Anda di halaman 1dari 3

No 1

Pada dasar nya iman menjadi salah satu hal yang sangat berpengaruh dengan keseharian umat
manusia, karna pada hakikatnya saat seorang umat percaya atau meyakini Allah maka iya akan
menjauhi perbutan yang dilarang. sebagaimana arti Iman yang ditulis oleh Maulana Muhammad
Ali, iman artinya dalam Islam diterjemahkan sebagai percaya. Akar katanya berasal dari kata
amana yang mengandung arti ia percaya.
Pengertian Iman juga disebutkan dalam hadits dari Umar bin Khatthab radhiyallahu'anhu, ia
berkata pada suatu hari Rasulullah SAW didatangi oleh Malaikat Jibril, Jibril bertanya pada
Rasulullah,

‫ َو تُْؤ ِمنَ بِ ْالقَ ْد ِر خَ ي ِْر ِه َو َشرِّ ِه‬,‫اآلخ ِر‬


ِ ‫ َو ْاليَوْ ِم‬,‫ َو ُر ُسلِ ِه‬,‫ َو ُكتُبِ ِه‬D,‫ َو َمالَِئ َكتِ ِه‬,ِ‫ َأ ْن بِاهلل‬: ‫ قَا َل‬,‫ان‬
ِ ‫فََأ ْخبِرْ نِ ْي َع ِن اِإل ْي َم‬

Artinya: "Beritahukanlah kepadaku apa itu iman." Rasulullah menjawab, "Iman itu artinya
engkau beriman kepada Allah, para malaikat-malaikat Nya, kitab-kitab-Nya, Rasul-rasul-Nya,
hari akhir, dan kamu beriman kepada takdir yang baik maupun yang buruk." (HR. Muslim).

Disaat manuasia tidak beriman atau dalam kata lain lemah keimanan maka akan menimbulkan
perbuatan perbuatan yang tidak seharusnya seperti tindak kekerasan, perzinahan dan hal buruk
lainnya. Seperti dalam hadist berikut :

َ ُ ‫ب ع اَل َسى َ ٍّب ق ا َ ه ىن شى ْ ىن اب َ ع ُ ُس ون ُ ىِن ي َ َْب اَل َأخ َ ٍّب ق ْ ه َ و ُ ْن ا اب َ دث َن َّ َ ٍّح ح ى ال َ ُ ص ْن ب‬


- ‫ْْ َحد ا َأ َ دث َن َّ َ ح َ ْن ب َ ة َ لَم َ َ س ة َ ر ْ ي َ ر ُ و ه ُ اَل َأب َ ق ُوالَنى ق َ ىب ي َّ ي َ ُس ْالم َ ْن اب َ ىن و َّ ْْ َح الر دى ْ ب َ َّ ع‬
َ ‫ و ٌ ن ى م ْ ؤ ُ م َ ْو ه‬، َ ‫ ق ر ْ َم َ ُب ا ْْل َ ْشر ي ا َل‬- ‫ ى َني ح ى اَل » َ َ صلى هلال عليه وسلم‬- ‫ َّىب ن الن َّ إ‬- ‫رضى هلال عنه‬
‫ و ٌ ن ى م ْ ؤ ُ م َ ْو ه َ ا و َُ ُب َ َ ْشر ي ٌ ن ى م ْ ؤ ُ م َ ْو ه َ ُق و ىر ْ َس َني ي ُق‬، َ ‫ىِن و ْ ز َ َني ي زاىِن حى ىِن ا َّل ْ ز َ ي ا َل‬
‫ ىِن ي َ َْب َأخ َ ٍّب و ا َ ه شى ُ ْن اَل اب َ ق ُ ثُه َ دى َن ُُي ْ ٍّكر َكا َ ب َ ن ََأب َأ َّ َشا ٍّم ى ىن ه ْ ىث ب‬. « ‫ال‬
َ ‫حى َّساىر ُق ال ىر ْ َس‬
‫ثةَرْيَر‬ َّ ُُ َ ‫اىر َ ىن ا ْْل ْ ىن ب َّ ْْ َح الر دى ْ ب َ ىن ع ْ ْكىر ب َ َأىِب ب ُ ْن ى ىك ب ل َ ْالم ُ د ْ ب َ ع َأىِب ْ َن ع ُ ُول َك ق َ ي‬
‫ ي َ َت َشر ً َذا ة َ ب ُُ ْن ُ ىهب َ ت ْ ن َ ي‬، ‫ُ ن ه َّ ُ ه َ ع َ م ُ ىحق ْل ُ ْ ٍّكر ي َ و ب ُ َن َأب ا » ى ه ْ لَي ى إ ُ َّاس الن ُ َع ف ْ ر َ ٍّف‬
‫ا َل َ و ٌ ن ى م ْ ؤ ُ م َ ْو ه َ ا و َ ه ُ ىهب َ ت ْ ن َ َني ي ا حى َ يه ى ف ْ م ُ ه َ ار َ ْص أ‬

“Al-Bukhari berkata; menceritakan kepada kami Ahmad bin Salih, menceritakan kepada kami
Ibn Wahb, ia berkata meceritakan kepadaku Yunus dari Ibn Syihab, ia berkata, saya mendengar
Aba Salamah bin ‘Abd ar-Rahman dan Ibn al-Musayyab, keduanya mengatakan, Abu Hurairah
ra. mengatakan : Sesungguhnya Nabi saw. bersabda : “Tidaklah seorang pezina berzina ketika
berzina dia dalam keadaan beriman.Tidaklah peminum khamar minum khamar ketika
meminumnya dia dalam keadaan beriman.Tidaklah seorang pencuri mencuri ketika mencuri dia
dalam keadaan beriman. Ibn Syihab berkata : Abdul Malik bin Abi Bakr bin ‘Abd ar-Rahman bin
al-Haris bin Hisyam mengabarkan kepadaku, sesungguhnya Abu Bakr biasa menceritakannya
dari Abu Hurairah kemudian berkata : “Biasanya Abu Bakr mengikutkan kepada hal-hal itu, dan
tidaklah seorang merampas satu rampasan terhormat yang orang-orang mengangkat pandangan
mereka kepadanya ketika merampasnya dia dalam keadaan beriman.”
No 2

1. Term basyar dalam Al-Quran Term basyar sering dimaknai dimensi jasmaniah manusia,
antara lain dikemukakan oleh Ali Shari`ati dan beberapa buku yang mengupas tentang
manusia perspektif Al-Quran. Makna ini tidak sama sekali salah, tapi tidak mampu
mengungkap makna yang dimaksud. Term basyar diungkapkan 37 kali dalam Al-Quran.
Term ini ditujukan kepada manusia dengan ciri sifat-sifat biologis, seperti berjalan,
makan-minum, berbicara, hubungan suami-istri, dan lain-lain. Term al-basyar antara lain
dapat dipahami dari ayat-ayat berikut:
a. Al-basyar (manusia) yang pertama diciptakan dari tanah dan air, kemudian
keturunannya dari air mani terdapat pada (QS. Al-Hijr [15] : 28), (QS. Al-Furqon [25]
: 54), dan (QS. Ar-Rum [30] : 20)
b. Kata basyar digunakan Maryam (ibunda Nabi Isa a.s.) ketika diberitahu Malaikat
bahwa dirinya akan mengandung dan melahirkan anak, padahal ia tidak disentuh oleh
seorang basyar, terdapat pada (QS. Ali Imran [3] : 47), dan (QS. Maryam [19] : 20).
c. Iblis enggan sujud kepada Adam (sebagai khalifah Allah di bumi), karena ia melihat
Adam bukan dari dimensi insaniyah-nya sebagai Wakil Tuhan di muka bumi
melainkan dari dimensi basyariyah (jasad-jasmaniah)-nya. Watak iblis diteladani oleh
manusia yang cenderung melihat Nabi dan Rasul dari dimensi basyariyah, padahal
mereka diberi Wahyu Ilahi, yang terdapat pada (QS. Al-Hijr [15] : 28-33), ". (QS. Al-
Kahfi [18] : 110)

2. Term insan dalam Al-Quran Term insan disebut di dalam Al-Quran sekitar 65 kali. Term
ini dikaitkan dengan penciptaan awal manusia yang sangat baik, tapi kemudian (karena
kafir, musyrik, dan dzalim) dijatuhkan ke tempat yang serendah-rendahnya. Term al-
insan lebih sering diungkap Al-Quran sebagai peringatan akan kedzaliman, kebodohan,
kekafiran, dan segala watak buruk lainnya dari manusia, sebagaimana diungkap dalam
ayat-ayat Al-Quran berikut:
a. Al-insan yang menerima memikul amanah (padahal langit, bumi, dan gununggunung
enggan memikulnya) sama sekali tidak dipuji oleh Allah malah divonis dzalim dan
bodoh, sebagaimana dalam Alquran surat (Al-Ahzab [33] ayat 72)

3. Term nas dalam Al-Quran Term nas diungkap di dalam Al-quran sebanyak 179 kali.
Term an-nas memang menunjuk kepada manusia sebagai makhluk sosial yang
dipengaruhi oleh lingkungan sosialnya. Tapi term ini lebih mengingatkan manusia untuk
berhati-hati dari pengaruh agama atau ajaran nenek-moyang dan dari pengaruh
lingkungan sosial, karena mayoritas an-nas tidak mengetahui agama yang lurus. Ayat-
ayat AlQuran yang mengungkap term ini antara lain:
a. Di masa lalu (ketika masih bersama Rasul), an-nas (manusia) merupakan satu
kesatuan umat, tapi kemudian berselisih (setelah Rasul yang bersama mereka wafat)
justru setelah datangnya pengetahuan kepada mereka (Kitab) karena sikap iri-dengki
yang ada pada mereka, sebagaimana diungkap dalam ayat-ayat berikut: o An-nas
(manusia) itu adalah umat yang satu. (Setelah timbul perselisihan), maka Allah
mengutus para nabi sebagai pemberi kabar gembira dan pemberi peringatan, dan
Allah menurunkan bersama mereka Kitab dengan benar, untuk memberi keputusan di
antara manusia tentang perkara yang mereka perselisihkan. Tidaklah berselisih
tentang Kitab itu melainkan orang yang telah didatangkan kepada mereka Kitab, yaitu
setelah datang kepada mereka keterangan-keterangan yang nyata, karena dengki
antara mereka sendiri. Maka Allah memberi petunjuk orang-orang yang beriman
kepada kebenaran tentang hal yang mereka perselisihkan itu dengan kehendak-Nya.
Dan Allah selalu memberi petunjuk orang yang dikehendaki-Nya kepada jalan yang
lurus. (QS. Al-Baqoroh [2] : 213).
No 3

Menurut sebagian besar cendekiawan menyimpulkan bahwa madani diambil dari kata Madinah
yang artinya kota yang aman, sedangkan pengertian untuk masyarakat madani itu sendiri adalah
model masyarakat kota yang dibangun oleh Nabi Muhammad SAW selepas hijrah ke Madinah.
Nabi Muhammad SAW menanamkan semangat persaudaraan (al-ikha), persamaan (al-
musawah), toleransi (al-tasamuh), musyawarah (al-tasyawur), tolong menolong (al-ta’awun), dan
keadilan (al-adalah), keenam semangat tersebutlah yang kemudian dewasa ini dicirikan sebagai
corak masyarakat madani, yang semua hal tersebut telah diperjuangan dalam kehidupan
masyarakat arab di sekitarnnya, baik saat beliau belum diangkat menjadi rasul maupun setelah
diangkat menjadi rasul. konsep tersebutlah yang diakui dunia sebagai model masyarakat yang
paling maju pada saat itu. Pola masyarakat madani oleh orang barat kini disepadankan dengan
civil society yang dipandang modern oleh mereka. Sedangkan istilah civil society adalah
terjemahan dari istilah Latin, civilis societas, yang mula-mula dipakai oleh Cicero (106-43 SM.)
seorang orator dan pujangga Roma, pengertiannya mengacu kepada gejala budaya perorangan
dan masyarakat.

Anda mungkin juga menyukai