ILMU
DISUSUN OLEH :
TAHUN 2018
Pendahuluan
Islam adalah agama yang menjunjung tinggi ilmu pengetahuan. Ilmu dianggap
sebagai sesuatu yang mulia sehingga Allah SWT meninggikan derajat orang yang
menuntut ilmu. Menuntut ilmu juga merupakan salah satu ibadah yang besar nilainya.
Islam mewajibkan umatnya untuk mencari dan memperkaya dirinya dengan ilmu, hal
ini menunjukkan betapa pentingnya kedudukan ilmu di dalam Islam. Ilmu merupakan
tiang kehidupan, dasar kebangkitan umat, dan sarana mencapai kemajuan baik pada
individu maupun masyarakat.
Namun pada zaman yang serba modern ini, ilmu banyak digunakan untuk hal-
hal yang negatif serta tidak menempatkan ilmu pada tempatnya. Hal ini bisa terjadi
karena ketidakseimbangan antara ilmu agama dan ilmu dunia yang diperoleh, sehingga
banyak beredar pengetahuan yang bisa dikatakan menyimpang dari ajaran agama Islam.
Untuk dapat merealisasikan Islam dibutuhkan ilmu dan mengembangan ilmu juga perlu
diatur oleh agama.
“Hisyam bin Amar menceritakan kepada kami, (dengan berkata) Hafish bin
Sulaiman menceritakan kepada kami. (Ia menyebutkan) Katsir bin Sindzir
meriwayatkan kepada kami. (Ia menyebutkan) dari Muhammad bin Sirin, dari
Anas bin Malik, ia berkata: Rasulullah SAW bersabda “Menuntut ilmu
hukumnya wajib bagi setiap muslim. Dan orang yang menyerahkan keilmuan
kepada yang bukan ahlinya, seperti orang yang mengalungkan intan, permata,
dan emas di leher babi”.
Dari hadis yang diriwayatkan Ibnu Majah ini dapat disimpulkan bahwa
menuntut ilmu itu wajib bagi setiap muslim, serta tidak untuk memberikan ilmu
kepada orang yang enggan menerimanya, karena orang yang enggan menerima
ilmu tidak akan mau mengamalkan ilmu tersebut dan dikhawatirkan akan
menyalahgunakan ilmu tersebut. Seseorang yang berbicara ilmu kepada orang
yang bukan ahlinya berarti melakukan penganiayaan terhadap ilmu tersebut,
seperti halnya menggantungkan suatu benda yang sangat berharga kepada
binatang yang rendah, seperti babi.
3. I’tibar al-Sanad
I’tibar al-Sanad bertujuan untuk melihat secara keseluruhan jalur sanad
yang diteliti, nama-nama perawi, dan metode periwayatan yang digunakan,
dilihat dari adanya pendukung yang berstatus mutabi’ atau musyahid.
Hadis tentang kewajiban menuntut ilmu yang diriwayatkan oleh Ibnu
Majah ini melibatkan enam orang perawi, yaitu:
a. Anas bin Malik
b. Muhammad bin Sirin
c. Katsir bin Syindzir
d. Hafish bin Sulaiman
e. Hisyam bin Amar
f. Ibnu Majah
Skema sanad hadis:
أنس بن مالك
محمد بن سيرين
كثير بن شنظير
حفص بن سليمان
هشام بن عمار
ابن ماجه
6. Ibnu Majah
Nama lengkapnya adalah Muhammad bin Yazid Ibn Majah al Rubay’iy
al Qazwaini al Hafidz. Nama Majah adalah laqab ayahnya. Sementara itu, al
Qazwini juga dianggap sebagai nama lain yang dinisbatkan kepada Ibnu
Majah, karena merupakan tempat dimana ia tumbuh dan berkembang.
Sedangkan tempat kelahiran Ibnu Majah tidak ada sumber yang
menjelaskannya. Ia lahir pada tahun 209 H dan wafat dalam usia 74 tahun,
tepatnya pada hari selasa tanggal 22 Ramadhan tahun 273 H.
Guru pertama Ibnu Majah adalah Ali ibn Muhammad al Tanafasy dan
Jubarah al Mughlis. Sejumlah guru yang lain Mus’ab ibn Abdullah al
Zubairi, Abu Bakar ibn Abi Syaibah, Hisyam bin Ammar.
Sedangkan muridnya adalah Muhammad ibn Isa al Abhari, Abu Hasan al
Qattan, Ibn Sibawaih.
Penilaian ulama terhadap Ibnu Majah adalah dalam tingkatan yang baik
dan tinggi. Seperti penilaian al Mizzy bahwa beliau sosok orang yang alim,
seorang pengarang kitab yang bermanfaat dan memiliki pengalaman yang
luas. Abu Ya’la al Khalili menilai bahwa ibn Majah dapat dipercaya, dapat
dijadikan hujjah, banyak mengetahui hadits dan menghafalnya, dan banyak
melakukan perjalanan ilmiah keberbagai kota untuk menulis hadis. Ibnu
Majah adalah pengumpul hadis yang tertuang dalam kitab sunan Ibnu Majah
yang masih ada hingga saat ini, walaupun karya tersebut tergolong sedikit
dibanding ulama yang tergolong pengumpul hadis dalam jajaran
kutubuttis’ah.
Penutup
Hadis tentang kewajiban menuntut ilmu yang diriwayatkan oleh Ibnu Majah ini
digolongkan hadis dho’if karena terdapat satu perawi yang dinilai dho’if pada
sanadnya. Namun tidak menutup kemungkinan hadis ini bisa naik derajatnya menjadi
hadis hasan apabila dilihat dari jalur sanad lainnya ataupun dari segi matan.
Menuntut ilmu itu sendiri diwajibkan dalam Islam. Hadis tentang menuntut ilmu
bukan hanya sekedar perintah wajib menuntut ilmu saja, melainkan juga
mengamalkannya dalam kehidupan sehari-hari. Oleh karena itu, hendaknya kita
mengambil nilai dari ilmu yang kita miliki dan memahami tujuan dari pendidikan
karena pada dasarnya pendidikan itu untuk memanusiakan manusia dan menjadikan
kehidupan lebih baik.