Anda di halaman 1dari 6

Perjalanan Ruh Seorang Mu’min Menuju Alam Kubur

‫ِإّن اَحْلْم َد ِ ِهلل ْحَنَم ُد ُه َو َنْس َتِعْيُنُه َو َنْس َتْغِف ُر ُه َو َنُع ْو ُذ ِباِهلل ِم ْن ُش ُر ْو ِر َأْنُفِس َنا َو ِم ن‬
‫ َأْش َه ُد َأْن‬، ‫َس ّيَئاِت َأْع َم اِلَن ا َمْن َيْه ِدِه اُهلل َفَال ُمِض ّل َلُه َو َمْن ُيْض ِلْل َفَال َه اِد َي َلُه‬
‫ َالَّلُه َّم َص ِّل َو َس ِّلْم َعَلى َس ِّيِد َنا‬،‫َال ِإلَه ِإّال اُهلل َو َأْش َه ُد َأّن َحُمّم ًد ا َعْب ُد ُه َو َر ُس ْو ُلُه‬
‫ َقاَل اُهلل َتَع اىَل يِف‬،‫َحُمَّم ٍد َعلى آِلِه ِو َأْص َح اِبِه َمْن َتِبَعُه ْم ِبِإْح اٍن ِإىَل َيْو ِم الّد ْين‬
‫َس‬ ‫َو‬ ‫َو‬
‫ َياَأّيَه ا‬،‫ َأُع ْو ُذ ِباِهلل ِم َن الَّش ْيَطاِن الَّر ِج ْيِم ِبْس ِم اِهلل الَّر ٰمْحِن الَّر ِح ْيم‬، ‫اْلُق ْر آِن اْلَك ِرِمْي‬
‫ يا َأَّيُتَه ا‬: ‫ َو َق اَل‬، ‫اّل َذ ْيَن آَم ُنْو ا اَّتُق وا اَهلل َح َّق ُتَق اِتِه َو َال ُمَتْو ُتّن ِإاَّل َو َأْنُتْم ُمْس ِلُمْو َن‬
‫ َأَّم ا َبْع ُد‬،‫ َص َد َق اُهلل اْلَعِظ ْيُم‬، ‫الَّنْف ُس اْلُم ْطَم ِئَّنُة اْر ِج ِعي ِإىل َر ِّبِك راِض َيًة َم ْر ِض َّيًة‬
Ma’asyirol Muslimin jama’ah jum’at rohimakumullah
Puji dan syukur senantiasa kita panjatkan kepada Allah swt., Dzat yang tak henti-
hentinya melimpahkan nikmat kepada kita semua. Tak terkecuali nikmat taufik dan
hidayah sehingga kita bisa duduk bersimpuh di tempat yang mulia ini. Setiap geliat
ibadah yang kita tunaikan hingga saat ini senantiasa mendapat ridha-Nya.
Shalawat dan salam semoga terlimpah kepada Baginda Alam, Habibana,
Muhammad saw. Penghulu para nabi dan rasul. Pelita kegelapan akhir zaman.
Panutan yang senantiasa kita harapkan syafaatnya kelak di yaumil qiyamah.
Shalawat dan salam juga semoga terlimpah kepada para sahabatnya, para tabiin
dan tabiatnya, hingga kita yang senantiasa berharap diberi kekuatan untuk
mengikuti sunah dan ajarannya. Ma’asyiral muslimin rahimakumullah
Melalui minbar yang mulia ini, untuk pribadi dan jamaah Jumah sekalian, khatib
berpesan, marilah kita meningkatkan ketakwaan kepada Allah swt. Sebab, jelas dan
nyata bahwa orang yang paling mulia di sisi Allah adalah hamba yang bertakwa dan
berserah kepada-Nya. Untuk itu, selagi masih ada kesempatan marilah kita
memperbaiki dan mengabdikan diri pada Allah. Semoga kita senantiasa
mendapatkan hidayah dan pertolongan Allah untuk melakukannya.
Ma’asyirol Muslimin jama’ah jum’at rohimakumullah
Selaku orang mukmin, kita tentunya yakin bahwa kematian pasti datang dan dialami
semua makhluk yang bernyawa. Adapun kapan, di mana dan bagaimana caranya
hanya Allah yang tahu. Selain itu, kita juga yakin bahwa kematian bukan akhir dari
perjalanan hidup manusia, tetapi masih ada banyak peristiwa yang harus dilaluinya.
Mulai alam barzakh, kehancuran semesta, kebangkitan, perkumpulan di padang
Mahsyar, ada penantian syafaat, ada hisab atau pemeriksaan amal, ada penyerahan
buku amal manusia, ada mizan atau penimbangan amal, ada telaga Kautsar, ada
perlintasan di jembatan ash-shirath, ada surga dan neraka, dimana keduanya
merupakan muara perjalanan panjang manusia. Hamba mukmin yang diridhai akan
mendiami surga, sedangkan orang kafir yang dimurka akan mendiami neraka.
Meski kematian dan alam akhirat merupakan perkara yang pasti, kita ingin
mendapat bocoran seperti apa gambaran perjalanan manusia yang beriman dan
kufur kepada Allah di akhirat?
Bagaimana sesungguhnya perjalanan ruh orang mukmin mulai sejak menghadapi
kematian sampai ditempatkan di liang lahat sehingga mendapatkan beragam nikmat
kubur. Dalam kaitan ini, kita tidak bisa mengira-ngira dan meraba-raba kecuali
melalui informasi yang didapat dari ayat Al-Quran dan penjelasan hadis shahih.
Antara lain yang diriwayatkan oleh Imam Abu Dawud, Imam Abu Majah, an-Nasa’i,
Imam Ahmad, dan yang lainnya.
Dalam riwayat itu diceritakan bahwa pada suatu hari, Baginda Nabi saw bersama
para sahabat mengantar satu jenazah sahabat Anshar. Setibanya di pemakaman,
karena proses penggalian liang lahat belum selesai, Rasulullah saw. akhirnya duduk
di atas satu gundukan tanah sambil menghadap kiblat. Sementara para sahabat
duduk di sekitarnya. Mereka tak berani bicara sepatah kata pun karena takut akan
ada hal penting yang disampaikan Nabi saw kepada mereka. Kemudian, Nabi saw
mengorek-ngorek satu gundukan tanah. Lantas beliau menengadah ke langit dan
kembali menunduk. Begitu beliau melakukannya hingga tiga kali. Tak lama
berselang, beliau bersabda di hadapan para sahabat, “Kalian harus memohon
perlindungan dari siksa kubur”.
Kemudian beliau berdoa:
‫َالَلُه َّم ِإيِّن َأُعْو ُذ ِبَك ِم ْن َعَذ اِب اْلَق ِرْب‬
Artinya, “Ya Allah, sesungguhnya aku memohon perlindungan kepada-Mu dari siksa
kubur,” (Hingga tiga kali).
Hadirin sidang Jumah yang dirahmati Allah
Nah doa itu pula yang menjadi pembuka hadis panjang yang menggambarkan
bagaimana keadaan seorang hamba mukmin sejak awal kematian hingga
dimasukkan ke liang lahat, ditinggalkan oleh keluarga yang mengantarnya, serta
menghadapi fitnah dan nikmat kubur.
Lantas apa saja yang terjadi kepada hamba mukmin ketika menghadapi sakaratul
maut, kematian? Serta apa saja yang menimpanya setelah kematian?
Diungkap dalam hadis di atas bahwa keadaan manusia yang dijemput kematian ada
dua keadaan: keadaan orang mukmin dan orang kafir. Mengapa dibedakan, sebab
di antara keduanya terpaut keadaan yang jauh berbeda.
Diceritakan, hamba yang beriman, ketika akan meninggalkan alam dunia, ditemui
rombongan malaikat langit. Lagi pula, malaikat yang menemuinya juga tampak
dalam rupa yang terbaik dan berpakaian yang terbaik. Wajah mereka juga tampan
dan menyenangkan, Ceria, bercahaya, dan berseri-seri.
Di tangan mereka tampak kain kafan dan minyak wangi dari surga yang akan
dipergunakan untuk membungkus dan membalur ruh si hamba mukmin tadi.
Karenanya, tak heran jika ada seorang hamba yang jasadnya semerbak wangi
setelah meninggalnya. Itu menunjukkan bahwa hamba tersebut termasuk hamba
mukmin yang ruhnya dimasukkan kain kafan yang sudah dibalur minyak wangi para
malaikat tadi.
Kejadian wanginya jasad seorang hamba mukmin juga dialami langsung oleh
Baginda Nabi saw ketika menjalani perjalanan Isra Mi’raj. Olehnya tercium satu
aroma yang sangat wangi. Karena penasaran, beliau bertanya kepada malaikat
Jibril. Dijawab oleh malaikat Jibril, itu adalah aroma wangi yang keluar dari kuburan
Siti Masyithah, seorang perempuan yang merawat anak-anak Firaun.
Dan demi mempertahankan akidah dan keimanannya kepada Allah, Masyithah rela
dihukum oleh Firaun dengan cara dimasukkan ke dalam minyak panas bersama
anak-anaknya hingga ajal menjemputnya. Sidang Jumah yang berbahagia Tak
lama setelah para malaikat langit turun ke hadapan hamba mukmin yang hendak
dicabut nyawa, malaikat maut pun menyusul dan duduk di dekat kepalanya.
Ia berkata kepada si hamba:
‫ِا‬
‫يا َأَّيُتَه ا الَّنْف ُس اْلُم ْطَم ِئَّنُة ْر ِج ِعي ِإىل َر ِّبِك راِض َيًة َم ْر ِض َّيًة‬
Artinya, “Wahai jiwa yang tenang, kembalilah kepada Tuhanmu dengan rida dan
diridai,” (Q.S. al-Fajr [89]: 27-28).
Begitu disampaikan seperti itu, ruh si hamba pun tak bisa menolak. Ia perlahan
keluar dari jasad. Mengalir bagaikan air dari ceret. Kondisinya jernih dan bersih.
Setelah itu, semua malaikat langit dan malaikat bumi pun mengiring kepergiannya.
Pintu-pintu langit pun segera dibuka. Semua pintu berharap agar Allah menjadikan
dirinya sebagai jalan lewat ruh si hamba.
Ketika ruh si hamba berhasil dikeluarkan malaikat maut, para malaikat yang hadir
menyaksikan kematian tak membiarkan sekejap pun ruh tersebut. Mereka segera
mengambil si ruh lalu menyimpannya di atas kain kafan yang sudah dilumuri minyak
minyak wangi dari surga. Demikian sebagaimana yang telah digambarkan oleh
Allah dalam Al-Quran:

‫ِإَذا َج اَء َأَح َد ُك ُم اْلَمْو ُت َتَو َّفْتُه ُر ُس ُلَنا َو ُه ْم اَل ُيَفِّر ُطوَن‬
Artinya, ”Apabila kematian datang kepada salah seorang di antara kamu, malaikat-
malaikat Kami mencabut nyawanya, dan mereka tidak melalaikan tugasnya,” (Q.S.
al-An‘am [6]: 61).
Setelah ruh berpisah dari jasad, terciumlah aroma wangi hampir memenuhi
seantero dunia. Namun hanya hamba yang dikehendaki yang dapat menciumnya.
Rasulullah sendiri telah menggambarkan melalui salah satu sabdanya, “Aroma
wangi yang keluar dari ruh hamba mukmin bagaikan aroma minyak kesturi yang
paling wangi yang pernah ada di mika bumi”.
Setelah berhasil menggenggam ruh si hamba, para malaikat lantas bertolak ke
langit paling atas. Di perjalanan, setiap kali bertemu dengan kumpulan malaikat,
mereka ditanya tentang ruh yang tercium wangi yang mereka bawa tadi. Salah satu
dari mereka menjawab, “Ini adalah ruh fulan bin fulan. Tak lupa mereka memanggil
nama hamba tersebut dengan panggilan yang terbaik yang pernah terdengar di
muka bumi.
Setiba di langit dunia, para malaikat pembawa ruh memohon izin kepada para
malaikat penjaga langit dunia. Setelah diizinkan, mereka diiring oleh para malaikat
langit dunia hingga ke langit berikutnya. Demikian seterusnya hingga sampai di
langit ke tujuh. Setiba di langit ketujuh, Rabbul Izzati berfirman, “Tuliskan nama
hamba-Ku ini pada illiyyin”, sebagaimana yang diungkap dalam Al-Quran:

‫ َيْش َه ُد ُه اْلُم َقَّر ُبوَن‬،‫ ِكَتاٌب َم ْر ُقوٌم‬، ‫َو َم ا َأْد َر اَك َم ا ِعِّلُّيوَن‬
Artinya, “Tahukah engkau apakah ‘Illiyyīn itu? (Itulah) kitab yang berisi catatan
(amal) yang disaksikan oleh (malaikat-malaikat) yang didekatkan (kepada Allah).,”
(Q.S. al-Muthaffifîn [83]: 19-21).
Ma’asyirol Muslimin jama’ah jum’at rohimakumullah
Setelah dituliskan nama sang hamba dalam illiyyin, kemudian disampaikan kepada
para malaikat, “Kembalikan lagi ruh hamba itu ke bumi. Sebab, Kami berjanji
kepada manusia akan menciptakan, mengembalikan, dan membangkitkan mereka di
bumi”. Hal itu seperti yang tersurat dalam Al-Quran:

‫ِم ْنها َخ َلْق ناُك ْم َو ِفيها ُنِعيُد ُك ْم َو ِم ْنها ْخُنِر ُج ُك ْم تاَر ًة ُأْخ رى‬
Artinya, “Darinya (tanah) itulah Kami menciptakanmu, kepadanyalah Kami akan
mengembalikanmu dan dari sanalah Kami akan mengeluarkanmu pada waktu yang
lain,” (Q.S. Thoha [20]: 55).
Ruh pun dikembalikan ke bumi dan dimasukkan lagi ke dalam jasad. Sehingga ia
bisa mendengar suara sandal saudara-saudara, kerabat, serta kolega yang
mengantarkan dirinya yang bergegas pulang menuju rumah masing-masing.
Tak lama berselang, sang hamba didatangi dua malaikat yakni Munkar-Nakir yang
suaranya keras, lantang, dan mengagetkan. Si hamba didudukkan lantas ditanya
empat hal. Pertanyaan pertama tentang Tuhan yang disembahnya sewaktu di
dunia. Pertanyaan kedua tentang agama yang dianutnya. Pertanyaan ketiga tentang
nabi yang diikutinya. Pertanyaan keempat tentang qiblat yang jadi arah shalatnya.
Dan pertanyaan kelima tentang pemimpin atau kitab yang diikutinya.
Semua pertanyaan menunjukkan fitnah kubur sekaligus fitnah terakhir yang dilalui
seorang hamba mukmin. Pada saat itu, tiada artinya kecerdasan, tipu daya, dan
kebohongan mulutnya. Seandainya, ada seorang kafir yang sejak di dunia
menghapal jawaban dari pertanyaan-pertanyaan tadi, maka tetap tidak ada
gunanya. Sebab, yang akan menjawab adalah amal baiknya dan pertolongan Allah.
Berkat keduanya, insya Allah ia akan bisa menjawab dengan teguh, sesuai dengan
firman Allah dalam Al-Quran:
‫َّل‬ ‫ل‬ ‫ا‬ ‫ُّل‬ ‫َثِّب الَّل اَّل ِذي آ ُن وا ِب اْلَق ِل الَّثاِبِت يِف ا ياِة الُّد ْنيا يِف اآْل ِخ ِة ِض‬
‫ُه‬ ‫َر َو ُي‬ ‫َو‬ ‫َحْل‬ ‫ْو‬ ‫ُي ُت ُه َن َم‬
‫شا‬ ‫َ ما‬ ‫َّل‬ ‫ل‬‫ا‬ ‫ْف‬ ‫الَّظاِلِم‬
‫َني َو َي َعُل ُه َي ُء‬
Artinya, “Allah meneguhkan orang-orang yang beriman dengan ucapan yang teguh
dalam kehidupan di dunia dan di akhirat. Allah menyesatkan orang-orang yang
zalim, dan Allah berbuat apa yang Dia kehendaki,” (Q.S. Ibrahim [14]: 27).
Setelah itu, terdengar ada suara panggilan dari langit, “Hamba-Ku benar! Maka
dihamparkanlah satu taman dari surga untuknya. Beri pakaian dari surga. Buka satu
pintu surga.” Maka datanglah kepadanya aroma wangio dari surga. Dan
dilapangkanlah kuburannya sejauh mata memandang. Hilang suara tadi, datang
kepadanya satu sosok yang menyerupai laki-laki. Laki-laki itu sangat tampan dan
menyenangkan. Pakaiannya sangat bagus dan menyampaikan kabar gembira
kepada si hamba.
Ketika ditanyakan siapa laki-laki itu sebenarnya, maka diketahui bahwa ia adalah
jelmaan dari amal saleh yang diperbuatnya semasa di dunia. Sementara keluarga
dan anak-anaknya tak satu pun yang menemani. Yang tetap bersamanya adalah
amal kebaikan dan kesalehannya. Saking nikmat-nikmatnya si hamba di alam
kubur, sampai-sampai ia memohon kepada Allah agar segera didirikan kiamat.
Tujuannya agar dirinya segera menerima nikmat yang lebih besar di negeri yang
sangat indah yakni surga Allah swt. sebagaimana yang telah dijanjikan-Nya.
Disampaikan kepadanya, “Tenanglah, segala sesuatu juga ada waktunya. Ketika
waktu itu datang, maka apa yang ditetapkan Allah akan terjadi, maka akan terjadi”.
Ma’asyirol Muslimin jama’ah jum’at rohimakumullah
Itulah gambaran yang terjadi pada seorang hamba mukmin mulai sakaratul maut,
sampai dibangkitkan dari alam kubur, sebagaimana yang dijelaskan oleh Nabi saw.
Mudah-mudahan kita semua termasuk hamba mukmin yang dimudahkan dalam
menghadapi sakaratul maut, mendapat pangkat kematian yang husnul khotimah,
nama kita kelak tercatat dalam illiyyin, serta saat masuk alam barzakh diteguhkan
dalam menjawab pertanyaan Munkar dan Nakir, juga selama di alam barzakh kita
ditempatkan dalam salah satu taman surganya Allah. Amin ya mujibas sa’ilin.
‫ َو َنَف َع َو ِإَّياُك ْم َمِبا ِفْي ِه ِم َن ْاآلَياِت َو الِّذ ْك ِر‬، ‫َباَر َك اُهلل َو َلُك ْم يِف اْلُقْر آِن اْلَعِظ ْيِم‬
‫ْيِن‬ ‫ْيِل‬
‫ َأُقْو ُل َقْو ْيِل َه َذ ا‬،‫ ِإَّن ُه ُه َو الَّس ِم ْيُع اْلَعِلْيُم‬،‫ َو َتَق َب َّل اُهلل ِم ْيِّن َو ِم ْنُك ْم ِتَالَو َت ُه‬، ‫اَحْلِكْيِم‬
‫ّن‬‫ِإ‬ ‫َلُك ِل اِئِر اْل ِلِم اْل ِل اِت َفا ْغِف‬ ‫َأ ْغِف ا اْل ِظ‬
‫ْس َت ُر ْو ُه ُه ُه َو‬ ‫َو ْس َت ُر َهلل َع ْيَم ْيِل َو ْم َو َس ُمْس َنْي َو ُمْس َم‬
‫اْلَغُفْو ُر ال ِح ْيِم‬
‫ّر‬
‫‪Khutbah II:‬‬

‫َاَحْلْم ُد ِلَّل ِه اَّل ِذ ْي َأَم َر َن ا ِبْاِال َحِّتاِد َو ْاِال ْع ِتَص اِم َحِبْب ِل اِهلل اْلَم ِتِنْي ‪َ .‬أْش َه ُد َأْن َال ِإَل َه ِإَّال‬
‫ا‬ ‫َّن‬‫َأ‬ ‫َأ‬ ‫‪.‬‬ ‫َد َالَش ِر َك َل ‪ِ ،‬إَّي ا ُد ِإَّي ُاه َن َتِع‬
‫ُد‬
‫َحُم َعْب ُه‬ ‫ًد‬ ‫َّم‬ ‫ُد‬ ‫ْش‬
‫ْس ُنْي َو َه‬ ‫ْي ُه ُه َنْع ُب َو‬ ‫اُهلل َو ْح ُه‬
‫ُل ‪َ ،‬اْل ُث ًة ِلْل اَلِم ‪َ .‬الَّل َّم ِّل َلى ِّيِدَنا َّم ٍد َلى آِل ِه‬
‫َو َر ُس ْو ُه َم ْبُع ْو َر َمْح َع َنْي ُه َص َع َس َحُم َو َع‬
‫َو َأْص َح اِبِه َأَمْجِعَنْي ‪ِ .‬اَّتُق وا اَهلل َم ا اْس َتَطْع ُتْم َو َس اِر ُعْو ا ِإىَل َم ْغِف َر ِة َر ِّب اْلَع اَلِم َنْي ‪ِ .‬إَّن‬
‫اَهلل َو َم َالِئَك َت ُه ُيَص ُّلْو َن َعَلى الَّنِّيِب‪َ ،‬ياَأُّيهَا اَّل ِذْيَن َءاَم ُنْو ا َص ُّلْو ا َعَلْي ِه َو َس ِّلُمْو ا‬
‫َتْس ِلْيًم ا ‪َ ..‬و َص َّلى اهلل َعَلى َس ِّيَد َنا َو َمْو اَل َنا َحُمَّم ٍد َو َعَلى آِلِه َو َص ْح ِبِه َو َس َّل‬
‫َم‬
‫اْل ِل اِت َاَال اِء ِم‬ ‫َالَّل َّم اْغ ِف ِلْل ْؤ ِمِن اْل ْؤ ِم َناِت اْل ِلِم‬
‫ْنُه ْم‬ ‫ْح َي‬ ‫َو ُمْس َم‬ ‫َنْي‬ ‫ْر ُم َنْي َو ُم َو ُمْس‬ ‫ُه‬
‫َو اَاْلْم َو اْت ِإَّن َك ِمَس ْيٌع َق ِر ْيٌب ِجُم ْيُب الَّد َعَو اِت َو َي ا َقاِض َي اَحْلاَج اِت ِبَر َمْحِت َك َي ا‬
‫وُذ ِب َك ِم َع َذ اِب‬ ‫َّن‬ ‫َا الَّر ِمِح َنْي الَّل َّم ِإَّن ا وُذ ِب َك ِم َع َذ اِب‬
‫ْن‬ ‫َجَه َم َو َنُع‬ ‫ْن‬ ‫َنُع‬ ‫ُه‬ ‫ْر َح َم‬
‫اْلَق ِرْب َو َنُع وُذ ِب َك ِم ْن ِفْتَن ِة اْلَم ِس يِح الَّد َّج اِل َو َنُع وُذ ِب َك ِم ْن ِفْتَن ِة اْلَم ْح َي ا‬
‫ِل‬ ‫ْلَك‬ ‫ا‬ ‫ِز‬ ‫ْل‬‫ا‬ ‫اْل اِت ‪ ،‬الَّل َّم ِإَّنا وُذ ِبَك ِم ا ِّم ا ِن وُذ ِبَك ِم‬
‫ْن َع َو َس َو‬ ‫ْج‬ ‫ْن َهْل َو َحْلَز َو َنُع‬ ‫ُه َنُع‬ ‫َو َمَم‬
‫َنُعوُذ ِبَك ِم ْن اُجْلِنْب َو اْلُبْخ ِل َو َنُع وُذ ِبَك ِم ْن َغَلَب ِة الَّد ْيِن َو َقْه ِر الِّر َج اِل َر َّبَن ا آِتَن ا‬
‫ُك‬ ‫ْأ‬ ‫ا‬ ‫َّن‬‫ِإ‬ ‫‪،‬‬ ‫يِف الُّد ا َنًة يِف اآلِخ ِة َنًة ِقَن ا َذ ا الَّناِر ِع ا اِهلل‬
‫َهلل َي ُمُر ْم‬ ‫َب َد‬ ‫َر َح َس َو َع َب‬ ‫ْنَي َح َس َو‬
‫ِباْلَع ْد ِل َو ْاِإل ْح َس اِن َو ِإيَت آِئ ِذ ي اْلُق ْر ىَب َو َيْنَه ى َعِن اْلَف ْح َش آِء َو اْلُم نَك ِر َو اْلَبْغِي‬
‫َلُك‬ ‫ِج‬ ‫ا‬ ‫ُك‬ ‫ُك‬ ‫ْذ‬ ‫ِعُظُك َل َّلُك َت َذ َّك َن ‪َ .‬ف اْذُك وا ا اْل ِظ‬
‫َت‬ ‫ُه‬
‫ُر َهلل َع َم َي ْر ْم َو ْو َيْس ْب ْم‬ ‫ُع‬ ‫ْد‬ ‫ْي‬ ‫َي ْم َع ْم ُر ْو‬
‫ْك‬‫َأ‬ ‫َلِذ ْك اِهلل‬
‫َبُر‬ ‫َو ُر‬

Anda mungkin juga menyukai