Berdasarkan sejarah serta sumber bahan baku yang dimiliki oleh Industri kayu gergajian (sawmill) digolongkan: Industri Penggergajian Kayu (IPK) Sebelum Sistem HPH Industri didirikan dekat jalur angkutan kayu dan di sepanjang sunga- sungai besar (luar jawa). Skala industri -> kecil untuk memasok kebutuhan masyarakat baik sebagai produk barang setengah jadi maupun sebagai barang jadi (produk akhir). Industri Penggergajian Kayu (IPK) Setelah Ada Sistem HPH - IPK dalam skala besar yang dibangun sejak dikeluarkannya kebijakan pemerintah tentang larangan ekspor kayu bulat pada tahun 1985. IPK ini terintegrasi dengan Pengusahaan Hutan (HPH) untuk menjamin pasokan kayu sebagai bahan baku yang dibutuhkan dalam proses produksi. - IPK yang dibangun murni tanpa terintegrasi (memiliki) Hak Pengusahaan Hutan (HPH). Kategori IPK berdasarkan Kapasitas Produksi dan Orientasi Pemasaran
N Kategori IPK Kapasitas Pemasaran
o < 6.000 m3 per tahun - Lokal 1 IPK Skala Kecil - Antar Pulau (IPK Non HPH)
2 IPK Skala 6.000 – 12.000 m3 per thn - Antar Pulau
Menengah - Lokal - Ekspor 3 IPK Skala > 12.000 m3 per tahun - Ekspor Besar - Antar Pulau - Lokal
Proses Produksi dalam Industri penggergajian kayu dibagi dalam 2
tahapan yaitu : Tahap I : Aktivitas produksi dari kayu bulat hingga menghasilkan kayu gergajian Tahap II : Tahapan lanjutan dalam pengolahan untuk kemudian dimanfaatkan oleh industri pengolahan kayu lanjutan dan kayu gergajian.
IPK => merupakan industri yang menghasilkan barang setengah jadi
yang kemudian diproses lebih lanjut menjadi produk jadi. Hasil dari pengolahan kayu dari IPK selanjutnya dimanfaatkan oleh industri kayu lanjutan seperti : o Moulding : Kayu Bentukan / olahan sesuai kebutuhan
o Dowel: Stik kayu (gagang, tongkat kayu).
o Flooring : lantai kayu
o Komponen bangunan : Door/Window jamb atau Frame/
kusen kayu pada pintu, jendela.
o Veneer, Plywood (kayu lapis)
o Pulp (bubur kayu) dan kertas
o Meubel / Furniture : perabotan rumah tangga, meja, kursi,
lemari dan lain-lain.
o Chip: Kayu Serpih
o Fiber Board : Papan Serat
o Particle Board : Papan partikel
Bagan Alir Industri Sawmill (IPK) INDUSTRI MEUBEL (FURNITURE) Meubel adalah peralatan rumah tangga dan perkantoran yang sering digeser atau dipindahkan dari satu tempat ke tempat lain. Oleh karena itu kayu untuk bahan baku industri mebel, memerlukan kriteria sifat dasar khusus sehingga mampu memberikan nilai tambah yang maksimal (Direktorat Kredit, BPR dan UMKM 2008).
Meubel adalah istilah yang digunakan untuk perabot rumah
tangga yang berfungsi sebagai tempat penyimpan barang, tempat duduk, tempat tidur, tempat mengerjakan sesuatu dalam bentuk meja atau tempat menaruh barang di permukaannya. Misalnya, mebel sebagai tempat penyimpanan yang biasanya dilengkapi dengan pintu, laci, dan rak, contohnya lemari pakaian, lemari buku, dan sebagainya.
Karakteristik Bahan Baku Industri Meubel Kayu :
Pengolahan dan pemanfaatan kayu yang sesuai dengan sifat dasarnya akan mampu memberikan nilai tambah yang tinggi. Semakin tinggi manfaat -> semakin dalam pengetahuan sifat-sifat dasar kayu yang harus dimiliki. Dalam industri meubel, kualitas atau mutu hasil pengerjaan kayu akan sangat ditentukan oleh struktur anatomi kayu yang dipakai. Bahan baku meubel yang lebih disenangi diantaranya adalah kayu dengan stabilitas dimensi yang baik. Stabilitas dimensi dapat dipengaruhi oleh ratio kayu teras (Heart Wood) dan kayu gubal (Sap Wood).
Sifat kayu gubal sebagai bahan baku industri mebel memiliki
moisture contents lebih tinggi, stabilitas dimensi dan keawetan alaminya umumnya lebih rendah. Bagian kayu gubal umumnya kurang disenangi untuk bahan baku industri meubel. Oleh karena itu, kayu untuk bahan baku meubel lebih disenangi yang memiliki ratio kayu gubal rendah dengan kayu teras yang lebih tinggi (Pandit, 2009). Kriteria bahan baku kayu yang mempunyai RTG (Rasio Teras-Gubal) yang tinggi akan menyebabkan : - Stabilitas dimensinya meningkat - Keawetan alaminya meningkat - Moisture content yang lebih rendah - Corak kayunya menjadi lebih menarik - Warna kayu umumya menjadi semakin gelap - Permeabilitas kayu menurun Perubahan kayu gubal menjadi kayu teras juga menyebabkan adanya perubahan warna, contohnya: - Kayu kempas (Koompassia malaccensis), Mahoni (Swietenia mahagoni) bagian terasnya berwarna kemerahan. - Kayu mangium (Acacia mangium) kayu terasnya berwarna coklat. - Kayu eboni (Diospyros celebica) bagian terasnya berwarna hitam. - Ada juga jenis pohon dimana bagian teras tidak berubah warnanya sehingga sama dengan bagian gubal, seperti pada kayu pulai (Alstonia scholaris) dan kayu ramin (Gonystylus bancanus) warna kayu terasnya tetap berwarna putih Bahan baku mebel juga dipengaruhi oleh ratio kayu juvenile dan kayu dewasa. Karakteristik kayu juvenile umumnya mempunyai kerapatan yang rendah, persentase kadar air yang tinggi dan penyusutan longitudinal yang tinggi sehingga mudah mengalami cacat bentuk. Jadi karena struktur anatomi sangat berbeda dengan kayu dewasa sering kayu juvenile ini dianggap sebagai cacat kayu yang sangat ditakuti, khususnya untuk kayu struktural. Persentase kayu juvenile yang tinggi sebagai bahan baku industri meubel juga akan menimbulkan banyak masalah selama proses pengerjaan (Pandit, 2010). Bahan baku untuk industri mebel tidak menghendaki kayu yang memiliki kekerasan dan berat yang terlalu tinggi. Kriteria bahan baku kayu untuk industri mebel umumnya lebih menyukai bahan baku kayu yang mempunyai kekerasan dan berat yang moderat, artinya lebih menginginkan kayu yang tidak terlalu keras dan berat. Kayu yang terlalu keras dan berat akan menyulitkan dalam proses pengerjaan kayu. Di samping itu untuk bahan baku mebel kayu yang terlalu berat kurang disukai, karena mebel merupakan perabot rumah tangga yang sering digeser‐geser atau dipindahkan posisinya.
Kualitas hasil pengerjaan dari industri meubel
Industri meubel atau furniture merupakan industri sekunder Pasokan bahan baku diperoleh dari hasil industri penggergajian kayu (IPK) dengan menuntut bahan baku kayu yang berkualitas baik. Bahan baku kayu untuk industri mebel memerlukan kriteria tertentu. Kualitas atau mutu hasil pengerjaan kayu pada dasarnya dipengaruhi oleh 3 faktor pokok yaitu: (1). Kualitas kayu gergajian, (2). Teknologi permesinan yang digunakan dan (3). Mutu sumber daya manusia yang tersedia. Kayu dikatakan mempunyai mutu tinggi untuk bahan baku industri pengerjaan apabila bahan baku kayu mampu memberikan nilai tambah yang tinggi. Kayu sebagai bio-material memiliki sifat-sifat dasar yang inherent didalam struktur anatomi sel-sel penyusunnya. Struktur anatomi kayu merupakan sifat dasar kayu yang sangat menentukan pola pengolahan dan pemanfaatan kayu yang rasional.
Sifat Makroskopis kayu
Sifat makroskopis kayu dapat mempengaruhi hasil pengerjaan kayu antara lain :
1. Serat Kayu (Grain of Wood)
Arah serat kayu pada dasarnya adalah arah orientasi sel‐sel yang bentuknya panjang terhadap sumbu panjang batang. Arah serat pada permukaan kayu pada dasarnya dapat digolongkan ke dalam dua pola umum yaitu: arah serat lurus (straight grain) dan arah serat miring (cross grain) (Panshin 1980; Tsoumis 1991; Bowyer et al, 2003). Arah serat permukaan kayu dikatakan lurus apabila sel‐sel yang berukuran panjang yang menyusun kayu tersusun sejajar dengan sumbu panjang batang. Arah serat miring ada beberapa macam yaitu arah serat melilit (spiral grain), arah serat terpadu (interlocked grain), arah serat berombak (wavy grain) dan arah serat diagonal. Arah serat diagonal ini dapat disebabkan karena kesalahan dalam pola penggergajian atau juga sering disebabkan karena bentuk batang yang mempunyai taper besar. Untuk bahan baku industri mebel atau furniture umumnya lebih disenangi bahan baku kayu yang mempunyai serat lurus, karena kayu yang arah seratnya miring umumnya sifat kekuatannya akan tereduksi.
2. Tekstur Kayu (Texture of Wood)
Tekstur kayu adalah kesan pada permukaan kayu yang disebabkan oleh besar kecilnya ukuran diameter sel‐sel penyusun kayu. Tekstur kayu dikatakan kasar apabila diameter sel‐sel penyusun kayu berukuran besar. Sedangkan tekstur kayu dikatakan halus apabila diameter sel‐sel penyusun kayu berukuran kecil. Pada softwood diameter sel yang dimaksud adalah diameter sel trakeida. Diameter sel trakeida softwood umumnya bervariasi antara 30‐45 mikron. Softwood yang disusun oleh sel‐sel trakeida yang mempunyai ukuran diameter lebih kecil dari 30 mikron menyebabkan tekstur sedang dan bila ukuran diameter lebih dari 45 mikron menyebabkan tekstur kasar. Pada hardwood bentuk dan ukuran sel‐sel penyusun kayu yang dapat mempengaruhi tekstur kayu antara lain adalah sel pembuluh (vessel cell) dan sel serabut (fiber cell). Tekstur hardwood dikatakan kasar apabila diameter sel‐sel pembuluhnya mempunyai ukuran lebih besar dari 200 mikron, bila diameter porinya sekitar 100‐200 mikron akan menampilkan tekstur sedang atau moderat dan bila diameter pori kurang dari 100 mikron akan menyebabkan tekstur kayu yang halus. Untuk bahan baku industri meubel umumnya lebih disenangi kayu yang mempunyai tekstur halus sampai sedang dan kurang menyukai kayu dengan tekstur kasar. Tekstur kayu yang halus secara alami sangat berpengaruh dalam proses finishing. 3. Kilap Kayu (Luster of Wood) Kilap kayu adalah suatu sifat kayu yang memungkinkan permukaan kayu dapat memantulkan cahaya sehingga kesan permukaan kayu mengkilap. Beberapa jenis kayu dapat memantulkan cahaya sehingga kesan mengkilap. Sebaliknya banyak jenis kayu kesan permukaannya buram, ini ditentukan oleh beberapa sifat anatomi yang khas. Kilap kayu disini harus dibedakan dengan kesan permukaan kayu akibat proses finishing. Kilap kayu ditentukan oleh karakteristik sel‐sel penyusun kayu. Permukaan bidang radial (quartersawn) dapat menampilkan kilap yang lebih baik jika dibandingkan dengan bidang tangensial (flatsawn), hal ini disebabkan adanya sel jari‐jari kayu yang tersingkap. Kandungan minyak atau lilin dalam kayu teras sangat mempengaruhi kilap permukaan kayu. Kayu yang disusun oleh sel‐sel berdinding tipis dengan lumen sel yang lebar, cenderung akan menampilkan kesan buram. Bahan baku kayu untuk industri mebel yang mempunyai kilap alami yang baik akan sangat mempermudah dalam proses finishing dan contoh kayu yang mempunyai kilap alami yang baik yaitu seperti kayu jati (Tectona grandis) dan kayu eboni (Diospyros celebica).
4. Berat dan Kekerasan Kayu (Weight and Hardness)
Terdapat hubungan langsung antara kekerasan kayu dengan beratnya. Kayu yang keras umumnya juga merupakan kayu yang berat, sebaliknya kayu‐kayu yang tergolong lunak umumnya juga termasuk kayu‐kayu yang ringan. Kekerasan dan berat kayu sangat ditentukan oleh struktur sel‐sel penyusun kayu. Kayu‐kayu yang disusun oleh sel‐sel yang berdinding tebal, lumen yang sempit umumnya akan menyebabkan kayu mempunyai kekerasan dan berat kayu yang tinggi. Sebaliknya bila sel‐sel penyusun kayu berdinding tipis dan lumen sel lebar maka akan menyebabkan kayunya lebih lunak. Meubel adalah alat perabot rumah tangga yang mempunyai fungsi khusus, misalnya meja berfungsi untuk tempat meletakan barang namun ada fungsi tambahan yaitu meja juga dapat sebagai hiasan atau ornamen. Meja sebagai tempat meletakan barang secara fungsional juga harus mampu menahan beban yang dipikulnya. Oleh karena itu kriteria bahan baku untuk industri mebel mempersyaratkan sifat kekuatan kayunya yang dapat disesuaikan untuk menahan beban yang diperkirakan. Bahan baku untuk industri mebel tidak menghendaki kayu yang memiliki kekerasan dan berat yang terlalu tinggi. Kriteria bahan baku kayu untuk industri mebel umumnya lebih menyukai bahan baku kayu yang mempunyai kekerasan dan berat yang moderat, artinya lebih menginginkan kayu yang tidak terlalu keras dan berat (lebih dinamis).
5. Corak Kayu (Figure of Wood)
Mebel sebagai alat perabot rumah tangga yang juga berfungsi sebagai barang pajangan atau hiasan dituntut untuk menampilkan kesan yang unik dan menarik. Sifat dasar kayu yang mampu menampilkan kesan yang menarik mensyaratkan bahan baku yang mempunyai corak kayu yang indah. Corak kayu yang aktraktif dan berkesan indah sangat berhubungan dengan struktur anatomi sel‐sel penyusunya. Struktur anatomi kayu dapat menimbulkan corak permukaan kayu yang indah. Susunan pori yang teratur dimana pori‐pori yang besar tersusun konsentris pada daerah kayu awal dan pori kecil tersusun pada daerah kayu akhir. Pola penyusunan pori seperti ini akan menyebabkan riap pertumbuhan kayu terlihat jelas sehingga terdapat kesan pada permukaan kayu menimbulkan corak yang indah. Corak kayu yang indah akibat pola penyusunan pori tatalingkar ini berbeda menurut bidang orientasinya. Papan flatsawn pada kayu yang porinya tatalingkar akan menyebabkan corak kayu yang atraktif menyerupai corak garis parabola yang saling menutupi. Tetapi papan flatsawn umumnya mempunyai stabilitas dimensi yang lebih rendah bila dibandingkan dengan papan quartersawn.