A. 1. Bambu
Pengolahan bambu
- untuk bahan pembuatan sumpit atau tusuk sate ->> tidak perlu pengawetan
Produksi Sagu
UPS = Up + (Bd + D) ;
D1
dimana:
Up = Umur pada saat terbentuknya pangkal batang (rata2 berkisar 3-5 tahun)
Bd = Bekas daun yang terdapat pada kulit btang sagu
D = Jumlah daun yang masih duduk pada batang sagu
Dt = Jumlah daun yang terbentuk dalam satu tahun.
Pemanenan sagu
Panen dapat dilakukan mulai umur 6-7 tahun, dengan ciri-ciri :
- Tingkat putus duri (wela), yaitu suatu fase di mana sebagian duri pada
pelepah daun telah lenyap. Kematangannya belum sempurna dan
kandungan acinya masih rendah, tetapi dalam keadaaan terpaksa pohon ini
dapat dipanen.
- Tingkat Maputih, ditandai dengan menguningnya pelepah daun, duri yang
terdapat pada pelepah daun hampir seluruhnya lenyap, kecuali pada bagian
pangkal pelepah masih tertinggal sedikit. Daun muda yang terbentuk
ukurannya semakin pendek dan kecil. Pada tingkat ini sagu jenis Metroxylon
sudah siap dipanen, karena kandungan acinya sangat tinggi.
- Tingkat masa jantung (Maputih masa), yaitu fase di mana semua pelepah
daun telah menguning dan kuncup bunga mulai muncul. Kandungan acinya
telah padat mulai dari pangkal batang sampai ujung batang merupakan fase
yang tepat untuk panen sagu.
- Tingkat Siri buah, merupakan tingkat kematangan terakhir, di mana kuncup
bunga sagu telah mekar dan bercabang menyerupai tanduk rusa dan
buahnya mulai terbentuk. Fase ini merupakan saat yang paling tepat untuk
memanen sagu jenis ini.
A.3. Aren (Arenga pinnata Merr)
Tumbuhan Aren hidup dan tumbuh liar di dalam kawasan hutan Indonesia
maupun di lahan milik.
Ciri morfologi yang paling terlihat adalah pohon aren ini hampir seperti pohon
kelapa. Batang pohon aren terlihat kotor dan kadang ditumbuhi tumbuhan
paku-pakuan karena batang Aren terbalut ijuk.
Pemanfaatan pohon Aren sebagai salah satu HHBK dilakukan pada buah aren
dan lapisan ijuk yang menyelimuti batang, daun, batang maupun tandan
bunganya.