BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM
1. Insan menurut Islam adalah makhluk yang diciptakan dari tanah, memiliki bentuk yang
indah dan sempurna serta dilengkapi dengan nafsu (keinginan) dan akal. Dengan berbagai
potensi yang dimilikinya, mengantarkan manusia sebagai makhluk Allah yang senantiasa terus
bergerak maju sehingga mampu menyandang predikat khalifah Allah di muka bumi.
2. Manusia adalah makhluk yang istimewa karena diberi akal dan juga nafsu. Jika seorang
insan dapat mengendalikan dan mengontrol hawa nafsunya dengan akal yang dimilikinya
maka akan menuntunnya pada kemajuan bahkan derajadnya akan lebih tinggi dari
malaikat karena biarpun malaikat makhluk yang taat, malaikat tidak memiliki ujian
berupa nafsu itu sendiri.
3. Karena akal dan kemampuan manusia ada keterbatasan sehingga untuk suatu kebenaran
yang haqiqi dibutuhkan petunjuk dari Allah Yang Maha Esa yang disebut dengan wahyu
agama. Misalnya dalam diri manusia terdapat nafsu yang cenderung pada kejahatan maka
dengan pengetahuan agama manusia dapat mengendalikannya.
Mengapa harus Islam? Karena Islam adalah agama yang disempurnakan, benar, dan
lengkap. Dalam Islam kita berserah diri kepada Allah yang merupakan jembatan untuk
menuju keselamatan hidup di dunia juga akhirat.
ٰۤ ْ
ًض َخلِ ْيفَة َ اْل
ِ ْاع ٌل فِى ا ر ِّ َ َ َذ قpْ َِوا
ِ ال َرب َُّك لِل َمل ِٕىك ِة ِان ْي َج
ٰۤ
ض
ِ ْرَ اْل ا ف
َ ِٕ َوهُ َو الَّ ِذيْ َج َعلَ ُك ْم َخ
ى ل
[Dan dia lah yang menjadikan kamu penguasa-penguasa di bumi...] (Al- An ‘am : 165)
c. Berdakwah.
ِ َو ْلتَ ُك ْن ِّم ْن ُك ْم اُ َّمةٌ يَّ ْد ُع ْو َن اِلَى ْال َخي ِْر َويَْأ ُمر ُْو َن ِب ْال َم ْعر ُْو
ف َويَ ْنهَ ْو َن َع ِن
ٰۤ ُ
ك هُ ُم ْال ُم ْفلِح ُْو َن
pَ ول ِٕى ْال ُم ْن َك ِر ۗ َوا
[Dan hendaklah di antara kamu ada segolongan orang yang menyeru kepada kebajikan,
menyuruh (berbuat) yang makruf, dan mencegah dari yang mungkar. Dan mereka itulah
orang-orang yang beruntung.] (Ali Imran : 104)
5. a. Manusia mulai mengenal Tuhan jauh sebelum manusia terlahir di dunia. Yaitu ketika
masih berupa benih di dalam kandungan. Di zaman ‘Azaly di alam zurriah. Sebagaimana
firman Allah pada (Q.S. Al-A’raf : 172 ):
َواِ ْذ اَ َخ َذ َرب َُّك ِم ۢ ْن بَنِ ْٓي ٰا َد َم ِم ْن ظُه ُْو ِر ِه ْم ُذرِّ يَّتَهُ ْم َواَ ْشهَ َدهُ ْم َع ٰلٓى اَ ْنفُ ِس ِه ۚ ْم
ْت بِ َربِّ ُك ۗ ْم قَالُ ْوا بَ ٰل ۛى َش ِه ْدنَا ۛاَ ْن تَقُ ْولُ ْوا يَ ْو َم ْالقِ ٰي َم ِة اِنَّا ُكنَّا َع ْن ٰه َذا ٰغفِلِي ۙ َْن
ُ اَلَس
[Dan (ingatlah) ketika Tuhanmu mengeluarkan dari sulbi (tulang belakang) anak cucu
Adam keturunan mereka dan Allah mengambil kesaksian terhadap roh mereka (seraya
berfirman), “Bukankah Aku ini Tuhanmu?” Mereka menjawab, “Betul (Engkau Tuhan
kami), kami bersaksi.” (Kami lakukan yang demikian itu) agar di hari Kiamat kamu tidak
mengatakan, “Sesungguhnya ketika itu kami lengah terhadap ini.]
b. -Al-Wahdatu fidz-Dzat (Ke-Esaan dalam Dzat-Nya): Dzat Tuhan adalah satu dan
tidak terdiri dari tubuh dan anggota.
-AL Wahdatu fish-Shifat (Ke-Esaan dalam Shifat-Nya): Tidak ada sesuatu yang
menyamai Tuhan dalam sifat–sifat-Nya.
-AL Wahdatu fil Wujud wal Af’al (Ke-Esaan dalam Wujud dan Perbuatan-Nya):
Tuhan menyendiri dalam kemutlakan Wujud dan dalam berbuat.
ALHAMDULILLAHI RABBIL’ALAMIN