Anda di halaman 1dari 4

NAMA : MUHAMMAD SUDIAN ANPASA

KELAS : II E
DOSEN PENGAPUH : ZALI RAHMAN M.Ag.
MATA KULIAH : USUL PIQI
BIOGRAFI IMAM MALIKI

Abu abdullah Malik bin Anas bin Malik bin Abi Amirbin Amr bin al-Haris bin Ghaiman bin
Jutsail binAmr bin al-Haris Dzi Ashbah. Imam Malik dilahirkan di Madinah al Munawwaroh.
sedangkan mengenai masalah tahun kelahirannya terdapat perbedaaan riwayat. al-Yafii dalam
kitabnya Thabaqat fuqoha meriwayatkan bahwa Imam Malik dilahirkan pada 94 H. ibn
Khalikan dan yang lain berpendapat bahwa Imam Malik dilahirkan pada 95 H. Sedangkan
Imam Adz-Dzahabi meriwayatkan Imam Malik dilahirkan 90 H. Imam yahya bin bakir
meriwayatkan bahwa ia mendengar Malik berkata: " Aku dilahirkan pada 93 H ". dan inilah
riwayat yang paling benar (menurut al-Sam'ani dan ibn farhun)[3].

Imam Malik bin Anas dikenal luas akan kecerdasannya. Suatu waktu ia pernah dibacakan 31
buah Hadis Rasulullah SAW dan mampu mengulanginya dengan baik dan benar tanpa harus
menuliskannya terlebih dahulu.

Ia menyusun kitab Al Muwaththa', dan dalam penyusunannya ia menghabiskan waktu 40


tahun, selama waktu itu, ia menunjukan kepada 70 ahli fiqh Madinah.

Kitab tersebut menghimpun 100.000 hadis, dan yang meriwayatkan Al Muwaththa’ lebih dari
seribu orang, karena itu naskahnya berbeda beda dan seluruhnya berjumlah 30 naskah, tetapi
yang terkenal hanya 20 buah. Dan yang paling masyur adalah riwayat dari Yahya bin Yahyah
al Laitsi al Andalusi al Mashmudi.

Sejumlah ‘Ulama berpendapat bahwa sumber sumber hadis itu ada tujuh, yaitu Al Kutub as
Sittah ditambah Al Muwaththa’. Ada pula ulama yang menetapkan Sunan ad Darimi sebagai
ganti Al Muwaththa’. Ketika melukiskan kitab besar ini, Ibnu Hazm berkata,” Al Muwaththa’
adalah kitab tentang fiqh dan hadis, aku belum mengetahui bandingannya.

Hadis-hadis yang terdapat dalam Al Muwaththa’ tidak semuanya Musnad, ada yang Mursal,
mu’dlal dan munqathi. Sebagian ‘Ulama menghitungnya berjumlah 600 hadis musnad, 222
hadis mursal, 613 hadis mauquf, 285 perkataan tabi’in, disamping itu ada 61 hadis tanpa
penyandara, hanya dikatakan telah sampai kepadaku” dan “ dari orang kepercayaan”, tetapi
hadis hadis tersebut bersanad dari jalur jalur lain yang bukan jalur dari Imam Malik sendiri,
karena itu Ibn Abdil Bar an Namiri menentang penyusunan kitab yang berusaha
memuttashilkan hadis hadis mursal, munqathi’ dan mu’dhal yang terdapat dalam Al
Muwaththa’ Malik.

Imam Malik menerima hadis dari 900 orang (guru), 300 dari golongan Tabi’in dan 600 dari
tabi’in tabi’in, ia meriwayatkan hadis bersumber dari Nu’main al Mujmir, Zaib bin Aslam,
Nafi’, Syarik bin Abdullah, Az-Zuhri, Abi az Ziyad, Sa’id al Maqburi dan Humaid ath
Thawil, muridnya yang paling akhir adalah Hudzafah as Sahmi al Anshari.

Adapun yang meriwayatkan darinya adalah banyak sekali di antaranya ada yang lebih tua
darinya seperti Az-Zuhri dan Yahya bin Sa’id. Ada yang sebaya seperti Al-Auza’i, Sufyan
Ats-Tsauri, Sufyan bin Uyainah, Al-Laits bin Sa’ad, Ibnu Juraij dan Syu’bah bin Hajjaj.
Adapula yang belajar darinya seperti Asy Safi’i, Ibnu Wahb, Ibnu Mahdi, al Qaththan dan
Abi Ishaq.

Malik bin Anas menyusun kompilasi hadis dan ucapan para sahabat dalam buku yang
terkenal hingga kini, Al Muwatta.
NAMA : MUHAMMAD SUDIAN ANPASA
KELAS : II E
DOSEN PENGAPUH : ZALI RAHMAN M.Ag.
MATA KULIAH : USUL PIQI

BIOGRAFI IMAM HANAFI

Imam Hanafi lahir pada tahun 80 Hijriyah (H) bertepatan dengan 699 Masehi (M) di sebuah
kota bernama Kufah. Sejatinya, nama Imam Hanafi adalah Nu'man bin Tsabit bin Marzaban
Al-Farisi yang bergelar Al-Imam Al-A'zham.

Ketika lahir, pemerintah kekhalifahan Islam dipimpin oleh Abdul Malik bin Marwan,
keturunan kelima Bani Umayyah. Ia hidup dalam keluarga yang saleh. Ia juga sudah hafal
Alquran sejak masih usia anak-anak dan merupakan orang pertama yang menghafal hukum
Islam dengan cara berguru.

Saat masih kecil, Imam Hanafi biasa ikut rombongan pedagang minyak dan kain sutra.
Bahkan, dia memiliki toko untuk berdagang kain.

Dalam perjalanan waktu, Imam Hanafi yang dikenal sebagai orang yang haus akan ilmu
pengetahuan, khususnya dalam ilmu agama, menjadi seorang ahli dalam bidang ilmu fikih
dan menguasai bebagai bidang ilmu agama lain, seperti ilmu tauhid, ilmu kalam, ilmu hadis,
serta ilmu kesusasteraan dan hikmah. Tak sebatas menguasai banyak ilmu, ia juga dikenal
dapat menyelesaikan masalah-masalah sosial keagamaan yang rumit.

Yazid bin Harun mengatakan, ''Saya tidak melihat seorang pun yang lebih cerdas dari Imam
Abu Hanifah.'' Kalimat yang hampir sama juga terlontar dari Imam Syafi'i, ''Tidak seorang
pun yang mencari ilmu fikih, kecuali dari Abu Hanifah. Ucapannya itu sesuai dengan apa
yang datang dari Rasulullah SAW dan apa yang datang dari para sahabat.''

Kemahirannya dalam berbagai disiplin ilmu agama itu ia pelajari dari sejumlah ulama besar
masa itu. Di antaranya adalah Atho' bin Abi Rabbah, Asy-Sya'bi, Adi bin Tsabit,
Abdurrahman bin Hurmuj al-A'raj, Amru bin Dinar, dan Thalhah bin Nafi'. Ia juga belajar
kepada ulama lainnya, seperti Nafi' Maula Ibnu Umar, Qotadah bin Di'amah, Qois bin
Muslim, Abdullah bin Dinar, Hamad bin Abi Sulaiman (guru fikihnya), Abu Ja'far Al-Baqir,
Ibnu Syihab Az-Zuhri, dan Muhammad bin Munkandar.

Sepanjang 70 tahun masa hidupnya, Imam Hanafi tidak melahirkan secara langsung karya
dalam bentuk kitab. Ide, pandangan, dan fatwa-fatwanya seputar kehidupan keagamaan
ditulis dan disebarluaskan oleh murid-muridnya. Karya-karya fikih yang dinisbatkan
kepadanya adalah Al-Musnad dan Al-Kharaj.

Salah satu muridnya yang terkenal adalah Muhammad bin Al-Hassan Al-Shaibani, guru
Imam Syafi'i. Melalui goresan tangan para muridnya itu, pandangan-pandangan Imam Hanafi
menyebar luas di negeri-negeri Islam, bahkan menjadi salah satu mazhab yang diakui oleh
mayoritas umat Islam.

Beberapa muridnya yang lain adalah Ibrahim bin Thahman seorang alim dari Khurasan,
Abyadh bin Al-Aghar bin Ash-Shabah, Ishaq al-Azroq, Asar bin Amru Al-Bajali, Ismail bin
Yahya Al-Sirafi, Al-Harits bin Nahban, Al-Hasan bin Ziyad, dan Hafsh bin Abdurrahman al-
Qadhi. Hamzah--teman penjual minyak wangi--juga pernah berguru kepadanya. Begitu juga
dengan Dawud Ath-Thai, Sulaiman bin Amr An-Nakhai, Su'aib bin Ishaq, Abdullah ibnu
Mubarok, Abdul Aziz bin Khalid at-Turmudzi, Abdul karim bin Muhammad al-Jurjani, dan
Abdullah bin Zubair al-Qurasy.
NAMA : MUHAMMAD SUDIAN ANPASA
KELAS : II E
DOSEN PENGAPUH : ZALI RAHMAN M.Ag.
MATA KULIAH : USUL PIQI
BIOGRAFI IMAM SYAFI’I

Imam Syafi'i (150-204 Hijriyah) nama aslinya Muhammad bin Idris Asy-Syafi'i . Namun kita biasa
memanggilnya Imam Asy-Syafi'i. Beliau mendapat julukan Nashih Al-Hadits (pembela Sunnah
Nabi).

Syeikh Ahmad Al-Misri (Dai asal Mesir) menyampaikan biografi Imam Syafi'i saat kajian di Masjid
Raya Al-Ittihad Tebet, Jakarta Selatan, belum lama ini. Mayoritas di Indonesia adalah pengikut
Mazhab Syafi'i . Kenapa di Indonesia mayoritas bermazhab Syafi'i? Kata Syeikh Ahmad, karena dulu
orang yang pertama mengajarkan ilmu fiqih Mazhab Syafi'i di Indonesia dibawa oleh pedagang dari
Yaman yang juga bermazhab Syafi'i .

"Mayoritas penduduk Yaman dan Mesir itu mengikuti Mazhab Syafi'i. Karena itu kita perlu
mengetahui siapa urunya, murid-muridnya karena tak kenal maka tak sayang," kata Dai yang kini
bermukim di Srengseng Jakarta Barat itu.(Baca Juga: Imam Syafi'i Nimba Ilmu dari Ratusan
Guru, Ini yang Paling Berpengaruh )

Imam asy-Syafi'i radhiyallaahu 'anhu, kalau disebut demikian jangan langsung 'menuduh'. Kalau
disebut radhiyallahu 'anhu artinya dua, yang pertama artinya bisa Allah telah meridhai para sahabat.
Kalau untuk para ulama bentuknya doa semoga Allah Ta'ala meridhai.

Nasab Imam Syafi'i


Nama beliau Muhammad bin Idris bin Al-Abbas bin Utsman bin Syafi' bin As-Sa'ib bin Ubaid bin
Abdi Yazid bin Hasyim bin al-Muththalib bin Abdul Manaf bin Qushay bin Kilab bin Murrah bin
Ka'ab bin Lu'ay bin Ghalib bin Fihr bin Malik bin an-Nadhr bin Kinanah bin Khuzaimah bin
Mudrikah bin Ilyas bin Mudhar bin Nizar bin Ma'ad bin Adbab. Nasabnya bertemu dengan kakeknya
Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam yakni Abdul Manaf.
NAMA : MUHAMMAD SUDIAN ANPASA
KELAS : II E
DOSEN PENGAPUH : ZALI RAHMAN M.Ag.
MATA KULIAH : USUL PIQI
IMAM HAMBALI

Ilmu yang pertama kali dikuasai adalah Al Qur'an hingga ia hafal pada usia 15 tahun, ia juga
mahir baca-tulis dengan sempurna hingga dikenal sebagai orang yang terindah tulisannya.
Lalu, ia mulai konsentrasi belajar ilmu hadits di awal umur 15 tahun itu pula. Ia telah
mempelajari Hadits sejak kecil dan untuk mempelajari Hadits ini, ia pernah pindah atau
merantau ke Syam (Syiria), Hijaz, Yaman dan negara-negara lainnya sehingga ia akhirnya
menjadi tokoh ulama yang bertakwa, saleh, dan zuhud. Abu Zur'ah mengatakan bahwa
kitabnya yang sebanyak 12 buah sudah dihafalnya di luar kepala. Ia menghafal sampai sejuta
hadits. Imam Syafi'i mengatakan tentang diri Imam Ahmad, "Setelah saya keluar dari
Baghdad, tidak ada orang yang saya tinggalkan di sana yang lebih terpuji, lebih shaleh dan
yang lebih berilmu daripada Ahmad bin Hambal". Abdur Rozzaq Bin Hammam yang juga
salah seorang guru dia pernah berkata, "Saya tidak pernah melihat orang se-faqih dan se-
wara' Ahmad Bin Hanbal"[2]

Keadaan fisik

Muhammad bin ‘Abbas An-Nahwi bercerita, Saya pernah melihat Imam Ahmad bin Hambal,
ternyata Badan dia tidak terlalu tinggi juga tidak terlalu pendek, wajahnya tampan, di
jenggotnya masih ada yang hitam. Ia senang berpakaian tebal, berwarna putih dan bersorban
serta memakai kain. Yang lain mengatakan, “Kulitnya berwarna coklat (sawo matang)”

Keluarga

Dia menikah pada umur 40 tahun dan mendapatkan keberkahan yang melimpah. Ia memiliki
anak-anak yang shalih dari istri-istinya, yang mewarisi ilmunya, seperti Abdullah dan Shalih.
Bahkan keduanya sangat banyak meriwayatkan ilmu dari bapaknya.

Kecerdasan

Putranya yang bernama Shalih mengatakan, ayahku pernah bercerita, “Husyaim meninggal
dunia saat saya berusia dua puluh tahun, kala itu saya telah hafal apa yang kudengar darinya”.

Abdullah, putranya yang lain mengatakan, Ayahku pernah menyuruhku, “Ambillah kitab
mushannaf Waki’ mana saja yang kamu kehendaki, lalu tanyakanlah yang kamu mau tentang
matan nanti kuberitahu sanadnya, atau sebaliknya, kamu tanya tentang sanadnya nanti
kuberitahu matannya”.

Abu Zur’ah pernah ditanya, “Wahai Abu Zur’ah, siapakah yang lebih kuat hafalannya? Anda
atau Imam Ahmad bin Hambal?” Dia menjawab, “Ahmad”. Ia masih ditanya, “Bagaimana
Anda tahu?” dia menjawab, “Saya mendapati di bagian depan kitabnya tidak tercantum
nama-nama perawi, karena dia hafal nama-nama perawi tersebut, sedangkan saya tidak
mampu melakukannya”. Abu Zur’ah mengatakan, “Imam Ahmad bin Hambal hafal satu juta
hadits”.

Anda mungkin juga menyukai