Anda di halaman 1dari 4

KEWAJIBAN MENUNTUT ILMU

UNTUK MEMENUHI TUGAS AKHIR SEMESTER MATA KULIAH ULUMUL


HADIST
Dosen pengampu : Enan kusnandar M.Pd

Disusun oleh:
 Latifah Munawaroh (0106.2201.006)

PROGRAM STUDI
PENDIDIKAN ISLAM ANAK USIA DINI (PIAUD)
STAI DR. KHEZ MUTTAQIEN
PURWAKARTA
2022 – 2023
A. Hadis Tentang Menuntut Ilmu Hadis ini berdasarkan kitab Sunan Ibnu Majah nomor 220
mengenai pentingnya menuntut ilmu.
‫ حدثنا كثير بن شنظ ير عن محمد بن‬. ‫ حدثنا حفص بن سليمان‬. ‫هشام بن عمار‬
( ‫ قال رسول هللا صلى هللا عليه و سلم طلب العلم فريضة‬: ‫على كل مسلم وواضع العلم )سيرين عن أنس بن مالك قال‬
‫عند غير أهله كمقلد الخنازير الجوهر واللؤلؤ والذهب‬

“Hisyam bin Amar menceritakan kepada kami, Hafish bin Sulaiman menceritakan
kepada kami Katsir bin Sindzir meriwayatkan lalu menyebutkan dari Muhammad bin
Sirin, dari Anas bin Malik, ia berkata: Rasulullah SAW bersabda “Menuntut ilmu
hukumnya wajib bagi setiap muslim. Dan orang yang menyerahkan keilmuan kepada yg
bukan ahlinya, seperti orang yang mengalungkan intan, permata, dan emas di leher babi”.
B. Matan dari hadits ini adalah

‫ حدثنا‬. ‫محمد بن هشام بن عمار‬. ‫كثي محمد ر بن سيرين أنس بن مالك قال رسول هللا ا بن شنظ حفص بن سليمان‬
C. Sanad dari hadits tentang mencari ilmu yaitu;
‫طلب العلم فريضة) على كل مسلم وواضع العلم‬
D. Perawi dari hadits ini adalah ibnu majah
E. Skema hadits
‫رسول هللا ى صل هللا عليه وسله‬
‫أنس بن مالك‬

‫محمد بن سيرين‬

‫كثير بن شنظير‬

‫حفص بن سليمان‬

‫هشام بن عمار‬

‫ابن ماجه‬
F. Biografi sanad
1) Anas bin Malik

Nama lengkapnya adalah Anas bin Malik bin Zaid bin al-Nadlar bin Dlamdlam bin
Zaid bin Haram. Ia termasuk seorang sahabat ke 3 yang banyak meriwayatkan hadis.
Beliau lahir di Makkah dan berdomisili di Basrah, meninggal pada tahun 93 H.
berdasarkan kaidah umum dalam ilmu hadis bahwa semua sahabat itu adil, maka keadilan
dan kedhabitannya dapat diterima, sehingga tidak perlu dipertanyakan lagi
kredibilktasnya.Guru beliau antara lain: Nabi Muhammad SAW, Ubay bin Ka’ab, Zaid
bin Arqam, Tsabit bin Qois. Murid beliau antara lain: Muhammad bin Sirin, Muhammad
bin Malik, Muhammad bin Muslim, dan lain-lain.
2) Muhammad bin Sirin

Nama lengkapnya adalah Muhammad bin Sirin bin Maula Anas bin Malik. Beliau
salah satu termasuk tabi’in yang menetap dan meninggal di Basrah pada tahun 110 H.
Guru beliau antara lain: Ibn al-A’la, al Hadlrami, Abu Ubaidah bin Huzaifah al Yaman,
Anas bin Malik. Murid beliau antar lain: Abu al-‘Amr bin al-A’la bin Ammar, Abu
Ma’an, Katsir bin Syindzir. Penilaian kritikus hadis terhadapnya seperti yang
disampaikan oleh Ahmad bin Hambal, Yahya bin Ma’in, Al Ijli, mengatakan bahwa
beliau tsiqah.Muhammad Bin Sirrin juga lahir dua tahun menjelang masa pemerintahan
utsman,ia sempat bertemu dengan 30 orang sahabat,tapi belum pernah melihat Abu Bakar
As-sidiq dan Abu Dzar Alghifari
3) Katsir bin Sindzir

Nama lengkapnya adalah Katsir bin Sindzir al Maziny. Beliau lahir di Basrah. Ia
termasuk golongan yang tidak pernah bertemu sahabat dan menempati thabaqat ke-6 dan
termasuk tabi’in yang paling muda. Guru beliau antara lain: Hasan bin Abi Hasan Yasar,
‘Atha’ bin Abi Rabbah Aslam, Anas bin Sirin, dan Muhammad bin Sirin. Murid beliau
antara lain Said bin Abi Aruwiyah, Hammad bin Zaid, Abdal Warits bin Said, Aban bin
Yazid al Aththar, dan Hafs bin Sulaiman. Penilaian ulama terhadapnya seperti yang
dikatakan ahmad bin Hambal bahwa beliau shalih al hadits, Ishaq bin Manshur
menilainya shalih, Ishaq bin al Nasa’I menilainya laisa bil qowwiy.
4) Hafsh bin Sulaiman

Nama lengkapnya adalah Hafsh bin Sulaiman al Usdy al Bazaz. Beliau lahir di Kufah
dan wafat pada tahun 180 H. Ia termasuk dalam tingkatan pertengahan tabi’in (thabaqat
7). Gurunya antara lain: Sammak bin Harb bin Aus, Katsir bin Zadan dan Katsir bin
Syindzir. Sedangkan salah satu muridnya adalah Hisyam bin Ammar. Kualitas
periwayatannya dapat dilihat dari penuturan Abdullah bin ahmad menilainya sholih.
Waqi’ bin al Jarrah yang menilainya tsiqoh. Dar Al Qutni menyatakan dho’if. Ahmad bin
Hanbal menyatakan ma bihi ba’s. Yahya bin Ma’in menyatakan laisa bi tsiqah. Ali bin
Madaniy dan Abu Zur’ah menilai dhaif al hadits.
5) Hisyam bin Ammar

Nama lengkapnya adalah Hisyam bin Ammar bin Nushair bin Maisarahbin ‘Abban.
Beliau lahir di Syam pada tahun 153 H dan wafat di Dujjail ditahun 245 H. Beliau hidup
dimasa tabi’tabiin. Diantara gurunya adalah Hafsh bin Sulaiman dan diantara muridnya
adalah Abu Daud, Al Nasa’I, Ibnu Majah. Ia termasuk rawi yang dinilai shuduqun kabir
oleh Dar al Qutny. Akan tetapi Ibrahim bin Junaid, al Ijli, dan Ibnu Hibban menilai
tsiqah, Al nasa’I menilai la ba’sa bih.
6) Biografi riwayat Ibnu Majah

Nama lengkapnya adalah Abu Abdullah Muhammad bin Yazid Ibn Majah al Robii al
Qazwaini al Hafidz dari desa qazwin,iran. Nama Majah adalah laqab ayahnya. Sementara
itu, al - Qazwini juga dianggap sebagai nama lain yang dinisbatkan kepada Ibnu Majah,
karena merupakan tempat dimana ia tumbuh dan berkembang. Sedangkan tempat
kelahiran Ibnu Majah tidak ada sumber yang menjelaskannya. Ia lahir pada tahun 209 H
dan wafat dalam usia 74 tahun, tepatnya pada hari selasa tanggal 22 Ramadhan tahun 273
H. Guru pertama Ibnu Majah adalah Ali ibn Muhammad al Tanafasy dan Jubarah al
Mughlis. Sejumlah guru yang lain Mus’ab ibn Abdullah al Zubairi, Abu Bakar ibn Abi
Syaibah, Hisyam bin Ammar.Sedangkan muridnya adalah Muhammad ibn Isa al Abhari,
Abu Hasan al Qattan, Ibn Sibawaih,Sahabatnya diantaranya yaitu Malik dan Al-Laits.
Penilaian ulama terhadap Ibnu Majah adalah dalam tingkatan yang baik dan tinggi.
Seperti penilaian al Mizzy bahwa beliau sosok orang yang alim, seorang pengarang kitab
yang bermanfaat dan memiliki pengalaman yang luas. Abu Ya’la al Khalili menilai
bahwa ibn Majah dapat dipercaya, dapat dijadikan hujjah, banyak mengetahui hadits dan
menghafalnya, dan banyak melakukan perjalanan ilmiah keberbagai kota untuk menulis
hadis. Ibnu Majah adalah pengumpul hadis yang tertuang dalam kitab sunan Ibnu Majah
yang masih ada hingga saat ini, walaupun karya tersebut tergolong sedikit dibanding
ulama yang tergolong pengumpul hadis dalam jajaran kutubuttis’ah. Setelah dilakukan
penelusuran sanad, dalam hadis yang diriwayatkan oleh Ibnu Majah ini terdapat penilaian
negatif terhadap salah satu periwayat, yaitu Hafsh bin Sulaiman. Beliau dinilai dho’if
oleh ulama kritikus hadis sehingga hadis tersebut mencapai derajat dho’if.
Kesimpulan
Hadis tentang kewajiban menuntut ilmu yang diriwayatkan oleh Ibnu Majah ini
digolongkan hadis dho’if karena terdapat satu perawi yang dinilai dho’if pada sanadnya. Namun
tidak menutup kemungkinan hadis ini bisa naik derajatnya menjadi hadis hasan apabila dilihat
dari jalur sanad lainnya ataupun dari segi matan. Menuntut ilmu itu sendiri diwajibkan dalam
Islam. Hadis tentang menuntut ilmu bukan hanya sekedar perintah wajib menuntut ilmu saja,
melainkan juga mengamalkannya dalam kehidupan sehari-hari. Oleh karena itu, hendaknya kita
mengambil nilai dari ilmu yang kita miliki dan memahami tujuan dari pendidikan karena pada
dasarnya pendidikan itu untuk memanusiakan manusia dan menjadikan kehidupan lebih baik.

Anda mungkin juga menyukai