Anda di halaman 1dari 3

Nama : Andi Hermawan

Prodi : Manajemen
Kelas : 1A
Dosen Pengampu : Salman Al Farisi, M.Pd

Jawaban:
1. A. Al-Insan
Kata al-insan disebut sebanyak 65 kali dalam al-Quran. Hampir semua ayat yang
menyebut manusia dengan kata insan, konteksnya selalu menampilkan manusia
sebagai makhluk istimewa, secara moral maupun spiritual. Keistimewaan itu tidak
dimiliki oleh makhluk lain.

َ ‫س ِه ْم أ َلَسْتُ بِ َربِ ُك ْم َقالُوا بَ َلى‬


‫ش ِه ْدنَا‬ ِ ُ‫علَى أ َ ْنف‬ ْ َ ‫ور ِه ْم ذُ ِريَّت َ ُه ْم َوأ‬
َ ‫ش َه َد ُه ْم‬ ُ ‫َوإِ ْذ أ َ َخذَ َربُّكَ مِ ْن بَنِي آ َد َم مِ ْن‬
ِ ‫ظ ُه‬
“Dan (ingatlah) ketika Tuhanmu mengeluarkan dari sulbi (tulang belulang) anak
cucu Adam keturunan mereka, dan Allah mengambil kesaksian terhadap ruh mereka
(seraya berfirman) : Bukankah Aku ini Tuhanmu?. Kami bersaksi”. (Q.S.al-A’raf :
172)

Insan adalah menjadi bukan sekedar ada. Keberadaannya akan membawa manfaat
bagi orang lain. Menjadi (becoming) adalah proses bergerak, maju, mencari
kesempurnaan, dan merindukan keadilan.

B. Al-Basyar
Kata basyar disebut dalam al-Quran 35 kali dikaitkan dengan manusia dan 25 kali
dihubungkan dengan nabi-rasul. Kata basyar pada keseluruhan ayat tersebut
memberikan referensi kepada manusia sebagai makhluk biologis.

‫لِل َما َهذَا َبش ًَرا ِإنٌ َهذَا ِإ ٌَّل َملَكٌ ك َِريم‬ ٌَ ‫طعنٌَ أَي ِد َي ُهنٌَ َوقُلنٌَ ح‬
ٌَِ ِ ‫َاش‬ َ ‫َفلَ َما َرأَينَ ٌهُ أَك َبرنَ ٌهُ َو َق‬
“Maka tatkala wanita-wanita itu melihatnya, mereka kagum kepadanya (keelokan
rupanya) dan mereka melukai (jari) tangannya dan berkata: Maha sempurna Allah,
ini bukanlah manusia (basyar). Sesungguhnya ini tidak lain hanyalah malaikat yang
mulia”. (Q.S.Yusuf : 31).
Biasa disebut human being, manusia yang (sekedar) ada. Dalam bahasa arab, manusia
yang diistilahkan dengan kata ini berarti manusia biasa, tidak memiliki ‘kesaktian’
apapun. Ia cenderung diam dan menerima apa adanya. Kehadirannya tidak membawa
angin perubahan apapun.

2. Al-Qur‟an sebagai mukjizat terbesar Nabi Muhammad Saw, isinya tidak bertentangan
dengan teknologi modern, bahkan mengungkapkan kebenaran al-Qur‟an. Di antara
ayat-ayat al-Qur‟an yang mengungkapkan tentang masalah teknologi modern
adalah :

a. Angin disebut al-Qur‟an, mengawinkan tumbuh-tumbuhan dan lain-lain


dalam QS. al-Hijr (15):22.
‫و لمتن ا أم ووهماكني قسأ فاء ماءم السنا منلزن أ فحاقو لحيِا الرنلسرأويننازِب‬
Artinya: “Dan Kami telah meniupkan angin untuk mengawinkan (tumbuh-
tumbuhan) dan Kami turunkan hujan dari langit, lalu Kami beri minum kamu
dengan air itu, dan sekali-kali bukanlah kamu yang menyimpannya”.

‫من اْلنبياء نبي إّل أعطي من اْليات ما مثله أومن أو آمن عليه البشر وإنما كان الذي أوتيت وحيا أوحاه ّللا إلي‬
‫فأرجو أني أكثرهم تابعا يوم القيامة‬
"Tidak seorang nabi pun kecuali dia diberi beberapa mukjizat yang tak bisa diserupai
oleh apapun sehingga manusia mengimaninya atau dengan redaksi 'sehingga manusia
dijadikan beriman', namun yang diberikan kepadaku hanyalah berupa wahyu yang
Allah wahyukan kepadaku, maka aku berharap menjadi manusia yang paling banyak
pengikutnya di hari kiamat." (HR Bukhari).
Alquran merupakan mukjizat terbesar, yang menjadi bukti abadi pada zamannya,
setelahnya, hingga hari kebangkitan. Ini merupakan kitab yang tidak ada habisnya,
keajaibannya, dan manfaatnya tidak akan berakhir. Kitab suci yang dipelihara Allah ‫ﷻ‬
dari perubahan dan distorsi.

3. Kedua sumber hukum Islam tersebut merupakan pokok paling sentral atau juga bisa
disebut sebagai jantung hukum dalam ajaran agama Islam. Hal ini sendiri telah
dijelaskan oleh Allah SWT dalam firmanNya yakni surat An Nisa ayat 59, yang
berbunyi berikut:

‫ّللا والرسول‬
ٰ ‫ّللا واطيعوا الرسول واولى اّلمر منكم فان تنازعتم في شيء فردُّوه الى‬
ٰ ‫يايُّها الذين امنوا اطيعوا‬
‫اّلل واليوم اّلخر ذلك خير واحسن تأويل‬
ٰ ‫ان كنتم تؤمنون ب‬
“Hai orang-orang yang beriman, taatilah Allah dan taatilah RasulNya, dan ulil amri di
antara kamu. Kemudian jika kamu berlainan pendapat tentang sesuatu, maka
kembalikanlah ia kepada Allah (Al Quran) dan Rasul (Sunnahnya), jika kamu bener-
benar beriman kepada Allah dan hari kemudian. Yang demikian itu lebih utama
(bagimu) dan lebih baik akibatnya.” (QS. An Nisa: 59)

4.
‫ّللا والرسول‬
ٰ ‫ّللا واطيعوا الرسول واولى اّلمر منكم فان تنازعتم في شيء فردُّوه الى‬
ٰ ‫يايُّها الذين امنوا اطيعوا‬
‫اّلل واليوم اّلخر ذلك خير واحسن تأويل‬
ٰ ‫ان كنتم تؤمنون ب‬
“Hai orang-orang yang beriman, taatilah Allah dan taatilah RasulNya, dan ulil amri di
antara kamu. Kemudian jika kamu berlainan pendapat tentang sesuatu, maka
kembalikanlah ia kepada Allah (Al Quran) dan Rasul (Sunnahnya), jika kamu bener-
benar beriman kepada Allah dan hari kemudian. Yang demikian itu lebih utama
(bagimu) dan lebih baik akibatnya.” (QS. An Nisa: 59)

Ayat di atas menjadi dasar hukum qiyas, sebab maksud dari ungkapan “kembali
kepada Allah dan Rasul” (dalam masalah khilafiah), tiada lain adalah perintah supaya
menyelidiki tanda-tanda kecenderungan apa sesungguhnya yang dikehendaki Allah
dan Rasul-Nya. Hal ini dapat diperoleh melalui pencarian „illat hukum yang
merupakan tahapan dalam melakukan qiyas.
5. Rasulullah menyatakan binatang liar yang bertaring tak boleh dikonsumsi, karena
haram. Dalam sebuah hadis, Rasulullah SAW secara tegas menyatakan keharaman
jenis binatang ini dalam sebuah hadis sahih.
Adalah orang-orang Jahiliyah yang suka memakan sisa hewan piaraan yang sudah
dimangsa hewan buas. Maka itu, Allah SWT segera melarang umat Islam untuk
melakukan hal serupa. Selain itu, diharamkan pula semua jenis unggas yang memiliki
cakar sesuai sabda Rasulullah Di antaranya termasuk unggas yang memakan
makanan kotor dan menjijikkan seperti bangkai dan isi perut binatang.
berdasarkan penelitian medis, hewan-hewan ini memiliki penyakit yang sifatnya
zoonosis (yang dapat menular kepada manusia), yakni rabies. Menilik alasan tersebut,
Islam pun melarang umat untuk mengonsumsi hewan buas dan bertaring tadi. Dan
sebagai tindak lanjutnya, papar Saleh al-Fauzan, Allah telah menghalalkan segala
yang baik sebagai sarana menolong hamba-hamba-Nya dalam menaati-Nya.

Anda mungkin juga menyukai