BAB III
TAFSIR QS. AL-HUJURAT AYAT 1 – 18
Tafsir Ibnu Katsir merupakan kitab paling penting yang ditulis dalam
masalah tafsir al-Qur’an al-‘Azim, paling banyak diterima dan tersebar di tengah
umat Islam. Beliau telah menghabiskan waktu yang sangat lama untuk
riwayat (baik hadits maupun atsar), bahkan hampir seluruh hadits riwayat Imam
Ahmad yang terdapat dalam Kitab al-Musnad tercantum dalam kitab ini.
sehingga sangat bermanfaat dalam berbagai disiplin ilmu agama (seperti aqidah,
fiqh, dan lain sebagainya). Sangat wajar apabila Imam As-Suyuti berkata: “Belum
1. Biografi Pengarang
Beliau adalah imam yang mulia Abdul Fida Imaduddin Ismail bin Umar
bin Katsir al-Quraisy al-Busharwi yang berasal dari kota Basharah, kemudian
menetap di Damascus. Beliau lahir pada tahun 705 H dan wafat pada tahun 774 H.
Beliau adalah seorang ulama yang terkenal dalam bidang tafsir, hadits, sejarah,
dan fiqh. Beliau mendengar hadits dari ulama-ulama Hidjaz dan mendapat ijazah
dari al-Wani serta mendapat asuhan dari ahli ilmu hadits terkenal di Suriah yaitu
Jamaluddin Yusuf bin Zaki al-Mazi mertuanya sendiri. Ayahnya meninggal ketika
beliau masih berusia 6 tahun, oleh karena itu sejak tahun 706 H beliau hidup
Beliau juga berguru kepada Ibnu Taimiyah dan sangat mencintai gurunya
itu. Sebagian ulama menggangap beliau sebagai salah seorang murid Ibnu
47
Taimiyah yang paling setia dan paling gigih mengikuti pandangan gurunya dalam
ب لوتهبُونيِيننهننلهه إلللناَإس ووول توذكتههموُنوهه فوننوبُوهذوهه وووراءو ظهههوُإرإهذم إ إ إ
ووإذذ أووخوذ اللهه ميِوثاَوق الذيِون هأوتهوُا الذكوتاَ و
س وماَ يِوذشتونهرون ئ
ذ واذشتونرذوا بإإه وثونناَ قولإيِنل فوبُإ
و و و
Artinya: “Dan (ingatlah), ketika Allah mengambil janji dari orang-orang yang
telah diberi kitab (yaitu): "Hendaklah kamu menerangkan isi kitab itu
kepada manusia, dan jangan kamu menyembunyikannya." Lalu
mereka melemparkan janji itu ke belakang punggung mereka dan
mereka menukarnya dengan harga yang sedikit. Amatlah buruk
tukaran yang mereka terima.”(QS. Ali Imran 187)
Dengan firman Allah di atas, maka menurut Ibnu Katsir wajib bagi ulama
tafsirya.
Tafsir Ibnu Katsir dipandang sebagai salah satu tafsir bi al-ma’tsur yang
terbaik, berada hanya setingkat di bawah tafsir Ibnu Jarir at-Thabary. Ibnu Katsir
Menurutnya jika ada yang bertanya: “Apakah metode tafsir yang paling bagus?”
maka jawabnya: “Metode yang paling shahih dalam hal ini adalah menafsirkan
ayat al-Qur’an dengan ayat al-Qur’an. Dan perkara-perkara yang global di satu
ayat dapat ditemukan rinciannya dalam ayat lain. jika tidak mendapatkannya maka
hendaklah mencarinya dalam Sunnah karena Sunnah adalah penjelas bagi al-
c. Kalau yang kedua tidak dapat ditafsirkan maka al- Qur’an harus ditafsirkan
oleh pendapat para sahabat, karena mereka orang yang paling mengetahui
d. Jika yang ketiga juga tidak didapatkan, maka pendapat para tabi’in perlu
diambil.
4. Bentuk Penafsirannya
Ibnu Katsir ini memakai bentuk riwayat (al-ma’tsur). Hal ini dapat dibuktikan
dari hasil penafsiran Ibnu Katsir dalam Tafsir al-Qur’an al-‘Adzim yang
tabi’in.
5. Metode Penafsirannya
karya Ibnu Katsir, ternyata metode yang digunakan dalam tafsir ini adalah metode
analitis (tahlili).
6. Corak Penafsirannya
Ibnu Katsir, ternyata corak yang digunakan Ibnu Katsir dalam tafsir al-Qur’an
7. Karakteristiknya
Diantara ciri khas tafsir Ibnu Katsir adalah perhatiannya yang besar kepada
pengetahuan saya, tafsir ini merupakan tafsir yang paling banyak memuat atau
penafsiran ayat dengan hadits-hadits marfu’ yang relevan dengan ayat yang
sedang ditafsirkan, menjelaskan apa yang menjadi dalil dari ayat tersebut.
Selanjutnya diikuti dengan atsar para sahabat, pendapat tabi’in dan ulama salaf
sesudahnya.
Dalam hal ini, Rasyid Ridha berkomentar, “Tafsir ini merupakan tafsir
pembicaraan yang melebar pada ilmu-ilmu lain yang tidak diperlukan dalam
khusus.”
50
Keistimewaan lain dari tafsir Ibnu Katsir adalah daya kritisnya yang tinggi
terhadap cerita-cerita Israiliyat yang banyak tersebar dalam kitab-kitab tafsir bil-
merupakan tafsir paling besar dan utama, menjadi rujukan penting bagi para
mufassir bil-ma’tsur. Para ulama sependapat bahwa belum pernah sebuah kitab
tafsir pun yang ditulis sepertinya. Sehingga Ibnu Katsir pun banyak menukil
darinya. Tidak aneh lagi jika tafsir Ibnu Katsir memiliki sedikit kemiripan dengan
kedua kitab tafsir itu, yaitu diantaranya pada kitab tafsir at-Thabari memaparkan
tafsir dengan menyandarkan kepada sahabat, tabi’in dan tabi’ut tabi’in. Sehingga
pada kitab tafsir at-Thabari terdapat cerita-cerita Israiliyat. Berbeda dengan kitab
{1ُ}ل ن ووورهسننوُلإإه وواتلنهق نوُا الون إلن الون وإس نيِعع وعلإيِ نهم يِاَأويِنيهنناَ النإذيِن ءامنهنوُا ولتهنوق نيدموُا بني ن يِ نودإي ا إ
ه وذو و و وو و و
بن ن وولو وذتوهن نهروا لون نهه بإنناَلذوقذوُإل إ إ
صن نذوُت النلإ ي ويِاَأويِنيوه نناَ ا نل نذيِون وءاومنهن نوُا ولتونذرفونعهن نوُا أو ذ
صن نووُاتوهكذم فون نذوُوق و
{ إلن الن نإذيِون2ُ} ط أوذعومن نناَلوهكذم وووأنتهن نذم لوتوذشن نعههروون ض وأن وذتبُون ن و ضن نهكذم لإبُونذعن ن ضوكجهن نإر بنع إ
و ذ وذ
ك النإذيِون اذمتووحنون الهن قهنلنهنوُبونههذم إللتلنذقنووُىَ ولنهنم لن أهذولوئإن و
ضننوُون أوصنوُاتونهم إعننود رسننوُإل ا إ
وه ذو هذ يِونغه ي
{3ُ} لمذغإفورةع ووأوذجعر وعإظيِعم
Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu mendahului Allah dan Rasulnya
dan bertakwalah kepada Allah. Sesungguhnya Allah Maha Mendengar lagi Maha
Mengetahui. Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu meninggikan
suaramu melebihi suara Nabi, dan janganlah kamu berkata kepadanya dengan
suara yang keras, sebagaimana kerasnya suara sebagian kamu terhadap
sebagian yang lain, supaya tidak hapus (pahala) amalanmu, sedangkan kamu
tidak menyadari. Sesungguhnya orang yang merendahkan suaranya di sisi
51
Rasulullah mereka itulah orang-orang yang telah diuji hati mereka oleh Allah
untuk bertakwa. Bagi mereka ampunan dan pahala yang besar (QS. 49 Al-
Hujurat1-3)1
Melalui ayat-ayat ini Allah SWT mengajarkan etika sopan santun kepada
pengertian umum etika yang diperintahkan Allah ini adalah hadis Mu’az r.a.
ketika diutus oleh Nabi SAW ke negeri Yaman. Nabi SAW bertanya kepadanya,
Rasul SAW bertanya. “Kalau tidak kamu temuka?” Mu’az menjawab, “Dengan
Sunnah Rasul”. Rasul SAW bertanya, “Jika tidak kamu temukan?” Mu’az
1 Ad-Dimasyqi Al-Imam Abdul Fida Isma’il Ibnu Kasir, Tafsirul Qur’anil Adzimi, terj.
Bahrun Abu Bakar dkk, (Bandung : Sinar Baru Algensindo, 2008), Cet. II, hlm. 283-284.
52
Imam Ahmad, Imam Abu Daud, Imam Turmudzi, dan Imam Ibnu Majah
telah meriwayatkan hadis ini pula. Kaitannya dengan pembahasan ini adalah
sumber dalil dari keduanya, tentulah dia termasuk orang yang mendahului Allah
dan Rasul-Nya.
Ali Ibnu Talhah telah dari Ibnu Abbas r.a. sehubungan dengan makna
firman-Nya:
ي يِوودإي الإ ووورهسوُلإإه
لوتهنوقيدهموُا بون ذ و
dan sunnah. Al-Aufi telah meriwayatkan dari Ibnu Abbas r.a. bahwa mereka (para
Allah SWT:
mengatakan, telah diceritakan kepada kami bahwa ada beberapa orang yang
mengatakan, “seandainya saja diturunkan mengenai hal anu dan anu. Seandainya
saja hal anu dibenarkan. Maka Allah SWT tidak menyukai hal tersebut; karena hal
وواتلنهقوُا الو
Yakni Dia mendengar semua ucapan kalian dan mengetahui semua niat
kalian.
Nabi SAW lebih tinggi dari pada suaranya. Menurut suatu riwayat, ayat ini
diturunkan berkenaan dengan dua orang syekh, yakni Abu Bakar dan Umar. Imam
54
Bukhari mengatakan, telah menceritakan kepada kami Busrah Ibnu Sahwan Al-
Lakhami, telah menceritakan kepada kaum Nafi’ Ibnu Umar, dari Ibnu Abu
Mulaikah yamg mengatakan bahwa hampir saja kedua orang yang terbaik binasa
(yaitu Abu Bakar dan Umar) karena keduanya meninggikan suaranya dihadapan
Nabi SAW disaat datang kepada beliau kafilah Bani Tamim. Lalu salah seorang
dari keduanya berisyarat kepada Al-Aqra’ ibnu Haris r.a. saudara lelaki Bani
Mujasyi’, sedangkan yang lain berisyarat kepada lelaki yang lainnya. Nafi’
mengatakan bahwa dia tidak ingat lagi nama lelaki itu. Maka Abu Bakar berkata,
“engkau ini tidak lain kecuali bersikap berbeda denganku”. Umar menjawab, “aku
memperdebatkan hal tersebut, lalu sehubungan dengan peristiwa itu Allah SWT
menurunkan firmannya:
بن ن وولو وذتوهن نهروا لنو نهه بإنناَلذوقذوُإل وكوجذهن نإر إ إ
صن نذوُت النلإ ي ويِاَأويِنيوه نناَ ا نل نذيِون وءاومنهن نوُا ولتونذرفونعهن نوُا أو ذ
صن نووُاتوهكذم فون نذوُوق و
٢ ط أوذعوماَلوهكذم وووأنتهذم لوتوذشعههروون ض وأن وذتبُو و ضهكذم لإبُونذع ض بنع إ
وذ
Ibnu Zubair r.a. mengatakan bahwa sesudah turunnya ayat ini Umar r.a.
mendengarnya lebih dahulu sampai mengerti. Akan tetapi, Ibnu Zubair tidak
menyebutkan dari ayahnya tentang Abu Bakar r.a. hadis ini diriwayatkan secara
Hasan Ibnu Muhammad, telah menceritakan kepada kami Hajjaj, dari Ibnu Juraij,
telah menceritakan kepadaku Ibnu Abu Mulaikah, bahwa Abdullah Ibnu Zubair
r.a. menceritakan kepadanya bahwa pernah datang iringan kafilah dari Bani
Tamim kepada Nabi SAW. Maka Abu Bakar r.a. berkata, “angkatlah Al-Qa’qa
Ibnu Ma’bad sebagai pemimpin mereka”. Dan Umar r.a. berkata, “angkatlah Al-
Aqra’ Ibnu Habis sebagai pemimpin mereka”. Maka Abu Bakar r.a. berkata, “tiada
hingga suara mereka gaduh dihadapan Nabi SAW. Maka turunlah firman Allah
SWT:
Hal yang sama juga telah diriwayatkan pula oleh Imam Bukhari dalam
menceritakan kepada kami Al-Fadl Ibnu Sahl, telah menceritakan kepada kami
Ishaq Ibnu Mansur, telah menceritakan kepada kami Husain Ibnu Umar, dari
mukhariq, dari Thariq Ibnu Shihab, dari Abu Bakar As-Sidiq r.a. yang mengatakan
berbicara lagi kepadamu melainkan dengan suara yang endah (pelan). Husain Ibnu
Umar sekalipun predikatnya dhaif, tetapi hadis ini telah kami kemukaaka pula
melalui riwayat Abdur Rahman Ibnu Auf dan Abu Hurairah r.a. dengan lafadz
Abdullah, telah menceritakan kepada kami Azar Ibnu Sa’d, telah menceritakan
kepada kami Ibnu Auf, telah menceritakan kepada kami Musa Ibnu Anas, dari
Anas Ibnu Malik r.a. bahwa Nabi SAW kehilangan Sabit Ibnu Qais r.a. maka
Nabi SAW lebi dari suara Nabi SAW. Dan ia beranggapan bahwa amal baiknya
Lelaki itu kembali kepada Nabi SAW dan menceritakan kepada beliau apa
yang dikatakan oleh orang yang dicarinya, bahwa dia telah mengatakan anu dan
anu. Musa Ibnu Anas ,elanjutkan kisahnya, bahwa lelaki itu kembali menemuinya
seraya membawa berita gembira dari Nabi SAW yang telah besabda:
menceritakan kepada kami Sulaiman Ibnu Mugirah, dari Sabit, dari Anas ibnu
Malik r.a. yang mengatakan bahwa ayat berikut diturunkan, yaitu firman Allah
SWT:
وووأنتهذم لوتوذشعههروون
Sedangkan kamu tidak menyadari (QS. Al-Hujurat 2)
Tersebutlah bahwa Sabit Ibnu Qais Ibnu Syammas seorang yang memiliki
suara yang keras. Maka ia berkata, “akulah yang sering meninggikan suaraku
diatas suara Rasulullah SAW, maka aku termasuk ahli neraka, semua amalku
dihapus”. Lalu ia duduk di tempat tinggal keluarganya dengan hati yang sedih dan
suaraku di atas suara Nabi SAW, dan aku sering berkata dengan saura yang keras
kepad beliau; maka semua amalku dihapuskan dan aku termasuk kepada ahli
neraka”. Lalu mereka kembali kepada Nabi SAW dan menceritakan kepadanya
apa yang telah dikatakan oleh Sabit Ibnu Qais. Maka Nabi SAW bersabda:
Anas r.a mengatakan, “sejak saat itu kami melihatnya berjalan diatara
kami, sedangkan kami mengetahui bahwa dia termasuk ahli surga. Ketika perang
Yamamah terjadi, kami mengalami tekanan dari pihak musuh hingga terpukul
mundur. Maka datanglah Sabit Ibnu Qais ibnu Syammas dalam keadaan telah
memakai kapur barus dan mengenakan kain kafan, lalu berkata, “alangkah
barisan musuh dan memerangi mereka hingga ia gugur sebagai syuhada, semoga
Abu Asy-Syaibah, telah menceritakan kepada kami Al-Hasan Ibnu Musa, telah
menceritakan kepada kami Hammad Ibnu Salamah, dari Sabit Al-Bannani, dari
Anas Ibnu Malik r.a. yang mengatakan bahwa setelah ayat berikut diturunkan,
إ
يِيوأويِنيوهاَٱلذيِون وءاومنهوُاذ ول وترفونعهوُاذ وأصيووُتوهكم وفوُوق و
صوُتإ ٱلنلإ ي
ب
Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu meninggikan suaramu melebihi
suara Nabi (QS. AL-Hujurat 2).
termasuk ahli neraka”, dan ia tidak lagi mau keluar menemui Nabi SAW. Maka
Nabi SAW bertanya kepada Sa’d Ibnu Mu’az, “hai Abu Amr, kemana Sabit,
Apakah dia sakit?” Sa’ad r.a. menjawab, “aku memang tetangga dia, tapi aku
tidak mengetahui bahwa dia sakit.” Lalu Sa’ad mendatanginya dan menceritakan
kepadanya perkataan Rasulullah SAW. Maka Sabit r.a. mengatakan, “ayat ini telah
diturunkan, dan seperti yang telah kamu ketahui bahwa aku adalah orang yang
59
paling tinggi nada suaranya diantara kalian melebihi suara Nabi SAW. Karena itu,
Sa’ad r.a. menceritakan kepada Nabi SAW apa yang dikatakan oleh Sabit
Imam Muslim meriwayatkan hadis ini dari Ahmad Ibnu Said Ad-Darimi,
dari Hayyan Ibnu Hilal, dari Sulaiman Ibnu Mugirah dengan sanad yang sama;
tetapi dalam riwayat ini tidak disebutkan nama Sa’d ibnu Mu’az r.a. telah
diriwayatkan dari Qatan Ibnu Basyir, dari Jafar Ibnu Sulaiman, dari Sabit, dari
Anas r.a. hal yang semisal; Imam Muslim menyebutkan bahwa dalam riwayatnya
ini tidak disebutkan Sa’d Ibnu Mu’az r.a. Disebutkan bahwa telah menceritakan
kepadaku Hudah Ibnu Abdul A’la Al-Asadi, telah menceritakan kepada kami Al-
Mu’tamir Ibnu Sulaiman, bahwa ia telah mendengar ayahnya bercerita dari Anas
r.a. yang mengatakan bahwa ketika turun ayat ini (al-hujuat-2), lalu disebutkan hal
yang semisal, akan tetapi tidak disebutkan nama Sa’d Ibnu Mu’az. Ditambahkan
pula bahwa kami memnyaksikannya berjalan diantara kami dan kami beranggapan
bahwa dia termasuk ahli surga. Keetiga jalur periwayatan ini berbeda dengan
Menurut pendapat yang benar, di saat turunnya ayat ini Sa’d Ibnu Mu’az
r.a. tidak ada lagi. Ia telah gugur beberapa hari setelah perang dengan Bani
Quraizah karena luka yang dideritanya, yaitu pada tahun lima hijriah. Sedangkan
ayat ini berkenaan dengan delegasi Bani Tamim. Dan menurut riwayat yang
mutawatir, para ulama menyebutkan bahwa peristiwa ini terjadi pada tahun
Ibnu Jariri mengatakan, telah menceritakan kepada kami Abu Kuraib, telah
menceritakan kepada kami Zaid Ibnu Habbab, telah menceritakan kepada kami
ibnu Sabit Ibnu Qais Ibnu Syammas, telah kepadaku pamanku Ismail Ibnu
Muhammad Ibnu Sabit Ibnu Qais Ibnu Syammas, dari ayahnya yang mengatakan
Maka Sabit Ibnu Qais r.a. duduk di pinggir jalan seraya menangis. Lalu
lewatlah kepadanya Asim Ibnu Addi, dari Banil Ajlan dan bertanya kepadanya,
“mengapa kau menangis, hai Sabit?” Sabit r.a. menjawab, “ayah inilah yang
membuat aku takut, apabila ia diturunkan berkenaan dengan diriku, karena aku
Abdullah Ibnu Ubay Ibnu Sulul) dan berkata, “jika aku masuk kamarku, maka
diperintahlan suaminya itu, lalu Sabit berkata, “aku tidak akan keluar sapai Allah
apa yang dialami oleh Sabit. Maka beliau bersabda, “pergilah kepadanya dan
undanglah dia untuk datang kepadaku.” Asim r.a. datang ke tempat ia menemui
Sabit, tetapi dia tidak menjumpainya. Lalu ia datang ke rumah keluarga Sabit, dan
61
saja kuncinya.”
rumah Nabi SAW, beliau bertanya kepadanya, “apakah yang menyebabkan kamu
menangis, hai Sabit?” Sabit menawab “saya orang yang tinggi suaranya, dan saya
khawatir ayat ini diturunkan berkenan dengan diri saya, “ maksudnya adalah
Tidaklah kamu puas bila kamu hidup dalam keadaan terpuji, gugur
sebagai syuhada, dan masuk kedalam surga?
Lalu Sabit menjawab, “aku rela dengan berita gembira dari Allah SWT,
dan Rasul-Nya, dan aku tidak akan meninggikan suaraku lagi selamanya lebih
Kisah ini telah diriwayatkan bukan hanya oleh seorang dari kalangan
dihadapan Raulullah SAW. Telah diriwayatkan pula kepada kami dari Amirul
62
Mukminin Umar Ibnu Khattab r.a. bahwa ia mendengar mendengar suara dua
orang laki-laki di alam mesjid Nabawi sedang bertengkar hingga suara keduanya
tinggi dan gaduh. Maka datanglah Umar, lalu berkata, “tahukah kamu berdua, di
manakah kamu berada?” kemudian umar r.a. bertanya pula, “dari manakah kamu
kamu besua dari kalangan penduduk Madianh, tentu aku pukuli kalian berdua
sampai kesakitan.”8
kuburan Nabi SAW sebagaimana hal itu diimakruhkan saat beliau SAW masih
hidup. Karena sesungguhnya beliau SAW tetap dimuliakan, baik selama hidupnya
saat berbicara kepada beliau SAW dan tentunya dengan suara yang tidak keras.
ضهكم لإبُوع ض
ض وول وتهرواذ لوهۥ إبٱِلوقوُإل وكجهإر بع إ
و و و وه ه
Dan janganlah kamu berkata kepadanya dengan suara yang keras, sebagaimana
kerasnya suara sebagian kamu terhadap sebagian yang lain (QS. Al-Hujurat 2)
Semakna dengan apa yang disebutkan oleh firman-Nya dalam ayat lain:
Nabi SAW lebih dari suaranya tiada lain karena dikhawatirkan beliau akan marah,
yang karenanya Allah pun marah disebabkan kemarahannya. Dan karenanya maka
dihapuskanlah amal baik orang yang menbuatnya marah, sedangkan dia tidak
menyebutkan:
Yakni diasah untuk bertaqwa dan menjadikannya sebagai ahli dan tempat
kepada kami Abdur Rahman, telah menceritakan kepada kami Sufyan, dari
Mansur, dari Mujahid yang mengatakan bahwa ia pernah berkirim surat kepada
Khalifah Umar r.a. yang isinya sebagai berikut: “wahai Amirul Mukminin,
seseorang tidak berselera terhadap maksiat dan tidak mempunyai keinginan untuk
melakukannya; apakah dia lebih utama dari pada seseorang yang ingin melakukan
maksiat, tetapi dia tidak mengerjakannya?” maka Khalifah Umar r.a. menjawab,
tidak mengerjakannya.
dari luar kamarnya, yakni kamar-kamar istrinya, seperti yang dilakukan oleh
kebiasaan orang-orang Arab kampung yang keras lagi kasar wataknya. Untuk itu
أكثونهرههم ول ويِعإقهلوُون
kebanyakan mereka tidak mengerti (QS. Al-Hujurat-4)
kemudian Allah SWT memberi petunjuk kepada etika sopan santun dalam
dunia dan akhiratnya. Kemudian Allah SWT menyeru mereka untuk bertobat dan
kembali kepada-Nya:
Menurut riwwayat, ayat ini berkenaan dengan Al-Iqra Ibnu Habis At-
Tamimi r.a. menurut yang diketengahkan bukan hanya oleh seorang. Imam Ahmad
kami Wuhaib, telah menceritakan kepada kami Musa Ibnu Uqbah, dari Abu
Salamah Ibnu Abdur Rahman, dari Al-Aqra Ibnu Habis r.a. bahwa ia memanggil
Nabi SAW, “hai Rasulullah,” tetapi Rasulullah SAW tidak menyahutnya. Maka
Ibnu Jarir mengatakan, telah menceritakan kepada kami Abu Umar Al-
Husain Ibnu Hurayyis Al-Marwazi, telah menceritakan kepada kami Al-Fadl Ibnu
Musa, dari Al-Husain Ibnu Waqid, dari Abu Ishaq, dari Al-Barra sehubungan
dengan firman-Nya:
menjawab, “itu adalah Allah SWT.” Hal yang semisal telah diriwayatkan dari Al-
Sufyan As-Syauri telah meriwayatkan dari Habib Ibnu Abu Umrah yang
mengatakan bahwa Bisyr Ibnu Galib dan Labid Ibnu Utarid atau Bisyr Ibnu Utarid
dan labid Ibnu Galib berada di sisi Al-Hajjaj duduk, maka Bisyr Ibnu Galib
berkata kepada Labid Ibnu Utarid , bahwa ayat ini diturunkan berkenaan dengan
kepada Sa’id Ibnu Jubair. Maka sa’id ibnu Jubair menjawab, bahwa seandainya ia
ك وأن وأسلوهموُاذ
ويهينوُون وعلويِ و
Mereka merasa telah memberi nikmat kepadamu dengan keIslaman
mereka (QS. Al-Hujurat 17)
67
memerangimu.”11
telah menceritakan kepada kami Amr Ibnu Ali Al-Bahilli, telah menceritakan
mendengar Daud At-Ta’i menceritakan dari Abu Muslim Al-Bajali, dari Zaid Ibnu
Arqom r.a. yang mengatakan bahwa beberapa golongan daro orang Badui
berkumpul, dan mereka mengatakan, “marilah kita berangkat menemui lelaki ini.
Jika memang ia seorang nabi, maka kita adalah orang yang paling berbahagia
karena ada dia, dan jika dia seorang malaikat, berarti kita dapat hidup dengan
sayapnya.” Zaid Ibnu Arqam melanjutkan kisahnya, bahwa ia lalu datang kepada
Rasulullah SAW dan menceritakan kepadanya apa yang dikatakan oleh orang-
Selanjutnya orang-orang Badui itu datang kepada rumah Nabi SAW, dan
mereka memanggil Nabi SAW yang berada di dalam kamarnya. “hai Muhammad,
seraya bersabda:
Imam Ibnu Jarir meriwayatkan hadis ini dari Al-Hasan Ibnu Arafah, dari
Al-Hujurat 6-8
teliti berita dari orang fasik, dan hendaklah mereka bersikap hati-hati dalam
menerimanya dan jangan menerimanya dengan begitu saja, yang akibatnya akan
darinya, berarti sama dengan mengikuti jejaknya. Sedangkan Allah SWT telah
Berangkat dari pengertian inilah, ada sejumlah ulama yang melarang kita
menerima berita (riwayat) dari orang yang tidak dikenal, karena barangkali dia
adalah orang fasik. Tetapi sebagian ulama lainnya mau menerimanya dengan
alasan bahwa kami hanya diperintahkan untuk meneliti kebenaran berita orang
fasik, sedangkan orang yang tidak dikenal (majhul) masih belum terbukti
Kami telah membahas masalah ini di dalam kitabul ‘ilmi bagian dari
berkenaan dengan al-Walid Ibnu Uqbah Ibnu Abu Mu’it ketika itu diutus oleh
Rasulullah SAW untuk memungut zakat orang-orang Bani Mustaliq. Hal ini
diriwayatkan oleh berbagai jalur, dan yang terbaik ialah apa yang telah
pemimpin orang-orang Bani Mustaliq, yaitu Al-Haris Ibnu Abu Dirar, orangtua
Ibnu Sabiq, telah menceritakan kepada kami Isa Ibnu Dinnar, telah menceritakan
kepada ayahku, bahwa ia pernah mendengar Al-Haris Ibnu Abu Dirar Al-Khuza’i
r.a. menceritakan hadis beikut: aku datang menghadap Rasulullah SAW, beliau
menyeruku untuk masuk Islam, lalu aku masuk Islam dan menyatakan diri masuk
Islam. Beliau SAW menyeruku untuk zakat, dan aku terima keyakinan itu dengan
penuh keyakinan. Aku berkata, “wahai Rasulullah, aku akan kembali kepada
mereka dan akan ku seru mereka untuk masuk Islam dan menunaikan zakat. Maka
barang siapa yang memenuhi seruanku, aku kumpulkan harta zakatnya. Dan
anu dan anu agar dia membawa harta zakat yang telah ku kumpulkan kepadamu.”
seruannya dan masa yang telah ia janjikan kepada Rasulullah SAW tennyata
utusannya belum juga tiba. Akhirnya Al-Haris mengira bahwa telah terjadi
pengiriman utusannya kepadaku untuk mengambil harta zakat ayang ada padaku
sekarang, padahal Rasulullah tidak pernah menyalahi janji, dan aku rela telah
menjadi suatu hal yang membuat Allah dan Rasul-Nya murka. Karena itu marilah
Keyika Al-Walid sampai di jalan, tiba-tiba hatinya gentar dan takut, lalu ia
sesungguhnya Haris tidak mau menyerahkan zakatnya kepadaku, dan dia akan
mereka berpapasan dengan pasukan yang dikirim oleh Rasulullah SAW itu.
Pasukan itu melihat kedatangan Al-Haris, dan mereka engatakan, “itu dia Al-
membunuhnya.”
SAW dengan membawa kebenaran. Aku sama sekali tidak penah melihatnya dan
tidak penah pula kedatangan dia.” Ketika AL-Haris masuk menemui Rasulullah
14 Ibid. hlm. 301
71
SAW, beliau bertanya, “apakah engkau menolak untuk membayar zakat dan
hendak membunuh utusanku?’ A-Haris menjawab, “tidak, demi Tuhan Yang telah
mengutusmu dengan membawa kebenaran, aku tidak pernah melihatnya, dan tiada
seorangpun utusan yang datang kepadaku.” Dan tidaklah aku datang melainkan
pada saat utusan datang terlambat kepadaku. Maka aku mersa takut bila hal ini
Ibnu Abu Hatim meriwayatkan hadis ini dari Al-Munziir Ibnu Syazan At-
Tammar, dari Muhammad Ibnu Sabiq dengan sanad yang sama. Imam Tabrani
telah meriwayatkannya pula melaui hadis Muhammad Ibnu Sabiq dengan sanad
yang sama, hanya dalam riwayatnya disebutkan Al-Haris Ibnu Siran, tetapi
sebenarnya adalah Al-Haris Ibnu Dirar, seperti yang disebutkan dalam riwayat
diatas.15
Ibnu Jarir mengatakan, telah menceritakan kepada kami Abu Kuraib, telah
menceritakan kepada kami Ja’far Ibnu Aun,, dari Musa Ibnu Ubaibah, dari Sabit
maula Ummu Salamah r.a., dari Ummu Salamah yang menceritakan bahwa
Rasulullah SAW pernah mengutus seorang lelaki untuk memungut zakat dari Bani
Mustaliq setelah mereka ditaklukkan dengan jalan perang. Maka kaum Bani
15 Ibid.hlm. 302-303
72
sebagai raasa hormat mereka kepada Rasulullah SAW. Akan tetapi setelah
membisikkan kepada utusan Rasulullah SAW bahwa mereka (kaum Bani Mustaliq
itu) hendak membunuhnya. Maka lelaki itu kembali kepada Rasulullah SAW dan
kepada Rasulullah SAW saat beliau SAW shalat lohor. Lalu mereka berkata,
“kami berlindung kepada Allah dari murka Allah SWT dan murka Rasul-Nya,
engkau telah mengutus seorang lelaki kepada kami sebagai penarik zakat. Maka
kami merasa gembira dan senang dengan berita itu. Tapi sesampainnya di tengah
jalan, dia kembali; maka kami takut bila hal itu merupakan kemurkaan dari Allah
dan Rasu-Nya (terhadap kami).” Mereka masih terus berbicara dengan Rasulullah
SAW hingga datanglah Bilal r.a. lalu mengumandangkan azan shalat ashar. Ummu
Salamh r.a. melanjutkan kisahnya, bahwa lalu turunlah ayat ini, yaitu firman-Nya:
sehubungan dengan ayat ini. Disebutkan bahwa Rasulullah SAW mengutus Al-
Walid Ibnu Uqbah Ibnu Abu Mu’it itu kepada orang-orang Bani Mustaliq untuk
memungut zakat dari mereka. Dan sesungguhnya mereka ketika mendengar berita
73
itu merasa bahagia, lalu mereka keluar hendak menyambut utusan dari Rasulullah
SAW.
zakat.” Maka Rasulullah benar-benar marah mendengar laporan itu. Dan ketika
bahwa utusanmu kembali lagi di tengah jalan, maka kami merasa khawatir bila hal
kami, dan sesungguhnya kami berlindung kepada Allah dari kemurkaan-Nya dan
murka Rasul-Nya.” Dan sesungguhnya Nabi SAW dan kaum muslim telah
mengurung mereka dan hampir saja menyerang mereka, tetapi Allah SWT
Walid Ibnu Uqbah kepada Bani Mustaliq untuk mengambil harta zakat mereka.
Rasulullah. Menurut riwayat Qatadah, disebutkan bahwa selain itu mereka murtad
dari Islam.
74
mereka, tetapi beliau SAW berpesan kepada Khalid agar meneliti dahulu
untuk melihat keadaan mereka; ketika mata-mata Khalid kembali kepada mereka,
pada Islam, dan mereka mendengar suara adzan di kalangan Bani Mustaliq serta
suara shalat mereka. Maka keesokan harinya Khalid r.a. mendatangi mereka dan
melihat hal yang menakjubkan dirinya di kalangan mereka, lalu ia kembali kepada
Rasulullah, dan menceritakan apa yang disaksikannya, lalu tidak lama kemudian
ulama Salaf, antara lain Ibnu Abu Laila, Yazid Ibnu Ruman, Ad-Dakhlak, Muqattil
Ibnu Hayyan, dan lain-lainnya. Mereka mengatakan sehubungan dengan ayat ini,
bahwa ayat ini diturunkan berkenaan dengan Al-Walid Ibnu Uqbah, hanya Allah-
kemaslahatan kalian dan lebih sayang kepada kalian dari pada diri kalian sendiri.
Dan pendapatnya untuk kalian lebih sempurna dari pada pendapat kalian untuk
diri kalian sendiri. Hal yang senada di sebutkan oleh Allah SWT melaui firman-
Nya:
Yakni setidaknya dia menuruti kalian dalam semua apa yang kalian pilih,
niscaya hal itu akan mengakibatkan kamu mengalami kesusahan dan merasa
berdosa. Semakna dengan apa yang disebutkan dalam ayat lain melaui firman
Allah SWT:
Bahz, telah menceritakan kepada kami Ali Ibnu Mas’adah, telah menceritakan
kepada kami Qatadah, dari Anas r.a. yang mengatakan bahwa Rasulullah SAW
pernah bersabda:
yakni dosa-dosa besar, yang dimaksud dengan Al-Isyan ialah semua perbuatan
durhaka, ini merupakan kesempatan nikmat dari Allah SWT yang bertingkat-
tingkat:
٧ ك هههمٱِليلرإشهدوون
أهذويلوئإ و
Mereka itulah orang-orang yang mengikuti jalan yang lurus (QS. Al-Hujurat 7)
Orang-orang yang mempunyai sifat-sifat ini adalah orang-orang yang
mengikuti jalan yang lurus, Allah-lah yang telah menganugerahkan hal ini kepada
mereka.18
Mu’awiyah Al-Fazzari, telah menceirakan kepada kami Abdul Wahid Ibnu Aiman
Al-Makki, dari Abu Rifa’ah Az-Zurqi, dari ayahnya yang mengatakan bahwa
ketika terjadi perang Uhud dan pasukan kaum musrik telah pulang, maka
Rasulullah bersabda;
dari Ziad Ibnu Ayyub, dari Marwan Ibnu Muawiyah, dari Abdul Wahid Ibnu
Aiman, dari Ubaid Ibnu Rifa’ah, dari ayahnya dengan sanad yang sama.19
19 Ibid.hlm. 308-310
78
Yaitu Maha Mengetahui siapa yang berhak mendapat hidayah dan siapa
yang berhak mendapat kesesatan, lagi Dia Maha Bijaksana dalam semua ucapan,
ووإإن وطاَئإوفوتاَإن إمون ٱلهمؤُإمنإيِونٱِقوتتونلهوُاذ فووأصلإهحوُاذ بويِنونههوماَ فوإإَن بونوغت إإحودىَينههوماَ وعولىِ ٱلهأخوريىَ فونيوقتإلهوُاذ
إ إ إ إ إ إ
ٱلإت توبُغيِ وح ل يت توفيِنءو إ و يلن أومنإر ٱللنه فونإإَن فوناَوءت فوأوصنلهحوُاذ بويِنونههومناَ بإٱِلوعندل وووأقسنهطوُاذ إلن ٱللنهو
إ إ إإ هإي ي
إلنواَٱلهمؤُمهنوُون إإخووُة فوأوصنلهحوُاذ بو و٩ ي
ين أووخنووُيِهكم ووٱتلنهقنوُذاٱللهو لووعلهكنم هتروحهموُون ب ٱلهمقسط و
١٠
Dan kalau ada dua golongan dari mereka yang beriman itu berperang hendaklah
kamu damaikan antara keduanya! Tapi kalau yang satu melanggar perjanjian
terhadap yang lain, hendaklah yang melanggar perjanjian itu kamu perangi
sampai surut kembali pada perintah Allah. Kalau dia telah surut, damaikanlah
antara keduanya menurut keadilan, dan hendaklah kamu berlaku adil;
sesungguhnya Allah mencintai orang-orang yang berlaku adil. Orang-orang
beriman itu sesungguhnya bersaudara. Sebab itu damaikanlah (perbaikilah
hubungan) antara kedua saudaramu itu dan takutlah terhadap Allah, supaya
kamu mendapat rahmat.21
Allah SWT berfirman memerintahkan kaum mukmin agar mendamaikan
diantara dua golongan yang satu sama lainnya:
Dan kalau ada dua golongan dari mereka yang beriman itu berperang hendaklah
kamu damaikan antara keduanya (QS. Al-Hujurat 9)
Allah menyebutkan mereka sebagai orang-orang mukmin, padahal mereka
berperang satu sama lainnya. Berdasarkan ayat ini Imam Bukhari dan lain-lainnya
dari keimanannya, betapapun besarnya maksiat itu. Tidak seperti yang dikatakan
oleh golongan Khawarij dan para pengikutnya dari kalangan Mu’tazilah dan lain-
lainnya (yang mengatakan bahwa pelaku dosa besar dimasukan ke neraka untuk
selama-lamanya). Hal yang sama telah disebutkan di dalam kitab Sahih Bukhari
melaui hadis Al-Hasan, dari Abu Bakar r.a. yang mengatakan bahwa pada suatu
Al-Hasan Ibnu Ali r.a. Lalu beliau sesekali memandang ke arah cucunya itu, dan
سإلإمذيِون
صإلوح بإإه وبيِذون إفوئتوذيِإن عوإظويِومذتيِإن مإون ذالهم ذ
ال تووعولىِ اوذن يِه ذ
إانل ذابنإىِ هووذا سوييِهد ووولوعلل ه
Sesungguhnya anak (cucu) ku ini adalah pemimpin, mudah-mudahan
dengan melauinya Allah mendamaikan diantara dua golongan besar
kaum muslimin (yang berperang).
Nabi SAW sesudah beliau tiada. Allah SWT melaui Al-Hasan telah mendamaikan
antara penduduk Irak sesudanh kedua belah pihak terlibat dalam peperangan yang
ووإإن وطاَئإوفوتاَإن إمون ٱلهمؤُإمنإيِونٱِقوتتونلهوُاذ فووأصلإهحوُاذ بويِنونههوماَ فوإإَن بونوغت إإحود يىَنههوماَ وعولىِ ٱلهأخوريىَ فونيوقتإلهوُاذ
ٱلإت توبُإغيِ وح ل يت توإفيِءو إ و يل وأمإر ٱللإه
Dan kalau ada dua golongan dari mereka yang beriman itu berperang
hendaklah kamu damaikan antara keduanya! Tapi kalau yang satu
melanggar perjanjian terhadap yang lain, hendaklah yang melanggar
perjanjian itu kamu perangi sampai surut kembali pada perintah Allah
(QS. Al-hujurat 9) 23
Yakni hingga keduanya kembali taat kepada perintah Allah SWT dan
Rasul-Nya, seperti mau mendengar perkara yang hak dan menaatinya. Seperti
yang disebutkan di dalam hadis sahih, dari Anas r.a. bahwa Rasulullah SAW
pernah bersabda:
SAW bersabda:
صهروك اإليِاَهه
الظذلإم وفوذاكو نو ذ
وتذمونعهه إمون ي
Engkau cegah ia dari perbuatan aniaya, itulah cara engkau menolongnya. 24
mendengar ayahnya menceritakan bahwa Anas r.a. pernah berkata, bahwa pernah
dikatakan kepada Nabi SAW, “Sebaiknya engkau datang kepada Abdullah Ibnu
mukmin berjalan kaki mengiringinya. Jalan yang mereka tempuh adalah jalan
yang terjal. Setelah Nabi SAW sampai ditempatnya, maka ia (Abdullah Ibnu
Maka seseorang lelaki dari kalangan Ansar berkata, “Demi Allah, sesungguhnya
pukulan tangan, dan terompah. Maka menurut berita yang sampai kepada kami,
Abdul A’la; keduanya dari Al-Mu’tamir Ibnu Sulaiman, dari ayahnya dengan
maka Allah SWT menurunkan ayat ini dan memerintahkan kepada Nabi SAW
dikenal dengan nama Imran mempunyai istri yang dikenal dengan nama Ummu
dan menyekap istrinya itu dikamar atas dan tidak boleh ada seorangpun dari
untuk menemui orangtuanya. Maka kaum si istri datang dan menurunkannya dari
mengetahui hal itu, lalu ia keluar dan meminta bantuan kepada keluarganya.
keluarga si istri agar tidak dibawa oleh kaumnya. Maka terjadilah perkelahian
yang cukup seru diantara dua belah pihak dengan terompah (sebagai senjatanya),
maka turunlah ayat ini berkenaan denagn mereka dan mendamaikan mereka,
٩ي إإ فوإإَن وفاَوءت فووأصلإهحوُاذ بويِنونههوماَ بإٱِلوعدإل وووأقإسهطوُاذ إلن ٱللهو هإي ي
ب ٱلهمقسط و
Kalau dia telah surut, damaikanlah antara keduanya menurut keadilan,
dan hendaklah kamu berlaku adil; sesungguhnya Allah mencintai orang-
orang yang berlaku adil (QS. Al-Hujurat 9)
berkaitan dengan kerugian yang dialami oleh salah satu pihak akibat ulah pihak
yang lain, yakni putuskanlah hal itu dengan adil dan bijaksana.
Zar’ah, telah menceritakan kepada kami Muhammad Ibnu Abu Bakar Al-
Maqdami, telah menceritakan kepada kami Abu A’la, dari Ma’mar dari Az-Zuhri,
dari Sa’id Ibnu Musayyab, dari Abdullah Ibnu Amr r.a. yang mengatakan bahwa
سهطذوُا
اَن عولز وو وجلل إبوماَ اوذق و
الرذحوم إ
يِدي إ ل
الدنذويِاَ عوولىِ مووناَ بإور إمذن هلذؤُهلإؤُ وبيِذون و
ف ي سإطيِذون إ
إانل ذالهمذق إ
َالدنذيِوا
إفىِ ي
Sesungguhnya orang-orang yang berlaku adil di dunia berada di atas
mimbar-mimbar dari cahaya di sisi Tuhan Yang Maha Pemurah berkat
keadilan mereka sewaktu di dunia. 27
Imam Nasai meriwayatkan hadis ini dari Muhammad Ibnu Musanna dari
Abdul A’la dengan sanad yang sama. Sanad hadis ini kuat lagi baik, tetapi para
Muhammad Ibnu Abdullah ibnu Yazid, telah menceritakan kepada kami Sufyan
Ibnu Uyaynah, dari Amr Ibnu Dinar, dari Amr Ibnu Aus, dari Abdullah Ibnu Amr
Orang-orang yang adil kelak di ahari kaimat di sisi Allah berada diatas
mimbar-mimbar dari cahaya di sebelah kanan ‘Arasy mereka adalah
orang-orang yang berlaku adil dalam hukumnya, dan terhadap keluarga
dan kekuasaan yang dipercayakan kepada mereka.
إلوناَٱلهمؤُإمهنوُون إإخووُة
Orang-orang beriman itu sesungguhnya bersaudara (QS. Al-Hujurat 10)
Yakni semuanya adalah saudara seagama, seperti yang disebutkan oleh
ك بإثإذلإه ك اوإم ذ إ
ي وولو و اإوذا ودوعاَ الذمسلإإم إلوإخذيِإه بإظوذهإر الذغوذيِ إ
ب وقاَول الذوملو ه هذ
Apabila seorang muslim berdoa untuk kebaikan saudaranya tanpa
sepengetahuan yang bersangkutan. Maka malaikat mengamininya dan
mendoakan, “semoga engkau mendapat hal yang serupa.
Hadis-hadis yang menerangkan hal ini cukup banyak; dan di dalam hadis
إ
َضا الذؤُمهن وكاَالذبُهنذننويِاَإن يِإهشيد بونذع ه
ضهه بونذع ن
Orang mukmin (terhadap mukmin lainnya) bagaikan satu bangunan, satu
ه
sama lainnya saling kuat menguatkan.
Lalu Rasulullah SAW merangkumkan jari jemarinya. Imam Ahmad
Ibnu Sabit, telah menceritakan kepadaku Abu Hazim yang mengatakan bahwa ia
pernah mendengar Sahl Ibnu Sa’d As-Saidi r.a. menceritakan hadis berikut dari
إ إ إ إ إ إ إ إإ إ إ إ إ
وقاَول الن الهذؤُمهن مذن اوذهإل اذلوماَن بوذنإز لوة اللرأذإس مذن اذلووسد يِوأذوله الهذؤُمهن لوذهإل اذلوماَن وكوماَ ويِاَوله
اولوسهد لإوماَ إف اللرأذإس
Sesungguhnya orang mukmin dari kalangan ahli iman bila dimisalkan
sama kedudukannya dengan kepala dari suatu tubuh; orang mukmin akan
merasa sakit karena derita yang dialami oleh ahli iman, sebgaimana
tubuh merasa sakit karena derita yang dialami oleh kepala.
Imam Ahmad meriwayatkan hadis ini secara munfarid, sedangkan
إ
فووأصلهحوُاذ بو و
ي أووخووُيِهكم
Maka damaikanlah (perbaikilah hubungan) antara kedua saudaramu (QS. Al-
Hujurat 10)
Yakni diantara kedua golongan yang berperang itu.
ووٱتلنهقوُذاٱللهو
Dan bertaqwalah kepada Allah (QS. Al-Hujurat 10)
Dalam semua urusan kalian.
kepada-Nya. 30
يِيوأويِنيوهاَٱلإذيِون وءاومنهوُاذ ول ويِسوخر وقوُم يمن قنونوُضم وعوسنيىِ وأن يِوهكوُننهوُاذ وخيَا يمنههننم ووول نإوسناَء يمننن نيوسناَضء
س ٱإلٱِسنهم ٱلهفهسننوُهق و ن ئ وعسنيىِ وأن يِوهكنلن وخيَا يمنههنلن وول وتلإمنهزواذ وأنهفسنهكم وول تونننوناَبونهزواذ بنإنٱِلوأليوق إ
ب بإ
و و و و
١١ ك هههم ٱل يظللإهموُون وبعود ٱلإإَييوإن ووومن لل يِونهتب فوأهذويلوئإ و
Hai orang-orang yang beriman, janganlah sekumpulan orang laki-laki
merendahkan kumpulan yang lain, boleh jadi yang ditertawakan itu lebih baik
dari mereka. Dan jangan pula sekumpulan perempuan merendahkan kumpulan
lainnya, boleh jadi yang direndahkan itu lebih baik. Dan janganlah suka mencela
dirimu sendiri dan jangan memanggil dengan gelaran yang mengandung ejekan.
Seburuk-buruk panggilan adalah (panggilan) yang buruk sesudah iman dan
barangsiapa yang tidak bertobat, maka mereka itulah orang-orang yang zalim.
Allah SWT melarang menghina orang lain, yakni meremehkan dan
mengolok-olok mereka. Seperti yang disebutkan pula dalam hadis sahih dari
di sisi Allah dan lebih di sukai oleh-Nya dari pada orang yang meremehkannya.
يِيوأويِنيوهاَٱلإذيِون وءاومنهوُاذ ول ويِسوخر وقوُم يمن قنونوُضم وعوسنيىِ وأن يِوهكوُننهوُاذ وخيَا يمنههننم ووول نإوسناَء يمننن نيوسناَضء
وعوسيىِ وأن يِوهكلن وخيَا يمنههلن
Hai orang-orang yang beriman, janganlah sekumpulan orang laki-laki
merendahkan kumpulan yang lain, boleh jadi yang ditertawakan itu lebih baik
pengumpat dan pencela dari kalangan kaum lelaki adalah orang-orang yang
tercela lagi dilaknat, seperti yang disebutkan oleh Allah SWT dalam firman-Nya:
١ لموزةض
وويِل ليهكيل ههووزة ي و
Kecelakaanlah bagi setiap pengumpat lagi pencela (QS. Al-Humazah 1)
adalah ungkapan celaan dengan lisan. Seperti pengertian yang terdapat di dalam
batas terhadap mereka, dan berjalan kesana kemari menghambur fitnah, mengadu
domba, yaitu mencela dengan lisan. Karena itulah dalam surat ini disebutkan oleh
firman-Nya:
Abbas, Mujahid, Sa’id Ibnu Jubair, Qatadah dan Muqatil Ibnu Hayyan telah
Hujurat 11)
Yakni janganlah kamu memanggil orang lain dengan gelar yang buruk
yang tidak enak didengar oleh yang bersangkutan. Imam Ahmad mengatakan,
“telah menceritakan kepada kami Ismail, telah menceritakan kepada kami Daud
ibnu Abu Hindun, dari Asy-Sya’bi yang mengatakan bahwa telah menceritakan
dengan kami Bani Salamah ayat berikut diturunkan, Allah SWT berfirman:
mempunyai dua nama atau tiga nama. Tersebutlah pula apabila beliau memanggil
seseoramg dari mereka dengan salah satu namanya. Mereka megatakan, “wahai
turunlah firman-Nya:
Hujurat 11)
Imam Abu Daud meriwayatkan hadis ini dari Musa Ibnu Ismail, dari
panggil memanggil dengan gelar-gelar yang buruk, seperti yang biasa dilakukan
kalian masuk Islam dan berakal, lalu kalian kembali kepada tradisi jahiliah itu.
ووومن لل يِونهتب
Dan barangsiapa yang tidak bertobat (QS. Al-Hujurat 11)
Yakni dari kebiasaan tersebut.
١١ ك هههم ٱل يظللإهموُون
فوأهذويلوئإ و
Maka mereka itulah orang-orang yang zalim (QS. Al-Hujurat 11). 33
berprasangka buruk, yakni mencurigai keluarga dan kaum kerabat serta oranglain
dengan tuduhan yang buruk yang bukan pada tempatnya. Karena sesungguhnya
sebagian dari hal tersebut merupakan hal yang murni dosa, untuk itu hendaklah
terhadap suatu kalimat yang keluar dari lisan saudaramu yang mukmin melainkan
Qasim Ibnu Abu Damrah Nasr Ibnu Muhammad Ibnu Sulaiman Al-Himsi, telah
Ibnu Abu Qais An-Nadri, telah menceritakan kepada kami Abdullah Ibnu Amr r.a.
yang mengatakan bahwa ia pernah melihat Nabi SAW sedang tawaf di Kabah
seraya mengucapkan:
Malik r.a. telah meriwayatkan dari Abu Zanad, dari Al-A’raj, dari Abu Hurairah
Imam Muslim meriwayatkannya dari Yahya Ibnu Yahya. Imam Abu Daud
Sufyan Ibnu Uyaynah telah meriwayatkan dari Az-Zuhri, dari Anas r.a.
Muhammad ibnu Abu Rijal, dari ayahnya, dari kakeknya Harisah Ibnu Nu’man
SAW menjawab:
Abu Syaibah, telah menceritakan kepada kami Abu Muawiyyah dari Al-A’masy,
dari Zaid r.a. yang menceritakan bahwa sahabat Ibnu Mas’ud r.a. pernah
dikatakan keapda Ibnu Mas’ud , “ini adalah si Fulan yang jenggotnya meneteskan
khamr (yakni dia baru saja minum khamr).” Maka Ibnu Mas’ud r.a. menjawab,
“sesungguhnya kami dilarang memata-matai oranglain. Tetapi jika ada bukti yang
kelihatan oleh kita, maka kita harus menghukumnya.” Ibnu Abu Hatim
menjelaskan nama lelaki tersebut didalam riwayatnya, dia adalah Al-Walid Ibnu
menceritakan kepada kami Lais, dari Ibrahim ibnu Nasyit Al-Khaulani, dari Ka’ab
ibnu Alqamah, dari Abu Haisam, dari Dajin (juru tulis Uqbah) yang menceritakan
tetangga yang gemar minum khamr, dan aku akan memanggil polisi untuk
nasihatilah mereka dan ancamlah mereka.” Dajin melakukan saran Uqbah, tetapi
mereka tidak mau juga berhenti dari minumnya. Akhirnya Dajin datang kepada
perbuatannya, tetapi mereka tidak juga mau berhenti. Dan sekarang aku akan
memanggil polisi susila untuk menagkap mereka.” Maka Uqbah berkata kepada
Dajin, “janganlah kamu lalkukan hal itu, celakalah kamu, karena sesungguhnya
Sa’d dengan sanad dal lafadz yang sama. Sufyan Asy-Syauri telah meriwayatkan
dari Rasyid Ibnu Sa’d dan Muawiyyah r.a. yang mengatakan bahwa ia pernah
Abu Darda mengatakan suatu kalimat yang ia dengar dari Mu’awiyah r.a.,
yang sama.
Abu Daud mengatakan pula, telah menceritakan kepada kami Sa’id Ibnu
Amr Al-Hadrami, kepada menceritakan kepada kami Ismail Ibnu Iyasy, telah
menceritakan kepada kami Damdam Ibnu Zur’ah, dari Syuraih Ibnu Ubaid, dari
Zubair Ibnu Nafir, Kasir Ibnu Murrah, Amr Ibnu Aswad, Al-Miqdam ibnu Ma’di
Kariba dan Abu Umamah r.a. dari Nabi SAW yang telah bersabda:
وو ول وتولسهسوُاذ
Dan janganlah mencari-cari keburukan orang (QS. Al-Hujurat 12)
Yakni sebagian dari kalian terhadap sebagian yang lain. Lafadz tajassus
mata-mata dalam bahasa Arabnya disebut jasus. Adapun mengenai lafadz tahassus
dalam firman Allah SWT yang menceritakan perihal nabi Yakub yang telah
يِنبُإن اذذهبُنوُا فونتوحلسسوُا إمن يِنوُسف واوإخيِإه وول توأيِنئوسوُا إمن لروإح الإ
وو ل و ه ذ و ه ذ ذ ه ذ ه و و ذ و ذ ه ذ ذ ذ
Hai anak-anakku, pergilah kamu, maka carilah berita tentang yusuf dan
saudaranya. Dan jangan kamu berputus asa dari Rahmat Allah (QS. Yusuf
87)
94
pengertian yang terdapat dalam hadis sahih, bahwa Rasulullah SAW bersabda
yang artinya:
pihak lain, dan tahassus adalah mencari-cari berita suatu kaum, sedangkan pihak
yang bersangkutan tidak mau beritanya itu terdengar atau disadap. Tadabur artinya
َضا
ضهكم وبع ن
ووول ويِغوتب لبع ه
Dan janganlah menggunjingkan satu sama lain (QS. Al-Hujurat 12) 37
إ إ
ذذكهروك أووخاَوك بواَ توذكورهه
Kamu gunjingkan saudaramu, dengan hal-hal yang tidak disukainya.
Lalu ditanyakan, “bagaimanakah jika yang dipergunjingkan itu ada
dengan sanad yang sama, imam Turmudzi mengatakan bahwa hadis ini sahih.
Ibnu Jarir meriwayatkannya dari Bandar, dari Gundar, dari Syu’bah, dari Al-A’la.
Hal yamg sama telah dikatakan oleh Ibnu Umar r.a., Masruq, Qatadah, Abu Ishaq,
kepadaku Ali Ibnu Aqmar, dari Abu Huzaifah, dari Aisyah r.a. yang mengatakan
Selain Musaddad menyebutkan bahwa safiyyah itu adalah wanita yang pendek.
Rahman ibnu Mahdi, dari Waki’. Ketiga-tiganya dari Sufyan As-Sauri, dari Ali
Ibnu Aqmar, dari Abu Huzaifah Salamah Ibnu Suhaib Al-Arhabi, dari Aisyah r.a.
dengan sanad yang sama. Imam Turmudzi mengatakan bahwa hadis ini hasan
sahih.
Syawarib, telah menceritakan kepada kami Abdul Walid Ibnu Ziad, telah
kami Hassan Ibnu Mukhariq, bahwa pernah seorang wanita menemui Siti Aisyah
r.a. di dalam rumahnya. Ketika wanita itu bediri dan bangkit hendak keluar, Siti
Aisyah r.a. berisyarat kepada Nabi SAW dengan tangannya yang menunjukkan
َاإذغتوذبُتإذيِنوها
Engkau telah mengumpatnya
Gibah atau mengumpat adalah perbuatan yang haram menurut kesepakatan
semua ulama. Tiada pengecualian kecuali hanya terhadap hal-hal yang telah
diyakini kemaslahatannya, seperti dalam hal jarh, dan ta’dil (yakni istilah ilmu
mustalahul hadis yang menerangkan tentang prediakt para perawi seorang demi
Seperti sabda Nabi SAW ketika ada seorang lelaki pendurhaka meminta
Juga seperti sabda Nabi SAW kepada Fatimah Binti Qais r.a. yang dilamar
oleh Mu’awiyah dan Abdul Jahm. Maka Nabi SAW bersabda kepadanya
memberinya nasihat:
yang selain dari itu tetap diharamkan dengan snagat, dan ada peringatan yang
pelakunya sebagaimana memakan daging manusia yang telah mati. Hal ini
yang sebenarnya jauh lebih keeras dari pada yang digambarkan. Ungkapan seperti
ayat di atas hanyalah untuk menimbulkan rasa antipati terhadap perbuatan tersebut
dan sebagai peringatan agar tidak dikerjakan. Perihalnya sama seperti apa yang
kembali hibahnya:
berbagai jalur, bahwa Rasululllah SAW dalam haji wada’nya mengatakan dalam
diharamkan atas kalian sebagaimana kesucian hari, bulan, dan negeri kalian ini.
Abu Daud mengatakan telah menceritakan kepada kami Wasil Ibnu Andul
A’la, telah menceritakan kepada kami Asbath Ibnu Muhammad, dari Hisyam ibnu
SA’d, dari Zaid Ibnu Aslam, dari Abu Saleh dari Abu Hurairah r.a. yang
Muhammad, dari Ayahnya dengan sanad yang sama. Dan Imam Turmudzi
mengatakan bahwa hadis ini hasan gharib. Telah menceritakan pula kepada kami
Usman Ibnu Abu Syaibah, telah menceritakan kepada kami Al-Aswad Ibnu Amir,
telah menceritakan kepada kami Abu Bakar ibnu Iyasy, dari Al-A’Masy, dari Sa’d
Ibnu Abdullah Ibnu Khadij, dari Abu Burdah Al-Balawi yang mengatakan bahwa
Hai orang-orang yang iman dengan lisannya, tetapi iman belum meresap
kedalam kalbunya, janganlah kalian menggunjing orang-orang muslim,
dan janganlah pula kalian menelusuri aurat mereka, karena barang siapa
yang menelusuri aurat mereka, maka Allah akan membalas
denganmenelusuri auratnya. Dan barang siapa yang ditelusuri auratnya
oleh Allah maka Allah akan mempermalukannya di dalam rumahnya.
Imam Abu Daud meriwayatkan hadis ini secara tunggal, hal yang semisal
telah diriwayatkan pula melalui Al-Barra Ibnu Azid, untuk itu Al-Hafidz Abu
Mus’ab Ibnu Salam, dari Hamzah ibnu Habib Az-Zayyat, dari Abu Ishaq As-
Suba’I dari Al-Barra Ibnnu Azib r.a yang mengatakan bahwa Rasulullah SAW
berkhotbah kepada kami sehingga suara beliau terdengar oleh kaum wanita yang
Hai orang-orang yang iman dengan lisannya, tetapi iman belum meresap
kedalam kalbunya, janganlah kalian menggunjing orang-orang muslim,
dan janganlah pula kalian menelusuri aurat mereka, karena barang siapa
yang menelusuri aurat mereka, maka Allah akan membalas
menceritakan kepada kami Yahya Ibnu Aksam, telah menceritakan kepada kami
Al-Fadl Ibnu Musa Asy-Syaibani, dari Al-Husain Ibnu Waqid, dari Aufa ibnu
Dalham, dari Nafi’, dari Ibnu Umar, bahwa Rasulullah SAW pernah bersabda
yang artinya:
Hai orang-orang yang iman dengan lisannya, tetapi iman belum meresap
kedalam kalbunya, janganlah kalian menggunjing orang-orang muslim,
dan janganlah pula kalian menelusuri aurat mereka, karena barang siapa
yang menelusuri aurat mereka, maka Allah akan membalas
denganmenelusuri auratnya. Dan barang siapa yang ditelusuri auratnya
oleh Allah maka Allah akan mempermalukannya sekalipun ia berada di
dalam tandunya. 42
Dan pada suatu hari ibnu Umar memandang ke arah ka’bah, lalu berkata,
disisi Allah.”
Syiraih, telah menceritakan kepada kami Qutaibah, dai ibnu Sauban, dari ayahnya,
dari Mak-hul, dari Waqqas ibnu Rabi’ah, dari Al-Miswar yang menceritakan
menceritakan pula kepada kami Ibnu Musaffa, telah menceritakan kepada kami
Baqiyyah dan Abdul Mugirah, telah menceritakan kepada kami Safwan, telah
menceritakan kepadaku Rasyid Ibnu Sa’d dan Abdur Rahman Ibnu Jubair, dari
diriwayatkan oleh Imam Ahmad, dari Abu Mugirah Abdul Quddus Ibnu Hajjaj
telah menceritakan kepada kami Ahmad Ibnu Abdah, telah menceritakan kepada
kami Abu Abdus Samad Ibnu Abdul Aziz Al-ummi, telah menceritakan kepada
kami Abu Harun Al-Abdi, dari Abu Said Al-Khudri yang mengatakan bahwa kami
pernah berkata, “wahai Rasulullah, ceritakanlah kepada kami apa yang telah
engkau lihat dalam perjalanan isra (malam) mu.” Maka diantara jawaban beliau
makhluk Allah yang banyak terdiri dari kaum laki-laki dan wanita. Mereka
diserahkan kepada para malaikat yang berupa kaum laki-laki yang dengan sengaja
mencomot daging lambung seorang dari mereka sekali comot sebesar terompah,
kemudoan mereka jajalkan daging itu ke mulut seorang lainnya dari mereka. Lalu
yang sudah mati? Maka tentulah kamu merasa jijik kepadanya.” Dan orang
menceritakan kepada kami Ar-Rabi’ dari Yazid dari Anas bahwa Rasulullah SAW
memerintahkan kepada orang-orang untuk melakukan puasa atu hari, tidak boleh
datang kepada Rasulullah SAW lalu mengatakan, “sejak pagi hari saya berpuasa,
maka izinkanlah bagiku untuk berbuka.” Kemudian ia diberi izin untuk berbuka.
Dan datang lagi lelaki lainnya yang juga meminta izin untuk berbuka, lalu
dua orang wanita dari kalangan keluargamu (istri-istrimu) sejak pagi melakukan
puasa, maka berilah izin kepada keduanya untuk berbuka.” Tetapi Rasulullah
SAW berpaling darinya, lalu lelaki itu mengulangi lagi laporannya. Akhirnya
lelaki itu datang kepada Nabi SAW dan melaporkan apa yang telah terjadi, Nabi
SAW bersabda:
diriwwayatkan oleh Al-hafiz Al-Baihaqi melalui hadis Yazid ibnu Harun, telah
mendengar seorang lelaki bercerita di majlis Abu Usman An-nahdi, dari Ubaid
maula Rasulullah SAW bahwa di masa Rasulullah SAW pernah ada dua orang
wanita berpuasa, lalu seorang lelaki datang kepada Rasulullah SAW melaporkan,
“wahai Rasulullah, di sini ada dua orang wanita berpuasa, tetapi keduanya hampir
Lelaki itu kembali berkata, “wahai Nabi Allah, demi Allah sesungguhnya
keduanya sekarat atau hampir saja sekarat.” Maka Rasulullah SAW bersabda,
atau mangkuk, dan Nabi SAW berkata kepada salah satu dari wanita itu,
memenuhi separo waddah itu. Kemudian Nabi Saw berkata kepada wanita
lainnya, “muntahlah!” lalu waita itu memuntahkan nanah, darah, muntahan darah
kental, dan lainnya hingga wadah itu penuh, kemudian Nabi SAW bersabda:
Sesungguhnya wanita itu puasa dari apa yang dihalalkan oleh Allah bagi
keduanya, tapi keduanya tidak puasa dari apa yang diharamkan oleh
Allah atas keduanya; salah satu ari keduanya mendatangi yang lain lalu
keduanya memakan daging orang lain (menggunjingnya). 45
Hal yang sama telah diriwayatkan oleh Imam Ahmad dari Yazid ibnu
Harun dan Ibnu Abu Addi, keduanya dari Salman ibnu Sau’an At-Taimi dengan
snad yang semisal dan lafadz yang sama atau semisal. Kemudian Imam Ahmad
meriwayatkannya pula melalui hadis Musaddad, dari Yahya Al-Qattan dari Usman
Ibnu Qiyas telah menceritakan kepadaku seorang lelaki yang menurutku dia
berada di majelis Abu Usman, dari SA’ad maula Rasulullah SAW bahwa mereka
diperintahkan untuk puasa, lalu ditengah hari datanglah seorang lelaki dan
berkata, “wahai Rasulullah, Fulanah dan Fulanah telah payah sekali,’ tetapi Nabi
SAW berpaling darinya; hal ini berlangsung sebanyak dua atau tiga kali. Pada
Maka Nabi SAW datnag membawa panci atau wadah, dan berkata kepada
salah seorang dari kedau wanita itu, “muntahlah!” wanita itu memuntahkan
daging, daah kental, dan muntahan. Lalu Nabi SAW berakta kepada wanita
lainnya, “muntahlah!” maka wanita itu memuntahkan hal yang sama. Kemudian
Sesungguhnya wanita itu puasa dari apa yang dihalalkan oleh Allah bagi
keduanya, tapi keduanya tidak puasa dari apa yang diharamkan oleh Allah atas
keduanya; salah satu ari keduanya mendatangi yang lain lalu keduanya memakan
daging orang lain (menggunjingnya) hingga perut keduanya penuh dengan
nanah. 46
diriwayatkan dari SA’d. tetapi yang pertama (yaitu ubaid) adalh yang paling sahih.
Ibnu Dakhlak Ibnu Makhlad, telah menceritakan kepada kami ayahku, telah
menceritakan kepada kami Abu Asim, telah menceritakan kepada kami Ibnu
Juraij, telah menceritakan kepada kami Abu Zubair, dari seoranganak Abu
Hurairah, bahwa Ma’iz datang kepada Rasulullah SAW, lalu berkata, “wahai
Rasulullah, aku telah berzina.” Rasulullah SAW berpaling darinya hingga MA’iz
mengulangi ucapannya, sebanyak empat kali, dan pada kelima kalinya Rasulullah
layaknya seorang suami mnedatangi istri yang halal.” Rasulullah Saw bertanya,
kedalam itunya dia, sebagaimana batang celak dimasukkan kedalam wadah celak
Lalu Nabi SAW mendengar dua orang lelaki berkata. Salah satu dari
merka berkata kepada slah seorang dari yang lainnya (temannya). “tidaklah
engkau menyaksikan orang yang telah ditutupi oleh Allah, tetapi dia tidak
membiarkan dirinya hingga harus dirajam seperti anjing dirajam?” lalu Nabi SAW
105
berjalan hingga melaui bangkai keledai, lalu beliau SAW bersabda, “dimanakah si
Fulan dan si Fulan? Suruhlah keduanya turun dan memakan bagkai keledai ini.”
Apa yang kamu berdua katakan tentang saudaramu tadi jauh menjijikan
dari pada bangkai keledai ini rasanya. Demi Tuhan yang jiwaku berada
di dalam genggaman kekuasaan-Nya, sesungguhnya dia sekarang benar-
benar berada di sungai-sungai surga menyelam didalamnya.
Imam Ahmad mengatakan, “telah menceritakan kepada kami Abdus
menceritakan kepadaku Khalid Ibnu Urfutah dari Talhah ibnu Nafi’, dari Jabir
ibnu Abdullah r.a. yang menceritakan bahwa ketika kami bersama Nabi SAW lalu
terciumlah oleh kami bau bangkai yang sangat busuk, maka Rasulullah Saw
besaba:
menceritakan kepada kami Ibrahi ibnu Asy’as, telah menceritakan kepada kami
Al-Fudail ibnu Iyad, dari Sulaiman ibnu Abu Sufyan alias Thalhah ibnu Nafi’,
dari Jubair ibnu Abdullah r.a. yang mengatakan bahwa ketika kami bersama Nabi
SAW dalam satu perjalanan, tiba-tiba terciumlah bau bangkai yang sangat busuk.
ت وهإذإه اليريِذهح اإلن نونوفرا إمن الناَفإإقي اإذغتبُنوُا وناَساَ إمن اهلمسلإإم إ إ
ك بونوعثو ذ
ي فولوذل و
ن و هو ذ و وه ذ ن و ذ ذ و
Sesungguhnya sejumlah orang-orang munafik telah menggunjing
sesorang dari kaum muslim, maka hal tersebutlah yang menimbulkan bau
yang sangat busuk ini.
Dan barangkali beliau SAW bersabda:
ت وهإذإه اليريِذهح
ك وهاَوج ذ
إإ
فولوذل و
karena itulah tercium bau busuk ini.
Ia merasa yakin bahwa Salman r.a. ketika berjalan dengan dua orang
sahabat Nabi SAW dalam suatu perjalanan sebagai pelayan keduanya dan
Suatu hari ketika semua orang telah berangkat, sedangkan Salman tidak ikut
megatakan secara menggerutu, “tiada yang dikehendaki oleh Salman atau budak
ini selain dari yang enaknya saja, yaitu datang tinggal makan, dan kemah sudah
dipasang.
untuk meminta lauk pauk. Maka Salman pun berabgkat hingga datang kepada
Rasulullah SAW seraya membawa lauk pauk. Lalu Salman berkata, “wahai
kepada mereka apa yang telah dikatakan oleh Rasulullah SAW. Kemudian
keduanya berangkat hingga ke tempat Nabi SAW lalu berkata, “demi Tuhan yang
telah mengutusmu dengan hak, kami belum makan sejak pertama kali kita
Mukhtar-nya melalui jalur Hasan ibnu Hilal, dari Hammad ibnu Salamah, dari
Sabit, dari Anas ibnu Malik r.a. yang telah menceritakan bahwa dahulu oang-
orang Arab biasa melayani yang lainnya dengan perjalanan. Dan tersebutlah Abu
Bakar dan Umar r.a. membawa serta seorang lelaki yang melayani keduanya. Lalu
kedaunya tidur dan bangun, tapi lelaki itu tidak menyediankan makanan untuk
mereka berdua, lalu mereka kedaunya mengatakan bahwa sesungguhnya orang ini
itu dan mengatakan kepadanya, “pergilah kepada Rasulullah SAW dan katakan
kepada beliau bahwa Abu Bakar dan Umar mengirimkan salam untuknya dan
kedaunya meminta lauk pauk dari beliau.” Ketika pelayan itu sampai ke tempat
Nabi SAW maka beliau SAW besabda, “sesungguhnya mereka berdua telah
Maka Abu Bakar dan Umar datang menghadap kepada Rsulullah SAW dan
bertanya, “wahai Rsulullah, lauk pauk apakah yang telah kami peroleh?’ mak
إ إإ إ إ
ووالذيِذون النلنذفسيِ بإيِوده اين ولوورىَ ولذومهه بون ذ و
َي ثونوناَويِاَ هكوما
Demi Tuhan yang jiwaku berada dalam genggaman kekuasaan-Nya
sesungguhnya aku melihat dagingnya berada di lambungmu.
Keduanya berkata, “wahai Rasulullah, mohonkanlah ampunan bagi kami.”
Hakam Ibnu Musa, telah menceritakan kepada kami Muhammad Ibnu Maslamah
dari Muhammad Ibnu Ishaq, dari pamannya Musa Ibnu Yasar, dari Abu Hurairah
َب اإلوذيِإه إف اذلوإهورإة فونيِونوقاَهل لوهه هكذلهه إميِينتاَ وكوماَ أووكذلتوهه وحليِا إإ إ
ومذن أووكول مذن ولذإم أوخذيِه إف اليدنذنويِاَ قهنير و
Barang siapa yang memakan dging saudaranya sewaktu di dunia, maka
disungguhkan kepadanya daging saudarany itu kelak di akhirat, lalu dikatakan
kepadanya, “makanlah ini dalam keadaan mati sebagaimana engkau memannya
dalam keadaan hidup. 53
Abu Hurairah mengatakan, bahwa lalu dia memakannya, sekalipun dengan
ووٱتلنهقوُذاٱللهو
Dan bertakwalah kepada Allah (QS. Al-Hujurat 12)
kalian dan mejauhi apa yang dilarang oleh-Nya, mak merasalah diri kalian berada
Nya, lagi Maha Penyayang kepada orang yang kembali kepada jalan-Nya dan
percaya kepada-Nya. 54
lain ialah hendaknya yang bersangkutan bertekad untuk tidak mengulangi lagi
dilakukan kepadanya barang kali hatinya lebih sakit dari pada seandainya tidak
diberitahu. Dan cara yang terbaik ialah hendaknya pelaku yang menggujing
orang yang pernah digunjingnya itu dengan segala kemampuan sebagai pelunasan
Hajjaj telah menceritakan kepada kami Abdullah, telah mneceritakan kepada kami
Yahya Ibnu Ayub dari Abdullah ibnu Sulaiman, bahwa ismail ibnu Yahya Al-
Mua’firi telah menceritakan kepadnya bahwa Sahl ibnu Mu’az ibnu Anas Al-
Juhani telah menceritakan kepadnya dari ayahnya, dari Nabi SAW yang telah
bersabda:
Barang siapa yang membela seorang mukmin dari orang munafik yang
menggunjingnya, maka Allah mengirimkan malaikat kepadanya untuk
melindungi dagingnya kelak di hari kiamat dari api jahanam. Dan barang
siapa yang menuduh seorang mukmin dengan tuduhan yang ia maksudkan
untuk mencacinya, maka Allah menahannya di jembatan neraka jahanam
hingga ia mencabut kembali apa yang dituduhkannya itu.
Hal yang telah diriwayatkan oleh Abu Daud melaui hadis Abdullah ibnu
Abu Daud mengatakan, telah menceritakan kepada kami Ishaq Ibnu Sabah,
telah menceritakan kepada kami Ibnu Abu Maryam, telah menceritakan kepada
kami Al-Lais telah menceritakan kepadaku Yahya ibnu Salim, dia pernah
mendengar Ismail ibnu Basyir mengatakan bahwa ia pernah mendengar Jabir ibnu
Abdullah dan Abu Thalhah ibnu Sal Al-Ansari mengatakan bahwa Rsulullah SAW
pernah bersabda:
QS. Al-Hujurat 13
س إلناَ وخولقينوهكم يمن ذووكر ووهأنثويىِ وووجوعلينوهكم هشهعوُباَ ووقونوبُاَئإنول إلتونوعنناَورفهوُاذ إلن وأكورومهكننم إعننود
يِيوأويِنيوهاَٱللناَ ه
١٣ َٱللإه وأتوقيىهكم إلن ٱللهو وعلإيِعم وخإبُي
Hai manusia, sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-
laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan
bersuku-suku supaya kamu saling kenal-mengenal. Sesungguhnya orang
yang paling mulia diantara kamu disisi Allah ialah orang yang paling
takwa diantara kamu. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha
Mengenal.
Allah SWT menceritakan kepada manusia bahwa Dia telah menciptakan
mereka dari diri yang satu dan darinya Allah menciprakan istrinya, yaitu Adam
bangsa alam bahasa Arab ialah Sya’bun yang artinya lebih besar daripada kabilah,
kabilah non Arab. Sedangkan yang dimaksud dengan kabilah-kabilah ialah khusus
untuk orang Arab, seperti halnya kabilah Bani Israil disebut asbath. Keterangan
mengenai hail ini telah kami jabarkan dalam muqadimah terpisah yang sengaja
kami himpunn dalam suatu kitab al-Asbah karya Abu Umar ibnu Abdul Bar, juga
dalam muqadimah kitab yang berjudul Al-Qasdu wal Umam fi Ma’rifati Ansabil
Pada garis besarnya manusia bila ditinjau dari unsur kejadiannya yaitu
tanah liat, sampai dengan Adam dan Hawa a.s. sama saja. Sesungguhnya
kepada Allah SWT dan Rsul-Nya. Karena ituah sesudah melarang perbuatan
mereka, bahwa mereka adalah manusia yang memiliki martabat yang sama:
إلتونوعاَورهفوُاذ
Supaya kamu saling kenal-mengenal (QS. Al-Hujurat 13)
Seperti disebutkan si Fulan bin Fulan dari kabilah anu atau bangsa anu.
Mubarak, dari Abdul Malik ibnu Isa AS-Saqafi, dari Yazid Maula al_Mubda’is
dari Abu Hurairah r.a. dari Nabi SAW yang telah bersabda:
ص نلهذوُاون بإنإه أوذروهنناَومهكإم فوناَإلن إص نلوةو اللرذح نإم وموبُلنةع إف ن اذولذه نإل ومثذ نوراةع إف ن
تونعلم نوُا إم نن أونذسنناَبإهكم منناَ تو إ
و هذ ذ و ذ و
الذوماَإل ومذنوسأوةع إف اذلوثوإر
Pelajarilah nasab-nasab kalian untuk mempererat silaturahmi (hubungan
keluarga) kalian, karena sesunggihnya silaturahmi itu menanamkan rasa
cinta kepada kekeluargaan memperbanyak harta dan memperpanjang
uisa.
Kemudian Imam At-Turmudzi mengatakan bahwa hadis ini garib, ia tidak
Sesungguhnya orang yang paling mulia diantara kamu disis Allah ialah
orang yang paling takwa diantara kamu (QS. Al-Hujurat 13)
Yakni sesungguhnya kalian berbeda-beda dari keutamaan di sisi Allah
Sehubungan dengan hal ini banyak hadis Nabi SAW yang menerangkannya. 61
Ibnu Salam, telah menceritakan kepada kami Abdah, dari Ubaidillah, dari SA’id
ibnu Abu sa’id dari Abu Hurairah yang mengatakan bahwa Rasulullah SAW
pernah ditanya mengenai orang yang paling mulia, siapakah dia sesungguhnya?
bersabda:
beliau bertanya, “kamu maksudkan ialah tentang kemuliaan yang ada di kalangan
melainkan melalui berbagai jalur dari Abdah ibnu Sulaiman, Imam Nasai
mriwayatkannya dalam kitab tafsir, dari Uabidah ibnu Umar Al-Umari dengan
naqid telah menceritakan kepada kami kasir ibnu Hisyam, telah menceritakan
kepada kami Ja’far ibnu Burqan, dari Yazid ibnu Asam, dari Abu Hurairah r.a.
kami Abu Ubaidah Abdul Waris ibnu Ibrahim Al-Askari, telah menceritakan
kepada kami abdur Rahman Ibnu Amr ibnu Jabalah, telah menceeritakan kepada
kami Ubaid Ibnu Hunain At-Ta’I bahwa ia pernah mendengar Muhammad ibnu
Habib ibnu Khirasy Al-Asri menceritakan hadis berikut dari ayahnya yang pernah
kepada kami Al-Hasan Ibnu Husain, telah menceritakan kepada kami Qais (yakni
Ibnu Rabi’) dari Syabib ibnu Urqubah, dari Al-Mustazil ibnu Husain, dari
ِي قونذوُعم يِونذفوخهرذوون إباَوباَئإإهذم أوذو لويِوهكذوُنولن اوذهووُاهن وعولى هكليهكم بننهنوُا اوودم واودم هخلإوق إمن تهنرا ض
ب وولويِونذنتوإه و ل ذ و ذوذ وو ه
ل تونوعولىِ إمون اذلهذعولإن
اإ
Kamu sekalian adalah anak-anak Adam, dan Adam diciptakan dari tanah,
untuk itu hendaklah suatu kaum tidak lagi membangga-banggakan
orangtuanya, atau benar-benar mereka rendah dari serangga tanah
menurut Allah SWT.
Kemudian Al-bazzar mengatakan bahwa kami tidak mengenalnya
menceritakan kepad kami Musa ibnu Ubaidah, dari Abdullah ibnu Dinar, dari ibnu
Umar r.a. yang mengatakn bahwa di hari penaklukan kota Mekkah Rasulullah
Qaswa, beliau mengusap rukun dengan tongkat yang dipegangnya. Maka beliau
tidak menemukan ruangan bagi unta Qaswa di dalam Masjidil Haram itu (karena
penuh sesak dengan orang-orang). Akhirnya beliau turun dari untanya dan
س إلناَ وخولقينوهكم يمن ذووكر ووهأنثويىِ وووجوعلينوهكم هشهعوُباَ ووقونوبُاَئإنول إلتونوعنناَورفهوُاذ إلن وأكورومهكننم إعننود
يِيوأويِنيوهاَٱللناَ ه
١٣ َٱللإه وأتوقيىهكم إلن ٱللهو وعلإيِعم وخإبُي
Hai manusia, sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-
laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan
bersuku-suku supaya kamu saling kenal-mengenal. Sesungguhnya orang
yang paling mulia diantara kamu disisi Allah ialah orang yang paling
takwa diantara kamu. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha
Mengenal (QS. Al-Hujurat 13) 68
Setelah itu beliau SAW mengucapkan istigfar seperti berikut:
Ishaq, telah menceritakan kepada kami ibnu Lahi’ah dari AL-Haris ibnu Yazid
dari Ali Ibnu Rubah, dari Uqbah ibnu Amir r.a. yang mengatakan bahw
Ibnu Jarir meriwayatkannya dari Yunus dari ibnu Wahb dari ibnu Lahi’ah
ع لوذومذيِهملن ننؤُوهه اإلن لون ن وليِوذسن ن نأولههكذم وع ن نذن أوذحوسن نناَبوهكذم وولووعن ن نذن
صن نناَ و
ف ال ل
س ولودوم وووحن ن نووُاءو طنون ن ل
النلن نناَ ه
ل اوتذنوقاَهكذمأونذساَبهكم يِنوُم الإقيِمإةاإلن اوذكرمهكم إعذنود ا إ
وو ذ و و ذ وذ و و و
Manusia itu berasak dari Adam dan Hawa mempunyai martabat yang
sama. Sesungguhnya Allah tidak menanyai kedudukan kalian dan tidak
pula nasab kalian di hati kiamat nanti. Sesungguhnya orang yang paling
mulia diantara kalian di sisi Allah adalah orang yang paling bertaqwa. 71
Tetapi teks hadis ini terdapat di dalam keenam kitab sittah melalui jalur
ini. Imam Ahmad mengatakan, telah menceritakan kepada kami ibnu Abdul
Malik, telah menceritakan kepada kami Syarik, dari Sammak, dari Abdullah ibnu
Umrah (suami Durrah binti Abu Lahab), dari Durrah binti Abu Lahab yang
menceritaka bahwa seorang lelaki berdiri, lalu berjalan kepada Nabi Saw saat itu
beliau berada di atas mimbar, lalu ia bertanya, “wahai Rasulullah manusia
manakah yang paling baik itu?” Rasulullah SAW menjawab:
إ
وخذيِنهرالنلنناَإس أوقذنورهؤههن نذم ووأوتذنوق نناَههذم وعلزوووجن نلل وواومهرههن نذم بإنناَلذومذعهرذوف ووأونذنوه نناَههذم وعن نإن الذهمذنوكن نإر وواوذو و
صن نلهههذم
إلللرذحإم
Sebaik-baik manusia adalah yang paling pandai membaca Al-Quran,
paling bertaqwa kepada Allah SWT, paling gencar memerintahkan
kepada kebajikan dan paling tekun melarang perbuatan mungkar serta
paling gemar bersilaturahmi. 72
Imam Ahmad mengatakan, telah menceritakan kepada kami Hasan, telah
menceritakan kepad kami ibnu Lahi’ah, telah menceritakan kepada kami Abu
Aswad, dari Al-Qasim ibnu Muhammad, dari Aisyah r.a. yang mengatakan:
Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal (QS. Al-Hujurat 13)
Yakni Dia Maha Mengetahui kalian dan Maha Mengenal semua urusan
kalian, maka Dia memberi petunjuk kepada siapa yang Dia Kehendaki-Nya dan
menyesatkan siapa yang Dia kehendaki-Nya, merahmati siapa yang dikehendaki-
Nya dan mengazab siapa yang Dia kehendaki-Ny, serta mengutamakan siapa yang
dikehendaki-Nya atas siapa yang dikehendakinya. Dia Maha Bijaksana, Maha
Mengetahui, lagi Maha Mengenal dalam semuanya itu.
Ada sebagian ulama yang dengan berdasarkan ayat yang mulia ini
berpendapat bahwa kafa’ah (sepadan) dalam masalah nikah bukan merupakan
syarat, dan tiada syarat dalam pernikahan kecuali hanya agama, karena firman
Allah SWT:
yang keterangannya secara rinci disebutkan di dalam kitab-kitan fikih, kami telah
mendengar seorang lelaki dari kalangan Bani Hasyim megatakan, “aku adalah
orang yang paling utama terhadap Rasulullah Saw.” Maka orang lain mengatakan,
terhadapnya.” 75
ب وءاوملناَ هقل لل هتؤُإمنهنوُاذ وويلوإكننن هقوُلهنوُاذ أوسنولموناَ وولولمنناَ يِنوندهخإل ٱلإإَيينوهن إفن قهنلنهنوُبإهكم ۞وقاَلوت ٱلوأعورا ه
إ
١٤ ووإإن تهإطيِعه ن ن نوُاذ ٱللن ن نهو ووورهسن ن ننوُلوههۥ ول يِوإلتهكن ن ننم يمن ن ننن وأعيوملإهكن ن ننم وش ن ن ن يِناَ إلن ٱللن ن نهو وغهفن ن ننوُر لرإحيِ ن ن نعم
إلوناَٱلهمؤُإمهنوُونٱِلإذيِون وءاومنهوُاذ إبٱِللإه ووورهسوُلإإهۦ هثل ول ويِروتاَبهوُاذ وويوجوههدواذ بإنوأميووُإإلم وووأنهفإسنإهم إفن وسنبُإيِإل ٱللنإه
قهنل وأتهنعليمنوُون ٱللنه بإنإديِنإهكم وٱللنه يِعلونم مناَ إف ٱللسن يم يوُ إ١٥ صنإدهقوُون
ت ووومناَ إفن وو و هو هو و وه أهذويلوئإ و
ك هههم ٱل يل
ك وأن وأسلوهموُاذ هقل لل وتهنيوُاذ وعلوليِ إسن يلوومهكم بونإل ض إ
ويهينوُون وعلويِ و١٦ ض ووٱللهه بإهكيل وشيِء وعليِم ٱلوأر إ
ت إننلنٱِلله يِعلو نم وغيِ نب ٱللس ن يم يوُ إ١٧ ٱلل نه ويهنين علويِهكننم وأن ه نوديىَهكم لإإلييونإن إإن هكنتهننم يص نإدقإي
وو وو ه و و و و ه و
١٨ صيَه إ وباَ وتعومهلوُون
ض وٱلله ب إ
ووٱلوأر إ و ه و
14. Orang-orang Arab Badui itu berkata: "Kami telah beriman". Katakanlah:
"Kamu belum beriman, tapi katakanlah ´kami telah tunduk´, karena iman itu
belum masuk ke dalam hatimu; dan jika kamu taat kepada Allah dan Rasul-Nya,
Dia tidak akan mengurangi sedikitpun pahala amalanmu; sesungguhnya Allah
Maha Pengampun lagi Maha Penyayang"
15. Sesungguhnya orang-orang yang beriman itu hanyalah orang-orang yang
percaya (beriman) kepada Allah dan Rasul-Nya, kemudian mereka tidak ragu-
ragu dan mereka berjuang (berjihad) dengan harta dan jiwa mereka pada jalan
Allah. Mereka itulah orang-orang yang benar
16. Katakanlah: "Apakah kamu akan memberitahukan kepada Allah tentang
agamamu, padahal Allah mengetahui apa yang di langit dan apa yang di bumi
dan Allah Maha Mengetahui segala sesuatu?
17. Mereka merasa telah memberi nikmat kepadamu dengan keIslaman mereka.
Katakanlah: "Janganlah kamu merasa telah memberi nikmat kepadaku dengan
keIslamanmu, sebenarnya Allah, Dialah yang melimpahkan nikmat kepadamu
dengan menunjuki kamu kepada keimanan jika kamu adalah orang-orang yang
benar"
18. Sesungguhnya Allah mengetahui apa yang ghaib di langit dan bumi. Dan
Allah Maha Melihat apa yang kamu kerjakan. 76
Allah SWT berfirman, mengingkari orang-oarang Arab Badui yang baru
saja masuk Islam, lalu mereka mengiklankan dirinya beriman, padahal iman
ب وءاوملناَ هقل لل هتؤُإمنهوُاذ وويلوإكن هقوُلهوُاذ وأسولمنواَ وولولماَ ويِدهخإل ٱلإإَييوهن إف قهنهلوُبإهكم إ
۞وقاَلوت ٱلوأعورا ه
Orang-orang Arab Badui itu berkata: "Kami telah beriman". Katakanlah: "Kamu
belum beriman, tapi katakanlah ´kami telah tunduk´, karena iman itu belum
masuk ke dalam hatimu (QS. Al-Hujurat 14)
Dari makna ayat ini dapat disimpulkan bahwa iman itu pengertiannya
lebih khusus dari pada Islam, seperti yang dikatakan oleh mazhab Ahlus Sunnah
Wal-Jama’ah. Pengertian ini diperkuat dengan dengan adanya hadis Jibril a.s.
ketika ia bertanya (kepada Nabi Saw) tentang Islam, kemudian iman dan trakhir
tentang ihsan. Dalam pertanyaan itu ia memulai dari yang umum kemudian kepad
Razzaq. Telah menceritakan kepada kami Ma’mar dari Az-Zuhri dari Amir ibnu
Sa’d ibnu Waqas dari ayahnya yang mengatakan bahwa Rasulullah Saw memberi
bagian kepada anak laki-laki, tetapi tidak memberi seseorang dari meeka
sedikitpun. Maka Sa’d ibnu Abu Waqas r.a. bertanya, “wahai Rasulullah Allah
telah memberi Fulan dan Fulan tetapi engkau tidak memberi si Fulan barang
sedikitpun padahal dia seorang mukmin?” maka Rasulullah SAW balik bertanya,
kali, dan selalu dijawab oleh Nabi SAW dengan pernyataan “bukankah dia
ل إمذنهذم فونلوذم اهذعإطإه وشذيِنئاَ هوماَ فوةن اوذن يِهوكبُينذوُا إف اللناَإر اإين وله عإطيِ إرجاَنل وأودع من هوُ أوح ي إ
ب ا ول و و و ه و ذ هو و ذ
وعولىِ هوهجذوُإهإهذم
Sesungguhnya aku benar-benar memberi bagian kepada banyak laki-laki dan aku
tinggalkan sesorang yang lebih aku suaki daripada mereka (yang kuberi bagian)
tanpa memberinya sesuatu pun, karena ku merasa khawatir bila kelak Allah Akan
menyeret mereka kedalam neraka dengan muka di bawah. 78
Imam Bukhari dan Imam Muslim mengetengahkan hadis ini melaui Az-
Zuhri dengansanad yang sama. Dalam hadis ini Nabi SAW membedakan antara
orang mikmin dan orang muslim. Hal ini menunjukkan bahwa pengetian imam
lebih khusus daripada Islam. Kami telah menjelaskan hal ini beserta dalil-dalinya
Hadis di atas menunjukkan pula bahwa lelaki yang tidak diberi bagian itu
adalah seorang muslim, bukan seorang munafik, dan Nabi SAW tidak
memberinya sesuatu bagian pun karena beliau percaya dengan keIslaman dan
keimanannya yang telah meresap ke dalam hatinya. Hal ini menunjukkan bahwa
orang-oarang Badui yang disebtkan dalam ayat ini buka pula orang-orang
munafik, mereka adalah orangorang muslim, tetapi iman masih belum meresap
kedalam hati mereka. Katika mereka mengakui bahwa dirinya telah mencapai
suatu tingatan yang pada hakikatnya mereka belum mencapainya, maka diberi-
Nya lah kepada mereka pelajaran tentang etika. Pengertian inilah yang
dimaksudkan oleh Ibnu Abbas r.a., Ibrahim An-Nakha’I, dan Qatadah, lalu dipilih
telah dikatakan oleh Imam Bukhari rahimahullah yang berpendapat bahwa orang-
orang Arab Badui itu adalah orang munafik yang mengaku-ngaku dirinya beriman
Telah diriwayatkan dari Sa’id Ibnu Jubair, Mujahid dan Ibnu Zaid bahwa
mengatakan bahwa ayat ini diturunkan berkenaan dengan orang-orang Bani Asad
dengan suatu kaum yang mengakui dirinya berjasa kepada Rasulullah SAW
karena mereka mau beriman, padahal iman masih belum meresap ke dalam hati
mereka. Maka mereka diberi pelajaran etika dan diberi tahu sesungguhnya
dengan nada yang keras dan dipermalukan, seperti penuturan perihal orang-orang
berfirman:
إلوناَٱلهمؤُإمهنوُون
Sesungguhnya orang-orang yang (QS. Al-Hujurat 15)
Yaitu yang sempurna iman mereka.
١٥ صإدهقوُون أهذويلوئإ و
ك هههم ٱل يل
Mereka itulah orang-orang yang benar (QS. Al-Hujurat 15)
orang yang beriman, tidak sebagaimana yang dikatakan oelh sebagian orang-
orang Arab Badui yang iman mereka masih belum meresap kecuali hanya sebatas
lahiriah saja. 83
Gailan, telah enceritakan kepada kami Rasyidin, telah enceritakan kepada kami
Amr Ibnu Haris, dari Abu Sumah, dari Abu Haisam, dari Abu Sa’d r.a. yang
Orang-orang mukmin di dunia ini adda tiga macam, yaitu orang-orang yang
beriman kepada Allah dan Rasul-Nya, kemudian mereka yang ragu-ragu dan
mereka berjihad dengan harta dan jiwa mereka pada jalan Allah; dan orang
(mukmin) yang dipercayai oleh orang lain terhadap harta dan jiwa mereka; dan
orang (mukmin) yang apabila mereka yang memilki raa tamak (terhadap sesuatu)
maka dia meninggalkannya karena Allah.
Firman Allah SWT:
هقل وأتهنوعليهموُون ٱللهو بإإديِنإهكم
Katakanlah: "Apakah kamu akan memberitahukan kepada Allah tentang
agamamu (QS. Al-Hujurat 16)
tiada pula yang lebih kecil dari itu, dan tiaa pula yang lebih besar tersembunyi dari
pengetahuan Allah.
Allah-Lah yang sebenarnya memberi nikmat kepada kalian karena Dialah yang
١٧ ي بإل ٱلله ويين علويِهكم وأن هوديىَهكم لإإلييإن إإن هكنتم ي إ إ
صدق و ه و و و و ه ه و
Sebenarnya Allah, Dialah yang melimpahkan nikmat kepadamu dengan
menunjuki kamu kepada keimanan jika kamu adalah orang-orang yang benar"
(QS. Al-Hujurat 17)
Yakni benar dengan pengakuanmuntentang hal tersebut, sebagaimana yang
dilakukan oleh Nabi SAW kepada orang-orang Ansar di hari perang Humain:
84 Ibid. hlm. 361-352
85 Ibid. hlm. 362
125
kami Ibrahim Ibnu sa’id Al-Jauhari, telah menceritakan kepada kami Yahya ibnu
Sa’id Al-Umawi, dari Muhammad ibnu Qais, dari Abu Aun, dari Sa’id ibnu ibnu
Jubair dari ibnu Abbas r.a. yang menceritakan bahwa Bani Asad datang kepada
Rasulullah SAW lalu mereka berkata, “wahai Rasulullah kami telah Islam. Orang-
sesungguhnya setan telah memutarbalikan lisan mereka,” lalu turunlah ayat ini,
yaiti firman-Nya:
ك وأن وأسلوهموُاذ هقل لل وتهنينوُاذ وعلونليِ إسن يلوومهكم بونإل ٱللنهه وينهين وعلويِهكنم وأن وهنوديىَهكم لإإليينوإنويهينوُون وعلويِ و
١٧ ي إإن هكنتم ي إ إ
صدق و ه و
Mereka merasa telah memberi nikmat kepadamu dengan keIslaman mereka.
Katakanlah: "Janganlah kamu merasa telah memberi nikmat kepadaku dengan
keIslamanmu, sebenarnya Allah, Dialah yang melimpahkan nikmat kepadamu
dengan menunjuki kamu kepada keimanan jika kamu adalah orang-orang yang
benar" (QS. Al-Hujurat 17) 87
Kemudian Al-Hafiz Al-Bazzar megatakan, “kami telah mengenal hadis ini
diriwayatkan melainkan hanya melalui jalur ini, dan kami tidak mengetahui Abu
Aun alias Muhammad ibnu Ubaidilah meriwayatkan dari Sa’id ibnu Jubair kecuali
mengetahui semua makhluk dan melihat semua amal perbuatan mereka. Untuk itu
Allah befirman:
BAB III
TAFSIR QS. AL-HUJURAT AYAT 1 – 18
dapat dilihat jelas selain dari waktu penyusunan tafsirnya, dapat terlihat juga dari
menafsirkannya dengan cara yang lebih sistematis, sehingga mudah dicerna oleh
setiap pembacanya. Pada terbitan yang pertama, tafsir Al-Maraghi ini terdiri dari
30 jilid, namun hal itu terlihat sangat banyak kemudian pada terbitan selanjutnya
pengaruh dua ulama besar Al-Azhar, Syaikh Muhammad Abduh dan Syaikh
Muhammad Rasyid Ridha, yang tidak lain mereka adalah guru-gurunya. Banyak
ahli tafsir yang melihat percikan-percikan Tafsir Al-Manar yang disusun oleh dua
ulama besar awal abad dua puluh tersebut dalam Tafsir Al-Maraghi, terutama dari
bercorak.
Dimulai dengan menyebutkan satu, dua, atau sekelompok ayat yang akan
dikelompokkan namun urutan ayat dan surahnya tetap seperti biasa, yakni mulai
dari surah al-Fatihah sampai surah an-Nas. Disusul kemudian dengan penjelasan
kosa kata (syarh al-mufradāt) yang secara umum dianggap sukar, lalu uraian
pengertian global ayat (ma’na al-Ijmali). Setelah diajak memahami maksupd ayat
secara umum, pembaca lalu disuguhi penafsiran yang lebih rinci dan luas.
Pengertian ijmali tersebut merupakan hal baru dalam dunia tafsir, yang belum
1. Biografi Al-Maraghi
Muhammad ibn Abd al-Mun’im al-Qadhi al-Maraghi. Ia lahir pada tahun 1300
Kairo.88 Ahmad Musthafa Al-Maraghi berasal dari kalangan ulama yang taat dan
menguasai berbagai bidang ilmu agama. Hal ini dapat dibuktikan, bahwa 5 dari 8
orang putra laki-laki Syekh Musthafa Al-Maraghi (ayah Ahmad Musthafa Al-
88 Hasan Zaini, M.A., Tafsir Tematik Ayat-ayat Kalam Tafsir Al-Maraghi, Jakarta:
Pedoman Ilmu Jaya, 1997, h. 15.
128
Universitas Al-Azhar.
kemudian beliau hafal Al-Qur’an. Setelah lulus sekolah dasar dan menengah, pada
tahun 1314 H orang tuanya menyuruh Al-Maraghi untuk melanjutkan studi di Al-
Azhar. Disinilah ia mendalami bahasa arab, tafsir, hadits, fiqih, akhlak dan ilmu
Adawy, Syekh Muhammad Bahis Al-Mufthi, dan Syekh Ahmad Rifa’i Al-Fayumi.
Tidak lama setelah tamat belajar, Al-Maraghi diangkat menjadi guru di beberapa
Fayum.
Mesir pada tahun 1920. Pada bulan Mei tahun 1928 M, Al-Maraghi diangkat
menjadi rektor Al-Azhar. Usia 47 tepatnya pada tahun 1952 M, ialah merupakan
2. Sistematika Penulisan
89 Hasan Zaini, M.A., Tafsir Tematik Ayat-ayat Kalam Tafsir Al-Maraghi, Jakarta:
Pedoman Ilmu Jaya, 1997, h. 16.
129
a. Menyampaikan ayat-ayat diawal pembahasan satu atau lebih dari ayat-ayat Al-
mufrodat (kata-kata).
d. Menyertakan bahasan asbabun nuzul, jika terdapat riwayat shahih dari hadits
a. Metode
menggunakan metode tahlili, hal itu dilihat dari cara beliau menafsirkannya
90 Al-Maraghi, Tafsir Al-Maraghi, Juz I, 1985, h. 18-22
130
b. Sumber
Hal tersebut karena pengaruh dari gurunya yaitu, Muhammad abduh. Al-Qur’an
menurut Muhammad Abduh tidak hanya berbicara kepada hati, tetapi juga pada
akal pikiran, sebab Al-Qur’an menempatkan akal pada kedudukan tinggi. Karena
itu Al-Qur’an harus dipahami secara kritis, bukan hanya sekedar membaca dan
menghafalnya, karena itu wahyu dan akal keduanya merupakan tanda kekuasaan
Allah dalam wujud ini. Kedua tanda kekuasaan itu tidak mungkin berlawanan,
karena (1) keduanya menjadi tanda zat yang mutlak sempurna (2) wahyu dan akal
merupakan sumber hidayah, disesuaikan dengan keadaan pada masa itu, karena
c. Corak
Tafsir Al-Maraghi ini dapat dikatakan kitab tafsir yang memiliki corak Adabi
Ijtima’i, hal itu disebabkan dari uraian dalam kitab tafsirnya menggunakan bahasa
yang indah dan menarik dengan beroreintasi pada sastra, kehidupan budaya dan
kemasyarakatan.
Arti umum mengenai corak Adabi Ijtima’i ini, dijelaskan oleh Husein Adz-
Yakni dari perkatan Muqaddimah Jaisy, yang artinya orang yang berada di
depan mereka. Abu Ubaidah mengatakan, orang Arab berkata, “Janganlah kamu
Dan ada pula yang mengatakan bahwa maksudnya adalah, janganlah kamu
berkata yang bertentangan dengan Al-Kitab dan Sunnah. Dan agaknya pendapat
suara nabi. Maksudnya, apabila kamu berbicara dengan dia sedang dia berkata-
merupakn muqodimah sedang yang kedua merupakan hasil. Sedang surat ini
disebutkan sesudah surat Al-Fath. Karena apabila suatu umat telah berjuang,
kemudian Allah emmberi kemenangan kepada mereka, sedang Nabi saw berada di
92 Al-Maragi Ahmad Mustafa, Tafsir Al-Maragi, terj. Bahrun Abu Bakar dkk, (Semarang : Karya
Toha Putra, 1993), Cet. II, hlm 200.
132
tengah mereka dan segala urusan pun telah stabil, maka ajib diadakan kaidah-
kaidah yang mengatur hubungan antara Nabi saw. Dan para sahabatnya, agimana
Maka mereka disuruh agar jangan sampai memutuskan sesuatu perkara sebelum
mendapat keputusan Allah dan rasull-Nya, dan jangan sampai meninggikan suara
mereka melebihi suara Nabi saw. Juga jangan bersuara keras kepadanya
sebagaiamana sebagian mereka bersuara keras kepada sebagian yang lain. Karena
hal itu berarti meremehkan, yang bias menyebabkan kepada kekafiran yang
PENJELASAN
Allah SWT. mendidik orang-orang mukmin, apabila berhadapan dengan
Rasul saw. Dengan dua kesopanan. Yaitu, yang pertama berupa perbuatan, sedang
yang kedua berupa perkataan. Kepada yang pertama Allah mengisyaratkan dengan
firman-Nya :
يِيوأويِنيوهاَ ٱلإذيِون وءاومنهوُاذ ول تهنوقيدهموُاذ بويِون يِوودإي ٱللإه ووورهسوُلإإهۦۦ ووٱتلنهقوُاذ ٱللهو إلن ٱللهو وإسيِعع وعلإيِم
Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu tergesa-gesa memutuskan
yang tidak sama dengan keputusan mereka berdua. Dan tautlah kalian kepada
Allah, jangan sampai kamu berkata tentang sesuatu yang tidak diizinkan oleh
yang kamu ucapkan, dan Maha Tahu tentang maksud perkataanmu apabila kamu
berbicara, tidak ada sesuatu pun dari sisi dadamu yang tersembunyi bagi Allah.
menjawab, “Dengan Kitab Allah.” Rasul saw , berkata, “Kalau tidak kamu
Kitab Allah.” Rasul saw , berkata, “Kalau tidak kamu dapatkan?” Mu’az
menjawab, “Dengan sunnah Rasul-Nya.” Rasul sartanya, “Kalau tidak juga kamu
pun menepuk dada Mu’azdengan mengatakan, “ Segala puji Allah yang telah
member taufik kepada kepada delegasi rasul-Nya dengan taufik yang diridai oleh
rasull-Nya.
sebelum Rasul saw. Senndiri mengucapkan atau berbuat. Maka mereka tida
menyembelih kurban pada Idul Adha sebelum nabi sendiri menyembelih, dan
134
tidak seorang pun berpuasa pada hari yang meragukan (yaumusy syak). Dan hal
mencapai belakang batas yang dicapai oleh suara nabi. Karena hal itu menunjukan
Adullah bin Zubair ra. Mengabarkan kepadanya, bahwa ada serombongan dari
Tamim yang datang kepada Nabi saw. Maka Abu Bakar ra. Berkata, “Yang jadi
pemimpin Al-Qa’qa bin Ma’bad, “Sedang Umar berkata pula, “Bahkan yang jadi
pemimpin Al-Aqra’bin Habis. Maka Abu Bakar ra. Berkata, “Kamu hanya ingin
membantahku saja.” Umar ra. Berkata, “Aku tidak hendak membantahmu” Dan
keduanya pun bertengkar hingga suara mereka berdua menjadi keras. Maka
turunlah ayat, Ya ayyuhal Lazina amanu la tarfa u tarfa aswatakum …..al ayah.
Sesudah turun ayat tersebut mak Abu Bakar tak pernah berbicara dengan
Rasulullah saw. kecuali seperti orang yang berbisik saja. Sedang Umar tak pernah
berbicara dengan Nabi saw. Sesudah peristiwa itu dengan perkataan yang bias
rendah.
Dan apabila kamu berbicara dengan nabi sedang ia diam, maka jangan
sampai kamu berbicara keras sekeras suara yang kamu keluarkan dengan
Tetapi panggilah dia dengan panggilan nabi disertai dengan penghormatan dan
kepada yang diajak berbicara, sehingga kamu menjadi kafir tanpa dirasakan.
Dan setelah turun ayat ini maka Sabit bin Qaiz mundur dari majlis
Rasulullah sesungguhnya ayat ini th diturunkan. Padahal aku ini sungguh seorang
lelaki yang bersuara keras. Kemudian aku khawatir amalku menjadi batal. Maka
sabda Rasulullah saw., “Kamu tidak berada di sana. Sesungguhnya kamu hidup
dengan baik dan mati pun dengan baik. Dan sesungguhnya kamu tergolong
penghuni surga.”
Maka kata Sabit, “Saya rela dengan kabar gembira dari Rasulullah saw.
Aku takkan meninggalkan suaraku terhadap Rasulullah saw. Uat selama lamanya.
bermacamm-macam ujian dan beban-beban yang berat sehingga menjadi suci dan
bersih karena sudah menempuh kesabaran yang atas yang berat-berat, mereka
akan mendapatkan ampunan atas dosa-dosa mereka dan pahala yang besar
yang lain.
136
berkata, bahwa Umar menerima surat yang bunyinya, “Hai Amirul Mukminin !
Seorang laki-laki yang tidak ingin bermaksiat dan tidak melakukannya, itukah
yang lebih utama ataukah seorang lelaki yang ingin melakukan maksiat yang tidak
melakukannya?”
ingin melakukan maksiat tetapi tidak melakukannya itulah orang-orang yang telah
diuji hati mereka oleh Allah untuk bertakwa. Bagi mereka ampunan dan pahala
yang besar.” 94
Al-Hujurat : 4-5
إ إ إلن ٱلإذيِن يِنناَدونو إ إ
وولونوُ أوننلههنم و٤ ك من وووراء ٱلهحهجيورت وأكثونهرههنم ول ويِعقلهنوُون
صنبُونهرواذ وح ل يتن وتنهروج و هو ه و
إلويِإهم لووكاَون وخيَا لهلم ووٱللهه وغهفوُر كروإحيِم
kamar-kamar, baik dari belakang atau dari depannya. Karena semua itu termasuk
apasaja yang tidak kelihatan oleh mu, itulah Wara’a, yang maksudnya di belakang
atau didepan. Dan apasaja yang dapat kamu lihat, berarti tidak dibalikmu
(Wara’aka). Dalam pada itu, sebagian ahli bahasa berpendapat bahwa kata Wara’a
tempat yang ada di belakangmu. Adapun Al-Hujurat atau Al- Hujarat atau Al-
Hujrat (Huruf Jim didammahkan atau difatahkan atau di sukun) adalah jamak dari
Hujrah, yang artinya sebidang tanah yang dibatasi. Sedang maksudnya disini
adalah bilik-bilik istri-istri Nabi saw. Mereka ada Sembilan orang yang masing-
masing mempunyai ilik sendiri-sendiri terbuat dari pelepah kurma yang pada
pintu masing-masing ditutup dengan selembar kain dari bulu hitam. Kamar-kamar
orang menangis.
Said bin Musayyab waktu itu berkata, “Sesunggunya aku ingin sekiranya
mereka membiarkan bilik-bilik itu tetap dalam keadannya yang asli, biarlah
melihat keadaan Rasulullah saw, dalam hidupnya. Suaya hal itu menjadi pelajaran
Rasulullah saw dari balik kamar-kamar baliau ketika beliau berada dalam rumah
istri-istrinya, sepeerti yang dilakukan oleh orang Arab Badui yang masih kasar
kebaikan dan maslahat bagi mereka dalam agama maupun dunia mereka, yaitu
Ibnu Jarir dengan sanad dari Yazid bin Arqam ra meriwayatkan bahwa ia
berangkat menuju laki-laki ini, Kalu ia memang seorang nabi, maka kita akan
Yazid mengatakan, maka aku datang kepada Rasulullah saw, lalu aku
Orang-orang itu pun datang ke bilik Nabi saw, lalu mulailah mereka
Hai Muhammad!”
Tamim. Mereka ada 70 orang lelaki di antaranya adalah Zibriqan bin Badar,
Athariq bin Hajib, Qais bin Ashim, dan Amr bin Ahtam. Mereka datang kepada
jelak.”
adalah seorang orator Nai saw. Bangkitlah kamu dan jawablah ia. Maka Sabit pun
menjawab. Sesudah itu, bangkit pula Az-Zibriqan bin Badar lalu berkata,”Kami
adalah orang-orang mulia. Tak ada satu kabilah pun yan menandingi kami. Dari
bias ambil pelajaran. Kaena kepala mereka terpenggal. Bila ada yang menandingi
kemegahan kami dalam hal itu, kami pun mengakui. Namun orang-orang itu pula
Maka Rasulullah pun berate kepada Hasan bin Sabit, jawablah ia. Maka
menjadi anutan. Disukai oleh siapapun yang hatinya bertakwa kepada Allah, dan
mau melakukan segala kebaikan. Merekalah kaum yang bila berperang maka
Hasan usai dari ucapannya, maka berkatalah Al-Aqra’ bin Habis, “Demi ayahku,
mereka miliki lebih bagus dari pada orator kita, dan sesungguhnya penyairnya
140
lebih pandai bersyair dari pada penyair kita. Dan sesungguhnya suara-suara
Sesudah itu ia pun mendekat kepada Rasulullah saw, lalu berkat, “Aku
bersaksi bahwasannya tiada Tuhan melainkan Allah dan bahwa engkau adalah
rasul Allah.”
Rasulullah saw, lalu bersabda, “Takkan membahayakan kamu apa saja
yang terjadi sebelum ini.” Kemudian beliau member hadiah kepada mereka
dengan hadiah yang terbaik. 96
PENJELASAN
ك إمن وراإء ٱلحج ير إ إ لإ
ت وأكثونهرههم ول ويِعقإهلوُون لن ٱ ذيِون يِنهوناَهدونو و و و ه ه و
Sesungguhnya orang-orang yang memanggil kamu dari balik bilik-bilik
Dan yang dimaksud Al-Hujurat (bilik-bilik) adalah tempat halwat nabi dan
tempat tiduurnya bersama salah seorang istrinya.
istrimu itu bersabar dan tidak memanggil kamu sehingga kamu keluar menemui
mereka, niscaya itu lebih baik lagi mereka di sisi Allah. Karena sesungguhnya
seperti itu, dan mau kembali kepada perintah Allah dalam hal itu maupun hal yang
lain.
terhadap Rasulullah saw, pada saat beliau menyendiri dibalik tembok, sebagimana
teriakn yang disampaikan kepada orang yang derajatnya paling rendah. Hal itu
Allah sampaikan agar menjadi perhatian tentang betapa kejinya keberanian yang
mereka lakukan terhadap Rasul. Karena perbuatan yang dlakukan oleh orang-
orang seperti mereka terhadap manusia yang oleh Allah diangkat derajatnya
AL-HUJURAT : 6-8
ييِ أويِنيهاَ ٱلإذيِن ءامهنوُاذ إإن جاَءهكم وفاَإسق بإنوبُإَ فونتوبُنيِلننهوُاذ وأن ته إ
َصيِبُهوُاذ وقوُومناَ إبويوهلونة فونتهصنبُإهحوُاذ وعلونيىِ ومننا ه و و وو و وو و و
ووٱعلوهموُاذ أولن فإيِهكم ورهسوُول ٱللإه ولوُ يِهإطيِعههكم إف وكثإيَن يمنون ٱلأومنإر لووعنإتنينم وويلوإكنلن٦ ي إإ
فونوعلهتم نيودم و
كب إلويِهكنهم ٱلإإَيينوون وووزيِنلنوههنۥ إف قهنلهنوُبإهكم وووكنلروه إلويِهكنهم ٱلهكفنور ووٱلهفهسنوُوق ووٱلعإصنويِاَون أهذويلوئإن و ٱللنهو وحبُلن و
٨ٞ وفضل يمون ٱللإه ووإنعومة ووٱللهه وعلإيِعم وحإكيِم٧ هههم ٱليلرإشهدوون
kesopanan yang berguna bagi mereka dalam soal agama maupun dunia mereka.
Yaitu bahwasannya apabila mereka didatangi oleh seorang fasik yang terang-
kepastian dan berusaha mengetahui ahal yang sebenarnya, dan jangan bersandar
kepada perkataannya. Karena orang tidak peduli dalam melakukan kefasikan tentu
tidak perduli pula untuk melakukan dusta, karena dusta memang termasuk cabang
kefasikan. Hal itu perlu dilakukan agar jangan sampai orang-orang mukmin
menimpakan suatu bencana kepada suatu kaum yang tidak mereka ketahui hal
ihwal mereka, lalu menyesal mereka atas perbuatan yang terlanjur mereka
Ada sebuah riwayat dari Ibnu Abbas, bahwa ayat ini turun mengenai Al-
Wahid bin ‘Uqbah bin Abi Mu’ith. Dia telah diutus oleh Rasulullah saw, kepada
berita tersebut maka mereka bergembira dan keluar menyambut utusan nabi itu,
namun ketika hal itu diceritakan kepada Al-Wahid, maka ia menyangka bahwa
orang-orang itu datang untuk memeranginya. Maka ia pun pulang sebelum sempat
saw. Bahwa merea tidak mau berzakat. Maka Rasulullah saw, sangat marah. Dan
tatkala beliau berkata kepada diri sendri untuk menyerang mereka, tiba-tba
datanglah kepada beliau utusan dari Bani Al-Mustahiq, mereka berkata, “Ya
itu karena ada surat yang datang dari mu karena engkau marah kepada kami. Dan
rasul-Nya.
Maka Allah Ta’ala pun menurunkan uzur mereka itu dalam kitab-Nya,
diriwayatkan oleh Ahmad, Ibnu Abi Hatim, At-Tabrani dan Ibnu Mardawih.
Menurut Ibnu Abi Hatim, riwayat ini adlah riwayat yang terbaik mengenai
Namun demikian, Ar-Razi berkata riwayat ini daif. Karena dia hanya
berprasangka saja, yang ternyata keliru. Padahal yang keliru itu tidak bias disebut
144
sebagai orang yang fasik. Bagaimana hal itu bias diterima, padahal orang yang
fasik pada kebanyakan tempat yang dimaksud ialah orang yang keluar dari
sekiranya nabi melakukan hal itu, niscaya mereka terjerumus dalam kesulitan dan
kebinasaan. Akan tetapi Allah menjadikan sebagian mereka mencintai iman dan
menjadikan iman itu indah dalam hati mereka, dan menjadikan mereka membenci
kekafiran, kefasikan dan kedurhakaan. Mereka itulah orang-orang yang benar dan
PENJELASAN
يِي أويِنيهاَ ٱلإذيِن ءامهنوُاذ إإن جاَءهكم وفاَإسق بإنوبُإَ فونتوبُنيِلننهوُاذ وأن ته إ
َصيِبُهوُاذ وقوُوماَ إبويوهولة فونهتصبُإهحوُاذ وعلويىِ وما ه و و وو و وو و و
إإ
فونوعلهتم نيودم و
ي
Hai orang-orang yang beriman, apabila datang kepada kalian seorang fasik
dengan membawa suatu beritta, maka janganlah kamu bertindak tyterlebih dahulu,
tetapi periksalah kejelasan utusan itu dan berusahalah mengetahui hal yang
dusta dan tida menjaga diri dari kedustaan, sangat sulit dipercaya. Hal itu perlu
kaum yang kamu tidak mengetahui hal ihwal mereka, sehingga menyebabkan
kamu menyesal atas tindakan yang terlanjur kamu lakukan dan berangan-angan
dengan suatu nnasihat, bahwa mereka adalah umat manusia yang paling patut
mengikutinya. Firman-Nya:
hormatilah dia dan agungkanlah, dan bersikaplah sopan terhadanya dan patuhilah
lebih belas kasih terrhadapmu daripada dirimu sendiri, sebagimana Allah Ta’ala
menfirmankan, “Nabi itu lebih belas kasih terhadap orang-orang mukmin dari
sebelum urusannya menjadi jelas, dan dia memenuhi pendapat yang kamu
sarankan, niscaya kamu terjerumus dalam kesulitan dan dosa. Akan tetapi dia
tidak mentaati kamu pada kebanyakan apa yang kamu kehendaki sebelum
146
masalahnya menjadi jelas baginya, dan tidak cepat-cepat melaksanakan apa yang
Dari Abu Sa’id Al-Khudri diriwayatkan bahwa ia membaca ayat ini lalu
berkata, inilah nabimu yang diberi wahyu. Dan iman kamu yang terbaik sekiranya
mentaati orang banyak dalam hal, niscaya mereka mendapat kesulitan. Maka
ب إلويِهكهم ٱلإإَييوون وووزيِنلنوههۥ إف قهنهلوُبإهكم وووكلروه إلويِهكهم ٱلهكفور ووٱلهفهسوُوق ووٱلعإصيِواَون يإ
وولوكلن ٱللهو وحبُل و
Akan tetapi sekelompok dari kamu bebas dari pada membenarkan orang
dusta yang kamu lakukan, maupun dari mmenganggap baik membinasakan orang
yang bersih dari dosa, dan dari keinginan untuk mempertrutkan perkara hak
kepada hawa nafsu mereka. Karena Allah Ta’ala menjadikan iman sebagai sesuatu
yang paling mereka cintai. Sehingga tidak terjadi dari mereka kecuali hal yang
sesuai dengan iman dan dituntut olehnya, yaitu perkara-perkara yang saleh dan
tidak cepat-cepat menerima berita, dan Allah membuat mereka benci kepada tiga
membenci kekafiran adalah lawan dari mencintai iman. Dan memegang iman
sebagi sesuatu yang indah dalam hati, itulah yang disebut membenarkan dengan
hati, sedang kefasikan, yaitu kedustaan lawan dari pengakuan iman dengan lidah.
ك هههم ٱليلرإشهدوون
أهذويلوئإ و
Orang-orang yang bersifat-sifat mereka seperti itulah, termasuk orang-
orang yang menempuh jalan kebahagian dan tidak berpaling dari kelurusan.
petunjuk dan orang-orang yang patut disesatkan, Lagi Maha Bijasana dalam
semua yang kamu sarankan kepadanya, niscaya hal itu aan menyebabkan kamu
tetapi, sebagian mereka dijadikan oleh Allah lebih mencintai iman dalam hati
mereka, dan benci kepada kekafiran, kefasikan dan kedurhakaan. Dan mereka
itulah orang-orang yang menepati kebenaran dan menempuh jalan lurus. 101
AL-HUJURAT : 9 – 10
َي ٱقوتتونلهنوُاذ فوأوصن نلإهحوُاذ بويِنونههومنناَ فونإإَن بونغوننت إح نود يىَنههوماَ وعلوننىِ ٱلأهخ نوريى إإ إ إإ
ووإإن وطاَئوفتونناَن م نون ٱلهمننؤُمن و
فونيوقتإلهنوُاذ ٱلإتن توبُغإنيِ وحتكونيىِ توإفيِنءو إ و يلن أومنإر ٱللنإه فونإإَن فوناَوءت فوأوصنلإهحوُاذ بويِنونههومناَ بإٱِلوعندإل وووأقإسنهطوُاذ
إ إ إإ إلن ٱللهو هإي ي
ي أووخووُيِهكم ووٱتلنهقوُاذ ٱللنهو لووعلهكنم إلوناَ ٱلهمؤُمهنوُون إإخووُة فووأصلهحوُاذ بو و٩ ي ب ٱلهمقسط و
١٠ هتروحهموُون
PENAFSIRAN KATA-KATA SULIT
berdasarkan firman Allah Ta’ala, “Mengapa tidak pergi dari tiap-tiap golongan di
diputuskan harus adil, sehingga pertengkaran dalam hal itu tak menyebabkan
pertempuran kembali.
yang menyyimpang dari kebenaran, maka mereka menjadi kayu api bagi neraka
wapada dalam menerima berita yang disampaikan oleh orang fasik, maka Allah
SWT. Menerangkan disini tentang apa yang bias saja terjadi akibat berita seperti
menyebabkan peperangan.
menghilangkan pengaruh dari perkataan orang fasik itu dan agar mereka
memperbaiki hubungan antara dua kelompok tersebut. Jika salah satu di antara
keduanya berlaku aniaya terhadap yang lain, maka perangilah kelompok yang
mencegahnya dari kezaliman secara langsung, kalau hal itu mungkin dilakukan,
berlaku aniaya itu pemerintah sendiri, maka wajiblah orang-orang Islam untuk
mencegahnya dengan cara memberi nasehat atau lebih dari itu, dengan syarat
jangan sampai hal itu menimbulkan huru-hara yang lebih parah lagi.
bahwa perdamaian itu sebagaimana wajib dilakukan antara dua kelompok, maka
wajib pula antara dua orang bersaudara. Sesudah itu, Allah menyuruh orang-orang
merahmati mereka apabila mereka mematuhi Allah dan tidak melanggar perintah-
Nya.
Qatadah meriwayatkan bahwa ayat ini turun mengenai dua orang lelaki
dari golongan Ansar yang terjadi di antara keduanya pertengkaran mengenai hak.
Yang seorang berkata kepada yang lain, aku benar-benar akan mengambil hakku
meminta pengadilan kepada Nabi saw. Namun orang itu tidak mau menurutinya.
mereka saling mendorong dan sebagian menghantam yang lain dengan tangan
atau sandal. Namun tidak sampai terjadi pertempuran dengan pedang. 103
PENJELASAN
hokum Allah SWT. Dan rida menerima keputusan-Nya, baik keputusan itu
dengan adil.
فوإإَن بونوغت إإحودىَينههوماَ وعولىِ ٱلهأخوريىَ فونيوقتإلهوُاذ ٱلإت توبُإغيِ وح ل يت توإفيِءو إ و يل وأمإر ٱللإه
Kalau salah satu di antara kedua golongan itu tidak mau menerima hokum
Allah dan menerjang apa yang oleh Allah dijadikan sebagai keadilan di antara
yang menerjang dan tidak mau menerima hukum Allah itu, sehingga kembali
Menurut hadis Sahih dari Anas ra. Nabi saw. Bersabda, “Tolonglah
saudaramu ketika berbiuat aniaya atau dianiaya.” Saya berkata, “Ya Rasulullah,
orang itu saya tolong ketika teraniaya. Maka bagaimanakah aku harus menolong
dia ketika berbuat aniaya?” Rasul bersabda, “Kamu mencegah dia dari berbuat
Mmenurut sebuah hadis, orang Islam yang satu adalah saudara orang
Islam yang lain. Dia tidak boleh menganiaya ataun menghina atau
menyakiti hatinya dengan tak sudi memberikan isi pancinya kecuali penciduk
152
dengan kawan-kawannya.
Sedang menurut hadis sahih yang lain juga dikatakan, “Apabla seorang
“Semoga doamu dikabulkan dan kamu pun semoga mendapatkan yang seperti
itu.”
baik dan mau tidak mau harus dilakukan, karenanya Allah berfirman :
إ
فووأصلهحوُاذ بو و
ي أووخووُيِهكم
Maka perbaikilah hubungan di antara dua orang saudaramu dalam agam
sebagaimana kamu memperbaiki hubungan di antara dua orang saudaramu dalam
nasab.
ووٱتلنهقوُاذ ٱللهو
Dan bertakwalah kamu kepada Allah dalam segala hal yang kamu lakukan
dosa-dosamu yang telah lalu apabila kamu mematuhi Dia dan mengikuti perintah
AL-HUJURAT : 11
104 Ibid. hlm. 217-219
153
يِيوأويِنيوهاَ ٱلإذيِون وءاومنهوُاذ ول ويِسوخر وقوُم يمن وقوُضم وعوسيىِ وأن يِوهكوُنهوُاذ وخيَا يمنههنم ووول نإوسناَء يمنن نيوسناَضء
س ٱإلٱِسنهم ٱلهفهسننوُهق إ ي إ إ إ
وعوسيىِ وأن يِوهكنلن وخيِنرا يمنههنلن ووول وتلمنهزواذ وأنهفوسنهكم ووول تونننوناَبونهزواذ بن ٱِلوألوقب بئن و
١١ ك هههم ٱل يظللإهموُون وبعود ٱلإإَييوإن ووومن لل يِونهتب فوأهذويلوئإ و
kekurangan orang lain dengan cara yang menimbulan tawa. Orang mengatakan
Sakhira bihi dan Sakhira Minhu (mengolok-olokkan). Dan Dahika bihi dan
Dahika minhu (mentertawakan dia). Dan Hizi’a bihi dan Hazi’a minhu
orang perempuan. Sebagaimana pada ayat ini juga, sebagaimana dikatakan oleh
Zubair:
Maksudnya jangan sebagian kamu mencela mencela sebagian yang lain dengan
perkataan atau isyarat tangan, mata atau semisalnya. Karena orang-orang mukmin
adalah seperti satu jiwa. Maka apabila seorang mukmin mencel orang mikmin
bainan nasi bil karami wal lu’mi, namanya terkenal dikalangan orang banyak baik
mukmin terhadap Allah Ta’ala maupun terhadap Nabi saw, dan terhadap orang
yang tidak mematuhi Allah dan nabi-Nya serta bermaksiat kepada-Nya, yaitu
orang fasik, maka Allah menerangkan pula apa yang patut dilakukan oleh seorang
mengejeknya dengan celaan ataupun hinaan dan tidak patut pula member gelar
seperti itu, maka berarti ia berbuat buruk terhadap dirinya sendiri dan melakukan
dosa besar.
Diriwayatkan bahwa ayat ini turun mengenai delegasi dari Tamim mereka
mengejek orang-orang kafir dari para sahabat Nabi saw, seperti Ammar, Shuhaeb,
Bilal, Khabbab, Ibnu Fuhairah, Salman Al-Farisi, dan Salim bekas budak Abu
Huzaifah dihadapan orang orang lain. Sebab mereka melihat orang orang itu
keadaannya compang-camping.
Dan ada pula yang meriwayatkan bahwa ayat ini turun mengenai Shafiyah
bin Huyain Akhtab ra. Dia datang kepada Rasulullah saw, lalu berkata,
“Sesungguhnya kaum wanita itu berkata kepadaku, “Hai wanita Yahudi, anak
Muhammad. 106
PENJELASAN
Sesudah itu Allah SWT, menyebutkan alas an mengapa hal itu tak boleh
dilakukan, dengan firman-Nya :
Barangkali orang yang berambut kusut penuh debu tidak punya apa-apa
orang lain yang ia pandang hina karena keadaannya yang company-camping, atau
karena ia cacat pada tubuhnya atau karena ia tidak lancer berbicara. Karena
barangkali ia lebih ikhlas nuraninya dan lebih bersih hatinya dari pada orang yang
bersifat tidak seperti itu. Karena dengan demikian berarti ia menganiaya diri
sendiri dengan menghina orang lain yang dihormati oleh Allah Ta’ala :
Allah menyebutkan kata jamak pada dua tempat dalam ayat tersebut,
sekian banyak orang enak saja mengolok-olokkan, sementara dipihak lain banyak
menirukan seorang lelaki. Maka beliau bersabda, “Saya tidak suka sekiranya aku
meniru seorang lelaki padahal aku sendiri begini dan begini.” ‘Aisyah berkata,
maka saya berkata, “Ya Rasulullah , sesungguhnya Safiyah itu seorang wanita
maksudnya bahwa safiyah itu wanita yang pendek. Maka Rasul saw bersabda,
mu dan hartamu, akan tetapi memandang kepada hati dan amal perbuatanmu.”
Hal ini merupakan isyarat bahwa seorang tak bias dipastikan berdasarkan
pujian maupun celaan orang lain atas rupa, amal, ketaatan, atau pelanggaran yang
lahiriyah, ternyata Allah mengetahui sifat yang tercela dalam hatinya, yang tidak
patut amal-amal tersebut dilakukan, disertai dengan sifat tersebut. Dan barangkali
157
orang yang kita lihat lalai atau melakukan maksiat, ternyata Allah mengetahui
berakal tentu takkan mencela dirinya sendiri. Oleh karena itu, tidak sepatutnya ia
mencela orang lain. Karena orang lain itu pun seperti dirinya juga. Karenanya
sabda Nabi saw. “Orang-orang mukmin itu seperti halnya satu tubuh. Apabila
salah satu anggota tubuh itu menderita sakit, maka seluruh tubuh akan merasakan
Dan sabda Nabi saw, pula. “Sesorang dari kalian melihat setitik noda pada
yang menyakitidan tidak sesuai. Seperti halnya berkata kepada sesame muslim,
“Hai fasik, hai munafik, atau berkata kepada orang yang masuk islam, “Hai
Menurut Qatadah dan Ikrimah dari Abu Jabairah bin Dhahak ia berkata,
tidak ada seorang lelaki pun kecuali mempunyai dua atau tiga nama. Apabila
memanggil salah seorang dari mereka dengan nama yang mereka miliki mereka
Telah dikeluarkan oleh Inu Jarir dan Ibnu Abbas, bahwa yang dimaksud
ddengan At-Tanabazu bil alqab ialah seorang lelaki yang telah melakukan amal-
amal buruk, kemudian dia bertaubat dan kembali kepada kebenaran. Maka Allah
Ta’ala melarang orang itu dicela dengan perbuatannya yang telah lalu.
merupakan gelar yang benar tidak dusta, maka hal itu tidaklah dilarang.
Sebagiman ornag memanggil Abu Bakar dengan ‘Atiq dan Umar dengan nama
Al-Faruq, Usman dengan nama Zun Nuraini, Ali dengan Abu Thurab dan Khalid
dengan Saefullah.
mukmin bila mereka disebut sebagi orang-orang yang fasik setelah mereka masuk
seperti anak muda setelah tua. Maksudnya tingkah laku anak muda yang
ك هههم ٱل يظللإهموُون
ووومن لل يِونهتب فوأهذويلوئإ و
159
AL-HUJURAT : 12
berada d tepi dari sesuatu it. Kemudian digunakan secara luas untuk arti menjauhi
Al-Ismu : dosa.
Muslim, Abu Daud dan At-Tirmidzi tela meriwayatkan bahwa Nabi saw.
Pernah bersabda, “Tahukah kalian apakah gibah itu?” para sahabat berkata, “Allah
dan rasul-Nya lebih tahu.” Sabda rasul, “Kamu menceritakan saudaramu dengan
sekiranya pada sudaraku memang bena terdapat hal-hal yang aku katakana?”
Rasul bersabda, “Jika padanya memang terdapat hal-hal yang kamu katakan,
maka sesungguhnya engkau telah menggunjing dia, dan jika padanya tidak
terdapat hal-hal yang kamu katakana, maka sesungguhnya kamu telah berbuat
rasa cinta dan persatuan sesame mereka. Di antaranya adalah kesopanan yang
tersebut sebelum ayat ini, dan di di antaranya lagi yang Allah sebutkan di sini,
menuduh mereka berhianat pada apa pun yang mereka ucapkan dan
kamu suka memakan daging saudaramu itu selagi ia masih hidup. 109
PENJELASAN
dengan persangkaan yang buruk selagi hal itu dapat kamu lakukan. Menurut
orang yang disaksikan sebagai orang yang menutupi aibnya, saleh dan terkenal
amanatnya. Adapun orang yang mempertontonkan diri sebagai orang yang gemar
sangka terhadapnya.
Sa’id bin Musyyab bahwa ia berkata, pernah saya mendapat surat dari sebagian
saudaramu pada tempat yang terbaik selagi tidak datang kepadamu berita yang
kuat menurutmu. Dan jangan sekali-kali kamu menyangka kata-kata yang keluar
dari seorang muslim sebagai sesuatu yang buruk, padahal kamu masih
mendapatkan tempat yang baik bagi kata-kata itu. Dan barang siapa yang
kali ia mencela kecuali dirinya sendiri. Dan barang siapa yang menutupi
rahasianya, maka pilihan itu ada pada tangannya. Dan tidaklah engkau balas
seseorang yang mendurhakai Allah, pada hari kiamat (kecuali) yang sebanding.
perkataannya, sehingga kamu akan masuk kedalam usaha amal mereka. Karena,
mereka adalah perhiasan ketika senang dan perisai ketika mengalami bencana
yang besar. Dan janganlah kamu mudah bersumpah agar kamu tidak dihinakan
oleh Allah Ta’ala. Dan jangan sekali-kali kamu bertanya tentang sesuatu yang
tidak ada, sehingga sesuatu itu ada. Dan janganlah kamu meletakan
pembicaraanmu kecuali pada orang yang kamu sukai.dan senantiasa salah kamu
berkata benar sekalipun hal seperti itu bisa memunuhmu. Dan jauhilah musuhmu,
waspadalah terhadap kawanmu kecuali yang terpercaya. Dan tidak ada orang yang
terpercaya ecuali orang yang takut kepada Allah. Dan bermusyawarahlah kamu
sendirian.
ض ٱلظلين إإثم
إلن وبع و
Sesungguhnya menyangka sesame mukmin dengan persangkaan yang
buruk adalah dosa. Karena Allah telah melarang perbuatan seperti itu. Jadi
Semakna dengan ayat ini ialah firman Allah SWT., “Dan kamu telah
menyangka dengan sangkaan yang buruk dan kamu menjadi kaum yang
binasa.”Al-Fath, 48 : 12).
Kata Ibnu Abbas mengenai ayat ini, Allah melarang orang mukmin
berburuk sangka kepada orang mukmin lainnya, Selanjutnya, setelah Allah SWT,
163
وو ول وتولسهسوُاذ
Dan janganlah sebagian amu meneliti keburukan sebagian lainnya dan
Akan tetapi puaslah kalian dengan apa yang nyata bagimu mengenai dirinya. Lalu
pujilah atau kecamlah berdasarkan yang nyata itu, bukan berdasarkan hal yang
itu berita yang paling dusta.dan janganlah kamu memata-matai orang lain, jangan
jangan saling membenci dan jangan saling mendiamkan. Tidak jadikah kalian
hamba-hamba Allah yang bersaudara. Tidak halal bagi seorang muslim untuk
bersabda, “Hai golongan orang yang beriman dengan lidahnya tetapi iman tidak
janganlah kamu meneliti cacat-cacat mereka. Karena barang siapa yang meneliti
164
cacat-cacat orang islam, maka dia akan dibukakan cacatnya di tengah rumahnya
sendiri.”
Sementara itu At-Tabrani juga meriwayatkan dari Harisah Ibnu Nu’man ra.
Ia berkata, bahwa Rasulullah saw, bersabda, “Ada tiga hal yang lekat pada
umatku, yaitu tayyarah (berburuk sangka) dengki (hasad) dan zann (berburuk
sangka terhadap orang lain). Seorang lelaki bertanya, “Apakah yang dapat
menghilangkan hal hal tersebut : ya Rasulullah dari orang yang mempunyai sifat-
sifat seperti itu?” Rasulullah saw, bersabda, “Apabila kamu mendengki maka
mohonlah Ampun kepada Allah, dan apabila kamu berburuk sangka, maka
Abdurahman bin Auf berkata, pernah saya meronda pada suatu malam
bersama Ummar bin Khatab di Madinah. Tiba-tiba kami melihat sorot lampu
disebuah runah yang pintunya berpaling dari orang banyak, mereka mengeluarkan
suara-suara keras dan kegaduhan, maka berkatalah Umar, “Ini adalah rumah
Rabi’ah bin Umayyah bin Khalaf. Mereka sekarang sedang minum-minum, maka
kamu memata-matai) dan itu benar-benar telah memata-matai. Maka Umar pergi
meninggalkan mereka.
Sedang Abu Qibalah mengatakan pula, seseorang melapor pada Umar bin
“Sesungguhnya ini tidak halal bagimu. Karena Allah telah melarang dari memata-
َضا
ضهكم وبع ن
ووول ويِغوتب لبع ه
Dan janganlah kamu menceritakan sebagian yang lain dengan suatu yang
terang-terangan, atau dengan isyarat atau dengan cara lain yang bisa diartikan
sebagai perkataan. Karena itu, semua itu berartimenyakiti orang yang digunjing
memang merupakan api yang menyala, ia takkan membiarkan sesuatu pun dan
takan menyisakan.
Dan yang dimaksud sesuatu yang tida ia sukai adalah hal yang berkenaan
dengan agama atau dunianya, rupa akhlak, harta, anak, istri, pembantu, akaian
Al-Hasan berkata, gibh itu ada tiga macam yang semuanya itu tercantum dalam
kitab Allah. Yaitu ; Al-Gibah, Al-Ikfu, dan Al-Buktam.
a. Gibah maksudnya ialah kamu berkat-kata mengenai saudaramu tentang
wajib bertaubat kepada Allah atau memohon ampun bagi orang yang ia
gunjing atau meminta kehalalan (maaf) dari orang yang digunjingnya tadi.
166
bunting (terpotong tangannya) lalu kamu berkata, orang ini bunting. Maka
agar orang menghindari dan berhati-hati terhadap kelakuan seperti itu. Firman-
Nya :
meninggal dunia. Kalaupun tidak suka melakukan hal itu, bahkan kamu
perbuatan seperti itu, karena tabiatmu memang demikian. Maka janganlah kamu
Gibah itu telah dimisalkan dengan memakan daging karena gibah itu
robek daging. Ungkapan seperti ini sesuai dengan cara orang AArab berbicara. Al-
“Jika mereka memakan dagingku, maka aku adakan daging mereka dan
jika mereka merobohkan kejayaanku, maka aku bangunkan kejayaan mereka.”
167
Lebih dari itu, ayat ini menganggap daging yang dimakan itu adalah
daging saudara sendiri yang telah mati, sebagai gambaran betapa kejinya
perbuatan seperti itu yang dianggap menjijikan oleh perasaan siapa pun.
Pernah pula Amr bin Ubaid dilapori, Fulan telah menggunjing engkau,
Sementara itu diceritakan pula dalam hadis sahih, bukan hanya darhi satu
sanad saja, bahwa Nabi saw, ketika berpidato pada Haji Wada’ beliau bersabda,
negerimu ini.”
ووٱتلنهقوُاذ ٱللهو
Allah tentang apa yang Dia perintahkan dan Dia larang terhadapmu, waspadalah
Selanjutnya Allah SWT, member alas an tentang hal ini dengan firman-
Nya :
kepada-Nya atas dosanya yang telah terlanjur ia lakukan, Maha Belas kasih
perbuatan itu baru ia lakukan, yaitu dengan cara berhenti dari perbuatan itu dan
Namun demikian, gibah tidaklah haram apabila untuk tujuan yang benar
menurut syara’ yang tak mungkin tujuan itu tercapai kecuali dengan melakukan
menghilangkannya.
3. Meminta fatwa. Jadi boleh bagi orang yang meminta fatwa untuk
member fatwa, padahal ia tidak ahli untuk itu. Dan contohnya lagi,
kawin atau akan bergaul dengan orang lain dalam persoalan agama
Jika perlu menyebutkan salah satu aib atau dua macam aib, maka
satu atau si rabun, dan lain sebagainya, apabila orang tdak mengenal
Umat Islam telah sepakat tentang buruknya gibah dan besar dosanya
gibah adalah sabunnya hati, dan sesungguhnya gibah itu berasa manisnya seperti
AL-HUJURAT : 13
س إلناَ وخولق ينوهكم يمن ذووكر ووهأنثويىِ وووجوعلينوهكم هشهعوُباَ ووقونوبُاَئإول إلتونوعاَورفهوُاذ إلن وأكورومهكم إعنود
يِيوأويِنيوهاَ ٱللناَ ه
١٣ َٱللإه وأتوقيىهكم إلن ٱللهو وعلإيِعم وخإبُي
13. Hai manusia, sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang
laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa-
bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling kenal-mengenal.
Sesungguhnya orang yang paling mulia di antara kamu disisi Allah ialah
orang yang paling takwa di antara kamu. Sesungguhnya Allah Maha
Mengetahui lagi Maha Mengenal
Minzakarin wa unsa : dari seorang laki-laki dan seorang
perempuan.
Asy—Syu’ub: jamak dari Sya’ab, yaitu suku besar yang bernasab kepada
suatu nenek moyang, seperti suku Rabi’ah dan Muhdar. Sedang kabilah adalah
lebih kecil lagi, seperti kabilah Bakar yang merupakan bagian dari Rabi’ah, dan
dikenal bangsa Arab ada tujuh, yaitu Sya’ab kemudian Qabilah, kemudian
bath berada dibawah ‘Imarah. Fakhz-fakhz berada di bawah Bath, dan fasilah-
difathahkan), dan Qusyai adalah Bath, Abdul Manaf adalah Fakhz, Hasyim adalah
gelar yang buruk, maka di sini Allah menyebutkan ayat yang llebih menegaskan
bahwa manusia seluruhnya berasal dari seorang ayah dan seorang ibu. Maka
Namun tetap tidak ada kelebihan bagi seseorang pun atas yang lain,
Abu Daud menyebutkan bahwa ayat ini turun mengenai Abu Hindin, ia
adalah seorang pembekam Nabi saw. Katanya bahwa Rasulullah saw, menyuruh
Bani Biyadah agar mengawinkan Abu Hindin dengan seorang wanita dari mereka.
Maka mereka berkata kepada Rasulullah saw, apakah kami harus mengawinkan
anak-anak perempuan kami dengan bekas-bekas budak kami. Maka Allah ‘Azza
Hawa. Maka kenapakah kamu saling mengolok sesama kamu, sebagian kamu
mengejek sebagian yang lain, padahal kalian bersaudara dalam nasab dan sangat
mengherankan bila saling mencela sesama saudaramu atau saling mengejek, atau
Makkah. Bilal naik ke atas Ka’bah lalu adzan. Maka berkatalah ‘ Attab bin Said
bin Abil ‘Ish, “ Segala puji bagi Allah yang telah mencabut nyawa ayahku,
sehingga tidak menyaksikan hari ini. “ Sedang Al-Haris bin Hisyam berkata, “
Muhammad tidak menemukan selain burung gagak yang hitam ini untuk dijadikan
mu’azin.” Dan Suhail bin Amr berkata, “Jika Allah menghendaki sesuatu maka
172
bisa saja Dia merubahnya. “ Maka Jibril datang kepada Nabi saw. dan
memberitahukan kepada beliau apa yang mereka katakana. Lalu mereka pun
dipanggil datang, ditanya tentang apa yang telah mereka katakana, dan merekapun
mengaku.
Maka Allah pun menurunkan ayat ini sebagai cegahan bagi mereka dari
orang fakir. Dan Allah menerangkan bahwa keutamakan itu terletak pda takwa.
ketahuilah sesungguhnya Tuhanmu dalah Esa dan ayahmu satu. Ketahuilah tidak
ada kelebihan bagi seorang Arab atas seseorang ‘Ajam (bukan Arab) maupun bagi
seseorang ‘Ajam atas seorang Arab, atau bagi orang hitam atas orang merah, atau
bagi orang merah atas orang hitam, kecuali dengan takwa. Ketahuilah, apakah
telah aku sampaikan? “ Mereka menjawab, “Ya.” Rasul berkata, “Maka hendaklah
pangkat-pangkat kalian dan tidak pula kepada nasab-nasabmu dan tidak pula
kepada tubuhmu, dan tidak pula kepada hartamu, akan tetapi memandang kepada
hatimu. Maka barang siapa mempunyai hati yang saleh, maka Allah belas kasih
kepadanya. Kalian tak lain adalah anak cucu Adam. Dan yang paling dicintai
mengingkari itu.
dengan firman-Nya:
paling bertakwa. Jadi jika kamu hendak berbangga maka banggakannya takwamu.
Artinya barang siapa yang ingin memperoleh derajat-derajat yang tinggi maka
hendaklah ia bertakwa.
Ibnu Umar ra, meriwayatkan bahwa Nabi saw, pernah berkhutbah kepada
kesombongan jahiliyyah dengan nenek moyang mereka. Karena manusia itu ada
dua macam, yaitu orang yang baik dan bertakwa serta mulia disisi Allah, dan
orang yang berdosa, sengsara dacn hina di sisi Allah Ta’ala. Sesungguhnya Allah
AL-HUJURAT : 14 – 18
ب وءاوملناَ هقل لل هتؤُإمنهنوُاذ وويلوإكننن هقوُلهنوُاذ أوسنولموناَ وولولمنناَ يِنوندهخإل ٱلإإَيينوهن إفن قهنلنهنوُبإهكم إ
۞وقاَلوت ٱلوأعورا ه
َ إلننوننا١٤ ووإإن تهإطيِعهن نوُاذ ٱللن نهو ووورهسن ننوُلوههۥ ول يِوإلتهكن ننم يمن ننن وأعيوملإهكن ننم وش ن ن يِناَ إلن ٱللن نهو وغهفن ننوُر لرإحيِ ن نعم
ٱلمهؤُإمهنوُون ٱلإذيِون وءاومنهوُاذ إبٱِللإه ووورهسوُلإإهۦ هثل ول ويِرتنوناَبهوُاذ وويوجوهنهدواذ بإنوأميووُإإلم وووأنهفإسنإهم إفن وسنبُإيِإل ٱللنإه
قهنل وأتنهعليمنوُون ٱللنه بإنإديِنإهكم وٱللنه يِعلونم مناَ إفن ٱللسن يم يوُ إ١٥ صنإدهقوُون
ت ووومنناَ إفن وو و هو هو و وه ك ههنهم ٱل يل أهذويلوئإ و
ك وأن وأسلوهموُاذ هقل لل وتهنيوُاذ وعلوليِ إسن يلوومهكم بونإل ض إ
ويهينوُون وعلويِ و١٦ ض ووٱللهه بإهكيل وشيِء وعليِم ٱلوأر إ
ت إلن ٱللنه يِعلونم وغيِنب ٱللسن يم يوُ إ١٧ ٱللنه وينهين علويِهكننم وأن هنوديىَهكم لإإليينوإن إإن هكنتنهنم يصنإدقإي
و و ه و وو و و و ه و
١٨ صيَه إ وباَ وتعموهلوُون ض وٱلله ب إ
ووٱلوأر إ و ه و
14. Orang-orang Arab Badui itu berkata: "Kami telah beriman".
Katakanlah: "Kamu belum beriman, tapi katakanlah ´kami telah tunduk´,
karena iman itu belum masuk ke dalam hatimu; dan jika kamu taat kepada
Allah dan Rasul-Nya, Dia tidak akan mengurangi sedikitpun pahala
amalanmu; sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha
Penyayang"
15. Sesungguhnya orang-orang yang beriman itu hanyalah orang-orang
yang percaya (beriman) kepada Allah dan Rasul-Nya, kemudian mereka
tidak ragu-ragu dan mereka berjuang (berjihad) dengan harta dan jiwa
mereka pada jalan Allah. Mereka itulah orang-orang yang benar
16. Katakanlah: "Apakah kamu akan memberitahukan kepada Allah
tentang agamamu, padahal Allah mengetahui apa yang di langit dan apa
yang di bumi dan Allah Maha Mengetahui segala sesuatu?
17. Mereka merasa telah memberi nikmat kepadamu dengan keislaman
mereka. Katakanlah: "Janganlah kamu merasa telah memberi nikmat
kepadaku dengan keislamanmu, sebenarnya Allah, Dialah yang
melimpahkan nikmat kepadamu dengan menunjuki kamu kepada
keimanan jika kamu adalah orang-orang yang benar"
18. Sesungguhnya Allah mengetahui apa yang ghaib di langit dan bumi.
Dan Allah Maha Melihat apa yang kamu kerjakan. 113
kami mematuhi apa yang diperintahkan kepada kami. Jadi iman adalah
Aslamna: kami patuh dan tunduk kepadamu, yaitu lawan dari Al-
sebagaimana orang yang telah berbuat baik kepadamu dan telah menganugrahkan
menginginkan harta rampasan dan harta benda dunia. Mereka datang pada musim
paceklik, lalu mereka mengatakan kepada Rasulullah saw. kami tidak memerangi
yang baik kepada Nabi saw. maka Allah memberitahukan kepada nabi-Nya atas isi
hati mereka yang tersimpan. Dan bahwa mereka sebenarnya belum beriman
dengan iman yang sebenarnya, yaitu iman yang antara hati dan lidah terdapat
kesesuaian.
tunduk. Sesudah itu Allah memberitahukan kepada mereka bahwa pahala amal-
menerangkan juga bahwa di antara tanda iman yang sempurna. Ialah berkorban
jiwa dan harta di jalan Allah, dan dengan membelanjakannya dalam memperkuat
Sesudah itu, Allah menerangkan pula bahwa Dia mengetahui iman mereka
yang lemah ataupun kuat. Karena tidak sesuatupun yang tersembunyi bagi Allah
dibumi maupun di langit, dan bahwasannya tidak sepatutnya bagi orang yang
anugerah-Nya kepada dia, yaitu bahwa dia memperoleh petunjuk lewat tangan
tentang ilmu-Nya Yang Maha Luas dan meliputi rahasia-rahasia yang tersimpan
pada mahkluk-Nya, baik di langit maupun di bumi, tidak luput dari Allah apa pun,
Mujahid berkata, ayat ini turun mengenai orang-orang badui dari Bani
Asad bin Khuzaimah saw (mereka tinggal di sekitar Madinah). Mereka datang
kepada Rasulullah, dan menyatakan dua kalimah syahadat namun mereka tidak
benar-benar beriman.
177
yang disebutkan pada surat Al-Fath, yaitu orang-orang Badui Muzainah, Juhainah,
Aslam, Gifar, Ad-Dil dan Asyja’. Mereka berkata, kami beriman, dengan tujuan
supaya mereka aman jiwa dan harta mereka. Namun ketika mereka dikerahkan
oleh orang-orang kafir buat memerangi Madinah, ternyata mereka ingkar dari
iman. 115
PENJELASAN
إ
وقاَلوت ٱلوأعورا ه
َب وءاوملنا
Orang-orang Badui berkata, kami telah membenarkan Allah dan rasul-Nya
yang disertai dengan ketentraman hati dan kepercayaan penuh kepada Allah.
Namun hal itu belum terjadi padamu, terbukti bahwa kamu menyebut-nyebut
kepada rasaul bahwa kamu tidak memerangi dia. Akan tetapi ucapkanlah, kami
menyerah dan tunduk kepadamu dan kami tdak ikut berperang, dan kami tidak
Ayat ini menggunakan uslub seperti ini, dan tidak mengatakan kepada
olehmu, kami tunduk), dengan maksud mengajari Nabi saw, tentang kesopanan
Ucapkanlah olehmu, kami telah tunduk. Itu saja, karena iman belum
masuk ke dalam hatimu. Karena belum ada kesesuaian antara hati dengan yang
belum berpengaruh pada amal perbuatanmu dan belum termakan oleh ruh.
ajaran yang di bawa oleh Nabi saw, yang dengan demikian maka darah akan
terpelihara. Jika hal itu dibarengi pula dengan keyakinan dan pembenaran dengan
hati, maka itulah iman dan orang yang melakukannya disebut mukmin.
mengurangi pahalamu sedikit pun, bahkan Dia akan melipatkan pahala itu
Pengampun atas ketergelinciran dari orang yang mau bertaubat dan kembali
kepada Tuhannya dengan ikhlas, lagi Maha Pengasih kepadanya hingga Dia
إلوناَ ٱلهمؤُإمنهنوُون ٱلنإذيِون وءاومنهنوُاذ بإنٱِللإه ووورهسنوُلإإهۦ هثلن ول ويِرتوناَبهوُاذ وويوجوه هدواذ بإنوأميووُإإلم وووأنهفإسنإهم إفن١٤
صإدهقوُون ك هههم ٱل يل وسبُإيِإل ٱللإه أهذويلوئإ و
Sesungguhnya orang-orang yang beriman dengan iman yang sebenarnya
ragu-ragu dan tidak goncang,bahkan mereka mantap pada satu sikap dan mau
mengorbankan jiwa dan harta benda mereka yang paling mahal demi ketaatan
kepada Allah dan mengharapkan rida-Nya, mereka itulah orang-orang yang benar
dalam mengatakan Amanna (kami beriman). Bukan seperti sebagian orang Badui
yang iman mereka hanyalah kata-kata yang lahir saja, sedang mereka masuk
agama hanya karena takut terhadap pedang supaya darah dan harta mereka
terpelihara.
tentang apa yang ada dalam hatimu dan apa yang tersimpan dalam sanubarimu,
beriman.”
dibumi. Jadi tidak ada sesuatu pun yang tersembunyi bagi Allahh, sekalipun hanya
jangan sampai kamu mengucapkan kata-kata yang bertentangan dengan apa yang
diketahui oleh Allah pada hati sanubarimu, sehingga kamu takkan mendapatkan
hukuman-Nya. Karena tidak ada sesuatu pun yang tersembunyi bagi Allah.
ك وأن وأسولمهوُاذ
ويهينوُون وعلويِ و
Mereka menyebut-nyebut ketundukan dan keikutan mereka kepadamu dan
namakan iman itu sebagai anugerah untukku. Kareena ketundukan itu adalah
anugerah yang pemberiannya tidak menuntut upah dari orang yang menerimanya.
ي بإل ٱلله ويين علويِهكم وأن هوديىَهكم لإإلييإن إإن هكنتم ي إ إ
صدق و ه و و و و ه ه و
Bahkan Allah-lah yang telah memberi anugerah kepadamu. Karena telah
Hal ini merupakan isyarat bahwa mereka dusta dalam pengakuan mereka
sebagai mukmin.
Diriwayatkan bahwa Nabi saw. pernah berkata kepada orang orang Anshar
ketika terjadi perang Hunain “Hai golongan Anshar, bukankah aku telah datang
kepadamu sedang kalian sesat lalau Allah member petunjuk, dan alian melarat lalu
Dia membuatmu kaya, dan kamu saling bermusuhan, lalu Allah mengakurkan di
antara hatimu ?” Mereka berkata, “Ya, Allah dan rasul-Nya lebih nyata anugerah
dan keutamaannya.”
lakukan sebagai penyyerahan dan ketundukan itu bukan iman, dengan maksud
sebut iman, padahal semestinya tidak demikian. Bahkan Allah-lah yang patut
makhluk-Nya. Firman-Nya :
bumi, dan Dia Maha Tahu tentang apa yang kamu rahasiakan dan apa yang kamu
182
terang-terangkan, tak ada yang tersembunyi bagi Allah, apa pun yang ada dalam
hati sanubarimu.
dalam keimanan mereka, juga merupakan pernyataan kepada Nabi saw. dan para
pengikutnya yang mukmin tentang apa yang tersimpan dalam hati manusia. 116
tentang hubungan antara Nabi saw, dengan umatnya, dan yang lain menyuruh
kepada umatnya supaya meninggalkan sifat-sifat yang rendah dan menghiasi diri
suatu hal sebelum ada keputusan dari Allah dan rasul-Nya mengenai
hal itu.
2. Penghormatan dan pengagungan kepada Rasulullah saw, dan agar
mereka. Akan tetapi panggilah nabi dengan sebutan nabi atau rasul.
4. Sesungguhnya orang-orang yang merendahkan suara mereka
Rasul-Nya saw.
yang diampu Ibu Noor Rosyidah bahwa bentuk tafsir mengacu pada sumber yang
diambil dalam penafsiran, yaitu bil ra’yi dan bil ma’tsur. Berdasarkan studi
analisis terhadap kitab Fi Zhilalil Qur’an Jilid 1 yang memuat surat Al Fatihah dan
dan Al Baqarah, dan mempelajari keseluruhan kitab Fi Zhilalil Qur’an dari jilid 1
hingga jilid 13, maka dapat saya simpulkan bahwa kitab Fi Zhilalil Qur’an
termasuk dalam bentuk tafsir bil ra’yi. Alasannya adalah bahwa kitab ini tidak
menukil atau menyandarkan diri pada kitab-kitab yang sudah ada sebelumnya,
117 Ibid. hlm. 246-247
184
tetapi Sayyid Quthb yang memang berlatar belakang sastrawan dan seniman
muslim dengan hafalan Al-Qur’an yang kuat, menuliskan tafsir dengan akal atau
pendapat sendiri.
(lughawi), ushul, konteks sosial kemasyarakatan yang pada waktu itu ia hidup di
Mesir. Hal yang sangat meyakinkan bahwa kitab Fi Zhilalil Qur’an merupakan
tafsir bil ra’yi adalah bahwa Sayyid Quthb samasekali tidak memakai referensi
kitab lain dalam menafsirkan Al-Qur’an. Akan tetapi di setiap menafsirkan ayat, ia
وووقاَول ٱلنإذيِون وكوفنهرواذ لإهرهسنلإإهم لوهنخإروجنلهكنم يمنن وأرإضنوناَ وأو ولتونعهنوُهدلن إف إملتإنوناَ فونوأووحيىِ إلويِإهنم وربنيههنم
ف وموقناَإميِ وووخنناَ و ك لإومنن وخناَ و إإ إ
ض إمنن بوعندهم يوذلن و إ يإ إ إ
ف وولونهسنكنوننلهكهم ٱلوأر و١٣ ين لوهنهلوكلن ٱلظللم و
١٤ ووإعيِإد
Berikut penafsiran yang ditulis Sayyid Quthb tentang ayat di atas:
keyakinannya sama, ancamannya sama, dan yang dijanjikan untuk mereka pun
sama, yaitu yang dijanjikan kepada rombongan yang terhormat itu. Dan akibat
yang dinantikan juga sama, yaitu akibat yang dinantikan oleh orang-orang
ayat-ayat Al-Qur’an, ia samasekali tidak menukil dari pendapat ulama lain. Alasan
tersebut yang saya jadikan hujjah bahwa bentuk tafsir Fi Zhilalil Qur’an adalah
185
tafsir bil ra’yi, yaitu tafsir yang bersumber pada akal atau pendapat sendiri tanpa
menukilkan pada kitab lain. Berbeda dengan tafsir bil ma’tsur yang menukilkan
pada kitab atau referensi lain dan menuangkannya secara utuh tanpa melibatkan
pendapat pribadi.
Metode tafsir merupakan suatu cara yang digunakan untuk menafsirkan Al-
Qur’an. Ada beberapa metode, yaitu tahlili (analisis), ijmali (global), muqaran
(komparasi) dan maudhu’i (tematik). Dari studi analisis terhadap kitab Fi Zhilalil
tafsir maudhu’i. Alasannya adalah bahwa metode yang ditempuh oleh Sayyid
permasalahan atau tema tertentu dengan cara menghimpun seluruh ayat Al-Qur’an
yang membahas tema tersebut. Kemudian ayat-ayat itu dikaji secara komprehensif
Kita bisa melihat bahwa metode yang digunakan adalah maudhu’i pada
daftar isi, sebelum jauh mendalami isi tafsir. Di dalam daftar isi, Sayyid Quthb
menyelesaikan permasalahan itu. Apabila kita kaji lebih jauh, akan membuktikan
semakin kuat bahwa Fi Zhilalil Qur’an menggunakan metode maudhu’i. Coba kita
lihat seksama dalam tema: Seruan Umum Kepada Umat Manusia, kitab ini
menghimpun beberapa ayat untuk membahas tema tersebut, yaitu dengan surat al-
Baqarah: 21-22, al-Anbiya’: 30, dan hadits yang diriwayatkan Ibnu Abbas. Atau
16, 11-12, 13, 14, 15,16, 17-18, 19-20, untuk membahas tema yang sama, yaitu
Golongan Munafik. Oleh karena itu, saya menyatakan bahwa tafsir Fi Zhilalil
Mengkaji masalah corak, maka sudah kita sepakati bersama bahwa corak
berhubungan dengan substansi atau isi tafsir, yakni meliputi tafsir fiqhi
termasuk ilmu kalam), tafsir ilmiy (membahas ilmu pengetahuan umum), dan
Dari membaca biografi dan latar belakang Sayyid Quthb, kita bisa
ijtima’i. Namun hal itu tidak cukup membuktikan apakah ini tafsir ijtima’I atau
tidak. Perlu penelusuran yang cukup mendetail lagi, yaitu melihat substansi apa
bisa memperkuat landasan bahwa rafsir Fi Zhilalil Qur’an adalah tafsir ijtima’i.
sebagai contoh adalah dalam Fi Zhilalil Qur’an membahas secara tematik tentang
membahas masalah riba, zakat, tenggang rasa, jual-beli, infak, hukum wasiat,
puasa, talak, dan masih banyak lagi yang menyoroti masalah dari aspek sosial,
bukan pada fiqh, ilmu pengetahuan atau filsafat. Selain itu, jika ditinjau dari latar
diragukan lagi karena dari umur 10 tahun ia sudah bisa menghafal Al-Qur’an.
Perpaduan yang luar biasa antara sastra yang dibawa oleh Quthb untuk
menafsirkan Al-Qur’an, sehingga kita bisa melihat karya Fi Zhilalil Qur’an jika
kita baca tafsir ini memiliki gaya sastra, berbeda dengan karya-karya lain yang
terkesan kaku dan tidak enak dibaca. Sehingga ada yang mengatakan ini
Dari segi muatan sosial dan aspek personal Quthb, saya menilai karya ini
karya ini, sehingga terkesan antipati terhadap pemerintah Mesir yang saat itu
antikritik. Jika dikontekskan dalam kehidupan di luar Mesir, maka saya kira tafsir
ini perlu dikaji lebih mendalam karena sebagaimana para ulama mengatakan
pembahasan Quthb tentang bagaimana seorang Islam harus berIslam secara penuh
188
dimaknai sebagai benih ideologi radikal. Atau kita bisa rasakan bahwa tafsir ini
sangat anti dengan modernisasi barat, dan mengatakan barat adalah jahiliah
modern. Inilah rasanya bagi saya sehingga saya mengkritik bahwa tafsir Fi
tidak tampak dalam tafsir ini. Meskipun demikian, Fi Zhilalil Qur’an merupakan
Sayyid Quthb.
tafsir yang memiliki bentuk tafsir bil ra’yi karena melandaskan pada argumen
membahas permasalahan yang tematik, dan dengan corak ijtima’i karena memiliki
Surah yang tidak lebih dari 18 ayat ini merupakan surah yang agung dan
besar, yang mengandung aneka hakikat akidah dan syariah yang penting;
cakrawala yang luas dan jangkauan yang jauh bagi akal dan kalbu. Juga
menimbulkan pikiran yang dalam dan konsep yang penting bagi jiwa dan nalar.
direnungkan dan dipikirkan. Hal yang pertama kali muncul tatkala mulai
menelaah surah ini ialah bahwa nyaris semua ayatnya menata berbagai dunia yang
sempurna. Dunia yang tinggi, mulia, bersih, dan sehat. Dunia yang memiliki
berbagai kaidah, landasan, prinsip, dan manhaj yang menjadi fondasi bagi dunia
itu, yang menjamin tegak dan terpeliharanya dunia tersebut. Itulah dunia yang
bersumber dari Allah, mengacu kepada Allah, dan layak untuk dinisbatkan dengan
Allah. Itulah dunia yang membuat kalbu menjadi suci, perasaan menjadi bersih,
lisan terpelihara, dan akhirnya jiwa menjadi suci. Itulah dunia yang memiliki etika
dengan Allah, etika dengan Rasul-Nya, etika dengan diri manusia sendiri, dan
etika dengan orang lain, etika yang ada dalam gejolak hatinya, dan etika dalam
Pada saat yang bersamaan, dunia itu memiliki aneka tatanan yang
Tatanan itu berupa syariat dan system yang menjadi landasan dan sumber bagi
etika yang selaras dengan dunia itu. Sehingga tercapailah keserasian antara
batiniah dunia ini dan lahiriahnya. Bertautlah antara syariat dan perasaan,
Karena itu, tegak dan terpeliharanya dunia yang adil, mulia, bersih, dan
sehat ini tidak hanya diserahkan pada etika hati dan kebersihan rasa. Tidak hanya
diserahkan pada penataan dan pengaturan. Tetapi juga, diserahkan pada kegiatan
190
mempertemukan etika dan aturan secara harmonis dan serasi. Demikian pula
dunia ini tidak hanya dipasrahkan pada system pemerintahan dan mekanismenya.
Tetapi, juga pada mekanisme elaksanaan dan kewajiban dan aktivitas antara
rakyat dan pemerintah serta antara pemerintah dan individu dalam rangka kerja
Itulah dunia yang memiliki etika dengan Allah dan dengan Rasul Allah.
Tuhannya,
“Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu mendahului Allah dan Rasul-
Nya dan bertakwalah kepada Allah. Sesungguhnya Allah Maha Mendengar lagi
Maha Mengetahui.” (al-Hujuraat : 1)
Hamba yang beriman tidak boleh mendahului Tuhannya dalam masalah
perintah dan larangan. Jangan member-nya saran tentang hokum dan keputusan.
untu menghormatinya.
sampai amu keluar menemui mereka, sesungguhnya itu adalah lebih baik bagi
mereka, dan Allah Maha pengampun lagi Maha Penyayang. “(Al-Hujurat 2-5)
Itulah dunia yang memiliki manhaj sendiri dalam meneguhkan tutur kata
dan tindakan serta dalam menguatkannya dari sumbernya sebelum memutuskan
perkataan dan tinda kan. Manhaj ini berlandaskan ketakwaan kepada Allah dan
118
menghadapi perselisihan, fitnah, gossip, dan gejolak yang terjadi di dunia itu jika
mukmin, dari hakikat keadilan dan keselarasan, dan dari ketakwaan kepada Allah
118 Quthb Sayyid, Fi Zhilalil-Qur’an, terj. As’ad Yasin dkk, (Jakarta : Gema Insani, 2004),
Cet. I, hlm. 407.
192
orang terhadap orang lain. Itulah dunia yang memiliki etika berperilaku tatkala
dan memelihara perkara, baik saat pemiliknya ada maupun tidak ada. Dalam dunia
manusia yang berbeda jenis dan berlainan suku. Dunia ini memiliki satu
Allah yang bersih dari kepentingan hawa nafsu dan dari kekeliruaan, hal 408
kamu di sisi Allah ialah orang yang paling bertakwa diantara kamu.
Sesungguhnya Allah Maha Mengenal.” (al-Hujurat : 13)
setelah surah ini menyajikan beberapa kebenaran agung yang melukiskan
berbagai tanda dari dunia yang adil, mulia, bersih, dan sehat, maka dikemukakan
…” 121
merasa malu, jika dia tidak memenuhi panggilan itu. Itulah panggilan yang
membuat segala beban menjadi midah, segala penderitaan menjadi ringan dan
dimiliki manusia. Yaitu, anugerah keimanan yang diberikan kepada orang yang
ini dan melalui perenungan terhadap aneka peristiwa yang menyertai turunnya
ayat ni ialah upaya yang besar, kokoh, dan terus menerus. Hal ini sebagaimana
yang bijaksana, dalam membangun dan membina kelompok muslim seperti yanag
dilukiskan oleh dunia yang adil, mulia, bersih, dan sehat, yang akan menjadikan
kenyataan dibumi ini pada suatu hari. Sejak itu tidak ada lagi gagasan ideal dan
periode sejarah tidaklah tumbuh secara tiba-tiba, tidak berwujud secara kebetulan,
dan tidak dapat diciptakan dalam satu hari atau satu malam. Demikian pula ia
tidak lahir sebagai hasil sebuah tiupan yang emudian mengubah karakter segala
hal dalam sekaligus dan sekejap mata. Namun, masyarakat itu tumbuh secara
dengan akar yang menhunjam. Pohon ini memerlukana pertumbuha dalam waktu
yang lama.
demikian memerlukan perhatian ekstra, kesabaran yang panjang, dan upaya yang
pengalaman praktis yang berulang-ulang serta ujian berat yang tidak sedikit, di
amanah yang besar ini dan merealisasikan kehendak Allah dibumi melalui
masyarakat itu. Semua itu disertai dengan aneka karunia yang terpendam dalam
kesiapan yang tersimpan pada generasi itu dan yang tersimpan dalam situasi serta
kondisi yang tersedia. Dengan semua ini, terbitlah masyarakat yang menabjubkan
dalam sejarah umat manusia sebagai sebuah kenyataan yang tampak dari
kejauhan. Atau, ia hanyalah sebagai cita-cita yang tumbuh dalam kalbu atau
“Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu mendahului Allah dan Rasul-
Nya dan bertakwalah kepada Allah. Sesungguhnya Allah Maha Mendengar
janganlah kamu meninggikan suaramu lebih dari suara Nabi. Janganlah kamu
berkata kepadanya dengan suara keras sebagaimana kerasnya (suara) sebagian
kamu terhadap bagian yang lain, supaya tidak hapus (pahala)amalanmu
sedangkan kamu tidak menyadari. Sesungguhnya orang-orang yangmerendahkan
suaranya di sisi Rasulullah, mereka itulah orang-orang yang diuji hati mereka
oleh Allah untuk bertakwa. Bagi mereka ampunan dan pahala yang besar.
Sesungguhnya orang-orang yang memanggil kamu dari luar kamar (mu)
kebanyakan mereka tidak mengerti. Dan, kalau mereka bersabar sampai kamu
keluar menemui mereka, sesungguhnya itu adalah lebih baik bagi mereka. Allah
Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.” (al-Hujuraat : 1-5)
Inilah seruan dari Allah bagi orang-orang yang beriman kepada Allah yang
ini; mereka berada disana untuk suatu hal yang telah di tetapkan dan di kehendaki-
Nya; serta dia menjadikan keimanan itu disukai dan dipandang indah oleh hati
dihadapan Allah dalam sikap sebagai seseorang yang menanti keputusan dan
pengarahan-Nya menyangkut dirinya dan orang lain. Lalu, dia melaksanakan apa
serta pasrah,
“Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu mendahului Allah dan Rasul-
Nya dan bertakwalah kepada Allah. Sesungguhnya Allah Maha Mmendengar lagi
Maha Mengetahui.” (al-Hujurraat : 1) 124
tidak dapat kamu rujukkan kepada firman Allah dan sabda Rasul-Nya.
Ali bin Thalhah meriwayatkan dari Ibnu Abbas bahwa dia menafsirkan,
“Jnganlah kamu berkata dengan menyalahi Kitab Allah dan Sunnah Rasulnya.”
Itulah etika seorang individu dengan Allah dan Rasul-Nya. Itulah manhaj
dalam menerima dan melaksanakan sesuatu. Itulah salah satu pokok syariat dan
cara bertindak sepanjang waktu. Etioka itu bersumber dari ketakwaan kepada
Allah dan merujuk kepadanya. Ketakwaan ini bersumber dari perasaan bahwa
Allah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui. Semua itu disajikan dalam satu
ayat yang pendek, tetapi menyentuh dan menggambarkan segala haikikat yang
dengan Allah dan Rasul-Nya. Maka tiada lagis seorang pun diantara mereka yang
memberi saran kepada Allah dan Rasul-Nya. Tidak ada seorang pun diantara
mereka yang menawarkan sebuah gagasan yang tidak diminta oleh Rasulullah.
Tidak ada lagi seorang pun di antara mereka yang menetapkan atau memutuskan
sesuatu dengan pikiran melainkan dia merujukkan kepada firma Allah dan sabda
Rasulullah.
Mu’adz r.a. bahwa tatkala Nani saw. Mengutusnya ke Yaman, beliau bersabda,
Lalu Nabi saw.menepuk dada Mu’adz seraya bersabda, “Segala puji bagi Allah
Yang telah membantu Rasul Allah dengan apa yang diridhai oleh Rasul Allah.”
tengah mereka lalui dan tentang tempat dimanamereka berada, sedang mereka
benar-benar mengetahui hari atau tempat itu, mereka merasa segan menjawab
pada haji wada’Nabi saw. Bertanya, “Bulan apakah ini?” maka, dijawab,”Allah
dan Rasul-Nya lebih mengetahui.” Beliau diam, sehingga para sahabat mengira
bawa beliau akan menamainya dengan nama lain. Beliau bertanya kembali,
bertanya, “Negeri pakah ini?” Mereka menjawab, “Allah dan Rasul-Nya lebih
menamainya dengan nama lain. Beliau bertanya kembali, “Bukankah negeri ini
adalah tanah haram?” mereka menjawab, “Benar.” Beliau bertanya, “Hari apakah
sehingga kami mengira bahwa beliau akan menamainya dengan nama lain. Beliau
menjawab,”Benar.”
Itulah gambaran etika. Keseganan dan ketakwaan sebagai buah yang diraih
kaum muslimin setelah mereka mendengar seruan, pengarah, dan isyarat supaya
199
bertakwa. Yaitu, bertakwa kepada Allah yang Maha Mendengar lagi Maha
Mengetahui. 125
Kedua ialah etika mereka terhadap Nai saw, dalam berbicara, berdialog,
dan dalam memberikan penghormatan dari dalam hati bercermin dari volume dan
nada suara. Etika yang membedakan sosok Rasulullah dari selainnya dan
membedakan majelis beliau dari majelis selainya. Allah menyerukan hal itu
kepada mereka dengan seruan kesayangan dan mewanti-wanti mereka agar tidak
saw. Yang menyeru mereka pada keimanan ....,supaya amalmu tidak terhapus
tanpa kamu sadari .... Hendaklah kamu waspada dari kekeliruan yang
menceritakan dari Nafi’bin Umar dari Ibnu Abi Malikah bahwa dia berkata, “Dua
orang pilihan, yaitu Abu Bakar dan Umar nyaris binasa. Keduanya berkata keras
di dekat Nabi tatkala beliau ditemui oleh rombongan penunggang bani Tamim
pada tahun ke-7 Hijrah. Salah seorang dari keduanya (Abu Bakaer atau Umar)
menunjuk Aqra bin Habis r.a. saudara bani mujasyi supaya dia menjadi ketua bani
Perawi lupa nama orang yang ditunjuk oleh salah seorang sahabat dekat
Rasulullah itu. Namun, sebuah riwayat mengatakan bahwa dia bernama al-Qa’qa
bin Ma’bad. Maka, berkatalah Abu Bakar kepada Umar, “Kamu selalu ingin
menentangku.’ 126
ayat,
Ibnu Zubair berkata, “Sejak ayat ini turun, tidaklah Umar mendengar
Abu Bakar bahwa tatkala ayat di atas turun, dia berkata, ‘Wahai Rasulullah, demi
Allah, aku tidak akan berbicara kepada mu kecuali seperti kepada saudara yang
ibnu-Mughirah, dari Tsabit, dari Anas bin Malik r.a., bahwa dia berkata, “Takala
ayat di atas (al-Hujurrat ayat 2) diturunkan, sedang Tsabit bin Qais bin asy-
Syamas adalah orang bersuara lantang, maka dia berkata, ‘Akulah orang yang
menjawab, ‘Akulah orang yang mengalahkan suara Rasulullah dan yang paling
keras saat berbicara di dekat beliau. Sehingga, seluruh amalku terhapus dan aku
menyampaikan perkataan Tsabit bim Qais. Nabi saw. bersabda, Tidak, justru dia
merupakan ahli surga.’ Anas berkata, ‘Maka, kami dapat melihatnya berjalan
diantara kami, sedang kami mengetahui bahwa dia merupakan ahli surge.’”
sopan di dekat Rasulullah karena khawatir amalnya terhapus tanpa mereka sadari.
Ketakwan merupakan anugrah yang besar. Allah memiliki kalbu yang akan
menerimanya dan telah diputuskan bahwa kalbu itu berhak menerimanya. Orang-
kalbunya telah diuji Allah dan disiapkan untuk menerima anugerah itu. Yakni
anugerah ketakwaan yang telah diputuskan untuk diberikan kepada kalbu tersebut.
Melalui anugerah ini, diraih pula maghfirah ‘ampunan’ dan pahala yang besar.
Itulah targib yang dalam setelah mereka diwanti-wanti. Melalaui ayat itu,
Diriwayatkan dari Amirul Mu’minin Umar Ibnu Khaththab r.a bahwa dia
bertanya, “Dari mana kamu?” keduanya menjawab, “Dari Tha’if.” Umar berkata,
dekat pusara Nabi saw. sebagaimana hal itu dimakruhkan tatkala beliau hidup. Hal
Tamim tatkala mereka datang untuk menemui Rasulullah pada tahun ke 9 Hijriah
yang juga disebut tahun utusan karena banyaknya utusan masyarakat badui yang
datang dari berbagai tempat setelah jatuhnya kota Mekah. Mereka datang untuk
masuk Islam. Mereka adalah orang Badui yang bertabiat kasar. Sehingga mereka
memanggil istri-istri Nabi saw. dari balik kamar-kamar para istri beliau yang
menempel dengan masjid Nabi yang mulia. Mereka berseru, “Hai Muhammad,
temuilah kami!” Nabi saw. tidak menyukai kekasaran dan gangguan ini. Maka
keluar menemui mereka, sesungguhnya itu adalah lenih baik bagi mereka. Allah
Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.” (al-Hujuraat : 4-5) 129
Allah menerangkan bahwa mayoritas mereka tidak berakal. Dia tidak
menyukai mereka yang memanggil dengan cara yang bertentangan dengan etika
dan kesantunan yang sesuai dengan pribadi Nabi saw. dan kehormatan Rasulullah
sebagai panglima dan pendidik. Allah menerangkan kepada mereka yang lebih
baik dan utama, yaitu bersabar dan menunggu sehingga beliau menemui mereka.
Allah mendorong mereka supaya bertaubat dan kembali serta menyukai ampunan
dan rahmat.
Kaum muslimin menyadari etika yang tinggi ini. Lalu, etika tersebut
mereka tetapkan pula kepada guru dan ulama. Mereka tidak mau mengganggu
ulama sehingga dia sendiri datang menemui dan tidak mau menjumpainya kecuali
ulama itu memanggilnya. Diceritakan dari Abu Ubaid, seorang ulama yang zuhud,
bahwa dia berkata, “Aku tidak pernah mengetuk pintu rumah ulama, tetapi aku
”Hai oranr-orang yang beriman, jika datang kepadamu orang fask membawa
suatu berita, maka periksalah dengan teliti agar kamu tidak menimpakan suatu
musibah kepada suatu kaum tanpa mengetahui keadaanya yang menyebabkan
kamu menyesal atas perbuatanmu itu. Ketahuilah olehmu bahwa dikalangan
kamu ada Rasulullah. Kalau beliau menuruti (kemauan) kamu dalam beberapa
urusan, benar-benarlah kamu akan mendapat kesusahan. Tetapi Allah
menjadikan kamu cinta kepada keimanan dan menjadikan iman itu indah dalam
hatimu dan menjadikan hatimu benci kepada kekafiran, kefaskan, dan
kedurhakaan. Mereka itu lah orang-orang yang mengikuti jaln yang lurus, sebagi
karunia dan nikmat dari Allah. Dan Allah Maha Mengetahui lagi Maha
Bijaksana.”(al-Hujuraat : 6-8). 130
dan sumber perintah. Sedangkan, seruan kedua untuk menegaskan etika dan
kesantunan yang patut diterapkan kepada pemimpin. Kedua seruan ini merupakan
fondasi bagi seluruuh arahan dan tatanan di dalam surah ini. Maka, sangatlah
penting ada kejelasan sumber yang menjadi rujukan kaum mukminin dan
kebohongan dan agar keraguan tidak menyebar dikalangan kaum muslimin karena
berita yang disebarkan oleh setiap individunya, lalu ia menodai informasi. Pada
prinsipnya, hendaklah setiap individu kaum muslimin menjadi sumber berita yang
terpercaya dan hendaknya berita itu benar serta dapat dijadikan pegangan. Adapun
orang fasik, maka dia menjadi sumber keraguan sehingga hal ini menjadi
ketetapan.
Dengan cara seperti itu, urusan umat menjadi stabil dan moderat diantara
mengambil dan menolak berita yang sampai kepadanya. Kaum muslimin angan
gesaan itu bisa membuatnya bertindak zalim kepada suatu kaum sehingga
berkenaan dengan Al-Wahid bin Uqbah bun Abi Mu’ith yang diutus oleh
bin Uqbah kepada bani Mustahiq untuk mengambil zakat mereka. Dia menjumpai
dikatakan bahwa al-Walid menambah dengan, ‘Mereka telah keluar dari agama
Islam.’)
Khalid dan tiba di tempat mereka pada malam hari. Dia menyebarkan mata-mata.
Setah tiba, mereka melapor kepada Khalid bahwa bani Mustahiq adalah orang-
orang yang tetap memegang teguh Islam. Mata-mata masih mendengar azan dan
berita yang sebenarnya. Lalu Allah menurunkan ayat di atas. (Qatadah berkata,
dikemukakn oleh yang lainnya seperti Ibnu Abi Laila, Yazid bin Rauman, adh-
Dhahhak, Muuqatil bin Hayyann, dan ulama lainnya yang mengatakan bahwa ayat
Ayat di atas bermakna umum, yaitu mengandung prinsip selektif dan hati-
hati informasi dari orang fasik. Adapun berita dari orang shaleh dapat diambil,
sebab dialah pangkal di dalam kelompok mukmin. Sedangkan, berita orang fasik
kehati-hatian, sebab dia merupakan salah satu sumber berita. Adapun keraguan
yang tersebar semua sumber dan semua informasi adalah bertentangan dengan
Islam menghendaki kehidupan itu berjalan pada jalur yang alamiah. Islam
hanya memasang pagar dan jaminan demi memelihara kehidupan itu, bukan untuk
Dari riwayat di atas jelaskan bahwa sebagian kaum muslimin beraksi atas
berita yang disampaikan oleh al-Walid bin Uqbah begitu mereka mendengarnya
wujud kemarahan kepada orang yang menolak zakat. Kemudian ayat berikutnya
tampil mengingatkan mereka akan kebenaran yang hakiki dan nikmat yang besar
dan senantiasa ingat terhadap keberadaan nikmat yang besar itu, “Dan ketahuilah
terjadi dan realistis. Namun, tatkala berita itu direnungkan, tampaklah sesuatu
207
yang mencengangkan dan nyaris tak dapat dilukiskan. Apakah sesuatu yang
mudah bagi manusia untuk menuliskan pertautan antara langit dan bumi secara
Langit mengarahkan mereka pada urusan pribadi dan urusan-urusan yang lainnya.
Lalu, salah satu diantara mereka melakukan suatu tindakan dan melontarkan suatu
pernyataan dan adapula yang berjalan dengan was-was. Tiba-tiba langit menatap.
Nya tentang apa yang telah terjadi. Kemudian mengarahkannya kepada apa yang
semestinya dilakukan dan dikatakan dalam dunia nyata ini. Itulah suatu perkara.
Itulah suatu berita yang sangat besar. Itulah hakikat yang mengejutkan sehingga
orang yang melihat hakikat itu berada dihadapannya, justru dia tidak mengetahui
reaksi ini,
besar ini ialah kaum mukminin tidak mendahului Allah dan Rasul-Nya. Namun,
pengarahan itu semakin menambah kejelasan dan kekuatan bagi mereka. Allah
didasarkan pada wahyu Allah atau ilham-Nya yang mengandung kebaikan, kasih
132 Ibid. hlm. 413-415
208
saying, dan kemudahan bagi mereka. Jika dia menaati sesuatu yang menurut
mereka itu penting, niscaya peroalan yang dihadapinya menjadi sulit. Allah lebih
mengetahui daripada mereka mengenai apa yang terbaik bagi mereka Rasulullah
merupakan rahmat bagi mereka melalui apa yang diatur dan dipilihkan untuk
mereka,
secara kaffah serta berserah diri kepada takdir Allah dan pengaturan-Nya. Juga
Nya.
ruhnya kepada keimanan, dan membuatnya benci atas kekafiran, kefasikan, dan
“Tetapi Allah menjadikan kamu cinta kepada keimanan dan menjadikan iman itu
indah dalam hatimu serta menjadikan kamu benci kepada kekafiran, kefasikan,
dan kedurhakaan. Mereka itulah orang-orang yang mengikuti jalan yang
lurus,sebagai karunia dan nikmat dari Allah. Dan Allah Maha Mengetahui lagi
Mahabijaksana.” (al-Hujuraat : 7-8) 133
Allah memilih sekelompok orang d antara hamba-Nya agar kalbunya
Pemilihan ini merupakan karunia dan nikmat dari Allah. Tidak ada karunia dan
nikmat yang lebih besar daripada itu, bahkan jika dibandingkan dengan nikmat
keberadaan dan kehidupan sekalipun. Kenikmatan ini lebih sedikit dan lebih
bahwa Allahlah yang berkehendak atas kebaikan bagi mereka dan dialah yang
kemakasiatan. Dialah yang menjadikan mereka, dengan cara seperti itu, beroleh
petunjuk sebagai karunia dan nikmat dari-Nya. Semua itu didasarkan atas
pengarahan dan pengaturan Allah. Juga merasa tentram atas kebaikan dan berkah
bereaksi terhadap apa yang menurut dugaanya senagai kebaikan, sebelum Allah
Manusia itu suka tergesa-gesa, sedangkan dia tidak mengetahui apa yang
ada dibalik langkahnya. Manusia suka memberikan saran kepada dirinya dan
orang lain, padahal dia tidak tahu apakah sarannya itu baik atau buruk.
“Dan manusia berdoa untuk keburukan sebagaimana dia berdoa untuk kebaikan,
adalah manusia itu bersifat tergesa-gesa.” (al-Israa : 11) 134
Jika dia berserah diri kepada Allah, masu kedalam Islam secara kaffah,
rela atas kebaikan yang dipilihkan Allah untuknya, dan merasa tentram karena
pilihan Allah itu lebih lebih baik dari pada pilihannya serta karena Dia lebih
tenang dan nyaman. Dia akan melintasi perjalanan singkat di atas planet ini dalam
ketenteraman dan dan kerelaan. Namun, semua ini pun merupakan karunia dan
anugerah dari Allah yang diberikan kepada siapa yang dikehendaki-Nya. 135
dari permusuhan dan perpecahan dibawah kekuatan dan perpecahan. Kaidah ini
disajikan setelah menerangkan berita dari orang fasik dan tidak tergersa-gesa
oleh sejumlah riwayat, maupun sebagai tatanan belaka seperti pada kondisi ini,
kelompok Islam dari perpecahan dan perceraiberaian. Kaidah itu pun bertujuan
meneguhkan kebenaran, keadilan, dan perdamaian. Yang menjadi pilar bagi semua
ini ialah ketakwaan kepada Allah dan harapan akan rahmat-Nya dengan
perang antara dua kelompok mukmin. Mungkin salah satu kelompok itu berlaku
zalim atas kelompok lain, bahkan mungkin keduanya berlaku zalim dalam salah
satu segi. Namun, Allah mewajibkan kaum mukminin lain, tentu saja bukan dari
yang berperang. Jika salah satunya melampaui btas dan tidak mau kemali kepada
kebanaran, misalnya kedua kelompok itu berlaku zalim dengan menolak dengan
berdamai atau menolak untuk menerima hokum Allah dalam menyelesaikan aneka
kelompok yang zalim tersebut dan terus memeranginya hingga mereka kembali
menyelesaikan apa yang mereka perselisihkan. Jika pihak yang zalim telah
yang beriman dan tuntutan supaya menghidupkan ikatan yang kuat diantara
dengan ketakwaan,
kepada landasan tersebut begitu suatu kasus terjadi. Dibolehkan memerangi kaum
mukminin yang lain yang bertindak zalim kepada saudaranya agar mereka
kembali kepada barisan muslim. Juga agar mereka melenyapkan anomali itu
berdasarkan prinsip dan kaidah Islam. Itulah penanganan yang tegas dan tepat.
orang yang melarikan diri dari perang dan menjatuhkan senjata, dan tidak
mengambil harta pihak yang melampaui batas sebagai ghanimah. Sebab, tujuan
ersaudaraan Islam.
berbaiat kepada seorang imam, maka imam yang kedua wajib di bunuh, sebab dia
dibawah pimpinan imam. Berdasarkan atas prinsip inin, imam Ali r.a. bangkit
Ali memerangi mereka bersama kelompok sahabat Nabi saw. lainnya yang
Muhammad bin Malamah, Usman bin Zaid, dan Ibnu Umar. Mereka tidak ikut
serta mungkin karna bagi mereka belum jelas sisi kebenarannya pada saat itu,
masalah itu.”
meriwayatkan bahwa Ibnu Umar menyesal karena tidak ikut berperang bersama
Imam Ali.
pengecualian yang memungkinkan adanya dua imam atau lebih diwilayah Negara
umat Islam yang berlainan dan yang berjauhan. Ini adalah kondisi darurat dan
kelompok pemberontak jika kelompok ini memerangi kelompok imam yang satu
dan jika sekelompok muslim membangkang kelompok muslim yang lain, tetapi
jika mereka unjuk kekuatan kepada salah seorang imam muslim lain tatkala
214
adanya beberapa imam sebagai bentuk kecualian. Para imam hendaknya bersatu
untuk memerangi kelompok itu hingga dia kembali kepada hokum Allah.
dalam bidang ini. System itu memiliki kesempurnaan dan jauh dari kekurangan
dan cela yang justru tampak jelas pada berdagai upaya manusia yang telah di
Di samping itu, system ini pun bersih, amanah, dan benar-benar adil.
kepentingan pribadi dan hawa nafsu, dan tidak terkait dengan kekurangan dan
keterbatasan. Tetapi umat manusia pada ini malah mencari-cari jalan, terpincang-
pincang, tergelincir, dan tersungkur, padahal didepannya ada jalan terang yang
Qur’an ialah masyarakat yang memiliki etika yang luhur. Pada masyarakat itu
pribadi umat. Sebab, seluruh jemaah itu satu dan kehormatannya pun satu.
kaum mengolok-olok kaum yang lain, sebab boleh jadi laki-laki yang diolok-olok
itu lebih baik dalam pandangan Allah dari pada yang menolok-olok. Mungkin
juga wanita yang diolok-olok itu lebih bai dalam pertimbangan Allah dari pada
yang mengolok-olok.
yang dilihat laki-laki dan wanita pada dirinya bukanlah nilai hakiki yang dijadikan
pertimbangan oleh manusia. Disana ada sejumlah nilai lain yang tidak mereka
ketahui dan hanya diketahui Allah serta djadikan pertimbangan oleh seagian
hamba. Karena itu, kadang-kadang orang kaya menghina orang miskin,orang kuat
menghina orang lemah, dan orang yang sempurna menghina otang yang cacat.
mandul dan yang hanya dapat megurus anak yatim. Kadang wanita cantik
menghina wanita yang cacat, dan wanita yang kaya menghina yang miskin. Hal-
hal di atas dan perkara lainnya merupakan nilai duniawi yang tidak dapat
dijadikan ukuran. Timbangan Allah dapat naik dan turun bukan oleh timbangan
duniawi itu.
216
orang-orang yang beriman itu seperti satu tubuh. Barang siapa yang mengolok-
sendiri.” Al-Lumzu berarti aib. Tetapi, kata itu memiliki gaung dan cakupan yang
menegaskan bahwa ia yang bersifat lahiriah, bukan aib yang bersifat maknawiah.
panggilan yang tidak disukai pemiliknya serta ia merasa terhina dan ternoda
dengan panggilan itu. Di antara hak seorang mumin yang wajib diberikan mukmin
lain ialah dia tidak memanggilnya dengan sebutan yang tidak disukai. Diantara
semacam ini. Rasulullah telah menubah beberapa nama dan panggilan yang
dimiliki orang sejak jahiliah, karena nama atu panggilan itu menyinggung, dan
bersatu dengan diri yang satu, ayat selanjutnya mengusik konsep keimanan dan
mewanti-wanti kaum mukminin agar jangan sampai kehilangan sifat yang mulia,
Pemanggilan itu bagaikan murtad dari keimanan. Ayat ini mengancam dengan
memandangnya sebagai kezaliman, padahal kezaliman itu kata lain dari syirik,
“Dan barang siapa yang tidak bertaubat, maka mereka itulah orang-orang yang
217
Ayat ini pun menegakkan jalinan lain pada masyarakat yang utama lagi
kesamaran dan keraguan yang dibisikan orang lain disekitarnya. Ayat itu
pemberitahuan dengan ungkapan ini intinya agar manusia menjauhi buruk sangka
apa pun yang akan menjerumuskannya ke dalam dosa. Sebab, dia tidak tahu
Dengan cara inilah, Al-Qur’an membersihkan kalbu dari dalam agar tidak
dosa. Tetapi Al-Qur’an membiarkannya agar tetap bersih dan terbebas dari bisikan
prasangka.
atmosfer yang mulia dan elok tatkala membina hati dan perasaan. Bahkan, nash
diatas menegakkan prinsip berinteraksi dan jalinan seputar hak-hak orang lain
mesti lenyap dari masyarakat tersebut dari sekitar mereka. Rasulullah bersabda,
penetapan sanksi.
orang terhadap Negara yang paling demokratis dan bebas serta paling menjaga
hak-hak manusia, jika dibandingkan dengan apa yang diberitahukan oleh Al-
kalbu?
memberantas praktis yang hina ini dari segi akhlak guna membersihkan kalbu dari
kecendrungan yang buruk itu, yang hendak nmengungkap aib dan keburukan
orang lain.
membersihkan akhlak dan kalbu. Namun, persoalan itu memiliki dampak yang
lebih jauh daripada hal tersebut. Yaitu, menjadi salah satu prinsip Islam yang
utama dalam system kemasyarakatan dan dalam peneraan serta aplikasi hokum.
boleh dilanggar dengan cara apa pun dan tidak boleh disentuh dalam kondisi apa
pun. Pada masyarakat Islam yang adil dan mulia, hiduplah manusia dengan rasa
aman atas dirinya, rasa aman atas rumahnya, rasa aman atas kerahasiaannya, dan
rasa aman atas aibnya. Tidak ada rasa satu perkara pun yang menjustifikasi
pelanggaran kehormatan diri, rumah, rahasia, dan aib. Bahkan, jika terjadi
berhak menghukum atas batiniahnya. Tidak ada seorang pun yang dapat
220
manusia ialah menghukum mereka saat kesalahannya terjadi dan terbukti disertai
jaminan lain yang telah ditetapkan oleh nash berkaitan dengan setiap
kesalahannya.
menceritakan dari Abu Mu’ awiyah, dari al-‘Amasy, dari Zaib bin Wahab bahwa
Ibnu Mas’ud datang. Tiba-tiba dikatakan kepadanya,” Dari janggut orang ini
menghukumnya.”
cari kesalahan orang lain. Peganglah apa yang terlihat olehmu dengan jelas dan
Imam Ahmad dan Abu Dawud meriwayatkan dengan sanadnya dan Dijin,
sekretaris Uqbah, ia berkata kepada Uqbah, “Kami punya tetangga yang suka
meminum khamar. Lalu aku memunta bukti untuk dapat menghukum mereka.”
Uqbah berkata, “Jangan berbuat demikian, tetapi nasihatilah mereka dan berilah
Akhirnya, diijinkan menemui Uqbah kembali seraya berkata, “Aku telah melarang
mereka, namun mereka tidak berhenti. Karena itu, aku meminta bukti untuk
mukmin, dia bagaikan menggali anak yang di kubur hidup-hidup dari kuburnya.”
bin Abi Sufyan, bahwa Rasulullah bersabda, “Jika kamu menyelidiki aib manusia,
Abu Dharda berkata, “Itulah ungkapan yang didengar Mu’awiyah dari Rasulullah.
bagi masyarakat Islam. Tatanan itu tidak hanya membina hati dan membersihkan
kemerdekaannya. Sehingga, tidak boleh disentuh, baik dari dekat maupun dari
Negara manapun dalam memelihara hak-hak manusia setelah 14 abad yang lalu.
memakan daging saudaranya yang sudah mati? Maka, tentulah kamu merasa jijik
kepadanya.”
tergelarlah pemandangan yang mengusik diri yang paling tebal sealipun dan
seorang saudara memakan daging saudaranya yang sudah mati. Kemudian dengan
222
barang siapa yang melakukan sebagian dari perbuatan ini, hendaknya dia segera
kedalam jiwa dan kalbu. Kemusian Rasulullah menegaskan hal ini sejalan dengan
uslub Al-Qur’an yang menakjubkan guna menimbulkan kebencian dan rasa jijik
terhadap wujud ghibah yang tidak disukai itu melalui hadits yang diriwayatkan
oleh Abu Dawud. Disebutkan oleh Abu Dawud bahwa al-Qa’nabi menceritakan
dari Abdul Aziz bin Muhammad, dar al-‘Ula’, dar ayahnya, dari Abu Hurairah,
bahwa Rasulullah ditanya ,”Hai Rasulullah, apakan ghibah itu?” Nabi saw.
“Jika yang kamu katakana itu ada pada dirinya, berarti kamu mengumpatnya.
Jika tidak ada pada dirinya, berarti kamu telah berdusta tentang dia.” (HR
Tirmidzi) 142
Abu Dawud mengatakan bahwa Musaddad dari Yahya, dari Sufyan, Ali
ibnul-Aqmar, dari Abu Hudzaifah, dari Aisyah r.a bahwa ia berkata kepada Nabi
Musaddad, maksudnya tubuh Shafiyah yang pendek). Makam Nabi saw. bersabda,
Rassulullah bersabda, “Takala dimikrajkan, aku melihat suatu kaum yang berkuku
tembaga. Mereka mencakari wajah dan dadanya. Aku bertanya, ‘Jibril, siaakah
mereka itu?’ Jibril menjawab, ‘Mereka adalah orang yang suka memakan daging
yang beriman ini; membawa mereka ke cakrawala etika individual serta social
143 Ibid. hlm. 421
224
yang tinggi dan elok; menegakkan tradisi yang kuat seputar jaminan kemuliaan,
kebebasan, dan kehormatan; dan menjamin semua ini dengan perasaan yang
ketakwaan kepada-Nya, .. maka diserulah seluruh umat manusia dengan segala ras
dan warna kulitnya untuk dikembalikan ke pangkal yang satu dan kepada
timbangan yang satu. Yaitu, timbangan yang digunakan untuk menilai kelompo
Hai manusia! Hai orang-orang yang berbeda ras dan warna kulitnya, yang
berbeda-beda suku dan kabilahnya, sesungguhnya kalian berasal dari pokok yang
Hai manusia, Zat yang menyerumu dengan seruan ini adalah Zat Yang
Telah menciptakan kamu dari jenis laki-laki dan wanita. Dialah yang
tetapi supaya harmonis dan saling mengenal. Adapun perbedaan bahasa dan warna
kulit, perbedaan watak dan akhlak, serta perbedaan bakat dan potensi merupakan
justru untuk menimbulkan kerja sama supaya bangkit dan memikiul segala tugas
Warna kulit, ras, bahasa, Negara, dan lainnya tidak ada dalam
pertimbangan Allah. Di sana hanya ada satu timbangan untuk menguji seluruh
paling mulia di antara kamu di sisi Allah ialah orang yang paling bertakwa di
antara kamu.”Orang paling mulia yang hakiki ialah yang mulia menurut
Lalu, dinaikanlah satu timbangan dengan satu penilaian. Timbangan inilah yang
digunaan manusia untuk menetapkan hokum. Nilai inilah yang harus dirujuk oleh
Lalu, tampaklah dengan jelas sarana utama bagi terciptanya kerja sama dan
keharmonisan. Yaitu, ketuhanan Allah bagi semua dan terciptanya mereka dari
Kemudian naiklah satu panji yang diperebutkan semua orang agar dapat
panji yang dikerek Islam untuk menyelamatkan umat manusia dari fanatisme ras,
Semua ini merupakan kejahiliahan yang kemudian dikemas dalam berbagai model
Islam memerangi fanatisme jahiliah ini serta segala sosok dan bentuknya
agar sistem Islam yang manusiawi dan mengglobal ini tegak di bawah satu panji,
yaitu panji Allah. Bukan panji Negara, bukan panji nasionalisme, bukan panji
keluarga, dan bukan panji ras. Semua itu merupakan panji palsu yang tida di kenal
Islam.
Rasulullah bersabda,
“Kamu semua merupakan keturunan Adam dan Adam diciptakan dari tanah.
Hendaklah suatu kaum menahan diri dari membanggakan nenek moyangnya,
atau jadilah kalian makhluk yang lebih remeh bagi Allah daripada ju’lan.” (HR
Abu Bakar al-Bazzar)
Nabi saw. bersabda ihwal fanatisme jahiliah,
“Tingalkanlah ia karena merupakan bangkai.” (HR Muslim)
Inilah prinsip yang menjadi pondasi masyarakat Islam. Yaitu, masyarakat
dalam suatu warna. Tetapi, kemudian ia memudar sebab tidak menempuh satu-
satunya jalan yang mengantarkan ke jalan lurus, yaitu jalan menuju Allah. Juga
Pada akhir surah disajikan penjelasan ihwal hakikat keimanan dan nilainya
masuk Islam, padahal mereka tidak akan memberikan harapan itu. Karena,
dan Rasul-Nya. Kemudian mereka tidak ragu-ragu dan mereka berjihad dengan
harta dan jiwa mereka pada jalan Allah, merela itulah orang-orang yang benar.
Katakanlah (kepada mereka), ‘Apakah kamu akan memberitahukan kepada Allah
tentang agamamu (keyakinanmu), padahal Allah mengetahui apa yang ada di
langit dan apa yang ada di bumi serta Allah Maha Mengetahui segala sesuatu?’
mereka telah merasa memberi nikmat kepadamu dengan keIslaman mereka.
Katakanlah, ‘Janganlah kamu merasa telah member nikmat kepadaku dengan
keIslamanmu, sebenarnya Allah Dialah yang melimpahkan nikmat kepadamu
dengan menunjuki kamu kepada keimanan jika kamu adalah orang-orang yang
benar. ‘Sesungguhnya Allah mengetahui apa yang gaib di langit dan di bumi.
Dan, Dia Maha Melihat apa yang kamu kerjakan,” (al-Hujuraat: 14-18) 146
Ayat itu diturunkan berkenaan dengan orang Badui dari bani Asad. Pada
Allah hendak member tahu mereka akan hakikat perkara yang ada dalam
dirinya saat mereka melontarkan penyataan itu. Allah menjelaskan bahwa mereka
masuk Islam karena kalah, dan Islamnya itu belum sampai ke kalbunya hingga
belum lagi mengendap dalam hati mereka dan belum terserap oleh nyawa mereka,
‘Kami telah tunduk’, karena iman itu belum masuk ke dalam hatimu.’ ….”
saleh yang mereka lakukan tanpa dikurangi sedikit pun. Inilah Islam yang nyata,
yang menyatu dengan kalbu, lalu mengendap menjadi keimanan yang kuat dan
menentramkan. Cukup Islam inilah untuk menilai amal saleh mereka. Sehingga,
tidak disia-siakan seperti disia-siakannya amal kaum kafir dan pahalanya yang ada
di sisi Allah tidak dikurangi sedikit pun selama mereka berada dalam ketaatan dan
kepasrahan,
“…Dan jika kamu taat kepada Allah dan Rasul-Nya, Dia tiada akan mengurangi
sedikit pun (pahala) amalmu….”
Hal itu karena Allah lebih dekat dengan ampunan dan rahmat. Maka,
diterimalah hamba mulai dari langkah pertama, diridhai pula ketaatan dan
dan nyawanya di jalan Allah. Jika kalbu telah merasakan lezatnya keimanan dan
mewujudkan kebenaran itu di luar kalbu. Yakni, dalam aneka praktik persoalan
yang ada dalam perasaannya dan gambaran realitas yang ada disekitarnya. Sebab,
pemisahan ini akan menyakitinya dan menohoknya setiap saat. Karena itu, dia pun
bergerak untuk berjihad dei jalan Allah dengan harta dan nyawa. Itulah gerakan
murni yang bersumber dari hati seorang mukmin. Gerakan ini dimaksudkan untuk
menjabarkan sosok keimanan yang sempurna, elok, dan lurus ke dalam dunianya
yang nyata, praktis, berkekurangan, tercela, dan menyimpang. Karena itu, dia
mesti melakukan perang antara dirinya dan jahiliah yang ada di sekitarnya
tertanam dalam kalbu dan damaknya belum terwujud dalam realitas kehidupan,
berarti keimanan itu belum ada. Maka, kebenaran akidah dan pengakuan atasnya
pengalaman perasaan yang nyata dan penanganan terhadap kondisi yang ada pada
dirinya, bahkan setelah diri itu beriman, “Kemudian mereka tidak ragu-ragu.”
pengalaman yang keras dan ujian yang sulit, yaitu keagamaan dan kekacauan.
Juga diisyaratkan bahwa dalam kehidupan ini orang mukmin dihantam dengan
menggundahkan. Adapun jiwa yang kokoh, percaya dengan penuh tanpa ragu-
ragu, dan senantiasa berjalan lurus yang mengantarkan ke tujuan, maka itulah jiwa
perhitungan, dan konsisten. Juga agar tidak gampang tatkala ditunjukan oleh ufuk,
dibuat gelap oleh atmosfer, dan diguncang dengan angin dan badai.
kedalam kalbu mereka, bukanlah Dia yang menerima pemberitahuan dari mereka,
Manusia suka mengaku tahu. Padahal, dia tidak mengetahui dirinya, tidak
bekerja sebab dia tidak memiliki kemampuan untuk memantau dirinya saat akal
sehingga di sana tiada lagi sesuatu yang dipantaunya. Tatkala dia melakukan
Karena itu, akal takkan mampu mengetahui karakteristik dirinya dan cara
kerja dirinya. Akal hanyalah instrument yang digunakan manusia untuk meraih
sesuatu. Namun, “Sesungguhnya Allah mengetahui apa yang gain di langit dan di
menyeluruh dan komprehensif serta tidak terbatas dan tidak temporer. “Allah
Maha Mengetahui segala sesuatu.” Dia mengetahui keseluruhan dari semua itu
oleh kaum Badui, Allah mengerahkan sapaan kepada Rasulullah ihwal nikmat
masuk Islam yang diberikan mereka kepadanya. Nikmat itu sendiri menunjukan
datanglah bantahan bahwa tidak boleh memberikan nikmat dengan Islam. Juga
datang bantahan bahwa nikmat itu milik Allah yang dianugrahkan kepada mereka,
besar ini, yang dilupakan oleh banyak orang, bahkan dilupakan oleh sebagian
Allah kepada salah seorang hamba-Nya di bumi. Nikmat keimanan lebih besar
daripada nikmat kebenaran diri yang dianugerahkan pertama kali kepada hamba.
Juga lebih besar daripada nikmat rezeki, kesehatan, kehidupan, dan harta benda
hakikat yang istimewa dan yang memberinya peran utama yang besar pada
Hal yang pertama kali dilakukan oleh keimanan di alam manusia ini,
tatkala hakikatnya mengendap dalam kalbu, ialah kelapangan alam nyata ini yang
dilukiskan kepada si pemilik kalbu karena keterkaitan dia dengan alam ini dan
karena perannya di alam ini. Keimanan akan memberikan gambaran yang sahih
tentang aneka nilai, perkara, manusia, dan peristiwa yang ada di sekitarnya.
pelancongan di planet bumi ini hingga dia bersua dengan Allah. Keimanan
membuatnya lupa akan segala yang ada disekitarnya; membuatnya gandrung akan
Allah Yang telah menciptakan dirinya dan Yang menciptakan wujud ini; serta
membuat dirinya merasa bernilai dan mulia. Juga memberinya rasa mampu untuk
mewujudkana kebaikan di alam nyata ini dengan segala potensi yang tersedia dan
Melalui gambaran yang lapang ini, seseorang dapat keluar dari wilayah
dirinya yang terkungkungoleh waktu dan tempat, alam mikro, dan keterbatasan
daya menuju seluruh lautan wujud dengan segala potensinya yang terpendam dan
233
aneka rahasianya yang tersimpan. Dia keluar tanpa terhambat oleh batas dan
kemanusiaannya untuk pertama kali dari ruh Allah. Yaitu, melalui tiupan
adiluhung yang mempertautkan alam tanah ini dengan nur Ilahiah. Maksudnya,
cahaya yang bebas merambat, yang tidak terhambat oleh langit dan bumi.
Rambatan cahaya ini tidak bermula dan tidak berujung serta tidak terbatas oleh
Unsur yang bebas inilah yang menjadikan makhluk manusia ini sebagai
insan. Jika cahaya ini mengendap dalam kalbu insan, dia pun memandang dirinya
mulia, merasa terhormat, dan merasa keelokan dan kebebasan. Kedua kakinya
kepadanya.
mukmin, umat yang satu, umat yang merentang sepanjang zaman, yang berjalan
bersama rombongan yang mulia dibawah piminan Nuh, Ibrahim, Musa, Isa,
Muhammad, dan para nabi lainnya. Semoga rahmat Allah dilimpahkan atas
mereka. Jika gambaran ini mengendap dalam kalbu manusia, dia merasa bahwa
dirinya merupakan cabang dari pohon yang baik, rimbun, menjulang, akarnya
panjang.
234
mengecap kehidupan ini bercitarasa lain. Kehidupan ini dirasakannya dengan cita
rasa yang baru. Dia merasakan kehidupan yang berlipatganda yang diraihnya dari
ikatan keturunannya.
itu melampaui dirinya sendiri, umatnya, dan jenisnya yang lain. Manusia itu
melihat seluruh wujud ini sebagai wujud yang bersumber dari Allah, yang berasal
memberitahukan bahwa seluruh wujud ini ada dan hidup serta tersusun dari
wujud-wujud yang hidup pula; setiap perkara mengandung ruh; dan seluruh alam
Ruh segala perkara dan ruh alam yang besar ini menuju kepada
Penciptanya Yang Agung, demikian pula ruh dirinya melalui doa dan tsbih yang
bertaut dengan pujian dan ketaatan. Lalu, berakhir dalam pengakuan dan
kepasrahan.
Tiba-tiba dia berada di ala mini sebagai bagian dari keseluruhannya yang
tak dapat dipisahkan, yang bersumber dari Penciptanya, yang menuju kepada-Nya
dengan ruhnya, dan yang menjadi pelabuhan terakhir. Tiba-tiba dia menjadi lebih
besar daripada dirinya yang terbatas dan lebih besar daripada gambarnya sendiri
tentang wujud raksasa yang mengharukan ini. Tiba-tiba dia menjadi familiar
Setelah itu semua, dia menjadi familiar dengan ruh Allah yang
memeliharanya. Pada saat itulah dia merasa mampu untuk berkomunikasi dengan
seluruh wujud ini; merambah ke bidang panjang dan lebarnya alam; membuat
235
banyak hal dan menciptakan aneka peristiwa yang besar; dan mempengaruhi
segala sesuatu dari menerima pengaruh dirinya. Juga mampu untuk mengambil
secara langsung dari kekuatan besar yang telah membebaskannya serta yang telah
membebaskan segala daya dan potensi dari seluruh perkara yang ada di alam ini.
yang baru lagi benar untuk menimbang segala perkara, aneka peristiwa, individu,
nilai, kepentingan dan tujuan. Dia melihat perannya yang hakiki di alam nyata ini
dan tugasnya yang hakiki dalam kehidupan ini sebagai salah satu bagian dari
takdir Allah di alam semesta. Allah mengarahkannya agar dia menjadi sarana bagi
palanet bumi ini dengan langkah yang kokoh, mata terbuka, dan kalbu yang
antusias.
peran yang diembannya, dan hakikat daya yang disiapkan untuknya agar dapat
terhadap apa yang terjadi dan berlangsung disekitarnya. Dia mengetahui darimana
ia datang? Mengapa dia datang? Keman dia pergi? Apa yang dia temukan disana?
Tiba-tiba dia mengetahui bahwa dia berada disana untuk suatu urusan.
Juga mengetahui bahwa segala sesuatu yang terjadi memiliki takdir guna
menuntaskan urusan itu. Dia mengetahui bahwa dunia itu merupakan lading
akhirat. Dia akan mendapat balasan atas erbuatannya, baik kecil maupun besar.
Dia tidak diciptakan untuk main-main, tidak dibiarkannya terlunta-lunta, dan tidak
melintas sendirian.
236
bingung yang muncul dari ketidak tahuan akan permulaan dan akhir kejadian, dari
ketidak jelasan dalam melihat jalan , dan dari ketidak percayaan akan hikmah
“Kukenakan busana usia yang tak kuperintahkan, dalam busana itu, aku
etrombang ambing dalam aneka pikiran. Busanaku kelak ‘kan using dan terlepas
Aku tidak tahu, mengapa aku datang dan kemana aku pulang.”
bahwa tangan yang memakaikan pakaian kepadanya lebih bijaksana dari pada dia
diberikan oleh pemilik tangan, yaitu yang Maha Mengetahui dan Maha Melihat.
di alam semesta ini. Sehingga, dia menerima pengaruh dari segala hal yang ada di
dalamnya dan memberinya pengaruh kepada semuanya. Peran ini sejalan dengan
seluruh peran yang dilaksanakan oleh setiap perkara dan makhluk hidup sejak
sebagaimana dia mengetahui dimana dia menetap. Dia tidak merasa bimbang
diantara berbagai gagasan. Tetapi, dia melangkah dengan pasti dan melaksanakan
237
jarak dan melaksanakan peran dengan ceria, bebas, dan penuh dengan suka cita
disertai perasan indahnya anugerah dan agungnya karunia. Yaitu, anugerah usia
atau pakaian yang diberikan kepadanya dari tangan yang Maha Pemurah, Maha
Mengasihi. Anugerah peran yang dimainkan nya, betapapun sulitnya peran itu
sehingga dengan peran itu dia sampai kepada Rabbnya dalam kerinduan cinta.
itulah yang telah merengaut jiwaku yang penat dalam mengahadapi seluruh
sana tidak ada upaya yang sia-sia. Seluruh upaya pasti terbalas. Disana tidak ada
kembali itu laksana penyakit, sedang si sakit berada di tangan yang Maha Adil
Kini aku merasa bahwa alam semesta tida terhenti dalam satu nestapa
dan bertasbih memuji-Nya. Alam semesta berlalu selaras dengan prinsip yang
merupakan upaya raksasa di alam raga dan saraf yang melebihi upaya raksasa
pengaruh.
keimanan itu pun menatap sumber-sumber gerakan diseluruh alam manusia dan
Itulah rahasia kekuatan akidah di dalam diri dan rahasia kekuatan diri
dengan adanya akidah. Rahsia yang luar biasa itulah yang telah dilakukan akidah
dibumi ini dan yang senantiasa dilakukannya setiap hari. Yaitu, keluar biasaan
yang mengubah wajah kehidupan dari hari ke hari dan mendorong individu serta
mendorong jamaah untuk mengorbankan usianya yang fana lagi terbatas itu dalam
lapangan kehidupan yang besar dan tidak fana. Rahsia yang luar biasa itu
meletup dalam spirit individu yang beriman. Buanlah individu yang fana lagi
terbatas itu yang mengalahkan seluruh kekuatan tersebut. Namun, kekuatan yang
besar dan mencengangkan, yang diambil oleh run itu sebagai sumber yang
memancar, yang tidak pernah kering, yang tidak pernah berkurang, dan yang tidak
Daya luar biasa yang dibawa oleh akidah agama dalam kehidupan individu
dan kehidupan kelompok itu tidakah tegak di atas khurafah yang rumit dan tidak
bertopang pada ketakutan dan pikiran. Namun, ia bertopang pada sarana yang
nyata dan pondasi yang kokoh. Aidah agama merupakan gagasan universal yang
mengikatkan manusia dengan kekuatan alam semesta, baik yang nyata maupun
yang tersembunyi. Gagasan yang universal yang mengokohkan ruh nya dengan
menghadapi kekuatan palsu dan situasi yang batil dengan kuatnya keyakinan
hubungannya dengan manusia, peristiwa, dan perkara yang ada disekitarnya. Juga
seluruh kekuatan yang lainnya; dan mendorong kekuatan itu hingga terarah. Dari
sana pun muncul kekuatan akidah yang lain. Yaitu, kekuatan yang menghimpun
segala daya dan upaya yang memiliki satu pusat dan mengarahkannya kearah
yang satu. Kemudian kekuatan itu membawanya kesasaran yang jelas dengan
Allah Yang Maha Pemurah kepada orang yang diketahuai-Nya bahwa dia memang
Maha Benar Allah yang Mahaagung. Apa yang dialami oleh orang yang
perasaan tersebut, lalu dia hidup dengan dan bersama semua itu serta menempuh
halnya binatang? Sebenarnya binatang itu lebih lurus. Sebab, denga fitrahnya, ia
Pemurah.
mengetahui apa yang Ghaib di dalam diri, yang etrsimpan dalam hati, dan
lidah mereka. Tetapi, dari perasaan yang bergejolak dalam kalbu mereka dan dari
Waba’du. Inilah surah yang agung. Setiap ayat yang berjumlah 18 ini
nyaris melukiskan tanda-tanda ilmuan yang mulai bersih tinggi, dan sehat secara