Meski kematian dan alam akhirat merupakan perkara yang pasti, kita ingin mendapat
bocoran seperti apa gambaran perjalanan manusia yang beriman dan kufur kepada
Allah di akhirat?
Dalam riwayat itu diceritakan bahwa pada suatu hari, Baginda Nabi saw bersama para
sahabat mengantar satu jenazah sahabat Anshar. Setibanya di pemakaman, karena
proses penggalian liang lahat belum selesai, Rasulullah saw. akhirnya duduk di atas satu
gundukan tanah sambil menghadap kiblat. Sementara para sahabat duduk di
sekitarnya. Mereka tak berani bicara sepatah kata pun karena takut akan ada hal
penting yang disampaikan Nabi saw kepada mereka. Kemudian, Nabi saw mengorek-
ngorek satu gundukan tanah. Lantas beliau menengadah ke langit dan kembali
menunduk. Begitu beliau melakukannya hingga tiga kali. Tak lama berselang, beliau
bersabda di hadapan para sahabat, “Kalian harus memohon perlindungan dari siksa
kubur”. Kemudian beliau berdoa:
adirin sidang Jumah yang dirahmati Allah Nah doa itu pula yang menjadi pembuka
hadis panjang yang menggambarkan bagaimana keadaan seorang hamba mukmin
sejak awal kematian hingga dimasukkan ke liang lahat, ditinggalkan oleh keluarga yang
mengantarnya, serta menghadapi fitnah dan nikmat kubur.
Lantas apa saja yang terjadi kepada hamba mukmin ketika menghadapi sakaratul maut,
kematian? Serta apa saja yang menimpanya setelah kematian?
Diungkap dalam hadis di atas bahwa keadaan manusia yang dijemput kematian ada
dua keadaan: keadaan orang mukmin dan orang kafir. Mengapa dibedakan, sebab di
antara keduanya terpaut keadaan yang jauh berbeda.
Diceritakan, hamba yang beriman, ketika akan meninggalkan alam dunia, ditemui
rombongan malaikat langit. Lagi pula, malaikat yang menemuinya juga tampak dalam
rupa yang terbaik dan berpakaian yang terbaik. Wajah mereka juga tampan dan
menyenangkan. Ceria, bercahaya, dan berseri-seri.
Di tangan mereka tampak kain kafan dan minyak wangi dari surga yang akan
dipergunakan untuk membungkus dan membalur ruh si hamba mukmin tadi.
Karenanya, tak heran jika ada seorang hamba yang jasadnya semerbak wangi setelah
meninggalnya. Itu menunjukkan bahwa hamba tersebut termasuk hamba mukmin yang
ruhnya dimasukkan kain kafan yang sudah dibalur minyak wangi para malaikat tadi.
Kejadian wanginya jasad seorang hamba mukmin juga dialami langsung oleh Baginda
Nabi saw ketika menjalani perjalanan Isra Mi’raj. Olehnya tercium satu aroma yang
sangat wangi. Karena penasaran, beliau bertanya kepada malaikat Jibril. Dijawab oleh
malaikat Jibril, itu adalah aroma wangi yang keluar dari kuburan Siti Masyithah, seorang
perempuan yang merawat anak-anak Firaun. Dan demi mempertahankan akidah dan
keimanannya kepada Allah, Masyithah rela dihukum oleh Firaun dengan cara
dimasukkan ke dalam minyak panas bersama anak-anaknya hingga ajal menjemputnya.
Sidang Jumah yang berbahagia Tak lama setelah para malaikat langit turun ke hadapan
hamba mukmin yang hendak dicabut nyawa, malaikat maut pun menyusul dan duduk
di dekat kepalanya. Ia berkata kepada si hamba:
يا َأَّيُتَها الَّنْفُس اْلُم ْطَم ِئَّنُة ِاْر ِج ِع ي ِإلى َر ِّبِك راِض َيًة َم ْر ِض َّيًة
Artinya, “Wahai jiwa yang tenang, kembalilah kepada Tuhanmu dengan rida dan diridai,”
(Q.S. al-Fajr [89]: 27-28).
Begitu disampaikan seperti itu, ruh si hamba pun tak bisa menolak. Ia perlahan keluar
dari jasad. Mengalir bagaikan air dari ceret. Kondisinya jernih dan bersih. Setelah itu,
semua malaikat langit dan malaikat bumi pun mengiring kepergiannya. Pintu-pintu
langit pun segera dibuka. Semua pintu berharap agar Allah menjadikan dirinya sebagai
jalan lewat ruh si hamba
Ketika ruh si hamba berhasil dikeluarkan malaikat maut, para malaikat yang hadir
menyaksikan kematian tak membiarkan sekejap pun ruh tersebut. Mereka segera
mengambil si ruh lalu menyimpannya di atas kain kafan yang sudah dilumuri minyak
minyak wangi dari surga.
ِإَذ ا َج اَء َأَحَد ُك ُم اْلَم ْو ُت َتَو َّفْتُه ُرُس ُلَنا َو ُهْم اَل ُيَفِّر ُطوَن
Artinya, ”Apabila kematian datang kepada salah seorang di antara kamu, malaikat-
malaikat Kami mencabut nyawanya, dan mereka tidak melalaikan tugasnya,” (Q.S. al-
An‘am [6]: 61).
Setelah ruh berpisah dari jasad, terciumlah aroma wangi hampir memenuhi seantero
dunia. Namun hanya hamba yang dikehendaki yang dapat menciumnya. Rasulullah
sendiri telah menggambarkan melalui salah satu sabdanya, “Aroma wangi yang keluar
dari ruh hamba mukmin bagaikan aroma minyak kesturi yang paling wangi yang pernah
ada di mika bumi”.
Setelah berhasil menggenggam ruh si hamba, para malaikat lantas bertolak ke langit
paling atas. Di perjalanan, setiap kali bertemu dengan kumpulan malaikat, mereka
ditanya tentang ruh yang tercium wangi yang mereka bawa tadi. Salah satu dari mereka
menjawab, “Ini adalah ruh fulan bin fulan. Tak lupa mereka memanggil nama hamba
tersebut dengan panggilan yang terbaik yang pernah terdengar di muka bumi.
Setiba di langit dunia, para malaikat pembawa ruh memohon izin kepada para malaikat
penjaga langit dunia. Setelah diizinkan, mereka diiring oleh para malaikat langit dunia
hingga ke langit berikutnya. Demikian seterusnya hingga sampai di langit ke tujuh.
Setiba di langit ketujuh, Rabbul Izzati berfirman, “Tuliskan nama hamba-Ku ini pada
illiyyin”, sebagaimana yang diungkap dalam Al-Quran:
َيْش َهُد ُه اْلُم َقَّر ُبوَن، ِكَتاٌب َم ْر ُقوٌم، َو َم ا َأْد َر اَك َم ا ِع ِّلُّيوَن
Artinya, “Tahukah engkau apakah ‘Illiyyīn itu? (Itulah) kitab yang berisi catatan (amal)
yang disaksikan oleh (malaikat-malaikat) yang didekatkan (kepada Allah).,” (Q.S. al-
Muthaffifîn [83]: 19-21).
Sidang Jumah yang dirahmati Allah Setelah dituliskan nama sang hamba dalam illiyyin,
kemudian disampaikan kepada para malaikat, “Kembalikan lagi ruh hamba itu ke bumi.
Sebab, Kami berjanji kepada manusia akan menciptakan, mengembalikan, dan
membangkitkan mereka di bumi”.
Ruh pun dikembalikan ke bumi dan dimasukkan lagi ke dalam jasad. Sehingga ia bisa
mendengar suara sandal saudara-saudara, kerabat, serta kolega yang mengantarkan
dirinya yang bergegas pulang menuju rumah masing-masing.
Tak lama berselang, sang hamba didatangi dua malaikat yakni Munkar-Nakir yang
suaranya keras, lantang, dan mengagetkan. Si hamba didudukkan lantas ditanya empat
hal. Pertanyaan pertama tentang Tuhan yang disembahnya sewaktu di dunia.
Pertanyaan kedua tentang agama yang dianutnya. Pertanyaan ketiga tentang nabi yang
diikutinya. Pertanyaan keempat tentang qiblat yang jadi arah shalatnya. Dan
pertanyaan kelima tentang pemimpin atau kitab yang diikutinya.
Semua pertanyaan menunjukkan fitnah kubur sekaligus fitnah terakhir yang dilalui
seorang hamba mukmin. Pada saat itu, tiada artinya kecerdasan, tipu daya, dan
kebohongan mulutnya. Seandainya, ada seorang kafir yang sejak di dunia menghapal
jawaban dari pertanyaan-pertanyaan tadi, maka tetap tidak ada gunanya. Sebab, yang
akan menjawab adalah amal baiknya dan pertolongan Allah
Setelah itu, terdengar ada suara panggilan dari langit, “Hamba-Ku benar! Maka
dihamparkanlah satu taman dari surga untuknya. Beri pakaian dari surga. Buka
satu pintu surga.” Maka datanglah kepadanya aroma wangio dari surga. Dan
.dilapangkanlah kuburannya sejauh mata memandang
Hilang suara tadi, datang kepadanya satu sosok yang menyerupai laki-laki. Laki-
laki itu sangat tampan dan menyenangkan. Pakaiannya sangat bagus dan
menyampaikan kabar gembira kepada si hamba
Ketika ditanyakan siapa laki-laki itu sebenarnya, maka diketahui bahwa ia adalah
jelmaan dari amal saleh yang diperbuatnya semasa di dunia. Sementara
keluarga dan anak-anaknya tak satu pun yang menemani. Yang tetap
.bersamanya adalah amal kebaikan dan kesalehannya
Sidang Jumah yang dimulyakan Allah Itulah gambaran yang terjadi pada seorang
hamba mukmin mulai sakaratul maut, sampai dibangkitkan dari alam kubur,
.sebagaimana yang dijelaskan oleh Nabi saw
ال َّل ُه َّم َص ِّل َع َلى َن ِب ِّي َنا ُم َح َّم ٍد َو َع َلى آ ِل ِه َو َم ْن َت ِب َع ُه ْم ِب ِإ ْح َسا ٍن ِإ َلى َي ْو ِم ال ِّد ْي ِن
، ُأ ْو ِص ْي ُك ْم َو َن ْف ِس ْي ِب َت ْق َوى الل ِه َع َّز َو َج َّل َح ْي ُث َقا َل َت َبا َر َك َو َت َعا َلى،ِع َبا َد الل ِه
:َأ ُع ْو ُذ ِبالل ِه ِم َن ال َّش ْي َطا ِن ال َّر ِج ْي ِم
َيا َأ ُّي َها ال َّنا ُس ا َّت ُقوا َر َّب ُك ُم ا َّل ِذي َخ َل َق ُك ْم ِم ْن َن ْف ٍس َوا ِح َد ٍة َو َخ َل َق ِم ْن َها َز ْو َج َها
َو َب َّث ِم ْن ُه َما ِر َجا ًلا َك ِثي ًرا َو ِن َسا ًء َوا َّت ُقوا ال َّل َه ا َّل ِذي َت َسا َء ُلو َن ِب ِه َوا ْل َأ ْر َحا َم ِإ َّن ال َّل َه
َكا َن َع َل ْي ُك ْم َر ِقي ًبا
َيا َأ ُّي َها ا َّل ِذ ْي َن آ َم ُنوا ا َّت ُقوا الل َه َح َّق ُت َقا ِت ِه َول َا َت ُم ْو ُت َّن ِإل َّا َو َأ ْن ُت ْم ُّم ْس ِل ُم ْو َن
الل ُه َّم ا ْغ ِف ْر ِل ْل ُم ْس ِل ِم ْي َن َوالم ْس ِل َما ِت َوالم ْؤ ِم ِن ْي َن َوالم ْؤ ِم َنا ِت ال َأ ْح َيا ِء ِم ْن ُه ْم
َوال َأ ْم َوا ِت ِإ َّن َك َس ِم ْي ٌع َق ِرْي ٌب ُم ِج ْي ُب ال َّد ْع َو ِة
ال َّل ُه َّم َأ ِّل ْف َب ْي َن ُق ُلو ِب َناَ ،و َأ ْص ِل ْح َذا َت َب ْي ِن َناَ ،وا ْه ِد َنا ُس ُب َل ال َّس َلا ِمَ ،و َن ِّج َنا ِم َن
ال ُّظ ُل َما ِت ِإ َلى ال ُّنو ِرَ ،و َج ِّن ْب َنا ا ْل َف َوا ِح َش َما َظ َه َر ِم ْن َها َو َما َب َط َنَ ،و َبا ِر ْك َل َنا ِفي
َأ ْس َما ِع َناَ ،و َأ ْب َصا ِر َناَ ،و ُق ُلو ِب َناَ ،و َأ ْز َوا ِج َناَ ،و ُذ ِّر َّيا ِت َناَ ،و ُت ْب َع َل ْي َنا ِإ َّن َك َأ ْن َت ال َّت َّوا ُب
ال َّر ِحي ُمَ ،وا ْج َع ْل َنا َشا ِك ِري َن ِل ِن َع ِم َك ُم ْث ِن ْي َن ِب َها َع َل ْي َكَ ،قا ِب ِلي َن َل َهاَ ،و َأ ِت ِم ْم َها َع َل ْي َنا
َر َّب َنا َه ْب َل َنا ِم ْن َأ ْز َوا ِج َنا َو ُذ ِّر َّيا ِت َنا ُق َّر َة َأ ْع ُي ٍن َوا ْج َع ْل َنا ِل ْل ُم َّت ِقي َن ِإ َما ًما
ال َّل ُه َّم إ َّنا َن ْس َأ ُل َك ال ُه َدى ،وال ُّت َقى ،وال َع َفا َف ،وال ِغ َنى
َر َّب َنا آ ِت َنا ِفي ال ُّد ْن َيا َح َس َن ًة َو ِفي ا ْل آ ِخ َر ِة َح َس َن ًة َو ِق َنا َع َذا َب ال َّنا ِر
َو َص َّلى الل ُه َع َلى َن ِب ِّي َنا ُم َح َّم ٍد َو َع َلى آ ِل ِه َو َص ْح ِب ِه و َ َم ْن َت ِب َع ُه ْم ِب ِإ ْح َسا ٍن ِإ َلى َي ْو ِم
ال ّد ْين