Anda di halaman 1dari 14

KLASIFIKASI TAFSIR BERDASARKAN SUMBER 1 (Tafsir bil Ma’thur)

Makalah ini disusun dalam rangka memenuhi Tugas Mata Kuliah Ilmu Tafsir

Dosen Pengampu :

Hidayatullah, MA

Kelompok 5

Muhamad Faiz Abdurrahman - 211410083

Danang Wicaksono - 211

PRODI ILMU AL-QUR’AN DAN TAFSIR

FAKULTAS USHULUDDIN

INSTITUT PERGURUAN TINGGI ILMU AL-QUR’AN

JAKARTA

2022
Kata Pengantar

Alhamdulillaahirabbil’aalamiin.

Segala puji bagi Allah swt yang atas rahmat dan petunjuknya telah membantu kami dalam
pengerjaan makalah yang berjudul “Klafisikasi Tafsir Berdasarkan Sumber 1 (Tafsir bil
Ma’thur)” sebagaimana telah ditugaskan oleh dosen pengampu kami Dr, Luqman Hakim, Ma
pada Mata Kuliah Ilmu Tafsir sehingga selesai sudah proses penyusunan makalah ini, yang
mudah-mudahan dapat dipahami oleh para pembaca sekalian dan dapat diterima, serta dinilai
oleh dosen sekaligus pembimbing kami dalam penulisan karya ilmiah ini.

Penulis juga berterimakasih kepada teman teman sekalian yang telah membantu proses
penyusunan makalah ini, lalu berkenan meminta kritik dan saran kepada pembaca sekalian
terhadap kalimat-kalimat yang sulit dipahami atau terhadap tulisan-tulisan yang kurang tepat.
Oleh karenanya, semua kritik dan saran pembaca akan penulis terima dengan senang hati
demi terjadinya pembelajaran penulisan karya tulis karya tulis selanjutnya di mata kuliah
Karya Tulis Ilmiah ini.

Jakarta, 04 Oktober 2022

Penyusun
Daftar Isi
Kata Pengantar....................................................................................................................................................................... 2
BAB I........................................................................................................................................................................................... 4
PENDAHULUAN................................................................................................................................................................... 4
A. Latar Belakang............................................................................................................................................................ 4

B. Rumusan Masalah...................................................................................................................................................... 4

C. Tujuan Penulisan........................................................................................................................................................ 5

BAB II......................................................................................................................................................................................... 5
PEMBAHASAN...................................................................................................................................................................... 5
A. Definisi Makalah......................................................................................................................................................... 5

B. Syarat Makalah yang Baik dan Benar............................................................................................................... 6

C. Referensi Dalam Makalah....................................................................................................................................... 7

Tujuan Referensi............................................................................................................................................................. 7

Kapan Harus Mencantumkan Referensi................................................................................................................... 8

Sumber Referensi............................................................................................................................................................ 8

D. Jenis Jenis Penulisan Referensi............................................................................................................................. 8

E. Teknik Menulis Referensi........................................................................................................................................ 9

1. Footnote......................................................................................................................................................................... 9

2. Bodynote................................................................................................................................................................... 13

3. Endnote...................................................................................................................................................................... 14

4. Daftar Pustaka......................................................................................................................................................... 14

BAB III - PENUTUP............................................................................................................................................................ 16


A. Kesimpulan.................................................................................................................................................................... 16

B. Saran................................................................................................................................................................................ 17
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Penulisan b

Selain itu, masyarakat arab pra-islam juga mempunyai perhatian yang begitu besar
terhadap silsilah dan kekuasaan. Terlepas dari kekurangan yang dimiliki masyarakat arab
pra-islam, ternyata mereka mempunyai ingatan yang kuat dan pelafalan yang hebat.
Sehingga itu, mereka unggul dibidang sastra dan kurang dalam hal penulisan. Melalui
tradisi yang begitu melekat inilah yang membuat masyarakat pra-islam menyombongkan
kabilah-kabilahnya.dari berbagai uraiain diatas, langkah untuk mengetahui sejarah
perjalanan dan warisan asli masyarakat Arab pra-islam yaitu idarahkan pada tradisi lisan.
Untuk itu ,penulisan akan mencoba membahas dalam tulisan ini tentang historiografi
penulisan sejarah pra-Islam, serta sejarah Makkah dan Madinah abad VI dan VII.
B. Rumusan Masalah

Dari latar belakang yang telah kami paparkan maka kami bermaksud untuk membahas materi
materi berikut ini:

1. Apa pengertian Tafsir bil Ma’tsur?

2. Bagaimana ruang lingkup Tafsir bil Ma’tsur?


3. Apa saja kelemahan Tafsir bil Ma’stur?

4. Apa saja contoh kitab-kitab Tafsir bil Ma’tsur?

C. Tujuan Penulisan

Adapun tujuan penulisan dari dipaparkannya materi-materi tersebut adalah:

1. Memahami pengertian Tafsir bil Ma’tsur

2. Mengetahui ruang lingkup Tasir bil Ma’tsur lebih luas

3. Mengetahui beberapa kelemahan Tafsir bil Ma’tsur

4. Mengetahui contoh kitab-kitab Tafsir bil Ma’tsur


BAB I
PEMBAHASAN

A. Pengertian Tafsir bil Ma’tsur

Fungsi bahasa menurut para ahli akan memberikan sudut pandang ilmiah mengenai fungs

Dari paparan di atas dapat disimpulkan bahwa fungsi bahasa adalah untuk mengungkapkan
segala sesuatu yang kita pikirkan dan inginkan, serta mengomunikasikannya dengan orang
yang ada di sekitar kita

B. Bahasa Dalam Logika


Sebagai asumsi setujukah saudara dengan pernyataan bahwa dalam realitas seringkali
dirasakan dengan jelas relasi antara bahasa dan pikiran. Kalau benar, dengan demikian
benarlah apa yang dikatakan Hans Georg Gademer ingin menjelaskan bahwa realitas (yang
ada) dapat ditangkap, dimengerti sejauh dibahasakan atau terbahasakan, sebab bahasa, kata
Gadamer, merupakan keterbukaan manusia terhadap realitas. Oleh karena itu bahasa, realitas
dan pikiran adalah tempat terjadinya Geshehen (peristiwa) realitas. Secara umum ada dua
kelompok besar mengenai persoalan bahasa, yaitu Instrumentalisme dan Derteminisme.

A. Instrumentalisme dan Determinisme

Instrumentalisme berdasarkan bahwa bahasa hanyalah sebagai alat untuk mengungkapkan


persepsi, pikiran dan rasa perasaan (emosi) ketika bersentuhan dengan realitas. Sehingga
perbedan yang diajukan oleh Ferdinand de Saussure tentang Parole (aktivitas bicara manusia
individual) dan Langue (bahasa sebagai sistem) hampir tidak berarti apa-apa. Kata-kata, bagi
golongan instrumentalisme, tetap dialami sebagai alat ekspresi.

Tesis kedua yang dilontarkan kaum intrumentalisme adalah Persepsi, pikiran, dan emosi
adanya lebih dulu (a priori) dari bahasa. Argumentasi yang diajukan oleh mereka adalah
dengan proses pembahasan maka pikiran, perasaan dan emosi dapat dikomunikasikan kepada
orang lain. Itu berarti pikiran, perasaan dan emosi yang ada pada setiap orang baru bias
dipahami setelah dikomunikasikan lewat bahasa kepada orang lain. Dan berarti pula, pikiran,
perasaan dan emosi telah ada, sebelum dibahasakan pada orang lain. Argumentasi kedua,
bahasa melalui proses belajar memuat berbagai makna atau arti, memuat motif-motif dan
norma, kategori-kategori dan interprestasi, yang dalam realitas keseharian hamir tidak lagi
disadari dalam praktek berbahasa sehari-hari.

Sala satu aliran filsafat yang sejalah dengan pemikiran kaum instrumentalisme adalah
strukturalisme. Alifah filsafat ini berpendapat, bahwa bahasa pada dasarnya tidak leibh dari
sekedar tata bahasa dan sintaksis. Jangan pernah bermimpi bahwa bahasa akan berelasi secara
erat dengan konteks social budaya, terlebih lagi sebagai parole.

Alairan kedua yang berbicara tentang ahasa adalah determinisme. Paham ini
berkeyakinan, bahwa manusia hanya dapat mempersepsi, berpikir dan merasakan karena
terdapat bahasa. Dengan kata lain bahasa merupakan syarat untuk mempersepsi, berpikir dan
merasakan. Pemikiran ini senada dengan hiptesis Whorfsapir, "Pengalaman seseorang
terhadap ralitas merupakan suatu fungsi dari bahasa masyarakat yang bersangkutan".
Sehingga bolehlah dikatakan kalau bahasa merupakan faktor social. Tidaklah berlebihan
kalau kemudian dikatakan bahwa konsep bersifat kolektif. Itu berarti setiap konsep
bertumpuk di dalam bahasa sebagai faktum social kolektif, sehingga menjadi sulit untuk
dibenarkan sebuah ungkapan "inilah konsepku". Pandangan objektivistik tentang bahasa,
seperti di atas, menjadikan kita sulit menerima pendapat, bahwa bahasa sebagai suatu
permainan bersama yang bersifat dialektis antara aspek objektif dan subjektif dalam proses
komunikasi.

Dua pendirian tentang bahasa seperti di atas memiliki andil yang tidak kecil dalam
memotret persoalan realitaspikiran-bahasa, sebagai tidak hal yang saling terkait

C. Bentuk-bentuk Umum Bahasa

I. Jenis-jenis Kata.

Menurut KBBI, kata adalah unsur bahasa yang diucapkan atau dituliskan yang merupakan
perwujudan kesatuan perasaan dan pikiran yang dapat digunakan dalam berbahasa. Jenis-jenis
kata sendiri dalam bahasa Indonesia dapat dibedakan menjadi dua, yaitu berdasarkan bentuk dan
kategorinya.

Jenis Kata dalam Bahasa Indonesia Berdasarkan Bentuknya Secara sederhana, berikut adalah
jenis kata dalam bahasa Indonesia berdasarkan bentuknya:
1. Kata Dasar, adalah kata awal sebelum mengalami perubahan bentuk, fungsi dan makna, atau
belum memiliki imbuhan.

2. Kata Ulang, adalah kata yang mengalami pengulangan, bisa dalam bentuk asli ataupun
perubahan suku kata dan imbuhan, yang mengubah makna kata sebelumnya.

3. Kata Majemuk, adalah gabungan dua kata yang kemudian membentuk makna baru. Jika kata
majemuk dipisahkan, kata tersebut akan kembali dengan makna aslinya. Kata majemuk
dibedakan sesuai dengan bentuk penulisan dan maknanya.

4. Kata Serapan, adalah kata yang berasal bukan dari Bahasa Indonesia (bahasa daerah/bahasa
asing) yang diintegrasikan dalam Bahasa Indonesia untuk menambah kosa kata.

enis kata dalam bahasa Indonesia yang selanjutnya adalah berdasarkan kategori dari kata itu
sendiri. Umumnya, jenis ini terbagi menjadi 10 seperti yang ada pada di ulasan di bawah ini:

1. Kata Kerja (Verba)

Jenis kata dalam bahasa Indonesia yang pertama adalah kata kerja atau verba. Kata kerja
merupakan kata-kata yang menyatakan suatu perbuatan atau tindakan, proses, gerak, keadaan
atau terjadinya sesuatu. Kata ini menduduki fungsi sebagai predikat dalam sebuah kalimat.

Ada dua jenis kata kerja, yaitu kata kerja transitif dan kata kerja intransitif. Kata kerja transitif,
yaitu kata kerja yang memerlukan objek untuk menjelaskan predikat. Kata kerja intransitif, yaitu
kata kerja yang tidak memerlukan objek.

Untuk contohnya dari jenis kata kerja ini adalah (1) Shofi membeli baju (transitif), (2) Shofi
bernyanyi (intransitif).

2. Kata Benda (Nomina)

jenis kata dalam bahasa Indonesia yang selanjutnya adalah kata benda atau nomina. Kata benda
adalah kata yang mengacu pada benda, manusia, binatang, dan konsep atau pengertian.
Singkatnya, ini adalah kata yang menyatakan wujud atau kebendaan Jenis kata ini sangat penting
dalam struktur kalimat, karena nomina sering digunakan sebagai subjek dalam kalimat.
untuk contohnya jika dalam sebuah kalimat adalah seperti berikut: Arman memiliki kekasih yang
sangat cantik dan pintar. kata Arman di sini adalah kata benda yang menjadi subjek dan kata
kekasih adalah kata benda yang menjadi objek.

3. Kata Keterangan (Adverbia)

Kata keterangan atau adverbia merupakan jenis kata yang menunjukkan keterangan (penjelasan)
mengenai kata lain (kata bilangan, kata kerja, dan kata sifat) dalam suatu kalimat. Tetapi kata
keterangan tidak dapat menerangkan kata benda atau kata ganti benda.

4. Kata Sifat (Adjektiva)

Jenis kata dalam bahasa Indonesia yang selanjutnya adalah kata sifat atau adjektiva. Kata sifat
atau adjektiva merupakan jenis kata yang dipakai untuk menerangkan sifat atau kondisi suatu hal,
seperti makhluk hidup, benda mati, tempat, waktu ataupun yang lainnya.

5. Kata Bilangan (Numeralia)

Jenis kata bilangan atau numerelia adalah jenis yang menyatakan jumlah benda, atau urutan
benda dalam suatu deretan.

Dalam Bahasa Indonesia ada dua macam numeralia, yaitu numeralia pokok dan numeralia
tingkat. Numeralia pokok merupakan jawaban atas pertanyaan “ Berapa?”, sedangkan numeralia
tingkat merupakan jawaban dari pertanyaan “ Yang keberapa?”.

6. Kata Ganti (Pronomina)

Untuk jenis kata dalam bahasa Indonesia yang selanjutnya adalah kata ganti. Kata ganti memiliki
definisi kata yang menggantikan kata benda yang sudah diketahui sebelumnya agar tidak disebut
berulang kali. Kata ganti bisa menjadi subjek atau objek dalam suatu kalimat.

7. Kata Sambung (Konjungsi)


Jenis kata sambung atau konjungsi adalah kata dengan kata, frasa dengan frasa, klausa dengan
klausa, kalimat dengan kalimat ataupun paragraf dengan paragraf agar saling berkaitan. Untuk
contoh dan pembagiannya antara lain adalah:

a) Konjungtor koordinatif: dan, serta, tetapi, atau, sedangkan, melainkan.

b) Konjungtor korelatif: baik…maupun; tidak hanya…tetapi juga; demikian…sehingga;


sedemikian rupa…sehingga

c) Konjungtor subordinatif: sejak, semenjak, sedari, jika, bila agar, seakan-akan, sebab, sehingga,
dengan, bahwa

d) Konjungtor antar kalimat: biarpun demikian, sekalipun demikian, sungguhpun demikian,


sebaliknya, tetapi, sebelum itu, selanjutnya.

8. Kata Depan (Preposisi)

Jenis kata selanjutnya adalah preposisi atau kata depan. ata depan adalah kata yang berada
sebelum kata benda, kata kerja dan kata keterangan lain yang memiliki hubungan makna. Kata
depan menunjukkan berbagai hubungan makna antara kata sebelum dan sesudah preposisi

9. Kata Sandang (Articula)

Kata sandang adalah jenis kata yang tidak memiliki makna. Kata sandang sendiri hanya dipakai
sebagai penjelas kata-kata yang ada di depannya. Kata sandang memiliki fungsi sebagai pembeda
kata atau frase, selain itu juga untuk membentuk kata ganti orang atau kata benda.

10. Kata Seru (Interjeksi)

Jenis kata terakhir dalam bahasa Indonesia yang terakhir adalah interjeksi atau kata seru. Kata
seru adalah kata yang digunakan untuk mengungkapkan isi hati atau perasaan seseorang, dalam
hal ini adalah pembicaranya. Kata ini kadang berupa kata tunggal atau frasa yang menunjukkan
emosi seseorang. Ungkapan emosi yang ditampakkan adalah seperti rasa marah, senang, sedih,
heran, kagum, terkejut, dan sebagainya.’
II. Bahasa Ideal.

Bahasa ideal , dalam filsafat analitik , bahasa yang tepat, bebas dari ambiguitas , dan jelas


strukturnya, pada model logika simbolik , berbeda dengan bahasa biasa, yang kabur,
menyesatkan, dan terkadang kontradiktif. DalamTractatus Logico-Philosophicus (1922), filsuf
kelahiran Wina LudwigWittgenstein memandang peran bahasa sebagai menyediakan "gambaran
realitas." Kebenaran dilihat sebagai membuat proposisi logis yang sesuai dengan
kenyataan. Bahasa yang ideal dengan demikian dilihat sebagai kriteria yang diperlukan untuk
menentukan makna , atau ketidakbermaknaan, pernyataan tentang dunia.

D. Ciri Khas Bahasa Pada Umumnya.

Secara umum, pengertian bahasa dapat diartikan sebagai sarana menyampaikan informasi.
Bahasa juga dapat dimaknai sebagai sarana untuk menyampaikan atau mengungkapkan pikiran,
ide, aspirasi, gagasan, pendapat, inspirasi, kreasi seni, religi dan teknologi kepada orang lain.
Salah satunya dapat disampaikan lewat bahasa. Menurut beberapa ahli, ada beberapa pendapat.

1. Harimurti kridalaksanaMenurut Harimurti Kridalaksana (1997) Bahasa adalah sistem lambang


bunyi yang arbitrer yang digunakan oleh para anggota kelompok sosial untuk bekerja sama,
berkomunikasi, dan mengidentifikasikan diri.

2. Leutke – Stahlman & Luckner

Berbeda dengan mereka, pengertian bahasa adalah perpaduan antara fungsi, isi dan bentuk.
Dimana bahasa sebagai topik yang dikomunikasikan yang dapat diartikan secara struktur bahasa.

3. Owens

Berbeda dengan pendapat Owens, yang mengartikan bahasa sebagai kode atau sistem
konvensional, dimana secara sosial bahasa tersebut sudah disepakati sebagai sarana untuk
menyampaikan berbagai pesan melalui simbol.

4. Parera
Pengertian bahasa menurut Parera sebagai alat berkomunikasi. Tentu saja peran bahasa sebagai
cara memudahkan orang untuk melakukan interaksi dengan orang lain. Menurut Parera, bahasa
merupakan gejala sosial yang digunakan untuk membangun komunikasi antara satu orang dengan
orang lain.

5. Uhlenbeck

Pengertian Bahasa adalah bunyi yang diutaran dan didengar kepada orang lain, dimana bunyi
yang dimaksud dalam al ini upaya untuk menunjuk atau membicarakan berbagai hal kepada
orang lain. Umumnya ungkapan seperti ini dilakukan untuk mengekspresikan sikap terhadap
sesuatu.

6. Ullmann

Berbeda dengan pendapat ullmann, pada dasarnya hakikat bahasa adalah jumlah total sistem
bahasa yang dapat disimpan di dalam pikiran seseorang.

7. Kridalaksana dan Djoko Kentjono

Menurut Kridalaksana dan Djoko Kentjono hakikat bahasa adalah sistem atau lambang bunyi
yang digunakan untuk anggota kelompok sosial digunakan untuk berkomunikasi, kerjasama dan
identifikasi diri.

BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan
Alhamdulillah selesai sudah pemaparan makalah yang berjudul “Membuat Makalah
yang Baik dan Benar” dan kesimpulan yang dapat diambil merupakan definisi dari makalah
yang telah kita intisarikan dari definisi makalah yang dikeluarkan oleh BSN yakni: Makalah
yang baik berarti: merupakan pemikiran sendiri, belum pernah dipublikasikan dan
mengandung unsur kekinian. Makalah yang benar berarti Ilmiah yakni berdasarkan data dan
fakta. Sehingga apabila kita menulis makalah dengan prinsip “Baik & Benar” sebagaimana
yang telah dikemukakan oleh BSN maka kita dapat mencapai tujuan dbuatnya makalah yang
telah disebutkan oleh W.J.S Poerwadarminta yakni: dikemukakan untuk mendapat
pembahasan lebih lanjut, bukan sebaliknya, tiada lagi pembahasan lebih lanjut yang
diakibatkan oleh kebingungan kita dalam memaparkan sebuah topik pada makalah yang kita
tulis yang juga diakibatkan ketidaktahuan kita terhadap teknik menulis makalah yang baik
dan benar.

B. Saran
Tentu makalah ini jauh dari kata sempurna maka dari itu kami kiranya memohon
kritik dan saran baik terhadap cara penulisan maupun topik yang telah kami paparkan pada
makalah ini. Kami berterimakasih terhadap semua pihak yang telah membantu menyusun,
membuat, memberi kritik & saran hingga makalah ini selesai tepat waktu.

Wassalamu’alaikum warahmatullaahi wabarakaatuh.


Daftar Pustaka
Ali, M. “PENGARUH DOSIS PEMUPUKAN NPK TERHADAP PRODUKSI DAN KANDUNGAN CAPSAICIN
PADA BUAH TANAMAN CABE RAWIT(Capsicum frutescens L.).” JURNAL AGROSAINS: KARYA
KREATIF DAN INOVATIF, 2015: 171-178.

Hidayatina, et al. “Panduan Penulisan Makalah.” researchgate.net. t.thn.


https://www.researchgate.net/profile/Angga-Syahputra-
2/publication/346470305_PANDUAN_PENULISAN_MAKALAH/links/5fc3b035a6fdcc6cc67f
db09/PANDUAN-PENULISAN-MAKALAH.pdf (diakses 02 15, 2022).

Jones, Russel. Loan Words in Indonesian and Malay. Jakarta: Yayasan Obor Indonesia, 2008.

Kristiyani, Ary. “PENULISAN DAFTAR PUSTAKA.” staffnew.uny.ac.id. t.thn.


http://staffnew.uny.ac.id/upload/197902282008122002/pendidikan/PENULISAN+DAFTA
R+PUSTAKA.pdf (diakses 02 15, 2022).

Salmaa. Cara Menulis Footnote: Ketentuan dan Contoh. 3 06 2021.


https://penerbitdeepublish.com/cara-menulis-footnote/ (diakses 02 15, 2022).

Suraya, Izza, dan Nia Musniati. “SISTEM RUJUKAN : FOOTNOTE, ENDNOTE, BODYNOTE.”
onlinelearning.uhamka.ac.id. t.thn.
https://onlinelearning.uhamka.ac.id/pluginfile.php/504834/mod_resource/content/1/sesi
%203%20Sistem%20Rujukan.pdf (diakses 02 15, 2022).

Wajdi, Muh. Barid Nizarudin. “Definisi Dan Karakteristik Makalah.” OSF.com. 2 07 2018.
https://osf.io/hw5m8/ (diakses 02 15, 2022).

—. “Landasan Historis Perkembangan Teknologi.” 2017.

Yanuarti, Eva. Perbedaan Footnote, Bodynote, dan Endnote yang Perlu dipahami. t.thn.
https://haloedukasi.com/perbedaan-footnote-bodynote-dan-endnote (diakses 02 15,
2022).

Anda mungkin juga menyukai