Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH

KALAM KHABARI

Diajukan untuk Memenuhi Tugas Terstruktur Mata Kuliah Ilmu Balaghah

Dosen Pengampu: H.R. Edi Komarudin, Dr.,M.Ag.

Disusun oleh:

Abdulloh Faqih 1205020003


Afika Mulhaladika 1205020009
Baeti Nur Fadhilah 1205020038

JURUSAN BAHASA DAN SASTRA ARAB

FAKULTAS ADAB DAN HUMANIORA

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN GUNUNG DJATI

BANDUNG

TAHUN 2022
KATA PENGANTAR

Bismillahirahmanirrahim,
Alhamdulillahirabbil’alamin, dengan mengucap syukur ke hadirat Allah
Swt. yang telah melimpahkan taufik dan hidayah-Nya serta rahmat-Nya kepada kita
semua sehingga kami dapat meyelesaikan tugas makalah Ilmu Balaghah yang
berjudul “Kalam Khabari” ini dengan lancar.
Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah untuk memenuhi tugas
dari Bapak H.R. Edi Komarudin, Dr.,M.Ag. pada mata kuliah Ilmu Balaghah.
Selain itu, makalah ini juga bertujuan untuk menambah wawasan tentang Kalam
Khabari bagi para pembaca dan juga bagi penyusun.
Kami menyampaikan ucapan terima kasih kepada :
1. Bapak H.R. Edi Komarudin, Dr.,M.Ag. selaku Dosen Pengampu mata
kuliah Ilmu Balaghah atas bimbingannya.
2. Orang tua kami yang telah mendukung kami dalam melaksanakan kuliah
ini. Dan
3. Teman – teman jurusan Bahasa dan Sastra Arab khususnya kelas 4A yang
telah mendukung kami dalam pengerjaan tugas ini.
Kami menyadari akan segala kekurangan dan kesalahan dalam pembuatan
makalah ini, dikarenakan keterbatasan pengetahuan kami, semata-mata dan tentu
saja kami sangat membutuhkan nasehat-nasehat dan koreksi dari Dosen Pengampu
dan teman-teman untuk menuju ke jalan yang lebih maju dan sukses.

Penyusun

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ....................................................................................... i

DAFTAR ISI ..................................................................................................... ii

BAB I: PENDAHULUAN ................................................................................. iii

A. Latar Belakang ...................................................................................... iii

B. Rumusan Masalah ................................................................................. iii

C. Tujuan Penulisan ................................................................................... iii

BAB II: PEMBAHASAN .................................................................................. 1

A. Pengertian Kalam Khabar ....................................................................... 1

B. Tujuan Pengungkapan Kalam Khabar .................................................... 3

C. Pembagian Kalam Khabar ............................................................................. 4

D. Taukid dalam Kalam Khabar ......................................................................... 6

BAB III: PENUTUP ......................................................................................... 9

A. Kesimpulan ........................................................................................... 9

B. Kritik dan Saran .................................................................................... 9

DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................10

ii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Objek kajian ilmu ma’ani adalah kalimat-kalimat yang berbahasa arab.
Tentu ditemukannya ilmu ini bertujuan untuk mengungkap kemukjijatan al-
Qur’an, al-Hadits dan rahasia-rahasia kefasihan kalimat-kalimat bahasa Arab,
baik puisi maupun prosa. Disamping itu, objek kajian ilmu ma’ani hampir sama
dengan ilmu nahwu. Kaidah-kaidah yang berlaku dan digunakan dalam ilmu
nahwu berlaku dan digunakan pula dalam ilmu ma’ani. Perbedaan antara
keduanya terletak pada wilayahnya. Ilmu nahwu lebih bersifat murad (berdiri
sendiri) sedangkan ilmu ma’ani lebih bersifat tarkibi (dipengaruhi faktor lain).
Istilah kalam khabari muncul pada masa Khalifah Al-Ma’mun ketika
terjadi perselisihan antara Ahlus Sunnah wal Jama’ah (Aswaja) dengan
mu’tazilah terkait apakah Al-Quran itu merupakan makluk atau kalamullah.
Aliran Mu’tazilah mengatakan bahwa jika Al-Quran itu wahyu, maka ia
adalah makhluk sebab ayat-ayat-Nya tidak terlepas dari kata perintah, larangan
dan kabar berita. Ketiga point ini merupakan indikasi bahwa hal tersebut adalah
baru (makhluk). Dari sinilah, mulai muncul definisi-definisi terkait suatu
kalimat khabar dilihat dari isi kandunganya benar atau bohong.
Kalam al-Arabi adalah menjadi salah satu bahan kajian ilmu ma’ani.
Dalam perkembangannya bahwa kalam itu terbagi atas dua bagian yaitu kalam
insyai dan kalam khabari
Dalam makalah ini akan dijelaskan mengenai jenis kalam khabari. Dan
secara garis besar kalam khabari yaitu kalimat yang pembicaranya dapat
dikatakan sebagai orang yang benar atau dusta.

B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan kalam khabari?
2. Apa saja tujuan dari pengungkapan kalam khabari?
3. Apa saja bagian-bagian kalam khabari?
4. Apa saja alat taukid dalam kalam khabari?

C. Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui pengertian kalam khabari.
2. Untuk mengetahui tujuan dari pengungkapan kalam khabari.
3. Untuk mengetahui pembagian kalam khabari.
4. Untuk mengetahui alat taukid dalam kalam khabari.

iii
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Kalam Khabari (‫)تعريف الكالم الخبري‬


Dalam ilmu balaghah kalam khabar/khabariyah tergolong kepada
pembahasan ilmu ma’ani yang mana ilmu ini adalah ilmu yang dengan ilmu ini
dapat diketahui sesuatu lafaz muthobaqoh (sesuai) dengan muqtadhol halnya
(keadaan situasi dan kondisi).1 Dengan demikian, kita dapat menyimpulkan
ilmu ma’ani ialah ilmu yang membahas tentang makna-makna yang tersirat
dari suatu kalimat.
Kalam khabar adalah dimana perkataan atau ungkapan yang dapat dinilai
benar atau bohong karena isinya menunjukan berita. Yang dimaksud dengan
kebenaran suatu berita adalah jika apa yang dikatakan sesuai dengan apa yang
terjadi dan dikatakan berita tersebut bohong jika apa yang dikatakan tidak sama
dengan kenyataan yang terjadi. Oleh karena itu, kalimat ini disebut kalimat
informatif.
Ada juga yang menyebutkan, kalam khabari termasuk jumlah mufidah dan
setiap jumlah mempunyai 2 rukun, yaitu:
1. Mahkum alaih, yaitu yang dikenai hukum.
2. Mahkum fih, yang dipakai hukum.

Dalam ilmu ma’ani mahkum alaih disebut musnad ilaih dan mahkum fih
disebut Musnad.

Berikut beberapa pendapat mengenai kalam khabar:


1. Menurut Mustafa Amin

‫ فإن كان الكالم‬، ‫فالخبر ما يصح أن يقال لقائله إنه صادق فيه أو كاذب‬

‫ وإن كان غير مطابق له كان قائله كاذبا‬، ً ‫مطابقا ً للواقع كان قائله صادقا‬
“Kalam khabar ialah kalam yang sah untuk dikatakan pada si pembicara
bahwa kalam itu bisa dikatakan benar ataupun salah, apabila sebuah
perkataan itu sesuai dengan kenyataan maka kalam itu dikatakan dengan

1
Abdurrahman al-Ahdhori, Jauharul Maknun, terj. Achmad sunarto PDF, (Surabaya: Mutiara Ilmu,
2009), Cet I, h. 12
2
Ali al-Jarim dan Mustafa Amin, Balaghah al-Wadhiyah PDF, (Daar al Ma‟arif: 1999), h. 139

1
kalam benar, dan apabila tidak sesuai dengan fakta maka kalam itu
adalah kalam yang dusta.”

2. Menurut Abdurrahman Al-Ahdrori


‫ما احتمل الصدق والكذب‬
“Kalam khabar ialah perkataan yang mungkin benar dan mungkin
salah”3

3. Menurut Imam al-Hasyimi

‫الخبر هو ما يحتمل الصدق والكذب لذاته‬


“Kalam khabar ialah sesuatu perkataan yang dikatakan benar atau
salah menurut zatnya itu sendiri (perkataan).”4

4. Menurut Ahmad Bachmid


‫ وبقطع النظر عن‬,‫فاالخبر هو مايحتمل الصدق أو الكذب باعتبار الواقع‬
.‫ وإن خالف فهو كاذب‬. ‫ فإن طابق الواقع فقائله صادق‬.‫قائله‬
“Khabar ialah pembicaraan yang mengandung kemungkinan benar atau
dusta sesuai dengan kejadiannya, dapat dilihat dari pembicaraannya.
Apabila sesuai dengan kejadian maka dapat dikatakan benar, apabila
sebaliknya maka disebut dusta.”5
Masih banyak arti lain dari kalam khobar ini, namun inti dari pengertian
yang diberikan para ulama balaghah artinya hampir sama, yakni yang
dimaksud dari kalam khabar adalah sebuah perkataan ataupun pembicaraan
yang mana pembicaranya bisa dikatakan benar atau bohong dalam
perkataannya. Dengan demikian, perkataan yang tidak mengandung keadaan
benar ataupun salah dalam pengucapannya bukan disebut dengan kalam khabar
melainkan disebut dengan kalam insya‟. Sebaliknya yang disebut dengan
perkataan yanga ada benarnya dan pula ada salahnya maka disebut dengan
pekataan khabar (kalam khabar).

B. Tujuan Pengungkapan Kalam Khabar (‫)اعراض الكالم الخبري‬

3
‫ على الجارمى‬Op. Cit., hal. 140
4
Ahmad al-Hasyimi, Jawahirul Balaghah fil Ma'ani wal bayani wal badi' PDF, hal. 55
5
Ahmad Bachdim, Darsul Balaghah al-Arabiyah: Al Madkhal fi Ilmil Balaghah wa Ilmil Ma‟ani,
(Jakarta : PT Grafindo Persada, 1996), Cet. I h. 34

2
Sebuah kalam haruslah memiliki arti dan tujuan dari apa yang kita
ucapkan, seperti halnya kalam baligh atau perkataan yang sesuai dengan situasi
dan kondisi. Pada dasarnya, ketika seseorang menyampaikan sebuah berita
kepada orang lain ia memiliki dua tujuan yaitu:
1. Faidah al-Khabar
‫إفادة المخاطب الحكم الذي تضمنة إذا كان جاهال له الجملة‬
Tujuan pengungkapan kalam khabar yang pertama adalah untuk
memberitahu kepada orang yang diajak berbicara mengenai hukum yang
terkandung di dalam pembicaraan tersebut. Sederhananya memberi tahu
audien tentang suatu berita yang belum diketahui.
Contoh:
‫ َوأ ُ ْو َحى ِإلَ ْي ِه ِفي ِس ِن‬، ‫ام ْال ِفي ِل‬
َ ‫سلَّ َم َع‬ َّ ‫صلَّى‬
َ ‫َّللاُ َعلَ ْي ِه َو‬ َ ‫ي‬ ُّ ‫ُو ِلدَ النَّ ِب‬
‫ َوبِ ْال َمدِينَ ِة َعش ًرا‬، ً‫سنَة‬
6 ْ
َ َ ‫ع ْش َرة‬
َ ‫ث‬ َ َ‫ َوأَق‬، َ‫ْاْل َ ْربَعِين‬
َ ‫ام بِ َم َّكةَ ثَ َال‬
“Nabi Muhammad Saw., dilahirkan di kota Makkah pada tahun Gajah,
diturunkan wahyu kepadanya ketika berumur empat puluh tahun, beliau
bermukim di Makkah selama 13 tahun dan di Madinah selama 10 tahun.”
Perkataan di atas yakni perkataan guru ketika sedang mengajar
muridnya. Perkataan diatas menunjukkan si pembicara (guru) bermaksud
menyampaikan hukum (maksud dari perkataan) yang terkandung dalam
berita yang disampaikan, dan hokum tersebut dikatakan dengan faidah al
khabar, karena si pendengar (murid) tidak mengetahui tentang tahun
kelahiran Nabi Muhammad, sejerah pewahyuan al-Qu’an kepadanya, dan
lama mukimnya Nabi di kota Makkah dan Madinah sebelumnya. Jadi,
perkataan yang dihukum dengan faidah al-khabar apabila si pendengar
(mutakalim) tidak mengetahui khabar (berita) itu sebelumnya sama sekali.
(Azan Syahrer: 2017).

2. Lazim al-Faidah
‫إفادة المخاطب أن المتكلم عالم أيضا بأنه يعلم الخبر‬
Memberi tahu bahwa si pembicara mengetahui hukum yang ada di
dalamnya, si pembicara memberi tahu audien tentang berita yang telah
diketahui oleh audien, sehingga pada hakikatnya pembicara tidak hanya
ingin menyampaikan berita tapi ingin memberi tahu pada orang lain bahwa
dirinya pun mengetahui berita yang telah mereka ketahui.
Contoh: “Seperti perkataan Mahasiswa UIN A kepada temannya B
“kamu telah berhasil melalui ujian akhir semester,” Pada kalimat tersebut,

6
Ali al Jarim dan Mustafa Amin, Balaghah al-Wadhiyah PDF, (Daar al Ma‟arif: 1999), hal. 144

3
mutakalim memberitahkan sesuatu kepada mukhatab (pendengar) yang
mukhatab sendiri sudah mengetahuinya, dengan tujuan agar mukhatab
tidak mengira mutakalim tidak mengetahuinya. Jadi, tujuan dari
pembicaraan diatas hanya sebatas himbauan.
Contoh dalam bahasa Arab:
7
‫لقد نهضت من نومك اليوم مبكرا‬
"Sungguh benar-benar kamu bangkat dari tidurmu hari ini pagi
sekali."
Dari perkataan tersebut dapat kita ketahui bahwa pembicaranya tidak
bermaksud sekedar memberitahukan sesuatu kepada pendengarnya karena
hukum yang terkadung dalam kalimat yang disampaikan itu telah maklum
(biasa) baginya sebelum pembicara menyampaikannya, akan tetapi
maksud dari pembicara tidak lain ingin menjelaskan bahwa dirinya juga
tahu tentang isi berita yang ia sampaikan itu. (Azan Syahrer: 2017).

C. Pembagian Kalam Khabar (‫)أقسام الكالم الخبري‬

‫للخبر الجاري على مقتضى ظاهر حال المخاطب ثالثة أنواع هي اإلبتدائي‬
‫والطلبي واإلنكارى‬
Pembagian kalam khabar ini tidak lepas dengan kondisi mukhatabnya
yang mana dilihat dari keberadaan orang-orang yang menjadi audien dari berita
yang disampaikan, maka kalam khabar dibagi menjadi tiga. Pembagian ini
disesuaikan dengan pendapat para ahli balaghah diantaranya Ali Jarim dan
Mustafa Amin, Al-Hasyimi, Maraghi, dan ‘Atiq.
1) Kalam ibtida’i
‫ و في هذه الحال يلقى إليه‬,‫أن يكون المخاطب خالي الذهن من الحكم‬
8
‫الخبر خاليا من أدوات التوكيد‬
Kalam ibtida’ adalah ketika mukhatab tidak mempunyai pengetahuan
tentang itu dan dalam keadaan seperti ini khabar disampaikan tidak
menggunakan huruf-huruf taukid. Diantara tanda kepolosannya adalah tidak
menampakan keraguan ataupun pengingkaran terhadap apa yang kita
katakan.
Contoh: ‫“ أخوك قادم‬Saudaramu datang”
Dari perkataan tersebut pembicara ingin menjelaskan kepada mukhatab apa
yang belum diketahui oleh mukhatab bahkan satu persenpun. Jadi,
pembicara menyampaikan hukum itu tanpa menggunakan taukid.

7
Ibid.
8
Abdul Aziz Atiq, Ilmu al-Ma’ani PDF, hal 52

4
2) Kalam Thalabi
‫ ويبغي‬.‫الخبر "طلبيا" فهو أن يكون المخاطب مترددا في الحكم شاكا فيه‬
‫ وفي هذه الحال يحسن توكيده له ليتمكن من‬,‫الوصول إلى اليقين في معرفته‬
9
‫ و يحل فيها اليقين محل الشك‬,‫نفسه‬
Yaitu jika audien menampakan keraguan terhadap berita yang kita
sampaikan, mukhatab diperkirakan tidak akan menerima informasi dari
mutakalim. Sebaiknya perkataan ini menggunakan penekanan atau taukid
untuk meyakinkannya dengan menambahkan kata inna (sungguh), karena
ungkapan ini ditujukan pada mukkatab mutaroddid, ia butuh ungkapan yang
dapat membuat dirinya yakin.
Contoh:‫( إن أخوك قادم‬Sesungguhnya saudaramu datang)
Dari kalimat tersebut pembicara ingin menjelaskan kalam khabar kepada
mukhatab dengan menggunakan taukid, karena pembicara menilai perlunya
memberi taukid untuk menguasai mukhatab yang sedikit ragu-ragu dengan
khabar yang kita sampaikan. Maka sebaiknya pembicara harus menyisipkan
satu taukid (penguat).

3) Kalam Khabari
‫ و في هذه الحال يجب أن‬,‫خبر إنكاري فهو المخاطب منكرا لحكم الخبر‬
10
‫ على حسب درجة إنكاره‬,‫يؤكد له الخبر أو أكثر‬
Jika audien menampakan penolakan serta pengingkaran terhadap apa yang
kita utarakan kepadanya, maka dalam ungkapan ini sangat diperlukan
beberapa penekanan (taukid) dengan menggunakan satu, dua, atau tiga
penekanan sesuai dengan tingkat pengingkarannya.
Dari pengertian ini dapat diketahui bahwa penerima berita ingkar atau
mungkir yang tidak percaya akan khabar yang dibawa pembicara
sedikitpun. Dalam kasus ini pembicara harus memasukkan kalimat penguat
lebih dari satu ataupun dua bahkan diharuskan lebih apabila frekuensi dari
keingkarannya itu sudah fatal.
َ ْ‫ى أَح‬
Contoh: ۢ‫س ِن ت َ ْق ِويم‬ ٓ ‫س ٰـنَ ِف‬ ِ ْ ‫‘ لَقَدْ َخلَ ْقنَا‬Sungguh, kami telah menciptakan
َ ‫ٱإلن‬
manusia dalam bentuk yang sebaik-baiknya’ (QS. 95:4)
Pada kalimat tersebut dikatakan sebagai kalam khabar inkari karena
mempunyai 2 huruf taukid, yaitu /ّ lam ibtida’dan ‫قد‬/qad.

9
Ibid. hal 53
10
Ibid. hal 53

5
Dari pemahaman diatas, kita tahu bagaimana cara menyampaikan
ungkapan yang cocok kepada seseorang agar mereka faham dan yakin dengan
apa yang kita sampaikan.
Jika dilihat dari sisi pembentuknya, kalam khabari dibuat dengan memakai
dua pola, yaitu: jumlah fi’liyyah dan jumlah ismiyyah.

1. Jumlah ismiyyah: kalimat yang sedikitnya terdiri dari mubtada’ dan khabar.

Contoh: ‫س ِلم‬
ْ ‫ُم‬ ‫( أَنَا‬Saya seorang muslim)
2. Jumlah Fi’liyyah: kalimat yang sedikitnya terdiri dari fi’il dan fa’il.

Contoh: َ‫أَحْ َمد‬ ‫( َجا َء‬Ahmad telah datang)

D. Taukid dalam Kalam Khabar


Adapun mengenai penguatan kalimat, terdapat beberapa alat taukid untuk
men-taukid-kan khabar:

1. Huruf Inna dan Anna (‫)إن و أ َ َّن‬


َّ

Huruf ini berfungsi untuk menashabkan isim dan merafa’kan khabar.


Menambahkan huruf ini sama dengan pengulangan kalimat 2 kali.
Contoh: ‫إن وعد هللا حق‬... “... sesungguhnya janji Allah itu pasti” (QS.
35:5)
2. Lafaz Qasam (‫)القسم‬

adalah huruf sumpah yaitu ba, wau, ta. Huruf-huruf ini masuk kedalam
‫مقسم به‬/muqsam bihi (bersumpah atasnya). Contoh: ‫والعصر‬
3. Lam Ibtida' (‫)الم االبتداء‬

Adalah huruf taukid yang masuk kepada mubtada dan bisa juga ke
dalam khabar. Contoh: ‫“ إن ربي لسميع الدعاء‬Sesungguhnya Tuhanku,
benar-benar maha mendengarkan do’a (QS. 14: 39)
4. Dua Nun Taukid (‫)نونا التوكيد‬

Nuna Taukid ada dua yaitu nun taukid ṣaqīlah (bertasydid) dan nun
taukid khafifah (tanpa tasydid). Keduanya masuk pada fi’il mudhari
dengan syarat dan bisa juga masuk pada fi’il amr. Contoh nun taukid
ṣaqīlah:

6
َّ ‫ظلَ ُم ْوا ِم ْن ُك ْم خ َۤا‬
ً‫صة‬ َ َ‫ص ْي َب َّن الَّ ِذيْن‬
ِ ُ ‫َواتَّقُ ْوا ِفتْنَةً َّال ت‬
“Dan peliharalah dirimu dari siksaan yang tidak hanya menimpa orang-
orang yang zalim saja di antara kamu. Ketahuilah bahwa Allah sangat
keras siksa-Nya.” (QS. Al-Anfal ayat 25)

Contoh nun taukid khafifah: ‫“ التكسالن‬Jangan sekali-kali malas”


5. Huruf Tanbih (‫)أحروف التنبيه‬
a) ‫ اال‬alaa, ditambahkan untuk mentaukidkan kalimat setelahnya.
Contoh:
ِ ٰ ‫ال ا َِّن اَ ْو ِليَ ۤا َء‬
َ‫َّللا َال خ َْوف َعلَ ْي ِه ْم َو َال هُ ْم يَ ْحزَ نُ ْون‬ ٓ َ َ‫ا‬
“Ingatlah wali-wali Allah itu, tidak ada rasa takut pada mereka
dan mereka tidak bersedih hati.” (QS. Yunus: 62)

b) ‫ أما‬amaa, yaitu huruf istiftah, ia sama seperti huruf alaa untuk


mentaukidkan atau memastikan kalimat setelahnya, ia banyak
terletak sebelum qasam untuk mengingatkan pendengar pada
kalimat yang akan disampaikan. Contoh: ‫“ أما زيد قائم‬Lihatlah! Zaid
berdiri”.

6. Huruf Zaidah (‫)الحروف الزائدة‬


a. ‫ إن‬in (kasrah alif+nun sukun)
Contoh: ‫“ ما إن قبلت ضيما‬jangan kamu lakukan ketidakadilan”
Asal kalimat tersebut adalah ‫ ما قبلت ضيما‬ketika huruf ‫ إن‬masuk ke
dalam kalimat maka fungsinya adalah menguatkan larangan pada
kalimat tersebut.
b. ‫ أن‬an (alif maftuhah+nun sukun), Menambah taukid pada kalimat
setelah kata ‫لما‬/lamma
Contoh: ‫صي ًْرا‬ ِ ‫ارتَدَّ َب‬ ْ َ‫ع ٰلى َو ْج ِه ٖه ف‬
َ ُ‫فَلَ َّما ٓ ا َ ْن َج ۤا َء ْال َب ِشي ُْر ا َ ْل ٰقىه‬
’Maka ketika telah tiba pembawa kabar gembira itu maka
diusapkannya (baju itu) ke wajahnya (ya’kub) (QS. 12:96)
c. ‫ ما‬ma, ditambahkan untuk mentaukidkan kalam dan huruf ini banyak
ditemui dalam Al-qur’an, syair dan perkataan. Contoh:
ِ ‫‘ فَ ِا َّما ت َثْقَفَنَّ ُه ْم فِى ْال َح ْر‬Maka jika engkau mengungguli mereka dalam
‫ب‬
peperangan (QS. 8:57)

7. Huruf Qad (‫)قد‬

7
huruf yang fungsinya memastikan atau mentaukidkan ketika
bersambung dengan fi’il madhi. Contoh: ‫“ قد افلح المؤمنون‬Sungguh
beruntung orang-orang yang beriman”
8. Huruf Amma Syarthiyyah (‫)أما الشرطية‬
Huruf syarthun, tafshil dan taukid. Fungsi dari amma as-syarṭiyyah
pada kalam adalah mempunyai keutamaan taukid dan menguatkannya.
ْ ‫‘ فَا َ َّما الَّ ِذيْنَ ٰا َمنُ ْوا فَ َي ْعلَ ُم ْونَ اَنَّهُ ْال َح ُّق‬Adapun orang-orang yang
Contoh: ‫مِن َّر ِب ِه ْم‬
beriman, maka mereka yakin bahwa perumpamaan itu benar dari Tuhan
mereka’. (QS. 2:26)

9. ‫ السين‬as-sin
Huruf yang khusus ada pada fi’il mudhari’ dan untuk masa yang akan
datang. Huruf ‫السين‬/ as-sin/ jika masuk kedalam perbuatan yang dicintai
atau dibenci dia berfungsi untuk memberikan kepastian. Dengan kata
lain berfungsi untuk berjanji melaksanakan perbuatan tersebut. Contoh:
‫“ سيصل نارا ذات لهب‬Kelak dia akan masuk kedalam api yang bergejolak”.
(QS. 111: 3)

10. ‫ ضمير فصل‬dhamir fasl


adalah huruf biasa dhamir rafa’ munfashil, dari segi ilmu nahwu disebut
dhamir munfashil untuk memisahkan antara khabar dan sifat. Dhamir
munfashil ini menghilangkan keraguan ketika masuk kedalam sebuah
kalimat. Contoh: ‫“ محمد هو النبي‬Muhammad adalah seorang Nabi.”

8
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Kalam khabar adalah dimana perkataan atau ungkapan yang dapat dinilai
benar atau bohong karena isinya menunjukan berita. Dengan demikian,
perkataan yang tidak mengandung keadaan benar ataupun salah dalam
pengucapannya bukan disebut dengan kalam khabar melainkan disebut dengan
kalam insya‟. Sebaliknya yang disebut dengan perkataan yanga ada benarnya
dan pula ada salahnya maka disebut dengan pekataan khabar (kalam khabar).
Secara garis besar tujuan pengungkapan kalam khabar ini terdiri dari dua
garis besar yakni faidatul al-khabar dan lazimul faidah.

Pembagian kalam khabar tidak lepas dengan kondisi mukhatabnya, dan


apabila ditinjau dari kondisi mukhatab maka kalam khabar dibagi menjadi tiga:
kalam ibtida’i, kalam thalabi, dan kalam inkari.
Terdapat beberapa Alat Taukid untuk men-taukid-kan khabar: Huruf Inna
dan Anna (‫)إن و أ َ َّن‬,
َّ Lafaz Qasam (‫)القسم‬, Lam Ibtida' (‫)الم االبتداء‬, Dua Nun Taukid
(‫)نونا التوكيد‬, Huruf Tanbih (‫)أحروف التنبيه‬, Huruf Zaidah (‫)الحروف الزائدة‬, Huruf
Qad (‫)قد‬, Huruf Amma Syarthiyyah (‫)أما الشرطية‬, ‫ السين‬as-sin, ‫ ضمير فصل‬dhamir
fasl.

B. Kritik dan Saran


Demikianlah isi makalah yang dapat kami susun, mudah-mudahan
makalah ini dapat bermanfaat bagi kita, khususnya bagi penyusun. Kami
menyadari dalam penulisan makalah ini banyak terdapat kekurangan, baik
kekurangan secara materi maupun referensi. Untuk itu, kami memohon kepada
pembaca untuk memberikan kritik dan saran yang membangun.

9
DAFTAR PUSTAKA

Syahrer, Azan. 2017. Dilalah Khabar Dalam Surah Al-Mu’minun (Kajian


I’jaz Al-Qur’an). Skripsi thesis. Universitas Islam Negeri Sultan Syarif Kasim Riau.
Imam al-Akhdhori, 1982. Ilmu Balaghah: Jauharul Maknun. Terjemahan: H.
Moch Anwar. PT Al-Ma’arif, Bandung. 276 hal.
Ali al Jarim dan Mustafa Amin. 1999. Balaghah al-Wadhiyah. Daar al
Ma‟arif.
Barus, Helmi. 2020. Kalam Khabari dalam Surah Al-Mu’minun. Skripsi.
Universitas Sumatera Utara.
Sagala, Rumadani. 2016. Balaghah. Materi kuliah. Fakultas Tarbiyah dan
Keguruan: Institut Agama Islam Negeri Raden Intan Lampung.

10

Anda mungkin juga menyukai