Anda di halaman 1dari 5

Tafsir Riwayat

Pengertian Tafsir Riwayat

Tafsir secara bahasa adalah menafsirkan yang berarti membuka dan atau penjelasan. Tafsir

menurut istilah ilmu yang membahas  kalam dengan lafadz-lafadz al-qur’an dan dalil-dalinya

serta hukum-hukum ifrodiah dan tarkibiah beserta makna-makna yang terkandung

didalamnya. Sedangkan riwayat berarti menyandarkan pada al-qur’an, al-hadist, dan

perkataan sahabat (atsar). Dari pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa tafsir riwayat

adalah penafsiran  yang didasarkan pada al-qur’an, hadist, dan atsar (perkataan sahabat).

Dengan demikian maka metode penafsiran dengan tafsir riwayat ini yaitu :

1. Tafsir Al-qur’an dengan al-qur’an

2. Tafsir Al-qur’an dengan Sunah

3. Tafsir Al-qur’an menurut atsar.

Tafsir riwayat ini juga disebut dengan tafsir bil-ma’tsur. Tafsir riwayat ini memiliki

legitimasi dari beberapa kalangan ulama dari tabi’in. Buktinya, mereka menerima baik

penafsiran para sahabat tersebut dan tersebar diberbagai daerah islam sehingga muncul ahli

tafsir di Mekah, Madinah, dan Iraq. Seperti telah dijelaskan diatas, bahwa tafsir riwayat ini

berdasar pada al-qur’an dan al-hadist maka para mufassir dalam menempuh metode ini harus

dengan teliti menafsirkan ayat-ayat ahkam. Ketelitian itu dapat dimanifesttasikan dengan

menelusuri lebih dulu asar-asar yang ada mengenai makna ayat kemudian asar tersebut

dikemukakan sebagai tafsir ayat bersangkutan. Selain itu mufasir harus mengetahui validitas

ayat yang ditafsirakan, apakah ayat tersebut mutawatir atau bukan. Dalam hal ini para

mufassir tidak boleh melakukan ijtihad tanpa memiliki dasar yang otentik. Al-qur’an

merupakan kalam Allah yang sudah barang tentu dijaga kesahihannya, selain itu al-qur’an 

juga diturunkan besama penjelasannya, jadi keberadaan al-qur’an sebagai dasar penafsiran ini

sudah barang tentu benar. Sebagaimana pekataan Ibnu Taimiah : Kita wajib yakin bahwa nabi
telah menjelaskan kepada para sahabat makna-makna Qur’an sebagaimana telah menjelaskan

kepada mereka lafadz-lafdznya.Tafsir terbaik dengan metode ini adalah tafsir Ibnu Jarir At-

thabari didalam Jaami’ul Bayan Fi Tafsiiril Qur’an. Tafsir yang agak mendekati tafsir at-

thabari adalah tafsir Ibnu katsir/ bahkan lebih baik dari At-Thabari.

Kelemahan Tafsir Riwayat

Tafsir riwayat merupakan tafsir yang mamiliki validitas tinggi seperti pejelasan diawal

tadi. Tetapi meski demikian sesempurna apapun hal itu pasti ada kekurangan pula

didalamnya. Sama halnya dengan tafsir riwayat ini. Metode tafsir ini memiliki beberapa

kelemahan yang disebabkan oleh beberapa hal, diantaranya adalah :

1. Campur baur antara yang shahih dengan yang tidak shahih, serta banyak mengutip

kata-kata yang di nisbatkan kepada sahabat atau tabi’in tanpa memiliki sandaran dan

ketentuan.

2. Riwayat-riwayat tersebut ada yang dipengaruhi oleh cerita-cerita israiliyat dan khurafat

(klinik) yang bertentangan dengan akidah islamiah.

3. Adanya golongan ekstrim dikalangan sahabat.

4. Munculnya orang-orang zindiq yang berusaha mengecoh sahabat dan tabi’in 

sebagaimana mereka mengecoh nabi SAW perihal sabdanya.

Ikhtilaf  Ulama’ Perihal Penggunaan Tafsir Riwayat

Dalam penggunaan tafsir ini sebagai metode panafsiran ayat-ayat ahkam terdapat beberapa

pendapat ulama, sebagian dari mereka mengatakan boleh dan sebagiannya lagi mengatakan

tidak. Tapi pada tafsir riwayat ini yang diperdebatkan ulama’ adalah masalah penafsiran

lafadznya. Perdebatan di kalangan ulama’ pada umumnya hanya berkonotasi variatif, bukan

kontradiktif.Jadi perbedaan tersebut dapat diklasifikasikan menjadi dua macam :

1. Seorang mufassir mengungkapkan redaksi yang berbeda dari mufassir lain dan makna

masing-masing redaksi itu berbeda tetapi memiliki maksud yang sama. Misal
penafsiran kata as-sirat al-mustaqim. Sebagian ulama’ menafsirkan dengan al-qur’an

dan sebagian lain menafsirkan dengan islam.

2. Masing-masing mufassir menafsirkan kata-kata yang bersifat umum dengan

menyebutkan sebagian makna. Misal : kata “sabiq” dalam surat fatir : 32 ialah orang

yang menunaikan salat di awal waktu, sedangkan muqtsid adalah yang melakukan

shalat ditengah waktu, sedang zalim adalah orang yang mengakhirkan salat asar sampai

saat langit berwarna kekuning-kuningan. Mufassr lain mengatakan , sabiq adalah orang

yang berbuat baik yang bersedekah disamping zakat, muqtasid adalah orang yang

hanya menunaikan zakat wajib saja, dan zalim adalah yang enggan membayar zakat.

Status Tafsir Riwayat

Tafsir bil-ma’tsur adalah tafsir yang harus didikuti dan dipedomani karena ia adalah jalan

pengetahuan yang benar dan merupakan jalan paling aman untuk menjaga diri dari

ketergelinciran dan kesesatan dalam memahami kitabullah.Di riwayatkan oleh Ibnu Abbas

bahwa tafsir itu ada empat macam ; tafsir yang dapat diketahui orang Arab melalui bahasa

mereka, tafsir yang harus diketahui oleh setiap orang, tafsir yang hanya bias diketahui para

ulama dan tafsir yang samasekali tidak mungkin dikethaui oleh siapa pun selain Allah.Dari

Ibnu Jarir at-Tabari mengatakan bahwa berdasarkan penjelasan Allah SWT, nyatalah bahwa

di antara kandungan Al-Qur’an yang diturunkan Allah, kepada Nabinya terdapat ayat-ayat

yang tidak dapat diketahui ta’wilnya kecuali dengan penjelasan Rasulullah. Misalnya ta’wil

tentang semua ayat yang mengandung macam-macam perintah wajib, anjuran (nadb) dan

himbauan (irsyad), larangan, fungsi-fungsi hak, hokum-hukum, batas kewajiban, kadar

keharusan bagi sebagian makhluk terhadap sebagian lain dan hokum-hukum lain yang

terkandung dalam ayat-ayat Qur’an yang tidak dapat diketahui kecuali dengan penjelasan

Rasulullah kepada umatnya. Adapulahal-hal yang tidakdapatdiketahuita’wilnyakecualioleh


Allah SWT.Misalnya berita tentang terjadinya suatu peristiwa dan waktu-waktu yang akan

datang.

Definisi Tafsir Bi Al-Ra’yi (Tafsir Dirayah / Tafsir Akli)

Tafsir Bi Al-Ra’yi yaitu menafsirkan Al-Qur’an dengan kekuatan penalaran dan unsur-

unsur keilmuan yang berkembang didunia Islam yang memang berkaitan dengan teks serta

isyarat-isyarat ilmiah yang datang dari Al-Qur’an sendiri.

Rasioadalah antonim (lawan) nash dan riwayat. Oleh karena itu, dinamakan dengan

tafsir bid-dirayah, (dengan rasio) sebagai antitesis tafsir-tafsir bir-riwayah (dengan riwayat).

Al-Bhaihaqi meriwayatkan dalam asy-Sya’ab dari Imam Malik, beliau berkata bahwa “ jika

ada seseorang yang tidak mengetahui ilmu bahasa arab, kemudian ia menafsirkan kitab Allah

maka datanglah ia kepadaku, niscaya akan aku hajar dia.”

Setelah berakhir masa salaf sekitar abad ke-13 H dan peradaban Islam semakin maju dan

berkembang berbagai mazhab dan aliran dikalangan umat Islam, masing-masing golongan

berusaha meyakinkan umat dalam rangka mengembangkan paham mereka. Untuk mencapai

maksud itu, mereka mencari ayat-ayat Al-Qur’an dan hadist-hadist Nabi saw, lalu mereka

menafsirkan sesuai dengan keyakinan mereka. Inilahfaktorberkembangnya tafsir bi al-ra’y

(tafsir melalui pemikiran atau ijtihad).Para intelektualmuslimmenafsirkan al-

qur’andaribeberapasudutpandang, diantaranya :

1. Kaum fuqaha menafsirkannya denganmengacupadahukumfiqhseperti yang dilakukan

oleh Al-Jashshash, al-Qurtubi, dan lain-lain.

2. Kaum teolog menafsirkannya dari sudut pemahaman teologis seperti al-Kasysyaf,

karangan al-Zamakhsyari
3. Kaum sufi juga menafsirkan Al-qur’an menurut pemahaman dan pengalaman batin

mereka seperti Tafsir al-Qur’an al-Azhim oleh al-Tustari, Futuhat Makiyyat, oleh Ibn

‘Arabi dan lain-lain.

Selain itu dalam bidang bahasa dan qiraat juga lahir tafsir, seperti Tasir Abi al-Su’ud oleh

Abu al-Su’ud, al-Bahr al-Muhith oleh Abu Hayyan ; dan lain-lain. Dari sinilah mengapa

tafsir begitu banyak, karena begitu banyak sudut pandang menafsirkan Al-Qur’an dengan

ra’yu dikalangan ulama-ulama muta’akhirin; sehingga tak heran jika sekarang lahir lagi tafsir

menurut tinjauan sosiologis dan sastra Arab seperti Tafsir Al-manar ; dan dalam bidang sains

muncul pula karya Jawahir Thanthawi dengan Tafsir al-Jawahir. Dari statemen diatas sesuai

dengan perkataan Manna’ al-Qaththan ;tafsir bi al-ra’yu telah mengalahkan perkembangan

tafsir al-ma’tsur

Anda mungkin juga menyukai