKAN TAHUNAN PROVINSI PAPUA 2019 33
BAB III Deskripsi Umum Kondisi Ekosistem Gambut KHG Sasaran
Rencana Tindakan Tahunan (RTT) Provinsi Papua Tahun 2019
34
Tabel-11. Gambaran Letak KHG Sasaran
Hal -34
BAB III Deskripsi Umum Kondisi Ekosistem Gambut KHG Sasaran
Rencana Tindakan Tahunan (RTT) Provinsi Papua Tahun 2019
Gambaran letak KHG Sasaran pada Restorasi Gambut Provinsi Papua Tahun 2019 serta
kondisi umumnya berdasarkan prioritas restorasi disajikan pada Tabel-12 dan Peta-4 (Peta
Indikatif Prioritas).
Hal -36
36 RENCANA TINDAKAN TAHUNAN PROVINSI PAPUA 2019
BABIIIDeskripsi UmumKondisi EkosistemGambutKHGSasaran
RencanaTindakanTahunan(RTT)ProvinsiPapuaTahun2019
37
Peta-3. Peta Administrasi
Hal-37
BABIIIDeskripsi UmumKondisi EkosistemGambutKHGSasaran
RencanaTindakanTahunan(RTT)ProvinsiPapuaTahun2019
38
RENCANA TINDAKAN TAHUNAN PROVINSI PAPUA 2019
Peta-4. PetaIndikatifPrioritas
Peta-4. Peta Indikasi Prioritas
Hal-38
BAB III Deskripsi Umum Kondisi Ekosistem Gambut KHG Sasaran
Rencana Tindakan Tahunan (RTT) Provinsi Papua Tahun 2019
3. Iklim
Kabupaten Sarmi memiliki stasiun penakar curah hujan sebanyak 5 (lima) stasiun dengan
jenis stasiun UPT, AWS dan Pos hujan kerja sama. Salah satu lokasi stasiun yakni Stasiun
Meteorologi Mararena. Lokasi Stasiun Meteorologi Mararena merupakan stasiun penakar
curah hujan yang memiliki liputan di sekitar KHG Sungai Ferkame - Sungai Orei
(KHG.91.10.06). Data BMKG menunjukkan bahwa dari tahun 2007 – 2016 rata-rata curah
hujan bulanan adalah sebesar 168 mm dengan rata-rata hari hujan sebanyak 14 hari
kejadian hujan. Dan berdasarkan catatan Stasiun Meteorologi Mararena dari data terkini
yakni pada bulan September 2017, diperoleh bahwa rata-rata suhu minimum wilayah KHG
Sungai Ferkame - Sungai Orei (KHG.91.10.06) berkisar antara 22,4 – 25,3 oC dan suhu
maksimum berkisar antara 29 – 32,7 oC. Tingkat Curah hujan tergolong kelas menengah
yakni dengan tingkat curah hujan 2000 – 3000 mm.
Stasiun penakar curah hujan di zona Kabupaten Merauke dan Boven Digoel yang meliputi
stasiun penakar curah hujan Mopah, Kepi, Tanah Merah, Genyem, Sentani dan lainnya.
Zona ini memiliki rata-rata curah hujan bulanan sebesar 192 mm dengan rata-rata jumlah
hari hujan sebanyak 16 hari kejadian hujan. Sementara itu, KHG Sungai Ifuleki Onam -
Sungai Fly (KHG.91.01.13), KHG Sungai Aleki Male - Sungai Ifuleki Bian (KHG.91.01.06) ,
KHG Sungai Alekikos Bakian - Sungai Ifuleki Bian (KHG.91.01.08), KHG Sungai Alekikosi
Digoel - Sungai Aleki Seme (KHG.91.16-01.01), KHG Sungai Ifuleki Bian - Sungai Dalik
(KHG.91.01.09) memiliki kondisi iklim yang sedikit berbeda. KHG tersebut berada pada satu
situasi iklim yang sama, dimana wilayah-wilayah ini diantaranya berada pada area liputan
stasiun penakar curah hujan Tanah Merah dan Mopah. Rata-rata suhu minimum berkisar
23 – 25,3 oC dan suhu maksimum berkisar antara 28,4 – 32 oC. Adapun curah hujan berada
pada tingkat curah hujan rendah sampai menengah, yakni besaran curah hujan 500 sampai
2000 mm.
Adapun KHG Sungai Buru Mappi - Sungai Buru Obaa (KHG.91.18-17.01) diliput oleh Stasiun
Kepi dan Stasiun Tanah Merah memiliki suhu rata-rata minimum 22,8 – 25 oC dan
maksimum 26,3 – 33,9 oC. KHG Sungai Buru Mappi - Sungai Buru Obaa (KHG.91.18-17.01)
memiliki tingkat curah hujan yang tergolong menengah dengan besaran curah hujan 2000
mm – 3000 mm per tahun.
Hal -39
RENCANA TINDAKAN TAHUNAN PROVINSI PAPUA 2019 39
BAB III Deskripsi Umum Kondisi Ekosistem Gambut KHG Sasaran
Rencana Tindakan Tahunan (RTT) Provinsi Papua Tahun 2019
Berdasarkan Klasifikasi Iklim Schmidt dan Fergusson zona Kabupaten Merauke termasuk ke
dalam tipe iklim C (Agak Basah), dengan nilai Q = 0,44. Curah hujan antara 1.261 s/d 2.964
mm/tahun dengan hari hujan 129 s/d 210 hari. Untuk zona Kabupaten Sarmi termasuk ke
dalam tipe iklim A (sangat basah) dengan nilai Q = 0,04. Curah hujan antara 1.351 mm s/d
3.244 mm dengan hari hujan 73 s/d 225 hari hujan per tahun. Untuk zona Kabupaten
Mappi termasuk ke dalam tipe iklim A (sangat basah) dengan nilai Q = 0,14. Curah hujan
rata-rata bulanan pada tahun 2012 adalah 241 mm dengan jumlah hari hujan bulanan rata-
rata 17 hari hujan. Distribusi hujan bulanan hampir merata sepanjang tahun dengan curah
hujan tinggi terjadi pada bulan Januari - Mei dan terendah pada bulan September.
Gambaran kondisi iklim disajikan pada Tabel-13 dan Peta-5 (Peta Iklim).
Tabel-13. Data Rata-rata Curah Hujan, Hari Hujan di Sekitar KHG Sasaran (Tahun 2007-2016)
Zona Kab. Merauke dan
Zona Kab. Sarmi *) Zona Kab. Mappi ***)
Boven Digoel **)
No. Bulan Curah Hari Hari Curah Hari
Curah Hujan
Hujan Hujan Hujan Hujan Hujan
(mm)
(mm) (hari) (hari) (mm) (hari)
1. Januari 297 18 248 18 343 20
2. Februari 333 19 163 17 316 20
3. Maret 370 19 177 18 249 20
4. April 228 17 175 16 650 22
5. Mei 147 14 165 16 810 21
6. Juni 108 16 177 16 211 20
7. Juli 40 13 172 14 169 19
8. Agustus 36 10 223 16 417 24
Hal -40
40 RENCANA TINDAKAN TAHUNAN PROVINSI PAPUA 2019
BABIIIDeskripsi UmumKondisi EkosistemGambutKHGSasaran
RencanaTindakanTahunan(RTT)ProvinsiPapuaTahun2019
41
Hal-41
BAB III Deskripsi Umum Kondisi Ekosistem Gambut KHG Sasaran
Rencana Tindakan Tahunan (RTT) Provinsi Papua Tahun 2019
4. Topografi
Berdasarkan Peta Landsystem Indonesia Provinsi Papua skala 1 : 250.000, 8 (delapan) KHG
sasaran RTT Provinsi Papua Tahun 2019 bervariasi dari datar hingga sangat curam. Sebaran
luas kelas lereng disajikan pada Tabel-14, sedangkan gambaran spasialnya disajikan pada
Peta-6 (Peta Kelas Lereng).
Hal -42
42 RENCANA TINDAKAN TAHUNAN PROVINSI PAPUA 2019
BAB III Deskripsi Umum Kondisi Ekosistem Gambut KHG Sasaran
Rencana Tindakan Tahunan (RTT) Provinsi Papua Tahun 2019
Hal -43
RENCANA TINDAKAN TAHUNAN PROVINSI PAPUA 2019 43
BABIIIDeskripsi UmumKondisi EkosistemGambutKHGSasaran
RencanaTindakanTahunan(RTT)ProvinsiPapuaTahun2019
44
RENCANA TINDAKAN TAHUNAN PROVINSI PAPUA 2019
Peta-6. PetaKelas
Peta-6. Peta KelasLereng
Lereng
Hal-44
BAB III Deskripsi Umum Kondisi Ekosistem Gambut KHG Sasaran
Rencana Tindakan Tahunan (RTT) Provinsi Papua Tahun 2019
a. Geologi
Berdasarkan Peta Geologi skala 1 : 250.000 Lembar Muting (3408), Oksibil (3410),
Sarabih (3309), Sarmi-Befareh (3313-3314), Sawai (3214), Tanah Merah (3409), dan
Yapero-Bufuru (3210 dan 3310), pada 8 (delapan) KHG Sasaran RTT Provinsi Papua
Tahun 2019 terdapat formasi geologi 10 (sepuluh) jenis yaitu aluvial, endapan rawa,
endapan rawa tua, endapan sungai, endapan sungai muda, endapan sungai tua, batu
gamping koral, formasi jayapura, formasi kukunduri, formasi unk. Sebaran luas formasi
geologi disajikan pada Peta-7 dan Tabel-15.
Hal -45
RENCANA TINDAKAN TAHUNAN PROVINSI PAPUA 2019 45
BAB III Deskripsi Umum Kondisi Ekosistem Gambut KHG Sasaran
Rencana Tindakan Tahunan (RTT) Provinsi Papua Tahun 2019
Hal -46
46 RENCANA TINDAKAN TAHUNAN PROVINSI PAPUA 2019
BABIIIDeskripsi UmumKondisi EkosistemGambutKHGSasaran
RencanaTindakanTahunan(RTT)ProvinsiPapuaTahun2019
47
Hal-47
BAB III Deskripsi Umum Kondisi Ekosistem Gambut KHG Sasaran
Rencana Tindakan Tahunan (RTT) Provinsi Papua Tahun 2019
b. Tanah
1) Aluvial merupakan tanah yang terbentuk dari endapan sungai, tanah ini
berkembang dari bahan aluvium muda (resen), belum memiliki horison penciri
dan tekstur lebih halus dari pasir berlempung pada kedalaman antara 25-100
cm dari permukaan tanah mineral.
2) Organosol hemik merupakan tanah dengan horison H (organik) ≥ 50 cm dan
didominasi bahan hemik. Hemik adalah bahan organik yang mempunyai tingkat
dekomposisi antara fibrik dengan saprik dengan bobot isi 0,075 sampai 0,195
g/cm3.
3) Podsolik merupakan tanah yang telah mengalami perkembangan lanjut,
dicirikan oleh susunan horison A-Bt-C, mempunyai horison B argilik dengan
kadar liat tinggi dan terdapat penurunan kadar liat < 20% terhadap liat
maksimum dalam penampang tanah.
4) Mediteran termasuk tanah-tanah yang sudah berkembang lanjut ditunjukkan
oleh susunan horison A-Bt-C, dan struktur yang mempunyai tingkat
perkembangan cukup kuat di horison B (argilik).
5) Regosol merupakan tanah-tanah yang belum berkembang, dicirikan oleh
susunan horizon A-C serta mempunyai tekstur kasar pada kedalaman 25-100 cm
dari permukaan tanah mineral.
Hal -48
48 RENCANA TINDAKAN TAHUNAN PROVINSI PAPUA 2019
BAB III Deskripsi Umum Kondisi Ekosistem Gambut KHG Sasaran
Rencana Tindakan Tahunan (RTT) Provinsi Papua Tahun 2019
Hal -49
RENCANA TINDAKAN TAHUNAN PROVINSI PAPUA 2019 49
BABIIIDeskripsi UmumKondisi EkosistemGambutKHGSasaran
RencanaTindakanTahunan(RTT)ProvinsiPapuaTahun2019
50
RENCANA TINDAKAN TAHUNAN PROVINSI PAPUA 2019
Peta-8.Peta-8.
PetaPetaTanah
Tanah
Hal-50
BAB III Deskripsi Umum Kondisi Ekosistem Gambut KHG Sasaran
Rencana Tindakan Tahunan (RTT) Provinsi Papua Tahun 2019
Hal -51
RENCANA TINDAKAN TAHUNAN PROVINSI PAPUA 2019 51
BAB III Deskripsi Umum Kondisi Ekosistem Gambut KHG Sasaran
Rencana Tindakan Tahunan (RTT) Provinsi Papua Tahun 2019
Hal -52
52 RENCANA TINDAKAN TAHUNAN PROVINSI PAPUA 2019
BABIIIDeskripsi UmumKondisi EkosistemGambutKHGSasaran
RencanaTindakanTahunan(RTT)ProvinsiPapuaTahun2019
53
Hal-53
BAB III Deskripsi Umum Kondisi Ekosistem Gambut KHG Sasaran
Rencana Tindakan Tahunan (RTT) Provinsi Papua Tahun 2019
6. Hidrologi
Secara umum DAS yang terdapat pada areal kajian antara lain DAS Bian, DAS Digul, Das
Elianden/Baliem, DAS Juliana, DAS Odamun, DAS Orai, DAS Ferkame, dan DAS Fly.
Gambaran penyebaran luas DAS/Sub DAS disajikan pada Tabel-18 dan Peta-10 (Peta
Daerah Aliran Sungai).
Hal -54
54 RENCANA TINDAKAN TAHUNAN PROVINSI PAPUA 2019
BABIIIDeskripsi UmumKondisi EkosistemGambutKHGSasaran
RencanaTindakanTahunan(RTT)ProvinsiPapuaTahun2019
55
Hal-55
BAB III Deskripsi Umum Kondisi Ekosistem Gambut KHG Sasaran
Rencana Tindakan Tahunan (RTT) Provinsi Papua Tahun 2019
7. Fungsi Hutan
Fungsi hutan didasarkan pada Peta Kawasan Hutan Provinsi Papua, (SK Menhut SK
782/Menhut-II/2012). Gambaran status fungsi hutan 8 (delapan) KHG sasaran RTT Provinsi
Papua Tahun 2019 disajikan pada Peta-11 (Peta Fungsi Hutan), adapun rinciannya
berdasarkan wilayah kerja disajikan pada Tabel-19.
Tabel-19. Kondisi Keadaan Hutan KHG Sasaran Berdasarkan Fungsi Kawasan Hutan
Hal -56
56 RENCANA TINDAKAN TAHUNAN PROVINSI PAPUA 2019
BAB III Deskripsi Umum Kondisi Ekosistem Gambut KHG Sasaran
Rencana Tindakan Tahunan (RTT) Provinsi Papua Tahun 2019
8. Penutupan Lahan
Kondisi penutupan lahan pada 8 KHG menurut data penutupan lahan berdasarkan data
penutupan lahan dan update dari citra SPOT disajikan pada Tabel-20. Gambaran
penyebaran penutupan lahan disajikan pada Peta-12 (Peta Penutupan Lahan). Adapun
gambaran tentang penutupan lahan dari Citra Landsat 8 per KHG Sasaran tahun 2013 –
2016 disajikan pada Lampiran-4.
Hal -57
RENCANA TINDAKAN TAHUNAN PROVINSI PAPUA 2019 57
BAB III Deskripsi Umum Kondisi Ekosistem Gambut KHG Sasaran
Rencana Tindakan Tahunan (RTT) Provinsi Papua Tahun 2019
Hal -58
58 RENCANA TINDAKAN TAHUNAN PROVINSI PAPUA 2019
BAB III Deskripsi Umum Kondisi Ekosistem Gambut KHG Sasaran
Rencana Tindakan Tahunan (RTT) Provinsi Papua Tahun 2019
Prioritas Jumlah
No. KHG Sasaran Prioritas Non
1 2 3 4 ha %
Prioritas
E KHG Sungai Ferkame - Sungai Orei
1 Hutan Lahan Kering Primer - - - - 12 12 0,09
2 Hutan Lahan Kering Sekunder - - 899 - 2.330 3.229 24,39
3 Hutan Rawa Primer - - 7.586 - 677 8.264 62,41
4 Hutan Rawa Sekunder - - 260 - 260 1,96
5 Permukiman - - - - 111 111 0,84
6 Pertanian Lahan Kering - - - 11 495 505 3,82
7 Semak Belukar - - 68 276 464 808 6,11
8 Tubuh Air - - - - 51 51 0,38
Jumlah - - 8.814 287 4.140 13.241 100,00
F KHG Sungai Ifuleki Bian - Sungai Lekiage Sentuf
1 Hutan Lahan Kering Primer - - 22 - 7 30 0,43
2 Hutan Lahan Kering Sekunder - - 43 - 272 315 4,53
3 Hutan Rawa Sekunder - - 1 - 16 17 0,25
Pertanian Lahan Kering
4 - - 13 47 39 99 1,42
Campur
5 Rawa 1.277 - 1.277 130 2.978 5.661 81,46
6 Savana/ Padang Rumput 12 - 17 - 2 31 0,45
7 Semak Belukar 156 - 34 - 205 395 5,68
8 Tanah Terbuka 72 - - - 22 94 1,36
9 Tubuh Air 24 - 180 - 103 307 4,42
Jumlah 1.542 - 1.588 177 3.643 6.950 100,00
G KHG Sungai Ifuleki Bian - Sungai Dalik
1 Hutan Lahan Kering Sekunder - - - - 23 23 1,60
2 Rawa 419 - 21 - 315 754 53,08
3 Semak Belukar Rawa 81 - 35 - 503 619 43,46
4 Tanah Terbuka - - - - - - 0,09
5 Tubuh Air 7 - - - 18 25 1,76
Jumlah 507 - 55 - 859 1.421 100,00
H KHG Sungai Ifuleki Onam - Sungai Fly
1 Hutan Lahan Kering Primer - - 2.140 - 1.964 4.105 34,52
2 Hutan Lahan Kering Sekunder - 166 - 295 462 3,88
3 Hutan Rawa Sekunder - 49 - 10 59 0,50
4 Perkebunan/ Kebun - 29 - 84 113 0,95
5 Rawa 1.036 - 570 1.993 2.151 5.751 48,36
6 Semak Belukar - - - 8 8 16 0,14
7 Semak Belukar Rawa 291 - 112 113 860 1.376 11,57
8 Tanah Terbuka 9 - - - - 9 0,08
Jumlah 1.333 - 3.068 2.114 5.372 11.890 100,00
Sumber: Analisis citra spot.
Keterangan: Prioritas 1 = Kawasan prioritas restorasi pasca kebakaran
Prioritas 2 = Kawasan prioritas restorasi lindung gambut berkanal
Prioritas 3 = Kawasan prioritas restorasi gambut tidak berkanal
Prioritas 4 = Kawasan prioritas restorasi gambut budidaya
Non Prioritas = Tidak menjadi prioritas restorasi
Hal -59
RENCANA TINDAKAN TAHUNAN PROVINSI PAPUA 2019 59
BABIIIDeskripsi UmumKondisi EkosistemGambutKHGSasaran
RencanaTindakanTahunan(RTT)ProvinsiPapuaTahun2019
60
RENCANA TINDAKAN TAHUNAN PROVINSI PAPUA 2019
Peta-11.
Peta-11.Peta FungsiKawasan
PetaFungsi Kawasan
Hutan Hutan
Hal-60
BABIIIDeskripsi UmumKondisi EkosistemGambutKHGSasaran
RencanaTindakanTahunan(RTT)ProvinsiPapuaTahun2019
Peta-12. PetaPenutupanLahan
Peta-12. Peta Penutupan Lahan
Hal-61
9. Areal Kebakaran
Titik panas (hotspot) yang terekam oleh citra satelit pada area KHG Sasaran dari tahun 2014
sampai dengan Agustus 2018, dapat dilihat pada gambar di bawah ini.
Gambar-3. Titik panas (hotspot) di KHG Sungai Buru Mappi - Sungai Buru Obaa
Gambar-4. Titik panas (hotspot) di KHG Sungai Aleki Male - Sungai Ifuleki Bian, KHG
Sungai Alekikos Bakian - Sungai Ifuleki Bian, KHG Sungai Ifuleki Bian - Sungai
Lekiage Sentuf, KHG Sungai Ifuleki Bian - Sungai Dalik.
Hal -62
62 RENCANA TINDAKAN TAHUNAN PROVINSI PAPUA 2019
BAB III Deskripsi Umum Kondisi Ekosistem Gambut KHG Sasaran
Rencana Tindakan Tahunan (RTT) Provinsi Papua Tahun 2019
Gambar-5. Titik panas (hotspot) di KHG Sungai Ifuleki Onam - Sungai Fly
Gambar-6. Titik panas (hotspot) di KHG Sungai Alekikosi Digeol – Sungai Aleki Seme
Hal -63
RENCANA TINDAKAN TAHUNAN PROVINSI PAPUA 2019 63
BABIIIDeskripsi UmumKondisi EkosistemGambutKHGSasaran
RencanaTindakanTahunan(RTT)ProvinsiPapuaTahun2019
64
RENCANA TINDAKAN TAHUNAN PROVINSI PAPUA 2019
Peta-13. PetaAreal
Peta-13.Peta ArealBekasKebakaran
Bekas Kebakaran
Hal-64
BAB III Deskripsi Umum Kondisi Ekosistem Gambut KHG Sasaran
Rencana Tindakan Tahunan (RTT) Provinsi Papua Tahun 2019
Berdasarkan kajian terhadap Peta Rupa Bumi Indonesia skala 1 : 250.000, ) 8 (delapan) KHG
Sasaran RTT Provinsi Papua Tahun 2019 terletak pada ketinggian sekitar 1-10 meter dari
permukaan laut (m dpl).
Namun bila dilihat pada skala yang lebih detail yang diperoleh dari pengolahan data DEM,
bentuk permukaan wilayah KHG sebagaimana disajikan pada gambar di bawah ini,
menunjukkan bahwa area yang lebih gelap memiliki ketinggian tempat yang lebih rendah
daripada area yang berwarna lebih terang.
Hal -65
RENCANA TINDAKAN TAHUNAN PROVINSI PAPUA 2019 65
BABIIIDeskripsi UmumKondisi EkosistemGambutKHGSasaran
RencanaTindakanTahunan(RTT)ProvinsiPapuaTahun2019
66
RENCANA TINDAKAN TAHUNAN PROVINSI PAPUA 2019
Peta-14. Sebaran
Peta-14. PetaPeta Sebaran
Konsesi Konsesi
Hal-66
BAB III Deskripsi Umum Kondisi Ekosistem Gambut KHG Sasaran
Rencana Tindakan Tahunan (RTT) Provinsi Papua Tahun 2019
Berdasarkan pengolahan DEM ini, diketahui pula bahwa dalam area KHG terdapat bagian-
bagian yang lebih dalam dan lebih tinggi dengan pola yang tidak beraturan. Pada area yang
lebih dalam, dapat menunjukkan bahwa area tersebut merupakan cekungan yang dapat
mengandung air atau merupakan tempat berkumpulnya air yang lebih banyak daripada area
di sekitarnya.
Hal -67
RENCANA TINDAKAN TAHUNAN PROVINSI PAPUA 2019 67
BAB III Deskripsi Umum Kondisi Ekosistem Gambut KHG Sasaran
Rencana Tindakan Tahunan (RTT) Provinsi Papua Tahun 2019
Gambar-8. DEM KHG Sungai Aleki Male - Sungai Ifuleki Bian, KHG Sungai Alekikos Bakian -
Sungai Ifuleki Bian, KHG Sungai Ifuleki Bian - Sungai Lekiage Sentuf, KHG Sungai
Ifuleki Bian - Sungai Dalik
Hal -68
68 RENCANA TINDAKAN TAHUNAN PROVINSI PAPUA 2019
BAB III Deskripsi Umum Kondisi Ekosistem Gambut KHG Sasaran
Rencana Tindakan Tahunan (RTT) Provinsi Papua Tahun 2019
Gambar-9. DEM KHG Sungai Aleki Male - Sungai Ifuleki Bian, KHG Sungai Alekikos Bakian -
Sungai Ifuleki Bian, KHG Sungai Ifuleki Bian - Sungai Lekiage Sentuf, KHG Sungai
Ifuleki Bian - Sungai Dalik
Hal -69
RENCANA TINDAKAN TAHUNAN PROVINSI PAPUA 2019 69
BAB III Deskripsi Umum Kondisi Ekosistem Gambut KHG Sasaran
Rencana Tindakan Tahunan (RTT) Provinsi Papua Tahun 2019
Buaya air tawar (Crocodylus novaguineae sp.) dan juga tempat singgah burung migran dari
Asia dan Australia, Dacelo tyro sp. (Kukabura aru); Tanysiptera hydrocharis sp. (Cekakak-
pita kecil); Cinclosoma ajax sp. (Anis-puyuh Ajax); Lonchura nevermanni sp. (Bondol topi-
putih); Lonchura stygia sp. (Bondol hitam); Megalurus albolimbatus sp. (Cica-koreng
mahkota-polos).
Berdasarkan hasil pengamatan dan wawancara, jenis flora dan fauna di KHG pada grup
kelompok hutan SM Bian, yaitu
- - Sungai Fly berdasarkan
KHG Sungai Ifuleki Onam/Wanam-Sungai hasilhasilsurvei
Fly berdasarkan survei lapangan,
lapangan,
terdapat beberapa flora alami, yaitu: gempol, rotan, ulin, Eucalyptus sp., gaharu,
teratai, anggrek kuning dan anggrek merah. Untuk fauna alami dan yang
dipelihara/budidaya adalah maleo, elang laut, bebek rawa, kakak tua, buaya, burung
nuri, elang, dan cendrawasih.
- Wilayah tiga terdapat 5 KHG yang berdekatan (KHG Sungai Aleki Male-Sungai Ifuleki
Bian, KHG Sungai Aleki Male-Sungai Ifuleki Bian, KHG Sungai Alekikos Bakian-Sungai
Ifuleki Bian, KHG Sungai Ifuleki Bian-Sungai Dalik, dan KHG Sungai Alekikos Digoel-
Hal -70
70 RENCANA TINDAKAN TAHUNAN PROVINSI PAPUA 2019
BAB III Deskripsi Umum Kondisi Ekosistem Gambut KHG Sasaran
Rencana Tindakan Tahunan (RTT) Provinsi Papua Tahun 2019
Sungai Aleki Same) berdasarkan hasil survei lapangan, terdapat flora alami, yaitu:
Eucalyptus sp., rotan, sagu, gaharu, dan kayu ulin. Untuk fauna alami dan yang
dipelihara/budidaya adalah elang, kangguru, kasuari, burung perkutut, belibis, burung
nuri, burung kakak tua, burung pipit, burung mbahol, burung kafka, dan burung gagak.
Berdasarkan studi literatur, jenis flora yang ada di grup kelompok hutan ini adalah
merupakan kelompok jenis meranti (damar, matoa, mersawa, nyatoh, bipa, merbau,
hiru); kelompok jenis rimba campuran (bintangur, jambu-jambu, cemara, ketapang,
pinus, surian, pala hutan, dan nani), kayu pulai dan kayu cina (Podocarpus rumphii).
Adapun jenis fauna/satwa liar yang ditemukan adalah kus-kus (Phalanger gymnotis),
kanguru pohon (Dendrolagus ursinus), babi hutan (Sus sp.), dan rusa (Cervus
timorensis). Jenis aves yang ditemukan adalah kasuari (Casuaris casuarius), bangau
besar (Egretta alba), alap-alap (Accipiter fasciatus), elang (Haliastus indus), alap-alap
irian (Accipiter novallohandiae), mambruk (Goura cristata), burung gosong
(Megapodius freycinet), nuri merah kepala biru (Lorius lory), dll.
Berdasarkan hasil pengamatan dan wawancara, jenis flora dan fauna di KHG pada grup
kelompok hutan Mappi – Asmat, yaitu KHG Sungai Buru Mapi - Sungai Buru Obaa
berdasarkan hasil survei lapangan, terdapat beberapa flora alami, yaitu eucalyptus
merah dan eucalyptus putih, gaharu, rotan, beringin, sagu, ketapang, buah wakung,
pakis, mangga hutan, damar, bambu, pandan rawa, cendana, tebu rawa, ulin, akasia,
rumput rawa, padi rawa, moda, kayu sulu, dan palem hutan. Sedangkan flora hasil
budidaya yang ditemui di masyarakat, yaitu pisang, rambutan, durian, kelapa, mangga,
nenas, pepaya, mangga, jambu, dan karet. Untuk fauna alami dan yang
dipelihara/budidaya adalah babi, buaya, kasuari, anjing, dan ayam.
Berdasarkan USAID IFACS (2014), Kabupaten Sarmi mempunyai 18 tipe habitat dan
mempunyai 4 tipe ekosistem unik. Keempat ekosistem unik tersebut, yaitu ekosistem
riparian, danau, hutan rawa mangrove, dan rawa gambut. Jenis flora di grup kelompok
hutan ini, yaitu sagu, nipah, dll. Adapun jenis satwa liar yang ditemukan di grup
kelompok hutan ini adalah babi, kanguru, kasuari, burung kakak tua, elang kepala
putih dan cenderawasih.
Berdasarkan hasil survei , jenis flora yang ditemukan di KHG Sungai Ferkame - Sungai
Orei antara lain sagu, pinang, kayu besi/merbau, lingua, kayu putih, nipah, rotan,
matoa, kelapa dll. Jenis satwa liar yang ditemukan adalah burung jalak, nuri, elang,
urip, kasuari, babi, cenderawasih, blekok, kus-kus, buaya, kanguru pohon, dll.
Hal -71
RENCANA TINDAKAN TAHUNAN PROVINSI PAPUA 2019 71
BAB III Deskripsi Umum Kondisi Ekosistem Gambut KHG Sasaran
Rencana Tindakan Tahunan (RTT) Provinsi Papua Tahun 2019
13. Aksesibilitas
Aksesibilitas areal 8 (delapan) KHG sasaran RTT Provinsi Papua Tahun 2019 tergolong
rendah. Hal ini ditunjukkan oleh ketersediaan jaringan transportasi yang terbatas.
Ketersediaan sarana prasarana di areal KHG masih didominasi oleh sarana transportasi air.
Gambaran aksesibilitas masing-masing KHG adalah :
1. KHG Sungai Ferkame - Sungai Orei terletak di Kabupaten Sarmi. Akses menuju
Kabupaten Sarmi via darat dapat ditempuh dari Kota Jayapura-Kabupaten Sarmi dengan
jarak tempuh 296,4 km. Waktu tempuh yang digunakan dengan kendaraan roda 4
berkisar antara 6-8 jam dengan medan jalan bervariasi, mulai jalan beraspal sampai
jalan tanah.
2. KHG Sungai Ifuleki Onam - Sungai Fly dan KHG Sungai Alekikosi Digoel - Sungai Aleki
Seme terletak di Kabupaten Boven Digoel. Akses menuju Kabupaten Boven Digoel dapat
dilalui dengan jalan darat dengan kendaraan Innova atau Hilux atau lainnya.
3. KHG Sungai Ifuleki Onam/Wanam - Sungai Fly (Distrik Ulilin), KHG Sungai Aleki Male -
Sungai Ifuleki Bian, KHG Sungai Ifuleki Bian - Sungai Lekiage Sentuf, KHG Sungai Alekikos
Bakian - Sungai Ifuleki Bian, KHG Sungai Ifuleki Bian - Sungai Dalik (Distrik Muting) di
Kabupaten Merauke. Akses menuju Kabupaten Merauke dapat dilalui dengan jalan
darat dengan kendaraan roda empat.
4. KHG Sungai Buru Mappi - Sungai Buru Obaa di Kabupaten Mappi. Perjalanan ke
Kabupaten Mappi sementara hanya mengandalkan transportasi udara dari Kabupaten
Merauke dengan menggunakan Pesawat jenis Twin Otter Musamus milik Pemda
Merauke dengan lama perjalanan kurang lebih 2 jam. Perjalanan udara sangat
tergantung dengan cuaca, sehingga jadwal pesawat tidak bisa dipastikan, sedangkan
perjalanan melalui darat hanya bisa ditempuh dengan menggunakan sepeda motor
dengan kondisi jalan tanah yang berlumpur dan harus menyeberangi 2 sungai, dengan
lama perjalanan yang 12 jam.
5. KHG Sungai Buru Mappi - Sungai Buru Obaa di Kabupaten Asmat. Bila menggunakan
perjalanan laut, maka ditempuh dengan waktu 8 hingga 9 jam. Sedangkan dengan
perjalanan udara bisa ditempuh dalam waktu 45 menit dengan pesawat kecil jenis Twin-
Otter dan Caravan yang berkapasitas 8-10 orang saja. Jadwal penerbangan hanya
tersedia 3 kali seminggu.
Hal -72
72 RENCANA TINDAKAN TAHUNAN PROVINSI PAPUA 2019
BAB III Deskripsi Umum Kondisi Ekosistem Gambut KHG Sasaran
Rencana Tindakan Tahunan (RTT) Provinsi Papua Tahun 2019
Secara spesifik 8 (delapan) KHG tersebut tersebar di tiga kabupaten yaitu Kabupaten Sarmi,
Kabupaten Merauke, Kabupaten Boven Digoel, Kabupaten Mappi dan Kabupaten Asmat.
Cakupan uraian kondisi sosial ekonomi budaya pada laporan pendahuluan disajikan pada tingkat
kecamatan / distrik. Cakupan wilayah kecamatan / distrik masing-masing KHG Sasaran disajikan
pada Tabel-23.
Jumlah Desa /
No KHG Sasaran Kabupaten Kecamatan / Distrik
Kampung Terkait
1 KHG Sungai Ferkame - Sungai Sarmi Sarmi 2
Orei (KHG.91.10.06) Sarmi Selatan 4
2 KHG Sungai Ifuleki Onam - Boven Digoel Jair 1
Sungai Fly (KHG.91.01.13) Merauke Ulilin 1
3 KHG Sungai Alekikosi Digoel - Boven Digoel Subur 2
Sungai Aleki Seme (KHG.91.16-
01.01)
4 KHG Sungai Aleki Male - Sungai Merauke Muting 2
Ifuleki Bian (KHG.91.01.06)
5 KHG Sungai Ifuleki Bian - Sungai Merauke Muting 1
Lekiage Sentuf (KHG.91.01.07)
6 KHG Sungai Alekikos Bakian - Merauke Muting 1
Sungai Ifuleki Bian
(KHG.91.01.08)
7 KHG Sungai Ifuleki Bian - Sungai Merauke Muting 1
Dalik (KHG.91.01.09)
8 KHG Sungai Buru Mappi - Mappi Nambioman Bapai 2
Sungai Buru Obaa (KHG.91.18- Minyamur 5
17.01) Obaa 13
Haju 2
Citakmitak 6
Assue 1
Kaibar 3
Asmat Atsy 2
Suator 2
Jumlah 5 14 48
Sumber: Overlay peta KHG Sasaran dan peta batas administrasi tahun 2018.
Hal -73
RENCANA TINDAKAN TAHUNAN PROVINSI PAPUA 2019 73
BAB III Deskripsi Umum Kondisi Ekosistem Gambut KHG Sasaran
Rencana Tindakan Tahunan (RTT) Provinsi Papua Tahun 2019
1. Kabupaten Mappi
Wilayah Kabupaten Mappi terkait dengan KHG Sungai Buru Mappi - Sungai Buru Obaa,
yaitu mencakup Distrik Nambioman Bapai, Minyamur, Obaa, Haju, Citakmitak, Assue dan
Kaibar.
a. Sosial Ekonomi
1) Kependudukan
Jumlah penduduk Kabupaten Mappi tahun 2016 tercatat sebanyak 93.592 jiwa
dengan luas wilayah 28.518 km2. Hal ini menunjukkan bahwa kepadatan
penduduk Kabupaten Mappi hanya 3,22 jiwa/km2. Pada tahun 2016, jumlah
penduduk terbanyak terdapat di Distrik Obaa dengan penduduk sebanyak
22.235 jiwa. Berdasarkan jenis kelamin, jumlah penduduk laki-laki Kabupaten
Mappi adalah 48.227 jiwa dan perempuan 45.365 jiwa. Rasio jenis kelamin di
Kabupaten Mappi yaitu 106,31 yang berarti terdapat jumlah penduduk laki-laki
lebih banyak 6,31% dari pada penduduk perempuan. Kepadatan penduduk
Kabupaten Mappi yaitu 2 jiwa/km2. Distrik Obaa merupakan distrik yang
memiliki tingkat kepadatan paling padat yakni 10 jiwa/km2 dimana jumlah
penduduk yang tersebar berjumlah 22.235 dengan jumlah KK sebanyak 4.905
KK. Hal ini dikarenakan Distrik Obaa merupakan pusat aktivitas Kabupaten
Mappi. Data kependudukan wilayah KHG Sasaran di Kabupaten Mappi dapat
dilihat pada Tabel-24.
Hal -74
74 RENCANA TINDAKAN TAHUNAN PROVINSI PAPUA 2019
BAB III Deskripsi Umum Kondisi Ekosistem Gambut KHG Sasaran
Rencana Tindakan Tahunan (RTT) Provinsi Papua Tahun 2019
2) Ketenagakerjaan
Jumlah pencari kerja di Kabupaten Mappi tahun 2013 tercatat 1.254 orang.
Sebagian besar pencari kerja berpendidikan SMA ke atas, dan hanya 775 orang
pencari kerja yang ditempatkan (61,8 %). Lowongan kerja yang terdaftar hanya
112 dan hanya 12 lowongan yang belum terpenuhi. Lowongan kerja yang
terbanyak terdaftar yaitu sektor perdagangan besar, eceran, restoran dan hotel.
Berdasarkan data kependudukan tahun 2015, penduduk usia kerja Kabupaten
Mappi (15 – 64 tahun) sebanyak 54.872 jiwa. Peluang lapangan pekerjaan di
Kabupaten Mappi mayoritas berada di sektor pertanian, peternakan,
kehutanan, perkebunan dan perikanan serta sektor perdagangan besar, eceran,
restoran dan hotel.
Tabel-25. Jumlah Pencari Kerja yang Terdaftar dan yang Dapat Ditempatkan Menurut Tingkat
Pendidikan di Kabupaten Mappi Tahun 2016
Terdaftar (jiwa) Ditempatkan (Kab. Mappi; jiwa)
No. Tingkat Pendidikan
Laki-laki Perempuan Jumlah Laki-laki Perempuan Jumlah
1. ≥ SD 15 12 27 13 10 23
2. SMP 17 10 27 17 10 27
3. SMA ≤ 651 549 1.200 375 350 725
Jumlah 683 571 1.254 405 370 775
Sumber: Kabupaten Mappi dalam angka 2016.
3) Kondisi Perekonomian
Hal -75
RENCANA TINDAKAN TAHUNAN PROVINSI PAPUA 2019 75
BAB III Deskripsi Umum Kondisi Ekosistem Gambut KHG Sasaran
Rencana Tindakan Tahunan (RTT) Provinsi Papua Tahun 2019
Hal -76
76 RENCANA TINDAKAN TAHUNAN PROVINSI PAPUA 2019
BAB III Deskripsi Umum Kondisi Ekosistem Gambut KHG Sasaran
Rencana Tindakan Tahunan (RTT) Provinsi Papua Tahun 2019
Kabupaten Mappi memiliki kekayaan alam dan kekayaan hayati yang potensial
untuk mendukung proses pembangunan daerah dan kesejahteraan masyarakat,
namun terbatas jumlahnya sehingga pendayagunaannya harus dilakukan secara
bertanggung jawab, dikelola dengan baik oleh seluruh masyarakat, dunia usaha
dan Pemerintah Daerah. Kegiatan revitalisasi atau pemulihan daya dukung
sosial-ekonomi pada RTT restorasi ekosistem gambut dapat membantu
memaksimalkan pemanfaatan sumber daya alam pada sektor pertanian,
perkebunan dan kehutanan, perikanan, serta peternakan. Hal ini akan
berdampak pada peningkatan peranan sektor pertanian, kehutanan dan
perikanan terhadap PDRB Kabupaten Mappi.
PDRB
PDRBADHB
ADHBdan
danADHK
ADHKdisajikan pada
disajikan Tabel-27.
pada Tabel-27.
Tabel-27. PDRB ADHB (Atas Dasar Harga Berlaku) dan ADHK (Atas Dasar Harga Konstan) Menurut
Lapangan Usaha Tahun 2011- 2016 di Kabupaten Mappi
Tahun
No. Uraian
2011 2012 2013 2014 2015 2016
PDRB ADHB 1.201.751,3 1.340.378,0 1.473.213,2 1.686.577,7 1.936.411,2 2.171.234,8
1.
(juta rupiah)
PDRB ADHK 1.134.225,6 1.199.346,2 1.261.826,9 1.366.024,1 1.459.655,4 1.560.687,3
2.
(juta rupiah)
Sumber: Kabupaten Mappi dalam angka 2016.
Hal -77
RENCANA TINDAKAN TAHUNAN PROVINSI PAPUA 2019 77
BAB III Deskripsi Umum Kondisi Ekosistem Gambut KHG Sasaran
Rencana Tindakan Tahunan (RTT) Provinsi Papua Tahun 2019
Tabel-28. Target dan Realisasi Penerimaan Asli Daerah Menurut Jenis Penerimaan di Kabupaten
Mappi (Rupiah) Tahun 2015
No. Jenis Penerimaan Target (Rupiah) Realisasi (Rupiah)
1. Pendapatan Asli Daerah (PAD) 23.931.855.500 15.950.609.807
a. Pajak Daerah 3.534.893.000 3.002.527.143
b. Retribusi Daerah 1.722.500.000 1.420.309.250
Hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah
c. 3.800.000.000 -
yang dipisahkan
d. Pendapatan Lain-lain PAD yang sah 14.874.462.500 11.527.773.414
2. Dana Perimbangan 1.048.015.276.000 1.074.085.743.634
a. Bagi Hasil Pajak 30.560.175.000 16.069.595.100
b. Bagi Hasil Bukan Pajak 31.680.475.000 9.587.700.034
c. Dana Alokasi Umum (DAU) 781.105.420.000 1.008.927.826.000
d. Dana Alokasi Khusus (DAK) 204.669.206.000 39.500.622.500
3. Lain-lain Pendapatan yang Sah 143.166.921.000 127.230.427,62
Jumlah 1.215.114.052.500 1.090.163.583.869
Sumber: Kabupaten Mappi dalam angka 2016.
5) Pendapatan Masyarakat
Pada tahun 2016, sebanyak 24.820 jiwa (26,64 %) dari 93.592 total penduduk
Kabupaten Mappi berstatus miskin. Garis kemiskinan penduduk Kabupaten
Mappi tahun 2016 mencapai Rp 273.699/kapita (Kabupaten Mappi dalam Angka
tahun 2016). Garis kemiskinan merupakan standar pendapatan per kapita
dalam menentukan status kemiskinan.
Hal -78
78 RENCANA TINDAKAN TAHUNAN PROVINSI PAPUA 2019
BAB III Deskripsi Umum Kondisi Ekosistem Gambut KHG Sasaran
Rencana Tindakan Tahunan (RTT) Provinsi Papua Tahun 2019
6) Potensi Wilayah
Hal -79
RENCANA TINDAKAN TAHUNAN PROVINSI PAPUA 2019 79
BAB III Deskripsi Umum Kondisi Ekosistem Gambut KHG Sasaran
Rencana Tindakan Tahunan (RTT) Provinsi Papua Tahun 2019
Obaa menghasilkan 157,8 ton tanaman palawija yang terdiri dari tanaman
jagung, kedelai, kacang tanah, ubi kayu dan ubi jalar, sedangkan Distrik
Passue hanya menghasilkan tanaman ubi kayu sebanyak 15 ton.
Luas tanam, luas panen, produksi dan produktifitas padi di Distrik Obaa dan
Passue disajikan pada Tabel-29.
Sedangkan Tabel-30 menyajikan Luas tanam, panen, dan produksi palawija di
Distrik Obaa dan Passue.
Tabel-29. Luas Tanam, Luas Panen, Produksi dan Produktivitas Padi di Distrik Obaa dan Passue
Tahun 2015.
Produktivitas
No. Distrik Luas Tanam (ha) Luas Panen (ha) Produksi (ton)
(ton/ha)
1. Obaa 54 50 104 2,1
2. Passue 10 7 15 2,1
Sumber: Kabupaten Mappi dalam angka 2016
Tabel-30. Luas Tanam, Panen, dan Produksi Palawija di Distrik Obba dan Passue Tahun 2015.
Distrik Obaa Distrik Passue
No. Komoditi Luas Tanam Luas Panen Produksi Luas Tanam Luas Panen Produksi
(ha) (ha) (ton) (ha) (ha) (ton)
1. Jagung 20 18 45 - - -
2. Kedelai 1 0,7 0,8 - - -
3. Kacang Tanah 6 5 13 - - -
4. Ubi Kayu 25 20 60 6 5 15
5. Ubi Jalar 20 17 39 - - -
Jumlah 72 60,7 157,8 6 5 15
Sumber : Kabupaten Mappi dalam angka 2016.
b) Hortikultura
Hal -80
80 RENCANA TINDAKAN TAHUNAN PROVINSI PAPUA 2019
BAB III Deskripsi Umum Kondisi Ekosistem Gambut KHG Sasaran
Rencana Tindakan Tahunan (RTT) Provinsi Papua Tahun 2019
Tabel-31. Luas Panen dan Produksi Hortikultura Sayuran Di DistrikdiObaa dan Passue Tahun 2015
Distrik Obaa Distrik Passue
No. Komoditi
Luas Panen (ha) Produksi (ton) Luas Panen (ha) Produksi (ton)
1. Cabe 6,10 6 - -
2. Kubis 1 4 - -
3. Sawi 6 16 - -
4. Tomat 7 13,20 - -
5. Terong 5 7,10 - -
6. Kangkung 8 18,70 - -
7. Kacang panjang 6 15,60 2 6
8. Bayam 7 19,50 1 3
9. Ketimun 6 18,20 - -
Jumlah 52,1 118,3 3 9
Sumber : Kabupaten Mappi dalam angka 2016.
Luas panen dan produksi hortikultura buah-buahan di Distrik Obaa dan Passue disajikan pada Tabel-
32.
Tabel-32. Luas Panen dan Produksi Hortikultura Buah-buahan Di Distrik Obaa dan Passue Tahun
2015
Distrik Obaa Distrik Passue
No. Komoditi
Luas Panen (ha) Produksi (ton) Luas Panen (ha) Produksi (ton)
1. Mangga 14 16 4 7
2. Durian 15 40 5 14
3. Rambutan 20 40 5 7
4. Pisang 15 92 9 41
5. Pepaya 6 9 3 5
6. Nanas 6 20 2 5
7. Jambu biji 4 - - -
8. Jambu air 2 - - -
9. Jambu bol 1 - - -
10. Jeruk valensia 2 6,50 - -
11. Jeruk keprok 2 4,40 - -
12. Jeruk siam 1 2 - -
13. Jeruk besar 2 3 - -
Jumlah 90 232,9 28 79
Sumber : Kabupaten Mappi dalam angka 2016.
Program revitalisasi di desa yang terkait dengan KHG Sungai Buru Oba –
Sungai Buru Mappi dilakukan dengan mendorong sistem pertanian terpadu
di lahan gambut dimana sistem surjan dan paludikultur menjadi pilihan
utamanya. Sistem surjan adalah salah satu contoh usaha penataan lahan
untuk melakukan diversifikasi tanaman di lahan rawa. Dengan sistem surjan,
petani mendapat keuntungan ganda, mendapat 2 macam tanaman, yaitu
tanaman padi dan hortikultura. Hal ini dapat meningkatkan kesejahteraan
petani dan kemandirian pangan pun terpenuhi karena dapat memproduksi
sendiri. Jenis tanaman yang dapat dikembangkan dengan sistem surjan di
kampung yang berada di Distrik Obaa dan Passue yaitu jeruk, nanas,
tanaman hortikultura, dan padi.
Hal -81
RENCANA TINDAKAN TAHUNAN PROVINSI PAPUA 2019 81
BAB III Deskripsi Umum Kondisi Ekosistem Gambut KHG Sasaran
Rencana Tindakan Tahunan (RTT) Provinsi Papua Tahun 2019
c) Perkebunan
Sagu dikenal sebagai salah satu sumber karbohidrat dan makanan pokok di
Papua. Sagu memiliki nilai ekonomi dan prospektif untuk dikembangkan
dalam skala bisnis. Selain itu untuk pangan dan aneka produk makanan
olahan tepung sagu, sagu dimanfaatkan sebagai sumber bioetanol (Syakir
dan Karmawati, 2013 dalam Tata dan Susmianto, 2016). Salah satu kegiatan
revitalisasi atau pemulihan daya dukung sosial-ekonomi dalam RTT restorasi
ekosistem gambut yaitu pembangunan alternatif komoditas dan sumber
mata pencaharian. Kegiatan yang dapat dilakukan pada tanaman
perkebunan yaitu sistem paludikultur yang dikembangkan dalam rangka
untuk mengembalikan kelestarian ekosistem gambut dengan tetap
memperhatikan kepentingan masyarakat sekitar.
Selain sagu, nipah memiliki potensi sebagai tanaman jenis paludikultur yang
dapat dikembangkan di daerah yang terkait dengan KHG. Selain bermanfaat
bagi lingkungan, pohon nipah bersifat multi guna. Daun nipah biasanya
digunakan sebagai atap rumah/pondok, topi, tikar. Buah nipah dapat diolah
menjadi manisan, dodol, tepung, kue, dan sirup. Nira segar nipah juga
berpotensi sebagai minuman segar dan gula merah (Imelda, 1980 dalam
Tata dan Susmianto, 2016). Hasil dari tanaman paludikultur tersebut bisa
dijadikan sebagai alternatif komoditas dan sumber mata pencaharian dalam
rangka revitalisasi atau pemulihan daya dukung sosial ekonomi di distrik
yang terkait dengan KHG Sungai Buru Obaa - Sungai Buru Mappi.
d) Perikanan
Jenis perikanan yang ada di Distrik Obaa dan Passue yaitu perikanan laut,
perikanan darat dan perikanan umum. Jumlah produksi perikanan di Distrik
Obaa mencapai 280,66 ton, sedangkan jumlah produksi perikanan di Distrik
Passue mencapai 288,51 ton. Produksi perikanan umum di Distrik Obaa dan
Passue lebih tinggi dibandingkan dengan produksi jenis perikanan lainnya.
Armada penangkapan ikan yang digunakan penduduk Distrik Obaa yaitu
perahu tanpa motor, perahu motor tempel dan kapal motor, sedangkan di
Distrik Passue menggunakan perahu tanpa motor dan perahu motor tempel.
Hal -82
82 RENCANA TINDAKAN TAHUNAN PROVINSI PAPUA 2019
BAB III Deskripsi Umum Kondisi Ekosistem Gambut KHG Sasaran
Rencana Tindakan Tahunan (RTT) Provinsi Papua Tahun 2019
Tabel-33 dan Tabel-34 menyajikan data produksi ikan dan jumlah armada penangkapan ikan di
Distrik Obaa dan Passue.
Tabel-33. Produksi Ikan untuk Konsumsi Lokal menurut Jenis di Distrik Obaa dan Passue Tahun 2015
dalam Kabupaten Mappi dalam angka 2016
Jumlah Produksi per Distrik (ton)
No. Jenis Perikanan
Distrik Obaa Distrik Passue
1. Perikanan laut 90,45 74,95
2. Perikanan darat 91,26 98,04
3. Perikanan umum 98,95 115,52
Jumlah 280,66 288,51
Sumber : Kabupaten Mappi dalam angka 2016.
Tabel-34. Jumlah Armada Penangkapan Ikan di Distrik Obaa dan Passue Tahun 2015 dalam
Kabupaten Mappi dalam angka 2016
Jumlah Produksi per Distrik (ton)
No. Jenis Armada
Distrik Obaa Distrik Passue
1. Perahu tanpa motor 856 352
2. Perahu motor tempel 382 99
3. Kapal motor 29 -
Jumlah 1.267 451
Sumber : Kabupaten Mappi dalam angka 2016.
e) Peternakan
Pada tahun 2014, populasi hewan ternak yang ada di Distrik Obaa yaitu sapi
potong, kambing dan babi, sedangkan populasi hewan ternak yang ada di
Distrik Passue hanya ada babi. Produksi daging ternak di Distrik Obaa
mencapai 13.571,95 kg, sedangkan di Distrik Passue hanya mencapai
1.723,50 kg. Populasi jenis hewan unggas di Distrik Obaa yaitu ayam
Hal -83
RENCANA TINDAKAN TAHUNAN PROVINSI PAPUA 2019 83
BAB III Deskripsi Umum Kondisi Ekosistem Gambut KHG Sasaran
Rencana Tindakan Tahunan (RTT) Provinsi Papua Tahun 2019
kampung, ayam petelur dan itik. Populasi jenis hewan unggas di Distrik
Passue yaitu hanya ayam kampung. Produksi daging unggas di Distrik Obaa
mencapai 6.053,53 kg, sedangkan di Distrik Passue mencapai 2.350,04 kg.
Produksi telur di Distrik Obaa mencapai 7.537,28 kg, sedangkan di Distrik
Passue mencapai 1.392,48 kg. Populasi dan Produksi daging di Distrik Obaa
dan Passue disajikan pada Tabel-35.
Tabel-35. Populasi dan Produksi Daging Ternak Di Distrik Obaa dan Passue Tahun 2014
Distrik Obaa Distrik Passue
Jenis Hewan
No. Populasi Ternak Produksi Daging Populasi Ternak Produksi Daging
Ternak
(ekor) Ternak (kg) (ekor) Ternak (kg)
1. Sapi potong 5 340 - -
2. Kambing 9 75,90 - -
3. Babi 481 13.156,05 64 1.723,50
Jumlah 495 13.571,95 64 1.723,50
Sumber : Kabupaten Mappi dalam angka 2016.
Tabel-36 menyajikan populasi produksi daging dan telur di Distrik Obaa dan Passue.
Tabel-36. Populasi, Produksi Daging dan Telur Unggas Di Distrik Obaa dan Passue Tahun 2014
Distrik Obaa Distrik Passue
Produksi Produksi
Jenis Hewan
No. Populasi Daging Produksi Populasi Daging Produksi
Unggas
Unggas(ekor) Unggas Telur (kg) Unggas(ekor) Unggas Telur (kg)
(kg) (kg)
1. Ayam kampung 5.164 5.566,33 3.299 2.180 2.350,04 1.392,48
2. Ayam petelor 350 - - - - -
3. Itik 772 487,20 4.238,28 - - -
Jumlah 6.286 6.053,53 7.537,28 2.180 2.350,04 1.392,48
Sumber : Kabupaten Mappi dalam angka 2016.
Sektor industri di Kabupaten Mappi terbagi menjadi dua yaitu industri kecil
formal dan industri kecil non formal. Pada tahun 2015, Kabupaten Mappi
memiliki 59 unit usaha industri kecil formal dan 49 unit usaha industri kecil
non formal. Jenis usaha industri kecil non formal dan non formal antara lain
industri kecil; industri logam, mesin dan alat angkut; industri agro dan hasil
kehutanan; serta industri kimia dan elektronik.
Sektor perdagangan besar dan eceran; reparasi mobil dan sepeda motor
menyumbang 6,68 % terhadap total PDRB Kabupaten Mappi pada tahun
2016. Di Distrik Obaa terdapat 54 unit perdagangan menengah dan 288 unit
perdagangan kecil, sedangkan Distrik Passue hanya terdapat 21 unit
perdagangan kecil. Secara keseluruhan, perdagangan yang terdapat di
Kabupaten Mappi yaitu 61 unit perdagangan menengah dan 681 unit
perdagangan kecil.
Hal -84
84 RENCANA TINDAKAN TAHUNAN PROVINSI PAPUA 2019
BAB III Deskripsi Umum Kondisi Ekosistem Gambut KHG Sasaran
Rencana Tindakan Tahunan (RTT) Provinsi Papua Tahun 2019
b. Sosial Budaya
1) Sarana Pendidikan
Unit sekolah yang ada di Distrik Obaa yaitu 6 unit bangunan sekolah TK, 25 unit
bangunan SD, 4 unit bangunan SMP, 3 unit bangunan SMA dan 1 unit bangunan
SMK. Distrik Passue hanya memiliki 10 unit bangunan sekolah SD dan 1 unit
bangunan sekolah SMP. Jumlah murid dan guru di Distrik Obaa lebih banyak
dibandingkan dengan Distrik Passue. Pada tahun 2014, jumlah penduduk yang
mengenyam pendidikan di tingkat SD lebih banyak dibandingkan dengan
penduduk yang mengenyam pendidikan di tingkat sekolah lainnya. Sebaran
Sarana Pendidikan di Distrik Obaa dan Passue disajikan pada Tabel-37 sedangkan
sebaran guru dan murid sesuai tingkat pendidikan disajikan pada Tabel-38.
Tabel-37. Sebaran Jumlah Sarana Pendidikan TK, SD, SMP, SMU, dan SMK Di Distrik Obaa dan
Passue Tahun 2014
Jumlah Unit Sekolah (Unit(
No. Distrik
TK SD SMP SMA SMK
1. Obaa 6 25 4 3 1
2. Passue - 10 1 - -
Sumber: Kabupaten Mappi dalam angka 2016.
Tabel-38. Sebaran Jumlah Guru dan Murid menurut Pendidikan TK, SD, SMP, SMU, dan SMK Di
Distrik Obaa dan Passue Tahun 2014
Jumlah Guru dan Murid (orang)
No. Distrik TK SD SMP SMA SMK
Guru Murid Guru Murid Guru Murid Guru Murid Guru Murid
1. Obaa 34 411 173 5.023 97 1.496 80 943 34 406
2. Passue - - 39 1.284 10 243 - - - -
Sumber: Kabupaten Mappi dalam angka 2016.
2) Sarana Kesehatan
Hal -85
RENCANA TINDAKAN TAHUNAN PROVINSI PAPUA 2019 85
BAB III Deskripsi Umum Kondisi Ekosistem Gambut KHG Sasaran
Rencana Tindakan Tahunan (RTT) Provinsi Papua Tahun 2019
Tabel-39. Sebaran Jumlah Fasilitas Kesehatan Di Distrik Obaa dan Passue Tahun 2016
Jumlah Fasilitas Kesehatan (Unit)
No. Distrik Puskesmas Puskesmas
RS Puskesmas Poskeskam Klinik Posyandu
Perawatan Pembantu
1. Obaa 1 1 1 11 17 1 29
2. Passue - 1 - 5 10 - 11
Sumber: Kabupaten Mappi dalam angka 2016.
Tabel-40. Sebaran Jumlah Tenaga Kesehatan Di Distrik Obaa dan Passue Tahun 2016
Jumlah Tenaga Kesehatan (orang)
Tenaga
No. Distrik Dokter Dokter Dokter Ahli Kesmas
Bidan Perawat Farmasi Analis
Umum Spesialis Gigi Gizi dan
Sanitasi
1. Obaa 25 1 2 41 96 1 2 - 3
2. Passue 1 - - 5 11 - - 1 1
Sumber: Kabupaten Mappi dalam angka 2016.
3) Keagamaan
Tabel-41. Sebaran Penduduk menurut Agama Di Distrik Obaa dan Passue Tahun 2015
BAB III Deskripsi Umum Kondisi Ekosistem Gambut
Jumlah PendudukKHG Sasaran
Menurut Agama (jiwa)
No. Distrik
Rencana Tindakan Tahunan (RTT) Provinsi Papua Tahun 2019
Islam Katolik Protestan Hindu Budha
1. Obaa 7.967 21.335 2.465 42 10
2. Passue 53 2.423 3.862 - -
Sumber: Kabupaten Mappi dalam angka 2016.
Hal -87
Hal -87
RENCANA TINDAKAN TAHUNAN PROVINSI PAPUA 2019 87
BAB III Deskripsi Umum Kondisi Ekosistem Gambut KHG Sasaran
Rencana Tindakan Tahunan (RTT) Provinsi Papua Tahun 2019
2. Kabupaten Sarmi
Wilayah Kabupaten Sarmi terkait dengan KHG Sungai Ferkame - Sungai Orei, yaitu
mencakup Distrik Sarmi dan Sarmi Selatan.
a. Sosial Ekonomi
1) Kependudukan
Penduduk Kabupaten Sarmi pada tahun 2016 sebanyak 37.511 jiwa yang terdiri
atas 19.993 jiwa penduduk laki-laki dan 17.518 jiwa penduduk perempuan. Angka
rasio jenis kelamin Kabupaten Sarmi tahun 2016 penduduk laki-laki terhadap
penduduk perempuan sebesar 114,13. Sex ratio terbesar terdapat di Distrik
dengan nilai 119,65, sedangkan sex ratio nilai terendah terdapat di Distrik Apawer
Hulu dengan nilai 102,05. Distrik dengan jumlah penduduk terbesar adalah Distrik
Sarmi, yaitu 7.178 jiwa dengan kepadatan penduduk 27,48 jiwa/km2. Sedangkan
distrik dengan jumlah penduduk paling rendah adalah Distrik Apawer Hulu
dengan kepadatan 1,37 jiwa/km2. Kepadatan penduduk Kabupaten Sarmi tahun
2016 mencapai 2,11 jiwa/km2. Perbandingan jumlah penduduk di Kabupaten
Sarmi disajikan pada Tabel-42.
Hal -88
88 RENCANA TINDAKAN TAHUNAN PROVINSI PAPUA 2019
BAB III Deskripsi Umum Kondisi Ekosistem Gambut KHG Sasaran
Rencana Tindakan Tahunan (RTT) Provinsi Papua Tahun 2019
Luas
Laki-laki Perempuan Total
No Distrik Wilayah Sex Ratio Jiwa/km2
(jiwa) (jiwa) (jiwa)
(km2)
10 Apawer Hulu 1 204 848 831 1 679 102,05 1,37
Sarmi 17.740 19.933 17.518 7.511 114,13 2,07
Sumber: Kabupaten Sarmi Dalam Angka 2017.
2) Ketenagakerjaan
3) Kondisi Perekonomian
Hal -89
RENCANA TINDAKAN TAHUNAN PROVINSI PAPUA 2019 89
BAB III Deskripsi Umum Kondisi Ekosistem Gambut KHG Sasaran
Rencana Tindakan Tahunan (RTT) Provinsi Papua Tahun 2019
Tabel-46. Distribusi PDRB Berdasarkan Lapangan Usaha Kabupaten Sarmi 2013-2017 (%)
No Lapangan Usaha 2012 2013 2014 2015 2016
1 Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan 37,58 37,17 36,38 36,35 35,53
2 Pertambangan dan Penggalian 1,29 1,28 1,26 1,27 1,27
3 Industri Pengolahan 2,37 2,30 2,19 2,09 2,05
4 Pengadaan Listrik dan Gas 0,02 0,01 0,02 0,03 0,03
5 Pengadaan Air, Pengelolaan Sampah, Limbah
dan Daur Ulang 0,07 0,07 0,07 0,06 0,06
6 Konstruksi 15,97 16,14 17,20 17,52 18,11
Hal -90
90 RENCANA TINDAKAN TAHUNAN PROVINSI PAPUA 2019
BAB III Deskripsi Umum Kondisi Ekosistem Gambut KHG Sasaran
Rencana Tindakan Tahunan (RTT) Provinsi Papua Tahun 2019
5) Potensi Daerah
Dilihat dari segi luas tanam, ubi jalar menduduki luas lahan paling besar di
Kabupaten Sarmi mencapai 92 ha, kemudian disusul oleh padi ladang dan kacang
tanah. Luas panen padi palawijaya di Distrik Sarmi disajikan pada Tabel-47.
Hal -91
RENCANA TINDAKAN TAHUNAN PROVINSI PAPUA 2019 91
BAB III Deskripsi Umum Kondisi Ekosistem Gambut KHG Sasaran
Rencana Tindakan Tahunan (RTT) Provinsi Papua Tahun 2019
Jika dilihat dari produksinya, buah-buahan utama kabupaten Sarmi adalah pisang,
pepaya, mangga, dan nangka. Tabel-48 menyajikan produksi buah-buahan di
Kabupaten Sarmi.
Kabupaten Sarmi memiliki luas tanam dan produksi kelapa terbesar dibandingkan
dengan tanaman perkebunan rakyat lainnya. Sementara itu, tanaman kakao
menempati urutan kedua baik dari segi luas tanam maupun produksi. Luas areal
dan tanaman perkebunan rakyat di Kabupaten Sarmi disajikan pada Tabel-49.
Hal -92
92 RENCANA TINDAKAN TAHUNAN PROVINSI PAPUA 2019
BAB III Deskripsi Umum Kondisi Ekosistem Gambut KHG Sasaran
Rencana Tindakan Tahunan (RTT) Provinsi Papua Tahun 2019
6) Pendapatan Masyarakat
b. Sosial Budaya
Daerah mereka berupa dataran rendah berawa-rawa dan mereka sendiri mendirikan
perkampungan di pinggir sungai-sungai. Jumlah populasinya sekitar 400 jiwa. Mata
pencaharian masyarakat suku Sarmi ini adalah mengolah sagu yang pohonnya banyak
tumbuh liar di hutan berawa-rawa. Lauk pauk, mereka peroleh dari perburuan babi,
kuskus, burung serta menangkap ikan dan udang di sungai-sungai.
Di tanah yang cukup kering mereka juga berusaha menanam ubi, keladi, labu, pisang,
dan tembakau untuk keperluan sehari-hari. Orang Sarmi hidup mengelompok dalam
kesatuan kekerabatan yang bilateral sifatnya. Bentuk kesatuan kekerabatan yang
paling penting adalah keluarga besar yang terdiri dari satu keluarga seorang lelaki dan
keluarga anak-anak lelakinya. Jika sudah menikah, suku Sarmi pada umumnya tinggal
di lingkungan keluarga pihak lelaki. Walaupun begitu hubungan kekerabatan dengan
pihak ibu tetap penting, terutama dalam rangka inisiasi bagi pemuda dan anak gadis.
Masyarakat di Kabupaten Sarmi terutama di Kampung Sawar dan Pulau Liki atau Pulau
Kumamba, belum sepenuhnya beradaptasi dengan alat perlengkapan semi modern.
Sampai sekarang mereka masih menggunakan alat tradisional dalam mencari ikan.
Bahkan mereka selalu mencegah agar jangan menggunakan peralatan semi modern
yang cenderung merusak biota dan ikan di laut sekitar mereka tinggal. Larangan
memakai alat tangkap semi modern bagi warga Kampung Sawar karena mereka tak
suka memakai alat pemusnah massal apalagi memakai bahan peledak maupun
Hal -93
RENCANA TINDAKAN TAHUNAN PROVINSI PAPUA 2019 93
BAB III Deskripsi Umum Kondisi Ekosistem Gambut KHG Sasaran
Rencana Tindakan Tahunan (RTT) Provinsi Papua Tahun 2019
potassium. Masyarakat juga jarang memakai akar tuba dalam mencari ikan saat air
surut.
Pelarangan ini bagi masyarakat sangat penting karena prinsip mereka bahwa
kehidupan itu tidak hanya untuk generasi sekarang saja tetapi bagi generasi dan anak
cucu masa depan. Ini mengandung nilai bahwa bumi ini adalah titipan Tuhan yang
harus dijaga dan dipelihara bagi anak cucu. Meski ada pelarangan, bukan berarti
membatasi ruang mereka untuk mencari, bagi nelayan migran yang hendak mencari
mendapat kebijakan mencari dan menangkap ikan dan udang pada zona tertentu.
Terutama jauh dari permukiman masyarakat agar tidak mengganggu kehidupan
mereka.
Setiap klan dan marga memiliki wilayah tangkapan tertentu dan terbatas, misalnya
suatu wilayah terumbu karang atau yang dikenal dengan sebutan reff. Wilayah ini
diyakini sebagai tempat mencari ikan dan sebagai bahan konsumsi keluarga maupun
untuk dijual ke pasar terdekat. Bagi kaum migran dilarang memakai peralatan semi
modern yang cenderung mengeksploitasi atau pun merusak kawasan sumber
kehidupan atau reep. Apalagi kalau alat tangkapan itu dianggap tak ramah lingkungan
menyebabkan masyarakat cenderung melarang.
Selain itu ada klan atau marga yang tidak boleh mengonsumsi jenis ikan tertentu,
misalnya marga Wayaso pemali memakan ikan layar (Lafai), bobara (Nparden) dan
tongkol. Pelarangan atau istilah antropologi disebut totem. Menurut kisah marga
Wayaso suatu ketika terjadi air bah atau tsunami, marga tersebut terseret air ke laut
lepas dan menjelma menjadi ikan layar, ikan tongkol dan ikan bobara. Hal ini
menyebabkan mereka pantang atau pamali mengkonsumsi ikan jenis tersebut jika
melanggar akan kena penyakit kulit, gatal-gatal. Mereka bisa disembuhkan oleh tokoh
adat yang memiliki kekuatan magis.
Kedua larangan atau Vetraw kali, larangan terhadap hewan di sungai terutama buaya
karena dianggap sebagai turunan manusia. Tak heran kalau buaya dipandang sebagai
nenek moyang yang harus dihormati dan dilestarikan. Masyarakat setempat percaya
pada cerita nenek moyang mereka bahwa dulu terdapat seorang ibu mengidam dan
melahirkan anak kembar. Anak kembar pertama menjadi manusia, sedangkan
kembarannya menjelma menjadi anak buaya.
Ketiga Vetraw darat, masyarakat percaya bahwa daerah-daerah sakral termasuk mata
air tidak boleh diganggu. Begitu merusak sumber mata air, maka petaka banjir akan
menghancurkan seisi kampung. Gunung Taraway dianggap sebagai gunung keramat
sehingga setiap orang dilarang untuk mengambil kayu ataupun hasil hutan lainnya.
Hal -94
94 RENCANA TINDAKAN TAHUNAN PROVINSI PAPUA 2019
BAB III Deskripsi Umum Kondisi Ekosistem Gambut KHG Sasaran
Rencana Tindakan Tahunan (RTT) Provinsi Papua Tahun 2019
“SARMI” sebenarnya lebih sesuai ditulis dengan huruf besar, SARMI, yang merupakan
singkatan dari nama suku-suku besar, yakni Sobey, Armati, Rumbuai, Manirem, dan
Isirawa. Keberadaan mereka telah lama menjadi perhatian antropolog Belanda, Van
Kouhen Houven, yang kemudian memberikan nama Sarmi. Singkatan Sarmi
sebenarnya belum mencerminkan suku-suku di sana mengingat di wilayah ini terdapat
87 bahasa yang dipergunakan. Dari bahasa yang ada, paling tidak bisa disimpulkan
terdapat 87 suku, dan setiap suku mempunyai bahasa sendiri-sendiri.
Wilayah Kabupaten Boven Digoel terkait dengan KHG Sungai Ifuleki Onam - Sungai Fly, yaitu
mencakup Distrik Ulilin.
a. Sosial Ekonomi
1) Kependudukan
Tabel-50. Jumlah Keluarga, Jumlah Penduduk, Tingkat Kepadatan Penduduk dan Rasio Jenis Kelamin
di Distrik Sekitar KHG Sasaran (Kabupaten Boven Digoel)
Jumlah Penduduk (jiwa) Kepadatan Rasio Jenis
No. Distrik Luas (km2)
Laki-Laki Perempuan Jumlah (jiwa/km2) Kelamin
Hal -95
RENCANA TINDAKAN TAHUNAN PROVINSI PAPUA 2019 95
BAB III Deskripsi Umum Kondisi Ekosistem Gambut KHG Sasaran
Rencana Tindakan Tahunan (RTT) Provinsi Papua Tahun 2019
Kabupaten
27.108,29 34.795 29.879 64.674 2,3 116,45
Boven Digoel
2) Situasi Agro-Ekonomi
b. Sosial Budaya
Hal -96
96 RENCANA TINDAKAN TAHUNAN PROVINSI PAPUA 2019
BAB III Deskripsi Umum Kondisi Ekosistem Gambut KHG Sasaran
Rencana Tindakan Tahunan (RTT) Provinsi Papua Tahun 2019
Tabel-51. Sarana Peribadatan di Distrik Sekitar KHG sasaran (Kabupaten Boven Digoel)
Sarana Peribadatan (unit) Agama (jiwa)
No. Distrik Gereja Gereja Masjid Pura/
Katolik Protestan Islam Hindu Budha
Khatolik Protestan Mushola Wihara
1. Jair 12 15 18 1 12.038 4.201 10.656 34 6
2. Sesnukt 2 - - - 548 - 68
2) Pendidikan
Sarana dan prasarana pendidikan berupa tenaga guru dan sekolah yang
memadai merupakan hal penting yang harus tersedia dalam rangka
meningkatkan partisipasi pendidikan penduduk usia sekolah. Pada 2016, SD di
Kabupaten Boven Digoel sebanyak 101 sekolah, SLTP sebanyak 15 sekolah dan
SMA sebanyak 4 sekolah.
Jumlah guru SD hingga tahun 2016 di Kabupaten Boven Digoel sebanyak 524
orang. Guru SLTP/sederajat dan SLTA/sederajat masing-masing sebanyak 223
dan 88 orang. Jumlah murid SD di Kabupaten Boven Digoel tahun 2016 tercatat
sebanyak 10.995 siswa. Jumlah murid SLTP/sederajat dan SLTA/sederajat
masing-masing sebanyak 3.103 dan 1.009 siswa.
Agar proses belajar mengajar berjalan dengan baik, daya tampung kelas
terhadap jumlah murid haruslah seimbang. Daya tampung ruang kelas SD pada
tahun 2016 mencapai 18 siswa, sedangkan daya tampung ruang kelas SLTP dan
SLTA masing masing 26 siswa dan 25 siswa.
Hal -97
RENCANA TINDAKAN TAHUNAN PROVINSI PAPUA 2019 97
BAB III Deskripsi Umum Kondisi Ekosistem Gambut KHG Sasaran
Rencana Tindakan Tahunan (RTT) Provinsi Papua Tahun 2019
Tabel-52. Fasilitas Pendidikan di Distrik Sekitar KHG Sasaran (Kabupaten Boven Digoel)
TK SD SLTP SMU & SMK
No. Distrik
(unit) (unit) (unit) (unit)
1. Jair - 11 3 1
2. Sesnukt - 2 - -
3) Kesehatan
Puskesmas merupakan unit pelaksana teknis dari Dinas Kesehatan yang berada
di wilayah distrik dan melaksanakan fungsi operasional kesehatan. Pada 2016
Kabupaten Boven Digoel telah memiliki 20 Puskesmas. Selain itu, untuk
memudahkan akses masyarakat terhadap pelayanan kesehatan, Kabupaten
Boven Digoel juga memilki fasilitas puskesmas keliling berupa kendaraan roda 4
dan roda 2, masing-masing sebanyak 2 unit dan 10 unit.
Peningkatan derajat kesehatan juga diusahakan dengan penambahan jumlah
tenaga kesehatan. Jumlah tenaga kesehatan di Kabupaten Boven Digoel pada
tahun 2016 sebanyak 286 orang. Jumlah tersebut diantaranya adalah tenaga
medis sebanyak 11 orang, 136 orang perawat, 92 orang bidan, 4 orang tenaga
farmasi dan tenaga kesehatan lainnya 43 orang.
Jumlah tenaga kesehatan di Kabupaten Boven Digoel ini telah memenuhi rasio
ideal terhadap jumlah penduduk yang dikemukakan oleh Kementerian
Kesehatan. Idealnya, dalam 100.000 penduduk terdapat 30 dokter. Di
Kabupaten Boven Digoel, terdapat 34 dokter untuk melayani 64.674 penduduk.
Sedangkan rasio ideal perawat adalah terdapat 158 perawat untuk melayani
100.000 penduduk. Di Kabupaten Boven Digoel terdapat 136 perawat untuk
melayani 64.674 penduduk.
Berdasarkan data dari Dinas Kesehatan, tahun 2016 ada temuan baru pengidap
HIV/AIDS sebanyak 2 penderita. Selain itu, terdapat penderita DBD dan diare,
masing-masing berjumlah 547 penderita dan 10.072 penderita. Adapun fasilitas
kesehatan yang ada di sekitar areal kerja berupa balai pengobatan, poskeskam,
posyandu dan poskesling. Sedangkan tenaga kesehatan terdiri dari tenaga
Hal -98
98 RENCANA TINDAKAN TAHUNAN PROVINSI PAPUA 2019
BAB III Deskripsi Umum Kondisi Ekosistem Gambut KHG Sasaran
Rencana Tindakan Tahunan (RTT) Provinsi Papua Tahun 2019
medis, perawat, dan bidan. Jenis fasilitas dan tenaga kesehatan di sekitar KHG
sasaran disajikan pada Tabel-53.
Tabel-53. Fasilitas Kesehatan di Distrik Sekitar KHG sasaran (Kabupaten Boven Digoel)
Tenaga Kesehatan (orang) Fasilitas Kesehatan (unit)
No Distrik Tenaga Rumah
Perawat Bidan Lain-lain Puskesmas Pos yandu Klinik Polindes
Medis Bersalin
1. Jair 1 12 12 6 2 1 11 3 3
2. Sesnukt - 3 2 - - 1 3 - -
Jumlah se-Kabupaten
11 136 92 43 5 20 87 5 13
Boven Digoel
Dalam era otonomi daerah, rencana pengembangan wilayah di wilayah Papua semakin
mengemuka. Kabupaten Boven Digoel dahulu merupakan bagian dari Kabupaten Merauke
sebelum pemekaran pada tahun 2003. Selanjutnya pada saat ini pemekaran Kabupaten
Muyu-Mandobo sudah diwacanakan. Dalam wacana tersebut, pemekaran Kabupaten
Muyu-Mandobo merupakan bagian dari Kabupaten Boven Digoel sebagai kabupaten induk
dengan posisi ibukota yang diusulkan berada di Distrik Mindiptana. Sedangkan Pemekaran
Kabupaten Muara Digoel adalah bagian dari Kabupaten Mappi sebagai kabupaten induk
dengan ibukota yang diusulkan berada di Bade, Distrik Nambai.
Gubernur Papua pada Juni 2011 telah mengeluarkan rekomendasi untuk Kabupaten Muyu
dan Kota Merauke sebagai calon kabupaten baru. Surat rekomendasi persetujuan Kota
Merauke bernomor 66 tertanggal 23 Juni 2011. Sedangkan untuk calon Kabupaten Muyu
bernomor 67 tertanggal 24 Juni 2011. Keduanya ditandatangani Gubernur Papua dengan
salinan foto kopi sesuai aslinya ditandatangani Kepala Biro Hukum Setda Provinsi Papua,
Rosina Upessy, SH. Kedua surat rekomendasi tersebut, kemarin langsung dibawa Ketua
Tim Pemekaran Kabupaten Muyu bersama Tim Pemekaran Kabupaten Muyu ke
Merauke. Dalam SK persetujuan tersebut, selain menyetujui terbentuknya 2 kabupaten
baru di Selatan Papua, Pemerintah Provinsi Papua juga akan bersedia memberikan
dukungan pembiayaan untuk Pemilukada pertama sebesar Rp 1 miliar dan
penyelenggaraan pemerintahan baru sebesar Rp 7 miliar. ‘’Untuk Pemerintahan Kota
juga akan diberikan dukungan dana yang sama’’.
Pemekaran harus melihat berbagai aspek dengan mengacu pada Undang-undang Nomor
32 tahun 2004, dimana dalam pasal 5 ayat 4 tentang “pemerintahan daerah”, disebutkan
bahwa daerah dibentuk berdasarkan pertimbangan kemampuan ekonomi, potensi daerah,
sosial budaya, sosial politik, jumlah penduduk, luas daerah dan pertimbangan lain yang
memungkinkan terselenggaranya otonomi daerah.
Hal -99
RENCANA TINDAKAN TAHUNAN PROVINSI PAPUA 2019 99
BAB III Deskripsi Umum Kondisi Ekosistem Gambut KHG Sasaran
Rencana Tindakan Tahunan (RTT) Provinsi Papua Tahun 2019
Kabupaten Boven Digoel adalah salah satu kabupaten pemekaran yang berasal dari
Kabupaten Merauke berdasarkan Undang-Undang Nomor 26 tahun 2002. Dari awal
pemekarannya, Kabupaten Boven Digoel memiliki 6 distrik (Getentiri, Jair, Mandobo,
Mindiptana, Waropko dan Bomakia) yang terdiri dari 88 kampung, hingga pada tahun 2006
mekar menjadi 15 distrik berdasarkan SK Mendagri No. 25 Tahun 2005.
Pada tahun 2008 dikeluarkan Peraturan Daerah No. 11 Tahun 2008 Tentang Pembentukan
Distrik dan Peraturan Daerah No. 13 Tahun 2008 Tentang Pembentukan Kampung,
sehingga sejak Tahun 2009 sampai tahun 2017 jumlah distrik di Kabupaten Boven Digoel
telah mekar menjadi 20 Distrik dan 112 Kampung. Adapun nama distrik-distrik tersebut
adalah Distrik Jair, Distrik Subur, Distrik Ki, Distrik Mindiptana, Distrik Iniyandit, Distrik
Kombut, Distrik Sesnukt, Distrik Mandobo (Tanah Merah Ibukota Kabupaten), Distrik Fofi,
Distrik Kouh, Distrik Arimop, Distrik Manggelum, Distrik Firiwage, Distrik Bomakia, Distrik
Yaniruma, Distrik Waropko, Distrik Ambatkwi, Distrik Kawagit, Distrik Ninati dan Distrik
Kombay.
Berdasarkan Kabupaten Boven Digoel Dalam Angka (2017) jumlah kampung yang berada
distrik sekitar areal kerja masing-masing 5 kampung baik Distrik Jair maupun Distrik
Sesnukt. Distrik Mindiptana dan Waropko merupakan distrik dengan jumlah kampung
terbanyak yakni masing-masing 13 kampung dan 9 kampung. Sedangkan distrik dengan
jumlah kampung paling sedikit adalah Distrik Kouh dan Yaniruma, dengan jumlah kampung
masing-masing 3 kampung.
Dalam bidang politik, Partai Demokrat memiliki jumlah perwakilan terbanyak di DPRD,
yaitu sebanyak 3 orang, sementara itu Partai Bulan Bintang adalah partai yang paling
sedikit menempatkan wakilnya di parlemen, yaitu hanya berjumlah 1 orang. Adapun
jumlah Pegawai Negeri Sipil (PNS) di Kabupaten Boven Digoel pada Tahun 2015 mencapai
2.151 orang, dengan jumlah terbanyak pada PNS Golongan Ruang II/C, yaitu sebanyak 363
orang.
Boven Digoel adalah sebuah Kabupaten pemekaran dari Kabupaten Merauke pada bulan
Desember 2002. Perhatian utama masyarakat setempat di wilayah ini adalah hak-hak
tanah dan politik etnis. Masalah-masalah yang penting bagi mereka adalah bagaimana
menyeimbangkan hak-hak tanah adat Papua dengan investasi di bidang kehutanan dan
kelapa sawit, dan juga pengelolaan ketegangan sosial sehubungan dengan kedatangan
penduduk non-Papua.
Hal -100
100 RENCANA TINDAKAN TAHUNAN PROVINSI PAPUA 2019
BAB III Deskripsi Umum Kondisi Ekosistem Gambut KHG Sasaran
Rencana Tindakan Tahunan (RTT) Provinsi Papua Tahun 2019
Keprihatinan lokal lainnya, yang sebenarnya setelah pemilihan kepala daerah tingkat
kabupaten pada tahun 2014 sudah berkurang, adalah persaingan antara elit-elit suku Muyu
dan suku Mandobo untuk mendapatkan kekuasaan politik, dan bagaimana persaingan
tersebut bersentuhan dengan perpolitikan di Merauke yang berbatasan dengan wilayah ini
di mana saat ini ada upaya untuk mendirikan suatu provinsi baru bernama Papua Selatan.
Korindo, sebuah perusahaan milik Korea, dan anak-anak perusahaan Indonesianya, telah
beroperasi di wilayah ini sejak tahun 1993 dengan menebang pohon dari hutan alam untuk
dijadikan kayu lapis (plywood) dan sejak tahun 1997 juga mengelola perkebunan kelapa
sawit untuk memproduksi bahan bakar nabati. Walaupun belum ada konflik besar yang
pecah namun di wilayah ini sering terjadi konflik antara perusahaan dengan para pemilik
tanah adat sehubungan dengan akses dan ganti rugi, juga ada konflik antara suku-suku
mengenai perbatasan tanah adat dan di dalam suku-suku itu sendiri atas pembagian ganti
rugi.
Informasi dari Kepolisian maupun dari tokoh masyarakat, tidak ada aktivitas illegal logging
di dalam dan di sekitar areal kerja. Hal ini disebabkan karena adanya aturan adat
penguasaan hak ulayat tanah adat oleh marga yang diwakili oleh Tuan Dusun/Kepala
Marga. Hanya anggota marga pemilik hak ulayat yang berhak mengambil hasil hutan dalam
wilayahnya yang berupa kayu maupun non-kayu, apabila ada anggota marga lain yang
mengambil satwa hasil buruan di dalam wilayah hak adat suatu marga maka harus ijin
dahulu kepada perwakilan marga pemilik hak ulayat. Apabila langsung mengambilnya dan
diketahui oleh marga pemilik hak ulayat, maka dapat dikenakan denda adat.
4. Kabupaten Merauke
Wilayah Kabupaten Merauke terkait dengan KHG Sungai Aleki Male - Sungai Ifuleki Bian,
KHG Sungai Ifuleki Bian - Sungai Lekiage, KHG Sungai Alekikos Bakian - Sungai Ifuleki Bian
dan KHG Sungai Ifuleki Bian - Sungai Dalik yang terletak di Distrik Muting dan KHG Sungai
Ifuleki Onam - Sungai Fly yang terletak di Distrik Ulilin.
Hal -101
RENCANA TINDAKAN TAHUNAN PROVINSI PAPUA 2019 101
BAB III Deskripsi Umum Kondisi Ekosistem Gambut KHG Sasaran
Rencana Tindakan Tahunan (RTT) Provinsi Papua Tahun 2019
a. Sosial Ekonomi
1) Kependudukan
Pada tingkat Kabupaten Merauke populasi didominasi oleh jenis kelamin laki-
laki dengan sex ratio 105. Sex ratio 105 bermakna setiap 100 jiwa perempuan
akan ada 105 jiwa laki-laki. Luas total Kabupaten Merauke sebesar 56.791 km2,
memiliki kepadatan sebesar 24,77 jiwa/km2.
2) Ketenagakerjaan
Hal -102
102 RENCANA TINDAKAN TAHUNAN PROVINSI PAPUA 2019
BAB III Deskripsi Umum Kondisi Ekosistem Gambut KHG Sasaran
Rencana Tindakan Tahunan (RTT) Provinsi Papua Tahun 2019
3) Kondisi Perekonomian
Hal -103
RENCANA TINDAKAN TAHUNAN PROVINSI PAPUA 2019 103
BAB III Deskripsi Umum Kondisi Ekosistem Gambut KHG Sasaran
Rencana Tindakan Tahunan (RTT) Provinsi Papua Tahun 2019
4) Potensi Wilayah
Tabel-58. Luas Panen, Produksi & Produktivitas Komoditas Unggulan di Distrik Sekitar KHG
Sasaran (Kabupaten Merauke)
Padi Jagung Ubi Kayu Ubi Jalar
BAB
2. Ulilin III Deskripsi
247 Umum Kondisi
790,40 3,20 41 Ekosistem
114,80 Gambut
2,80 44 KHG
1.100Sasaran
25 17 187 11
Rencana Tindakan Tahunan (RTT) Provinsi Papua Tahun 2019
Se-
Kabupaten 43.670,30 190.496,36 4,36 307 925,20 3,01 344 6.708 19,50 320 4.018,50 12,56
Merauke
Sumber : Kabupaten Merauke Dalam Angka 2017.
Hal -104
104
b) Hortikultura
RENCANA TINDAKAN TAHUNAN PROVINSI PAPUA 2019
b) Hortikultura
Tabel-59. Luas Panen dan Produksi Tanaman Hortikultura di Distrik Sekitar KHG Sasaran
(Kabupaten Merauke)
Distrik Muting Distrik Ulilin Kabupaten Merauke
Tanaman
No. Luas Panen Luas Panen
hortikultura Produksi (ton) Produksi (ton) Luas Panen (ha) Produksi (ton)
(ha) (ha)
1. Bawang Merah - - - - 19 1.710
c) Perkebunan
Hal -105
Tabel-60. Luas Lahan dan Produksi Tanaman Perkebunan di Distrik sekitar KHG Sasaran
(Kabupaten Merauke)
Distrik Muting Distrik Ulilin Kabupaten Merauke
Tanaman
No. Luas Lahan Luas Lahan
hortikultura Produksi (ton) Produksi (ton) Luas Lahan (ha) Produksi (ton)
(ha) (ha)
1. Karet 980 37,18 895 30,00 3.881 197,85
d) Perikanan
Pada tahun 2017, ikan beku campuran tidak lagi diekspor. Hal ini disebabkan
karena adanya moratorium dari Kementerian Kelautan dan Perikanan untuk
menutup perusahaan penangkap ikan asing yang beroperasi di Merauke dan
wilayah lain di Indonesia. Akibatnya produksi ikan banyak berpindah
distribusinya dari ekspor menjadi antar pulau.
e) Peternakan
Hal -106
106 RENCANA TINDAKAN TAHUNAN PROVINSI PAPUA 2019
BAB III Deskripsi Umum Kondisi Ekosistem Gambut KHG Sasaran
Rencana Tindakan Tahunan (RTT) Provinsi Papua Tahun 2019
Tabel-61. Populasi Hewan Ternak dan Hewan Unggas di Distrik sekitar KHG Sasaran (Kabupaten
Merauke) tahun 2015
Kabupaten Merauke
No. Jenis Hewan Ternak Distrik Muting (ekor) Distrik Ulilin (ekor)
(ekor)
A. Ternak Besar dan Kecil
1. Sapi 832 2.086 36.923
2. Kerbau - - 561
3. Kuda 74 26 1.973
4. Kambing 74 69 8.753
5. Babi 116 44 8.987
B. Ternak Unggas
1. Ayam kampung 50.588 89.748 1.195.920
2. Ayam petelur - - 318.934
3. Ayam pedaging - - 477.022
4. Itik 1.477 985 33.010
Sumber : Kabupaten Merauke Dalam Angka 2017.
Jumlah unit usaha di Kabupaten Merauke tahun 2017 sebanyak 869 unit usaha
yang meningkat dari tahun sebelumnya 828 unit usaha. Sebagian besar unit
usaha di Kabupaten Merauke yaitu industri kecil non formal yang mencapai 516
unit usaha dan menyerap tenaga kerja lebih banyak yaitu 1.124 orang. Industri
kecil formal, industri kecil non formal dan industri menegah sebagian besar
merupakan industri agro dan hasil kehutanan. Data jumlah industri kecil,
menengah, tenaga kerja, nilai investasi dan nilai produksi di Kabupaten
Merauke tahun 2017 dapat dilihat pada Tabel-62.
Tabel-62. Jumlah Industri Kecil, Menengah, Tenaga Kerja, Nilai Investasi dan Nilai Produksi
Menurut Cabang Industri di Distrik sekitar KHG Sasaran (Kabupaten Merauke)
Nilai Investasi (000 Nilai Produksi (000
No. Klasifikasi Industri Unit Usaha (unit) Tenaga Kerja (orang)
Rp) Rp)
1. Industri kecil formal 347 1.222 1.350.915 88.818.869
Industri kecil non
2. 516 1.124 2.633.200 11.550.850
formal
3. Industri menengah 6 56 3.568.000 6.968.518
Hal -107
RENCANA TINDAKAN TAHUNAN PROVINSI PAPUA 2019 107
BAB III Deskripsi Umum Kondisi Ekosistem Gambut KHG Sasaran
Rencana Tindakan Tahunan (RTT) Provinsi Papua Tahun 2019
b. Sosial Budaya
1) Sarana Pendidikan
Angka partisipasi penduduk Kabupaten Merauke usia 5-6 tahun yaitu 26,33, usia
7-12 tahun yaitu 97,30, usia 13-15 tahun yaitu 96,98, dan usia 16-18 tahun yaitu
86,33. Rata-rata lama sekolah penduduk Kabupaten Merauke tahun 2017 yaitu
8,27 setara dengan jenjang pendidikan SMP kelas 2. Data jumlah unit sekolah,
murid, dan guru berdasarkan jenjang pendidikan tahun 2017 di distrik wilayah
studi Kabupaten Merauke dapat dilihat pada Tabel-63.
Tabel-63. Jumlah Unit Sekolah, Murid, dan Guru Berdasarkan Jenjang Pendidikan di Distrik sekitar
KHG Sasaran (Kabupaten Merauke)
SD/MI SMP/MTs SMA/SMK/MA
Distrik /
No. Unit Murid Guru Unit Murid Guru Unit Murid Guru
Kabupaten
Sekolah (siswa) (orang) Sekolah (siswa) (orang) Sekolah (siswa) (orang)
1. Muting 6 1.006 58 2 326 23 1 230 *
Kabupaten
107 29.585 1.487 40 11.624 727 12 6.360 398
Merauke
Sumber : Kabupaten Merauke Dalam Angka 2017.
2) Sarana Kesehatan
Hal -108
108 RENCANA TINDAKAN TAHUNAN PROVINSI PAPUA 2019
BAB III Deskripsi Umum Kondisi Ekosistem Gambut KHG Sasaran
Rencana Tindakan Tahunan (RTT) Provinsi Papua Tahun 2019
Dari tabel di atas diketahui bahwa Distrik Ulilin dan Muting sudah memiliki sarana
kesehatan yang mencukupi, seperti telah adanya puskesmas pada masing-masing
wilayah, serta adanya posyandu yang cukup. Tenaga kesehatan untuk setiap
distrik sedikit berbeda, seperti pada Distrik Muting terdapat 22 tenaga perawat
sedangkan di Distrik Ulilin terdapat 11 tenaga perawat. Sedangkan untuk tenaga
medis di Distrik Muting terdapat 2 orang sedangkan pada Distrik Ulilin terdapat 1
orang. Sedangkan untuk jumlah dokter pada tingkat Kabupaten Merauke
terdapat dokter spesialis sebanyak 26 orang, dokter umum 74 orang, dan dokter
gigi sebanyak 13 orang.
3) Keagamaan
Tabel-66. Jumlah Penduduk Pemeluk Agama di Distrik sekitar KHG Sasaran (Kabupaten Merauke)
Distrik / Islam Protestan Katolik Hindu Budha
No.
Kabupaten (orang) (orang) (orang) (orang) (orang)
1. Muting 2.237 1.241 2.839 9 -
2. Ulilin 3.501 661 1.249 17 47
Se-Kabupaten
131.115 42.896 98.138 547 233
Merauke
Sumber : Kabupaten Merauke Dalam Angka 2017.
Kebudayaan yang terdapat di Kota Merauke antara lain tarian khasnya. Yospan
merupakan tarian adat merauke, yang ditampilkan dalam situasi khusus. Yospan
merupakan tarian persahabatan masyarakat Papua, karena hampir seluruh
masyarakat papua mengenal tarian yospan. Selain yospan, Merauke juga memiliki
beberapa tarian adat antara lain tari perang dan tari gatsi. Tari perang biasanya
dilakukan pada upacara adat tertentu juga pada festival Kota Merauke yang
diadakan satu tahun sekali, dalam memperingati ulang tahun kota Merauke.
Sedangkan tari gatsi dilakukan pada acara tertentu dan upacara adat tertentu,
tarian ini adalah tarian adat suku asli Kota Merauke,yaitu suku marind. Alat musik
yang digunakan untuk mengiringi tarian ini adalah tifa yang terbuat dari kayu
yang dibolongi atau di kosongkan isinya, dan pada satu sisinya diberi penutup.
Penutupnya terbuat dari kulit rusa dan juga kulit biawak yang dikeringkan,agar
bunyinya menjadi lebih merdu.
Hal -109
RENCANA TINDAKAN TAHUNAN PROVINSI PAPUA 2019 109
BAB III Deskripsi Umum Kondisi Ekosistem Gambut KHG Sasaran
Rencana Tindakan Tahunan (RTT) Provinsi Papua Tahun 2019
5. Kabupaten Asmat
Kabupaten Asmat terkait dengan KHG S. Buru Obaa – S. Buru Mappi, distrik di dalam
Kabupaten Asmat yang berhubungan langsung dengan KHG adalah Distrik Atsy dan Suator.
a) Sosial Ekonomi
1) Kependudukan
Penduduk Kabupaten Asmat pada tahun 2016 sebanyak 90.316 jiwa yang terdiri dari
45.585 laki-laki dan 44.731 jiwa perempuan. Kabupaten Asmat mengalami
pertumbuhan penduduk sekitar 2,3 persen dari tahun sebelumnya. Kepadatan
penduduk di Kabupaten Asmat tahun 2016 sebesar 2,82. Setiap 1 km2 terdapat 2-3
jiwa, dengan rata-rata jumlah penduduk per satu rumah tangga 4-5 orang. Pada
distrik terkait yaitu Atsy dan Suator jumlah penduduk disajikan pada Tabel-67.
Distrik Atsy dan Suator memiliki jumlah penduduk dengan kepadatan penduduk
sedang, berbeda dengan Distrik Agats yang memiliki jumlah penduduk kurang lebih
15 ribu jiwa. Melihat dari angka rasio kependudukan yang bernilai diatas 100, terkait
dengan ketenagakerjaan maka penduduk umumnya mencari penghasilan di sekitar
wilayah mereka tinggal atau di distrik mereka tinggal.
2) Ketenagakerjaan
Mayoritas penduduk Kabupaten Asmat bekerja sebagai petani sebanyak 92,18 %.
Selain itu, penduduk juga bekerja di sektor jasa sebanyak 7,67 % dan sektor industri
0,14 persen. Jumlah pencari kerja yang terdaftar di Kabupaten Asmat pada Dinas
Perindustrian, Perdagangan, Koperasi, UKM dan Tenaga Kerja Kabupaten Asmat
pada tahun 2016 sebesar 1.473 pekerja dengan kenaikan sebesar 99,05 persen. Hal
tersebut karena pandangan di masyarakat bahwa lebih enak menjadi pegawai negeri
sipil, sehingga ketika tidak ada rekrutmen pegawai PNS, maka angka pencari kerja
yang tercatat melonjak secara signifikan. Jumlah pencari kerja didominasi oleh
tenaga kerja dengan pendidikan terakhir SMA/SLTA/Sederajat dengan proporsi
sebesar 71,43 persen.
Hal -110
110 RENCANA TINDAKAN TAHUNAN PROVINSI PAPUA 2019
BAB III Deskripsi Umum Kondisi Ekosistem Gambut KHG Sasaran
Rencana Tindakan Tahunan (RTT) Provinsi Papua Tahun 2019
3) Kondisi Perekonomian
Pada tahun 2017 rata-rata pengeluaran penduduk ditinjau dari aspek ekonomi,
pengeluaran penduduk sekitar Rp 509.836,- dengan pengeluaran untuk makanan
sebanyak Rp 346.929,- atau sebesar kurang lebih 68,05 persen. Hal tersebut
menunjukkan bahwa kesejahteraan masyarakat di Kabupaten Asmat masih sangat
kurang, terlihat dari besarnya proporsional pengeluaran yang didominasi untuk
pemenuhan makanan, karena pada dasarnya semakin rendah proporsi pengeluaran
untuk makanan terhadap total pengeluaran maka daerah tersebut semakin
sejahtera.
PDRB Kabupaten Asmat pada tahun 2017 sebesar 2,03 Triliun Rupiah, PDRB tersebut
meningkat dari tahun sebelumnya, peningkatan sebesar 205 Miliar Rupiah.
Lapangan usaha konstruksi menjadi penyumbang tersebar dari PDRB Kabupaten
Asmat, hal tersebut karena pembangunan infrastruktur menjadi program utama di
Pulau Papua sehingga terjadi peningkatan nilai pada sektor konstruksi yang
berdampak pada dominasi nilai PDRB oleh sektor konstruksi. Sektor konstruksi
menyumbang proporsi pada PDRB Kabupaten Asmat sebesar 30,3 persen, disusul
oleh Administrasi pemerintahan, Pertahanan, dan Jaminan sosial sebesar 21,17
persen hal ini karena pandangan masyarakat tentang kenyamanan ketika menjadi
PNS atau pegawai negeri sipil, sehingga masyarakat berlomba lomba untuk menjadi
PNS. Hal tersebut yang mendasari bahwa besarnya proporsi sektor administrasi
pemerintahan, pertahan, dan jaminan sosial karena di masyarakat lebih populer
untuk menjadi PNS.
1.5
0.5
0
2013 2014 2015 2016 2017
PDRB ADHB
Hal -111
RENCANA TINDAKAN TAHUNAN PROVINSI PAPUA 2019 111
BAB III Deskripsi Umum Kondisi Ekosistem Gambut KHG Sasaran
BAB IIITindakan
Rencana Deskripsi Umum
Tahunan Kondisi
(RTT) Provinsi PapuaEkosistem
Tahun 2019 Gambut KHG Sasaran
Rencana Tindakan Tahunan (RTT) Provinsi Papua Tahun 2019
4) Potensi Wilayah
4) Potensi
Mengacu Wilayah
pada ketenagakerjaan yang didominasi sebagai petani, tentunya potensi
Mengacu pada ketenagakerjaan
hasil pertanian menjadi menarikyang didominasi
untuk sebagai
dikaji lebih petani,
lanjut. tentunya
Beberapa potensi
jenis hasil
hasil pertanian menjadi menarik untuk dikaji lebih lanjut. Beberapa
pertanian meliputi tanaman pangan, hortikultura, perkebunan, peternakan dan jenis hasil
pertanian meliputi tanaman pangan, hortikultura, perkebunan, peternakan dan
perikanan.
perikanan.
a) Tanaman Pangan
a) Tanaman Pangan
Pertanian tanaman pangan di Kabupaten Asmat sebagian besar merupakan
Pertanian ubi
pertanian tanaman
kayu dan pangan di Hal
ubi jalar. Kabupaten Asmat
ini mengingat sebagian
kondisi besar
wilayah pada merupakan
Kabupaten
pertanian ubi kayu dan ubi jalar. Hal ini mengingat kondisi wilayah pada
Asmat yang sebagian besar merupakan wilayah dataran rendah dan rawa. Sehingga Kabupaten
Asmat yang
tanaman sebagian
yang palingbesar
cocokmerupakan wilayah dataran
untuk dibudidayakan rendah
adalah dan rawa.
tanaman Sehingga
tersebut dan
banyak dibudidayakan oleh masyarakat setempat. Selain dengan ubi jalar dan dan
tanaman yang paling cocok untuk dibudidayakan adalah tanaman tersebut ubi
banyak dibudidayakan oleh masyarakat setempat. Selain dengan ubi
kayu, tanaman lain sebagai pemenuhan makanan dengan memanfaatkan hasil hutan jalar dan ubi
kayu, tanaman
yaitu tanaman sagu
lain sebagai pemenuhan
yang dijadikan sebagaimakanan
sumberdengan memanfaatkan hasil hutan
makanan.
yaitu tanaman sagu yang dijadikan sebagai sumber makanan.
Tabel-68. Produktivitas tanaman pangan dalam ton di Distrik sekitar KHG Sasaran (Kabupaten
Tabel-68. Produktivitas tanaman pangan dalam ton di Distrik sekitar KHG Sasaran (Kabupaten
Asmat)
No Asmat)
Distrik Ubi Jalar Ubi Kayu Beras Keladi/Talas
1No Atsy Distrik Ubi Jalar 24 Ubi Kayu
87,50 Beras23,10 Keladi/Talas
5,5
1
2 Atsy
Suator 244 87,50
25 23,10 5,5
2
Sumber :Suator
Kabupaten Asmat dalam angka 2018. 4 25 5,5
Sumber : Kabupaten Asmat dalam angka 2018.
Seperti tabel di atas, ubi kayu menjadi tanaman pangan dengan produktivitas
Seperti
tertinggi.tabel di atas,
Ubi kayu ubidan
cocok kayu menjadi
sesuai tanaman
di tanam pangan
dengan kondisidengan
lahan produktivitas
pada wilayah
tertinggi. Ubi
kabupaten Asmat.kayu cocok dan sesuai di tanam dengan kondisi lahan pada wilayah
kabupaten Asmat.
b) Hortikultura
b) Hortikultura
Hortikultura terdiri dari komoditas sayuran, buah-buahan, dan tanaman hias.
Hortikultura
Tanaman hiasterdiri
tidak dari komoditas di
dibudidayakan sayuran, buah-buahan,
Kabupaten dan tanaman
Asmat, karena hias.
fokus utama
Tanaman
masyarakathias
yangtidak
masihdibudidayakan
berupaya dalam di pemenuhan
Kabupaten kebutuhan
Asmat, karena fokus utama
dasar mereka. Jenis
masyarakat yang masih berupaya dalam pemenuhan kebutuhan dasar
tanaman yang menjadi tanaman utama dalam aspek hortikultura di Kabupaten mereka. Jenis
tanaman yang menjadi
Asmat adalah tanaman tanaman
kangkungutama
dengandalam aspek
total hortikultura
produksi mencapaidi Kabupaten
309 ton.
Asmat
Sedangkan untuk komoditas buah-buahan yang menjadi buah dominan309
adalah tanaman kangkung dengan total produksi mencapai yangton.
di
Sedangkan untuk komoditas buah-buahan yang menjadi buah dominan
produksi di Kabupaten Asmat adalah buah pisang dengan total produksi sebanyak yang di
produksi ton.
2.177,42 di Kabupaten
KangkungAsmat adalahmenjadi
dan pisang buah pisang
sayuran dengan total produksi
dan buah-buahan sebanyak
yang paling
2.177,42 ton. Kangkung dan pisang menjadi sayuran dan buah-buahan
mendominasi di Kabupaten Asmat karena penyerapan pasar yang baik pada yang paling
dua
mendominasi di Kabupaten Asmat karena penyerapan pasar yang
produk hortikultura ini, sehingga masyarakat membudidayakan kedua produk baik pada dua
produk hortikultura
hortikultura ini secara ini, sehingga masyarakat membudidayakan kedua produk
massal.
hortikultura ini secara massal.
c) Perkebunan
c) Perkebunan
Tanaman perkebunan di Kabupaten Asmat didominasi oleh tanaman sagu dan
TanamanSagu
kelapa. perkebunan di Kabupaten
masih menjadi Asmat
makanan didominasi
pokok olehdi tanaman
masyarakat sagu
Kabupaten dan
Asmat
kelapa. Sagu masih menjadi makanan pokok masyarakat di Kabupaten Asmat
Hal -112
112 RENCANA TINDAKAN TAHUNAN PROVINSI PAPUA 2019 Hal -112
BAB III Deskripsi Umum Kondisi Ekosistem Gambut KHG Sasaran
Rencana Tindakan Tahunan (RTT) Provinsi Papua Tahun 2019
sehingga produksi sagu pada tahun 2017 mencapai 15.865 ton. Selain karena sagu
merupakan makanan pokok, wilayah Asmat yang merupakan wilayah pesisir
sehingga menghasilkan hasil padi yang kurang baik. Kabupaten Asmat yang
merupakan wilayah pesisir sehingga hasil produksi kelapa juga cukup baik. Berikut
sajian data terkait hasil perkebunan di Kabupaten Asmat.
d) Peternakan
Pada tahun 2017 sektor peternakan didominasi oleh babi dengan jumlah populasi
babi mencapai 1.142 ekor, meningkat dari tahun lalu yang hanya 1.012 ekor. Namun
dalam sudut pandang produksi ternak, jumlah produksi daging lebih banyak
dihasilkan oleh sapi. Produksi daging sapi dan babi berturut-turut adalah 85 ton dan
19 ton. Daging sapi yang lebih banyak dibandingkan daging babi karena Kabupaten
Asmat menerima pasokan daging sapi dari daerah lain, sehingga stok daging sapi
lebih banyak dibandingkan daging babi, meskipun jumlah populasi sapi lebih sedikit
dibandingkan babi. Untuk ternak unggas pada tahun 2017 ayam buras sebanyak
9.719 ekor yang mengalami peningkatan dari sebelumnya yaitu 9.440 ekor. Jumlah
populasi itik menurun yang pada tahun sebelumnya sebanyak 1.266 ekor menjadi
1.121 ekor.
e) Perikanan
Produksi perikanan pada tahun 2017 tercatat sebanyak 10.684,80 ton yang terdiri
dari 9.935,3 ton perikanan laut atau sebesar 92,99 persen dan 749,5 ton perikanan
darat (7,01 persen). Terlihat bahwa perikanan laut mendominasi hasil perairan pada
Kabupaten Asmat, hal tersebut karena letak geografis Kabupaten Asmat yang
merupakan wilayah pesisir sehingga dekat dengan daerah laut, maka masyarakat
banyak memanfaatkan keunggulan geografis tersebut untuk mencari hasil laut
berupa ikan. Ikan menjadi sektor potensi yang menjanjikan selain daya serap
ekonomi masyarakat yang menyukai ikan, ikan dapat menjadi salah satu pemenuhan
gizi masyarakat di Kabupaten Asmat.
Hal -113
RENCANA TINDAKAN TAHUNAN PROVINSI PAPUA 2019 113
BAB III Deskripsi Umum Kondisi Ekosistem Gambut KHG Sasaran
Rencana Tindakan Tahunan (RTT) Provinsi Papua Tahun 2019
b. Sosial Budaya
Pendidikan merupakan salah satu faktor yang mencerminkan kualitas sumber daya
manusia suatu daerah. Semakin tinggi tingkat pendidikan yang dimiliki maka akan
semakin mudah dalam menyerap dan mengembangkan pengetahuan teknologi.
Untuk meningkatkan kualitas pendidikan suatu daerah maka diperlukan tenaga
pendidik yang berkompeten di bidangnya.
Tabel-70. Sarana Pendidikan beserta Jumlah Siswa dan Jumlah Guru per Tingkat Pendidikan di
Kabupaten Asmat
No Tingkat Pendidikan Jumlah Sarana Jumlah Siswa Jumlah Guru
1 TK 17 1.312 57
2 SD 137 19.765 695
3 SMP 19 2.777 291
4 SMA 4 1.276 126
5 SMK 1 46 15
Sumber: Kabupaten Asmat Dalam Angka 2018.
Sudah terdapat sarana pendidikan yang terbilang cukup mencukupi, hanya saja
melihat dari jumlah siswa yang cenderung menurun dari tingkat SD, SMP, SMA dan
SMK disebabkan oleh kurangnya daya tampung pada pendidikan selanjutnya.
Sehingga masyarakat perlu mencari sekolah di luar Kabupaten Asmat, serta tidak
sedikit peserta didik yang harus berhenti sekolah karena keterbatasan biaya maupun
keterbatasan daya tampung sarana pendidikan.
2) Kesehatan
2). Kesehatan
Pada tahun 2017 hanya terdapat 1 rumah sakit di Kabupaten Asmat serta puskesmas
sebanyak 12 unit, sedangkan puskesmas pembantu sebanyak 66 unit. Jumlah dokter
meningkat dari 26 dokter pada tahun 2016 menjadi 35 dokter pada tahun 2017.
Peningkatan tenaga kesehatan juga terjadi pada jumlah bidan, dimana pada tahun
2016 jumlah bidan tercatat sebanyak 97 orang menjadi 106 orang. Jumlah perawat
juga mengalami peningkatan dari 199 orang menjadi 217 perawat. Upaya
pemenuhan sarana kesehatan masih kurang meskipun sudah ada upaya peningkatan
jumlah tenaga kesehatan. Rumah sakit yang tersedia masih hanya 1 unit, sehingga
kurang dalam penyelesaian masalah kesehatan di Kabupaten Asmat. Pemerintah
perlu memperhatikan sarana kesehatan di Kabupaten Asmat, karena akan sia-sia
apabila upaya peningkatan jumlah tenaga medis namun tidak selaras dengan jumlah
sarana kesehatan itu sendiri.
Hal -114
114 RENCANA TINDAKAN TAHUNAN PROVINSI PAPUA 2019
BAB III Deskripsi Umum Kondisi Ekosistem Gambut KHG Sasaran
Rencana Tindakan Tahunan (RTT) Provinsi Papua Tahun 2019
3). Kriminalitas
Berdasarkan data yang diperoleh dari Kepolisian Resor Asmat, terdapat 117 kasus
tindak pidana selama tahun 2017. Kasus yang terjadi di Kabupaten Asmat sebagian
besar merupakan tindak penganiayaan dan pencurian. Kepolisian Resor Asmat
mencatat sebanyak 53 kasus pencurian dan 16 kasus penganiayaan terjadi di
Kabupaten Asmat. Jika dilihat dari waktu, maka kasus-kasus pidana tersebut paling
banyak terjadi pada bulan Februari, Mei, dan Desember. Catatan terbanyak
merupakan kasus pencurian dan penganiayaan tingginya angka kriminalitas
diindikasikan karena pengaruh minuman keras serta kondisi lingkungan.
4). Budaya
Kabupaten Asmat merupakan wilayah yang ditempati oleh Suku Asmat itu sendiri.
Suku Asmat adalah nama sebuah suku terbesar dan paling terkenal diantara sekian
banyak suku yang terdapat di Papua. Salah satu hal yang membuat suku Asmat
begitu dikenal karena hasil ukiran kayu tradisional mereka yang sangat khas.
Beberapa ornamen/motif yang seringkali digunakan dalam pemahatan patung oleh
suku Asmat umumnya menggunakan tema nenek moyang atau biasa disebut mbis.
Tak hanya itu, seringkali ditemui ornamen berbentuk perahu atau warumon.
Warumon merupakan simbol yang dipercaya oleh suku Asmat sendiri sebagai
perahu yang membawa arwah nenek moyang mereka ke alam kematian. Bagi suku
Asmat, seni pahat merupakan ritual untuk mengenang arwah para leluhurnya.
Rumah Tradisional Suku Asmat adalah Jeu dengan panjang sampai 25 meter. Sampai
sekarang masih dijumpai Rumah Tradisional ini jika kita berkunjung ke Asmat
pedalaman.
Suku Asmat sendiri mengakui dirinya sebagai keturunan dewa yang berasal dari
dunia mistik yang lokasinya berada di horizon tempat terbenamnya matahari. Suku
asmat yakin nenek moyangnya pada zaman dahulu melakukan pendaratan di bumi
di daerah pegunungan. Suku Asmat meyakini di wilayahnya terdapat tiga macam roh
yang mempunyai sifat baik, jahat, dan jahat namun mati. Merunut dari mitologi
masyarakat Asmat berdiam di teluk Flamingo, dewa itu bernama Fumuriptis. Selain
itu Suku Asmat percaya ada beberapa roh yang berdekatan dengan kita yaitu:
a. Yi-ow atau roh nenek moyang bersifat baik untuk keturunannya;
b. Osbopan yang merupakan perwujudan dari roh jahat;
c. Dambin-ow atau roh jahat yang mati konyol.
Selain roh nenek moyang, kehidupan asmat diikuti oleh beberapa upacara-upacara
adat yang terkait dengan penghormatan terhadap nenek moyang, yaitu:
a. Mbismbu (Pembuatan tiang);
b. Yentpokmbu (pembuatan dan pengukuhan rumah yew);
c. Tsyimbu (pembuatan dan pengukuhan perahu lesung);
d. Yamasy pokumbu (upacara perisai);
Hal -115
RENCANA TINDAKAN TAHUNAN PROVINSI PAPUA 2019 115
BAB III Deskripsi Umum Kondisi Ekosistem Gambut KHG Sasaran
Rencana Tindakan Tahunan (RTT) Provinsi Papua Tahun 2019
Suku ini percaya bahwa sebelum memasuki surga, arwah orang yang sudah
meninggal akan mengganggu manusia. Gangguan bisa berupa penyakit, bencana,
bahkan peperangan. Maka, demi menyelamatkan manusia serta menebus arwah,
mereka yang masih hidup membuat patung dan menggelar pesta seperti pesta
patung bis (Bioskokombi), pesta topeng, pesta perahu, dan pesta ulat-ulat sagu.
C. Jaringan Kanal
Jaringan kanal terbagi menjadi 3 tipe yaitu kanal besar (lebar 10 - 30 m), kanal sedang (lebar 5 -
10 m), dan kanal kecil (lebar < 5 m). Berdasarkan data sekunder yang bersumber dari Peta
Digitasi Indikatif Kanal di Tujuh Provinsi dari Hasil Survei GIS oleh Jurusan Geodesi, Fakultas
Teknik, Universitas Gadjah Mada Tahun 2016, pada areal 8 (delapan) KHG Sasaran RTT Provinsi
Papua Tahun 2019 tidak terdapat jaringan kanal.
Berdasarkan hasil penggunaan drone di area KHG sasaran juga menunjukkan tidak terdapat
jaringan kanal. Drone yang digunakan pada kegiatan survei, memilki kemampuan jelajah kurang
lebih maksimal 5 km dengan waktu tempuh sekitar 27 menit termasuk persiapan take off dan
landing. Pengamatan kondisi lapangan dengan menggunakan drone dilakukan di beberapa
tempat. Beberapa hasil penggunaan drone terlihat pada Gambar-12. Penggunaan drone juga
dilakukan untuk areal-areal yang terkendala/mengalami hambatan tracking seperti terlihat pada
Gambar-13.
Hal -116
116 RENCANA TINDAKAN TAHUNAN PROVINSI PAPUA 2019
BAB III Deskripsi Umum Kondisi Ekosistem Gambut KHG Sasaran
Rencana Tindakan Tahunan (RTT) Provinsi Papua Tahun 2019
Namun demikian, penggunaan drone pada kegiatan survei ini masih memiliki keterbatan-
keterbatasan, diantaranya:
- Kecepatan angin di lokasi pemotretan dirasakan cukup agak kencang
- Jam terbang pesawat yang relatif singkat (keterbatasan power / battery)
- Kemampuan pilot yang masih terbatas (kurang berpengalaman)
1. Data Biofisik
Rekapitulasi database hasil survei lapangan biofisik dari masing-masing KHG disajikan pada
Lampiran-1.
Hal -117
RENCANA TINDAKAN TAHUNAN PROVINSI PAPUA 2019 117
BAB IV Rencana Restorasi
Rencana Tindakan Tahunan (RTT) Provinsi Papua Tahun 2019
BAB-IV
RENCANA RESTORASI
A. RENCANA RESTORASI KHG SUNGAI ALEKI MALE - SUNGAI IFULEKI BIAN DI KABUPATEN
MERAUKE
KHG S. Aleki Male – S. Ifuleki Bian seluas 4.011 ha. Areal KHG yang menjadi prioritas
tindakan restorasi adalah seluas 2.191 ha. Lokasi KHG S. Aleki Male – S. Ifuleki Bian
adalah sebagai berikut :
- Astronomis : 140° 24’46.468” - 140° 28’56.771” LS dan
7° 12’20.638” - 7°20’36.971” BT
- Administrasi Pemerintahan : Distrik Muting, Kabupaten Merauke
- Wilayah Pemangkuan Hutan : Dinas Kehutanan Provinsi Papua
- Kelompok Hutan : S. Aleki Male – Ifuleki Bian
Arahan tindakan restorasinya didasarkan pada kondisi satuan lahan restorasi gambut
(SLRG) yang ditentukan berdasarkan : (1) Fungsi ekosistem gambut (fungsi lindung /
budidaya), (2) Kejadian kebakaran (terbakar / tidak terbakar), (3) Keberadaan kanal
(berkanal / tidak berkanal), dan (4) Kerapatan penutupan lahan (terbuka / sedang/
rapat). Pada areal KHG S. Aleki Male – S. Ifuleki Bian terdapat 4 (empat) SLRG (Tabel-
71) dan Peta-15 (Peta SLRG).
Tabel-71. Satuan Lahan Restorasi Gambut (SLRG) pada KHG S. Aleki Male – S. Ifuleki Bian.
Fungsi
Arahan
No Ekosistem Kanal Kebakaran Kerapatan SLRG Luas (ha) Luas (%)
Tindakan *)
Gambut
1. Fungsi Tidak Terbakar Terbuka F1.B1.K2.C1 • R.2.1 713 32,55
Lindung E.G. Berkanal Sedang F1.B1.K2.C2 • R.2.1 - -
Rapat F1.B1.K2.C3 • R.2.1 44 2,00
Non Terbuka F1.B2.K2.C1 Pemantapan 1.037 47,34
Terbakar Sedang F1.B2.K2.C2 Pengelolaan - -
Rapat F1.B2.K2.C3 Kawasan 397 18,11
Total (1) 2.191 100,0
2 Fungsi Tidak Terbakar Terbuka F2.B1.K2.C1 • R.2.1 - -
Budidaya Berkanal Sedang F2.B1.K2.C2 • R.2.1 - -
E.G. Rapat F2.B1.K2.C3 • R.2.1 - -
Non Terbuka F2.B2.K2.C1 - -
Terbakar Sedang F2.B2.K2.C2 - - -
Rapat F2.B2.K2.C3 - -
Total (2) - -
Total 2.191 100,0
Keterangan :
R.2.1 = Suksesi Alami
*) = Arahan tindakan hanya berupa Suksesi Alami (R.2.1) karena arahan tindakan Rewetting (R.1), Pengkayaan
Tanaman (R.2.2) dan Penanaman Pola Maksimal (R.2.3) tidak dapat dilakukan di KHG Sasaran.
Restorasi ekosistem gambut pada KHG ini menjadi tanggung jawab 2 (dua) UPRG (Tabel-
72). Sebaran UPRG pada KHG S. Aleki Male – S. Ifuleki Bian disajikan pada Peta-16 (Peta
UPRG).
Tabel-72. Pelaksana Restorasi Gambut / UPRG pada KHG S. Aleki Male – S. Ifuleki Bian.
Total Luas PIR Luas Prioritas 1
No UPRG Keterangan
(ha) (ha)
1 KSDAE / KSA 2.171 746 KSA
2 Pemda Kabupaten Merauke 20 11 Areal APL non hak
Total 2.191 757
120
RENCANA TINDAKAN TAHUNAN PROVINSI PAPUA 2019
Peta-15. Peta SLRG pada KHG S. Aleki Male – S. Ifuleki Bian
Hal -119
BAB IV Rencana Restorasi
Rencana Tindakan Tahunan (RTT) Provinsi Papua Tahun 2019
121
Hal -120
BAB IV Rencana Restorasi
Rencana Tindakan Tahunan (RTT) Provinsi Papua Tahun 2019
a. Pembasahan (Rewetting)/R.1
Pada KHG S. Aleki Male – S. Ifuleki Bian tidak diperlukan pembuatan sumur bor
(R.1.1) untuk tindakan pembasahan, walaupun terdapat areal bekas kebakaran
tahun 2015, 2016 dan 2017 seluas 757 ha. Hal ini diputuskan berdasarkan
pertimbangan-pertimbangan beberapa hal, yaitu :
• Secara umum (hampir seluruh) areal eks kebakaran tersebut bertanah
mineral (bukan gambut).
• Kerusakan yang ditimbulkan oleh kejadian kebakaran jauh lebih rendah jika
dibandingkan dengan pada tanah gambut.
• Pada areal eks kebakaran tersebut tidak terdapat sistem drainase (kanal /
sungai) yang secara teknis mempercepat keluarnya air (aliran air) dari areal
eks kebakaran ke sungai utama.
• Areal bekas kebakaran yang terdapat pada KHG S. Aleki Male – S. Ifuleki
Bian merupakan areal yang sengaja dibakar oleh masyarakat yang
dilakukan pada kegiatan perburuan. Pembakaran lahan dilakukan dengan
tujuan untuk menumbuhkan tunas-tunas rumput muda untuk menarik
hewan buruan. Dengan adanya tunas-tunas rumput muda tersebut
binatang buruan (terutama rusa) akan datang ke areal kebakaran tersebut,
dan masyarakat menjadi mudah untuk menangkap hewan buruan. Selain
itu, pembakaran lahan juga dilakukan untuk mengarahkan/ mengumpulkan
ikan, sehingga masyarakat lebih mudah menangkap ikan.
Pada KHG S. Aleki Male – S. Ifuleki Bian tidak diperlukan pembuatan sekat kanal
(R.1.2) untuk tindakan pembasahan. Hal ini karena pada KHG S. Aleki Male – S.
Ifuleki Bian tidak terdapat kanal.
Pada KHG S. Aleki Male – S. Ifuleki Bian tidak diperlukan penimbunan kanal
(R.1.3) untuk tindakan pembasahan. Hal ini karena pada KHG S. Aleki Male – S.
Ifuleki Bian tidak terdapat kanal.
Revegetasi adalah upaya pemulihan tutupan lahan pada ekosistem gambut melalui
penanaman jenis tanaman asli pada fungsi lindung atau dengan jenis tanaman lain
yang adaptif terhadap lahan basah dan memiliki nilai ekonomi pada fungsi budidaya.
Tujuan pemulihan vegetasi pada program restorasi di KHG S. Aleki Male – S. Ifuleki
Bian adalah mengembalikan kondisi tutupan lahan pada KHG yang terganggu/rusak,
sehingga fungsi hidrologis tetap terjaga. Revegetasi dilakukan pada areal eks
terbakar.
Hasil survei di lapangan menemukan jenis tanaman lokal yang banyak terdapat di
sekitar areal KHG S. Aleki Male – S. Ifuleki Bian adalah jenis-jenis kayu Bus
(Eucalyptus sp.), ketapang (Terminallia sp.), akaway (Campnosperma montanum),
sagu (Metroxylon sagu), Gelam/kayu putih (Melaleuca leucadendra), bambu, Gaharu
(Aquilaria spp) dan gambir (Uncaria gambir); sehingga arahan penamanan
pengkayaan (Enrichment planting) akan menggunakan jenis tanaman lokal tersebut.
Areal eks terbakar pada periode tahun 2015 s/d 2017 pada KHG S. Aleki Male –
S. Ifuleki Bian adalah 757 ha, terdiri dari penutupan rapat (hutan alam) seluas 44
Ha, penutupan terbuka (semak, padang rumput, tanah terbuka, dll) seluas 713
ha. Seluruh bagian areal eks terbakar tersebut direncanakan perlakuan tindakan
restorasi berupa suksesi alami (R.2.1). Sebaran areal tindakan suksesi alami
(R.2.1) pada KHG S. Aleki Male – S. Ifuleki Bian disajikan pada Peta-17 (Peta
Arahan Tindakan Revegetasi).
Adapun areal berpenutupan terbuka adalah areal yang paling luas (dominan 94%)
merupakan semak, padang rumput, tanah terbuka seluas 713 ha. Areal ini yang
secara faktual semak belukar, sengaja dibakar jika semak atau padang rumput
mulai tinggi untuk tujuan berburu dan penangkapan ikan di rawa. Oleh
karenanya hanya diprogramkan dengan suksesi alami dengan pertimbangan
bahwa bagian areal tersebut juga memerlukan program perlindungan (sesuai
dengan sebagian kegiatan program Suksesi Alami).
Secara normatif bagian areal bekas kebakaran periode tahun 2015 s/d 2017
yang berpenutupan sedang (25 – 50 %) perlu dilakukan Pengkayaan Tanaman
(R.2.2). Namun demikian pada kasus di KHG S. Aleki Male – S. Ifuleki Bian hal
ini tidak diperlukan / tidak diprogramkan. Beberapa dasar pertimbangannya
adalah :
• Areal bekas kebakaran yang terdapat pada KHG S. Aleki Male – S. Ifuleki Bian
merupakan areal yang sengaja dibakar oleh masyarakat yang dilakukan pada
kegiatan perburuan. Pembakaran lahan dilakukan dengan tujuan untuk
menumbuhkan tunas-tunas rumput muda untuk menarik hewan buruan.
Dengan adanya tunas-tunas rumput muda tersebut binatang buruan
(terutama rusa) akan datang ke areal kebakaran tersebut, dan masyarakat
menjadi mudah untuk menangkap hewan buruan. Selain itu, pembakaran
lahan juga dilakukan untuk mengarahkan / mengumpulkan ikan, sehingga
masyarakat lebih mudah menangkap ikan.
Bagian areal bekas kebakaran periode tahun 2015 s/d 2017 yang berpenutupan
terbuka ( < 25 %) perlu dilakukan penanaman dengan pola maksimal (R.2.3).
Namun demikian pada kasus di KHG S. Aleki Male – S. Ifuleki Bian hal ini tidak
diperlukan / tidak diprogramkan, dengan pertimbangan beberapa hal, yaitu :
• Areal bekas kebakaran yang terdapat pada KHG S. Aleki Male – S. Ifuleki Bian
merupakan areal yang sengaja dibakar oleh masyarakat yang dilakukan pada
kegiatan perburuan. Pembakaran lahan dilakukan dengan tujuan untuk
menumbuhkan tunas-tunas rumput muda untuk menarik hewan buruan.
Dengan adanya tunas-tunas rumput muda tersebut binatang buruan
(terutama rusa) akan datang ke areal kebakaran tersebut, dan masyarakat
menjadi mudah untuk menangkap hewan buruan. Selain itu, pembakaran
lahan juga dilakukan untuk mengarahkan / mengumpulkan ikan, dan dengan
demikian masyarakat lebih mudah menangkap ikan.
• Kondisi bagian areal ini merupakan areal yang mengalami banjir (terendam)
secara periodik dengan level ketinggian air mencapai 2 m, sehingga teknis
Penanaman Pola Maksimal sulit dilakukan.
• Jika Penanaman Pola Maksimal dilakukan, maka tingkat keberhasilannya
diragukan.
• Kondisi penutupan lahan di lapangan berupa belukar rawa (tumbuh secara
alami). Belukar rawa ini diharapkan dapat berkembang secara alami menjadi
areal yang lebih rapat.
• Jenis tanah pada areal ini hampir seluruhnya merupakan tanah mineral
(aluvial), sehingga tingkat degradasinya tidak separah pada tanah gambut.
Sistem kelembagaan ada di Papua berbeda dengan daerah lain di Indonesia sehingga
dipandang perlu dilakukan pemetaan wilayah terkait hak ulayat (wilayah marga).
KHG S. Aleki Male – S. Ifuleki Bian termasuk areal yang masih kental memegang
budaya kepemilikan tanah ulayat. Pelaksanaan kegiatan restorasi Gambut harus di
dasarkan pada pembagian dan hak kepemilikan tanah marga tersebut (prakondisi).
Maka dalam hal penentuan rencana revitalisasi perlu dilakukan Pemetaan Hak
Ulayat. Setelah batas areal marga menjadi jelas, maka kegiatan revitalisasi
masyarakat diharapkan dapat segera dilakukan melalui program :
- R.3.1. Pembentukan DPG;
- R.3.2. Peningkatan Kapasitas Kelembagaan;
- R.3.3. Pembangunan Alternatif Komoditas dan Sumber Mata Pencaharian.
128
RENCANA TINDAKAN TAHUNAN PROVINSI PAPUA 2019
Peta-17. Peta Arahan Tindakan Revegetasi pada KHG S. Aleki Male – S. Ifuleki Bian
Hal -127
BAB IV Rencana Restorasi
Rencana Tindakan Tahunan (RTT) Provinsi Papua Tahun 2019
129
Hal -128
BAB IV Rencana Restorasi
Rencana Tindakan Tahunan (RTT) Provinsi Papua Tahun 2019
• Melakukan koordinasi dan kerja sama dengan berbagai pihak yaitu Badan
Restorasi Gambut, Pemerintah Daerah, Pemerintah Desa, Pemegang
Izin/Konsesi, Lembaga Swadaya Masyarakat/Perguruan Tinggi/Lembaga
Penelitian.
• Membuat peraturan bersama kepala desa/kampung terkait kerja sama
ekonomi atau kerja sama untuk perlindungan dan pengelolaan gambut
antar desa. Peraturan tersebut memuat bentuk-bentuk kerja sama,
pembagian tanggung jawab, mekanisme pelaksanaan serta evaluasi dan
pendanaan.
• Membentuk Kelompok Masyarakat Peduli Gambut sebagai wadah
partisipasi efektif dari masyarakat dalam perlindungan dan pengelolaan
ekosistem gambut.
• Melakukan pertemuan secara rutin dalam rangka penguatan kelembagaan.
• Melakukan kerja sama dalam pengembangan dan pemasaran produk lokal.
Tabel-73. Kegiatan dalam Program Peningkatan Kapasitas Kelembagaan dan SDM (R.3.2)
Kode
No. Program Peningkatan Kapasitas Kelembagaan dan SDM (R.3.2)
Kegiatan
1 Identifikasi stakeholders/aktor dan local champion 1
2 Sosialisasi kegiatan restorasi gambut kepada masyarakat kampung 2
3 Pembentukan dan/atau pembinaan BUMDes/Kam 3
4 Pembentukan dan/atau pembinaan Lembaga Masyarakat Adat (LMA) 4
5 Pembentukan dan/atau pembinaan Poktan/Pokdatan/Pokdarwis 5
6 Penyusunan AD/ART BUMDes/Kam, LMA, Poktan/Pokdatan/Pokdarwis 6
7. Penyusunan rencana kerja tahunan kelembagaan BUMDes/Kam, LMA, 7
Poktan/Pokdatan/Pokdarwis
8 Pelatihan tata kelola dan manajemen/keuangan BUMDes/Kam, LMA, 8
Poktan/Pokdatan/Pokdarwis
9 Pendampingan tata kelola dan manajemen/keuangan kelembagaan BUMDes/Kam, 9
LMA, Poktan/Pokdatan/Pokdarwis
10 Menggali gagasan dan peluang kerja sama antar kelembagaan yang ada 10
11 Inisiasi penyusunan peraturan kampung yang dapat mendukung program pelestarian 11
lingkungan hidup
12 Insiasi revisi RPJMDes/Kam yang memasukkan program pelestarian lingkungan hidup 12
13 Pelatihan tata kelola pemerintahan kampung yang baik 13
14 Studi banding dan sosialisasi success story mengenai tata kelola manajemen/ 14
keuangan kelembagaan BUMDes/Kam, LMA, Poktan/Pokdatan/Pokdarwis
15 Identifikasi potensi pengembangan komoditas unggulan dan ekowisata kampung 15
untuk pengembangan mata pencaharian
16 Pelatihan budidaya pertanian tanpa bakar dan paludikultur, peternakan, perikanan 16
air tawar (kolam, keramba, rawa dan sungai), dan wanatani
17 Pelatihan pengolahan hasil pertanian, peternakan, perikanan air tawar, dan 17
kehutanan
18 Pelatihan manajemen usaha produktif masyarakat kampung 18
19 Pelatihan pengelolaan ekowisata berbasis sumber daya alam dan lingkungan hidup 19
kampung (rawa, hutan, dan DAS)
20 Pendampingan usaha produktif masyarakat kampung 20
Tabel-74. Gambaran Potensi Pengembangan Alternatif Komoditas dan Sumber Mata Pencaharian
(R.3.3) Kampung Boha dan Pachas pada KHG S. Aleki Male – S. Ifuleki Bian.
Jenis/Potensi Komoditas/Produk/Obyek
No. Kategori Kegiatan
Kampung Boha Kampung Pachas
1 Pertanian Sawi, cabai, tomat, jagung, ubi kayu, Rambutan, pisang, jagung
(Tanaman Pangan, ubi jalar, rambutan, nanas, pisang
Palawija, dan
Hotikultura)
2 Tanaman Kelapa, karet, kelapa sawit Karet
Perkebunan
3 Peternakan Sapi, kambing, babi, ayam Babi dan ayam
4 Perikanan Perairan Perikanan tangkap (Gastor, Mujair/ Perikanan tangkap (mujair, gurame,
Umum (rawa, Nila, Sembilang, Kakap Putih, Kakap kakap putih, gastor, ikan kaca, dll
sungai) dan Batu, Ikan kaca, Ikan duri, Udang, dll)
Budidaya Kolam / Keramba (Mujaer, Gurame,
Perikanan Air Lele).
Tawar (kolam,
keramba)
5 Kehutanan / Kayu Bus /Minyak kayu putih (alami) Kayu bus, kayu besi
Agroforestry /
Wanatani
6 Pengolahan hasil Kerajinan bambu, pengolahan ikan Pengolahan ikan dan daging rusa
pertanian, (ikan asin), pengolahan daging
perkebunan, (dendeng)
peternakan,
perikanan, dan
hasil hutan
Keterangan: *) Perlu tindakan sosialisasi & penegakkan hukum terhadap jenis-jenis flora/fauna
dilindungi.
Pelaksanaan restorasi ekosistem gambut pada KHG S. Aleki Male – S. Ifuleki Bian
meliputi 2 desa / kampung, yaitu Desa / Kampung Boha dan Pachas (Distrik Muting,
Kabupaten Merauke). Adapun bentuk-bentuk dan volume tindakan restorasinya
disajikan pada Tabel-75.
Tabel-75. Sasaran Tindakan Restorasi pada KHG S. Aleki Male – S. Ifuleki Bian.
Kecamatan / Desa / Tindakan Restorasi
No Kabupaten
Distrik Kampung Simbol Satuan Jumlah
1 Merauke Muting Boha R.1.1 Unit 0
R.1.2 Unit 0
R.1.3 Unit 0
R.2.1 ha 474
R.2.2 ha 0
R.2.3 ha 0
R.3.1 Paket 1
R.3.2 Paket 1
R.3.3 Paket 3
2 Merauke Muting Pachas R.1.1 Unit 0
R.1.2 Unit 0
R.1.3 Unit 0
R.2.1 ha 280
R.2.2 ha 0
R.2.3 ha 0
R.3.1 Paket 1
R.3.2 Paket 1
R.3.3 Paket 3
3 Merauke Muting Kolam *) R.1.1 Unit 0
R.1.2 Unit 0
R.1.3 Unit 0
R.2.1 ha 3
R.2.2 ha 0
R.2.3 ha 0
R.3.1 Paket 0
R.3.2 Paket 0
R.3.3 Paket 0
Keterangan *) = program revitalisasi pada Kampung Kolam masuk pada program revitalisasi KHG S. Ifuleki Bian – S. Lekiage
Sentuf.
Pelaksana restorasi ekosistem gambut pada KHG S. Aleki Male – S. Ifuleki Bian adalah
KSDAE / KSA dan Pemda Kabupaten Merauke. Adapun bentuk-bentuk dan volume
tindakan restorasinya disajikan pada Tabel-76.
Tabel-76. Pelaksana Tindakan Restorasi pada KHG S. Aleki Male – S. Ifuleki Bian.
Tabel-77. Matriks Arahan Tindakan Restorasi Gambut Pada KHG S. Aleki Male – S. Ifuleki Bian
Kolam *) 3 - - - 3 - -
Keterangan : *) Dimasukkan program restorasi KHG Sungai Ifuleki Bian – Sungai Lekiage Sentuf.
136
Rencana Tindakan Tahunan (RTT) Provinsi Papua Tahun 2019
Tabel-78. Matriks Arahan Tindakan dan Pelaksana Revitalisasi pada KHG S. Aleki Male – S. Ifuleki Bian
R.3.3
No Kampung R.3.1. R.3.2. Tanaman Tanaman Wisata
Peternakan Perikanan Kehutanan Pengolahan
Pangan Perkebunan Kampung
Distrik Muting, Kabupaten Merauke
1 Boha Program 1 s/d 10 Program 1 s/d 20 Sawi, cabai, Kelapa Sapi, Bantuan Eucalyptus - Minyak kayu putih,
tomat, kambing, alat tangkap kerajinan bambu,
jagung, ubi babi, ayam ikan pengolahan ikan
kayu, ubi (misal ikan asap, dan
jalar, abon), pengolahan
rambutan, daging (misal
nanas, pisang dendeng, dan abon)
2 Pachas Program 1 s/d 10 Program 1 s/d 20 Pisang dan Karet Babi dan Bantuan Eucalyptus, - Pengolahan ikan (ikan
jagung ayam alat tangkap Kayu besi asin, ikan asap) dan
ikan daging rusa (abon,
dengdeng)
7. Areal Terdampak
a. Rewetting
Pada KHG S. Aleki Male – S. Ifuleki Bian tidak terdapat areal terdampak yang
ditimbulkan tindakan rewetting (R.1.1 / pembuatan sumur bor, R.1.2 / pembuatan
sekat kanal, dan R.2.3 / penimbunan kanal) karena pada KHG S. Aleki Male – S.
Ifuleki Bian tidak ada tindakan rewetting (R.1.1, R.1.2, dan R.1.3).
b. Revegetation
Kegiatan revegetasi dengan Suksesi Alami (R.2.1) pada KHG S. Aleki Male – S. Ifuleki
Bian diharapkan menimbulkan keamanan kawasan areal eks terbakar, yaitu seluas
757 ha.
c. Revitalization
Areal terdampak tindakan revitalisasi pada KHG S. Aleki Male – S. Ifuleki Bian
mencakup 2 (dua) ruang dampak, yaitu :
• Ruang dampak 1 (dampak langsung), mencakup areal seluas pusat-pusat
pemukiman di desa-desa / kampung-kampung yang menjadi sasaran tindakan
R.3.1, R.3.2 dan R.3.3, yaitu Desa / Kampung Boha dan Pachas, Kecamatan /
Distrik Muting, Kabupaten Merauke. Dengan dilaksanakannya R.3.1, R.3.2,
dan R.3.3 diperkirakan aspek-aspek kehidupan masyarakat (pendapatan,
pendidikan dan kesehatan masyarakat) di Desa / Kampung Boha dan Pachas
dapat lebih meningkat dibandingkan jika tidak ada tindakan R.3.
• Ruang dampak 2 (dampak tidak langsung), mencakup seluruh areal KHG
Sasaran, atau minimal pada areal yang biasa menjadi sasaran pembakaran
oleh masyarakat.
Hal -136
RENCANA TINDAKAN TAHUNAN PROVINSI PAPUA 2019 137
BAB IV Rencana Restorasi
Rencana Tindakan Tahunan (RTT) Provinsi Papua Tahun 2019
B. RENCANA RESTORASI KHG SUNGAI ALEKIKOS BAKIAN - SUNGAI IFULEKI BIAN DI KABUPATEN
MERAUKE
Areal KHG S. Alekikos Bakian – S. Ifuleki Bian adalah seluas 2.133 ha. Areal KHG yang
menjadi prioritas untuk tindakan restorasi seluas 862 ha. Lokasi KHG S. Alekikos Bakian
– S. Ifuleki Bian adalah sebagai berikut :
- Astronomis : 140°21’18.025” - 140°25’42.309” LS dan
7°26’6.125” - 7°29’49.097” BT
- Administrasi Pemerintahan : Distrik Muting, Kabupaten Merauke
- Wilayah Pemangkuan Hutan : Dinas Kehutanan Provinsi Papua
- Kelompok Hutan : S. Alekikos Bakian – S. Ifuleki Bian
Arahan tindakan restorasinya didasarkan pada kondisi satuan lahan restorasi gambut
(SLRG) yang ditentukan berdasarkan : (1) Fungsi ekosistem gambut (fungsi lindung /
budidaya), (2) Kejadian kebakaran (terbakar / tidak terbakar), (3) Keberadaan kanal
(berkanal / tidak berkanal), dan (4) Kerapatan penutupan lahan (terbuka / sedang/
rapat). Di areal KHG S. Alekikos Bakian – S. Ifuleki Bian terdapat 2 (dua) SLRG (Tabel-79)
dan Peta-19 (Peta SLRG).
Tabel-79. Satuan Lahan Restorasi Gambut (SLRG) pada KHG S. Alekikos Bakian – S. Ifuleki Bian.
Fungsi
Arahan
No Ekosistem Kanal Kebakaran Kerapatan SLRG Luas (ha) Luas (%)
Tindakan *)
Gambut
1. Fungsi Tidak Terbakar Terbuka F1.B1.K2.C1 R.2.1 384 44,54
Lindung Berkanal
Sedang F1.B1.K2.C2 R.2.1 - -
Rapat F1.B1.K2.C3 R.2.1 - -
Non Terbuka F1.B2.K2.C1 478 55,45
Terbakar Pemantapan
Sedang F1.B2.K2.C2 Pengelolaan - -
Rapat F1.B2.K2.C3 Kawasan
- -
Total (1) 862 100,0
2 Fungsi Tidak Terbakar Terbuka ` R.2.1 - -
Budidaya Berkanal
Sedang F2.B1.K2.C2 R.2.1 - -
Rapat F2.B1.K2.C3 R.2.1 - -
Non Terbuka F2.B2.K2.C1 - -
-
Terbakar
Sedang F2.B2.K2.C2 - -
Hal -137
Fungsi
Arahan
No Ekosistem Kanal Kebakaran Kerapatan SLRG Luas (ha) Luas (%)
Tindakan *)
Gambut
Rapat F2.B2.K2.C3 - -
Total (2) - -
Total (1+2) 862 100,0
Keterangan :
R.2.1 = Suksesi Alami
*) = Arahan tindakan hanya berupa suksesi alami (R.2.1) karena arahan tindakan Rewetting (R.1), pengkayaan
(R.2.2) dan penanaman pola maksimal (R.2.3) tidak dapat dilakukan di KHG Sasaran.
Restorasi ekosistem gambut pada KHG ini menjadi tanggung jawab 1 (satu) UPRG
(Tabel-80). Sebaran UPRG pada S. Alekikos Bakian – S. Ifuleki Bian disajikan pada Peta-
20 (Peta UPRG).
Tabel-80. Pelaksana Restorasi Gambut / UPRG pada S. Alekikos Bakian – S. Ifuleki Bian.
Luas PIR Luas Prioritas 1
No UPRG Keterangan
(ha) (ha)
1 KSDAE / KSA 862 384 KSA
Total 862 384
Hal -138
RENCANA TINDAKAN TAHUNAN PROVINSI PAPUA 2019 139
BABIV RencanaRestorasi
RencanaTindakanTahunan(RTT)ProvinsiPapuaTahun2019
140
RENCANA TINDAKAN TAHUNAN PROVINSI PAPUA 2019
Peta-19. Peta SLRG pada S. Alekikos Bakian – S. Ifuleki Bian
Hal -139
BABIV RencanaRestorasi
RencanaTindakanTahunan(RTT)ProvinsiPapuaTahun2019
141
Hal -140
BAB IV Rencana Restorasi
Rencana Tindakan Tahunan (RTT) Provinsi Papua Tahun 2019
a. Pembasahan (Rewetting)/R.1
Pada KHG S. Alekikos Bakian – S. Ifuleki Bian tidak diperlukan pembuatan sumur
bor (R.1.1) untuk tindakan pembasahan, walaupun terdapat areal bekas
kebakaran tahun 2015, 2016 dan 2017 seluas 384 ha. Hal ini diputuskan
berdasarkan pertimbangan-pertimbangan, yaitu:
• Secara umum (hampir seluruh) areal eks kebakaran tersebut bertanah
mineral (bukan gambut).
• Kerusakan yang ditimbulkan oleh kejadian kebakaran jauh lebih rendah jika
dibandingkan dengan pada tanah gambut.
• Pada areal eks kebakaran tersebut tidak terdapat sistem drainase (kanal /
sungai) yang secara teknis mempercepat keluarnya air (aliran air) dari areal
eks kebakaran ke sungai utama.
• Areal bekas kebakaran yang terdapat pada KHG S. Alekikos Bakian – S.
Ifuleki Bian merupakan areal yang sengaja dibakar oleh masyarakat yang
dilakukan pada kegiatan perburuan. Pembakaran lahan dilakukan dengan
tujuan untuk menumbuhkan tunas-tunas rumput muda untuk menarik
hewan buruan. Dengan adanya tunas-tunas rumput muda tersebut
binatang buruan (terutama rusa) akan datang ke areal kebakaran tersebut,
dan masyarakat menjadi mudah untuk menangkap hewan buruan. Selain
itu, pembakaran lahan juga dilakukan untuk mengarahkan /
mengumpulkan ikan, dan dengan demikian masyarakat lebih mudah
menangkap ikan.
Pada KHG S. Alekikos Bakian – S. Ifuleki Bian tidak diperlukan pembuatan sekat
kanal (R.1.2) untuk tindakan pembasahan. Hal ini karena pada KHG S. Alekikos
Bakian – S. Ifuleki Bian tidak terdapat kanal.
Pada KHG S. Alekikos Bakian – S. Ifuleki Bian tidak diperlukan penimbunan kanal
(R.1.3) untuk tindakan pembasahan. Hal ini karena pada KHG S. Alekikos Bakian
– S. Ifuleki Bian tidak terdapat kanal.
Hal -141
Hasil survei di lapangan menemukan jenis tanaman lokal yang banyak terdapat di
sekitar areal KHG S. Alekikos Bakian – S. Ifuleki Bian adalah jenis-jenis kayu Bus
(Eucalyptus sp.), ketapang (Terminallia sp.), akaway (Campnosperma montanum),
sagu (Metroxylon sagu), Gelam/kayu putih (Melaleuca leucadendra), bambu, gaharu
(Aquilaria spp.) dan gambir (Uncaria gambir); sehingga arahan penamanan
pengkayaan (Enrichment planting) akan menggunakan jenis tanaman lokal tersebut.
Luas areal eks kebakaran yang ada adalah 384 ha, kerapatan penutupan terbuka
(semak, padang rumput, tanah terbuka, dll).
Hal -142
RENCANA TINDAKAN TAHUNAN PROVINSI PAPUA 2019 143
BAB IV Rencana Restorasi
Rencana Tindakan Tahunan (RTT) Provinsi Papua Tahun 2019
Secara normatif bagian areal bekas kebakaran periode tahun 2015 s/d 2017
yang berpenutupan sedang (25 – 50 %) perlu dilakukan Pengkayaan Tanaman
(R.2.2). Namun demikian pada kasus di KHG S. Alekikos Bakian – S. Ifuleki Bian
tidak terdapat kondisi yang demikian.
Bagian areal bekas kebakaran periode tahun 2015 s/d 2017 yang berpenutupan
terbuka (<25 %) seluas 384 ha perlu dilakukan dengan pola maksimal (R.2.3).
Namun demikian pada kasus di KHG S. Alekikos Bakian – S. Ifuleki Bian hal ini
tidak diperlukan / tidak diprogramkan, dengan pertimbangan beberapa hal,
yaitu:
• Areal bekas kebakaran yang terdapat pada KHG S. Alekikos Bakian – S. Ifuleki
Bian merupakan areal yang sengaja dibakar oleh masyarakat yang dilakukan
pada kegiatan perburuan. Pembakaran lahan dilakukan dengan tujuan
untuk menumbuhkan tunas-tunas rumput muda untuk menarik hewan
buruan. Dengan adanya tunas-tunas rumput muda tersebut binatang
buruan (terutama rusa) akan datang ke areal kebakaran tersebut, dan
masyarakat menjadi mudah untuk menangkap hewan buruan. Disamping
itu pembakaran lahan juga dilakukan untuk mengarahkan / mengumpulkan
ikan, sehingga masyarakat lebih mudah menangkap ikan.
• Kondisi bagian areal ini di lapangan merupakan areal yang mengalami banjir
(terendam) secara periodik dengan level ketinggian air mencapai 2 m,
sehingga teknis Penanaman Pola Maksimal sulit dilakukan.
• Jika Penanaman Pola Maksimal dilakukan tingkat keberhasilannya
diragukan.
• Kondisi penutupan di lapangan berupa belukar rawa yang secara alami
diharapkan dapat berkembang secara alami menjadi areal yang lebih rapat.
Hal -143
Peta •arahan
Jenistindakan
tanah pada arealpada
revegetasi ini hampir seluruhnya
KHG S. Alekikos merupakan
Bakian – S. Ifulekitanah mineral
Bian disajikan
c. Revitalisasi (Revitalization) / R.3
(aluvial), sehingga tingkat degradasinya tidak separah pada tanah gambut.
pada Peta-21.
Hal -145
147
Hal -146
BABIV RencanaRestorasi
RencanaTindakanTahunan(RTT)ProvinsiPapuaTahun2019
148
RENCANA TINDAKAN TAHUNAN PROVINSI PAPUA 2019
Peta-22. Peta Arahan Tindakan Revitalisasi KHG S. Alekikos Bakian – S. Ifuleki Bian
Hal -147
BAB IV Rencana Restorasi
Rencana Tindakan Tahunan (RTT) Provinsi Papua Tahun 2019
• Melakukan koordinasi dan kerja sama dengan berbagai pihak yaitu Badan
Restorasi Gambut, Pemerintah Daerah, Pemerintah Desa, Pemegang
Izin/Konsesi, Lembaga Swadaya Masyarakat/Perguruan Tinggi/Lembaga
Penelitian.
• Membuat peraturan bersama kepala desa/kampung terkait kerja sama
ekonomi atau kerja sama untuk perlindungan dan pengelolaan gambut
antar desa. Peraturan tersebut memuat bentuk-bentuk kerja sama,
pembagian tanggung jawab, mekanisme pelaksanaan serta evaluasi dan
pendanaan.
• Membentuk Kelompok Masyarakat Peduli Gambut sebagai wadah
partisipasi efektif dari masyarakat dalam perlindungan dan pengelolaan
ekosistem gambut.
• Melakukan pertemuan secara rutin dalam rangka penguatan kelembagaan.
• Melakukan kerja sama dalam pengembangan dan pemasaran produk lokal.
Hal -148
RENCANA TINDAKAN TAHUNAN PROVINSI PAPUA 2019 149
BAB IV Rencana Restorasi
Rencana Tindakan Tahunan (RTT) Provinsi Papua Tahun 2019
Tabel-81. Kegiatan dalam Program Peningkatan Kapasitas Kelembagaan dan SDM (R.3.2)
Kode
No. Program Peningkatan Kapasitas Kelembagaan dan SDM (R.3.2)
Kegiatan
1 Identifikasi stakeholders/aktor dan local champion 1
2 Sosialisasi kegiatan restorasi gambut kepada masyarakat kampung 2
3 Pembentukan dan/atau pembinaan BUMDes/Kam 3
4 Pembentukan dan/atau pembinaan Lembaga Masyarakat Adat (LMA) 4
5 Pembentukan dan/atau pembinaan Poktan/Pokdatan/Pokdarwis 5
6 Penyusunan AD/ART BUMDes/Kam, LMA, Poktan/Pokdatan/Pokdarwis 6
7.
7 Penyusunan rencana kerja tahunan kelembagaan BUMDes/Kam, LMA, 7
Poktan/Pokdatan/Pokdarwis
8 Pelatihan tata kelola dan manajemen/keuangan BUMDes/Kam, LMA, 8
Poktan/Pokdatan/Pokdarwis
9 Pendampingan tata kelola dan manajemen/keuangan kelembagaan BUMDes/Kam, 9
LMA, Poktan/Pokdatan/Pokdarwis
10 Menggali gagasan dan peluang kerja sama antar kelembagaan yang ada 10
11 Inisiasi penyusunan peraturan kampung yang dapat mendukung program pelestarian 11
lingkungan hidup
12 Insiasi revisi RPJMDes/Kam yang memasukkan program pelestarian lingkungan hidup 12
13 Pelatihan tata kelola pemerintahan kampung yang baik 13
14 Studi banding dan sosialisasi success story mengenai tata kelola manajemen/ 14
keuangan kelembagaan BUMDes/Kam, LMA, Poktan/Pokdatan/Pokdarwis
15 Identifikasi potensi pengembangan komoditas unggulan dan ekowisata kampung 15
untuk pengembangan mata pencaharian
16 Pelatihan budidaya pertanian tanpa bakar dan paludikultur, peternakan, perikanan air 16
tawar (kolam, keramba, rawa dan sungai), dan wanatani
17 Pelatihan pengolahan hasil pertanian, peternakan, perikanan air tawar, dan kehutanan 17
18 Pelatihan manajemen usaha produktif masyarakat kampung 18
19 Pelatihan pengelolaan ekowisata berbasis sumber daya alam dan lingkungan hidup 19
kampung (rawa, hutan, dan DAS)
20 Pendampingan usaha produktif masyarakat kampung 20
Hal -149
Tabel-82. Gambaran Potensi Pengembangan Alternatif Komoditas dan Sumber Mata Pencaharian
(R.3.3) pada KHG S. Alekikos Bakian – S. Ifuleki Bian
No. Kegiatan Jenis/Potensi Komoditas/Produk/Obyek
1 Pertanian (Tanaman Pangan, Palawija, dan Hotikultura) Rambutan, nanas, pisang,
2 Tanaman Perkebunan -
3 Peternakan Sapi, kambing, babi, ayam
4 Perikanan Perairan Umum (rawa, sungai) dan Budidaya Perikanan tangkap (gastor, mujaer/ nila,
Perikanan Air Tawar (kolam, keramba) sembilang, kakap utih, kakap batu, ikan
kaca, ikan duri, udang, dll)
Kolam / keramba (mujaer, gurame, lele).
5 Kehutanan / Agroforestry / Wanatani Kayu Bus /Minyak kayu putih (alami)
6 Pengolahan hasil pertanian, perkebunan, peternakan, Pengolahan ikan (ikan asin)
perikanan, dan hasil hutan Pengolahan daging (dendeng)
Pelaksanaan restorasi ekosistem gambut pada KHG S. Alekikos Bakian – S. Ifuleki Bian
meliputi 1 desa / kampung, yaitu Desa / Kampung Boha (Distrik Muting, Kabupaten
Merauke). Adapun bentuk-bentuk dan volume tindakan restorasinya disajikan pada
Tabel-83.
Tabel-83. Sasaran Tindakan Restorasi pada KHG S. Alekikos Bakian – S. Ifuleki Bian.
Hal -150
RENCANA TINDAKAN TAHUNAN PROVINSI PAPUA 2019 151
BAB IV Rencana Restorasi
Rencana Tindakan Tahunan (RTT) Provinsi Papua Tahun 2019
Pelaksana restorasi ekosistem gambut pada KHG S. Alekikos Bakian – S. Ifuleki Bian
adalah KSDAE / KSA. Adapun bentuk-bentuk dan volume tindakan restorasinya
disajikan pada Tabel-84.
Tabel-84. Pelaksana Tindakan Restorasi pada KHG S. Aleki Male – S. Ifuleki Bian.
Matriks arahan tindakan rewetting pada KHG S. Alekikos – S. Ifuleki Bian disajikan
pada Tabel-85. Sedangkan Tabel-86 menyajikan matriks arahan tindakan
revitalisasi pada KHG S. Alekikos – S. Ifuleki Bian.
Hal -151
Tabel-85. Matrik Arahan Tindakan Rewetting Pada KHG S. Alekikos Bakian – S. Ifuleki Bian
Luas Rewetting (R.1) Revegetasi (R.2)
UPRG Kabupaten Distrik Kampung Restorasi R.1.1 R.1.2 R.1.3 R.2.1 R.2.2 R.2.3
(ha) (Unit) (Unit) (Unit) (ha) (ha) (ha)
Tabel-86. Matriks Arahan Tindakan Revitalisasi pada KHG S. Alekikos Bakian – S. Ifuleki Bian
R.3.3
No Kampung R.3.1. R.3.2. Tanaman Tanaman Wisata
Peternakan Perikanan Kehutanan Pengolahan
Pangan Perkebunan Kampung
Distrik Muting, Kabupaten Merauke
1 Waan Program 1 s/d 10 Program 1 s/d 20 Rambutan, Budidaya Sapi, Bantuan Eucalyptus - Minyak kayu putih,
nanas, pisang, tanaman kambing, alat tangkap pengolahan ikan
kayu putih babi, ayam ikan (misal ikan asap, dan
(bahan baku abon), pengolahan
kayu putih) daging (misal:
dendeng, dan abon)
7. Areal Terdampak
a. Rewetting
Pada KHG S. Alekikos Bakian – S. Ifuleki Bian tidak terdapat areal terdampak yang
ditimbulkan tindakan pembasahan (R.1.1 / pembuatan sumur bor, R.2.2 /
pembuatan sekat kanal, dan R.2.3 / penimbunan kanal) karena pada KHG S.
Alekikos Bakian – S. Ifuleki Bian tidak ada tindakan pembasahan (R.1.1, R.1.2, dan
R.1.3).
b. Revegetation
Kegiatan revegetasi dengan suksesi alami (R.2.1) pada KHG S. Alekikos Bakian – S.
Ifuleki Bian diharapkan terciptanya keamanan kawasan areal eks terbakar, yaitu
seluas 384 ha.
c. Revitalization
Areal terdampak tindakan revitalisasi pada KHG S. Alekikos Bakian – S. Ifuleki Bian
mencakup 2 (dua) ruang dampak, yaitu :
• Ruang dampak 1 (dampak langsung), mencakup areal seluas pusat-pusat
pemukiman di desa-desa / kampung-kampung yang menjadi sasaran tindakan
R.3.1, R.3.2 dan R.3.3, yaitu Desa / Kampung Waan, Kecamatan / Distrik
Muting, Kabupaten Merauke. Dengan dilaksanakannya R.3.1, R.3.2, dan R.3.3
diperkirakan aspek-aspek kehidupan masyarakat (pendapatan, pendidikan dan
kesehatan masyarakat dapat lebih meningkat dibandingkan jika tidak ada
tindakan R.3.
• Ruang dampak 2 (dampak tidak langsung), mencakup seluruh areal KHG
Sasaran, atau minimal pada areal yang biasa menjadi sasaran pembakaran
oleh masyarakat.
C. RENCANA RESTORASI KHG SUNGAI ALEKIKOSI DIGOEL - SUNGAI ALEKI SEME DI KABUPATEN
BOVEN DIGOEL
Areal KHG S. Alekikosi Digoel – S. Aleki Seme adalah seluas 25.521 ha. Areal KHG yang
menjadi prioritas tindakan restorasi seluas 15.093 ha. Lokasi KHG Sungai Alekikosi
Digoel - Sungai Aleki Seme adalah sebagai berikut :
- Astronomis : 140°6’2.048’ - 140°16’55.237” LS dan
6°50’24.327” 7°5’56.731” BT
- Administrasi Pemerintahan : Distrik Subur Kabupaten Boven digoel
- Wilayah Pemangkuan Hutan : Dinas Kehutanan Provinsi Papua
Arahan tindakan restorasinya didasarkan pada kondisi satuan lahan restorasi gambut
(SLRG) yang ditentukan berdasarkan : (1) Fungsi ekosistem gambut (fungsi lindung /
budidaya), (2) Kejadian kebakaran (terbakar / tidak terbakar), (3) Keberadaan kanal
(berkanal / tidak berkanal), dan (4) Kerapatan penutupan lahan (terbuka / sedang/
rapat). Di areal KHG S. Alekikosi Digoel – S. Aleki Seme terdapat 11 (sebelas) SLRG
(Tabel-87) dan Peta-23 (Peta SLRG).
Tabel-87. Satuan Lahan Restorasi Gambut (SLRG) pada KHG S. Alekikosi Digoel – S. Aleki Seme.
Fungsi
Arahan
No Ekosistem Kanal Kebakaran Kerapatan SLRG Luas (ha) Luas (%)
Tindakan *)
Gambut
1. Fungsi Tidak Terbakar Terbuka F1.B1.K2.C1 R.2.1 463 3,07
Lindung E.G. Berkanal
Sedang F1.B1.K2.C2 R.2.1 17 0,11
Rapat F1.B1.K2.C3 R.2.1 - -
Non Terbuka F1.B2.K2.C1 5.084 33,68
Terbakar Pemantapan
Sedang F1.B2.K2.C2 Pengelolaan 538 3,57
Rapat F1.B2.K2.C3 Kawasan
93 0,61
Total (1) 6.195 41,05
2 Fungsi Tidak Terbakar Terbuka F2.B1.K2.C1 R.2.1 1.143 7,57
Budidaya Berkanal
Sedang F2.B1.K2.C2 R.2.1 10 0,06
E.G.
Rapat F2.B1.K2.C3 R.2.1 5 0,03
Non Terbuka F2.B2.K2.C1 5.795 38,39
Terbakar -
Sedang F2.B2.K2.C2 699 4,63
Rapat F2.B2.K2.C3 1.247 8,26
Total (2) 8.898 58,95
Fungsi
Arahan
No Ekosistem Kanal Kebakaran Kerapatan SLRG Luas (ha) Luas (%)
Tindakan *)
Gambut
Total (1+2) 15.093 100,0
Keterangan :
R.2.1 = Suksesi Alami
*) = Arahan tindakan hanya berupa suksesi alami (R.2.1) karena arahan tindakan Rewetting (R.1), pengkayaan
(R.2.2) dan penanaman pola maksimal (R.2.3) tidak dapat dilakukan di KHG Sasaran.
Restorasi ekosistem gambut pada KHG ini menjadi tanggung jawab 4 (empat) UPRG
(Tabel-88). Sebaran UPRG pada KHG S. Alekikosi Digoel – S. Aleki Seme disajikan pada
Peta-24 (Peta UPRG).
Tabel-88. Pelaksana Restorasi Gambut / UPRG pada KHG S. Alekikosi Digoel – S. Aleki Seme.
Luas PIR Luas Prioritas 1
No UPRG (ha) Keterangan
(ha)
1 Pemda Kabupaten Boven Digoel 1.113 - Areal APL non hak
2 PT. Merauke Rayon Jaya – KPHP 661 - HPHTI
Unit LV
3 KPHP – Unit LIII 10.134 1.248 Areal HP dan HPT Non hak
4 KPHP – Unit LV 3.184 390 Areal HP dan HPT Non hak
Total 15.093 1.638
Total (ha)
157
Hal -156
BABIV RencanaRestorasi
RencanaTindakanTahunan(RTT)ProvinsiPapuaTahun2019
158
RENCANA TINDAKAN TAHUNAN PROVINSI PAPUA 2019
Peta-24. Peta UPRG pada KHG S. Alekikosi Digoel – S. Aleki Seme
Hal -157
BAB IV Rencana Restorasi
Rencana Tindakan Tahunan (RTT) Provinsi Papua Tahun 2019
a. Pembasahan (Rewetting)/R.1
Pada KHG S. Alekikosi Digoel – S. Aleki Seme tidak diperlukan pembuatan sumur
bor (R.1.1) untuk tindakan pembasahan, walaupun terdapat areal bekas
kebakaran tahun 2015, 2016 dan 2017 seluas 1.638 Ha. Hal ini diputuskan
berdasarkan pertimbangan-pertimbangan, yaitu::
• Secara umum (hampir seluruh) areal eks kebakaran tersebut bertanah
mineral (bukan gambut).
• Kerusakan yang ditimbulkan oleh kejadian kebakaran jauh lebih rendah jika
dibandingkan dengan pada tanah gambut.
• Pada areal eks kebakaran tersebut tidak terdapat sistem drainase (kanal /
sungai) yang secara teknis mempercepat keluarnya air (aliran air) dari areal
eks kebakaran ke sungai utama.
• Areal bekas kebakaran yang terdapat pada KHG S. Alekikosi Digoel – S.
Aleki Seme merupakan areal yang sengaja dibakar oleh masyarakat yang
dilakukan pada kegiatan perburuan. Pembakaran lahan dilakukan dengan
tujuan untuk menumbuhkan tunas-tunas rumput muda untuk menarik
hewan buruan. Dengan adanya tunas-tunas rumput muda tersebut
binatang buruan (terutama rusa) akan datang ke areal kebakaran tersebut,
dan masyarakat menjadi mudah untuk menangkap hewan buruan. Selain
itu, pembakaran lahan juga dilakukan untuk mengarahkan /
mengumpulkan ikan, sehingga masyarakat lebih mudah menangkap ikan.
Pada KHG S. Alekikosi Digoel – S. Aleki Seme tidak diperlukan pembuatan sekat
kanal (R.1.2) untuk tindakan pembasahan. Hal ini karena pada KHG S. Alekikosi
Digoel – S. Aleki Seme tidak terdapat kanal.
Pada KHG S. Alekikosi Digoel – S. Aleki Seme tidak diperlukan penimbunan kanal
(R.1.3) untuk tindakan pembasahan. Hal ini karena pada KHG S. Alekikosi Digoel
– S. Aleki Seme tidak terdapat kanal.
Hasil survei di lapangan menemukan jenis tanaman lokal yang banyak terdapat di
sekitar areal KHG S. Alekikosi Digoel – S. Aleki Seme adalah jenis-jenis ecalyptus
(Eucalyptus sp.) / kayu bus, ketapang (Terminallia sp.), akaway (Campnosperma
montanum), sagu (Metroxylon sagu), kayu putih (Melaleuca leucadendron), bambu,
dan gambir (Uncaria gambir); sehingga arahan penamanan Pengkayaan akan
menggunakan jenis tanaman lokal tersebut.
Sebaran areal bekas kebakaran tahun 2015 s/d tahun 2017 pada KHG S. Alekikosi
Digoel – S. Aleki Seme disajikan pada Peta-29 (Peta Penutupan Lahan pada Areal Eks
Kebakaran). Luas areal eks kebakaran yang ada adalah 1.638 ha, terdiri dari
penutupan rapat (hutan alam) seluas 5 ha, penutupan sedang (belukar) seluas 27
ha,dan penutupan terbuka (semak, padang rumput, tanah terbuka, dll) seluas 1.607
ha.
d) Pembuatan sekat / batas zona kebakaran. Hal ini ditujukan agar zona
kebakaran (pembakaran oleh masyarakat) tidak semakin meluas dari
tahun ke tahun. Penetapan batas / zona kebakaran mempertimbangkan
aspirasi masyarakat.
Secara normatif bagian areal bekas kebakaran periode tahun 2015 s/d 2017
yang berpenutupan sedang (25 – 50 %) seluas 27 ha perlu dilakukan Pengkayaan
(R.2.2). Namun demikian pada kasus di KHG S. Alekikosi Digoel – S. Aleki Seme
hal ini tidak diperlukan / tidak diprogramkan. Beberapa dasar pertimbangannya
adalah:
• Areal bekas kebakaran yang terdapat pada KHG S. Alekikosi Digoel – S. Aleki
Seme merupakan areal yang sengaja dibakar oleh masyarakat yang
dilakukan pada kegiatan perburuan. Pembakaran lahan dilakukan dengan
tujuan untuk menumbuhkan tunas-tunas rumput muda untuk menarik
hewan buruan. Dengan adanya tunas-tunas rumput muda tersebut
binatang buruan (terutama rusa) akan datang ke areal kebakaran tersebut,
dan masyarakat menjadi mudah untuk menangkap hewan buruan. Selain
itu, pembakaran lahan juga dilakukan untuk mengarahkan / mengumpulkan
ikan, sehingga masyarakat lebih mudah menangkap ikan.
• Di lapangan, kondisi areal ini berupa lahan yang mengalami banjir
(terendam) secara periodik dengan level ketinggian air lebih dari 1 m,
sehingga teknis penanaman Pengkayaan sulit dilakukan.
• Jika program penanaman Pengkayaan (R.2.2) dilakukan tingkat
keberhasilannya diragukan.
• Kondisi penutupan lahan di lapangan berupa belukar rawa (tumbuh secara
alami). Belukar rawa ini diharapkan dapat berkembang secara alami menjadi
areal yang lebih rapat.
• Jenis tanah pada areal ini hampir seluruhnya merupakan tanah mineral
(aluvial), sehingga tingkat degradasinya tidak separah pada tanah gambut.
Bagian areal bekas kebakaran periode tahun 2015 s/d 2017 yang berpenutupan
terbuka (< 25 %) seluas 1.607 ha perlu dilakukan penanaman dengan pola
maksimal (R.2.3). Namun demikian pada kasus di KHG S. Alekikosi Digoel – S.
Aleki Seme hal ini tidak diperlukan / tidak diprogramkan, dengan pertimbangan
beberapa hal, yaitu:
• Areal bekas kebakaran yang terdapat pada KHG S. Alekikosi Digoel – S. Aleki
Seme merupakan areal yang sengaja dibakar oleh masyarakat yang
Setelah batas areal marga menjadi jelas dan sah, maka kegiatan revitalisasi
masyarakat diharapkan dapat segera dilakukan melalui program :
- R.3.1. Pembentukan DPG
- R.3.2. Peningkatan Kapasitas Kelembagaan
- R.3.3. Pembangunan Alternatif Komoditas dan Sumber Mata Pencaharian
165
Hal -164
BABIV RencanaRestorasi
RencanaTindakanTahunan(RTT)ProvinsiPapuaTahun2019
166
RENCANA TINDAKAN TAHUNAN PROVINSI PAPUA 2019
Peta-26. Peta Arahan Tindakan Revitalisasi KHG S. Alekikosi Digoel – S. Aleki Seme
Hal -165
BAB IV Rencana Restorasi
Rencana Tindakan Tahunan (RTT) Provinsi Papua Tahun 2019
• Melakukan koordinasi dan kerja sama dengan berbagai pihak yaitu (Unsur)
Badan Restorasi Gambut, Pemerintah Daerah, Pemerintah Desa, Pemegang
Izin/Konsesi, Lembaga Swadaya Masyarakat/Perguruan Tinggi/Lembaga
Penelitian.
• Membuat peraturan bersama kepala desa/kampung terkait kerja sama
ekonomi atau kerja sama untuk perlindungan dan pengelolaan gambut
antar desa. Peraturan tersebut memuat bentuk-bentuk kerja sama,
pembagian tanggung jawab, mekanisme pelaksanaan serta evaluasi dan
pendanaan.
• Membentuk Kelompok Masyarakat Peduli Gambut sebagai wadah
partisipasi efektif dari masyarakat dalam perlindungan dan pengelolaan
ekosistem gambut.
• Melakukan pertemuan secara rutin dalam rangka penguatan kelembagaan.
• Melakukan kerja sama dalam pengembangan dan pemasaran produk lokal.
Tabel-89. Kegiatan dalam Program Peningkatan Kapasitas Kelembagaan dan SDM (R.3.2)
Kode
No. Program Peningkatan Kapasitas Kelembagaan dan SDM (R.3.2)
Kegiatan
1 Identifikasi stakeholders/aktor dan local champion 1
2 Sosialisasi kegiatan restorasi gambut kepada masyarakat kampung 2
3 Pembentukan dan/atau pembinaan BUMDes/Kam 3
4 Pembentukan dan/atau pembinaan Lembaga Masyarakat Adat (LMA) 4
5 Pembentukan dan/atau pembinaan Poktan/Pokdatan/Pokdarwis 5
6 Penyusunan AD/ART BUMDes/Kam, LMA, Poktan/Pokdatan/Pokdarwis 6
7.
7 Penyusunan rencana kerja tahunan kelembagaan BUMDes/Kam, LMA, 7
Poktan/Pokdatan/Pokdarwis
8 Pelatihan tata kelola dan manajemen/keuangan BUMDes/Kam, LMA, 8
Poktan/Pokdatan/Pokdarwis
9 Pendampingan tata kelola dan manajemen/keuangan kelembagaan BUMDes/Kam, 9
LMA, Poktan/Pokdatan/Pokdarwis
10 Menggali gagasan dan peluang kerja sama antar kelembagaan yang ada 10
11 Inisiasi penyusunan peraturan kampung yang dapat mendukung program pelestarian 11
lingkungan hidup
12 Insiasi revisi RPJMDes/Kam yang memasukkan program pelestarian lingkungan hidup 12
13 Pelatihan tata kelola pemerintahan kampung yang baik 13
14 Studi banding dan sosialisasi success story mengenai tata kelola manajemen/ 14
keuangan kelembagaan BUMDes/Kam, LMA, Poktan/Pokdatan/Pokdarwis
15 Identifikasi potensi pengembangan komoditas unggulan dan ekowisata kampung 15
untuk pengembangan mata pencaharian
16 Pelatihan budidaya pertanian tanpa bakar dan paludikultur, peternakan, perikanan air 16
tawar (kolam, keramba, rawa dan sungai), dan wanatani
17 Pelatihan pengolahan hasil pertanian, peternakan, perikanan air tawar, dan kehutanan 17
18 Pelatihan manajemen usaha produktif masyarakat kampung 18
19 Pelatihan pengelolaan ekowisata berbasis sumber daya alam dan lingkungan hidup 19
kampung (rawa, hutan, dan DAS)
20 Pendampingan usaha produktif masyarakat kampung 20
Tabel-90. Gambaran Potensi Pengembangan Alternatif Komoditas dan Sumber Mata Pencaharian
(R.3.3) pada KHG S. Alekikosi Digoel – S. Aleki Seme.
Jenis/Potensi Komoditas/Produk/Obyek
No. Kegiatan
Kampung Kaisa, Distrik Subur, Kab. Boven Digoel
1 Pertanian (Tanaman Pangan, Budidaya padi, ubi kayu, ubi jalar, salak, pisang, nangka, sirsak, pepaya
Palawija, dan Hotikultura)
4 Perikanan Perairan Umum Perikanan tangkap (gastor, mujaer/ nila, sembilang, kakap putih,
(rawa, sungai) dan Budidaya kakap batu, ikan kaca, ikan duri, udang, dll)
Perikanan Air Tawar (kolam,
keramba)
Pelaksanaan restorasi ekosistem gambut pada KHG S. Alekikosi Digoel – S. Aleki Seme
meliputi 1 desa / kampung, yaitu Desa / Kampung Boha (Distrik Muting, Kabupaten
Merauke). Adapun bentuk-bentuk dan volume tindakan restorasinya disajikan pada
Tabel-91.
Tabel-91. Sasaran Tindakan Restorasi pada KHG S. Alekikosi Digoel – S. Aleki Seme.
No Kabupaten Kecamatan / Desa / Kampung Tindakan Restorasi
Distrik Simbol Satuan Jumlah
1 Boven Digoel Subur Kaisa/ Bhakti / Wagai R.1.1 Unit 0
R.1.2 Unit 0
R.1.3 Unit 0
R.2.1 ha 0
R.2.2 ha 1.638
R.2.3 ha 0
R.3.1 Paket 1
R.3.2 Paket 1
R.3.3 Paket 7
Pelaksana restorasi ekosistem gambut pada KHG S. Alekikosi Digoel – S. Aleki Seme
adalah Dinas Kehutanan Provinsi Papua, Pemda Kabupaten Boven Digoel, dan PT.
Merauke Rayon Jaya. Adapun bentuk-bentuk dan volume tindakan restorasinya
disajikan pada Tabel-92.
Tabel-92. Pelaksana Tindakan Restorasi pada KHG S. Alekikosi Digoel – S. Aleki Seme.
172
Rencana Tindakan Tahunan (RTT) Provinsi Papua Tahun 2019
Tabel-93. Matriks Arahan Tindakan Restorasi Gambut pada KHG S. Alekikos Digoel – S. Aleki Seme.
Luas Rewetting (R.1) Revegetation (R.2)
UPRG Kabupaten Distrik Kampung Restorasi R.1.1 R.1.2 R.1.3 R.2.1 R.2.2 R.2.3
(Ha) (Unit) (Unit) (Unit) (ha) (ha) (ha)
KPHP – Unit LIII Boven Subur Kaisa / Bhakti / Wagai 1.248 - - - 1.248 - -
Digoel
KPHP – Unit LV Boven Subur Kaisa / Bhakti / Wagai 390 - - - 390 - -
Digoel
Jumlah 1.638 - - - 1.638 - -
Tabel-94. Matriks Arahan Tindakan Revitalisasi pada KHG S. Alekikos Digoel – S. Aleki Seme
R.3.3
No Kampung R.3.1. R.3.2. Tanaman Wisata
Tanaman Pangan Peternakan Perikanan Kehutanan Pengolahan
Perkebunan Kampung
Distrik Subur, Kabupaten Merauke
1 Kaisa / Program 1 Program 1 Budidaya padi, Sagu, rotan, Sapi, kambing, Bantuan alat Budidaya - Pengolahan daging (dendeng dan
Bhakti / s/d 10 s/d 20 ubi kayu, ubi karet babi, ayam tangkap ikan gaharu, abon), pengolahan ikan (ikan asap
Hal -171
BAB IV Rencana Restorasi
Rencana Tindakan Tahunan (RTT) Provinsi Papua Tahun 2019
7. Areal Terdampak
a. Rewetting
Pada KHG S. Alekikosi Digoel – S. Aleki Seme tidak terdapat areal terdampak yang
ditimbulkan tindakan Pembasahan (R.1.1 / pembuatan sumur bor, R.2.2 /
pembuatan sekat kanal, dan R.2.3 / penimbunan kanal) karena pada KHG S.
Alekikosi Digoel – S. Aleki Seme diputuskan tidak ada tindakan pembasahan (R.1.1,
R.1.2, dan R.1.3).
b. Revegetation
Kegiatan revegetasi dengan Suksesi Alami (R.2.1) pada KHG S. Alekikosi Digoel – S.
Aleki Seme diharapkan menimbulkan keamanan kawasan areal bekas terbakar,
yaitu seluas 1.638 ha.
c. Revitalization
Areal terdampak tindakan revitalisasi pada KHG S. Alekikosi Digoel – S. Aleki Seme
mencakup 2 (dua) ruang dampak, yaitu :
• Ruang dampak 1 (dampak langsung), mencakup areal seluas pusat-pusat
pemukiman di desa-desa / kampung-kampung yang menjadi sasaran tindakan
R.3.1, R.3.2 dan R.3.3, yaitu Desa / Kampung Subur dan Kaisa, Kecamatan /
Distrik Subur, Kabupaten Boven Digoel. Dengan dilaksanakannya R.3.1, R.3.2,
dan R.3.3 diperkirakan aspek-aspek kehidupan masyarakat (pendapatan,
pendidikan dan kesehatan masyarakat di Desa / Kampung Kaisa / Bhakti /
Wagai dapat lebih meningkat dibandingkan jika tidak ada tindakan R.3.
• Ruang dampak 2 (dampak tidak langsung), mencakup seluruh areal KHG, atau
minimal pada areal yang biasa menjadi sasaran pembakaran oleh masyarakat.
D. RENCANA RESTORASI KHG SUNGAI BURU MAPPI - SUNGAI BURU OBAA DI KABUPATEN
ASMAT DAN MAPPI
Areal KHG S. Buru Mappi – S. Buru Obaa adalah seluas 402.643 ha. Bagian areal KHG
yang menjadi prioritas tindakan restorasi adalah seluas 130.279 ha. Lokasi KHG S. Buru
Mappi – S. Buru Obaa adalah sebagai berikut :
- Astronomis : 138°57’42.648” - 139° 33’38.834” LS dan
5°39’38.247” - 6°59’13.893” BT
- Administrasi Pemerintahan : Distrik Atsy dan Suator Kabupaten Asmat; Distrik
Assue, Citakmitak, Edera, Haju, Kaibar,
Nambioman Bapai, Obaa, Passue Kabupaten
Mappi
- Wilayah Pemangkuan Hutan : Dinas Kehutanan Provinsi Papua
Arahan tindakan restorasinya didasarkan pada kondisi satuan lahan restorasi gambut
(SLRG) yang ditentukan berdasarkan : (1) Fungsi ekosistem gambut (fungsi lindung /
budidaya), (2) Kejadian kebakaran (terbakar / tidak terbakar), (3) Keberadaan kanal
(berkanal / tidak berkanal), dan (4) Kerapatan penutupan lahan (terbuka / sedang/
rapat). Pada areal KHG S. Buru Mappi – S. Buru Obaa terdapat 8 (delapan) SLRG (Tabel-
95) dan Peta-27 (Peta SLRG).
Tabel-95. Satuan Lahan Restorasi Gambut (SLRG) pada KHG S. Buru Mappi – S. Buru Obaa.
Fungsi
Arahan
No Ekosistem Kanal Kebakaran Kerapatan SLRG Luas (ha) Luas (%)
Tindakan *)
Gambut
1. Fungsi Tidak Terbakar Terbuka F1.B1.K2.C1 R.2.1 5.758 4,42
Lindung Berkanal
Sedang F1.B1.K2.C2 R.2.1 252 0,19
Rapat F1.B1.K2.C3 R.2.1 284 0,22
Non Terbuka F1.B2.K2.C1 49.749 38,19
Terbakar Pemantapan
Sedang F1.B2.K2.C2 Pengelolaan 14.062 10,79
Rapat F1.B2.K2.C3 Kawasan
59.975 46,04
Total (1) 130.079 99,85
2 Fungsi Tidak Terbakar Terbuka F2.B1.K2.C1 R.2.1 - -
Budidaya Berkanal
Sedang F2.B1.K2.C2 R.2.1 - -
Rapat F2.B1.K2.C3 R.2.1 - -
Non Terbuka F2.B2.K2.C1 180 0,14
-
Terbakar
Sedang F2.B2.K2.C2 - -
Fungsi
Arahan
No Ekosistem Kanal Kebakaran Kerapatan SLRG Luas (ha) Luas (%)
Tindakan *)
Gambut
Rapat F2.B2.K2.C3 20 0,01
Total (2) 200 0,15
Total (1+2) 130.279 100,0
Keterangan :
R.2.1 = Suksesi Alami
*) = Arahan tindakan hanya berupa Suksesi Alami (R.2.1) karena arahan tindakan Rewetting (R.1), Pengkayaan
Tanaman (R.2.2) dan Penanaman Pola Maksimal (R.2.3) tidak dapat dilakukan di KHG Sasaran.
Restorasi ekosistem gambut pada KHG ini menjadi tanggung jawab 9 (sembilan) UPRG
(Tabel-96). Sebaran UPRG pada KHG S. Buru Mappi – S. Buru Obaa disajikan pada Peta-
28 (Peta UPRG).
Tabel-96. Pelaksana Restorasi Gambut / UPRG pada KHG S. Buru Mappi – S. Buru Obaa.
Luas PIR Luas Prioritas 1
No UPRG (ha) Keterangan
(ha)
1 Dinas Kehutanan Provinsi Papua 35.584 89 Areal HP dan HPT Non Hak
2 KPHP – Unit XLIX 25.870 5.323 Areal HP dan HPT Non Hak
3 KPHP – Unit XLVII 30.564 57 Areal HP dan HPT Non Hak
4 KPHP – Unit XLVIII 35.024 823 Areal HP dan HPT Non Hak
5 BPDAS-HL 157 - Hutan Lindung
6 Pemda Kabupaten Mappi 1.196 - Areal APL Non Hak pada Kab.
Mappi
7 Pemda Kabupaten Asmat 20 - Areal APL Non Hak pada Kab.
Asmat
8 PT. Wanakerta Eka Lestari 885 - HPHTI
9 PT. Wanakerta Eka Lestari dan 982 - Tumpang Tindih
KPHP – Unit XLVIII
Total 130.282 6.293
176
RENCANA TINDAKAN TAHUNAN PROVINSI PAPUA 2019
Peta-27. Peta SLRG pada KHG S. Buru Mappi – S. Buru Obaa
Hal -175
BABIV RencanaRestorasi
RencanaTindakanTahunan(RTT)ProvinsiPapuaTahun2019
177
Hal -176
BAB IV Rencana Restorasi
Rencana Tindakan Tahunan (RTT) Provinsi Papua Tahun 2019
a. Pembasahan (Rewetting)/R.1
Pada KHG S. Buru Mappi – S. Buru Obaa tidak diperlukan pembuatan sumur bor
(R.1.1) untuk tindakan pembasahan, walaupun terdapat areal bekas kebakaran
tahun 2015, 2016 dan 2017 seluas 6.293 ha. Hal ini diputuskan berdasarkan
pertimbangan-pertimbangan beberapa hal, yaitu :
• Secara umum (hampir seluruh) areal eks kebakaran tersebut bertanah
mineral (bukan gambut).
• Kerusakan yang ditimbulkan oleh kejadian kebakaran jauh lebih rendah jika
dibandingkan dengan pada tanah gambut.
• Pada areal eks kebakaran tersebut tidak terdapat sistem drainase (kanal /
sungai) yang secara teknis mempercepat keluarnya air (aliran air) dari areal
eks kebakaran ke sungai utama.
• Areal bekas kebakaran yang terdapat pada KHG S. Buru Mappi – S. Buru
Obaa merupakan areal yang sengaja dibakar oleh masyarakat yang
dilakukan pada kegiatan perburuan. Pembakaran lahan dilakukan dengan
tujuan untuk menumbuhkan tunas-tunas rumput muda untuk menarik
hewan buruan. Dengan adanya tunas-tunas rumput muda tersebut
binatang buruan (terutama rusa) akan datang ke areal kebakaran tersebut,
dan masyarakat menjadi mudah untuk menangkap hewan buruan. Selain
itu, pembakaran lahan juga dilakukan untuk mengarahkan/mengumpulkan
ikan, sehingga masyarakat lebih mudah menangkap ikan.
Pada KHG S. Buru Mappi – S. Buru Obaa tidak diperlukan pembuatan sekat
kanal (R.1.2) untuk tindakan pembasahan. Hal ini karena pada KHG S. Buru
Mappi – S. Buru Obaa dapat dikatakan tidak terdapat kanal. Pada saat survei
lapangan ditemukan pembuatan kanal terbatas di Kampung Dagimon, Distrik
Obaa, Kabupaten Mappi. Kanal yang dibangun terletak pada tanah mineral yang
difungsikan.
Pada KHG S. Buru Mappi – S. Buru Obaa tidak diperlukan penimbunan kanal
(R.1.3) untuk tindakan pembasahan. Hal ini karena pada KHG S. Buru Mappi – S.
Buru Obaa tidak terdapat kanal.
Tujuan pemulihan vegetasi pada program restorasi di KHG S. Buru Mappi – S. Buru
Obaa adalah mengembalikan kondisi tutupan lahan pada KHG yang sebelumnya
terganggu/rusak, sehingga fungsi hidrologis tetap terjaga. Revegetasi dilakukan pada
areal eks terbakar.
Hasil survei di lapangan menemukan jenis tanaman lokal yang banyak terdapat di
sekitar areal KHG S. Buru Mappi – S. Buru Obaa adalah jenis-jenis ketapang
(Terminallia sp.), kaauwe (Campnosperma montanum), sagu (Metroxylon sagu), kayu
putih (Melaleuca leucadendron), dan gambir (Uncaria gambir), sehingga arahan
penamanan Pengkayaan akan menggunakan jenis tanaman lokal.
Luas areal eks kebakaran yang ada adalah 6.293 ha, terdiri dari penutupan rapat
(hutan alam) seluas 284 ha, penutupan Sedang seluas 252 ha, dan penutupan
terbuka (semak, padang rumput, tanah terbuka, dll) seluas 5.758 ha.
Peta arahan tindakan revegetasi pada KHG S. Buru Mappi – S. Buru Obaa disajikan
pada Peta-29.
180
RENCANA TINDAKAN TAHUNAN PROVINSI PAPUA 2019
Peta-29. Peta Arahan Tindakan Revegetasi pada KHG S. Buru Mappi – S. Buru Obaa
Hal -179
BAB IV Rencana Restorasi
Rencana Tindakan Tahunan (RTT) Provinsi Papua Tahun 2019
Di KHG S. Buru Mappi – S. Buru Obaa tidak terdapat areal eks terbakar periode
tahun 2015 s/d 2017 di kerapatan penutupan sedang (25 – 50 %) 252 ha. Untuk
itu, diputuskan tidak ada program tindakan restorasi revegetasi dengan skema
Pengkayaan tanaman.
Bagian areal bekas kebakaran periode tahun 2015 – 2017 yang berpenutupan
jarang dan terbuka (< 25 %) seluas 5.758 ha perlu dilakukan penanaman dengan
pola maksimal (R.2.3). Namun demikian pada kasus di KHG S. Buru Mappi – S.
Buru Obaa hal ini tidak diperlukan / tidak diprogramkan, dengan pertimbangan
beberapa hal, yaitu::
• Areal bekas kebakaran yang terdapat pada KHG S. Buru Mappi – S. Buru
Obaa merupakan areal yang sengaja dibakar oleh masyarakat yang dilakukan
pada kegiatan perburuan. Pembakaran lahan dilakukan dengan tujuan untuk
menumbuhkan tunas-tunas rumput muda untuk menarik hewan buruan.
Dengan adanya tunas-tunas rumput muda tersebut binatang buruan
(terutama rusa) akan datang ke areal kebakaran tersebut, dan masyarakat
menjadi mudah untuk menangkap hewan buruan. Selain itu, pembakaran
lahan juga dilakukan untuk mengarahkan / mengumpulkan ikan, sehingga
masyarakat lebih mudah menangkap ikan.
• Di lapangan, kondisi areal ini berupa lahan yang mengalami banjir
(terendam) secara periodik dengan level ketinggian air lebih dari 2 m,
sehingga teknis Penanaman Pola Maksimal sulit dilakukan.
• Jika Penanaman Pola Maksimal dilakukan tingkat keberhasilannya
diragukan.
• Kondisi penutupan lahan di lapangan berupa belukar rawa (tumbuh secara
alami). Belukar rawa ini diharapkan dapat berkembang secara alami menjadi
areal yang lebih rapat.
• Jenis tanah pada areal ini hampir seluruhnya merupakan tanah mineral
(aluvial), sehingga tingkat degradasinya tidak separah pada tanah gambut.
Program Revitalisasi (R.3) untuk konteks Papua, khususnya pada KHG S. Buru Mappi
– S. Buru Obaa di Kabupaten Mappi berbeda dengan daerah lain di Indonesia.
Revitalisasi merupakan suatu upaya untuk meningkatkan vitalitas (kehidupan)
kawasan melalui perlindungan kelestarian lingkungan, bahkan peningkatan dan
pembaharuan kualitas lingkungan, dengan mempertimbangkan aspek sosial-
ekonomi dan budaya serta karakteristik kawasan.
Masyarakat kampung yang bermukim pada KHG S. Buru Mappi – S. Buru Obaa di
Kabupaten Mappi secara umum memiliki tingkat perkembangan sosial-ekonomi dan
budaya yang relatif masih tertinggal jika dibandingkan dengan daerah lain di
Indonesia. Namun demikian, pada KHG S. Buru Mappi – S. Buru Obaa di Kabupaten
Mappi ini memiliki sumber daya alam hayati dan kondisi lingkungan hidup yang
masih terjaga dengan baik. Potensi sumber daya alam hayati dan lingkungan hidup
tersebut baik berupa pertanian, peternakan, kehutanan, perikanan, maupun
keindahan alamnya (rawa, sungai, dan hutan). Sumber penghidupan sebagian besar
masyarakat pada KHG S. Buru Mappi – S. Buru Obaa masih sangat bergantung pada
alam, dengan mata pencaharian utama berburu dan meramu dan masih sebagian
kecil saja yang sudah mulai bercocok tanam, namun masih dalam skala kecil dan
bersifat subsisten (tradisional).
Karakteristik unik lainnya pada KHG S. Buru Mappi – S. Buru Obaa di Kabupaten
Mappi adalah terkait dengan sistem kelembagaan adat lokal yang berbeda dengan
daerah lainnya di Indonesia. Sistem kepemilikan lahan/tanah pada KHG S. Buru
Mappi – S. Buru Obaa di Kabupaten Mappi dipegang secara adat yang disebut tanah
adat atau tanah ulayat. Namun demikian, tanah ulayat tersebut belum terpetakan
secara jelas dan belum memilki legalitas, sehingga perlu dilakukan pemetaan wilayah
terkait hak ulayat (wilayah marga). Setelah diperoleh kejelasan menganai batas areal
tanah ulayat (tanah marga), maka kegiatan revitalisasi baru dapat dilaksanakan.
Jika dilihat dari karakteristik wilayahnya, KHG S. Buru Mappi – S. Buru Obaa sebagain
besar merupakan lahan rawa dengan jenis tanah mineral (meskipun terdapat potensi
tanah gambut namun hanya pada titik/spot tertentu, dengan luasan yang relatif
kecil). Dengan karakteristik wilayah demikian, maka Kabupaten Mappi dikenal
dengan julukan kawasan sejuta rawa, dimana lahan rawa tersebut tergenang air
sepanjang tahun (kecuali jika terjadi kemarau panjang), dengan dominasi vegetasi
rumput rawa/rumput tikar, sebagian kecil terdapat tegakan/pohon (pada rawa
dangkal dan daratan), dan sebagian kecil daratan yang tidak tergenang (urat tanah =
Melihat kondisi sosial-ekonomi dan budaya serta karakteristik pada KHG S. Buru
Mappi – S. Buru Obaa tersebut, maka tindakan pemulihan (restorasi) dengan cara
Revitalisasi (R.3) bukan untuk mengurangi dampak kegiatan restorasi
(pembasahan/R.1 dan revegetasi/R.2) terhadap masyarakat, namun lebih diarahkan
untuk upaya pengembangan sosial-ekonomi dan pemberdayaan masyarakat
kampung guna meningkatkan kesejahteraannya dengan tetap menjaga dan
melakukan upaya-upaya perlindungan, pencegahan, dan miitigasi kemungkinan
terjadinya degradasi sumber daya alam dan kelestarian lingkungan hidup, termasuk
antara lain merubah kebiasaan masyarakat melakukan pembakaran lahan rawa
untuk tujuan berburu dan menangkap ikan. Revitalisasi dilakukan melalui tiga
program, sebagai berikut:
1) Pembentukan DPG/R.3.1
Mengingat KHG S. Buru Mappi – S. Buru Obaa sebagian besar merupakan lahan
rawa tergenang dengan jenis tanah mineral (bukan rawa gambut) dengan kondisi
masih terjaga dengan baik dan alami serta kondisi sosial-ekonomi dan budaya
masyarakatnya yang juga berbeda dibandingkan dengan daerah lain di Indonesia,
maka Pembentukan Desa/Kampung Peduli Gambut (DPG) untuk konteks Papua,
khusunya pada KHG S. Buru Mappi – S. Buru Obaa di Kabupaten Mappi juga
berbeda dengan daerah lain di Indonesia. Dengan demikian, orientasi
pembentukan DPG adalah upaya-upaya/kepedulian segenap stakeholders di suatu
kawasan perdesaan/perkampungan untuk menjaga kelestarian sumber daya alam
dan lingkungan hidup di suatu willayah yang oleh pemerintah pusat diindikasikan
sebagai KHG, yaitu KHG S. Buru Mappi – S. Buru Obaa.
mengurangi kelestarian lingkungan, dalam hal ini adalah ekosistem rawa dan
daerah aliran sungai (DAS) yang terdapat pada KHG indikatif (KHG S. Buru Mappi –
S. Buru Obaa) di Kabupaten Mappi.
Pendekatan program DPG berbasis lanskap ekosistem rawa dan DAS dengan
merajut kerja sama antar kampung dalam sebuah kawasan pedesaan di dalam KHG
sasaran. Perlu didorong kerja sama antar kampung dalam perlindungan
pengelolaan ekosistem rawa dan juga termasuk ekosistem DAS. Pemerintah
kampung perlu didampingi agar mampu menjalin kerja sama secara kolaboratif
dengan kampung-kampung lainnya dan dengan berbagai stakeholders seperti
perguruan tinggi, lembaga swadaya masyarakat, dan swasta. Pembentukan
kawasan pedesaan rawa menjadi pintu masuk bagi perencanaan pengelolaan lahan
rawa dan juga termasuk DAS oleh beberapa kampung tersebut.
Bentuk-bentuk kerja sama antar Kampung Pedui Gambut di KHG indikaif Sungai
Buru Mappi –Sungai Buru Obaa, yaitu melalui:
a) Melakukan koordinasi dan kerja sama dengan berbagai pihak yaitu (unsur)
Badan Restorasi Gambut, Pemerintah Daerah, Pemerintah Desa, Pemegang
Izin/Konsesi, Lembaga Swadaya Masyarakat/Perguruan Tinggi/Lembaga
Penelitian.
b) Membuat peraturan bersama kepala kampung terkait kerja sama ekonomi
atau kerja sama untuk perlindungan dan pengelolaan lahan rawa dan DAS
antar kampung. Peraturan tersebut memuat bentuk-bentuk kerja sama,
pembagian tanggung jawab, mekanisme pelaksanaan serta evaluasi dan
pendanaan.
c) Membentuk Kelompok Masyarakat Peduli Kelestarian Lingkungan Hidup
sebagai wadah partisipasi efektif dari masyarakat dalam perlindungan dan
pengelolaan ekosistem rawa dan DAS.
d) Melakukan pertemuan secara rutin dalam rangka penguatan kelembagaan.
e) Melakukan kerja sama dalam pengembangan dan pemasaran
komoditas/produk lokal.
187
Hal -186
BAB IV Rencana Restorasi
Rencana Tindakan Tahunan (RTT) Provinsi Papua Tahun 2019
Kegiatan menjaga kelestarian ekosistem rawa dan termasuk juga ekosistem DAS
perlu mempertimbangkan keberadaan berbagai lembaga sosial yang hidup dan
tumbuh dalam komunitas, baik kelembagaan formal, adat dan informal. Termasuk
ke dalam kelembagaan formal antara lain adalah institusi kampung dan
perangkatnya, dusun, rukun warga atau rukun tetangga. Berbagai bentuk
organisasi ekonomi seperti halnya koperasi, Badan Usaha Milik Desa/Kampung,
atau unit-unit produksi lain adalah bagian dari kelembagaan formal yang penting
diidentifikasi. Lembaga desa/kampung yang dinilai paling efektif untuk dilakukan
peningkatan kapasitas kelembagaan yaitu melalui Badan Usaha Milik
Desa/Kampung (BUMDes/Kam). Bagi desa-desa/kampung yang telah terbentuk
lembaga BUMDes, maka akan dilakukan peningkatan kapasitas kelembagaan
melalui beberapa kegiatan. Namun apabila BUMDes/Kam belum terbentuk, maka
Badan Restorasi Gambut akan memberikan pelatihan-pelatihan kepada warga
terkait pembentukan dan pendirian BUMDes/Kam.
Tabel-97. Kegiatan dalam Program Peningkatan Kapasitas Kelembagaan dan SDM (R.3.2)
Kode
No. Program Peningkatan Kapasitas Kelembagaan dan SDM (R.3.2)
Kegiatan
1 Identifikasi stakeholders/aktor dan local champion 1
2 Sosialisasi kegiatan restorasi gambut kepada masyarakat kampung 2
3 Pembentukan dan/atau pembinaan BUMDes/Kam 3
4 Pembentukan dan/atau pembinaan Lembaga Masyarakat Adat (LMA) 4
5 Pembentukan dan/atau pembinaan Poktan/Pokdatan/Pokdarwis 5
6 Penyusunan AD/ART BUMDes/Kam, LMA, Poktan/Pokdatan/Pokdarwis 6
7.
7 Penyusunan rencana kerja tahunan kelembagaan BUMDes/Kam, LMA, 7
Poktan/Pokdatan/Pokdarwis
8 Pelatihan tata kelola dan manajemen/keuangan BUMDes/Kam, LMA, 8
Poktan/Pokdatan/Pokdarwis
9 Pendampingan tata kelola dan manajemen/keuangan kelembagaan BUMDes/Kam, 9
LMA, Poktan/Pokdatan/Pokdarwis
10 Menggali gagasan dan peluang kerja sama antar kelembagaan yang ada 10
11 Inisiasi penyusunan peraturan kampung yang dapat mendukung program pelestarian 11
lingkungan hidup
12 Insiasi revisi RPJMDes/Kam yang memasukkan program pelestarian lingkungan hidup 12
13 Pelatihan tata kelola pemerintahan kampung yang baik 13
14 Studi banding dan sosialisasi success story mengenai tata kelola manajemen/ 14
keuangan kelembagaan BUMDes/Kam, LMA, Poktan/Pokdatan/Pokdarwis
15 Identifikasi potensi pengembangan komoditas unggulan dan ekowisata kampung 15
untuk pengembangan mata pencaharian
16 Pelatihan budidaya pertanian tanpa bakar dan paludikultur, peternakan, perikanan 16
air tawar (kolam, keramba, rawa dan sungai), dan wanatani
17 Pelatihan pengolahan hasil pertanian, peternakan, perikanan air tawar, dan 17
kehutanan
18 Pelatihan manajemen usaha produktif masyarakat kampung 18
19 Pelatihan pengelolaan ekowisata berbasis sumber daya alam dan lingkungan hidup 19
kampung (rawa, hutan, dan DAS)
20 Pendampingan usaha produktif masyarakat kampung 20
Jenis tanaman pangan yang adaptif terhadap lahan rawa basah yang potensial
dikembangkan di beberapa kampung yang terdapat dalam KHG S. Buru Mappi
– S. Buru Obaa di Kabupaten Mappi antara lain padi rawa, jagung (manis dan
hibrida), kedelai, keladi, ubi kayu, dan ubi jalar. Tanaman hortikultura jenis
sayur-sayuran antara lain terong, kangkung rawa, kacang panjang, bayam,
labu (labu putih dan labu kuning), bawang merah, gambas, ketimun, dan cabe
serta tanaman hortikulrura jenis buah-buahan antara lain nanas, pisang,
pepaya, jambu jamaika, nangka, cempedak, duku, sukun, sukun hutan/kluwih,
2. Pengembangan Peternakan
Pengembangan peternakan masih terbatas pada jenis ternak tertentu, dan
masih diusahakan pada lahan pekarangan rumah, misalnya ternak babi, ayam,
itik, dan bebek. Namun demikian terdapat beberapa jenis ternak yang
potensial untuk dikembangkan (belum dibudidayakan oleh masyarakat
setempat) misalnya bebek rawa, blibis, dan peternakan rusa.
6. Pengembangan Eko-Wisata
Meskipun masih dalam bentuk usaha rumah tangga dengan skala kecil, di
beberapa kampung yang berada pada KHG S. Buru Mappi – S. Buru Obaa telah
terdapat beberapa hasil olahan baik dari pertanian, peternakan, perikanan,
dan hasil hutan. Beberapa hasil olahan tersebut adalah sagu gulung, sagu bola,
sagu lempeng, VCO, minyak kelapa, minyak albumin dari ikan gabus, dendeng
rusa, ikan asap, ikan asin, ikan kering, keripik keladi, keripik sagu, keripik
pisang, keripik nangka, dan embal. Beberapa jenis produk olahan ini potensial
untuk dikembangkan dengan daerah pemasaran dalam Kabupaten Mappi dan
luar Kabupaten Mappi, seperti Kabupaten Asmat, Boven Digoel, Merauke, dan
Jayapura atau bahkan keluar pulau Papua. Pengembangan industri
pengolahan (selain juga komoditas yang masih segar, belum diolah) juga untuk
mendukung pengembangan ekowisata, mendukung wisata kuliner dan oleh-
oleh bagi wisatawan.
Pelaksanaan restorasi ekosistem gambut pada KHG S. Buru Mappi – S. Buru Obaa
Mencakup 10 distrik dengan jumlah kampung 29 kampung dengan rincian sebagai
berikut distrik Obaa sebanyak 11 kampung, distrik Nambai sebanyak 2 kampung, distrik
Passue sebanyak 3 kampung, Distrik Haju sebanyak 2 kampung, Distrik Nambioman
Bapai sebanyak 4 kampung, Distrik Citak-mitak sebanyak 1 kampung, Distrik Assue
sebanyak 1 kampung, Distrik Agga sebanyak 1 kampung, Distrik Suator Sebanyak 3
kampung, dan Distrik Siret sebanyak 1 kampung. Adapun bentuk-bentuk dan volume
tindakan restorasinya disajikan pada Tabel-98.
Tabel-98. Sasaran Tindakan Restorasi pada KHG S. Buru Mappi – S. Buru Obaa.
Pelaksana restorasi ekosistem gambut pada KHG S. Buru Mappi – S. Buru Obaa adalah
KSDAE / Taman Nasional Wasur dan Pemda Kabupaten Merauke. Adapun bentuk-
bentuk dan volume tindakan restorasinya disajikan pada Tabel-99.
Tabel-99. Pelaksana Tindakan Restorasi pada KHG S. Buru Mappi – S. Buru Obaa.
Matriks arahan tindakan rewetting pada KHG S. Buru Mappi – S. Buru Obaa
disajikan pada Tabel-100. Sedangkan Tabel-101 menyajikan matriks arahan
tindakan revitalisasi pada KHG S. Buru Mappi – S. Buru Obaa.
198
Rencana Tindakan Tahunan (RTT) Provinsi Papua Tahun 2019
Tabel-100. Matriks Arahan Tindakan Rewetting pada) pada KHG S. Buru Mappi – S. Buru Obaa.
Obaa Muin 12 - - - 12 - -
Thogom 33 - - - 33 - -
Enem 6 - - - 6 - -
Obaa 66 - - - 66 - -
Hal -197
BAB IV Rencana Restorasi
Rencana Tindakan Tahunan (RTT) Provinsi Papua Tahun 2019
Tabel-101. Matriks Arahan Tindakan Revitalisasi pada KHG S. Buru Mappi – S. Buru Obaa.
R.3.3
No. Kampung R.3.1 R.3.2 Tanaman Pangan dan Tanaman Perikanan Air Wanatani Pengolahan /
Peternakan Ekowisata
Hortikultura Perkebunan Tawar (Agroforestry) Industri
Distrik Obaa, Kabupaten Mappi
1 Obaa Program 1 Program 1 Pelatihan teknik Pembukaan Pengadaan Pembangunan Penyiapan lahan Pelatihan
s/d 10 s/d 20 budidaya tanaman lahan baru pakan ternak kolam dan untuk penanaman pengolahan
durian untuk tanaman babi pengadaan sagu licin dan sagu minyak albumin
Pembukaan lahan kelapa di luar Pengadaan benih ikan duri secara kilektif Pembentukan
untuk kebun durian di lahan alat/mesin sesuai hak tanah kelompok
luar pekarangan pekarangan pengolahan ulayat/marga usaha bersama
Bantuan bibit durian Bantuan bibit pakan ternak Bantuan bibit sagu pengolahan
unggul kelapa (kelapa licin dan sagu duri minyak albumin
dalam dan Pengadaan
hibrida) alat/mesin
pengolahan
minyak albumin
Pengenalan
teknologi
packagaing dan
labeling
Promosi dan
pemasaran
minyak albumin
2 Kogo Program 1 Program 1 Pelatihan teknik Bantuan Pengolahan Pengadaan alat Bantuan
s/d 10 s/d 20 budidaya padi rawa permodalan alat/mesin tangkat ikan permodalan untuk
dan jagung manis untuk pengolahan (jaring, alat penyiapan lahan
Pengadaan benih padi pembukaan pakan ternak pancing, tombak penanaman sagu
dan jagung manis lahan baru Pengadaan ikan) Pengadaan bibit
unggul untuk ternak babi Pengadaan sagu licin dan sagu
Pengadaan perkebunan perahu duri
alat/mesin pertanian kelapa dan dayung/ketintin
sagu g
3 Toghom Non DPG Program 1 Bantuan permodalan Pengadaan Pengadaan Pengadaan Penyiapan lahan Penataan Pelatihan
199
Hal -198
BAB IV Rencana Restorasi
200
Rencana Tindakan Tahunan (RTT) Provinsi Papua Tahun 2019
R.3.3
No. Kampung R.3.1 R.3.2 Tanaman Pangan dan Tanaman Perikanan Air Wanatani Pengolahan /
Peternakan Ekowisata
Hortikultura Perkebunan Tawar (Agroforestry) Industri
kebun durian dan sagu duri dan itik alat pancing pengembangan kampung durian pengolahan dan
Pengadaan bibit Bantuan Bantuan alat Fasilitasi sagu Pelatihan kerajinan untuk
durian unggul permodalan pengolahan pemasaran hasil Bantuan pengelolaan oleh2
Fasilitasi promosi dan untuk pakan ternak tangkapan ikan permodalan untuk wisata kampung wisatawan
pemasaran buah perluasan mini penanaman sagu Pengadaan alat Promosi objek
durian kebun kelapa transportasi air wisata dan
dan kebun (ketinting dan pemasaran
sagu speed boad), produk olahan
Pelatihan
packaging dan
labeling
4 Muin Non DPG Program 1 Bantuan teknis Bantuan teknis Bantuan Bantuan teknis Bantuan bibit sagu - -
s/d 20 budidaya padi, ubi budidaya teknis ternak budidaya ikan
kayu, keladi, nanas, kelapa Babi, ayam, air tawar.
rambutan, durian itik Bantuan alat
tangkap ikan.
5 Enem Program 1 Program 1 Pelatihan teknik Bantuan bibit Pengadaan Pengadaan alat Penyiapan lahan - Pelatihn
s/d 10 s/d 20 budidaya, bantuan unggul sagu pakan ternak tangkap ikan untuk penanaman pengolahan
alat pertanian, dan kelapa, babi Pengadaan sagu licin dan sagu ikan dan daging
Hal -199
BAB IV Rencana Restorasi
Rencana Tindakan Tahunan (RTT) Provinsi Papua Tahun 2019
R.3.3
No. Kampung R.3.1 R.3.2 Tanaman Pangan dan Tanaman Perikanan Air Wanatani Pengolahan /
Peternakan Ekowisata
Hortikultura Perkebunan Tawar (Agroforestry) Industri
pembukaan lahan bibit kelapa pengadaan Pengadaan
baru untuk budidaya dan karet pakan ikan paket
psang dan nanas unggul Penempatan alat/mesin
Pengadaan pupuk, Bantuan modal tenaga pengolah Vco
benih padi rawa, zat kerja untuk Penyuluh dan Pengadaan
perangsang tumbuh, pembukaan pendamping alat/mesin
herbisida, kapur dan usaha budidaya pembuatan
dolomit penanaman air tawar keripik
Bantuan hand karet dan
sprayer, cangkul, arit, kelapa
parang
Penempatan tenaga
Penyuluh dan
pendamping usaha
budidaya padi rawa
7 Linggua Program 1 Program 1 Pelatihan teknik Penyediaan Bantuan Pelatihan Pelatihan
s/d 10 s/d 20 budidaya padi rawa dan ternak babi budidaya pengolahan
dan jagung manis pembukaan perikanan air VCO
Penyediaan dan lahan untuk tawar Pembentukan
pembukaan lahan budidaya Pembangunan kelompok
untuk budidaya padi tanaman kolam usaha bersama
rawa kelapa dan pengadan benih untuk
Pemanfaatan lahan karet ikan mujair, nila, pengolahan dan
pekarangan dan Pengadaan dan lele pemasaran VCO
pembukaan lahan bibit kelapa pengadaan Pengadaan
baru untuk budidaya dan karet pakan ikan paket
pisang dan nanas unggul Penempatan alat/mesin
Pengadaan pupuk, Bantuan modal tenaga pengolah Vco
benih padi rawa, zat kerja untuk Penyuluh dan Pengadaan
perangsang tumbuh, pembukaan pendamping alat/mesin
herbisida, kapur dan usaha budidaya pembuatan
dolomit penanaman air tawar keripik
201
Hal -200
BAB IV Rencana Restorasi
202
Rencana Tindakan Tahunan (RTT) Provinsi Papua Tahun 2019
R.3.3
No. Kampung R.3.1 R.3.2 Tanaman Pangan dan Tanaman Perikanan Air Wanatani Pengolahan /
Peternakan Ekowisata
Hortikultura Perkebunan Tawar (Agroforestry) Industri
Penempatan tenaga
Penyuluh dan
pendamping usaha
budidaya padi rawa
8 Mur Program 1 Program 1 Bantuan teknis Bantuan teknis Bantuan Bantuan teknis Pengembangan Pengembangan -
s/d 10 s/d 20 Budidaya Kacang Budidaya teknis ternak Budidaya ikan hutan dan menjaga hutan dan
panjang, sawi, kelapa Sapi air tawar : kelestarian agar menjaga
kangkung, pepaya, Gurame, mujair, masyarakat tetap kelestarian agar
keladi, nanas, nila. bisa berburu masyarakat
rambutan, Bantuan atat tetap bisa
tangkap ikan berburu
9 Monana Non DPG Program 1 Penyuluhan, Bantuan modal Pendampinga Bantuan alat - Menjaga Perlu adanya
s/d 20 pelatihan, dan bibit n dan arahan tangkap ikan kelestarian pelatihan
pendampingan, unggul sagu pemasaran dan alat hutan mengenai
bantuan bibit dan licin dan sagu hasil ternak transportasi air (terutama dari pengawetan
arahan pemasaran duru kebakaran) ikan dan
hasil budidaya pengolahan
daging rusa,
perlu dibentuk
Hal -201
BAB IV Rencana Restorasi
Rencana Tindakan Tahunan (RTT) Provinsi Papua Tahun 2019
7. Areal Terdampak
a. Rewetting
Pada KHG S. Buru Mappi – S. Buru Obaa tidak terdapat areal terdampak yang
ditimbulkan tindakan pembasahan (R.1.1 / pembuatan sumur bor, R.2.2 /
pembuatan sekat kanal, dan R.2.3 / penimbunan kanal) karena pada KHG S. Buru
Mappi – S. Buru Obaa tidak ada tindakan pembasahan ulang (R.1.1, R.1.2, dan
R.1.3).
b. Revegetation
Kegiatan revegetasi dengan Suksesi Alami (R.2.1) pada KHG S. Buru Mappi – S. Buru
Obaa diharapkan menciptakan keamanan kawasan areal bekas terbakar, yaitu
seluas 6.293 ha.
c. Revitalization
Areal terdampak tindakan revitalisasi pada KHG S. Buru Mappi – S. Buru Obaa
mencakup 2 (dua) ruang dampak, yaitu :
• Ruang dampak 1 (dampak langsung), mencakup areal seluas pusat-pusat
pemukiman di desa-desa / kampung-kampung yang menjadi sasaran tindakan
R.3.1, R.3.2 dan R.3.3, yaitu di :
o Kabupaten Mappi, meliputi (1) Distrik Obaa (mencakup desa / kampung
Obaa, Kogo, Thogom, Muin, Enem; (2) Distrik Nambioman Bapai
mencakup desa / kampung (Katan, Yatan, Linggua, Monana); (3) Distrik
Citak Mitak (meliputi desa / kampung Tamanim).
o Dengan dilaksanakannya R.3.1, R.3.2, dan R.3.3 diperkirakan aspek-aspek
kehidupan masyarakat (pendapatan, pendidikan dan kesehatan
masyarakat) pada desa-desa / kampung-kampung tersebut dapat lebih
meningkat dibandingkan jika tidak ada tindakan R.3.
• Ruang dampak 2 (dampak tidak langsung), mencakup seluruh areal KHG
Sasaran, atau minimal pada areal yang biasa menjadi sasaran pembakaran
oleh masyarakat.
Areal KHG S. Ferkame – S. Orei adalah seluas 13.241 ha. Bagian areal KHG yang menjadi
prioritas tindakan restorasi adalah seluas 9.100 ha. Lokasi KHG S. Ferkame – S. Orei
adalah sebagai berikut :
- Astronomis : 138°37’40.612” - 138°45’25.545” LS dan
1°48’23.524” - 1°58’5.523” BT
- Administrasi Pemerintahan : Distrik Sarmi dan Sarmi Selatan Kabupaten Sarmi
- Wilayah Pemangkuan Hutan : Dinas Kehutanan Provinsi Papua
Arahan tindakan restorasinya didasarkan pada kondisi satuan lahan restorasi gambut
(SLRG) yang ditentukan berdasarkan : (1) Fungsi ekosistem gambut (fungsi lindung /
budidaya), (2) Kejadian kebakaran (terbakar / tidak terbakar), (3) Keberadaan kanal
(berkanal / tidak berkanal), dan (4) Kerapatan penutupan lahan (terbuka / sedang/
rapat). Pada areal KHG S. Ferkame – S. Orei terdapat 6 (enam) SLRG (Tabel-102) dan
Peta-31 (Peta SLRG).
Tabel-102. Satuan Lahan Restorasi Gambut (SLRG) pada KHG S. Ferkame – S. Orei.
Fungsi
Arahan
No Ekosistem Kanal Kebakaran Kerapatan SLRG Luas (ha) Luas (%)
Tindakan *)
Gambut
1. Fungsi Tidak Terbakar Terbuka F1.B1.K2.C1 • R.2.1 - -
Lindung Berkanal Sedang F1.B1.K2.C2 • R.2.1 - -
Rapat F1.B1.K2.C3 • R.2.1 - -
Non Terbuka F1.B2.K2.C1 Pemantapan 154 1,69
Terbakar Sedang F1.B2.K2.C2 Pengelolaan 1.603 17,62
Rapat F1.B2.K2.C3 Kawasan 3.672 40,35
Total (1) 5.429 59,66
2 Fungsi Tidak Terbakar Terbuka F2.B1.K2.C1 • R.2.1 - -
Budidaya Berkanal Sedang F2.B1.K2.C2 • R.2.1 - -
Rapat F2.B1.K2.C3 • R.2.1 - -
Non Terbuka F2.B2.K2.C1 95 1,04
Terbakar Sedang F2.B2.K2.C2 - 1.276 14,02
Rapat F2.B2.K2.C3 2.300 25,27
Total (2) 3.671 40,34
Total 9.100 100,00
Keterangan :
R.2.1 = Suksesi Alami
*) = Arahan tindakan hanya berupa suksesi alami (R.2.1) karena arahan tindakan Rewetting (R.1), Pengkayaan
Tanaman (R.2.2) dan Penanaman Pola Maksimal (R.2.3) tidak dapat dilakukan di KHG Sasaran.
3. Unit Pelaksana Restorasi Gambut (UPRG)
Restorasi ekosistem gambut pada KHG ini menjadi tanggung jawab 3 (tiga) UPRG (Tabel-
103). Sebaran UPRG pada KHG S. Ferkame – S. Orei disajikan pada Peta-32 (Peta Hal
UPRG).
-203
206
RENCANA TINDAKAN TAHUNAN PROVINSI PAPUA 2019
Peta-31. Peta SLRG pada KHG S. Ferkame – S. Orei
Hal -205
BABIV RencanaRestorasi
RencanaTindakanTahunan(RTT)ProvinsiPapuaTahun2019
207
Hal -206
BAB IV Rencana Restorasi
Rencana Tindakan Tahunan (RTT) Provinsi Papua Tahun 2019
a. Pembasahan (Rewetting)/R.1
Areal KHG S. Ferkame – S. Orei tidak terdapat areal eks terbakar periode tahun
2015 s/d 2017, sehingga tidak ada program pembuatan sumur bor (R.1.1) untuk
tindakan pembasahan. Beberapa hasil temuan lapangan adalah::
• Sebagian besar areal KHG bertanah mineral (bukan gambut).
• Di KHG S. Ferkame – S. Orei tidak terdapat areal eks kejadian kebakaran.
• Pada areal ini tidak terdapat sistem drainase (kanal / sungai) yang secara
teknis mempercepat keluarnya air (aliran air) ke sungai utama.
• Areal bekas kebakaran yang terdapat pada KHG S. Ferkame – S. Orei
merupakan areal yang sengaja dibakar oleh masyarakat untuk pembuatan
ladang dengan ukuran yang sangat kecil (kisaran 5 x 5 meter), dimana
sebelum dilakukan pembakaran terlebih dahulu dilakukan pembersihan
lahan pada areal tepi lahan yang akan dibakar sehingga api tidak akan
menjalar keluar areal rencana untuk berladang.
• Di areal gambut, perlakuannya adalah selalu mempertahankan ketinggian
muka air tanahnya agar tidak sampai kering lahannya.
• Kerusakan yang ditimbulkan oleh kejadian kebakaran baik di lahan tanah
mineral maupun tanah gambut adalah sangat rendah.
Pada KHG S. Ferkame – S. Orei tidak diperlukan pembuatan sekat kanal (R.1.2)
untuk tindakan pembasahan. Hal ini karena pada KHG S. Ferkame – S. Orei
tidak terdapat kanal.
Pada KHG S. Ferkame – S. Orei tidak diperlukan penimbunan kanal (R.1.3) untuk
tindakan pembasahan. Hal ini karena pada KHG S. Ferkame – S. Orei tidak
terdapat kanal.
b. Penanaman (Revegetation)/R.2
Di KHG S. Ferkame – S. Orei tidak terdapat areal eks terbakar periode tahun 2015 s/d
2017, sehingga tidak ada program Penanaman Kembali (revegetasi), baik program
R.2.1 (suksesi alami), R.2.2 (Pengkayaan Tanaman) maupun R.2.3 (Penanaman Pola
Maksimal).
Di KHG S. Ferkame – S. Orei tidak terdapat areal eks terbakar periode tahun 2015 s/d
2017, sehingga tidak ada program revitalisasi, baik program R.3.1 (Pembentukan
DPG), R.3.2 (Peningkatan Kapasitas Kelembagaan) maupun R.3.3 (Pembangunan
Alternatif Komoditas dan Sumber Mata pencaharian).
Pada KHG S. Ferkame – S. Orei tidak ada program restorasi (R.1, R.2 dan R.3).
Pada KHG S. Ferkame – S. Orei tidak ada program restorasi (R.1, R.2 dan R.3).
7. Areal Terdampak
Pada KHG S. Ferkame – S. Orei tidak ada program restorasi (R.1, R.2 dan R.3), sehingga
tidak terdapat areal dampak restorasi.
F. RENCANA RESTORASI KHG SUNGAI IFULEKI BIAN - SUNGAI LEKIAGE SENTUF DI KABUPATEN
MERAUKE
Areal KHG S. Ifuleki Bian – S. Lekiage Sentuf adalah seluas 6.950 ha. Bagian areal KHG
yang menjadi prioritas untuk tindakan restorasi adalah seluas 3.307 ha. Lokasi KHG S.
Ifuleki Bian – S. Lekiage Sentuf adalah sebagai berikut :
- Astronomis : 140°21’21.295” - 140°29’21.066” LS dan
7°19’49.914” - 7°28’18.727” BT
- Administrasi Pemerintahan : Distrik Muting Kabupaten Merauke
- Wilayah Pemangkuan Hutan : Dinas Kehutanan Provinsi Papua
Arahan tindakan restorasinya didasarkan pada kondisi satuan lahan restorasi gambut
(SLRG) yang ditentukan berdasarkan : (1) Fungsi ekosistem gambut (fungsi lindung /
budidaya), (2) Kejadian kebakaran (terbakar / tidak terbakar), (3) Keberadaan kanal
(berkanal / tidak berkanal), dan (4) Kerapatan penutupan lahan (terbuka / sedang/
rapat). Pada areal KHG S. Ifuleki Bian – S. Lekiage Sentuf terdapat 8 (delapan) SLRG
(Tabel-104) dan Peta-35 (Peta SLRG).
Tabel-104. Satuan Lahan Restorasi Gambut (SLRG) pada KHG S. Ifuleki Bian – S. Lekiage Sentuf
Fungsi
Arahan
No Ekosistem Kanal Kebakaran Kerapatan SLRG Luas (ha) Luas (%)
Tindakan *)
Gambut
1. Fungsi Tidak Terbakar Terbuka F1.B1.K2.C1 • R.2.1 1.385 41,89
Lindung Berkanal Sedang F1.B1.K2.C2 • R.2.1 151 4,57
Rapat F1.B1.K2.C3 • R.2.1 6 0,18
Non Terbuka F1.B2.K2.C1 Pemantapan 1.283 38,81
Terbakar Sedang F1.B2.K2.C2 Pengelolaan 278 8,41
Rapat F1.B2.K2.C3 Kawasan 16 0,48
Total (1) 3.119 93,34
2 Fungsi Tidak Terbakar Terbuka F2.B1.K2.C1 • R.2.1 - -
Budidaya Berkanal Sedang F2.B1.K2.C2 • R.2.1 - -
Rapat F2.B1.K2.C3 • R.2.1 - -
Non Terbuka F2.B2.K2.C1 113 3,39
Terbakar Sedang F2.B2.K2.C2 - 75 2,27
Rapat F2.B2.K2.C3 - -
Total (2) 188 5,66
Total 3.307 100
Keterangan :
R.2.1 = Suksesi Alami
*) = Arahan tindakan hanya berupa Suksesi Alami (R.2.1) karena arahan tindakan Rewetting (R.1), Pengkayaan
Tanaman (R.2.2) dan Penanaman Pola Maksimal (R.2.3) tidak dapat dilakukan di KHG Sasaran.
Restorasi ekosistem gambut pada KHG ini menjadi tanggung jawab 3 (tiga) UPRG (Tabel-
105). Sebaran UPRG pada KHG S. Ifuleki Bian – S. Lekiage Sentuf disajikan pada Peta-35
(Peta UPRG).
Tabel-105. Pelaksana Restorasi Gambut / UPRG pada KHG S. Ifuleki Bian – S. Lekiage Sentuf
Luas PIR Luas Prioritas 1
No UPRG (ha) Keterangan
(ha)
1 KSDAE / KSA 3.003 1.542 KSA
2 KPHP – Unit LV 263 - Areal HP dan HPT Non Hak
3 Pemda Kabupaten Merauke 40 - Areal APL non hak
Total 3.307 1.542
212
RENCANA TINDAKAN TAHUNAN PROVINSI PAPUA 2019
Peta-33. Peta SLRG pada KHG S. Ifuleki Bian – S. Lekiage Sentuf
Hal -211
BABIV RencanaRestorasi
RencanaTindakanTahunan(RTT)ProvinsiPapuaTahun2019
213
Hal -212
BAB IV Rencana Restorasi
Rencana Tindakan Tahunan (RTT) Provinsi Papua Tahun 2019
a. Pembasahan (Rewetting)/R.1
Pada KHG S. Ifuleki Bian – S. Lekiage Sentuf tidak diperlukan pembuatan sumur
bor (R.1.1) untuk tindakan pembasahan, walaupun terdapat areal bekas
kebakaran tahun 2015, 2016 dan 2017 seluas 1.542 ha. Hal ini diputuskan
berdasarkan pertimbangan beberapa hal, yaitu : :
• Secara umum (hampir seluruh) areal eks kebakaran tersebut bertanah
mineral (bukan gambut).
• Kerusakan yang ditimbulkan oleh kejadian kebakaran jauh lebih rendah jika
dibandingkan dengan pada tanah gambut.
• Pada areal eks kebakaran tersebut tidak terdapat sistem drainase (kanal /
sungai) yang secara teknis mempercepat keluarnya air (aliran air) dari areal
eks kebakaran ke sungai utama.
• Areal bekas kebakaran yang terdapat pada KHG S. Ifuleki Bian – S. Lekiage
Sentuf merupakan areal yang sengaja dibakar oleh masyarakat yang
dilakukan pada kegiatan perburuan. Pembakaran lahan dilakukan dengan
tujuan untuk menumbuhkan tunas-tunas rumput muda untuk menarik
hewan buruan. Dengan adanya tunas-tunas rumput muda tersebut
binatang buruan (terutama rusa) akan datang ke areal kebakaran tersebut,
dan masyarakat menjadi mudah untuk menangkap hewan buruan. Selain
itu, pembakaran lahan juga dilakukan untuk mengarahkan /
mengumpulkan ikan, dan dengan demikian masyarakat lebih mudah
menangkap ikan.
Pada KHG S. Ifuleki Bian – S. Lekiage Sentuf tidak diperlukan pembuatan sekat
kanal (R.1.2) untuk tindakan pembasahan. Hal ini karena pada KHG S. Ifuleki
Bian – S. Lekiage Sentuf tidak terdapat kanal.
Pada KHG S. Ifuleki Bian – S. Lekiage Sentuf tidak diperlukan penimbunan kanal
(R.1.3) untuk tindakan pembasahan. Hal ini karena pada KHG S. Ifuleki Bian – S.
Lekiage Sentuf tidak terdapat kanal.
Tujuan pemulihan vegetasi pada program restorasi di KHG S. Ifuleki Bian – S. Lekiage
Sentuf adalah mengembalikan kondisi tutupan lahan pada KHG yang sebelumnya
terganggu/rusak, sehingga fungsi hidrologis tetap terjaga. Revegetasi dilakukan pada
areal eks terbakar.
Hasil survei di lapangan menemukan jenis tanaman lokal yang banyak terdapat di
sekitar areal KHG S. Ifuleki Bian – S. Lekiage Sentuf adalah jenis-jenis eucalyptus
(Eucalyptus sp.) / kayu bus, ketapang (Terminallia sp.), akaway (Campnosperma
montanum), sagu (Metroxylon sagu), kayu putih (Melaleuca leucadendron), bambu,
dan gambir (Uncaria gambir); sehingga arahan penanaman Pengkayaan akan
menggunakan jenis tanaman lokal tersebut.
Sebaran areal bekas kebakaran tahun 2015 s/d tahun 2017 pada KHG S. Ifuleki Bian –
S. Lekiage Sentuf disajikan pada Peta-36 (Peta Penutupan Lahan). Luas areal eks
kebakaran yang ada adalah 1.542 ha, terdiri dari penutupan rapat (hutan alam)
seluas 6 ha, penutupan sedang (belukar) seluas 151 ha, dan penutupan terbuka
(semak, padang rumput, tanah terbuka, dll) seluas 1.385 ha.
Peta arahan tindakan revegetasi pada KHG S. Ifleki Bian – S. Lekiage Sentuf disajikan
pada Peta-35.
216
RENCANA TINDAKAN TAHUNAN PROVINSI PAPUA 2019
Peta-35. Peta Arahan Tindakan Revegetasi pada KHG S. Ifuleki Bian – S. Lekiage Sentuf
Hal -215
BAB IV Rencana Restorasi
Rencana Tindakan Tahunan (RTT) Provinsi Papua Tahun 2019
Secara normatif bagian areal bekas kebakaran periode tahun 2015 s/d 2017
yang berpenutupan sedang (25–50%) seluas 151 ha perlu dilakukan Pengkayaan
(R.2.2). Namun demikian pada kasus di KHG S. Ifuleki Bian – S. Lekiage Sentuf
hal ini tidak diperlukan / tidak diprogramkan. Beberapa dasar pertimbangannya
adalah:
• Areal bekas kebakaran yang terdapat pada KHG S. Ifuleki Bian – S. Lekiage
Sentuf merupakan areal yang sengaja dibakar oleh masyarakat yang
dilakukan pada kegiatan perburuan. Pembakaran lahan dilakukan dengan
tujuan untuk menumbuhkan tunas-tunas rumput muda untuk menarik
hewan buruan. Dengan adanya tunas-tunas rumput muda tersebut
binatang buruan (terutama rusa) akan datang ke areal kebakaran tersebut,
dan masyarakat menjadi mudah untuk menangkap hewan buruan. Selain
itu, pembakaran lahan juga dilakukan untuk mengarahkan / mengumpulkan
ikan, sehingga masyarakat lebih mudah menangkap ikan.
• Di lapangan, kondisi areal ini berupa lahan yang mengalami banjir
(terendam) secara periodik dengan level ketinggian air lebih dari 1 m,
sehingga teknis penanaman Pengkayaan sulit dilakukan.
• Jika program Pengkayaan Tanaman (R.2.2) dilakukan tingkat
keberhasilannya diragukan.
• Kondisi penutupan lahan di lapangan berupa belukar rawa (tumbuh secara
alami). Belukar rawa ini diharapkan dapat berkembang secara alami menjadi
areal yang lebih rapat.
• Jenis tanah pada areal ini hampir seluruhnya merupakan tanah mineral
(aluvial), sehingga tingkat degradasinya tidak separah pada tanah gambut.
Bagian areal bekas kebakaran periode tahun 2015 s/d 2017 yang berpenutupan
terbuka (< 25 %) seluas 1.385 ha perlu dilakukan penanaman dengan pola
maksimal (R.2.3). Namun demikian pada kasus di KHG S. Ifuleki Bian – S.
Lekiage Sentuf hal ini tidak diperlukan / tidak diprogramkan, dengan
pertimbangan beberapa hal, yaitu:
• Areal bekas kebakaran yang terdapat pada KHG S. Ifuleki Bian – S. Lekiage
Sentuf merupakan areal yang sengaja dibakar oleh masyarakat yang
dilakukan pada kegiatan perburuan. Pembakaran lahan dilakukan dengan
tujuan untuk menumbuhkan tunas-tunas rumput muda untuk menarik
hewan buruan. Dengan adanya tunas-tunas rumput muda tersebut
binatang buruan (terutama rusa) akan datang ke areal kebakaran tersebut,
dan masyarakat menjadi mudah untuk menangkap hewan buruan. Selain
itu, pembakaran lahan juga dilakukan untuk mengarahkan / mengumpulkan
ikan, dan dengan demikian masyarakat lebih mudah menangkap ikan.
• Kondisi bagian areal ini merupakan areal yang mengalami banjir (terendam)
secara periodik dengan level ketinggian air mencapai 2 m, sehingga teknis
Penanaman pola maksimal sulit dilakukan.
• Jika Penanaman pola maksimal dilakukan, maka tingkat keberhasilannya
diragukan.
• Kondisi penutupan lahan di lapangan berupa belukar rawa (tumbuh secara
alami). Belukar rawa ini diharapkan dapat berkembang secara alami menjadi
areal yang lebih rapat.
• Jenis tanah pada areal ini hampir seluruhnya merupakan tanah mineral
(aluvial), sehingga tingkat degradasinya tidak separah pada tanah gambut.
KHG S. Ifuleki Bian – S. Lekiage Sentuf berada di antara dua KHG lainnya yakni KHG
Sungai Aleki Male-Sungai Ifuleki Bian dan KHG Sungai Aleki Male-Sungai Ifuleki Bian.
Masyarakat di sekitar KHG ada yang berada di luar KHG seperti Kampung Andaito
dan ada yang di dalam KHG yakni Kampung Kolam. Akses ke Kampung Andaito lebih
terbuka sehingga upaya peningkatan kesejahteraan masyarakat lebih memungkinkan
untuk dijalankan. Namun tidak demikian dengan masyarakat di Kampung Kolam,
dimana lokasi kampung tersebut dikelilingi rawa yang cukup luas dan akses menuju
kampung hanya dapat ditempuh dengan ketinting sekitar 8 jam.
Walaupun terdapat perbedaan kondisi masyarakat di luar KHG dan di dalam KHG,
namun keduanya masih memerlukan perhatian agar kualitas dan kesejahteraan
masyarakat dapat ditingkatkan. Dengan kata lain, di KHG S. Ifuleki Bian – S. Lekiage
Sentuf tindakan revitalisasi perlu dilakukan / diprogramkan untuk dapat lebih
meningkatkan kualitas kehidupan masyarakat, sekaligus untuk mengurangi dampak
kegiatan restorasi kepada masyarakat. Beberapa dasar pertimbangan diperlukannya
program revitalisasi adalah:
1) Kualitas / tingkat kesejahteraan masyarakat secara umum masih kurang dan
perlu ditingkatkan.
2) Berkurangnya, bahkan hilangnya nilai ekonomis lahan untuk aktivitas
masyarakat (dalam hal ini kegiatan pembakaran lahan) secara perlahan akan
dikurangi), atau bahkan harus dihentikan.
KHG S. Ifuleki Bian – S. Lekiage Sentuf di Kabupaten Merauke termasuk areal yang
masih juga kental memegang budaya kepemilikan tanah ulayat. Pelaksanaan
kegiatan restorasi Gambut harus di dasarkan pada pembagian dan hak kepemilikan
tanah marga tersebut (prakondisi). Maka dalam hal penentuan rencana revitalisasi
perlu dilakukan Pemetaan Hak Ulayat terlebih dahulu. Setelah batas areal marga
menjadi jelas, maka kegiatan revitalisasi masyarakat diharapkan dapat segera
dilakukan melalui program:
222
RENCANA TINDAKAN TAHUNAN PROVINSI PAPUA 2019
Peta-36. Peta Arahan Tindakan Revitalisasi KHG S. Ifuleki Bian – S. Lekiage Sentuf
Hal -221
BAB IV Rencana Restorasi
Rencana Tindakan Tahunan (RTT) Provinsi Papua Tahun 2019
• Melakukan koordinasi dan kerja sama dengan berbagai pihak yaitu (Unsur)
Badan Restorasi Gambut, Pemerintah Daerah, Pemerintah Desa, Pemegang
Izin/Konsesi, Lembaga Swadaya Masyarakat/Perguruan Tinggi/Lembaga
Penelitian.
• Membuat peraturan bersama kepala desa/kampung terkait kerja sama
ekonomi atau kerja sama untuk perlindungan dan pengelolaan gambut
antar desa. Peraturan tersebut memuat bentuk-bentuk kerja sama,
pembagian tanggung jawab, mekanisme pelaksanaan serta evaluasi dan
pendanaan.
• Membentuk Kelompok Masyarakat Peduli Gambut sebagai wadah
partisipasi efektif dari masyarakat dalam perlindungan dan pengelolaan
ekosistem gambut.
• Melakukan pertemuan secara rutin dalam rangka penguatan kelembagaan.
• Melakukan kerja sama dalam pengembangan dan pemasaran produk lokal.
Tabel-106. Kegiatan dalam Program Peningkatan Kapasitas Kelembagaan dan SDM (R.3.2) pada
KHG S. Ifuleki Bian – S. Lekiage Sentuf.
Kode
No. Program Peningkatan Kapasitas Kelembagaan dan SDM (R.3.2)
Kegiatan
1 Identifikasi stakeholders/aktor dan local champion 1
2 Sosialisasi kegiatan restorasi gambut kepada masyarakat kampung 2
3 Pembentukan dan/atau pembinaan BUMDes/Kam 3
4 Pembentukan dan/atau pembinaan Lembaga Masyarakat Adat (LMA) 4
5 Pembentukan dan/atau pembinaan Poktan/Pokdatan/Pokdarwis 5
6 Penyusunan AD/ART BUMDes/Kam, LMA, Poktan/Pokdatan/Pokdarwis 6
7.
7 Penyusunan rencana kerja tahunan kelembagaan BUMDes/Kam, LMA, 7
Poktan/Pokdatan/Pokdarwis
8 Pelatihan tata kelola dan manajemen/keuangan BUMDes/Kam, LMA, 8
Poktan/Pokdatan/Pokdarwis
9 Pendampingan tata kelola dan manajemen/keuangan kelembagaan BUMDes/Kam, 9
LMA, Poktan/Pokdatan/Pokdarwis
10 Menggali gagasan dan peluang kerja sama antar kelembagaan yang ada 10
11 Inisiasi penyusunan peraturan kampung yang dapat mendukung program pelestarian 11
lingkungan hidup
12 Insiasi revisi RPJMDes/Kam yang memasukkan program pelestarian lingkungan hidup 12
13 Pelatihan tata kelola pemerintahan kampung yang baik 13
14 Studi banding dan sosialisasi success story mengenai tata kelola manajemen/ 14
keuangan kelembagaan BUMDes/Kam, LMA, Poktan/Pokdatan/Pokdarwis
15 Identifikasi potensi pengembangan komoditas unggulan dan ekowisata kampung 15
untuk pengembangan mata pencaharian
16 Pelatihan budidaya pertanian tanpa bakar dan paludikultur, peternakan, perikanan 16
air tawar (kolam, keramba, rawa dan sungai), dan wanatani
17 Pelatihan pengolahan hasil pertanian, peternakan, perikanan air tawar, dan 17
kehutanan
18 Pelatihan manajemen usaha produktif masyarakat kampung 18
19 Pelatihan pengelolaan ekowisata berbasis sumber daya alam dan lingkungan hidup 19
kampung (rawa, hutan, dan DAS)
20 Pendampingan usaha produktif masyarakat kampung 20
Tabel-107. Gambaran Potensi Pengembangan Alternatif Komoditas dan Sumber Mata Pencaharian
(R.3.3) pada KHG S. Ifuleki Bian – S. Lekiage Sentuf.
No. Kegiatan Jenis/Potensi Komoditas/Produk/Obyek
1 Pertanian (Tanaman Pangan, Palawija, dan Sawi, cabai, tomat, jagung, ubi kayu, ubi jalar, rambutan,
Hotikultura) nanas, pisang,
2 Tanaman Perkebunan Pinang, kakao, kelapa
3 Peternakan Sapi, kambing, babi, ayam
4 Perikanan Perairan Umum (rawa, sungai) Perikanan tangkap (gastor, mujaer/ nila, sembilang,
dan Budidaya Perikanan Air Tawar (kolam, kakap putih, kakap batu, ikan kaca, ikan duri, udang,
keramba) dll)
Kolam / Keramba (mujaer, gurame, lele).
5 Kehutanan / Agroforestry / Wanatani Kayu Bus /Minyak kayu putih (alami)
6 Pengolahan hasil pertanian, perkebunan, Pengolahan ikan (ikan asin)
peternakan, perikanan, dan hasil hutan Pengolahan daging (dendeng)
Pelaksanaan restorasi ekosistem gambut pada KHG S. Ifuleki Bian – S. Lekiage Sentuf
meliputi 1 desa / kampung, yaitu Desa / Kampung Kolam (Distrik Muting, Kabupaten
Merauke). Adapun bentuk-bentuk dan volume tindakan restorasinya disajikan pada
Tabel-108.
Tabel-108. Sasaran Tindakan Restorasi pada KHG S. Ifuleki Bian – S. Lekiage Sentuf.
Keterangan : *) = Sudah masuk program restorasi KHG S. Aleki Male – S. Ifuleki Bian.
**) = Sudah masuk program restorasi KHG S. Aleki Bakian – S. Ifuleki Bian.
Pelaksana restorasi ekosistem gambut pada KHG S. Ifuleki Bian – S. Lekiage Sentuf
adalah KSDAE / KSA, Dinas Kehutanan Provinsi Papua, dan Pemda Kabupaten Merauke.
Adapun bentuk-bentuk dan volume tindakan restorasinya disajikan pada Tabel-109.
Tabel-109. Pelaksana Tindakan Restorasi pada KHG S. Ifuleki Bian – S. Lekiage Sentuf.
Matriks arahan tindakan rewetting dan revegetasi pada KHG S. Ifuleki Bian – S.
Lekiage Sentuf disajikan pada Tabel-110. Sedangkan Tabel-111 menyajikan matriks
arahan tindakan revitalisasi pada KHG S. Ifuleki Bian – S. Lekiage Sentuf.
228
Rencana Tindakan Tahunan (RTT) Provinsi Papua Tahun 2019
Tabel-110. Matrik Arahan Tindakan Rewetting dan Revegetasi pada KHG S. Ifuleki Bian – S. Lekiage Sentuf.
Luas Rewetting (R.1) Revegetation (R.2)
UPRG Kabupaten Distrik Kampung Restorasi R.1.1 R.1.2 R.1.3 R.2.1 R.2.2 R.2.3
(ha) (unit) (unit) (unit) (ha) (ha) (ha)
Tabel-111. Matriks Arahan Tindakan Revitalisasi Gambut pada KHG S. Ifuleki Bian – S. Lekiage Sentuf.
R.3.3
No. Kampung R.3.1 R.3.2 Tanaman
Tanaman Perikanan Air Wanatani /
Hal -227
BAB IV Rencana Restorasi
Rencana Tindakan Tahunan (RTT) Provinsi Papua Tahun 2019
7. Areal Terdampak
a. Rewetting
Pada KHG S. Ifuleki Bian – S. Lekiage Sentuf tidak terdapat areal terdampak yang
ditimbulkan tindakan pembasahan (R.1.1 / pembuatan sumur bor, R.2.2 /
pembuatan sekat kanal, dan R.2.3 / penimbunan kanal) karena pada KHG S. Ifuleki
Bian – S. Lekiage Sentuf tidak ada tindakan pembasahan ulang (R.1.1, R.1.2, dan
R.1.3).
b. Revegetation
Kegiatan revegetasi dengan Suksesi Alami (R.2.1) pada KHG S. Ifuleki Bian – S.
Lekiage Sentuf diharapkan menciptakan keamanan kawasan areal bekas terbakar,
yaitu seluas 1.542 ha.
c. Revitalization
Areal terdampak tindakan revitalisasi pada KHG S. Ifuleki Bian – S. Lekiage Sentuf
mencakup 2 (dua) ruang dampak, yaitu :
• Ruang dampak 1 (dampak langsung), mencakup areal seluas pusat-pusat
pemukiman di desa-desa / kampung-kampung yang menjadi sasaran tindakan
R.3.1, R.3.2 dan R.3.3, yaitu Desa / Kampung Kolam, Kecamatan / Distrik
Muting, Kabupaten Merauke. Dengan dilaksanakannya R.3.1, R.3.2, dan R.3.3
diperkirakan aspek-aspek kehidupan masyarakat (pendapatan, pendidikan dan
kesehatan masyarakat) pada kedua desa / kampung tersebut dapat lebih
meningkat dibandingkan jika tidak ada tindakan R.3.
• Ruang dampak 2 (dampak tidak langsung), mencakup seluruh areal KHG
Sasaran, atau minimal pada areal yang biasa menjadi sasaran pembakaran
oleh masyarakat.
G. RENCANA RESTORASI KHG SUNGAI IFULEKI BIAN - SUNGAI DALIK DI KABUPATEN MERAUKE
Areal KHG S. Ifuleki Bian – S. Dalik adalah seluas 1.421 ha. Bagian areal KHG yang
menjadi prioritas untuk direstorasi adalah seluas 562 ha. Lokasi KHG S. Ifuleki Bian – S.
Dalik adalah sebagai berikut :
- Astronomis : 140°24’6.238” - 140°25’47.198” LS dan
7°28’43.013” - 7°32’10.378” BT
- Administrasi Pemerintahan : Distrik Muting, Kabupaten Merauke
- Wilayah Pemangkuan Hutan : Dinas Kehutanan Provinsi Papua
Arahan tindakan restorasinya berdasarkan pada kondisi satuan lahan restorasi gambut
(SLRG) yang ditentukan, yaitu : (1) Fungsi ekosistem gambut (fungsi lindung / budi
daya), (2) Kejadian kebakaran (terbakar / tidak terbakar), (3) Keberadaan kanal
(berkanal / tidak berkanal), dan (4) Kerapatan penutupan lahan (terbuka / sedang/
rapat). Areal KHG S. Ifuleki Bian – S. Dalik terdapat 3 (tiga) SLRG (Tabel-112) dan Peta-
37 (Peta SLRG).
Tabel-112. Satuan Lahan Restorasi Gambut (SLRG) pada KHG S. Ifuleki Bian – S. Dalik
Fungsi
Arahan
No Ekosistem Kanal Kebakaran Kerapatan SLRG Luas (ha) Luas (%)
Tindakan *)
Gambut
1. Fungsi Tidak Terbakar Terbuka F1.B1.K2.C1 • R.2.1 457 81,32
Lindung E.G. Berkanal Sedang F1.B1.K2.C2 • R.2.1 - -
Rapat F1.B1.K2.C3 • R.2.1 - -
Non Terbuka F1.B2.K2.C1 Pemantapan 55 9,79
Terbakar Sedang F1.B2.K2.C2 Pengelolaan - -
Rapat F1.B2.K2.C3 Kawasan - -
Total (1) 512 91,10
2 Fungsi Tidak Terbakar Terbuka F2.B1.K2.C1 • R.2.1 50 -
Budidaya Berkanal Sedang F2.B1.K2.C2 • R.2.1 - -
E.G. Rapat F2.B1.K2.C3 • R.2.1 - -
Non Terbuka F2.B2.K2.C1 - -
Terbakar Sedang F2.B2.K2.C2 - - -
Rapat F2.B2.K2.C3 - -
Total (2) 50 8,90
Total 562 100,00
Keterangan :
R.2.1 = Suksesi Alami
*) = Arahan tindakan hanya berupa suksesi alami (R.2.1) karena arahan tindakan Rewetting (R.1), Pengkayaan
Tanaman (R.2.2) dan Penanaman Pola Maksimal (R.2.3) tidak dapat dilakukan di KHG Sasaran.
Restorasi ekosistem gambut pada KHG ini menjadi tanggung jawab 3 (tiga) UPRG (Tabel-
113). Sebaran UPRG pada KHG S. Ifuleki Bian – S. Dalik disajikan pada Peta-38 (Peta
UPRG).
Tabel-113. Pelaksana Restorasi Gambut / UPRG pada KHG S. Ifuleki Bian – S. Dalik.
Luas PIR Luas Prioritas 1
No UPRG (ha) Keterangan
(ha)
1 KSDAE / KSA 454 400 KSA
2 Dinas Kehutanan Provinsi Papua 7 6 Areal HP non hak
3 KPHP – Unit LV 102 101 Areal HP
Total (ha) 562 507
232
RENCANA TINDAKAN TAHUNAN PROVINSI PAPUA 2019
Peta-37. Peta SLRG pada KHG S. Ifuleki Bian – S. Dalik
Hal -231
BABIV RencanaRestorasi
RencanaTindakanTahunan(RTT)ProvinsiPapuaTahun2019
233
Hal -232
BAB IV Rencana Restorasi
Rencana Tindakan Tahunan (RTT) Provinsi Papua Tahun 2019
a. Pembasahan (Rewetting)/R.1
Pada KHG S. Ifuleki Bian – S. Dalik tidak diperlukan pembuatan sumur bor
(R.1.1) untuk tindakan pembasahan, walaupun terdapat areal bekas kebakaran
tahun 2015, 2016 dan 2017 seluas 507 ha. Hal ini diputuskan berdasarkan
pertimbangan-pertimbangan sebagai berikut::
• Secara umum (hampir seluruh) areal eks kebakaran tersebut bertanah
mineral (bukan gambut).
• Kerusakan yang ditimbulkan oleh kejadian kebakaran jauh lebih rendah jika
dibandingkan dengan pada tanah gambut.
• Pada areal eks kebakaran tersebut tidak terdapat sistem drainase (kanal /
sungai) yang secara teknis mempercepat keluarnya air (aliran air) dari areal
eks kebakaran ke sungai utama.
• Areal bekas kebakaran di KHG ini merupakan areal yang sengaja dibakar
oleh masyarakat yang dilakukan pada kegiatan perburuan. Pembakaran
lahan bertujuan menumbuhkan tunas-tunas rumput muda untuk menarik
hewan buruan. Dengan adanya tunas-tunas rumput muda tersebut
binatang buruan (terutama rusa) akan datang ke areal kebakaran tersebut,
dan masyarakat menjadi mudah untuk menangkap hewan buruan. Selain
itu, pembakaran lahan juga dilakukan untuk mengarahkan/mengumpulkan
ikan, sehingga masyarakat lebih mudah menangkap ikan.
Pada KHG S. Ifuleki Bian – S. Dalik tidak diperlukan pembuatan sekat kanal
(R.1.2) untuk tindakan pembasahan. Hal ini karena pada KHG S. Ifuleki Bian – S.
Dalik tidak terdapat kanal.
Pada KHG S. Ifuleki Bian – S. Dalik tidak diperlukan penimbunan kanal (R.1.3)
untuk tindakan pembasahan. Hal ini karena pada KHG S. Ifuleki Bian – S. Dalik
tidak terdapat kanal.
Tujuan revegetasi pada program restorasi di KHG S. Ifuleki Bian – S. Dalik adalah
mengembalikan kondisi tutupan lahan pada KHG yang sebelumnya terganggu/rusak,
sehingga fungsi hidrologis tetap terjaga. Revegetasi hanya dilakukan pada areal eks
terbakar.
Hasil survei di lapangan menemukan jenis tanaman lokal yang banyak terdapat di
sekitar areal KHG S. Ifuleki Bian – S. Dalik adalah jenis-jenis eucalyptus (Eucalyptus
sp.) / kayu bus, ketapang (Terminallia sp.), akaway (Campnosperma montanum),
sagu (Metroxylon sagu), kayu putih (Melaleuca leucadendron), bambu, dan gambir
(Uncaria gambir); sehingga arahan Pengkayaan Tanaman akan menggunakan jenis
tanaman lokal tersebut.
Peta arahan tindakan revegetasi pada KHG S. Ifuleki Bian – S. Dalik disajikan pada Peta-
39.
236
RENCANA TINDAKAN TAHUNAN PROVINSI PAPUA 2019
Peta-39. Peta Arahan Tindakan Revegetasi pada KHG S. Ifuleki Bian – S. Dalik
Hal -235
BAB IV Rencana Restorasi
Rencana Tindakan Tahunan (RTT) Provinsi Papua Tahun 2019
Di KHG S. Ifuleki Bian – S. Dalik, areal bekas kebakaran (kejadian tahun 2015 s/d
2017) yang berpenutupan sedang (25 – 50 %) perlu dilakukan Pengkayaan
(R.2.2). Namun demikian pada kasus di KHG S. Ifuleki Bian – S. Dalik hal ini tidak
diperlukan / tidak diprogramkan. Beberapa dasar pertimbangannya adalah :
• Areal bekas kebakaran yang terdapat pada KHG S. Ifuleki Bian – S. Dalik
merupakan areal yang sengaja dibakar oleh masyarakat yang dilakukan pada
kegiatan perburuan. Pembakaran lahan dilakukan dengan tujuan untuk
menumbuhkan tunas-tunas rumput muda untuk menarik hewan buruan.
Dengan adanya tunas-tunas rumput muda tersebut binatang buruan
(terutama rusa) akan datang ke areal kebakaran tersebut, dimana
masyarakat menjadi mudah untuk menangkap hewan buruan. Disamping
itu pembakaran lahan juga dilakukan untuk mengarahkan / mengumpulkan
ikan, sehingga masyarakat lebih mudah menangkap ikan.
• Di lapangan, kondisi areal ini berupa lahan yang mengalami banjir
(terendam) secara periodik dengan level ketinggian air lebih dari 1 m,
sehingga teknis penanaman Pengkayaan sulit dilakukan.
• Jika program penanaman Pengkayaan (R.2.2) dilakukan tingkat
keberhasilannya diragukan.
• Kondisi penutupan lahan di lapangan berupa belukar rawa (tumbuh secara
alami). Belukar rawa ini diharapkan dapat berkembang secara alami menjadi
areal yang lebih rapat.
• Jenis tanah pada areal ini hampir seluruhnya merupakan tanah mineral
(aluvial), sehingga tingkat degradasinya tidak separah pada tanah gambut.
Bagian areal bekas kebakaran periode tahun 2015 s/d 2017 yang mempunyai
kerapatan penutupan terbuka ( < 25 %) seluas 507 ha perlu dilakukan
penanaman dengan pola maksimal (R.2.3). Namun demikian pada kasus di KHG
S. Ifuleki Bian – S. Dalik hal ini tidak diperlukan / tidak diprogramkan, dengan
pertimbangan beberapa hal, yaitu :
• Areal bekas kebakaran yang terdapat pada KHG S. Ifuleki Bian – S. Dalik
merupakan areal yang sengaja dibakar oleh masyarakat yang dilakukan pada
kegiatan perburuan. Pembakaran lahan dilakukan dengan tujuan untuk
Keberadaan masyarakat KHG S. Ifuleki Bian – S. Dalik terdapat di dalam area KHG
Sasaran. Aktivitas masyarakat cukup terbuka untuk ke wilayah luar KHG dengan
moda transportasi ketinting / perahu. Namun memakan waktu yang cukup lama
yakni sekitar 9 jam. Kondisi ini menyebabkan aktivitas ekonomi terutama hasil
tangkapan dan hasil panen dari ladang / kebun terhambat atau hanya berputar di
area sekitar saja (dalam KHG). Hal ini kurang mendorong peningkatan kesejateraan
bagi masyarakat. Untuk itu, dalam upaya meningkatkan kesejahteraan masyarakat
perlu dilakukan tindakan revitalisasi yang sekaligus dapat mengurangi dampak
kegiatan restorasi kepada masyarakat.
batas areal marga menjadi jelas, maka kegiatan revitalisasi masyarakat diharapkan
dapat segera dilakukan melalui program:
241
Hal -240
BAB IV Rencana Restorasi
Rencana Tindakan Tahunan (RTT) Provinsi Papua Tahun 2019
• Melakukan koordinasi dan kerja sama dengan berbagai pihak yaitu (Unsur)
Badan Restorasi Gambut, Pemerintah Daerah, Pemerintah Desa, Pemegang
Izin/Konsesi, Lembaga Swadaya Masyarakat/Perguruan Tinggi/Lembaga
Penelitian.
• Membuat peraturan bersama kepala desa/kampung terkait kerja sama
ekonomi atau kerja sama untuk perlindungan dan pengelolaan gambut
antar desa. Peraturan tersebut memuat bentuk-bentuk kerja sama,
pembagian tanggung jawab, mekanisme pelaksanaan serta evaluasi dan
pendanaan.
• Membentuk Kelompok Masyarakat Peduli Gambut sebagai wadah
partisipasi efektif dari masyarakat dalam perlindungan dan pengelolaan
ekosistem gambut.
• Melakukan pertemuan secara rutin dalam rangka penguatan kelembagaan.
• Melakukan kerja sama dalam pengembangan dan pemasaran produk lokal.
Tabel-114. Kegiatan dalam Program Peningkatan Kapasitas Kelembagaan dan SDM (R.3.2)
Kode
No. Program Peningkatan Kapasitas Kelembagaan dan SDM (R.3.2)
Kegiatan
1 Identifikasi stakeholders/aktor dan local champion 1
2 Sosialisasi kegiatan restorasi gambut kepada masyarakat kampung 2
3 Pembentukan dan/atau pembinaan BUMDes/Kam 3
4 Pembentukan dan/atau pembinaan Lembaga Masyarakat Adat (LMA) 4
5 Pembentukan dan/atau pembinaan Poktan/Pokdatan/Pokdarwis 5
6 Penyusunan AD/ART BUMDes/Kam, LMA, Poktan/Pokdatan/Pokdarwis 6
7.
7 Penyusunan rencana kerja tahunan kelembagaan BUMDes/Kam, LMA, 7
Poktan/Pokdatan/Pokdarwis
8 Pelatihan tata kelola dan manajemen/keuangan BUMDes/Kam, LMA, 8
Poktan/Pokdatan/Pokdarwis
9 Pendampingan tata kelola dan manajemen/keuangan kelembagaan BUMDes/Kam, 9
LMA, Poktan/Pokdatan/Pokdarwis
10 Menggali gagasan dan peluang kerja sama antar kelembagaan yang ada 10
11 Inisiasi penyusunan peraturan kampung yang dapat mendukung program pelestarian 11
lingkungan hidup
12 Insiasi revisi RPJMDes/Kam yang memasukkan program pelestarian lingkungan hidup 12
13 Pelatihan tata kelola pemerintahan kampung yang baik 13
14 Studi banding dan sosialisasi success story mengenai tata kelola manajemen/ 14
keuangan kelembagaan BUMDes/Kam, LMA, Poktan/Pokdatan/Pokdarwis
15 Identifikasi potensi pengembangan komoditas unggulan dan ekowisata kampung 15
untuk pengembangan mata pencaharian
16 Pelatihan budidaya pertanian tanpa bakar dan paludikultur, peternakan, perikanan 16
air tawar (kolam, keramba, rawa dan sungai), dan wanatani
17 Pelatihan pengolahan hasil pertanian, peternakan, perikanan air tawar, dan 17
kehutanan
18 Pelatihan manajemen usaha produktif masyarakat kampung 18
19 Pelatihan pengelolaan ekowisata berbasis sumber daya alam dan lingkungan hidup 19
kampung (rawa, hutan, dan DAS)
20 Pendampingan usaha produktif masyarakat kampung 20
Tabel-115. Gambaran Potensi Pengembangan Alternatif Komoditas dan Sumber Mata Pencaharian
(R.3.3) pada KHG S. Ifuleki Bian – S. Dalik.
No. Kegiatan Jenis/Potensi Komoditas/Produk/Obyek
1 Pertanian (Tanaman Pangan, Palawija, dan Rambutan, nanas, pisang,
Hotikultura)
2 Tanaman Perkebunan Pinang, kelapa
3 Peternakan Sapi, kambing, babi, ayam
4 Perikanan Perairan Umum (rawa, sungai) Perikanan tangkap (gastor, mujaer/ nila, sembilang,
dan Budidaya Perikanan Air Tawar (kolam, kakap putih, kakap batu, ikan kaca, ikan duri, udang,
keramba) dll)
Kolam / Keramba (mujaer, gurame, lele).
5 Kehutanan / Agroforestry / Wanatani Kayu Bus /Minyak kayu putih (alami)
6 Pengolahan hasil pertanian, perkebunan, Pengolahan ikan (ikan asin)
peternakan, perikanan, dan hasil hutan Pengolahan daging (dendeng)
Pelaksanaan restorasi ekosistem gambut pada KHG S. Ifuleki Bian – S. Dalik meliputi 1 desa
/ kampung, yaitu Desa / Kampung Wan Wai Bob (Distrik Muting, Kabupaten Merauke).
Adapun bentuk-bentuk dan volume tindakan restorasinya disajikan pada Tabel-116.
Pelaksana restorasi ekosistem gambut pada KHG S. Ifuleki Bian – S. Dalik adalah KSDAE /
KSA dan Pemda Kabupaten Merauke. Adapun bentuk-bentuk dan volume tindakan
restorasinya disajikan pada Tabel-117.
246
Rencana Tindakan Tahunan (RTT) Provinsi Papua Tahun 2019
Tabel-118. Matriks Arahan Tindakan Rewetting dan Revegetasi pada KHG S. Ifuleki Bian – S. Dalik.
Luas Rewetting (R.1) Revegetation (R.2)
UPRG Kabupaten Distrik Kampung Restorasi R.1.1 R.1.2 R.1.3 R.2.1 R.2.2 R.2.3
(ha) (unit) (unit) (unit) (ha) (ha) (ha)
Tabel-119. Matriks Arahan Tindakan Revitalisasi Gambut pada KHG S. Ifuleki Bian – S. Dalik.
R.3.3
No. Kampung R.3.1 R.3.2 Tanaman
Tanaman Perikanan Air Wanatani /
Pangan dan Peternakan Ekowisata Pengolahan / Industri
Perkebunan Tawar Agroforestry
Hortikultura
Distrik Muting, Kabupaten Merauke
1 Pinang, kelapa Pelatihan dan Bantuan Budidaya - Minyak kayu putih,
Hal -245
BAB IV Rencana Restorasi
Rencana Tindakan Tahunan (RTT) Provinsi Papua Tahun 2019
7. Areal Terdampak
a. Rewetting
Pada KHG S. Ifuleki Bian – S. Dalik tidak terdapat areal terdampak yang ditimbulkan
tindakan pembasahan (R.1.1 / pembuatan sumur bor, R.2.2 / pembuatan sekat
kanal, dan R.2.3 / penimbunan kanal) karena pada KHG S. Ifuleki Bian – S. Dalik
diputuskan tidak ada tindakan pembasahan (R.1.1, R.1.2, dan R.1.3).
b. Revegetation
Kegiatan revegetasi dengan Suksesi Alami (R.2.1) pada KHG S. Ifuleki Bian – S. Dalik
diharapkan menciptakan keamanan kawasan areal bekas terbakar, yaitu seluas 500
ha.
c. Revitalization
Areal terdampak tindakan revitalisasi pada KHG S. Ifuleki Bian – S. Dalik mencakup
2 (dua) ruang dampak, yaitu :
• Ruang dampak 1 (dampak langsung), mencakup areal seluas pusat-pusat
pemukiman di desa-desa / kampung-kampung yang menjadi sasaran tindakan
R.3.1, R.3.2 dan R.3.3, yaitu desa / kampung Wan Wai Bob, kecamatan / distrik
Muting, kabupaten Merauke. Dengan dilaksanakannya R.3.1, R.3.2, dan R.3.3
diperkirakan aspek-aspek kehidupan masyarakat (pendapatan, pendidikan dan
kesehatan masyarakat) di desa / kampung Wan Wai Bop dapat lebih
meningkat dibandingkan jika tidak ada tindakan R.3.
• Ruang dampak 2 (dampak tidak langsung), mencakup seluruh areal KHG
Sasaran, atau minimal pada areal yang biasa menjadi sasaran pembakaran
oleh masyarakat.
H. RENCANA RESTORASI KHG SUNGAI IFULEKI ONAM - SUNGAI FLY DI KABUPATEN MERAUKE
DAN BOVEN DIGOEL
Areal KHG S. Ifuleki Onam/Wanam – S. Fly adalah seluas 11.890 ha. Bagian areal KHG
yang menjadi prioritas untuk direstorasi adalah seluas 6.515 ha. Lokasi KHG S. Ifuleki
Onam/Wanam – S. Fly adalah sebagai berikut :
- Astronomis : 140° 42’24.853” - 140°53’58.636” LS dan
6°37’42.021” - 6°48’10.445” BT
- Administrasi Pemerintahan : Distrik Jair, Kabupaten Boven DIgoel dan Distrik
Ulin, Kabupaten Merauke
- Wilayah Pemangkuan Hutan : Dinas Kehutanan Provinsi Papua
Arahan tindakan restorasinya didasarkan pada kondisi satuan lahan restorasi gambut
(SLRG) yang ditentukan berdasarkan : (1) Fungsi kawasan (fungsi lindung / fungsi
budidaya), (2) Kejadian kebakaran (terbakar / tidak terbakar), (3) Keberadaan kanal
(berkanal / tidak berkanal), dan (4) Penutupan lahan (terbuka /tertutup sedang/
tertutup rapat). Pada areal KHG S. Ifuleki Onam – S. Fly terdapat 12 (dua belas) SLRG
(Tabel-120) dan Peta-41 (Peta SLRG).
Tabel-120. Satuan Lahan Restorasi Gambut (SLRG) pada KHG S. Ifuleki Onam – S. Fly.
Fungsi
Arahan
No Ekosistem Kanal Kebakaran Kerapatan SLRG Luas (ha) Luas (%)
Tindakan *)
Gambut
1. Fungsi Tidak Terbakar Terbuka F1.B1.K2.C1 • R.2.1 586 8,99
Lindung E.G. Berkanal Sedang F1.B1.K2.C2 • R.2.1 7 0,11
Rapat F1.B1.K2.C3 • R.2.1 4 0,06
Non Terbuka F1.B2.K2.C1 Pemantapan 1.747 26,82
Terbakar Sedang F1.B2.K2.C2 Pengelolaan 10 0,15
Rapat F1.B2.K2.C3 Kawasan 335 5,14
Total (1) 2.689 41,27
2 Fungsi Tidak Terbakar Terbuka F2.B1.K2.C1 • R.2.1 649 9,96
Budidaya Berkanal Sedang F2.B1.K2.C2 • R.2.1 30 0,46
E.G. Rapat F2.B1.K2.C3 • R.2.1 57 0,87
Non Terbuka F2.B2.K2.C1 2.243 34,43
Terbakar Sedang F2.B2.K2.C2 - 178 2,73
Rapat F2.B2.K2.C3 669 10,27
Total (2) 3.826 58,73
Total 6.515 100,00
Keterangan :
R.2.1 = Suksesi Alami
*) = Arahan tindakan hanya berupa suksesi alami (R.2.1) karena arahan tindakan Rewetting (R.1), pengkayaan (R.2.2) dan
penanaman pola maksimal (R.2.3) tidak dapat dilakukan di KHG Sasaran.
Restorasi ekosistem gambut pada KHG ini menjadi tanggung jawab 6 (enam) UPRG
(Tabel-121). Sebaran UPRG pada KHG S. Ifuleki Onam – S. Fly disajikan pada Peta-42
(Peta UPRG).
Tabel-121. Pelaksana Restorasi Gambut / UPRG pada KHG S. Ifuleki Onam – S. Fly
Luas PIR Luas Prioritas 1
No UPRG Keterangan
(ha) (ha)
1 Dinas Kehutanan Provinsi Papua 5.126 1.333 Areal HPK non hak
2 Pemda Kabupaten Boven Digoel 12 - Areal APL non hak
3 PT. Inocin Abadi dan KPHP – 522 - Tumpang Tindih
Unit LIV
4 PT. Tunas Sawaerma 67 - HPH
5 PT. Tunas Sawaerma dan KPHP 737 - Tumpang Tindih
– Unit LIV
6 KPHP – Unit LVI 50 - Areal HP
Total 6.515 1.333
250
RENCANA TINDAKAN TAHUNAN PROVINSI PAPUA 2019
Peta-41. Peta SLRG pada KHG S. Ifuleki Onam/Wanam
- S. Fly – S. Fly
Hal -249
BABIV RencanaRestorasi
RencanaTindakanTahunan(RTT)ProvinsiPapuaTahun2019
251
Hal -250
BAB IV Rencana Restorasi
Rencana Tindakan Tahunan (RTT) Provinsi Papua Tahun 2019
a. Pembasahan (Rewetting)/R.1
Pada KHG S. Ifuleki Onam – S. Fly tidak diperlukan pembuatan sumur bor (R.1.1)
untuk tindakan pembasahan, walaupun terdapat areal bekas kebakaran tahun
2015, 2016 dan 2017 seluas 1.333 ha. Hal ini diputuskan berdasarkan
pertimbangan-pertimbangan berikut :
• Secara umum (hampir seluruh) areal eks kebakaran bertanah mineral
(bukan gambut).
• Kerusakan yang ditimbulkan oleh kejadian kebakaran jauh lebih rendah jika
dibandingkan dengan pada tanah gambut.
• Pada areal eks kebakaran tersebut tidak terdapat sistem drainase (kanal /
sungai) yang secara teknis mempercepat keluarnya air (aliran air) dari areal
eks kebakaran ke sungai utama.
• Areal bekas kebakaran yang terdapat pada KHG S. Ifuleki Onam – S. Fly
tidak merupakan areal yang sengaja dibakar oleh masyarakat yang
dilakukan pada kegiatan perburuan. Pembakaran lahan dilakukan dengan
tujuan untuk menumbuhkan tunas-tunas rumput muda untuk menarik
hewan buruan. Dengan adanya tunas-tunas rumput muda tersebut
binatang buruan (terutama rusa) akan datang ke areal kebakaran tersebut,
masyarakat menjadi mudah untuk menangkap hewan buruan. Disamping
itu pembakaran lahan juga dilakukan untuk mengarahkan / mengumpulkan
ikan, dan dengan demikian masyarakat lebih mudah menangkap ikan.
Pada KHG S. Ifuleki Onam – S. Fly tidak diperlukan pembuatan sekat kanal
(R.1.2) untuk tindakan pembasahan. Hal ini karena pada KHG S. Ifuleki
Onam/Wanam – S. Fly tidak terdapat kanal.
Pada KHG S. Ifuleki Onam – S. Fly tidak diperlukan penimbunan kanal (R.1.3)
untuk tindakan pembasahan. Hal ini karena pada KHG S. Ifuleki Onam – S. Fly
tidak terdapat kanal.
Revegetasi adalah upaya pemulihan tutupan lahan pada ekosistem gambut melalui
penanaman jenis tanaman asli pada fungsi lindung atau dengan jenis tanaman lain
yang adaptif terhadap lahan basah dan memiliki nilai ekonomi pada fungsi budidaya.
Tujuan pemulihan vegetasi pada program restorasi di KHG S. Ifuleki Onam – S. Fly
adalah mengembalikan kondisi tutupan lahan pada KHG yang sebelumnya
terganggu/rusak, sehingga fungsi hidrologis tetap terjaga. Revegetasi dilakukan pada
areal eks terbakar.
Hasil survei di lapangan menemukan jenis tanaman lokal yang banyak terdapat di
sekitar areal KHG S. Ifuleki Onam – S. Fly adalah jenis-jenis eucalyptus (Eucalyptus
sp.) / kayu bus, ketapang (Terminallia sp.), akaway (Campnosperma montanum),
sagu (Metroxylon sagu), kayu putih (Melaleuca leucadendron), bambu, dan gambir
(Uncaria gambir); sehingga arahan penamanan Pengkayaan akan menggunakan jenis
tanaman lokal tersebut.
Luas areal eks kebakaran yang ada adalah 1.333 ha, terdiri dari penutupan rapat
(hutan alam) seluas 60 ha, penutupan sedang (belukar) seluas 37 ha, dan penutupan
terbuka (semak, padang rumput, tanah terbuka, dll) seluas 1.235 ha.
Peta areal revegetasi pada KHG S. Ifuleki Onam – S. Fly disajikan pada Peta-43.
254
RENCANA TINDAKAN TAHUNAN PROVINSI PAPUA 2019
Peta-43. Peta Areal Revegetasi
Peta Arahan Tindakanpada
Revegetasi
KHG S. pada Onam/Wanam
IfulekiKHG – S. Fly
S. Ifuleki Onam - S.Fly
Hal -253
BAB IV Rencana Restorasi
Rencana Tindakan Tahunan (RTT) Provinsi Papua Tahun 2019
Hal -254
RENCANA TINDAKAN TAHUNAN PROVINSI PAPUA 2019 255
BAB IV Rencana Restorasi
Rencana Tindakan Tahunan (RTT) Provinsi Papua Tahun 2019
Di KHG S. Ifuleki Onam – S. Fly, areal bekas kebakaran (kejadian tahun 2015 s/d
2017) terjadi di lahan berpenutupan sedang (25 – 50 %) seluas 37 ha. Untuk itu,
perlu dilakukan kegiatan Pengkayaan (R.2.2). Namun demikian, pada KHG S.
Ifuleki Onam – S. Fly, hal ini tidak diperlukan / tidak diprogramkan. Beberapa
dasar pertimbangannya adalah : :
• Areal bekas kebakaran yang terdapat pada KHG S. Ifuleki Onam – S. Fly
merupakan areal yang sengaja dibakar oleh masyarakat yang dilakukan pada
kegiatan perburuan. Pembakaran lahan dilakukan dengan tujuan untuk
menumbuhkan tunas-tunas rumput muda untuk menarik hewan buruan.
Dengan adanya tunas-tunas rumput muda tersebut binatang buruan
(terutama rusa) akan datang ke areal kebakaran tersebut, dan masyarakat
menjadi mudah untuk menangkap hewan buruan. Selain itu, pembakaran
lahan juga dilakukan untuk mengarahkan / mengumpulkan ikan, sehingga
masyarakat lebih mudah menangkap ikan.
• Di lapangan, kondisi areal ini berupa lahan yang mengalami banjir
(terendam) secara periodik dengan level ketinggian air lebih dari 1 m,
sehingga teknis penanaman Pengkayaan Tanaman sulit dilakukan.
sulit dilakukan.
• Jika Program
program Pengkayaan
Pengkayaan TanamanTanaman (R.2.2)tingkat
(R.2.2) dilakukkan dilakukan tingkat
keberhasilannya
diragukan.
keberhasilannya diragukan.
• Kondisi penutupan lahan di lapangan berupa belukar rawa (tumbuh secara
alami). Belukar rawa ini diharapkan dapat berkembang secara alami menjadi
areal yang lebih rapat.
• Jenis tanah pada areal ini hampir seluruhnya merupakan tanah mineral
(aluvial), sehingga tingkat degradasinya tidak separah pada tanah gambut.
Bagian areal bekas kebakaran periode tahun 2015 s/d 2017 yang berpenutupan
terbuka ( < 25 %) seluas 1.235 ha perlu dilakukan penanaman dengan pola
maksimal (R.2.3). Namun demikian, pada kasus di KHG S. Ifuleki Onam – S. Fly
hal ini tidak diperlukan / tidak diprogramkan, dengan pertimbangan beberapa
hal, yaitu::
• Areal bekas kebakaran yang terdapat pada KHG S. Ifuleki Onam – S. Fly
merupakan areal yang sengaja dibakar oleh masyarakat yang dilakukan pada
kegiatan perburuan. Pembakaran lahan dilakukan dengan tujuan untuk
menumbuhkan tunas-tunas rumput muda untuk menarik hewan buruan.
Dengan adanya tunas-tunas rumput muda tersebut binatang buruan
(terutama rusa) akan datang ke areal kebakaran tersebut, dan masyarakat
menjadi mudah untuk menangkap hewan buruan. Selain itu, pembakaran
lahan juga dilakukan untuk mengarahkan / mengumpulkan ikan, dan dengan
demikian masyarakat lebih mudah menangkap ikan.
• Kondisi bagian areal ini merupakan areal yang mengalami banjir (terendam)
secara periodik dengan level ketinggian air mencapai 2 m, sehingga teknis
Penanaman Pola Maksimal sulit dilakukan.
• Jika Penanaman Pola Maksimal dilakukan, maka tingkat keberhasilannya
diragukan.
• Kondisi penutupan lahan di lapangan berupa belukar rawa (tumbuh secara
alami). Belukar rawa ini diharapkan dapat berkembang secara alami menjadi
areal yang lebih rapat.
• Jenis tanah pada areal ini hampir seluruhnya merupakan tanah mineral
(aluvial), sehingga tingkat degradasinya tidak separah pada tanah gambut.
KHG S. Ifuleki Onam – S. Fly berada di perbatasan antara Republik Indonesia (RI) dan
Papua New Guinea (PNG). Masyarakat RI di KHG S. Ifuleki Onam – S. Fly yakni Dusun
Mutimanggi merupakan masyarakat RI yang berada di garis depan batas wilayah, di
mana untuk menuju wilayah tersebut terlebih dahulu harus melalui perairan rawa
yang cukup luas dengan menggunakan speedboat. Masyarakat tersebut keluar
masuk wilayahnya terutama hanya pada hari pasar saja. Keberadaannya yang jauh
dari area permukiman lainnya dan keterbatasan moda transportasi merupakan salah
satu penyebab masih rendahnya tingkat kesejahteraan masyarakat KHG S. Ifuleki
Onam – S. Fly.
Hal -256
RENCANA TINDAKAN TAHUNAN PROVINSI PAPUA 2019 257
BAB IV Rencana Restorasi
Rencana Tindakan Tahunan (RTT) Provinsi Papua Tahun 2019
260
RENCANA TINDAKAN TAHUNAN PROVINSI PAPUA 2019
Peta-44. Peta Arahan Tindakan Revitalisasi KHG S. Ifuleki Onam/Wanam – S. Fly
Hal -259
BAB IV Rencana Restorasi
Rencana Tindakan Tahunan (RTT) Provinsi Papua Tahun 2019
• Melakukan koordinasi dan kerja sama dengan berbagai pihak yaitu Badan
Restorasi Gambut, Pemerintah Daerah, Pemerintah Desa, Pemegang
Izin/Konsesi, Lembaga Swadaya Masyarakat/Perguruan Tinggi/Lembaga
Penelitian.
• Membuat peraturan bersama kepala desa/kampung terkait kerja sama
ekonomi atau kerja sama untuk perlindungan dan pengelolaan gambut
antar desa. Peraturan tersebut memuat bentuk-bentuk kerja sama,
pembagian tanggung jawab, mekanisme pelaksanaan serta evaluasi dan
pendanaan.
• Membentuk Kelompok Masyarakat Peduli Gambut sebagai wadah
partisipasi efektif dari masyarakat dalam perlindungan dan pengelolaan
ekosistem gambut.
• Melakukan pertemuan secara rutin dalam rangka penguatan kelembagaan.
• Melakukan kerja sama dalam pengembangan dan pemasaran produk lokal.
Tabel-122. Kegiatan dalam Program Peningkatan Kapasitas Kelembagaan dan SDM (R.3.2) pada
KHG S. Ifuleki Onam – S. Fly.
Kode
No. Program Peningkatan Kapasitas Kelembagaan dan SDM (R.3.2)
Kegiatan
1 Identifikasi stakeholders/aktor dan local champion 1
2 Sosialisasi kegiatan restorasi gambut kepada masyarakat kampung 2
3 Pembentukan dan/atau pembinaan BUMDes/Kam 3
4 Pembentukan dan/atau pembinaan Lembaga Masyarakat Adat (LMA) 4
5 Pembentukan dan/atau pembinaan Poktan/Pokdatan/Pokdarwis 5
6 Penyusunan AD/ART BUMDes/Kam, LMA, Poktan/Pokdatan/Pokdarwis 6
7.
7 Penyusunan rencana kerja tahunan kelembagaan BUMDes/Kam, LMA, 7
Poktan/Pokdatan/Pokdarwis
8 Pelatihan tata kelola dan manajemen/keuangan BUMDes/Kam, LMA, 8
Poktan/Pokdatan/Pokdarwis
9 Pendampingan tata kelola dan manajemen/keuangan kelembagaan BUMDes/Kam, 9
LMA, Poktan/Pokdatan/Pokdarwis
10 Menggali gagasan dan peluang kerja sama antar kelembagaan yang ada 10
11 Inisiasi penyusunan peraturan kampung yang dapat mendukung program pelestarian 11
lingkungan hidup
12 Insiasi revisi RPJMDes/Kam yang memasukkan program pelestarian lingkungan hidup 12
13 Pelatihan tata kelola pemerintahan kampung yang baik 13
14 Studi banding dan sosialisasi success story mengenai tata kelola manajemen/ 14
keuangan kelembagaan BUMDes/Kam, LMA, Poktan/Pokdatan/Pokdarwis
15 Identifikasi potensi pengembangan komoditas unggulan dan ekowisata kampung 15
untuk pengembangan mata pencaharian
16 Pelatihan budidaya pertanian tanpa bakar dan paludikultur, peternakan, perikanan 16
air tawar (kolam, keramba, rawa dan sungai), dan wanatani
17 Pelatihan pengolahan hasil pertanian, peternakan, perikanan air tawar, dan 17
kehutanan
18 Pelatihan manajemen usaha produktif masyarakat kampung 18
19 Pelatihan pengelolaan ekowisata berbasis sumber daya alam dan lingkungan hidup 19
kampung (rawa, hutan, dan DAS)
20 Pendampingan usaha produktif masyarakat kampung 20
Tabel-123. Gambaran Potensi Pengembangan Alternatif Komoditas dan Sumber Mata Pencaharian
(R.3.3) pada KHG S. Ifuleki Onam – S. Fly.
No. Kegiatan Jenis/Potensi Komoditas/Produk/Obyek
1 Pertanian (Tanaman Pangan, Palawija, dan Rambutan, nanas, pisang,
Hotikultura)
2 Tanaman Perkebunan Kelapa
3 Peternakan Sapi, kambing, babi, ayam
4 Perikanan Perairan Umum (rawa, sungai) Penangkaran buaya.
dan Budidaya Perikanan Air Tawar (kolam, Perikanan tangkap.
keramba)
5 Kehutanan / Agroforestry / Wanatani Gaharu
6 Pengolahan hasil pertanian, perkebunan, Pengolahan ikan (ikan asin)
peternakan, perikanan, dan hasil hutan Pengolahan daging (dendeng)
Pelaksanaan restorasi ekosistem gambut pada KHG S. Ifuleki Onam – S. Fly meliputi 1
desa / kampung, yaitu Desa / Kampung Asikie (Distrik Jair, Kabupaten Boven Digoel).
Adapun bentuk-bentuk dan volume tindakan restorasinya disajikan pada Tabel-124.
Pelaksana restorasi ekosistem gambut pada KHG S. Ifuleki Onam – S. Fly adalah KSDAE
/ KSA dan Pemda Kabupaten Merauke. Adapun bentuk-bentuk dan volume tindakan
restorasinya disajikan pada Tabel-125.
Tabel-126. Matrik Arahan Tindakan Rewetting dan Revegetasi pada KHG S. Ifuleki Onam – S. Fly.
Tabel-127. Matrik Arahan Tindakan Revitalisasi Gambut pada KHG S. Ifuleki Onam– S. Fly.
R.3.3
No. Kampung R.3.1 Tanaman
R.3.2 Tanaman Perikanan Air Wanatani /
Pangan dan Peternakan Ekowisata Pengolahan / Industri
Perkebunan Tawar Agroforestry
Hortikultura
Distrik Jair, Kabupaten Boven Digoel
1 Asikie Program Program 1 Rambutan, Pinang, kelapa Pelatihan dan Bantuan Budidaya - pengolahan ikan (misal
1 s/d 10 s/d 20 nanas, pisang, pendampingan peralatan gaharu, ikan asap, dendeng dan
budidaya tangkap ikan Inokulasi abon), pengolahan daging
ternak gaaru (misal dendeng, dan
Bantuan bibit abon), kerajinan kult
ternak buaya
7. Areal Terdampak
a. Rewetting
Pada KHG S. Ifuleki Onam – S. Fly tidak terdapat areal terdampak yang ditimbulkan
tindakan pembasahan (R.1.1 / pembuatan sumur bor, R.2.2 / pembuatan sekat
kanal, dan R.2.3 / penimbunan kanal) karena pada KHG S. Ifuleki Onam – S. Fly
tidak ada tindakan pembasahan (R.1.1, R.1.2, dan R.1.3).
b. Revegetation
Kegiatan revegetasi dengan suksesi alami (R.2.1) pada KHG S. Ifuleki Onam – S. Fly
diharapkan menciptakan keamanan kawasan areal eks terbakar, yaitu seluas 1.333
ha.
c. Revitalization
Areal terdampak tindakan revitalisasi pada KHG S. Ifuleki Onam – S. Fly mencakup 2
(dua) ruang dampak, yaitu : :
• Ruang dampak 1 (dampak langsung), mencakup areal seluas pusat-pusat
pemukiman di desa-desa / kampung-kampung yang menjadi sasaran tindakan
R.3.1, R.3.2 dan R.3.3, yaitu desa / kampung Asikie, Kecamatan / Distrik Jair,
Kabupaten Merauke. Dengan dilaksanakannya R.3.1, R.3.2, dan R.3.3
diperkirakan aspek-aspek kehidupan masyarakat (pendapatan, pendidikan dan
kesehatan masyarakat) Desa / Kampung Asikie dapat lebih meningkat
dibandingkan jika tidak ada tindakan R.3.
• Ruang dampak 2 (dampak tidak langsung), mencakup seluruh areal KHG
Sasaran, atau minimal pada areal yang biasa menjadi sasaran pembakaran
oleh masyarakat.
265
266 RENCANA TINDAKAN TAHUNAN PROVINSI PAPUA 2019
BAB V Pembiayaan
Rencana Tindakan Tahunan (RTT) Provinsi Papua Tahun 2019
BAB-V
PEMBIAYAAN
A. SUMBER PENDANAAN
Sumber pendanaan restorasi gambut didasarkan pada kewenangan dan tanggung jawab
stakeholders, yang meliputi pemerintah pusat, pemerintah daerah dan perusahaan
instansi / stakeholder,
pemegang izin. Sesuai dengan ketentuan yang berlaku, sumber pendanaan masing-masing
UPRG disajikan pada Tabel-128.
4.
3. Pemerintah Daerah Kabupaten Taman Hutan Rakyat (Tahura) sesuai SK
Tahura di Kabupaten / Kota
B. STANDAR BIAYA
Standar biaya restorasi ekosistem gambut pada RTT Provinsi Papua Tahun 2019 didasarkan
pada beberapa hal berikut :
:
a) Peraturan Direktur Jenderal Pengendalian Pencemaran dan Kerusakan Lingkungan Nomor:
a)
P.9/PPKL/PKG/PKL.0/7/2018 tentang Standar Biaya Pembangunan Infrastruktur
Pembasahan Untuk Pemulihan Ekosistem Gambut.
b) Standar biaya di wilayah kerja sasaran kegiatan restorasi ekosistem gambut dari hasil
pengamatan lapangan dan konsultasi dengan instansi terkait.
c) Perhitungan-perhitungan lainnya.
Hal -266
RENCANA TINDAKAN TAHUNAN PROVINSI PAPUA 2019 267
BAB V Pembiayaan
Rencana Tindakan Tahunan (RTT) Provinsi Papua Tahun 2019
Rencana Tindakan Restorasi yang akan dilakukan ada 8 (delapan) KHG sasaran RTT Tahun 2019
di Provinsi Papua (Bab IV) meliputi R.2.1 (revegetasi pola suksesi alami) dan revitalisasi (R.3.1,
R.3.2 dan R.3.3). Standar biaya satuan kegiatan restorasi ekosistem gambut pada Rencana
Tindakan Tahunan (RTT) Provinsi Papua Tahun 2019 disajikan pada Tabel-129.
C. BIAYA RESTORASI
Biaya restorasi ekosistem gambut Provinsi Papua Tahun 2019 pada seluruh KHG Sasaran di
sajikan pada Tabel-130.
Tabel-130. Biaya Restorasi Ekosistem Gambut Provinsi Papua Tahun 2019 pada Seluruh KHG
Sasaran
No KHG Sasaran Biaya Restorasi (Rupiah)
Biaya restorasi ekosistem gambut Provinsi Papua Tahun 2019 dihitung sesuai dengan KHG
masing-masing, yaitu::
a) Biaya restorasi ekosistem gambut KHG Sungai Aleki Male - Sungai Ifuleki Bian, disajikan
pada Tabel-131.
b) Biaya restorasi ekosistem gambut KHG Sungai Alekikos Bakian - Sungai Ifuleki Bian,
disajikan pada Tabel-132.
c) Biaya restorasi ekosistem gambut KHG Sungai Alekikosi Digoel - Sungai Aleki Seme,
disajikan pada Tabel-133.
d) Biaya restorasi ekosistem gambut KHG Sungai Buru Mappi - Sungai Buru Obaa, disajikan
pada Tabel-134.
e) Biaya restorasi ekosistem gambut KHG Sungai Ferkame - Sungai Orei, disajikan pada
Tabel-135.
f) Biaya restorasi ekosistem gambut KHG Sungai Ifuleki Bian - Sungai Lekiage Sentuf,
disajikan pada Tabel-136.
g) Biaya restorasi ekosistem gambut KHG Sungai Ifuleki Bian - Sungai Dalik, disajikan pada
Tabel-137.
h) Biaya restorasi ekosistem gambut KHG Sungai Ifuleki Onam/Wanam - Sungai Fly,
disajikan pada Tabel-138.
Tabel-131. Perhitungan Biaya Pelaksanaan Restorasi Ekosistem Gambut KHG Sungai Aleki Male -
Sungai Ifuleki Bian Berdasarkan UPRG
Hal -268
RENCANA TINDAKAN TAHUNAN PROVINSI PAPUA 2019 269
BAB V Pembiayaan
Rencana Tindakan Tahunan (RTT) Provinsi Papua Tahun 2019
Tabel-132. Perhitungan Biaya Pelaksanaan Restorasi Ekosistem Gambut KHG Sungai Alekikos
Bakian - Sungai Ifuleki Bian Berdasarkan UPRG
Tabel-133. Perhitungan Biaya Pelaksanaan Restorasi Ekosistem Gambut KHG Sungai Alekikos
Digoel - Sungai Aleki Seme Berdasarkan UPRG
Tabel-134. Perhitungan Biaya Pelaksanaan Restorasi Ekosistem Gambut KHG Sungai Buru Mappi
- Sungai Buru Obaa Berdasarkan UPRG
Hal -270
RENCANA TINDAKAN TAHUNAN PROVINSI PAPUA 2019 271
BAB V Pembiayaan
Rencana Tindakan Tahunan (RTT) Provinsi Papua Tahun 2019
Tabel-135. Perhitungan Biaya Pelaksanaan Restorasi Ekosistem Gambut KHG Sungai Ferkame -
Sungai Orei Berdasarkan UPRG
Tabel-136. Perhitungan Biaya Pelaksanaan Restorasi Ekosistem Gambut KHG Sungai Ifileki Bian -
Sungai Lekiage Sentuf Berdasarkan UPRG
Hal -272
RENCANA TINDAKAN TAHUNAN PROVINSI PAPUA 2019 273
BAB V Pembiayaan
Rencana Tindakan Tahunan (RTT) Provinsi Papua Tahun 2019
Tabel-137. Perhitungan Biaya Pelaksanaan Restorasi Ekosistem Gambut Sungai Ifuleki Bian -
Sungai Dalik Berdasarkan UPRG
Tabel-138. Perhitungan Biaya Pelaksanaan Restorasi Ekosistem Gambut KHG Sungai Ifuleki
Onam - Sungai Fly Berdasarkan UPRG
Hal -274
RENCANA TINDAKAN TAHUNAN PROVINSI PAPUA 2019 275
BAB VI Monitoring dan Evaluasi
Rencana Tindakan Tahunan (RTT) Provinsi Papua Tahun 2019
BAB-VI
MONITORING DAN EVALUASI
A. LANDASAN HUKUM
Kegiatan monitoring dan evaluasi Pelaksanaan RTT Restorasi Gambut Provinsi Papua
berpedoman pada UU 25/2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional (SPPN)
dan PP 39/2006 tentang Tata Cara Pengendalian dan Evaluasi Pelaksanaan Rencana
Pembangunan. Berdasarkan Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang SPPN, kegiatan
monitoring dan evaluasi dan juga pelaporan merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari
sistem perencanaan pembangunan nasional. Berdasarkan SPPN, tahapan perencanaan
pembangunan merupakan sebuah siklus perencanaan yang berkelanjutan dan terdiri dari
tahap: penyusunan rencana, penetapan rencana, pengendalian pelaksanaan rencana, dan
evaluasi pelaksanaan rencana. Penerapan PP 39/2006 merupakan upaya untuk menjawab dan
memenuhi tantangan dan kebutuhan dalam rangka melaksanakan siklus manajemen
pembangunan secara utuh. Tersedianya sistem monitoring dan evaluasi (monev) yang handal
akan memberikan kontribusi nyata guna berjalannya siklus umpan balik pada tahap
perencanaan yang pada akhirnya akan meningkatkan kualitas perencanaan pembangunan.
Selanjutnya, berdasarkan Pasal 3 PP/39 Tahun 2006, dinyatakan bahwa pengendalian
pelaksanaan rencana pembangunan dilakukan antara lain melalui monitoring.
B. PENGERTIAN
Monitoring adalah kegiatan pengumpulan data dan informasi yang dilakukan secara periodik
Pemantauan
untuk memastikan suatu kegiatan yang dilaksanakan sesuai dengan rencana yang telah
ditetapkan dan merupakan proses yang dilakukan selama siklus program, dimulai dari
persiapan, perencanaan, pelaksanaan, dan keberlanjutan restorasi gambut. Hasil kegiatan
pemantauan digunakan untuk memperbaiki kualitas pelaksanaan dan penyesuaian terhadap
perencanaan.
Evaluasi adalah serangkaian kegiatan penilaian yang dilakukan secara berkala untuk
mengetahui keberhasilan dalam mencapai tujuan program restorasi gambut. Kegiatan
evaluasi dilakukan dengan menggunakan metodologi yang bisa dipertanggungjawabkan secara
ilmiah. Evaluasi juga merupakan rangkaian kegiatan membandingkan realisasi masukan
(input), keluaran (output), dan hasil (outcome) terhadap rencana dan standar. Evaluasi
diperlukan untuk menjamin tersedianya umpan balik bagi perencanaan pembangunan. Ruang
lingkup evaluasi mencakup: realisasi masukan (input), realisasi keluaran (output), dan realisasi
hasil (outcome).
Pelaporan adalah proses untuk menyajikan data dan informasi secara tepat dan akurat
sebagai dasar pengambilan keputusan dan kebijakan. Untuk memudahkan penyajian dan
analisis data, pelaporan dilakukan dengan format yang telah ditentukan dan memadai. Format
laporan harus dapat memberikan petunjuk atau informasi yang jelas dan sistematis sehingga
memudahkan para pengambil keputusan dalam melakukan aktivitasnya. Pelaporan dilakukan
secara berkala dan berjenjang.
Pelaksanaan monitoring dan evaluasi mengikuti prinsip-prinsip (1) Partisipatif, semua pelaku
program terutama masyarakat, fasilitator, dan konsultan berpartisipasi aktif dalam kegiatan
pemantauan, evaluasi, dan pelaporan, (2) Transparan, pemantauan, evaluasi, dan pelaporan
harus dilakukan secara terbuka dan mudah diakses oleh semua pihak, dan (3) Akurat,
informasi yang disampaikan harus menggunakan data yang benar, tepat dan dapat
dipertanggungjawabkan.
monitoring
Pelaksanaan monitoring untuk mengamati perkembangan pelaksanaan RTT Restorasi Gambut
di Provinsi Papua, mengidentifikasi serta mengantisipasi permasalahan yang timbul dan/atau
akan timbul untuk dapat diambil tindakan sedini mungkin. Sebagaimana telah diketahui
bahwa RTT Restorasi Gambut secara garis besar terdiri dari Pembasahan Kembali/Rewetting
(R.1), Penanaman Kembali/Revegetation (R.2), dan Revitalisasi/Revitalization (R.3). Seperti
bagan alir kerangka berfikir (logical framework) pelaksanaan pemantauan
logis (monitoring) pada
Gambar-14.
Hal -276277
RENCANA TINDAKAN TAHUNAN PROVINSI PAPUA 2019
BAB VI Monitoring dan Evaluasi
Rencana Tindakan Tahunan (RTT) Provinsi Papua Tahun 2019
Pemantauan diperlukan untuk menjamin tercapainya tujuan dan sasaran yang telah
ditetapkan di dalam dokumen RTT Restorasi Gambut Provinsi Papua. Ruang lingkup
pemantauan RTT Restorasi Gambut Provinsi Papua minimal mencakup realisasi penyerapan
dana, realisasi pencapaian target, dan kendala yang dihadapi. Pemantauan dilakukan melalui
pengamatan atas perkembangan pelaksanaan RTT Restorasi Gambut, identifikasi
permasalahan yang timbul dan antisipasi permasalahan yang mungkin timbul untuk dapat
diantisipasi sedini mungkin. Pemantauan dilakukan setiap triwulanan dan hasilnya dituangkan
dalam Laporan Pemantauan Pelaksanaan RTT Restorasi Gambut Provinsi Papua.
Pelaksanaan monitoring dokumen RTT dan dokumen TOR (Terms of Reference)/ KAK
(Kerangka Acuan Kerja) diperlukan sebagai alat pengendalian pelaksanaan kegiatan yang berisi
tentang deskripsi kegiatan, tahapan pelaksanaan beserta rencana anggaran dan bobot
kinerjanya, lingkup serta jadwal kegiatan.
Evaluasi RTT Restorasi Gambut di Provinsi Papua dilakukan melalui serangkaian analisis untuk
menilai efisiensi, efektivitas keberhasilan atau kegagalan program dan kegiatan restorasi
gambut, dan kemanfaatan berdasarkan indikator dan sasaran/target kinerja yang telah
ditetapkan. Evaluasi dilakukan dengan menggunakan metode analisis kesenjangan (gap
analysis). Operasionalisasi metode ini dilakukan dengan membandingkan kinerja aktual
(prestasi yang telah dicapai) dengan target kinerja (prestasi yang harus dicapai).
Hal -278
RENCANA TINDAKAN TAHUNAN PROVINSI PAPUA 2019 279
BAB VI Monitoring dan Evaluasi
Rencana Tindakan Tahunan (RTT) Provinsi Papua Tahun 2019
Pengembangan sistem informasi manajemen (SIM) berbasis komputer dan internet atau web
untuk menunjang kegiatan monitoring dan evaluasi (e-Monev) pelaksanaan RTT Restorasi
Gambut baik pada tingkat SLRG/KHG, tingkat provinsi, dan nasional sangat diperlukan.
Pembangunan aplikasi monitoring dan evaluasi berbasis website (e-Monev) ini merupakan
upaya untuk mengefektifkan dan mengefisienkan pelaporan menuju pada peningkatan
kualitas dengan melakukan penyederhanaan terhadap format, aplikasi dan mekanisme
pelaporan monev pelaksanaan RTT Restorasi Gambut tersebut. Aplikasi e-Monev untuk
pelaksanaan RTT Restorasi Gambut ini dikelola oleh Badan Restorasi Gambut (BRG) dan
terkoneksi dengan sistem informasi semua program/kegiatan yang terkait dengan restorasi
gambut.
SIM adalah suatu sistem yang mampu menghasilkan keluaran berbentuk informasi dengan
menggunakan masukan data tertentu melalui beberapa metode pengolahan data untuk
memenuhi tujuan yang akan dicapai dalam suatu pelaksanaan kegiatan. SIM untuk monev RTT
Restorasi Gambut adalah suatu sistem yang dikembangkan untuk memantau dan menilai
capaian kinerja pelaksanaan program dan kegiatan RTT Restorasi Gambut di lapangan melalui
mekanisme pelaporan dalam bentuk informasi terpadu dan terbuka. SIM yang baik haruslah
dapat memenuhi syarat fleksibilitas, efektif dan efisien dengan keluaran dalam bentuk
laporan/informasi yang dapat dimanfaatkan semaksimal mungkin dalam kegiatan
pemantauan dan evaluasi/penilaian dalam rangka peningkatan kinerja pelaksanaan program
Restorasi Gambut.
Tujuan penerapan SIM dalam pelaksanaan pelaporan program Restorasi Gambut adalah:
1) Menyediakan informasi yang diperlukan dalam penilaian keseluruhan kegiatan dan
pencapaian tujuan Restorasi baik jangka pendek maupun jangka panjang.
2) Menyediakan informasi yang diperlukan dalam perencanaan, pengendalian, evaluasi, dan
penyempurnaan pengelolaan Restorasi Gambut secara berkelanjutan.
3) Menyediakan informasi untuk pengambilan keputusan terkait dengan permasalahan
terkait pelaksanaan restorasi gambut dan dampak-dampaknya.
4) Menyediakan pengelolaan data yang baku untuk merekam kemajuan kuantitatif terhadap
pelaksanaan program restorasi gambut di lapangan secara berjenjang.
Kegiatan monitoring dan evaluasi dilakukan terhadap semua program dan kegiatan yang
terkait dengan aktivitas restorasi gambut, yang terbagi kedalam 3 tindakan, yaitu: Tindakan
Rewetting (R.1), Revegetation (R.2), dan Revitalization (R.3). Kegiatan monitoring lebih
ditekankan pada proses persiapan hingga pelaksanaan restorasi gambut, sedangkan kegiatan
evaluasi dilakukan pasca-pelaksanaan restorasi gambut. Namun demikian, terdapat beberapa
kegiatan/aktivitas restorasi gambut yang dilakukan monitoring dan evaluasi sekaligus.
Kegiatan monitoring adalah pengawalan, pengawasan, dan pengendalian pelaksanaan
restorasi gambut sesuai dengan rencana dan mengetahui permasalahan dan kendala yang
dihadapi di lapangan dan segera mencari solusi permasalahan/kendala tersebut.
Kegiatan evaluasi adalah kegiatan untuk menilai dan mengevaluasi seluruh pelaksanaan
restorasi gambut, termasuk keberlanjutannya serta menilai dampak restorasi gambut yang
telah dilaksanakan terhadap pemulihan ekologis/ekosistem lahan gambut, sosial, ekonomi,
dan budaya.
Keberhasilan kegiatan monev sangat ditentukan oleh perencanaan monev yang baik, dengan
cara menentukan kerangka kerja dalam melaksanakan pendekatan langsung maupun tidak
langsung.
• Pendekatan langsung dengan cara mendatangi pelaksanaan kegiatan untuk melihat
kesesuaian antara rencana dan realisasi pelaksanaan kegiatan serta efektifitas
pelaksanaan kegiatan.
Hal -280281
RENCANA TINDAKAN TAHUNAN PROVINSI PAPUA 2019
BAB VI Monitoring dan Evaluasi
Rencana Tindakan Tahunan (RTT) Provinsi Papua Tahun 2019
• Pendekatan tidak langsung adalah dengan penelaahan dokumen RTT, KAK, RAB, DIPA,
POK, serta penetapan kinerja.
Dalam kegiatan monev, personil pelaksana monev harus sudah mendapatkan dan memahami
data/informasi antara lain:
a. Tupoksi, serta wewenang unit kerja;
b. Kegiatan UPRG;
c. Sumber pembiayaan;
d. Sistem informasi yang digunakan;
e. Keterkaitan antara unit kerja;
f. Renstra, RTT dan anggaran unit;
g. Laporan akuntabilitas kinerja;
h. Laporan realisasi keuangan;
i. Hasil monev periode sebelumnya.
Kegiatan monitoring dan evaluasi dirinci ke dalam beberapa variabel/indikator yang akan
digunakan untuk melaksanakan kegiatan monitoring dan evaluasi, disajikan pada Tabel-139
dan Tabel-140.
Jenis Tindakan Lokasi Tindakan Indikator/Variabel Capaian / Tolok Metode Waktu Penanggung
No. Lokasi Monitoring
Restorasi Restorasi Monitoring *) Ukur Monitoring Pengumpulan Data Monitoring Jawab
A Tindakan
Tindakan Rewetting (R.1) tidak diprogramkan dalam pelaksanaan restorasi gambut Papua 2019
Rewetting (R.1)
B Tindakan Hanya meliputi R.2.1 (Revegetasi Pola Suksesi Alami)
Revegetation
(R.2)
1 Revegetasi Pola 1. KHG S. Aleki Male – 1. Kejadian kebakaran Tidak terjadi Pengecekan Tapak lokasi bekas Tiga bulan Dinas LH,
Suksesi Alami S. Ifuleki Bian lahan kebakaran lahan lapangan kebakaran sekali selama Pertanian/
(R.2.1) 2. KHG S. Alekikos baru di areal KHG setahun Perkebunan, CDK
Bakian – S. Ifuleki Sasaran Kabupaten
Bian 2. Pelaksana pekerjaan Kesesuaian UPRG Pengecekan Tapak lokasi bekas Tiga bulan Dinas LH,
3. KHG S. Alekikosi perlindungan kawasan lapangan kebakaran sekali selama Pertanian/
Digoel – S. Aleki (pola suksesi alami) setahun Perkebunan, CDK
Seme Kabupaten
4. KHG S. Buru Mappi 3. Waktu dimulainya Tata waktu Pengamatan Tapak lokasi bekas Tiga bulan Dinas LH,
– S. Buru Obaa pelaksanaan perlindungan lapangan kebakaran sekali selama Pertanian/
5. KHG S. Ifuleki Bian perlindungan kawasan kawasan setahun Perkebunan, CDK
– S. Lekiage Sentuf (pola suksesi alami) Kabupaten
6. KHG Sungai 4. Target waktu Tata waktu Pengamatan Tapak lokasi bekas Tiga bulan Dinas LH,
Ferkame - Sungai pelaksanaan perlindungan lapangan kebakaran sekali selama Pertanian/
Orei perlindungan kawaan kawasan setahun Perkebunan, CDK
7. KHG S. Ifuleki Bian (pola suksesi alami) Kabupaten
– S. Dalik 5. Progres realisasi Hasil yang dicapai Pengamatan Tapak lokasi bekas Tiga bulan Dinas LH,
8. KHG S. Ifuleki pekerjaan dari pekerjaan lapangan kebakaran sekali selama Pertanian/
Onam – S. Fly perlindungan kawasan perlindungan setahun Perkebunan, CDK
(pola suksesi alami) kawasan Kabupaten
6. Progres realisasi Tingkat penyerapan Analisis data Kantor pelaksana Tiga bulan Dinas LH,
penggunaan anggaran anggaran keuangan/penggun konstruksi sekali selama Pertanian/
untuk kegiatan aan anggaran setahun Perkebunan, CDK
perlindungan kawasan Kabupaten
Hal -282
283
BAB VI Monitoring dan Evaluasi
284
Rencana Tindakan Tahunan (RTT) Provinsi Papua Tahun 2019
Jenis Tindakan Lokasi Tindakan Indikator/Variabel Capaian / Tolok Metode Waktu Penanggung
No. Lokasi Monitoring
Restorasi Restorasi Monitoring *) Ukur Monitoring Pengumpulan Data Monitoring Jawab
7. Peran Tingkat partisipasi Pemeriksaan Tapak lokasi bekas Tiga bulan Dinas LH
serta/keterlibatan masyarakat lapangan kebakaran sekali selama
masyarakat setempat setahun
dalam perlindungan
kawasan
C Tindakan
Revitalization
(R.3)
1 Pembinaan Desa 1. KHG S. Aleki Male – 1. Proses fasilitasi Terbentuknya Desa Wawancara dan Desa sasaran Tiga bulan Dinas
Peduli Gambut S. Ifuleki Bian pembentukan kawasan Peduli Gambut pengamatan tindakan restorasi sekali selama Pemberdayaan
(R.3.1) 2. KHG S. Alekikos perdesaan gambut lapangan gambut setahun Masyarakat dan
Bakian – S. Ifuleki Desa
Bian 2. Penyusunan Terciptanya Wawancara dan Desa sasaran Tiga bulan Dinas
3. KHG S. Alekikosi perencanaan tata perencanaan tata pengamatan tindakan restorasi sekali selama Pemberdayaan
Digoel – S. Aleki ruang kawasan ruang lapangan gambut setahun Masyarakat dan
Seme perdesaan gambut Desa
4. KHG S. Buru Mappi 3. Penyelesaian/resolusi Keberadaan Wawancara dan Desa sasaran Tiga bulan Dinas
– S. Buru Obaa konfliks Lembaga Resolusi pengamatan tindakan restorasi sekali selama Pemberdayaan
5. KHG S. Ifuleki Bian Konflik lapangan gambut setahun Masyarakat dan
Hal -283
BAB VI Monitoring dan Evaluasi
Rencana Tindakan Tahunan (RTT) Provinsi Papua Tahun 2019
Jenis Tindakan Lokasi Tindakan Indikator/Variabel Capaian / Tolok Metode Waktu Penanggung
No. Lokasi Monitoring
Restorasi Restorasi Monitoring *) Ukur Monitoring Pengumpulan Data Monitoring Jawab
lapangan gambut Masyarakat dan
Desa
8. Upaya dan Tingkat Wawancara dan Desa sasaran Sekali (2019) Dinas
kesiapsiagaan kesiapsiagaan pengamatan tindakan restorasi Pemberdayaan
masyarakat desa masyarakat lapangan gambut Masyarakat dan
gambut dalam Desa
menghadapi bencana
kebakaran gambut
2 Peningkatan 1. KHG S. Aleki Male – 1. Pelaksanaan pelatihan Terlaksananya Wawancara dan Desa sasaran Sekali (2019) Dinas
Kapasitas S. Ifuleki Bian manajemen dan tata pelatihan pengamatan tindakan restorasi Pemberdayaan
Kelembagaan 2. KHG S. Alekikos kelola kelembagaan lapangan gambut Masyarakat dan
(R.3.2) Bakian – S. Ifuleki untuk penguatan Desa
Bian kelembagaan
3. KHG S. Alekikosi 2. Fasilitasi penyusunan Tersusunnya AD/RT Wawancara dan Desa sasaran Tiga bulan Dinas
Digoel – S. Aleki AD/ART kelembagaan pengamatan tindakan restorasi sekali selama Pemberdayaan
Seme lapangan gambut setahun Masyarakat dan
4. KHG S. Buru Mappi Desa
– S. Buru Obaa 3. Penyusunan rencana Tersedianya Wawancara dan Desa sasaran Sekali (2019) Dinas
5. KHG S. Ifuleki Bian tahunan kelembagaan dokumen rencana pengamatan tindakan restorasi Pemberdayaan
– S. Lekiage Sentuf tahunan lapangan gambut Masyarakat dan
6. KHG Sungai Desa
Ferkame - Sungai 4. Pelaksanaan rencana Tersedianya Wawancara dan Desa sasaran Sekali (2019) Dinas
Orei tahunan kelembagaan dokumen rencana pengamatan tindakan restorasi Pemberdayaan
7. KHG S. Ifuleki Bian tahunan lapangan gambut Masyarakat dan
– S. Dalik Desa
8. KHG S. Ifuleki 5. Pelaksanaan suksesi Terciptanya suksesi Wawancara dan Desa sasaran Tiga bulan Dinas
Onam – S. Fly kepengurusan kepengurusan pengamatan tindakan restorasi sekali selama Pemberdayaan
organisasi/kelembagaa lapangan gambut setahun Masyarakat dan
n Desa
3 Pengembangan 1. KHG S. Aleki Male – 1. Pelatihan teknik Terlaksananya Wawancara dan Desa sasaran Sekali (2019) Dinas
285
Hal -284
BAB VI Monitoring dan Evaluasi
286
Rencana Tindakan Tahunan (RTT) Provinsi Papua Tahun 2019
Jenis Tindakan Lokasi Tindakan Indikator/Variabel Capaian / Tolok Metode Waktu Penanggung
No. Lokasi Monitoring
Restorasi Restorasi Monitoring *) Ukur Monitoring Pengumpulan Data Monitoring Jawab
Sumber Mata Bakian – S. Ifuleki Desa
Pencaharian Bian 2. Pelatihan pascapanen, Terlaksananya Wawancara dan Desa sasaran Sekali (2019) Dinas
(R.3.3) 3. KHG S. Alekikosi packaging, dan labeling pelatihan pengamatan tindakan restorasi Pemberdayaan
Digoel – S. Aleki lapangan gambut Masyarakat dan
Seme Desa
4. KHG S. Buru Mappi 3. Pelatihan pengolahan Terlaksananya Wawancara dan Desa sasaran Sekali (2019) Dinas
– S. Buru Obaa hasil dan pemasaran pelatihan pengamatan tindakan restorasi Pemberdayaan
5. KHG S. Ifuleki Bian produk lapangan gambut Masyarakat dan
– S. Lekiage Sentuf Desa
6. KHG Sungai 4. Pelatihan manajemen Terlaksananya Wawancara dan Desa sasaran Sekali (2019) Dinas
Ferkame - Sungai usaha pelatihan pengamatan tindakan restorasi Pemberdayaan
Orei lapangan gambut Masyarakat dan
7. KHG S. Ifuleki Bian Desa
– S. Dalik 5. Fasilitasi penyusunan Tersedianya Wawancara dan Desa sasaran Sekali (2019) Dinas
8. KHG S. Ifuleki rencana dokumen pengamatan tindakan restorasi Pemberdayaan
Onam – S. Fly pengembangan perencanaan lapangan gambut Masyarakat dan
komoditas yang telah Desa
dipilih
6. Pendampingan usaha Terlaksananya Wawancara dan Desa sasaran Sekali (2019) Dinas
Hal -285
BAB VI Monitoring dan Evaluasi
Rencana Tindakan Tahunan (RTT) Provinsi Papua Tahun 2019
Jenis Tindakan Lokasi Tindakan Indikator/Variabel Capaian / Tolok Metode Waktu Penanggung
No. Lokasi Monitoring
Restorasi Restorasi Monitoring *) Ukur Monitoring Pengumpulan Data Monitoring Jawab
Desa
10. Fasilitasi Terciptanya Wawancara dan Desa sasaran Tiga bulan Dinas
pengembangan informasi dan pengamatan tindakan restorasi sekali selama Pemberdayaan
informasi dan jejaring jejaring pemasaran lapangan gambut setahun Masyarakat dan
pemasaran Desa
288
Rencana Tindakan Tahunan (RTT) Provinsi Papua Tahun 2019
Hal -287
BAB VI Monitoring dan Evaluasi
Rencana Tindakan Tahunan (RTT) Provinsi Papua Tahun 2019
289
Hal -288
BAB VI Monitoring dan Evaluasi
290
Rencana Tindakan Tahunan (RTT) Provinsi Papua Tahun 2019
Hal -289
BAB VI Monitoring dan Evaluasi
Rencana Tindakan Tahunan (RTT) Provinsi Papua Tahun 2019
291
Hal -290
BAB VII Penutup
Rencana Tindakan Tahunan (RTT) Provinsi Papua Tahun 2019
BAB-VII
PENUTUP
Berdasarkan hasil analisis dan perumusan rencana tindakan restorasi ekosistem gambut 8
(delapan) KHG sasaran RTT Provinsi Papua Tahun 2019 diperoleh kesimpulan sebagai berikut :
Kesimpulan yang diperoleh dari penyusunan rencana tindakan restorasi ekosistem gambut
pada KHG S. Aleki Male – S. Ifuleki Bian adalah :
a. Pada KHG S. Aleki Male – S. Ifuleki Bian terdapat areal yang harus direstorasi seluas 754
ha, dengan tanggung jawab pada 1 (satu) UPRG, yaitu :
1) KSDAE / KSA, dengan tanggung jawab areal seluas 744 ha.
2) Pemerintah Daerah Kabupaten Merauke, dengan tanggung jawab areal seluas 10 ha.
b. Kegiatan intervensi yang diperlukan untuk restorasi KHG S. Aleki Male – S. Ifuleki Bian
meliputi :
1) Pembangunan sumur bor (R.1.1) = 0
2) Pembangunan sekat kanal (R.1.2) = 0
3) Penimbunan kanal (R.1.3) = 0
4) Revegetasi suksesi alami (R.2.1) = 754 ha
5) Revegetasi dengan pengkayaan (R.2.2)
tanaman (R.2.2) = 0
6) Revegetasi dengan pola maksimal (R.2.3) = 0
7) Pembentukan desa peduli gambut (R.3.1) = 2 desa
8) Pemberdayaan kelembagaan masyarakat (R.3.2) = 2 desa
9) Pembangunan alternatif mata pencaharian (R.3.3) = 2 desa
c. Biaya yang diperlukan untuk restorasi KHG S. Aleki Male – S. Ifuleki Bian seluruhnya
adalah sebesar Rp. 3.508.000.000,-, meliputi :
1) Pembangunan sumur bor (R.1.1) = Rp. 0,-
2) Pembangunan sekat kanal (R.1.2) = Rp. 0,-
3) Penimbunan kanal (R.1.3) = Rp. 0,-
4) Revegetasi suksesi alami (R.2.1) = Rp. 1.508.000.000,-
5) Revegetasi dengan pengkayaan (R.2.2)
tanaman (R.2.2) = Rp. 0,-
6) Revegetasi dengan pola maksimal (R.2.3) = Rp. 0,-
7) Pembentukan desa peduli gambut (R.3.1) = Rp. 2.000.000.000,-
Kesimpulan yang diperoleh dari penyusunan rencana tindakan restorasi ekosistem gambut
pada KHG S. Alekikos Bakian – S. Ifuleki Bian adalah :
a. Pada KHG S. Alekikos Bakian – S. Ifuleki Bian terdapat areal yang harus direstorasi seluas
373 ha, dengan tanggung jawab pada 1 (satu) UPRG, yaitu :
1) KSDAE / KSA, dengan tanggung jawab areal seluas 373 ha.
b. Kegiatan intervensi yang diperlukan untuk restorasi KHG S. Alekikos Bakian – S. Ifuleki
Bian meliputi :
1) Pembangunan sumur bor (R.1.1) = 0
2) Pembangunan sekat kanal (R.1.2) = 0
3) Penimbunan kanal (R.1.3) = 0
4) Revegetasi suksesi alami (R.2.1) = 373 ha
5) tanaman (R.2.2)
Revegetasi dengan pengkayaan (R.2.2) = 0
6) Revegetasi dengan pola maksimal (R.2.3) = 0
7) Pembentukan desa peduli gambut (R.3.1) = 1 desa
8) Pemberdayaan kelembagaan masyarakat (R.3.2) = 11desa
desa
9) Pembangunan alternatif mata pencaharian (R.3.3) = 1 desa
c. Biaya yang diperlukan untuk restorasi KHG S. Alekikos Bakian – S. Ifuleki Bian seluruhnya
adalah sebesar Rp. 1.746.000.000,-, meliputi :
1) Pembangunan sumur bor (R.1.1) = Rp. 0,-
2) Pembangunan sekat kanal (R.1.2) = Rp. 0,-
3) Penimbunan kanal (R.1.3) = Rp. 0,-
4) Revegetasi suksesi alami (R.2.1) = Rp. 746.000.000,-
5) tanaman (R.2.2)
Revegetasi dengan pengkayaan (R.2.2) = Rp. 0,-
6) Revegetasi dengan pola maksimal (R.2.3) = Rp. 0,-
7) Pembentukan desa peduli gambut (R.3.1) = Rp. 1.000.000.000,-
8) Pemberdayaan kelembagaan masyarakat (R.3.2) = Termasuk R.3.1
9) Pembangunan alternatif mata pencaharian (R.3.3) = Termasuk R.3.1
Kesimpulan yang diperoleh dari penyusunan rencana tindakan restorasi ekosistem gambut
pada KHG S. Alekikos Digoel – S. Aleki Seme adalah :
Hal -292
RENCANA TINDAKAN TAHUNAN PROVINSI PAPUA 2019 293
BAB VII Penutup
Rencana Tindakan Tahunan (RTT) Provinsi Papua Tahun 2019
a. Pada KHG S. Alekikos Digoel – S. Aleki Seme terdapat areal yang harus direstorasi seluas
1.638 ha, dengan tanggung jawab pada 2 (dua) UPRG, yaitu :
1) KPHP – Unit III, dengan tanggung jawab areal seluas 1.248 ha.
2) KPHP – Unit LV, dengan tanggung jawab areal seluas 390 ha
b. Kegiatan intervensi yang diperlukan untuk restorasi KHG S. Alekikos Bakian – S. Ifuleki
Bian meliputi :
1) Pembangunan sumur bor (R.1.1) = 0
2) Pembangunan sekat kanal (R.1.2) = 0
3) Penimbunan kanal (R.1.3) = 0
4) Revegetasi suksesi alami (R.2.1) = 1.638 ha
5) Revegetasi dengan pengkayaan tanaman
(R.2.2) (R.2.2) = 0
6) Revegetasi dengan pola maksimal (R.2.3) = 0
7) Pembentukan desa peduli gambut (R.3.1) = 1 desa
8) Pemberdayaan kelembagaan masyarakat (R.3.2) = 1 desa
9) Pembangunan alternatif mata pencaharian (R.3.3) = 1 desa
c. Biaya yang diperlukan untuk restorasi KHG S. Alekikos Digoel – S. Aleki Seme seluruhnya
adalah sebesar Rp. 4.276.000.000,-, meliputi :
1) Pembangunan sumur bor (R.1.1) = Rp. 0,-
2) Pembangunan sekat kanal (R.1.2) = Rp. 0,-
3) Penimbunan kanal (R.1.3) = Rp. 0,-
4) Revegetasi suksesi alami (R.2.1) = Rp. 3.276.000.000,-
5) Revegetasi dengan pengkayaan (R.2.2)
tanaman (R.2.2) = Rp. 0,-
6) Revegetasi dengan pola maksimal (R.2.3) = Rp. 0,-
7) Pembentukan desa peduli gambut (R.3.1) = Rp. 1.000.000.000,-
8) Pemberdayaan kelembagaan masyarakat (R.3.2) = Rp. Termasuk R.3.1
9) Pembangunan alternatif mata pencaharian (R.3.3) = Rp. Termasuk R.3.1
Kesimpulan yang diperoleh dari penyusunan rencana tindakan restorasi ekosistem gambut
pada KHG S. Buru Mappi - Sungai Buru Obaa adalah :
a. Pada KHG S. Buru Mappi - Sungai Buru Obaa terdapat areal yang harus direstorasi seluas
6.293 ha, dengan tanggung jawab pada 4 (empat) UPRG, yaitu :
1) Dinas Kehutanan Provinsi Papua, dengan tanggung jawab areal seluas 90 ha.
2) KPHP – Unit XLIX, dengan tanggung jawab areal seluas 5.323 ha.
3) KPHP – Unit XLVII, dengan tanggung jawab areal seluas 57 ha.
4) KPHP – Unit XLVIII, dengan tanggung jawab areal seluas 823 ha.
b. Kegiatan intervensi yang diperlukan untuk restorasi KHG S. Buru Mappi - Sungai Buru
Obaa meliputi :
Tidak terdapat areal yang harus direstorasi pada KHG S. Ferkame – S. Orei.
Kesimpulan yang diperoleh dari penyusunan rencana tindakan restorasi ekosistem gambut
pada KHG S. Ifuleki Bian – S. Lekiage Sentuf adalah :
a. Pada KHG S. Ifuleki Bian – S. Lekiage Sentuf terdapat areal yang harus direstorasi seluas
1.516 ha, dengan tanggung jawab pada 1 (satu) UPRG, yaitu :
1) KSDAE / KSA, dengan tanggung jawab areal seluas 1.516 ha.
b. Kegiatan intervensi yang diperlukan untuk restorasi KHG S. Ifuleki Bian – S. Lekiage
Sentuf meliputi :
1) Pembangunan sumur bor (R.1.1) = 0
2) Pembangunan sekat kanal (R.1.2) = 0
3) Penimbunan kanal (R.1.3) = 0
4) Revegetasi suksesi alami (R.2.1) = 1.516 ha
5) Revegetasi dengan pengkayaan tanaman
(R.2.2) (R.2.2) = 0
Hal -294
RENCANA TINDAKAN TAHUNAN PROVINSI PAPUA 2019 295
BAB VII Penutup
Rencana Tindakan Tahunan (RTT) Provinsi Papua Tahun 2019
Kesimpulan yang diperoleh dari penyusunan rencana tindakan restorasi ekosistem gambut
pada KHG S. Ifuleki Bian – S. Dalik adalah :
a. Pada KHG S. Ifuleki Bian – S. Dalik terdapat areal yang harus direstorasi seluas 500 ha,
dengan tanggung jawab pada 1 (satu) UPRG, yaitu :
1) KSDAE / KSA, dengan tanggung jawab areal seluas 393 ha.
2) Dinas Kehutanan Provinsi Papua / KHPH, dengan tanggung jawab areal seluas 6 ha.
3) KPHP – Unit LV. Dengan tanggung jawab areal seluas 101 ha.
b. Kegiatan intervensi yang diperlukan untuk restorasi KHG S. Ifuleki Bian – S. Dalik
meliputi :
1) Pembangunan sumur bor (R.1.1) = 0
2) Pembangunan sekat kanal (R.1.2) = 0
3) Penimbunan kanal (R.1.3) = 0
4) Revegetasi suksesi alami (R.2.1) = 500 ha
5) Revegetasi dengan pengkayaan tanaman
(R.2.2) (R.2.2) = 0
6) Revegetasi dengan pola maksimal (R.2.3) = 0
7) Pembentukan desa peduli gambut (R.3.1) = 1 desa
8) Pemberdayaan kelembagaan masyarakat (R.3.2) = 1 desa
9) Pembangunan alternatif mata pencaharian (R.3.3) = 1 desa
c. Biaya yang diperlukan untuk restorasi KHG S. Ifuleki Bian – S. Dalik seluruhnya adalah
sebesar Rp. 2.000.000.000,-, meliputi :
1) Pembangunan sumur bor (R.1.1) = Rp. 0,-
Kesimpulan yang diperoleh dari penyusunan rencana tindakan restorasi ekosistem gambut
- S. Fly adalah:
pada KHG S. Ifuleki Onam/Wanam – S. Fly adalah :
a. Pada KHG S. Ifuleki Onam – S. Fly terdapat areal yang harus direstorasi seluas 1.331 ha,
dengan tanggung jawab pada 1 (satu) UPRG, yaitu :
1) Dinas Kehutanan Provinsi Papua, dengan tanggung jawab areal seluas 1.331 ha.
b. Kegiatan intervensi yang diperlukan untuk restorasi KHG S. Ifuleki Onam – S. Fly
meliputi :
1) Pembangunan sumur bor (R.1.1) = 0
2) Pembangunan sekat kanal (R.1.2) = 0
3) Penimbunan kanal (R.1.3) = 0
4) Revegetasi suksesi alami (R.2.1) = 1.331 ha
5) Revegetasi dengan pengkayaan tanaman
(R.2.2) (R.2.2) = 0
6) Revegetasi dengan pola maksimal (R.2.3) = 0
7) Pembentukan desa peduli gambut (R.3.1) = 1 desa
8) Pemberdayaan kelembagaan masyarakat (R.3.2) = 1 desa
9) Pembangunan alternatif mata pencaharian (R.3.3) = 1 desa
c. Biaya yang diperlukan untuk restorasi KHG S. Ifuleki Onam/Wanam – S. Fly seluruhnya
- S. Fly seluruhnya
adalah sebesar Rp. 3.662.000.000,-, meliputi :
1) Pembangunan sumur bor (R.1.1) = Rp. 0,-
2) Pembangunan sekat kanal (R.1.2) = Rp. 0,-
3) Penimbunan kanal (R.1.3) = Rp. 0,-
4) Revegetasi suksesi alami (R.2.1) = Rp. 2.662.000.000,-
5) Revegetasi dengan pengkayaan tanaman
(R.2.2) (R.2.2) = Rp. 0,-
6) Revegetasi dengan pola maksimal (R.2.3) = Rp. 0,-
7) Pembentukan desa peduli gambut (R.3.1) = Rp. 1.000.000.000,-
8) Pemberdayaan kelembagaan masyarakat (R.3.2) = Termasuk R.3.1
9) Pembangunan alternatif mata pencaharian (R.3.3) = Termasuk R.3.1
Hal -296
RENCANA TINDAKAN TAHUNAN PROVINSI PAPUA 2019 297
BAB VII Penutup
Rencana Tindakan Tahunan (RTT) Provinsi Papua Tahun 2019
Berdasarkan hasil evaluasi pekerjaan mulai dari tahap penyusunan rencana kerja, survei
lapangan, analisis dan perumusan rencana tindakan restorasi ekosistem gambut 8 (delapan)
KHG Sasaran RTT Provinsi Papua Tahun 2019 dapat disampaikan saran / rekomendasi sebagai
berikut :
1) Diperlukan update data lapangan sesuai dengan perkembangan situasi terakhir, baik aspek
biofisik maupun sosial ekonomi dan budaya.
2) Tindakan restorasi Revitalization (R.3) perlu disesuaikan berdasarkan hasil pemetaan
partisipatif (pra kondisi), sehubungan dengan batas-batas kampung yang sampai dengan
saat ini belum dapat dipetakan berdasarkan data lapangan.
3) Rencana tindakan Revitalization (R.3) memerlukan studi lanjutan yang mendetail tentang
kondisi sosial ekonomi masyarakat dan potensi wilayahnya.
4) Diperlukan studi / analisis / verifikasi data lanjutan sebelum rencana tindakan tahunan ini
dilaksanakan di lapangan.
DAFTAR PUSTAKA
Agus, F. dan Subiksa, I. G. M. 2008. Lahan Gambut: Potensi untuk Pertanian dan Aspek Lingkungan.
Balai Penelitian Tanah dan World Agroforestry Centre (ICRAF), Bogor, Indonesia.
Anonym. 2005. Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah (RPJPD) Kabupaten Muaro Jambi
Tahun 2006 – 2025. Diakses 17 Oktober 2017 http://sipd.bangda.kemendagri.go.id/
dokumen/uploads/rpjpd_105_2005.pdf
Badan Pusat Statistika. 2018. “Kabupaten Merauke dalam Angka 2017” Katalog BPS 1102001.9401
diakses dari https://meraukekab.bps.go.id/ pada bulan Oktober 2018.
Badan Pusat Statistika. 2018. “Kabupaten Boven Digoel dalam Angka 2017” Katalog
BPS 1102001.9413 diakses dari https://bovendigoelkab.bps.go.id/ pada bulan Oktober 2018.
Badan Pusat Statistika. 2018. “Kabupaten Mappi dalam Angka 2017” Katalog BPS 1102001.9414
diakses dari https://mappikab.bps.go.id/ pada bulan Oktober 2018.
Badan Pusat Statistika. 2018. “Kabupaten Sarmi dalam Angka 2017” Katalog BPS 1102001.9419
diakses dari https://sarmikab.bps.go.id/ pada bulan Oktober 2018.
Badan Pusat Statistika. 2018. “Kabupaten Asmat dalam Angka 2017” Katalog BPS 1102001.9415
diakses dari https://asmatkab.bps.go.id/ pada bulan Oktober 2018.
Badan Restorasi Gambut, Peraturan Kepala Badan Restorasi Gambut Nomor P.4/BRG-KB/2017
tentang Panduan Penyusunan Rencana Restorasi Ekosistem Gambut.
Badan Restorasi Gambut, Peraturan Kepala Badan Restorasi Gambut Nomor P.8/BRG-KB/2017
tentang Standar Biaya Pembangunan Infrastruktur Pembasahan Lahan Gambut Lingkup
Badan Restorasi Gambut.
Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan RI, Peraturan Direktorat Jenderal Pengendalian dan
Kerusakan Lingkungan Nomor P.3/PPKL/PKG/PKL.0/3/2018 tentang Pedoman Pembangunan
Infrastruktur Pembasahan untuk Pemulihan Ekosistem Gambut
Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan RI, Peraturan Direktorat Jenderal Pengendalian dan
Kerusakan Lingkungan Nomor P.9/PPKL/PKG/PKL.0/7/2018 tentang Standar Biaya
Pembangunan Infrastruktur Pembasahan Untuk Pemulihan Ekosistem Gambut.
Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan RI, Peraturan Direktorat Jenderal Planologi
Kehutanan No. P1/VII-IPSDH/2015 tentang Pedoman Pemantauan Penutupan Lahan.
Lanoeroe, S. E,M Kesaulija dan Y,Y Rahawarin. 2005. Pemanfaatan Jenis Tumbuhan Berkayu sebagai
Bahan Baku Perahu Tradisional oleh Suku Yachai di Kabupaten Mappi. Biodiversitas. Vol 6,
Nomor 3. Hal: 212-216. ISSN: 1412-033X
Lestari Papua. 2017. Penilaian Awal Nilai Konservasi Tinggi Kabupaten Mappi. Konservasi Tinggi
Kabupaten Mappi. Diakses pada 18 Oktober 2017 https://lestaripapua.wordpress.com
/2017/02/20/penilaian-awal-nilai-konservasi-tinggi-kabupaten-mappi/
Mendelow, A. 1991. Environmental Scanning: The Impact of The Stakeholder Concept. Cambrige,
M.A.
Hal -298
RENCANA TINDAKAN TAHUNAN PROVINSI PAPUA 2019 299
DAFTAR PUSTAKA
Rencana Tindakan Tahunan (RTT) Provinsi Papua Tahun 2019
Noor, M. dan Mulyani, A. 2011. Evaluasi Kesesuaian Untuk Pengembangan Pertanian Di Lahan
Gambut. Pengelolaan Lahan Gambut Berkelanjutan. Balai Penelitian Tanah. Balai Besar Litbang
Sumberdaya Lahan Pertanian. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian. Kementerian
Pertanian.
Peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Nomor P.14/Menlhk/Setjen/kum.1/2/2017
tentang Tata Cara Inventarisasi dan Penetapan Fungsi Ekosistem Gambut.
Peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Nomor P.16/Menlhk/Setjen/kum.1/2/2017
tentang Pedoman Teknis Pemulihan Fungsi Ekosistem Gambut.
Keputusan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Nomor SK. 129/Menlhk/Setjen/PKL.0/2/2017
tentang Penetapan Peta Kesatuan Hidrologis Gambut Nasional.
Keputusan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Nomor SK. 130/Menlhk/Setjen/PKL.0/2/2017
tentang Penetapan Peta Fungsi Ekosistem Gambut Nasional.
Sabiham S. 2015. Pengembangan dan Pemanfaatan Lahan Gambut [Presentasi Power Point]. IPN
Toolbox Tema A Subtema A2. Diakses pada 18 Oktober 2017 www.cifor.org/ipn-toolbox
Scoones, I. 1998. Sustainable Rural Livehoods: A Frame for Analysis. IDS Working Paper 72.
Subiksa, IG. M. Hartatik, W. Dan Agus, F. 2011. Pengelolaan Lahan Gambut Secara Berkelanjutan.
Pengelolaan Lahan Gambut Berkelanjutan. Balai Penelitian Tanah. Balai Besar Litbang
Sumberdaya Lahan Pertanian. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian. Kementrian
Pertanian.
Subiksa, IG. M. dan Wahyunto. 2011. Genesis Lahan Gambut Indonesia. Pengelolaan Lahan Gambut
Berkelanjutan. Balai Penelitian Tanah. Balai Besar Litbang Sumberdaya Lahan Pertanian. Badan
Penelitian dan Pengembangan Pertanian. Kementrian Pertanian.
Sugiyono. 2013. Metode Kuantitatif dan Kualitatif R & D. Bandung: Alfabeta.
_______. 2010. Metode Kuantitatif dan Kualitatif R & D. Bandung: Alfabeta.
Suwardi, et al. 2005. Sejarah Pengelolaan Lahan Gambut di Indonesia. Gakoryuko. Volume XI No. 2,
Tahun 2005
Tata, H. L. dan Susmianto, A. 2016. Prospek Paludikultur Ekosistem Gambut Indonesia. FORDA Press.
Bogor.
301
Lampiran-2 -1
302
Koordinat Kedalaman Tutupan
Kecamatan Desa / Genangan Bekas
No Kabupaten Gambut Flora Fauna Lahan Saat
/ Distrik Kampung BT LS (Cm) Kebakaran
(cm) ini
Kasuari, Babi
Hutan
eucalyptus merah Rusa,
Tanah hutan
3 Merauke Muting Waan 140°24'11,7" 07°27'59,8" dan putih, Kakaktua, Babi 100 tidak
Mineral campuran
seringga Hutan
eucalyptus merah burung nuri,
Tanah
4 Merauke Muting Waan 140°25'02,6" 07°27'05,1" dan putih, rumput orasi, hutan 100 ada
Mineral
gajah kakaktua, pipit
eucalyptus merah burung nuri,
Tanah hutan
5 Merauke Muting Waan 140°25'23,2" 07°27'47,7" dan putih, ilalang, orasi, 100 ada
Mineral campuran
gempol, kakaktua, pipit
Kasuari, Babi
Tanah eucalyptus merah
6 Merauke Muting Kolam 140°23'30,0" 07°27'21,8" Hutan, hutan 100 ada
Mineral dan putih
Bangau, Rusa
Bangau, Babi
Tanah
7 Merauke Muting Kolam 140°23'33,3" 07°26'19,7" rumput walingi Hutan, Rusa, rawa 120 ada
Mineral
Nuri
Tanah burung
8 Merauke Muting Kolam 140°25'24,7" 07°28'47,2" rumput ilalang rawa 150 ada
Mineral mbahol
Afkab Tanah eucalyptus, burung
9 Merauke Muting 140°24'22,6" 07°27'58,0" hutan 100 ada
Makmur Mineral palem/saringga kakfa/lokal
C. KHG S. Alekikosi Digoel – S. Aleki Seme
Lampiran-2 -2
Koordinat Kedalaman Tutupan
Kecamatan Desa / Genangan Bekas
No Kabupaten Gambut Flora Fauna Lahan Saat
/ Distrik Kampung BT LS (Cm) Kebakaran
(cm) ini
buaya, babi
Tanah gaharu, rotan,
6 Boven Digoel Subur Keisa 140°08'17,44" 07°08'17,44" hutan, burung hutan muda 10 Tidak Ada
Mineral gempol
kakaktua
burung nuri,
Tanah
7 Boven Digoel Subur Keisa 140°08'42,52" 07°02'27,21" semak belukar elang coklat, hutan muda 45 Tidak Ada
Mineral
buaya muara
buaya rawa,
Tanah gaharu, bus, areal
8 Boven Digoel Subur Keisa 140°10'02,46" 07°02'20,02" biawak, 10 Tidak Ada
Mineral gempol terbuka
burung nuri
burung maleo,
kayu gaharu, hutan
Tanah kaswari,
9 Boven Digoel Subur Subur 140°12'46,68" 06°50'38,02" gempol dan karet muda/semak 60 Tidak Ada
Mineral buaya, babi
alam belukar
hutan
burung maleo,
Tanah gaharu, rotan, semak
10 Boven Digoel Subur Subur 140°12'26,93" 06°50'24,64" kaswari, ayam 35 Tidak Ada
Mineral gempol belukar
hutan
buaya muara
Tanah kayu besi, gempol,
11 Boven Digoel Subur Subur 140°15'34,98" 06°55'02,98" kakaktua, nuri hutan muda 25 Tidak Ada
Mineral gaharu
kepala hitam
burung nuri,
Tanah kayu gaharu, areal
12 Boven Digoel Subur Subur 140°09'09,78" 06°58'21,81" elang coklat, 15 Tidak Ada
Mineral gempol terbuka
buaya muara
D. KHG S. Buru Mappi – S. Buru Obaa
Belibis,
Tanah
1 Mappi Obaa Piai 139°27'10,0" 06°20'38,2" Tebu Rawa, Semak Biawak, Rawa 100 Ada
Mineral
Kasuari
Belibis,
Tanah
2 Mappi Obaa Piai 139°28'47,5" 06°26'25,7" Tebu Rawa Kasuari, Rawa 100 Ada
Mineral
Biawak
Belibis,
Tanah Rawa,Hutan
3 Mappi Obaa Piai 139°28'57,0" 06°27'50,6" Tebu Rawa Kasuari, 200 Ada
Mineral Campuran
Biawak
Kasuari, Rusa,
Tanah
4 Mappi Obaa Kogo 139°24'49,0" 06°32'02,5" Rumput Rawa Kanguru, Rawa 150 Ada
Mineral
303
Lampiran-2 -3
304
Koordinat Kedalaman Tutupan
Kecamatan Desa / Genangan Bekas
No Kabupaten Gambut Flora Fauna Lahan Saat
/ Distrik Kampung BT LS (Cm) Kebakaran
(cm) ini
Kasuari, Rusa,
Tanah Rumput Rawa,
5 Mappi Obaa Enem 139°24'02,7" 06°32'55,7" Kanguru, Rawa 100 Ada
Mineral Padi Rawa
Ayam
Pandan Rawa, Bus Bangau,
Tanah
6 Mappi Obaa Soba 139°22'07,1" 06°34'05,8" Putih, Rumput Bebek Rawa, Rawa 190 Ada
Mineral
Jarum Elang
Elang,
Rumput Pisau,
Tanah Rangkong, Rawa, Hutan Tidak
7 Mappi Obaa Dagimon 139°21'22,9" 06°42'20,2" Kasim, Pandan Ada
Mineral Bangau, Rusa, Campuran Tergenang
Rawa
Babi
Bangau,
Tanah Rumput Rawa,
8 Mappi Obaa Dagimon 139°22'19,9" 06°39'02,9" Belibis, Elang, Rawa 200 Ada
Mineral Rumput Jarum
Rangkong
Burung
Rawa,
9 Mappi Obaa Obaa 139°19'15,0" 06°31'13,7" 350 Rumput Rawa Bangau, 10 Ada
Kebun Msy
Burung Belibis
Rusa, Babi,
Tanah Damar, Mangga Hutan Tidak
10 Mappi Obaa Emete 139°17'11,7" 06°32'56,7" kasuari, Elang, Ada
Mineral Hutan, Bus, Semak Campuran Tergenang
Ayam Hutan
Burung
Tanah Rumput Rawa dan
11 Mappi Obaa Muin 139°20'18,5" 06°29'20,9" Bangau, Babi, Rawa 80 Ada
Mineral Pohon Bus
Ayam Hutan
Lampiran-2 -4
Koordinat Kedalaman Tutupan
Kecamatan Desa / Genangan Bekas
No Kabupaten Gambut Flora Fauna Lahan Saat
/ Distrik Kampung BT LS (Cm) Kebakaran
(cm) ini
Tanah Pandan Rawa, Bangau,
17 Mappi Obaa Toghom 139°14'55,3" 06°30'00,9" Rawa 150 Ada
Mineral Rumput Jarum Belibis, Elang
Rumput Rawa,
Nambioman Tanah Kasuari, Ayam Hutan
18 Mappi Yatan 139°12'51,1" 06°45'34,0" Semak, Rotan, 150 Ada
Bapai Mineral Hutan, Babi Campuran
Pandan Rawa
Vegetasi Hutan
Nambioman Tanah Babi, Rusa, Hutan Tidak
19 Mappi Katan 139°14'05,3" 06°42'43,5" dan Semak Tidak Ada
Bapai Mineral Tuban Campuran Tergenang
Belukar
Semak, Kelapa,
Nambioman Tanah Kasuari, Babi, Hutan Tidak
20 Mappi Mur 139°12'14,0" 06°54'50,1" Vegetasi Ada
Bapai Mineral Rusa, Kanguru Campuran Tergenang
Campuran
Bambu, Bus, Babi, Rusa,
Nambioman Tanah Hutan
21 Mappi Mur 139°12'00,5" 06°53'56,5" akasia, Pandan Perkutut, 180 Ada
Bapai Mineral Campuran
Rawa, Rotan Maleo, Betet
Babi, Kasuari,
Tanah Semak, Kayu Nani, Hutan Tidak
22 Mappi Haju Kerke 139°15'20" 06°19'58,7" Mambruk, Ada
Mineral Kayu Timur Campuran Tergenang
Bangau
Tanah Rumput Rawa dan Saham, Walet, Rawa, Hutan
23 Mappi Haju Pagai 139°14'23,1" 06°22'10,3" 200 Ada
Mineral Bus Merah Babi, Rusa Campuran
Tanah Rumput Rawa, Bangau,
24 Mappi Passue Togompatu 139°30'21,5" 06°17'35,6" Rawa 100 Tidak Ada
Mineral Palem, Bus Bebek Rawa
Babi, Rusa,
Tanah Sagu, Rotan, Hutan Tidak
25 Mappi Passue Kotup 139°31'25,6" 06°22'01,1" Kasuari, Tidak Ada
Mineral Semak Campuran Tergenang
Cendrawasih
Tanah Bangau,
26 Mappi Citak-Mitak Tamanim 139°18'52,1" 05°44'09,8" Rumput Rawa Rawa 3 Tidak Ada
Mineral Bebek Rawa
Tanah
27 Mappi Citak-Mitak Epem 139°26'09,1" 05°51'32,1" Rumput Rawa Buaya Rawa 150 Tidak Ada
Mineral
Tanah Bus, Rumput Rawa, Hutan
28 Mappi Citak-Mitak Epem 139°23'19,2" 05°47'11,9" Buaya 100 Tidak Ada
Mineral Rawa, Semak Campuran
Tanah Rawa, Hutan
29 Mappi Citak-Mitak Keta 139°27'06,1" 05°58'16,7" Bus, Rumput Rawa Buaya, Bangau 100 Tidak Ada
Mineral Campuran
Tanah Rawa, Hutan
30 Mappi Citak-Mitak Keta 139°26'12,5 05°58'50,7" Rumput Rawa, Bus Buaya, Bangau 100 Tidak Ada
Mineral Campuran
305
Lampiran-2 -5
306
Koordinat Kedalaman Tutupan
Kecamatan Desa / Genangan Bekas
No Kabupaten Gambut Flora Fauna Lahan Saat
/ Distrik Kampung BT LS (Cm) Kebakaran
(cm) ini
Tanah Hutan, Rawa
32 Mappi Assue Assaren 139°05'03,9" 05°49'36,3" Sagu, Semak Cendrawasih 20 Tidak Ada
Mineral Sagu
Tuban,
Tanah Kayu Sulu, Hutan Tidak
33 Mappi Assue Kanami 139°01'40,7" 05°45'35,2" Kasuari, Babi, Tidak Ada
Mineral Cendana Campuran Tergenang
Buaya, Biawak
Tanah Semak, Sagu, Babi, Rusa, Hutan Tidak
34 Asmat Suator Jinak 139°04'36,5" 05°30'38,4" Tidak Ada
Mineral Kebun Warga Kasuari Campuran Tergenang
Tanah Buaya, Babi, Hutan Tidak
35 Asmat Suator Jinak 139°05'42,3" 05°35'10,4" Semak Belukar Tidak Ada
Mineral rusa, Kasuari Campuran Tergenang
Tanah Bangau, Tidak
36 Asmat Suator Waganu II 139°10'54,6" 05°33'24,4" Rumput Rawa Rawa Tidak Ada
Mineral Bebek Rawa Tergenang
Tanah Buaya,Bangau, Rawa, Hutan
37 Asmat Suator Waganu II 139°07'47,2" 05°36'21,0" Tebu Rawa, Bus 50 Tidak Ada
Mineral Babi Campuran
Buaya,
Tanah Rawa, Hutan Tidak
38 Asmat Suator Wowi 139°13'01,5" 05°32'19,2" Tebu Rawa, Semak Bangau, Babi, Tidak Ada
Mineral Campuran Tergenang
Rusa
Beringi, Rotan,
Tanah Rawa, Hutan
39 Asmat Suator Wowi 139°14'35,8" 05°38'14,7" Semak, Pandan Buaya 150 Tidak Ada
Mineral Campuran
Hutan
E. KHG S. Ferkame – S. Orei
Buaya, Nuri,
1 Sarmi Sarmi Mararena 138,74278 -1,8792 260 - 300 Sagu, Bambu Ladang 50 Ada
Elang, dll
Lampiran-2 -6
Koordinat Kedalaman Tutupan
Kecamatan Desa / Genangan Bekas
No Kabupaten Gambut Flora Fauna Lahan Saat
/ Distrik Kampung BT LS (Cm) Kebakaran
(cm) ini
Nuri, Urip,
Matoa, Sagu, Kakaktua,
Sarmi Tanah
5 Sarmi Siaratesa 138,70044 -1,8481389 Nipah, Kayu Besi, Elang, Kasuari, Hutan Rawa 50 Tidak ada
Selatan Mineral
Kayu Linggua, dll Kangguru,
Mata belo, dll
Matoa, Sagu, Nuri, Urip, Hutan,
Tanah
6 Sarmi Verkam Amsira 138,68669 -1,8213889 Nipah, Kayu Besi, Kakaktua, Semak 30 Tidak ada
Mineral
Kayu Linggua, dll Elang, dll belukar
Matoa, Sagu, Nuri, Urip, Hutan,
Tanah Tidak
7 Sarmi Verkam Amsira 138,67056 -1,8558333 Nipah, Kayu Besi, Kakaktua, Semak Tidak ada
Mineral Tergenang
Kayu Linggua, dll Elang, dll belukar
F. KHG S. Ifuleki Bian – S. Lekiage Sentuf
Kanguru,
Tanah Eucalyptus Putih Hutan Tidak
1 Merauke Muting Kolam 140°23'58,0" 07°22'50,6" Elang, Babi Ada
Mineral dan Merah, Kaida Campuran Tergenang
Hutan
Rusa, Babi
Tanah Eucalyptus Putih Hutan
2 Merauke Muting Kolam 140°23'53,4" 07°23'13,1" Hutan, 100 Ada
Mineral dan Merah Campuran
Kasuari, Tuban
Tanah Bangau, Babi Rawa,Hutan
3 Merauke Muting Kolam 140°23'35,7" 07°23'44,6" Eucalyptus 100 Ada
Mineral Hutan, Kasuari Campuran
Elang,
Tanah
4 Merauke Muting Kolam 140°29'18,7" 07°24'55,1" Rumput Kanguru, Babi Rawa 300 Ada
Mineral
Hutan
Tanah Belibis,
5 Merauke Muting Kolam 140°28'33,3" 07°24'31,8" Rumput Rawa 150 Ada
Mineral Bangau, Elang
Tanah Bangau,
6 Merauke Muting Kolam 140°24'18" 07°28'10,7" Rumput Rawa 120 Ada
Mineral Belibis, Elang
Tanah
7 Merauke Muting Kolam 140°23'48,2" 07°23'03,2" Rumput Elang Rawa 200 Ada
Mineral
Elang,
Tanah Bambu, Mangga hutan Tidak
8 Merauke Muting Kolam 140°27'42,5" 07°21'05,7" Kanguru, Tidak Ada
Mineral Rawa, Kaida campuran Tergenang
Kaswari
Burung
Tanah Eucalyptus, Jambu hutan
9 Merauke Muting Kolam 140°27'55,3" 07°24'06,9" Perkutut, 3 Ada
Mineral Hutan campuran
307
Lampiran-2 -7
Koordinat Kedalaman Tutupan
308
Kecamatan Desa / Genangan Bekas
No Kabupaten Gambut Flora Fauna Lahan Saat
/ Distrik Kampung BT LS (Cm) Kebakaran
(cm) ini
Bangau,
Tanah Rumput Ilalang,
10 Merauke Muting Kolam 140°25'43,9" 07°20'11,9" Belibis, Elang, rawa 60 Ada
Mineral Pandan
Babi Hutan
G. KHG S. Ifuleki Bian – S. Dalik
Afkab Tanah
1 Merauke Muting 140°25'05,8" 07°28'46,6" rumput gajah rawa 250 Tidak Ada
makmur Mineral
Afkab Tanah rumput kasim,
2 Merauke Muting 140°24'47,9" 07°31'54,0" elang rawa 100 Ada
makmur Mineral walingi, gempol
Afkab Tanah
3 Merauke Muting 140°24'57,3" 07°31'05,7" bambu rawa rawa 120 Tidak Ada
makmur Mineral
Afkab Tanah
4 Merauke Muting 140°24'28,5" 07°30'49,8" rumput ilalang rawa 300 Ada
makmur Mineral
Afkab Tanah perumpung/kasim,
5 Merauke Muting 140°24'42,6" 07°29'57,5" rawa 30 Tidak Ada
makmur Mineral bambu rawa
Afkab Tanah burung orasi,
6 Merauke Muting 140°24'42,1" 07°29'26,5" eucalyptus, palem hutan 150 Ada
makmur Mineral pipit, gagak
Afkab Tanah eucalyptus putih,
7 Merauke Muting 140°25'13,6" 07°29'23,0" hutan 120 Ada
makmur Mineral palem/saringga
Afkab Tanah
8 Merauke Muting 140°24'55,2" 07°31'13,7" rumput walingi rawa 100 Ada
makmur Mineral
Afkab Tanah eucalyptus, burung orasi,
9 Merauke Muting 140°24'27,8" 07°29'56,7" hutan 100 Ada
makmur Mineral palem/saringga pipit, gagak
H. KHG S. Ifuleki Onam/Wanam – S. Fly
Lampiran-2 -8
Koordinat Kedalaman Tutupan
Kecamatan Desa / Genangan Bekas
No Kabupaten Gambut Flora Fauna Lahan Saat
/ Distrik Kampung BT LS (Cm) Kebakaran
(cm) ini
buaya rawa,
Tanah teratai, tebu rawa, areal
4 Boven Digoel Jair Asiki 140°12'29,89" 06°50'36,43" ikan mujair, 4,2 tidak
Mineral kayu bus terbuka
burung nuri
buaya rawa,
Tanah pandan hutan, areal
5 Boven Digoel Jair Asiki 140°52'02,06" 06°52'02,06" ikan mujair, 217 tidak
Mineral tebu rawa terbuka
burung nuri
Tanah areal
6 Boven Digoel Jair Asiki 140°50'10,06" 06°46'01,76" rumput ikan mujair 150 tidak
Mineral terbuka
ikan kakap,
Tanah rumput, pandan arwana, lele,
7 Boven Digoel Jair Asiki 140°49'41,87" 06°44'00,06" 350 tidak
Mineral rawa, kayu bus buaya, burung
maleo
Tanah kayu bus, ba dan arwana,
8 Boven Digoel Jair Asiki 140°48'45,30" 06°42'54,80" 60 tidak
Mineral besi kakap rawa
Tanah arwana, kakap
9 Boven Digoel Jair Asiki 140°47'00,82" 06°42'16,53" kayu bus 80 tidak
Mineral rawa
Tanah kayu bus, kayu
10 Boven Digoel Jair Asiki 140°47'50,11" 06°41'50,17" 80
Mineral besi
310
Aktifitas Dalam KHG Ritual
Kecamatan/ Desa/ Mata Aktivitas lahan Komoditas Usaha Produktif Pemasaran
No Kabupaten ya/ Marga Adat/Seni
Distrik Kampung pencaharian Aktivitas gambut Unggulan Lokal Rumah Tangga Komoditas
tidak Budaya
A KHG S. Aleki Male – S. Ifuleki Bian
1 Merauke Muting Boha Bertani, ya Berburu, Sedang Sayuran, Ikan - tengkulak Mahuze Bakar Batu
Berburu, Tangkap Ikan Mujaer, Ikan
Nelayan, Kakap, Daging
Berkebun Rusa
2 Merauke Muting Pachas Berburu, ya Berburu, sedang Ikan Mujaer, Ikan - tengkulak Mahuze Bakar batu
Nelayan, Tangkap Ikan Kakap, Daging (Ritual
Rusa pembebasan
lahan adat yang
dilakukan
antara pembeli
dengan 7 marga
besar pemilik
dusun) untuk
mendapatkan
surat pelepasan
tanah yang
dikeluarkan
oleh LMA. Surat
Pelepasan
tanah sama
kuatnya dengan
sertifikat tanah
Lampiran-3 -1
Aktifitas Dalam KHG Ritual
Kecamatan/ Desa/ Mata Aktivitas lahan Komoditas Usaha Produktif Pemasaran
No Kabupaten ya/ Marga Adat/Seni
Distrik Kampung pencaharian Aktivitas gambut Unggulan Lokal Rumah Tangga Komoditas
tidak Budaya
2 Boven Digoel Subur Kaisa Bertani Ya Bertani, Sedang Padi ± 2 Are/ KK, - Dikonsumsi Utaan, Urop -
Bertani, Sayuran Sendiri
Meramu (Pekarangan)
D KHG S. Buru Mappi – S. Buru Obaa
1 Mappi Obaa Emete Petani, Ya Mencari Ikan Sedang Kangkung, - Pasar Bapaimu, Dadinu, Upacara Adat,
Nelayan Kacang Panjang, Komimu, Upacara
Sesawi, Tomat, Kandaimu, Gerejawi,
Rica, Gambas, Aprimu Penyambutan
Kasbi, Terong, Tamu Penting,
Bayam, Pepaya,
Pisang Dan
Kelapa,Nangka,
Rambutan, Ikan
Mujair, Gastor,
Ikan Duri, Lele
2 Mappi Obaa Obaa Petani, Ya Mencari Ikan Sedang Kangkung, - Pasar marpemu, Upacara Adat,
Nelayan, Kacang Panjang, Agawemu, Upacara
Sesawi, Tomat, Kamakaimu, Gerejawi,
Rica, Gambas, Igimu Penyambutan
Kasbi, Terong, Tamu Penting,
Bayam, Pepaya,
Pisang Dan
Kelapa,Nangka,
Rambutan, Ikan
Mujair, Gastor,
Ikan Duri, Lele,
3 Mappi Obaa Soba Petani, Ya Berburu, Sedang kacang panjang, - Pasar Kaimu, Kabenimu, -
Nelayan, Mencari ikan, singkong, Wawgemu
Berburu, Meramu jangung,
Meramu kangkung,
gastor, lele,
betik,
Kakap,mujair,
nila, Sagu,
Gaharu, Gambir
Lampiran-3 -3
Aktifitas Dalam KHG Ritual
Kecamatan/ Desa/ Mata Aktivitas lahan Komoditas Usaha Produktif Pemasaran
No Kabupaten ya/ Marga Adat/Seni
Distrik Kampung pencaharian Aktivitas gambut Unggulan Lokal Rumah Tangga Komoditas
tidak Budaya
8 Mappi Obaa Wairu Petani, Ya Berburu, Sedang kelapa, coklat, - Pasar erro, hamkai, -
Nelayan Mencari ikan durian, mangga, erkomwaimu,
nagka, coklat, takajamu, tokio
rambutan,
jambu, sagu,
jeruk, gastor,
mujair, betik,
lele, kaloso,
sembilan,
gurami, kakap,
kura-kura,
penyu, udang
9 Mappi Obaa Rayam Petani Ya Berburu Sedang Kangkung, - Pasar Bandaimu, Upacara Adat,
Kacang Panjang, Kainakaimu, Upacara
Sesawi, Tomat, Tanokoimu, Gerejawi,
Rica, Gambas, Komakaimu Penyambutan
Kasbi, Terong, Tamu Penting,
Bayam, Pepaya,
Pisang Dan
Kelapa,Nangka,
Rambutan
10 Mappi Obaa Piai Petani, Ya Berburu, Sedang kangkung, - Pasar Imbi, waibo, -
Nelayan Mencari ikan singkong, katibo,boringbo
petatas, Gastor,
Gurame, Kakap,
Mujair
11 Mappi Obaa Gauda Pencari Ya Mencari sedang Gaharu, Sayur- - Tengkulak dan yesgemu, wefma, -
Gaharu, Petani Gaharu, sayuran, Buah- dikonsumsi agamumu,
Berkebun, buahan sendiri wamimu,
Berburu, tokomonowir,
Tangkap Ikan basagai
12 Mappi Obaa Muin Petani, Ya Berburu, Sedang Keladi, singkong, - Pasar - -
Nelayan, Mencari Ikan, kangkung,
Berburu, Meramu bayam, sawi,
Meramu jangung,
ketimun, gabas,
313
Lampiran-3 -4
314
Aktifitas Dalam KHG Ritual
Kecamatan/ Desa/ Mata Aktivitas lahan Komoditas Usaha Produktif Pemasaran
No Kabupaten ya/ Marga Adat/Seni
Distrik Kampung pencaharian Aktivitas gambut Unggulan Lokal Rumah Tangga Komoditas
tidak Budaya
genemo, ulat
sagu, gambir,
saham, babi,
rusa, walet, kayu
balok kelapa,
pisang,
rambutan,
durian, gastor,
betik, sembilan,
ikan papan, ikan
saku, lele,
gurami, gabus,
kaloso, udang
13 Mappi Obaa Dagimon Petani, Ya Mencari Ikan Sedang Kangkung, - Pasar, Kamkopimu,Miak Upacara Adat,
Nelayan Kacang Panjang, Kampung aimu Dan Upacara
Sesawi, Tomat, setempat, Tomokoimu Gerejawi,
Rica, Gambas, konsumsi Penyambutan
Kasbi, Terong, sendiri Tamu Penting,
Bayam, Pepaya,
Pisang Dan
Kelapa,Nangka,
Rambutan,
Mujair, Gurame,
Kakap
Lampiran-3 -5
Aktifitas Dalam KHG Ritual
Kecamatan/ Desa/ Mata Aktivitas lahan Komoditas Usaha Produktif Pemasaran
No Kabupaten ya/ Marga Adat/Seni
Distrik Kampung pencaharian Aktivitas gambut Unggulan Lokal Rumah Tangga Komoditas
tidak Budaya
Rica, Gambas,
Kasbi, Terong,
Bayam, Pepaya,
Pisang Dan
Kelapa,Nangka,
Rambutan, Nila,
Gumare, Ikan
Mas, Mujair
16 Mappi Nambioman Katan Petani, Ya Mencari ikan, Sedang kangkung, - Pasar Kameraimu,Kama Upacara Adat,
Bapai Nelayan Berburu kacang panjang, gaimu, Kaimu, Upacara
sesawi, tomat, Miagan Gerejawi,
rica, gambas, Penyambutan
kasbi, terong, Tamu Penting,
bayam, pepaya,
pisang dan
kelapa,nangka,
rambutan, sagu,
Mujair, gastor,
Nila, Lele,
gurame
17 Mappi Nambioman Yatan Petani, Ya Mencari ikan, Sedang Kangkung, - Pasar, dalam Wai, Muyak, Upacara Adat,
Bapai Nelayan, Berburu Kacang Panjang, Kampung Umamitmu, Dan Upacara
Berburu Sesawi, Tomat, Muyaga Gerejawi,
Rica, Gambas, Penyambutan
Kasbi, Terong, Tamu Penting,
Bayam, Pepaya,
Pisang Dan
Kelapa,Nangka,
Rambutan, Ikan
Mujair, Gastor,
Ikan Duri, Lele,
Babi, Rusa
18 Mappi Nambioman Linggua Petani, Ya Mencari Ikan Sedang Kangkung, - Pasar Emogoin Dan Upacara Adat,
Bapai Nelayan Kacang Panjang, Ribamogoin Upacara
Sesawi, Tomat, Gerejawi,
Rica, Gambas, Penyambutan
315
Lampiran-3 -6
316
Aktifitas Dalam KHG Ritual
Kecamatan/ Desa/ Mata Aktivitas lahan Komoditas Usaha Produktif Pemasaran
No Kabupaten ya/ Marga Adat/Seni
Distrik Kampung pencaharian Aktivitas gambut Unggulan Lokal Rumah Tangga Komoditas
tidak Budaya
Pisang Dan
Kelapa,Nangka,
Rambutan,
Mujair, Gastor,
Ikan Duri, Leleh
19 Mappi Nambioman Mur Petani, Ya Memancing, Sedang Kacang Panjang, pisang goreng, Tengkulak, Yadohamang, Ritual Bunuh
Bapai Nelayan menangkap Sawi, Kangkung, keripik pisang, sagu Pasar Mabur, Yagoyamu Babi, Pesta
ilkan, beburu, Pepaya, keladi, bungkus, ikan (dari suku Yagai) Sakramen.
meramu, kasbi, batatas, bungkus, (skala
bercocok rica, nanas, rumah tangga)
tanam kemangi,
Rambutan,
Kelapa, Pisang
(luas lahan
pengusahaan 0,1
- 1 ha/kk).
Budidaya kolam,
gurame, mujair,
nila
20 Mappi Nambioman Monana Nelayan, Ya Mencari ikan, Sedang Kelapa, Keladi, - Tengkulak, - Ritual Bunuh
Bapai Petani, berburu, Pisang, Kasbi, masyarakat Babi, Pesta
Berburu meramu, Pepaya, sekitar Sakramen.
bercocok Gelembung Ikan
tanam
Lampiran-3 -7
Aktifitas Dalam KHG Ritual
Kecamatan/ Desa/ Mata Aktivitas lahan Komoditas Usaha Produktif Pemasaran
No Kabupaten ya/ Marga Adat/Seni
Distrik Kampung pencaharian Aktivitas gambut Unggulan Lokal Rumah Tangga Komoditas
tidak Budaya
22 Mappi Haju Pagai Petani, Ya Berburu, Sedang Keladi, nanas, - Tengkulak, Kanimo, -
Nelayan, Tangkap ikan cabe, kacang Pasar, kabagaimu,
Budidaya Ikan, panjang, sawi, Kampung Yanakaimu
Meramu, terong, kacang Setempat
Berburu tanah, labu,
ketimun, karet,
kelapa, durian,
rambutan,
nanas, pisang,
nagka, sukun,
mangga, jeruk,
gastor, gurami,
betik, mujair,
sembilan,
arowana, udang
23 Mappi Pasue Kotup Pencari Ya Berburu, Sedang Gaharu, karet, - Pasar, Dalam faipiaimu, -
Gaharu, Mencari Ikan padi, rambutan, Kampung obakam,
Petani, durian, pisang, yurkaimu,
Nelayan kelapa, sagu, gandaimu,
kacang panajng, kabuemu,
sawi, Mujaer, mumuemu, yabut
Gabus
24 Mappi Pasue Tokompatu Pencari Ya Mencari Sedang Gaharu, Babi, - Tengkulak, ebo, sakse, sepo, Seni ukir,
Gaharu, Gaharu, Ayam, karet, Pasar Kota, bepe Lukisan Adat
Peternak, Berkebun, durian, mangga, Dalam
Petani Berburu, rambutan, Kampung dan
Tangkap Ikan pinang, Luar Kampung
rambutan,
singkong, keladi,
petatas, kacang
panjang,
kangkung
25 Mappi Pasue Samurukie Pencari Ya Mencari Sedang Gaharu, gurami, Roti, kue, ikan asap, Dalam wasagai, womu, -
Gaharu, Gaharu, sembilan, duri, ikan kering, ikan kampung dan aga, sunahagi
Petani, Berkebun, kakap, bulanak, goreng desa sekitar
317
Lampiran-3 -8
Aktifitas Dalam KHG Ritual
Kecamatan/ Desa/ Mata Aktivitas lahan Komoditas Usaha Produktif Pemasaran
318
No Kabupaten ya/ Marga Adat/Seni
Distrik Kampung pencaharian Aktivitas gambut Unggulan Lokal Rumah Tangga Komoditas
tidak Budaya
kaloso/arowana),
nangka, pepaya,
gaharu, pisang,
sukun, kelapa,
durian, mangga,
rambutan, sagu,
jeruk, jambu,
cempedak,
kacang panjang,
labu, sawi,
ketimun, pare,
singkong, keladi,
kangkung, cabai,
bawang, kol
26 Mappi Citak-Mitak Tamanim Pencari Ya Mencari Sedang Gaharu, pisang, - Tengkulak, Emenu, Arenu, Pesta Ulat Sagu,
Gaharu, Gaharu, durian, matoa, Dalam Bau, Barumbu, Seni Ukir
Petani, Berkebun, nangka, Kampung, dan Seru
Nelayan Berburu, rambutan, jambu kampung
Tangkap Ikan air, jambu mete, sekitar
mangga, sagu,
singkong, keladi,
kangkung, sawi,
gurame,
sembilan, duri,
kakap, bulanak,
Lampiran-3 -9
Aktifitas Dalam KHG Ritual
Kecamatan/ Desa/ Mata Aktivitas lahan Komoditas Usaha Produktif Pemasaran
No Kabupaten ya/ Marga Adat/Seni
Distrik Kampung pencaharian Aktivitas gambut Unggulan Lokal Rumah Tangga Komoditas
tidak Budaya
Nelayan Berburu, penanaman kayu Kampung
Tangkap Tangkap Ikan besi, padi, Sekitarnya
kacang, jagung,
gurame, gabus,
betik, udang,
ikan sembilan,
lele, duri
29 Asmat Suator Waganu II Pencari Ya Mencari Sedang Gaharu, pisang, - Tengkulak, Ukuk dan Manop Persta Ulat
Gaharu, Gaharu, sukun, kelapa, Dalam Sagu, Seni Ukir
Petani, Berkebun, gaharu tanam, Kampung, dan
Nelayan Berburu, kopi, durian, kampung
Tangkap Ikan mangga, sekitar
rambutan, sagu,
kacang panjang ,
singkong, keladi,
gurami, gabus,
betik, udang
30 Asmat Suator Wowi Ya Mencari Mencari Sedang Gaharu, pisang, - Tengkulak, Eri, Jenebis dan Persta Ulat
Gaharu, Gaharu, sukun, kelapa, Dalam Aimor Sagu, Seni Ukir
Berkebun, Berkebun, gaharu tanam, Kampung
Berburu, Berburu, jambu merah,
Tangkap Tangkap Ikan durian, mangga,
Ikan rambutan, sagu,
labu, sawi,
ketimun, pare,
singkong, keladi,
tebu, tebu ikan,
kangkung, cabai,
kakap, bulanak,
gurami, gabus,
betik, udang
31 Asmat Siret Waganu I Pencari Ya Mencari Sedang Gaharu, pisang, - Tengkulak dan Eve, Jet Dan Pesta Ulat Sagu,
Gaharu, Gaharu, kelapa, gaharu kios di Wagan Pesta Rumah
Petani, Berkebun, tanam, sagu, kampung Bujang, Seni
Nelayan Berburu, padi, kacang, Ukir
319
Lampiran-3 -10
320
Aktifitas Dalam KHG Ritual
Kecamatan/ Desa/ Mata Aktivitas lahan Komoditas Usaha Produktif Pemasaran
No Kabupaten ya/ Marga Adat/Seni
Distrik Kampung pencaharian Aktivitas gambut Unggulan Lokal Rumah Tangga Komoditas
tidak Budaya
udang batu,
udang putih
E KHG S. Ferkame – S. Orei
1 Sarmi Sarmi Tafarewar Pertanian Ya Berburu, Sedang Keladi, pisang, Sagu Pasar Sopi -
meramu, kacang panjang
pertanian,
perikanan
2 Sarmi Sarmi Armo Nelayan Ya Berburu, Sedang Perikanan Ikan Pasar Wanewar -
meramu,
pertanian,
perikanan
3 Sarmi Sarmi Mararena Pertanian Ya Berburu, Sedang Pisang, keladi, Sagu, keladi, pisang Pasar Udaus -
meramu, kelapa
pertanian,
perikanan
4 Sarmi Sarmi Sarmi Kota Bertani, Ya Berburu, Sedang Pinang, Sagu, keladi, pisang Pasar - -
Berburu, meramu, Singkong, ubi,
Pedagang, pertanian, pisang, Kacang
perikanan panjang,
5 Sarmi Sarmi Selatan Waponia Bertani dan Ya Berburu, Sedang Cabe, sawi, Pengelolaan sagu Pasar - -
berkebun meramu, kelapa
pertanian,
perikanan
Lampiran-3 -11
Aktifitas Dalam KHG Ritual
Kecamatan/ Desa/ Mata Aktivitas lahan Komoditas Usaha Produktif Pemasaran
No Kabupaten ya/ Marga Adat/Seni
Distrik Kampung pencaharian Aktivitas gambut Unggulan Lokal Rumah Tangga Komoditas
tidak Budaya
2 Merauke Muting Andaito perkebunan, Ya Berburu Sedang Keladi, ubi,Sayur, - Dalam Mahuze Bakar Batu
berburu rambutan, sawit, Kampung,
daging rusa Pasar
G KHG S. Ifuleki Bian – S. Dalik
1 Merauke Muting Wan Wai Berburu,Nelay Ya Berburu, Sedang kakap, mujaer, - Tengkulak Mahuze Bakar Batu
Bob an Mencari Ikan daging rusa
H KHG S. Ifuleki Onam/Wanam – S. Fly
1 Boven Digoel Jair Asikie Nelayan, Ya Transportasi, Sedang Mujair, Gastor, - Pasar MAIKUIN -
(Dusun Pencari Gaharu Jaring, gaharu
Mutimanggi) Berkebun
322
A. KHG S. Aleki Male – S. Ifuleki Bian.
Pemilihan Alternatif Komoditas dan Sumber Mata Pencaharian Berdasarkan Komoditas / Bidang
Tanaman Prioritas
No. Kampung Distrik Kabupaten Tanaman Perikanan Wanatani / Pengolahan / UPRG
Pangan dan Peternakan Ekowisata (ha)
Perkebunan Air Tawar Agroforestry Industri
Hortikultura
1 Boha Muting Merauke Potensi
Sawi, cabai, Kelapa, Sapi, kambing, Perikanan Kayu Bus Wisata Kerajinan bambu, 471 • KSDAE/KSA
tomat, jagung, karet, babi, ayam tangkap /Minyak berburu pengolahan ikan (461 ha)
ubi kayu, ubi kelapa kayu putih (belum ada) (ikan asin), • Pemda
jalar, rambutan, sawit (alami) pengolahan daging Kabupaten
nanas, pisang, (dendeng) Merauke
Aspirasi dan Pertimbangan Lainnya (10 ha)
Sesuai potensi Sesuai Sesuai potensi Minta - - Diperlukan inovasi
potensi Bantuan pengolahan untuk
sarana pengawetan dan
tangkap mendukung
pemasaran produk.
Program / Kegiatan Terpilih
Sawi, cabai, Kelapa Sapi, kambing, Bantuan Budidaya Wisata Minyak kayu putih,
tomat, jagung, babi, ayam alat kayu Bus berburu kerajinan bambu,
ubi kayu, ubi tangkap /Minyak pengolahan ikan
jalar, rambutan, ikan kayu putih (ikan asap dan
nanas, pisang, abon), pengolahan
Lampiran-4 -1
Pemilihan Alternatif Komoditas dan Sumber Mata Pencaharian Berdasarkan Komoditas / Bidang
Tanaman Prioritas
No. Kampung Distrik Kabupaten Tanaman Perikanan Wanatani / Pengolahan / UPRG
Pangan dan Peternakan Ekowisata (ha)
Perkebunan Air Tawar Agroforestry Industri
Hortikultura
Program / Kegiatan Terpilih
Pisang dan Sesuai Sesuai Potensi Bantuan Sesuai - Pengolahan
jagung potensi alat potensi ikan(Ikan asin, Ikan
tangkap Asap dan daging
ikan rusa (Dengdeng,
abon)
Pengembangan Alternatif Komoditas dan Sumber Mata Pencaharian Berdasarkan Komoditas / Bidang
Tanaman Prioritas
No. Kampung Distrik Kabupaten Tanaman Perikanan Wanatani / Pengolahan / UPRG
Pangan dan Peternakan Ekowisata (ha)
Perkebunan Air Tawar Agroforestry Industri
Hortikultura
1 Waan Muting Merauke Potensi 373 KSDAE/KSA
rambutan, - Sapi, Perkanan Kayu Bus Wisata Pengolahan ikan
nanas, kambing, tangkap /Minyak kayu berburu (ikan asin)
pisang, babi, ayam (alam) putih (alami) (belum ada) Pengolahan daging
(dendeng)
Aspirasi dan Pertimbangan Lainnya
Sesuai Perlu inovasi Sesuai Minta - - Diperlukan inovasi
potensi potensi Bantuan pengolahan untuk
sarana pengawetan dan
tangkap mendukung
pemasaran produk.
Program / Kegiatan Terpilih
rambutan, Kelapa Sapi, Bantuan Budidaya kayu -Wisata Minyak kayu putih,
nanas, kambing, alat Bus /Minyak berburu pengolahan ikan
pisang, babi, ayam tangkap kayu putih (misal ikan asap, dan
ikan abon), pengolahan
daging (misal
dendeng, dan abon)
324
Pengembangan Alternatif Komoditas dan Sumber Mata Pencaharian Berdasarkan Komoditas / Bidang
Prioritas
No. Kampung Distrik Kabupaten Tanaman Pangan Tanaman Perikanan Wanatani / Pengolahan / UPRG
Peternakan Ekowisata (ha)
dan Hortikultura Perkebunan Air Tawar Agroforestry Industri
1 Kaisa Subur Boven Potensi 1.638 Dinas
Digoel Budidaya padi, Sagu, rotan, Sapi, Gaharu, - pengolahan daging kehutanan
ubi kayu, ubi karet kambing, kayu besi, (misal dendeng, Provinsi
jalar, salak, babi, ayam kayu bus dan abon), kripik Papua/KPHP
pisang, nangka, pisang, kripik
sirsak, pepaya singkong
Aspirasi dan Pertimbangan Lainnya
Sesuai potensi Sesuai Sesuai Minta Minta - Diperlukan inovasi
potensi potensi Bantuan bantuan pengolahan untuk
sarana teknologi pengawetan dan
tangkap inokulasi mendukung
gaharu pemasaran
produk.
Program / Kegiatan Terpilih
Budidaya padi, Sagu, rotan, Sapi, Bantuan alat Budidaya - Pengolahan daging
ubi kayu, ubi karet kambing, tangkap ikan gaharu, (dendeng dan
jalar, salak, babi, ayam Inokulasi abon), pengolahan
pisang, nangka, gaharu ikan (ikan asap dan
sirsak, pepaya abon), kripik
pisang, kripik
singkong
Pengembangan Alternatif Komoditas dan Sumber Mata Pencaharian Berdasarkan Komoditas / Bidang
Prioritas
No. Kampung Distrik Kabupaten Tanaman Pangan Tanaman Perikanan Wanatani Pengolahan / UPRG
Peternakan Ekowisata (ha)
dan Hortikultura Perkebunan Air Tawar (Agroforestry) Industri
1 Obaa Obaa Mappi Potensi
Jagung manis, ubi Kelapa Babi, ayam Budidaya Sagu, babi, - Pengolahan 66 KPHP – Unit
jalar, ubi kayu, Air Tawar rusa minyak albumin XLVIII
keladi, rambutan, (kolam): gabus, Sagu
gulung, minyak
Lampiran-4 -3
Pengembangan Alternatif Komoditas dan Sumber Mata Pencaharian Berdasarkan Komoditas / Bidang
Prioritas
No. Kampung Distrik Kabupaten Tanaman Pangan Tanaman Perikanan Wanatani Pengolahan / UPRG
Peternakan Ekowisata (ha)
dan Hortikultura Perkebunan Air Tawar (Agroforestry) Industri
durian, nanas, mujair, kelapa, keripik
pisang nila, lele keladi, keripik
pisang,
Aspirasi dan Pertimbangan Lainnya
Agar Pembangun Bantuan Pembangu Agar Agar dilakukan
dikembangkan an kebun pakan dan nan kolam dikembangka pelatihan
tanaman durian, kelapa di alat dan n/ditanam pengolahan
nanas, pisang dan pekarangan pengolah pengadaa sagu licin dan minyak albumin
jagung manis dan luar pakan n benih sagu duri dari ikan gabus,
pekarangan ikan, Ternak rusa bantuan
bantuan pada lahan pemasaran hasil
pakan ikan pekarangan minyak albumin
Program / Kegiatan Terpilih
Pelatihan teknik Pembukaan Pengadaan Pembangu Penyiapan Pelatihan
budidaya tanaman lahan baru pakan nan kolam lahan untuk pengolahan
durian untuk ternak babi dan penanaman minyak albumin
Pembukaan lahan tanaman Pengadaan pengadaa sagu licin dan Pembentukan
untuk kebun kelapa di alat/mesin n benih sagu duri kelompok usaha
durian di luar luar lahan pengolahan ikan secara kilektif bersama
pekarangan pekarangan pakan sesuai hak pengolahan
Bantuan bibit Bantuan ternak tanah minyak albumin
durian unggul bibit kelapa ulayat/marga Pengadaan
(kelapa Bantuan bibit alat/mesin
dalam dan sagu licin dan pengolahan
hibrida) sagu duri minyak albumin
Pengenalan
teknologi
packagaing dan
labeling
Promosi dan
pemasaran
minyak albumin
2 Enem Obaa Mappi Potensi
325
Lampiran-4 -4
Pengembangan Alternatif Komoditas dan Sumber Mata Pencaharian Berdasarkan Komoditas / Bidang
Prioritas
326
No. Kampung Distrik Kabupaten Tanaman Pangan Tanaman Perikanan Wanatani Pengolahan / UPRG
Peternakan Ekowisata (ha)
dan Hortikultura Perkebunan Air Tawar (Agroforestry) Industri
Perlu diadakan Perlu Bantuan Bantuan Agar - Perlu diadakan • Dinas
pelatihan terkait diadakan ternak babi alat dikembangka pelatihan tentang Kehutanan
budidaya padi pelatihan dan alat tangkap n/ditanam pengolahan ikan Provinsi
rawa dan tanaman tentang pengolah ikan dan sagu licin dan dan daging rusa Papua (6
sayuran yang budidaya pakan alat sagu duri agar lebih awet ha)
ternak Ternak rusa
lainnya sagu dan transporta
pada lahan
kelapa. si air pekarangan
Program / Kegiatan Terpilih
Pelatihan teknik Bantuan Pengadaan Pengadaa Penyiapan - Pelatihn
budidaya, bantuan bibit unggul pakan n alat lahan untuk pengolahan ikan
alat pertanian, sagu dan ternak babi tangkap penanaman dan daging rusa
pendampingan dan kelapa, Pengadaan ikan sagu licin dan
pemasaran hasil pendampin alat/mesin Pengadaa sagu duri
pengolahan secara kilektif
tani gan dan n perahu
pakan sesuai hak
pemasaran ternak dayung/ke tanah
hasil tinting ulayat/marga
budidaya Bantuan bibit
sagu licin dan
sagu duri
3 Kogo Obaa Mappi Potensi
Padi rawa, jagung, Kelapa, sagu Babi, ayam, Perairan Sagu, babi, - - 526 KPHP – Unit
Lampiran-4 -5
Pengembangan Alternatif Komoditas dan Sumber Mata Pencaharian Berdasarkan Komoditas / Bidang
Prioritas
No. Kampung Distrik Kabupaten Tanaman Pangan Tanaman Perikanan Wanatani Pengolahan / UPRG
Peternakan Ekowisata (ha)
dan Hortikultura Perkebunan Air Tawar (Agroforestry) Industri
327
Lampiran-4 -6
Pengembangan Alternatif Komoditas dan Sumber Mata Pencaharian Berdasarkan Komoditas / Bidang
Prioritas
328
No. Kampung Distrik Kabupaten Tanaman Pangan Tanaman Perikanan Wanatani Pengolahan / UPRG
Peternakan Ekowisata (ha)
dan Hortikultura Perkebunan Air Tawar (Agroforestry) Industri
arwana, Wisata
Sembilang berbasis
, Kakap rawa/pema
putih, ncingan
kakap
batu, ikan
kaca,
udang,
ikan duri
Aspirasi dan Pertimbangan Lainnya
Perlu bantuan Agar ada Perlu Bantuan Pengembanga Bantuan Diperlukan
permodalan untuk bantuan dikembagka ketinting, n alat pelatihan
pengembangan bbit kelapa n jaring, alat penannaman transportasi pengolahan hasil,
kebun durian, dalam dan peternanak pancing hutan sagu, air pengenalan
bantuan bibit bibit sagu an babi dan Fasilitasi fasilitasi (ketinting teknologi
durian unggul licin dan itik pemasara pemasaran dan speed packagaing dan
sagu duri n hasil kulit gambit boad), labeling
tangkapan penataan Promosi dan
kawasan pemasaran
kampung produk olahan
durian
Lampiran-4 -7
Pengembangan Alternatif Komoditas dan Sumber Mata Pencaharian Berdasarkan Komoditas / Bidang
Prioritas
No. Kampung Distrik Kabupaten Tanaman Pangan Tanaman Perikanan Wanatani Pengolahan / UPRG
Peternakan Ekowisata (ha)
dan Hortikultura Perkebunan Air Tawar (Agroforestry) Industri
Fasilitasi promosi perluasan pakan n hasil penanaman wisata pemasaran
dan pemasaran kebun ternak mini tangkapan sagu kampung produk olahan
buah durian kelapa dan ikan Pengadaan Pelatihan
kebun sagu alat packaging dan
transportasi labeling
air
(ketinting
dan speed
boad),
329
Lampiran-4 -8
Pengembangan Alternatif Komoditas dan Sumber Mata Pencaharian Berdasarkan Komoditas / Bidang
330
Prioritas
No. Kampung Distrik Kabupaten Tanaman Pangan Tanaman Perikanan Wanatani Pengolahan / UPRG
Peternakan Ekowisata (ha)
dan Hortikultura Perkebunan Air Tawar (Agroforestry) Industri
Bantuan teknis Bantuan Bantuan Bantuan Bantuan bibit - -
budidaya padi, ubi teknis teknis teknis sagu
kayu, keladi, budidaya ternak Babi, budidaya
nanas, rambutan, kelapa ayam, itik ikan air
durian tawar.
Bantuan
alat
tangkap
ikan.
6 Yatan Nambi Mappi Potensi
oman Padi rawa, jagung, Kelapa, Ayam, babi Budidaya - - VCO, keripik, 204 KPHP – Unit
Bapai pisang, nanas karet Air Tawar nangka, keripik XLIX
(kolam): pisang
mujair,
nila, lele
Aspirasi dan Pertimbangan Lainnya
Pelatihan teknik Penyediaan Bantuan Pelatihan Pelatihan
budidaya padi dan ternak babi budidaya pengolahan VCO
rawa dan jagung pembukaan perikanan Pembentukan
manis lahan untuk air tawar kelompok usaha
Penyediaan dan budidaya Pembangu bersama untuk
Lampiran-4 -9
Pengembangan Alternatif Komoditas dan Sumber Mata Pencaharian Berdasarkan Komoditas / Bidang
Prioritas
No. Kampung Distrik Kabupaten Tanaman Pangan Tanaman Perikanan Wanatani Pengolahan / UPRG
Peternakan Ekowisata (ha)
dan Hortikultura Perkebunan Air Tawar (Agroforestry) Industri
Bantuan hand penanaman usaha
sprayer, cangkul, karet dan budidaya
arit, parang kelapa air tawar
Program / Kegiatan Terpilih
Pelatihan teknik Penyediaan Bantuan Pelatihan Pelatihan
budidaya padi dan ternak babi budidaya pengolahan VCO
rawa dan jagung pembukaan perikanan Pembentukan
manis lahan untuk air tawar kelompok usaha
Penyediaan dan budidaya Pembangu bersama untuk
pembukaan lahan tanaman nan kolam pengolahan dan
untuk budidaya kelapa dan pengadan pemasaran VCO
padi rawa karet benih ikan Pengadaan paket
Pemanfaatan lahan Pengadaan mujair, alat/mesin
pekarangan dan bibit kelapa nila, dan pengolah Vco
pembukaan lahan dan karet lele Pengadaan
baru untuk unggul pengadaa alat/mesin
budidaya pisang Bantuan n pakan pembuatan
dan nanas modal kerja ikan keripik
Pengadaan pupuk, untuk Penempat
benih padi rawa, pembukaan an tenaga
zat perangsang dan Penyuluh
tumbuh, herbisida, penanaman dan
kapur dolomit karet dan pendampi
Bantuan hand kelapa ng usaha
sprayer, cangkul, budidaya
arit, parang air tawar
Penempatan
tenaga Penyuluh
dan pendamping
usaha budidaya
padi rawa
331
Lampiran-4 -10
Pengembangan Alternatif Komoditas dan Sumber Mata Pencaharian Berdasarkan Komoditas / Bidang
332
Prioritas
No. Kampung Distrik Kabupaten Tanaman Pangan Tanaman Perikanan Wanatani Pengolahan / UPRG
Peternakan Ekowisata (ha)
dan Hortikultura Perkebunan Air Tawar (Agroforestry) Industri
Nambi Padi rawa, jagung, Kelapa, Ayam, babi Budidaya - VCO, keripik, 108 KPHP – Unit
oman pisang, nanas karet Air Tawar nangka, keripik XLIX
Bapai (kolam): pisang
mujair,
nila, lele
Aspirasi dan Pertimbangan Lainnya
Pelatihan teknik Penyediaan Bantuan Pelatihan Pelatihan
budidaya padi dan ternak babi budidaya pengolahan VCO
rawa dan jagung pembukaan perikanan Pembentukan
manis lahan untuk air tawar kelompok usaha
Penyediaan dan budidaya Pembangu bersama untuk
pembukaan lahan tanaman nan kolam pengolahan dan
untuk budidaya kelapa dan Bantuan pemasaran VCO
padi rawa karet benih ikan Bantuan bantuan
Pemanfaatan lahan Bantuan mujair, paket alat/mesi
pekarangan untuk bibit kelapa nila, dan pengolah Vco
budidaya psang dan karet lele Bantuan
dan nanas unggul Bantuan alat/mesin
Bantuan pupuk, Bantuan pakan ikan pembuatan
benih padi rawa, modal kerja Penyuluha keripik
zat perangsang untuk n dan
Lampiran-4 -11
Pengembangan Alternatif Komoditas dan Sumber Mata Pencaharian Berdasarkan Komoditas / Bidang
Prioritas
No. Kampung Distrik Kabupaten Tanaman Pangan Tanaman Perikanan Wanatani Pengolahan / UPRG
Peternakan Ekowisata (ha)
dan Hortikultura Perkebunan Air Tawar (Agroforestry) Industri
untuk budidaya kelapa dan pengadan pengolahan dan
padi rawa karet benih ikan pemasaran VCO
Pemanfaatan lahan Pengadaan mujair, Pengadaan paket
pekarangan dan bibit kelapa nila, dan alat/mesin
pembukaan lahan dan karet lele pengolah Vco
baru untuk unggul pengadaa Pengadaan
budidaya psang Bantuan n pakan alat/mesin
dan nanas modal kerja ikan pembuatan
Pengadaan pupuk, untuk Penempat keripik
benih padi rawa, pembukaan an tenaga
zat perangsang dan Penyuluh
tumbuh, herbisida, penanaman dan
kapur dolomit karet dan pendampi
Bantuan hand kelapa ng usaha
sprayer, cangkul, budidaya
arit, parang air tawar
Penempatan
tenaga Penyuluh
dan pendamping
usaha budidaya
padi rawa
8 Mur Nambi Mappi Potensi
oman Kacang panjang, Sagu, kelapa Sapi Bantuan - Wisata - 4.996 • Dinas
Bapai sawi, kangkung, teknis berburu Kehutanan
pepaya, keladi, budidaya Provinsi
nanas, rambutan, ikan air Papua (38
tawar. ha)
Bantuan • KPHP –
alat Unit XLIX
tangkap (4.985 ha)
ikan.
333
Lampiran-4 -12
334
Pengembangan Alternatif Komoditas dan Sumber Mata Pencaharian Berdasarkan Komoditas / Bidang
Prioritas
No. Kampung Distrik Kabupaten Tanaman Pangan Tanaman Perikanan Wanatani Pengolahan / UPRG
Peternakan Ekowisata (ha)
dan Hortikultura Perkebunan Air Tawar (Agroforestry) Industri
Sesuai potensi dan Sesuai Sesuai Sesuai Perlu - Sesuai potensi
sesuai dengan potensi dan potensi dan potensi pengembanga
kebutuhan sesuai sesuai dan sesuai n sagu
masyarakat dengan dengan dengan
kebutuhan kebutuhan kebutuhan
masyarakat masyarakat masyaraka
t
Lampiran-4 -13
Pengembangan Alternatif Komoditas dan Sumber Mata Pencaharian Berdasarkan Komoditas / Bidang
Prioritas
No. Kampung Distrik Kabupaten Tanaman Pangan Tanaman Perikanan Wanatani Pengolahan / UPRG
Peternakan Ekowisata (ha)
dan Hortikultura Perkebunan Air Tawar (Agroforestry) Industri
pengemban alat berburu pengolahan
gan sagu transporta masih bisa daging rusa
si air bertahan
Program / Kegiatan Terpilih
Penyuluhan, Bantuan Pendampin Bantuan - Menjaga Perlu adanya
pelatihan, modal dan gan dan alat kelestarian pelatihan
pendampingan, bibit unggul arahan tangkap hutan mengenai
bantuan bibit dan sagu licin pemasaran ikan dan (terutama pengawetan ikan
arahan pemasaran dan sagu hasil ternak alat dari dan pengolahan
hasil budidaya duru transporta kebakaran) daging rusa, perlu
si air dibentuk
kelompok untuk
pengawetan
daging rusa
10 Tamanim Citak- Mappi Potensi
Mitak Kabupaten Ubi kayu, keladi, Kelapa Ayam, babi Perairan Gaharu, sagu, - - 57 KPHP – Unit
durian, rambutan, umum: XLVII
kacang panjang Gastor,
mujai,
Sembilang
, Kakap
putih,
kakap
batu, ikan
kaca,
udang
Aspirasi dan Pertimbangan Lainnya
Sesuai potensi dan Sesuai Sesuai Sesuai Permintaan - -
sesuai dengan potensi dan potensi dan potensi bantuan
kebutuhan sesuai sesuai dan sesuai teknologi
masyarakat dengan dengan dengan suntik gaharu.
335
Lampiran-4 -14
336
Pengembangan Alternatif Komoditas dan Sumber Mata Pencaharian Berdasarkan Komoditas / Bidang
Prioritas
No. Kampung Distrik Kabupaten Tanaman Pangan Tanaman Perikanan Wanatani Pengolahan / UPRG
Peternakan Ekowisata (ha)
dan Hortikultura Perkebunan Air Tawar (Agroforestry) Industri
masyaraka
t
Program / Kegiatan Terpilih
Bantuan teknis Bantuan Bantuan Bantuan Bantuan - -
budidaya ubi kayu, teknis teknis teknis pembibitan
keladi, durian, budidaya ternak budidaya Gaharu dan
rambutan, kacang kelapa ayam, babi ikan air teknologi
panjang tawar. suntik gaharu.
Bantuan Bantuan bibit
alat sagu.
tangkap
ikan.
Pengembangan Alternatif Komoditas dan Sumber Mata Pencaharian Berdasarkan Komoditas / Bidang
Prioritas
No. Kampung Distrik Kabupaten Tanaman Pangan Tanaman Perikanan Wanatani / Pengolahan / UPRG
Peternakan Ekowisata (ha)
dan Hortikultura Perkebunan Air Tawar Agroforestry Industri
Lampiran-4 -15
F. KHG S. Ifuleki Bian – S. Dalik.
Pengembangan Alternatif Komoditas dan Sumber Mata Pencaharian Berdasarkan Komoditas / Bidang
Tanaman Prioritas
No. Kampung Distrik Kabupaten Tanaman Perikanan Wanatani / Pengolahan / UPRG
Pangan dan Peternakan Ekowisata (ha)
Perkebunan Air Tawar Agroforestry Industri
Hortikultura
1 Wan Wai Muting Merauke Potensi
Bob Rambutan, Pinang, Sapi, Perkanan
Perikanan Kayu Bus Wisata Pengolahan ikan 500 • Dinas
nanas, pisang, kelapa kambing, tangkap /Minyak kayu berburu (ikan asin) Kehutanan
babi, ayam (alam) putih (alami) (belum ada) Pengolahan daging Provinsi
(dendeng) Papua/KPH
Aspirasi dan Pertimbangan Lainnya P (6 ha)
Sesuai potensi Sesuai Sesuai Minta - - Diperlukan inovasi • KPHP –
potensi potensi Bantuan pengolahan untuk Unit LV
sarana pengawetan dan (101 ha0
tangkap mendukung • KSDAE/KS
A (393 ha)
pemasaran produk.
Program / Kegiatan Terpilih
Rambutan, Pinang, Pelatihan Bantuan Budidaya -Wisata Minyak kayu putih,
nanas, pisang, kelapa dan peralatan kayu Bus berburu pengolahan ikan
pendampin tangkap /Minyak kayu (misal ikan asap,
gan ikan putih dan abon),
budidaya pengolahan daging
ternak (misal dendeng, dan
Bantuan abon)
bibit ternak
Pengembangan Alternatif Komoditas dan Sumber Mata Pencaharian Berdasarkan Komoditas / Bidang
Tanaman Tanaman Prioritas
No. Kampung Distrik Kabupaten Perikanan Air Wanatani / Pengolahan / UPRG
Pangan dan Perkebun Peternakan Ekowisata (ha)
Tawar Agroforestry Industri
Hortikultura an
1 Asikie Jair Boven Potensi
Digoel Rambutan, Kelapa Sapi, Penangkaran Gaharu Wisata Pengolahan ikan 1.331 Dinas
nanas, pisang, kambing, buaya. berburu (ikan asin) Kehutanan
babi, ayam Perikanan (belum ada) Pengolahan daging Provinsi
tangkap. (dendeng) Papua
Aspirasi dan Pertimbangan Lainnya
Sesuai potensi Sesuai Sesuai Minta Bantuan Minta - Diperlukan inovasi
potensi potensi sarana tangkap bantuan pengolahan untuk
teknologi pengawetan dan
inokulasi mendukung
gaharu pemasaran produk.
Lampiran-4 -18
LAMPIRAN-4 per KHG Sasaran
Citra Landsat 8 pada KHG Sungai Aleki Male - Sungai Ifuleki Bian Tahun 2013 – 2016
DISTRIK
ULILIN
7°12'0"S
7°12'0"S
-7,20463
-7,20463
Kediki
(Kindiki)
-7,2496
-7,2496
KAB.
MERAUKE
Pachas
O
DISTRIK
MUTING
-7,29456
-7,29456
1/UPT
KSDAE-KSA
Boha
O
3/PEMDA
7°20'0"S
7°20'0"S
-7,33953
-7,33953
Kolam
140°24'0"E 30'
140,36 140,405 140,45 140,495
h
3/PEMDA PEMERINTAH DAERAH KABUPATEN MERAUKE
2°0'N
Sofifi
/
"
PAPUA NUGINI
Skala 1 : 25.000
6°45'S
Manokwari
/
"
Km
0 0.5 1 2 3 4
2°0'S
Jayapura
/
"
7°30'S
Ambon
/
"
Koordinat : Geographic dan Universal Transverse Mercator
Proyeksi : Universal Transverse Mercator 54 S
Datum Horizontal : WGS 1984
6°0'S
8°15'S
2018
-7,38449
Waan
7°25'0"S
7°25'0"S
KHG Sungai Ifuleki
Bian - Sungai
-7,42946
-7,42946
Lekiage Sentuf
1/UPT
KSDAE-KSA
KAB.
MERAUKE
1/UPT
KSDAE-KSA
DISTRIK
MUTING
Wan Wai
Bob
1/UPT
KSDAE-KSA
-7,47443
-7,47443
Afkab
Makmur
KHG Sungai Alekikos
Bakian - Sungai
Ifuleki Bian
Waan
O
30'
30'
KHG Sungai
Ifuleki Bian -
Sungai Dalik
-7,51939
-7,51939
h
2°0'N
Sofifi
/
"
PAPUA NUGINI
6°45'S
Skala 1 : 25.000
Manokwari
/
"
Km
0 0.5 1 2 3 4
2°0'S
Jayapura
/
"
7°30'S
Ambon
/
"
Koordinat : Geographic dan Universal Transverse Mercator
Proyeksi : Universal Transverse Mercator 54 S
Datum Horizontal : WGS 1984
8°15'S
6°0'S
2018
Aiwat
-6,79989
-6,79989
Nanggo
Meto DISTRIK
JAIR
Terik
Subur
Pos
3/PEMDA Biantap
KAB. BOVEN
DIGOEL
6°57'0"S
6°57'0"S
DISTRIK
SUBUR
KAB.
MAPPI 2/KPH
DISTRIK Wagai
-6,97976
-6,97976
VENAHA Wagni
KHG Sungai
Alekikosi Digoel -
Sungai Aleki Seme
2/KPH
6/ATT
KAB.
MERAUKE
DISTRIK
ULILIN
Kaisa
O
7°8'0"S
7°8'0"S
DISTRIK
DISTRIK MUTING
EDERA
-7,15962
-7,15962
140°6'0"E 140°17'0"E
140,045 140,225
h
2/KPH UNIT LV - KPHP
2°0'N
Skala 1 : 50.000
Manokwari
/
"
Km
0 0.5 1 2 3 4
2°0'S
Jayapura
/
"
7°30'S
Ambon
/
"
Koordinat : Geographic dan Universal Transverse Mercator
Proyeksi : Universal Transverse Mercator 54 S
Datum Horizontal : WGS 1984
8°15'S
6°0'S
2018
AKAT KOLOFBRASA
Tiau
DISTRIK
TT.ZAIN
Jinak Hanya
30'
30'
Waganu
DISTRIK
2/KPH Waganu
SUATOR
Basman
DISTRIK
DISTRIK YANIRUMA
SIRET 1/BPDAS-HL
2/DISHUT 2/KPH
Daikot Somnak Firimage
Wagabus Yaniruma
3/PEMDA
2/KPH Aiaku DISTRIK
KAIBAR
DISTRIK Awok Amasu
Kaimo DISTRIK DISTRIK
ATSJ Fefero
ATSJ ATSJ
FOS
DISTRIK
ATSJ DISTRIK 2/KPH
2/DISHUT Bomakia 2
2/DISHUT
2/KPH
2/KPH
Epem
2/DISHUT DISTRIK
Ardanim DISTRIK 3/PEMDA CITAMITAK DISTRIK
ATSJ Khanami Khanami BOMAKIA
3/PEMDA
Khanami
2/KPH Bamakia
2/DISHUT
DISTRIK
Asaren
ASSUE
Asaren
Wombago
2/KPH
-5,90054
BAWAH Choghuu
DIGOEL
Comoro Keru Haja
Somi
DISTRIK
AYIB
4/WEL
Sagare
Sogho-Kanggo
6/ATT
Juvo
Besar Sarbo
6°0'0"S
6°0'0"S
4/WEL
KAB. Kiki
Kiki 6/ATT
ASMAT
Busiri 4/WEL
Masin 6/ATT 2/KPH
DISTRIK Masin
DISTRIK
FAYIT
FOFI
Busiri
4/WEL
Yuvokecil 2/DISHUT
Suwa
Baus Tsoghomone Eci 2/DISHUT
Ikisi
DISTRIK Omuro 2/DISHUT
DERKOMOR Homang 4/WEL
2/DISHUT
2/KPH
Seramit Kamur Amagasi
Hainam Yamkap
Gaibu Kaibu
Yahoi Amagais Amende Amende
Yagamit Gauda Sadar
DISTRIK
Amkum Kaibu Yame KHG Sungai Buru
Eseib Ero Yame
Bawor PANTAI (Erosaman) Ghaitsume Mappi - Sungai Garuda 2/KPH Kowo I
KASUARI
Ghaitsume Kasima Buru Obaa 2/DISHUT2/DISHUT
Sogope 4/WEL
DISTRIK
PAASUE
Menya
Amaghasu
Kaitok
Amkai Tsentaipim Sigare 2/KPH
Amaru Yagatsu
Sigare
Yagatsu
KAB.
Katage DISTRIK
MAPPI 2/DISHUT
DISTRIK
HAJU JAIR
Wiyage
Airo / DISTRIK
Sapen
Senepit Hahare
Airo /
KOPAY Gaibu 3/PEMDA
Kawem Oghorin
sapen Kerke
Kakitateme Kerke
Geitjer
Arare
Arare Noghon
2/DISHUT 3/PEMDA
Pagai
Pagai
2/DISHUT 2/DISHUT
2/KPH
Wairu
Rayam
3/PEMDA
-6,44013
-6,44013
DISTRIK
SAFAN
Tereyemu 2/DISHUT
30'
3/PEMDA
Toghom
3/PEMDA 2/DISHUT Wanggate
2/KPH
Kepi 3/PEMDA
Ghaumi Kayagae
2/KPH
"
) Rep Wanggato
Taragae Tereyemu 3/PEMDA
Emete3/PEMDA 2/KPH
Tarua DISTRIK
O Obaa
Agham Dagemon
MINYAMUR Ima Kogoyaman Dagemon 3/PEMDA
Jermochoin DISTRIK
2/DISHUT
OBAA
Taragae 2/DISHUT
2/KPH Soba
2/DISHUT
Koba
Yamui
DISTRIK
2/KPH
MINYAMUR Sumunamana Kabe
Sumunamana
DISTRIK
MINYAMUR
2/KPH
2/DISHUT
2/DISHUT
2/DISHUT DISTRIK
VENAHA
DISTRIK
Kaboghoind
NAMBIOMAN
DISTRIK
BAPAI Katan
MINYAMUR 2/DISHUT
Katan
3/PEMDA
Katan
2/KPH
3/PEMDA
DISTRIK Yatan
MINYAMUR O Yatan
Mandau
DISTRIK
MINYAMUR
DISTRIK
MINYAMUR Linggua
Linggua
2/DISHUT O
Wagin DISTRIK
Monana 2/KPH SYAHAME
3/PEMDA Ogorito
1/BPDAS-HL
Wagin 2/KPH
DISTRIK Monana
NAMBIOMAN
BAPAI O Mur Tagaimonsino
Mur Mur
DISTRIK
O
3/PEMDA
Kogoya
Satu
NAMBIOMAN DISTRIK Oso Bosma
BAPAI BAMGI DISTRIK
DISTRIK EDERA
NAMBIOMAN Khobeta
Aset
BAPAI
-6,97973
-6,97973
DISTRIK
BAMGI Khobeta
7°0'0"S
7°0'0"S
128°0'E 132°0'E 136°0'E 140°0'E 133°0'E 134°0'E 135°0'E 136°0'E 137°0'E 138°0'E 139°0'E 140°0'E 141°0'E 142°0'E
Manokwari
0°45'S
"
/ U UNIT PELAKSANA RESTORASI GAMBUT (UPRG)
h
1/BPDAS-HL BPDAS - HL
1°30'S
2°0'N
/
" Jayapura 2/KPH UNIT XLVII - KPHP
"
/ Skala 1 : 200.000 2/KPH UNIT XLVII - KPHP
Manokwari
3°0'S
/
" 2/KPH UNIT XLIX - KPHP
Km
PAPUA NUGINI
3°45'S
0 0.5 1 2 3 4
2°0'S
Ambon
/
" 6/ATT PT. WANAKERTA EKA LESTARI DAN UNIT XLVIII-KPHP
6°0'S
6°45'S
2018
Amsira
DISTRIK
PANTAI
BARAT
Siyaratesa
Sarmi
Sarmi
Mararena
KHG Sungai
Ferkame -
Sungai Orei
3/PEMDA
2/DISHUT
Misadadu
KAB.
SARMI
DISTRIK
SARMI
SELATAN
Sawar
5/BBU
DISTRIK
SARMI
5/BBU
Bagaiserwar
5/BBU
5/BBU
5/BBU
Asmira 5/BBU
Marereno
Amisira
Wapoania
DISTRIK
SARMI
TIMUR
138,607
h
1°30'S
"
) 3/PEMDA PEMERINTAH DAERAH KABUPATEN SARMI
Sofifi
/
" 5/BBU IUPHHK-HA/PT. BINA BALANTAK UTAMA
Skala 1 : 25.000
2°15'S
Manokwari
/
" Jayapura
"
/ Km
PAPUA NUGINI
0 0.5 1 2 3 4
2°0'S
Jayapura
/
"
3°0'S
Ambon
/
"
Koordinat : Geographic dan Universal Transverse Mercator
Proyeksi : Universal Transverse Mercator 54 S
3°45'S
4°30'S
2018
7°20'0"S
1/UPT
KSDAE-KSA
-7,33953
-7,33953
KHG Sungai Ifuleki
Bian - Sungai
Kolam Lekiage Sentuf
O KSDAE-KSA
-7,38449
-7,38449
KAB.
3/PEMDA
MERAUKE
Waan
DISTRIK
MUTING
2/KPH
1/UPT Andaito
-7,42946
-7,42946
KSDAE-KSA
7°28'0"S
Ifuleki Bian
Wan Wai
Bob
-7,47443
-7,47443
Afkab
Makmur
KHG Sungai
Ifuleki Bian -
Sungai Dalik
140°24'0"E 30'
140,36 140,405 140,45 140,495
h
6°0'S
Skala 1 : 25.000
6°45'S
Manokwari
/
"
Km
0 0.5 1 2 3 4
2°0'S
Jayapura
/
"
7°30'S
Ambon
/
"
Koordinat : Geographic dan Universal Transverse Mercator
Proyeksi : Universal Transverse Mercator 54 S
Datum Horizontal : WGS 1984
6°0'S
8°15'S
2018
7°28'0"S
Wan Wai
Bob
-7,47443
-7,47443
Afkab
Makmur
KHG Sungai Alekikos
Bakian - Sungai
Ifuleki Bian
Wan Wai
Bob
O
1/UPT
KSDAE-KSA KAB.
MERAUKE
KHG Sungai
Ifuleki Bian -
DISTRIK
Sungai Dalik
MUTING
2/DISHUT
-7,51939
-7,51939
2/KPH
7°32'0"S
7°32'0"S
-7,56436
-7,56436
h
2/DISHUT DINAS KEHUTANAN PROVINSI PAPUA
2°0'N
6°45'S
Skala 1 : 20.000
Manokwari
/
"
Km
0 0.5 1 2 3 4
2°0'S
Jayapura
/
"
Ambon
/
"
Koordinat : Geographic dan Universal Transverse Mercator
Proyeksi : Universal Transverse Mercator 54 S
7°30'S
2018
DISTRIK
JAIR
KAB.
BOVEN
DIGOEL
-6,65607
-6,65607
6/ATT
6°40'0"S
6°40'0"S
5/TTR
5/TTR
Asikie
O
PAPUA NUGINI
6/ATT
2/KPH
KHG Sungai Ifuleki
Onam/Wanam
- Sungai Fly
2/KPH
KAB.
MERAUKE
2/KPH
2/DISHUT
3/PEMDA
-6,72801
-6,72801
6/ATT
3/PEMDA
5/INA
DISTRIK
ULILIN
3/PEMDA
6°48'0"S
6°48'0"S
-6,79996
-6,79996
140°43'0"E 140°50'0"E
140,693 140,765 140,837 140,909
h
2/DISHUT DINAS KEHUTANAN PROVINSI PAPUA/KPHP
2°0'N
Skala 1 : 30.000
6°45'S
Ambon
/
"
Koordinat : Geographic dan Universal Transverse Mercator
Proyeksi : Universal Transverse Mercator 54 S
Datum Horizontal : WGS 1984
6°0'S
8°15'S
2018