وان, فان كان الكالم مطابقا للواقع كان قائله صادقا,فالخبر ما يصح أن يقال لقائله انه صادق فيه أو كاذب
3
كان غير مطابق له كان قائله كاذبا
1
Abdurrahman al-Ahdhori, Jauharul Maknun, terj. Achmad sunarto, ( Surabaya :
Mutiara Ilmu, 2009) , Cet I, h. 12
2
Ali al-Jarim dan Mustafa Amin, Balaghah al-Wadhiyah PDF, ( Daar al Ma‟arif :
1999), h. 139
3
Ibid.
4
Abdurrahman al-Ahdhori, Jauharul Maknun, 12
14
ما احتمل الصدق والكذب
5
الخبر هو ما يحتمل الصدق والكذب لذاته
“Kalam khabar ialah sesuatu perkataan yang dikatakan benar atau
salah menurut zatnya itu sendiri (perkataan).”
سافر محمد
5
Ahmad al-Hasyimi, Jawahir al-Balaghah fi „Ilmu Ma‟ani wa al-bayan wa
al-Badi‟ 55
6
Hafni Bek Dayyab Et. al, Qowa‟id al-Lughot al-„Arobiyyah, Terj. Chatibul Umam,
(Jakarta : Daar al-Uluum Press 2002), Cet. I, 420
15
Dari perkataan di atas dapat disimpulkan bahwa perkataan
tersebut memberitahu bahwa Muhammad telah pergi. Perkataan ini
adalah perkataan yang disebut dengan khobariyah karena telah
mengandung pembenaran dan pendustaan atas perkataan tersebut.
فإن طابق الواقع فقائله صادق. وبقطع النظر عن قائله,فاالخبر هو مايحتمل الصدق أو الكذب باعتبار الواقع
7
Ahmad Bachdim, Darsul Balaghah al-„Arabiyah : Al Madkhal fi Ilmi al-Balaghah wa-
Ilmi al-Ma‟ani, (Jakarta : PT Grafindo Persada, 1996), Cet. I h. 34
8
Ibid.
16
berlangsung (selalu terjadi), dengan qarinah (tanda-tanda) jika fi‟ilnya itu
fi‟il mudhari‟.9
أو كلما وردت عكظ قبيلة بعثوا الي عريفهم يتوسم: كقولك طربف
الشمس مضيئة
العلم نافع
9
Ibid., 422
10
Ibid.
11
Ibid.
17
2.2. Tujuan Pengungkapan Kalam Khabar
12
Ibid. 416
13
Ali al Jarim dan Mustafa Amin, Balaghah al-Wadhiyah, terj. Mujiyo Nurkholis Et.
Al, (Bandung : Sinar baru Algensindo, 1994) , 208
14
Ibid. h. 205
18
pendengar (mutakalim) tidak mengetahui khabar (berita) itu sebelumnya
sama sekali.
مبكرا
ً لقد نهضت من نومك اليوم
15
Ibid. h. 208
16
Ibid. h. 205
19
maklum (biasa) baginya sebelum pembicara menyampaikannya, akan
tetapi maksud dari pembicara tidak lain ingin menjelaskan bahwa dirinya
juga tahu tentang isi berita yang ia sampaikan itu.
2.2.2.1. Al-Istirham
2.2.2.2. Izhaharud-Dha‟fi
17
Ibid. h. 208
18
Ibrahim bin Al-mahdi adalah paman al-Ma‟mun dan Saudara Harun Ar-Rasyid.
19
Ali al-Jarim, Op. Cit. h. 211
20
“Ya Tuhanku, sesungguhnya tulangku telah lemah dan kepalaku
telah dipenuhi uban”[Q.S. Maryam 04]
2.2.2.3. Izharut-Tahassur
20
Ibid. h. 208
21
Ahmad al-Hasyimi, 56
21
2.2.2.5. Menghimbau untuk berusaha dan rajin
Dan ini sangat masuk akal sekali karena kalau suatu pembicaraan
itu memberikan pengertian pada pendengarnya, maka seyogiannya dia
22
Ali al-jarim, 220
22
memberikan pernyataan yang singkat saja, sekedar yang perlu saja, ini
untuk menghindari omong kosong. Oleh karena itu, kalau pendengar itu
pasti bisa menerima pemberitaan, maka hendaknya pembicara
menyatakannya tanpa mempergunakan taukid (kata penegas). 23
Seperti perkataan :
أخوك قادم
“Saudaramu datang”
Contoh kedua :
ال ينبغى لنا أن نسوس الناس سياسة واحدة ** النلين جميعا فيمرح الناس فى المعصية ** وال نشتد جميعا
** فنحمل الناس على المهالك ** ولكن تكون انت للشدة والغلظة ** واكون أنا للرافة والرحمة
23
Hifni bek Dayyab, Qowa‟id al-Lughot al-„Arobiyyah , 424
24
Ali al-Jarim, Balaghah al-Wadhiyah , 217
23
disampaikan.25 Dan kalimat yang disampaikan itu disebut dengan kalimat
kalam khabar ibtida‟i.
Seperti ungkapan :
27
إن اخاك قادم
25
Ibid. h. 219
26
Ibid. h. 220
27
Hifni bek Dayyab, Qowa‟id al-Lughot al-„Arobiyyah, 425
24
kalimat wajib disertai penguat dengan satu penguat atau lebih sesuai
dengan frekuensi keingkarannya.28
وألغمدن سيفى حتى يسله, وألكرمن الخاصة ماأمنتهم على العامة,ألعملن الللين حتى الينفع إال الشدة
ٍ
ألخوهمة ** تسموا إلى المجد وال تفتر واهلل إنى
28
Ali al-Jarim, Balaghah al-Wadhiyah, 220
29
Abu Abbas As-Saffah adalah khalifah pertama bani Abbasiyyah, di baiat menjadi
khalifah pada tahun 132 H. Ia sangat baik hati dan berhati mulia. Wafat pada tahun 136
H di Anbar. Lihat terjemah balaghah al wadhihah, h. 218
30
Ali al-Jarim, Balaghah al-Wadhiyah, 218
31
Ibid. h. 219
25
Demi Allah, sesungguhnya aku benar-benar punya cita-cita
mengarah kepada kemuliaan, dan cita-cita itu tidak lemah.32
32
Ibid., 219
33
Ibid., 220
26
dalam kitabnya terbagi menjadi dua macam yakni taukid lafzi dan taukid
ma‟nawi. 34
a. Taukid Lafzi35
“Naiklah, naiklah”.
ِ ك َّال إِذا دَّك
ت ْاأل ْرض دِّكا دِّكا
b. Taukid Ma‟nawi37
34
Bahaud Din Abdullah Ibn „Aqil, Alfiyyah Syarah Ibn „Aqil, Terj. Bahrun Abu Bakar
(Bandung : Sinar Baru Algensindo, 2015 ), Cet. IV Juz. 2, 642
35
Ibid., 649
36
Hifni Bek Dayyab, Qowa‟id al-Lughot al-„Arobiyyah. 426
37
Bahaud Din Abdullah Ibn „Aqil, Alfiyyah Syarah Ibn „Aqil, 642
27
جاء زيد نفسه
38
Ibid. h. 643
28
Dikukuhkan dengan memakai lafaz kullun dan jami‟un sesuatu yang
memiliki beberapa bagian, sednagkan sebagaimana diantaranya dapat
menduduki tempat sebagian yang lainnya, seperti:39
جاء الركب كله
Nah! Itu dia taukid maupun adat taukid yang digunakan dalam
menguatkan khabar yang disampaikan kepada mukhatab yang ragu dan
inkar.
29
kata lain, bahwa kalam khabar ini dimaksudkan kepada orang
yang khaaliyudz-zhihni akan tetapi pembicara
menyampaikannya dengan menggunakan kalam thalabi atau
inkari. Seperti :
ِ وال تخ
اط ْبنِي فِي الَّ ِذين ظلموا إِنَّه ْم مغْرقون
42
Ibid. h. 229-230
30
2.3.4.2. Mukhatab yang bukan orang yang inkar dianggap sebagai orang
yang inkar karena tampak beberapa tanda keingkaran
padanya.43
2.3.4.3. Mukhatab yang inkar dianggap sebagai orang yang tidak ingkar
bila di hadapannya terdapat beberapa dalil dan bukti, yang
seandainya diperhatikan, niscaya musnahlah keingkaran itu.
43
Ibid. h. 231
44
Ibid. h. 230
31
Pada bagian ketiga ini adalah kebalikan dengan bagian
yang pertama, yakni mukhatab adalah seorang yang benar-
benar ingkar akan tetapi tidak dianggap sebagai orang yang
ingkar oleh penyampai khabar itu sendiri, melainkan dianggap
sebagai orang yang kosong hatinya atau khaaliyudz-dzihni.
Contoh :
ِ وإِلهكم إِله و
احد ْ
32
kata lain mukhatab hanya sebagai khaaliyudz-zhihni ataupun
thalabi. Dan yang ketiga adalah pengungkapan yang
diungkapkan dengan kalam Ibtida‟i, akan tetapi sebenarnya
mukhatab atau pendengarnya adalah orang yang inkar. Dan
kalam khabar yang diselewengkan dengan makna lahiriyahnya
harus memiliki indikasi yang mengisyaratkan untuk
diselewengkan.
33