Anda di halaman 1dari 9

Metode Pemanenan dan Pengolahan HHBK

A. Produk Jenis tumbuhan Monokotil


Ciri fisik dari tumbuhan monokotil (Sub divisi Angiospermae) yang berbeda
dengan tumbuhan dikotil terlihat pada :
Ciri Fisik Monokotil Dikotil
 Bentuk akar Sistem akar serabut Sistem akar tunggang
 Pola tulang daun Melengkung, sejajar Menyirip, menjari
  Keping biji (kotiledon) 1 keping biji 2 keping biji
 Kambium (akar & Tidak ada kambium Ada kambium
batang)
 Pertumbuhan (akar & Tidak bisa tumbuh Bisa tumbuh menjadi besar
Batang) berkembang menjadi besar
 Contoh Arecaceae: Rotan, Sagu, Jenis Pohon berkambium:
Aren, Palem, dll. Mahoni, Meranti, Pulai dll

A. 1. Bambu

 Istilah bambu : adalah kumpulan bagi rumput rumputan (Graminae) berbentuk


pohon kayu dan perdu yang melengkung dengan batang-batang yang biasa
tegak, mengayu dan bercabang yang terdiri dari beberapa buku dan ruas.
 Salah satu Jenis HHBK yang sangat dikenal luas oleh masyarakat serta termasuk
jenis yang banyak dimanfaatkan untuk kehidupan sehari-hari sebagai
tumbuhan multi guna.
 Mudah tumbuh di iklim basah hingga kering dan dari dataran rendah hingga
daerah pegunungan
Metode pemanenan bambu yang perlu diperhatikan :

 Waktu pemanenan yang tepat.


- Pemilihan bambu yang akan ditebang sudah cukup tua (siap panen). Misal
bambu untuk digunakan barang kerajinan sebaiknya diambil > 3 tahun.
- Musim utk panen : akhir musim penghujan / kemarau.
 Cara penebangan.
- Cara tebang pilih : Memilih buluh yang sudah tua saja (25-50% buluh) per
rumpun. Setelah 1-2 tahun penebangan berikutnya kembali dilakukan.
- Sistem tebang habis : Penebangan tanpa dilakukan pemilihan buluh bambu.
Kerugian tebang habis : rebung (tunas bambu muda) tidak dapat tumbuh
lagi atau rebung tumbuh dalam ukuran kecil. Selain itu produk batangan
bambu ikut terhenti.

Pengolahan bambu

Pengolahan bambu yang penting untuk diperhatikan adalah proses pengawetan.

Urgensi pengawetan bambu bergantung pada produk yang akan dihasilkan.


Misalnya :

- untuk bahan pembuatan sumpit atau tusuk sate ->> tidak perlu pengawetan

- untuk bahan bangunan ->> perlu pengawetan.

Cara / Metode Pengawetan Bambu :


1). Pengawetan bambu tanpa bahan kimia : biasa disebut sebagai metode
tradisional yang dilakukan dengan cara perendaman vertical, perendaman
dingin, pengasapan, perebusan, pemanasan pelesteran / menggunakan air
kapur.

2). Pengawetan bambu dengan bahan kimia : pengawetan bambu melalui


metode merendam dengan menggunakan bahan pengawet yang biasa
digunakan seperti asam borak, wolmanit CB, TCB.
- Metode pengawetan dengan bahan kimia juga dapat diaplikasikan pada
mesin Boucherie dimana pada bagian khusus mesin, cairan pengawet
dengan konsentrasi tertentu dialirkan masuk ke dalam bambu. Bahan
pengawet berupa boraks (Na2B4 O7, 10H2O).
- Metode butt treatment , cara yang dilakukan adalah bagian bawah bambu
yang telah dipotong diletakkan pada tangki yang berisi larutan pengawet.
Larutan pengawet akan mengalir ke dalam pembuluh batang. Proses
berlangsung lama dan hanya cocok untuk batang bambu yang pendek dan
berkadar air tinggi.

A.2. Sagu (Metroxylon sp.)


 Sagu pada umumnya tumbuh secara liar dan sebagian dibudidaya.
 Keberadaan dan penyebaran sagu sebagian besar berada di dalam kawasan
hutan dan termasuk dalam HHBK.
 Pemanfaatan sagu dapat diartikan sebagai bahan pokok pangan tradisional
bagi masyarakat lokal setempat. Pada perkembangannya teknologi
pemanenan, pengolahan dan budidaya sagu sudah mulai maju dalam
menghasilkan produk olahan sagu sebagai bahan pokok pangan.

Produksi Sagu

Data penelitian menyebutkan bahwa setiap batang sagu menghasilkan 400-640 kg


sagu basah. Setiap batang sagu menghasilkan aci sagu basah 500 -600 kg. Pada
pohon sagu > 11 th, bisa menghasilkan 144 -265 kg aci sagu (tepung sagu)

Pendugaan Umur Sagu


Metode penentuan umur pohon sagu (UPS) sangat penting diketahui untuk
menentukan pohon sagu yang siap dipanen. Penentuan umur dapat dihitung
dengan estimasi dari rumus berikut :

UPS = Up + (Bd + D) ;
D1
dimana:
Up = Umur pada saat terbentuknya pangkal batang (rata2 berkisar 3-5 tahun)
Bd = Bekas daun yang terdapat pada kulit btang sagu
D = Jumlah daun yang masih duduk pada batang sagu
Dt = Jumlah daun yang terbentuk dalam satu tahun.

Pemanenan sagu
Panen dapat dilakukan mulai umur 6-7 tahun, dengan ciri-ciri :

- Ujung batang mulai membengkak disusul keluarnya selubung bunga dan


pelepah daun berwarna putih terutama pada bagian luarnya.
- Tinggi pohon 10-15 m, diameter 60-70 cm, tebal kulit luar 10 cm, dan tebal
batang yang mengandung sagu 50-60 cm.
- Terjadi perubahan yang terjadi pada daun, duri, pucuk dan batang.

Cara penentuan pohon sagu yang siap panen:

- Tingkat putus duri (wela), yaitu suatu fase di mana sebagian duri pada
pelepah daun telah lenyap. Kematangannya belum sempurna dan
kandungan acinya masih rendah, tetapi dalam keadaaan terpaksa pohon ini
dapat dipanen.
- Tingkat Maputih, ditandai dengan menguningnya pelepah daun, duri yang
terdapat pada pelepah daun hampir seluruhnya lenyap, kecuali pada bagian
pangkal pelepah masih tertinggal sedikit. Daun muda yang terbentuk
ukurannya semakin pendek dan kecil. Pada tingkat ini sagu jenis Metroxylon
sudah siap dipanen, karena kandungan acinya sangat tinggi.
- Tingkat masa jantung (Maputih masa), yaitu fase di mana semua pelepah
daun telah menguning dan kuncup bunga mulai muncul. Kandungan acinya
telah padat mulai dari pangkal batang sampai ujung batang merupakan fase
yang tepat untuk panen sagu.
- Tingkat Siri buah, merupakan tingkat kematangan terakhir, di mana kuncup
bunga sagu telah mekar dan bercabang menyerupai tanduk rusa dan
buahnya mulai terbentuk. Fase ini merupakan saat yang paling tepat untuk
memanen sagu jenis ini.
A.3. Aren (Arenga pinnata Merr)
 Tumbuhan Aren hidup dan tumbuh liar di dalam kawasan hutan Indonesia
maupun di lahan milik.
 Ciri morfologi yang paling terlihat adalah pohon aren ini hampir seperti pohon
kelapa. Batang pohon aren terlihat kotor dan kadang ditumbuhi tumbuhan
paku-pakuan karena batang Aren terbalut ijuk.
 Pemanfaatan pohon Aren sebagai salah satu HHBK dilakukan pada buah aren
dan lapisan ijuk yang menyelimuti batang, daun, batang maupun tandan
bunganya.

Bagian-bagian dari pohon aren yang dapat dipanen :


- Daun Muda, tulang daun dan pelepah daunya ->> digunakan untuk membuat
sapu lidi dan tutup botol
- Batang bagian dalam aren dapat menghasilkan sagu sebagai sumber
karbohidrat.
- Buah ->> bahan makanan yang dikenal sbg kolang kaling.
- Tangkai Bunga, jika dipotong ->> menghasilkan cairan (nira) yang mengandung
zat gula / aren .

Metode Produksi Nira


 Nira adalah cairan yang rasanya manis dan salah satunya dapat diperoleh dari
bagian tandan bunga Aren.
 Proses pengambilannya ->> digiling, diperas, disadap.
 Komponen Nira : air, karbohidrat dalam bentuk sukrosa (komponen utama),
protein, lemak, vitamin, mineral. Komposisi ini memungkikan nira direkayasa
menjadi berbagai ragam bentuk produk baru seperti aneka macam pemanis
alternatif, minuman ringan (tuak, nata), asam cuka, alcohol, dan media
tumbuh mikroorganisme (bakteri dan khamir).
 Proses Penyadapan Nira
- Dapat dilakukan sepanjang tahun, krn aren berbunga sepanjang tahun.
- Penyadapan dapat dilakukan apabila terdapat ciri dari tepung sari bunga
sudah banyak gugur dan ciri keluarnya getah berminyak dari kuntum bunga
yang diiris.
- Kegiatan : Pembersihan tongkol dengan membersihkan ijuk; memukul-
mukul tongkol & mengayun ayunkannya agar memperlancar keluarnya nira
pada pagi – sore dengan selang waktu 2 hari sekali dan berkisar 3 minggu.
- Pada saat kegiatan pemukulan tongkol selesai, indicator yang digunakan
adalah apabila tongkol yang ditoreh mengeluarkan cairan. Jika ditemukan
ciri-ciri seperti ini, maka tongkol kemudian dipotong dengan parang yang
tajam. Nira yang telah keluar selanjutnya ditampung dalam bumbung /
bambu yang ditutup kain untuk menyaring debu, serangga dan kotoran.

Anda mungkin juga menyukai