Anda di halaman 1dari 12

KELOMPOK 2

PERTUMBUHAN
STUDI ISLAM
• Studi Islam di Negara Muslim
• Studi Islam di Negara Barat
• Studi Islam di Asia Tenggara

Mata kuliah : Pengantar Studi Islam


Dosen Pengampu : Bpk.Ihin Sholihin,M.Ag.
Pertumbuhan Islam di Negara Muslim
Studi islam sekarang ini berkembang hampir di seluruh negara di dunia, baik di
dunia islam maupun bukan negara islam.
Di dunia islam terdapat pusat-pusat studi islam, seperti Universitas Al-Azhar di
Mesir dan Universitas Ummul Qura di Arab Saudi.Di Indonesia, studi islam
biasanya dikaji atau dipelajari di lembaga pendidikan yang paling tinggi yakni
mulai dari sekolah tinggi agama islam negeri (STAI), institut agama islam negeri
(IAIN) dan universitas islam negeri (UIN). Tapi tidak semuannya berada dibawah
naungan pemerintah ada juga yang milik swasta. Tapi intinya kajian studi islam
ini sama-sama dipelajari dan dianalisis perkembangannya dan sejarahny dalam
salah satu bagian program
Ibnu Taimiyah dalam Muqaddimah fi Ushul at-Tafsir Menyatakan: « Jika ada orang yang
bertanya apakah jalan yang terbaik untuk menafsirkan al-Quran, jawabannya adalah
menafsirkan al-Quran dengan al-Quran. Apabia engkau tidak mendapatkan penafsirannya
pada al-Quran, tafsirkanlah dengan sunnah karena sesungguhnya ia memberikan
penjelasan terhadap al-Quran. Apabila tidak engkau temukan tafsirnya dalam al-Quran dan
tidak pula dalam sunnah, merujuklah kepada perkataan-perkataan sahabt Nabi Saw,
mengingat mereka menyaksikan turunnya al-Quran dan situasi ketika ayat itu turun, serta
mereka juga memilliki pemahaman yang benar dari Nabi Saw. Apabila tidak ditemukan
penafsiran dalam al-Quran dan sunnah, sera tidak ada pula penafsiran sahabat, dalam hal
ini para imam merujuk pada perkataan tabiin.

Untuk mendalami bidang tafsir, seseorang memerlukan beberapa alat bantu, diantaranya
kaidah-kaidah tafsir. Alat bantu lainnya ialah ilmu ushul fiqih dan pengetahuan bahasa
Arab, karena Qur’an di turunkan dengan bahasa itu.
Kelompok 1
Kelas 1A Bahasa dan Sastra Arab

Arifah Rahmatina Faizah (1205020029)

Abdan Syakur (1205020001)

Amalia Hani Puspita (1005020017)

Afika Mulhaladika (1205020009)

Azwar Annas (1205020037)


A. Sumber Dasar Tafsir Al-Qur’an

1. Tafsir Al – Qur’an dengan Al-Qur’an

Para sarjana al-Qur’an klasik maupun kontemporer, dalam berinteraksi dengan al-Qur’an,
sepakat bahwa tafsir al-Qur’an dengan al-Qur’an adalah interpretasi yang harus diutamakan
sebelum menggunakan penjelasan-penjelasan lain. Dalam al-Quran Allah SWT menjelaskan
dasar-dasar akidah, kaidah-kaidah syariah dan hukum, serta asas perilaku menuntun mereka ke
jalan yang paling lurus dalam masalah-masalah itu.

2. Tafsir Al – Qur’an dengan Hadits

Hadits menjadi penjelas atas ayat-ayat Alquran yang tak sepenuhnya dipahami umat Islam.
Sebab, ayat-ayat Alquran tak hanya berisi ayat-ayat yang qath’i (jelas), tetapi banyak pula
yang zhanni (samar) sehingga membutuhkan penjelasan terperinci. Salah satu contohnya
adalah shalat. Banyak ayat Alquran yang mengungkapkan perintah shalat. Namun, bagaimana
shalat itu dilakukan, hal itu tidak dijelaskan secara perinci. Dari sini, Nabi Muhammad SAW
menjelaskan bagaimana shalat harus dikerjakan. ‘’Shalatlah kalian sebagaimana kalian melihat
aku shalat.’’ (HR Bukhari).
3. Tafsir Al-Qur’an dengan Qaul Sahabat

sejak wafatnya Rasulullah SAW, para sahabat menjadi tumpuan umat untuk menanyakan berbagai
persoalan dalam Alquran. Tercatat, empat orang sahabat Rasul SAW yang mendapat kehormatan
menjadi khulafaurrasyidin, yakni Abu Bakar as-Siddiq, Umar bin Khattab, Usman bin Affan, dan Ali
bin Abi Thalib. Keempat sahabat setia ini, terkenal sebagai orang-orang yang pertama-tama
masuk Islam (Assabiqun al-Awwalun).

4. Tafsir Tabi’in

Fase pertama perjalanan tafsir al-Qur‟an berakhir dengan berakhirnya masa sahabat. Kemudian
mulailah fase kedua yaitu masa tâbi‘în. Para tâbi‘în yang hidup di masa ini telah berguru kepada
para sahabat. Sebagaimana muncul orang-orang yang terkenal di bidang tafsir al-Qur‟an pada
masa sahabat yang mampu memahami makna-makna yang sulit dalam al-Qur‟an, muncul pula
orang-orang yang terkenal di bidang tafsir pada masa tâbi‘în yang telah belajar dari mereka. Para
tâbi‘în menjelaskan makna-makna ayat yang sulit kepada umat pada masanya.
Sumber Tafsir Menurut Sunni dan Syiah
Sumber-sumber tafsir menurut Ahlussunnah yaitu: al-Qur’an, Hadits Rasulullah,
Qaul sahabat, dan tabi’in. Sedangkan sumber-sumber tafsir menurut Syi’ah: al-
Qur’an, Hadits Rasululah, dan qaul para imam. Adapun kedua sumber-sumber dari
kedua sekte ini, disebut dengan tafsir birriwayah.

1. Tafsir birriwayah

Tafsir birriwayah adalah tafsir dari al-Qur’an, sunnah, perkataan para sahabat,
perkataan tabiin, dan perkataan para imam Syi’ah yang mana hal itu untuk
menjelaskan apa yang dimaksud oleh Allah SWT dalam ayat itu sendiri.

2. Tafsir birra’yi

Tafsir yang menggunakan nalar dan ijtihad (yang berlandaskan kaidah-kaidah tafsir
benar, diterima, dan diikuti). Oleh karena itu jika tidak memiliki dasar dan sumber
maka hukumnya haram.
Tafsir birra’yi dibagi menjadi 2 :

Dibolehkan Tidak dibolehkan


(Tafsir Mahmud) (Tafsir mazmum)

Dibolehkan disini harus memenuhi Yaitu, menafsirkan al-Qur’an tanpa


syarat, yaitu sesuai dengan syar’i, jauh adanya ilmu tentang al-Qur’an yang
dari kesesatan, jauh dari pembodohan, cukup, menafsirkan dengan
berpegang kepada uslub-uslub tafsir sekehendak hati atau nafsunya sendiri,
dalam memahami ayat al-Qur’an. dan bertentangan dengan syar’i.
3. Tafsir bilisyari

Dalam kitab “Attibyan” karangan Syekh Muhammad Ali


Ashobuni, makna tafsir bil isyari adalah menta’wilkan al-Qur’an
berbeda atau tidak sebagaimana makna zohirnya. Menafsirkan
secara isyari adalah bagaimana seorang mufassir melihat dan
menyelami makna lain yang mendalam dari makna zohir al-Qur’an.
Yang mana hal tersebut hanya bisa dilakukan oleh orang-orang
yang sudah dimaqom dekat dengan Allah SWT serta hatinya sudah
dibuka oleh-Nya. Oleh karena itu, maka tafsir isyari hanya bias
dilakukan oleh orang-orang tertentu saja
C. Israiliyyat

Israiliyyat (Arab:‫اـسرـاـئـیلیات‬, Isra’iliyat, arti harfiah: “dari Isra’il”) adalah cerita-cerita yang kerap kali
dibawa oleh orang-orang Yahudi yang masuk Islam. Ini berbeda dari hadits yang dipercaya sebagai
ucapan, tindakan, atau diamnya Nabi Muhammad. Cerita-cerita israiliyat umumnya berupa
berbagai cerita dan tradisi non-Alkitab Yahudi (bahasa Ibrani: midrashim) serta Kristiani yang
memberikan informasi atau interpretasi tambahan mengenai kejadian atau tokoh yang disebutkan
di dalam kitab-kitab suci Yahudi.

Kisah israiliyat itu ada yang dibuat-buat dan ada yang benar. Oleh karena itu kisah israiliyat itu ada
yang diterima dan ada yang tidak diterima. Standar dari diterimanya kisah israiliyat adalah apabila
kisah itu tidak bertentangan dengan al-Qur’an dan hadits. Dan sebagaimana yag kita ketahui
bahwa kisah israiliyat itu banyak terdapat didalam hadits. Adapun kenapa hadits israiliyat itu dapat
diterima? Maka dilihat dari kualitas haditsnya. Jika kualitas haditsnya bagus, maka hadits tentang
israiliyat tersebut dapat diterima. Sedangkan cerita israiliyat yang tidak diterima karena tidak
sesuai dengan al-Qur’an dan hadits.
D. Manfaat Mengetahui Sumber Tafsir Al-Qur’an

kegunaan tafsir al-Qur'an dalam kehidupan itu ialah membantu orang


awam menghindari ayat - ayat yang sulit dimengerti, misalnya ayat
mutasyabihat. Contohnya surat al-fath ayat 10. Artinya tangan Allah
diatas mereka. Disini bukan tangan seperti anggota badan kita, namun
yang tersirat dari tangan itulah menjadi maknanya seperti kekuatan dan
kekuasaan.

Fungsi tafsir al-Qur'an dalam kehidupan yaitu memudahkan seseorang


dalam memahami arti ayat per ayat agar menghindari hal-hal yang
menyimpang dari ajaran, mengajarkan seseorang bagaimana mencintai
al-Qur'an dan isinya, menjadikan tafsir itu menjadi ilmu bermanfaat
kedepannya, rasa ingin tahu dalam mengartikan dan memahami ayat al-
Qur'an dan mengaplikasikan ilmu tafsir ke dalam masyarakat.
 
Terima kasih

Anda mungkin juga menyukai