Anda di halaman 1dari 19

MAKALAH

Tentang
“PENGGUNAAN DIKSI, DEFINISI, DAN KAMUS”

Disusun Oleh :
Nama : ELZA TIARA
NIM : 2121110
Kelas : PAI C
Mata Kuliah : Bahasa Indonesia
Dosen Pembimbing : Diyan Permata Yanda, M.Pd

UNIVERSITAS IAIN BUKITTINGGI


FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU PENDIDIKAN
TP. 2021 - 2022
Kata Pengantar

Puji syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa. Atas rahmat dan hidayah-
Nya, penulis dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul "Penggunaan
Diksi, Definisi, dan Kamus" dengan tepat waktu.
Makalah disusun untuk memenuhi tugas Mata Kuliah Bahasa Indonesias.
Selain itu, makalah ini bertujuan menambah wawasan tentang penggunaan diksi,
definisi, dan kamus bagi para pembaca dan juga bagi penulis.
Penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah
membantu diselesaikannya makalah ini.
Penulis menyadari makalah ini masih jauh dari sempurna. Oleh sebab itu,
saran dan kritik yang membangun diharapkan demi kesempurnaan makalah ini.

Ujung gading,22 November 2021

ELZA TIARA

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ......................................................................................i


DAFTAR ISI ................................................................................................... .ii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang.............................................................................................. .1
B. Rumusan Masalah......................................................................................... .1
C. Tujuan Penulis................................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN
A. Pemahaman terhadap QS. Al-Ahzab ayat 70 – 71 ..................................3
tentang etika berbicara
B. Pengertian diksi, definisi, dan kamus.......................................................3
C. Klasifikasi, kosakata berdasarkan diksi....................................................5
D. Syarat-syarat ketetapan kata.....................................................................5
E. Syarat-syarat kesesuaian diksi..................................................................8
F. Hubungan diksi dan kamus.......................................................................8
G. Macam-macam diksi dan kamus..............................................................8
BAB III    PENUTUP
A. Kesimpulan ......................................................................................................14
B. Saran.................................................................................................................14
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Diksi merupakan pilihan kata. Pilihan kata yang dimaksud mencakup
pengertian kata untuk menyampaikan ide gagasan. Kata yang digunakan harus
dapat diterima dan dipahami oleh orang lain. Semakin banyak kata yang
dikuasai, maka semakin lancar pula seseorang itu menyampaikan ide atau
gagasannya kepada orang lain. Seorang yang menguasai banyak kosa kata,
maka dengan mudah ia lancar mengadakan komunikasi dengan orang lain.
Seorang pengarang tidak asal menggunakan kata ketika akan menuliskan ide
atau gagasannya. Pengarang akan memilih kata mana yang tepat untuk
menuliskan ide atau gagasannya. Hal tersebut menyangkut kapan, di mana,
dan tujuaan penggunaan kata tersebut. Semua itu dimaksudkan untuk
memberikan tulisan yang menarik perhatian pembaca dengan maksud agar
pesan yang ditulis oleh pengarang dapat disampaikan kepada pembaca. Diksi
bisa dimanfaatkan dalam bahasa spanduk kampanye.
Pemakaian diksi dalam bahasa spanduk kampanye haruslah tepat dan
benar. Hal ini diupayakan agar apa yang ingin disampaikan oleh caleg dapat
diterima oleh masyarakat. Masing-masing caleg juga memiliki bahasa yang
berbeda-beda dalam menyampaikan visi dan misinya.
B. Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas maka ada dua rumusan masalah yang
dikaji dalam makalah ini antara lain:
1. Pemahaman terhadap QS. Al-Ahzab ayat 70 – 71 tentang etika berbicara
2. Pengertian diksi, definisi, dan kamus
3. Klasifikasi, kosakata berdasarkan diksi
4. Syarat-syarat ketetapan kata
5. Syarat-syarat kesesuaian diksi
6. Hubungan diksi dan kamus
7. Macam-macam diksi dan kamus

1
C. Tujuan Penulis
1. Memahami tentang etika berbicara sesuai dengan surat QS. Al-Ahzab ayat
70 – 71
2. Untuk mengetahui pengertian diksi, definisi, dan kamus
3. Mengetahu tentang Klasifikasi, kosakata berdasarkan diksi
4. Mengetahui syarat-syarat ketetapan kata
5. Mengetahui syarat-syarat kesesuaian diksi
6. Memahami hubungan diksi dan kamus
7. Mengetahui macam-macam diksi dan kamus

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pemahaman terhadap QS. Al-Ahzab ayat 70 – 71 tentang etika berbicara


Al-Qur’an yang menjelaskan bagaiama seorang muslim harus berakhlak
dan berbicara dengan baik terdapat dalam QS. al-Ahzᾱb 70-71 sudah dijelaskan
bahwa sebagai seorang muslim hendaklah kita beriman kepada Allah dan
Rasulullah serta mengucapkan perkataan yang benar dan Allah akan mengampuni
dosa-dosa manusia serta mendapatkan pahala yang besar. Berpijak pada latar
belakang di atas, maka peneliti tertarik menganalisis tentang permasalahan etika
berbicara dalam al-Qur’an melalui kitab tafsir al-Qur’an. Dalam penelitian ini,
peneliti mengambil tafsir dari Buya Hamka.
Tafsir al-Azhar karangan Hamka merupakan kitab tafsir Al-Qur’an yang
lengkap dalam bahasa Melayu yang boleh dianggap sebagai yang terbaik pernah
dihasilkan untuk masyarakat Melayu Muslim. Tafsir ini membantu memecahkan
segala problem yang dialami oleh umat Islam melalui petunjuk dan ajaran al-
Qur’an yang karenanya dapat diperoleh kebaikan dunia dan akhirat, serta berusaha
mempertemukan antara al-Qur’an dengan teori-teori ilmiah yang benar.
Didalamnya juga 6 Abdul Haris, Etika Hamka (Jogyakarta: LKiS Printing
Cemerlang, 2010), 68. berusaha menjelaskan kepada umat manusia bahwa al-
Qur’an itu adalah kitab suci yang kekal, yang mampu bertahan sepanjang
perkembangan zaman dan kebudayaan manusia sampai akhir masa, juga berusaha
melenyapkan kebohongan dan keraguan yang dilontarkan terhadap alQur’an
dengan argumen yang kuat yang mampu menangkis segala kebathilan, sehingga
jelas bagi mereka bahwa al-Qur’an itu benar.

B. Pengertian diksi, definisi, dan kamus


1. Pengertian Diksi 
Diksi adalah suatu pilihan kata yang tepat dan selaras dengan
penggunaannya dalam menyampaikan sebuah gagasan atau cerita yang

3
meliputi gaya bahasa, ungkapan, pilihan kata, dan lain-lain, sehingga
didapatkan efek sesuai dengan yang diinginkan.
Keterbatasan dalam kosa kata dapat mengakibatkan seseorang kesulitan
dalam menyampaikan maksudnya kepada orang lain. Dan jika orang
tersebut menggunakan kosa kata yang berlebihan, ini juga akan membuat
orang lain sulit mengerti pesan yang disampaikan.
Itu sebabnya para pembicara sering membaca dan berlatih agar menguasai
diksi atau pilihan kata ketika berbicara. Dengan diksi yang tepat maka
pendengar atau audiens dapat dengan mudah memahami maksud seorang
pembicara.
2. Pengertian Definisi
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), definisi adalah
kata, frasa, atau kalimat yang mengungkapkan makna, keterangan, atau
ciri utama dari orang, benda, proses, atau aktivitas; batasan (arti). Selain
itu, masih menurut KBBI, definisi bisa juga diartikan sebagai rumusan
tentang ruang lingkup dan ciri-ciri suatu konsep yang menjadi pokok
pembicaraan atau studi.
Dengan mengutip pendapat ahli bahasa Gorys Keraf, sifat dan
struktur definisi terbagi menjadi tiga macam, yakni:
1) Definisi nominal
Berupa sinonim atau yang biasa dipergunakan dalam kamus.
2) Definisi logis atau formal
Berisi penjelasan tentang kekhususan sesuatu. Misalnya, istilah
menulis didefinisikan sebagai bentuk penyampaian pesan dengan
menggunakan simbol tulisan seperti huruf.
3) Definisi luas
Definisi luas adalah definisi formal yang diperluas sehingga
membentuk suatu alenia atau lebih. Definisi luas biasa dipakai
pengarang untuk menjelaskan konsep yang rumit. Maka daripada itu,
apabila dibatasi dengan sebuah kalimat, maka penjelasannya menjadi
kurang lengkap. Berikut adalah tujuannya. Menjelaskan konsep yang

4
mudah kabur dalam pengertian banyak orang. Sebagai contoh: istilah
modern, rasionalisme atau kemerdekaan. Memberikan pengertian yang
lebih utuh tentang sebuah konsep. Memberikan makna yang ideal
daripada makna yang cuma memperlihatkan fakta-fakta saja.
3. Kamus
Kamus adalah sebuah buku berisi kata-kata dari sebuah bahasa, biasanya
disusun secara alfabetis, disertai keterangan akan artinya ucapannya,
ejaannya, dan sebagainya. Di dalam sebuah kamus yang ideal sepatutnya
diberikan juga keterangan tentang pemenggalan kata, informasi tentang
asal-usul kata, informasi tentang baku dan tidaknya sebuah kata, informasi
tentang kata-kata arkhais dan juga klasik, informasi tentang area
penggunaan kata, informasi tentang status sebuah kata, dan berbagai
informasi lainnya.
C. Klasifikasi Kata Berdasarkan Diksi
Diksi ialah pilihan kata. Maksudnya, kita memilih kata yang tepat untuk
menyatakan sesuatu. Pilihan kata merupakan satu unsur sangat penting, baik
dalam dunia karang – mengarang maupun dalam dunia tutur setiap hari.
Dalam memilih kata yang setepat-tepatnya untuk menyatakan suatu maksud,
kita tidak dapat lari dari kamus. Kamus memberikan suatu ketepatan kekpada
kita tentang pemakaian kata-kata. Dalam hal ini, makna kata yang tepatlah
yang diperlukan.
Kata yang tepat akan membantu seseorang menggungkapkan dengan
tepat apa yang ingin disampaikannya, baik lisan maupun tulisan. Di samping
itu, pemilihan kata itu harus pula sesuai dengan situasi dan tempat
penggunaan kata-kata itu.S
D. Syarat ketepatan kata
Syarat-syarat ketetapan kata adalah :
1) Membedakan makna denotasi dan konotasi dengan cermat.
Kalian sudah tahu apa itu denotasi dan konotasi? Kalau sudah tahu
syukur tinggal pengaplikasiannya saja. Namun, bagi yang belum
mengetahuinya akan diberikan penjelasan secara singkatnya.

5
Denotasi menurut KBBI adalah makna kata atau kelompok kata yang
didasarkan atas penunjukkan yang lugas pada sesuatu di luar bahasa atau
yang didasarkan atas konvensi tertentu dan bersifat objektif. Dapat
disimpulkan bahwa denotasi merupakan makna yang sebenarnya.
Sedangkan konotasi kebalikan dari denotasi yairu bagian dari pikiran
yang menimbulkan nilai rasa pada seseorang ketika berhadapan dengan
sebuah kata, atau makna yang ditambahkan pada makna denotasi. Dapat
disimpulkan bahwa konotasi bukan merupakan makna yang sebenarnya,
bisa berupa kiasan, bahasa cakapan, arkais atau ragam bahasa lainnya.
2) Membedakan secara cermat makna kata yang hampir bersinonim,
misalnya: adalah, ialah, yaitu, merupakan, dalam pemakaiannya berbeda-
beda.
Kata-kata yang hampir bersinonim ini kata yang bentuknya dan maknanya
hampir mirip, seperti pada contoh berikut ini.
(a) Anjelo si pengubah kata sandi arsip-arsip penting dan sangat terkenal.
(b) Perhitungan yang sangat jeli dalam audit perusahaan A menjadi peubah
peraturan yang mengetatkan perilaku karyawan.
katanya hampir sama, tetapi maknanya berbeda. Pada poin (a) bermakna
orang yang mengubah, dan memiliki kelas kata (nomina). Sedangkan (b)
bermakna besaran yang dapat mengambil salah satu dari suatu nilai dalam
himpunan tertentu, memiliki kelas kata (nomina) dan digunakan untuk
bidang statistik (stat)
3) Membedakan makna kata secara cermat kata yang mirip ejaanya,
misalnya: infrensi (kesimpulan) dan iterefrensi (saling mempengaruhi).
Berikut contohnya.
(a) intensif - insentif
(b) korporasi - koperasi
(c) korupsi - kolusi
(d) interferensi - inferensi
(e) preposisi - proposisi
(f) karton - kartun

6
4) Dapat Memahami dengan Tepat Makna Kata-kata Abstrak
Makna kata-kata abstrak yang dimaksud dalam hal ini, bukan abstrak
yang berdefinisi tidak berwujud atau tidak berbentuk, tetapi abstrak
yang berdefinisi sebagai ikhtisar, ringkasan, atau inti.
Contoh :
Keadilan, kebahagiaan, keluhuran, kebajikan, kebijakan, kebijaksanaan
Dalam kata-kata tersebut menyerempet inti yang sama, walau makna
berbeda, maka harus dapat memahami dengan tepar makna kata-kata
tersebut, agar tidak muncul kekeliruan dalam pengucapan atau
penulisan.
5) Dapat Memakai Kata Penghubung yang Berpasangan Secara Tepat
Pernahkah kalian saat berbiara atau pun menukis sebuah kalimat
keliru dengan penghubung yang berpasangan?
Contoh.
Aku bukan kuliah di kampus A, tetapi di kampus B
Pada kalimat tersebut salah, karena kata bukan tidak berpasangan
dengan tetapi. Jadi, yang benar adalah kata bukan berpasangan dengan
melainkan. Contoh.
Aku bukan kuliah di kampus A, melainkan di kampus B.
Contoh penghubung berpasangan lainnya adalah sebagai berikut.
Antara ... dan .... (benar) antara ... dengan ... (salah)
Tidak ... tetapi ... (benar) tidak ... melainkan ... (salah)
Baik ... maupun (benar) baik ... ataupun ... (salah)
6) Dapat Membedakan Kata Umum dan Kata Khusus
Agar dapat mudah kalian pahami, langsung saja ke dalam bentuk
contohnya :
Kata umum :
menghirup
Kata khusus :
mencium, membaui, bernapas, menghisap, mengendus

7
Pada kata umum menghirup, hanya merujuk pada sesuatu melalui
alat indera penciuman yaitu hidung, tetapi pada kata hirup dapat
dikhusukan ke dalam suatu objek tertentu atau dapat lebih diperjelas
lagi.
E. Syarat-syarat kesesuaian diksi
Tingkat perubahan tiap bahasa tergantung dari berbagai macam faktor:
kebutuhan untuk menyerap teknologi baru yang belum dimiliki, tingkat kontak
dengan bangsa-bangsa lain di dunia, kekayaan budaya asli yang dimiliki penutur
bahasanya, dll.
Di samping faktor-faktor tersebut, ada juga unsur bahasa bersyarat yang perlu
dijaga agar tidak merusak suasana. Syarat tersebut ialah:
1. Hindari unsur sub-standar dalam situasi yang formal.
2. Gunakan bahasa ilmiah dalam situasi khusus dan bahasa populer dalam
situasi umum.
3. Hindari jargon dalam tulisan untuk pembaca umum.
4. Hindari pemakaian kata-kata slang.
5. Jangan menggunakan kata percakapan dalam tulisan.
6. Hindari ungkapan usang (idiom yang mati).
7. Jauhilah bahasa yang artifisial.
F. Hubungan Diksi dan kamus
Berdasarkan hasil uji korelasi product moment diperoleh rhitung = 0,811
jika dibandingkan dengan rtabel pada tingkat kepercayaan 95% sebesar 0,344
menunjukkan bahwa rhitung rtabel . Hal tersebut berarti Ha diterima yang
menyatakan bahwa ada hubungan yang signifikan antara penguasaan diksi
dengan kemampuan menulis puisi.
Dari hasil perhitungan indeks determinasi tersebut, maka diketahui besar
sumbangan penguasaan diksi siswa adalah sebesar 65% dan sisanya
ditentukan faktor ± faktor lain. Hasil tersebut cukup sinkron dengan kerangka
teoretis maupun kerangka konseptual yang secara ringkas dinyatakan bahwa
ada hubungan antara penguasaan diksi dengan kemampuan menulis puisi.
G. Macam-Macaam Diksis dan Kamus

8
1) Macam – macam Diksi dalam Bahasa Indonesia
Diksi adalah salah satu peran yang sangat penting bagi dunia tulis menulis,
terutamanya dalam bidang sastra. Tanpa adanya diksi yang unik dan menarik,
maka pembaca tidak akan terkesan ketika membaca tulisan Anda. Mau tahu
apa saja macam-macam diksi dalam bahasa Indonesia? Yuk, cari tahu
jawabannya di bawah ini. 
1) Sinonim
Pilihan kata yang memiliki persamaan makna dinamakan sinonim.
Penulis yang menggunakan kata sinonim biasanya bermaksud untuk lebih
menyesuaikan ekspresi yang ingin diungkapkan dengan apa yang
dikatakan / dituliskan. Contoh: Tewas (ekspresi pengungkapan kata yang
kasar) dan wafat (ekspresi pengungkapan kata yang lebih halus)
2) Antonim
Pilihan kata yang memiliki makna berlawanan disebut antonim. Antonim
ini adalah kebalikan dari sinonim. Contoh : kata antonim dari luas adalah
sempit.
3) Polisemi
Frasa kata yang memiliki banyak makna dinamakan polisemi. Contoh :
Kata kepala yang bisa dimaknai sebagai bagian tubuh yang terletak di atas
leher. Kepala juga bisa dimaknai sebagai bagian yang terletak di sebelah
atas atau pun depan.
4) Homograf
Kata- kata yang memiliki tulisan sama namun mempunyai arti berbeda
begitu pula bunyinya dinamakan dengan homograf. Contoh : Tahu (tahu ini
bisa dimaknai sebagai makanan dan juga mengethui atau memahami
sesuatu.
5) Homofon
Kata-kata yang memiliki bunyi yang sama namun maknanya berbeda begitu
pula ejaanya dinamakan homofon. Contoh : massa dan masa (meskipun
bunyinya ketika diucapkan sama, namun ketika ditulis maka memiliki arti

9
yang berbeda di mana massa artinya adalah berat sementara masa adalah
waktu).
6) Homonim
Homonim adalah kata-kata yang memiliki ejaan yang sama tapi bunyinya
berbeda begitu pula maknanya. Contoh : Asep dan asep. (Asep yang
pertama adalah nama orang, sementara asep kedua, bagi orang dengan logat
bahasa Betawi yang kental, asap bisa juga diucapkan asep. Keduanya
memiliki ejaan yang sama, tapi beda makna dan bunyi).
7) Hiponim
Kata yang maknanya telah tercakup di dalam kata lainnya adalah definisi
dari hiponim. Contoh : Bawal yang telah termasuk ke dalam makna kata
ikan.
8) Hipernim
Hipernim merupakan kebalikan dari definis hiponim, yang berarti sebuah
kata telah mencakup makna kata lain. Contoh : kata “sempurna” telah
mencakup kata baik, bagus, indah dan sebagainya. Selain ke-delapan jenis
kata diksi, adapula kalimat denotatif dan konotatif yang mewakili sebuah
diksi. Apa itu denotatif dan konotatif?
1. Denotatif
Makna denotasi adalah makna yang coba diungkapkan dalam alam wajar
secara eksplisit. Wajar yang dimaksud dalam makna denotasi adalah makna
yang sesuai dengan apa adanya. Denotasi sendiri merupakan suatu
pengertian yang dikandung sebuah kata secara objektif. Contoh :
 Chris John benar-benar membanting tulang lawannya hingga tangan sang
lawan menjadi patah.
 Sebaiknya Ani harus menghindari kebiasaan menggigit jari, sebab jika
dibiarkan bisa sampai tua sangat tidak baik.
 Angga harus berlatih angkat kaki setelah terpeleset di kamar mandi.
 Pak Dani memiliki sapi perah yang sangat banyak di kandangnya.
 Terlalu lama menyimpan buku di dalam lemari yang kotor bisa
menyebabkan kutu buku

10
 Jari Adi terbakar ketika ia sedang asyik bermain api bersama teman-
temannya.
 Paman sedang berusaha untuk naik tangga memperbaiki genteng rumah
yang bocor.
 Meja hijau adalah meja yang identik dengan meja tenis
 Tangan kanan Aji terkilir dan sekarang ia kesakitan.
2. Konotatif
Makna konotasi adalah makna yang diungkapkan secara kultural atau
emosional yang bersifat subjektif. Kalimat konotasi melekat dalam suatu
frase sebagaimana dijelaskan dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia
(KBBI). Secara sederhananya, makna konotasi adalah frase atau kata yang
memiliki makna kata yang tidak sebenarnya. Konotasi sendiri dibagi
menjadi dua, yakni konotasi positif dan makna konotasi negatif. Untuk
makna konotasi positif, maka kalimat ini memiliki makna menyanjung
sementara makna konotasi negatif bermakna mencela atau menyindir.
Makna konotasi sendiri timbul dari sikap pribadi, sikap sosial, dan kriteria
tambahan yang dikenakan pada sebuah makna yang sudah terkonsep.  
 Semua permasalahan yang ada di perusahaan ini harus diselesaikan
dengan kepala dingin. (kepala dingin artinya tidak emosi dan sabar)
 Banyak sekali tikus kantor yang merajalela di Indonesia, KPK harus
lebih jeli lagi.(tikus kantor artinya koruptor)
 Perusahaan ABD yang terkenal itu akhirnya mulai gulung tikar dan tidak
mampu membayar karyawannya. (gulung tikar artinya bangkrut)
 Dudung adalah anak yang nakal dan suka bermuka tembok. (bermuka
tembok artinya tidak tahu malu)
 Dodit benar-benar orang yang pemalas dan berotak udang. (otak udang
artinya bodoh)
 Dani harus segera angkat kaki dari rumah kontrakannya jika tidak ingin
diusir secara paksa (angkat kaki artinya dipaksa keluar/pergi)

11
 Danial lebih suka makan dengan telur mata sapi daripada telur yang
diceplok. (telur mata sapi artinya telur ceplok).
 Rani menjadi besar kepala setelah menjadi juara berturut-turut di
kompetensi Biologi.  (besar kepala artinya sombong)
 Ketika muda ibu menjadi kembang desa yang banyak dikagumi.
(kembang desa artinya gadis pujaan)

2) Macam-Macam Kamus
Berdasarkan rentang waktu kamus dibagi menjadi:
a. Kamus linguistik sinkronis
Kamus linguistik diakronis berhubungan dengan sejarah dan
perkembangan kata-kata (unit leksikal) dan fungsi utama kamus ini
adalah untuk menangani pengembangan leksikon. Kamus linguistik
diakronis dibagi menjadi dua jenis, yakni kamus historikal dan
etimologikal. Kamus Historikal fokus pada perubahan yang terjadi
dalam bentuk dan arti kata (unit leksikal) dalam periode waktu yang
ada bukti sejarah. Adapun kamus etimologikal fokus pada asal usul
kata (unit leksikal). Kamus ini dianggap kamus yang menangani
prasejarah dari kata-kata.
b. Kamus linguistik sinkronis
Kamus linguisti sinkronis fungsinya adalah untuk menangani stok
leksikal suatu bahasa pada satu tahap perkembangannya. Istilah
sinkronis ini seolah-olah dihubungkan dengan keadaan bahasa pada
satu titik pada waktunya.
Berdasarkan isinya kamus dibagi menjadi:
1) Kamus Umum
Dalam kamus umum, dimuat kata-kata yang umum digunakan atau
yang ada dalam satu bahasa. Kamus ini menampung seluruh bidang
keilmuan yang beraneka ragam. Kamus Umum Bahasa Indonesia
karya W.J.S. Poerwadarminta adalah salah satu bentuk kamus umum.
Kata-kata yang agak khas atau spesifik tidak dimuat dalam kamus
tersebut.

13
2) Kamus Khusus
Kamus khusus adalah kamus yang lemanya terbatas mengenai satu
bidang ilmu atau bidang kegiatan. Dalam hal ini kekhususan itu dapat
dibagi dua, yaitu berkenaan dengan bahasa itu sendiri dan berkenaan
dengan bidang kegiatan atau keilmuan. Kamus yang berkaitan dengan
bidang kebahasaan mencakup kamus lafal, kamus ejaan, kamus
sinonim, kamus antonim, kamus homonim, kamus idiom/ungkapan,
kamus kata serapan, dan kamus peribahasa. Lalu, yang berkaitan
dengan kegiatan atau keilmuan, misalnya kamus istilah olehraga,
pertanian, kimia, perdagangan, keamanan, dan komputer. Pembatasan
jenis kamus umum dan kamus khusus dapat didasarkan pada variasi
bahasa yang dipahami, pada klasifikasi teks, atau pada prinsip-prinsip
yang ditentukan oleh peneliti kamus.
Berdasarkan penggunaan bahasa sasaran :
1) Kamus Ekabahasa (Monolingual)
Kamus ekabahasa adalah kamus yang bahasa sumbernya
sama dengan bahasa sasaran. Dengan kata lain, kata-kata yang
dimuat dalam kamus dijelaskan maknanya dengan kata-kata dari
bahasa sama.
2) Kamus Dwibahasa (Bilingual)
Kamus dwibahasa adalah kamus yang bahasa sumbernya
tidak sama dengan bahasa sasarannya. Artinya, kata-kata dari
bahasa yang dikamuskan dijelaskan dengan kata-kata dari bahasa
lain.
3) Kamus Aneka Bahasa (Multilingual)
Kamus aneka bahasa adalah kamus yang kata-kata bahasa
sumber dijelaskan dengan padanannya dalam tiga bahasa atau
lebih. Biasanya kata-kata bahasa sumber itu hanya dijelaskan
dengan padanan kata dari bahasa-bahasa sasaran. Jadi, kalau dalam
bahasa sumbernya bahasa A, padanannya diberikan dalam bahasa
B, C, D, dan sebagainya.

14
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Tafsir al-Azhar karangan Hamka merupakan kitab tafsir Al-Qur’an yang
lengkap dalam bahasa Melayu yang boleh dianggap sebagai yang terbaik pernah
dihasilkan untuk masyarakat Melayu Muslim. Tafsir ini membantu memecahkan
segala problem yang dialami oleh umat Islam melalui petunjuk dan ajaran al-
Qur’an yang karenanya dapat diperoleh kebaikan dunia dan akhirat, serta berusaha
mempertemukan antara al-Qur’an dengan teori-teori ilmiah yang benar.
Tingkat perubahan tiap bahasa tergantung dari berbagai macam faktor:
kebutuhan untuk menyerap teknologi baru yang belum dimiliki, tingkat kontak
dengan bangsa-bangsa lain di dunia, kekayaan budaya asli yang dimiliki penutur
bahasanya, dll.

B. Saran
Penulis tentunya masih menyadari jika makalah diatas masih terdapat
banyak kesalahan dan jauh dari kesempurnaan. Penulis akan memperbaiki
makalah tersebut dengan berpedoman pada banyak sumber serta kritik yang
membangun dari para pembaca.

15
DAFTAR PUSTAKA
Abdullah, M. Yatiman. Pengantar Studi Etika Jakarta: Grafindo Persada, 2005.
Ahmadi, Wahid. RisalahAkhlak: PanduanPerilakuMusim Modern. Solo: Era
Intermdia, 2004. Al-Ghazali, Imam. Bahaya Lidah. Jakarta: BumiAksara, 1992.
Angraini, Nina. 2014.Peningkatan Kemampuan Menulis Puisi Menggunakan
Model Sugestopedia pada Siswa kelas X SMA Swasta Parulian 2 Medan Tahun
Pembelajaran 2013/2014. Medan. Universitas Negeri Medan. Arikunto,
Suharsimi. 2013. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: Rineka
Cipta. Ambarita, Biner. 2010. Berbagai Pendekatan dalam Pengajaran Bahasa dan
Sastra Indonesia. Bandung : Alfabeta.

Anda mungkin juga menyukai