Penelusuran Hadits
Penelusuran hadis dilakukan ke berbagai buku induk hadis yang masih lengkap sanad dan
matannya. Cara pencariannya dengan metode takhrij dengan menggunakan lafadz-lafadz yang
terdapat dalam matan hadis. Pemilihan metode ini dianggap relatif lebih mudah untuk
menelusuri hadis yang sedang diteliti dengan cara memilih salah satu lafadz yang terdapat
dalam rangkaian matan hadis sebagai kata kunci.
-2178
. " " :
2. Sunan Ibnu Mjah, bab Thalq, juz 1, halaman 650
. - 2018
) - :
. (
Nabi Muhammad
SAW
Ibnu Umar
Muhammad bin
Khalid
C. Kesimpulan
Dari hasil pencarian yang dilakukan oleh penulis mengenai kualitas hadits tentang
perkara halal yang dibenci oleh Allah adalah Thalaq, dapat disimpulkan sebagai berikut:
1. Dilihat dari jumlah perawinya hadits tersebut termasuk Hadits Ahad. Karena perawinya
tidak mencapai tingkat mutawatir.
2. Kualitas para periwayatnya ada yang kurang kuat hafalannya yaitu Ubaidillah bin al
Walid, namun sanadnya bersambung sampai kepada Nabi SAW, sehingga sanadnya
berkualitas Dloif, akan tetapi karena ada hadits muttabi yang diriwayatkan oleh Abu
Dawud dan shohih maka hadits tersebut naik tingkatan menjadi hadits Hasan Li Ghoirihi.
3. Sedangkan kualitas matannya adalah Shahih, karena tidak ditemukan illat dan syadz.
4. Jadi secara Umum hadits ini berkualitas Hasan Li Ghoirihi dan tidak dapat dipakai
sebagai hujjah.
5. Namun jika hadits yang digunakan melalui jalur Abu Dawud maka hadits tersebut Shahih
dan dapat dijadikan hujjah.
A. Penelusuran Hadits
Penelusuran hadis dilakukan ke berbagai buku induk hadis yang masih lengkap sanad dan
matannya. Cara pencariannya dengan metode takhrij dengan menggunakan lafadz-lafadz yang
terdapat dalam matan hadis. Pemilihan metode ini dianggap relatif lebih mudah untuk
menelusuri hadis yang sedang diteliti dengan cara memilih salah satu lafadz yang terdapat
dalam rangkaian matan hadis sebagai kata kunci.
1187 -
) (.
2. Sunan Ab Dud, bab Khulu, juz 1, halaman 676
2226 -
) ( .
3. Musnad Shohabah (Ibnu Mjah), juz 40, halaman 221
-2055
) (.
4. Musnad Shohabah (Ahmad bin Hambal), juz 40, halaman 221
-22433
) (.
B. Takhrij Hadits
Fokus penelitian dalam hal ini adalah riwayat imam Ibnu Mjah dengan transmisi
periwayatan seperti terlihat pada bagan di bawah ini:
4. Ayyb
a. Nama Lengkap
Ayyub bin Abi Tamimah dengan kunyah Abu Bakar Al-Bashri. Wafat pada tahun
sebelum 131 H.
b. Guru
Kurang lebih berjumlah 58 orang, diantaranya:
1) Abi Qilabah Al-Bashri
2) Ibrahim bin Marrah
3) Al-Hasan Al-Bashri
4) Zaid bin Aslam
c. Murid
Kurang lebih berjumlah 57 orang, diantaranya:
1) Hammad bin Zaid
2) Jarir bin Hazim
3) Al-Hasan bin Abi Jafar
4) Sufyan Al-Tsauriy
5. Hammd bin Zaid
a. Nama Lengkap
Hammad bin Zaid bin Dirham, dengan kunyah Abu Ismail. Wafat pada tahun 179 H.
b. Guru
Kurang lebih berjumlah 116 orang, diantaranya:
1) Ayyub bin Abi Tamimah
2) Ibrahin bin Uqbah
3) Jamil bin Marrah
4) Khalid bin Salamah
c. Murid
Kurang lebih berjumlah 97 orang, diantaranya:
1) Muhammad bin Al-Fadl
2) Ishaq bin Abi Ibrahim
3) Said bin Manshur
4) Syaiban bin Furukh
6. Muhammad bin Al-Fadl
a. Nama Lengkap
Muhammad bin Al-Fadl Al-Sudusi, dengan kunyah Abu Al-Numan Al-bashri. Wafat
pada tahun 224 H.
b. Guru
Kurang lebih berjumlah 20 orang, diantaranya:
1) Hammad bin Zaid
2) Jarir bin Hazim
3) Said bin Zaid
4) Abdul Wahid bin Ziad
c. Murid
Kurang lebih berjumlah 42 orang, diantaranya:
1) Ahmad bin Al-Azhar
2) Yahya bin Mathraf
3) Ismail bin Ishaq Al-Qadhi
4) Hajjaj bin Syair
7. Ahmad bin Al-Azhr
a. Nama lengkap
Ahmad bin Al-Azhar bin Muni, dengan kunyah Abu Al-Azhar Al-Naisaburi. Wafat
pada tahun 263 H.
b. Guru
Kurang lebih berjumlah 55 orang, diantaranya:
1) Muhammad bin Al-fadl
2) Zaid bin Al-Habbab
3) Sulaiman bin Al-Harb
4) Muhammad bin Bilal
c. Murid
Kurang lebih berjumlah 27 orang, diantaranya:
1) Imam Al-Nasai
2) Imam Ibnu Majah
3) Ibrahim bin Abi Thalib
4) Abdullah bin Abdurrahman Al-Darimi
C. Kesimpulan
Dari hasil pencarian yang dilakukan oleh penulis mengenai kualitas hadits tentang
perkara halal yang dibenci oleh Allah adalah Thalaq, dapat disimpulkan sebagai berikut:
1. Dilihat dari jumlah perawinya hadits tersebut termasuk Hadits Ahad. Karena perawinya
tidak mencapai tingkat mutawatir.
2. Sedangkan kualitas matannya adalah Shahih, karena tidak ditemukan illat dan syadz.
3. Berdasarkan data di atas dapat ditentukan bahwa hadits utama tersebut dari segi sanad
telah memenuhi asas ketersambungan sanad tanpa mengalami keterputusan perawi,
karena perowi yang meriwayatkannya memiliki hubungan guru dan murid, sehingga
dapat disimpulkan hadits ini merupakan hadits Masyhur Shahih dari segi sanad. Hal ini
jika didasarkan pada kriteria yang dibuat oleh Subhi Shalih bahwa yang disebut hadits
masyhur adalah hadits yang diriwayatkan oleh tiga orang lebih dalam setiap thabaqatnya.
4. Sebagian ulama berhujjah dengan hadits ini dengan menyatakan bahwa ia hadits yang
Shahh dan Muttashil (bersambung mata rantai periwayatnya hingga kepada Rasulullah
Sebagian ulama lagi, mengatakan bahwa ia hadits yang Dla'f (Mursal).
A. Penelusuran Hadits
Penelusuran hadis dilakukan ke berbagai buku induk hadis yang masih lengkap sanad dan
matannya. Cara pencariannya dengan metode takhrij dengan menggunakan lafadz-lafadz yang
terdapat dalam matan hadis. Pemilihan metode ini dianggap relatif lebih mudah untuk
menelusuri hadis yang sedang diteliti dengan cara memilih salah satu lafadz yang terdapat
dalam rangkaian matan hadis sebagai kata kunci.
-224
: )
. (.
2. Musnad Abi Yala, bab Musnad Anas bin Malik, juz 3, halaman 188
: :
.
3. Mujam Al-Awshath, 3, halaman 57
-2462
) (.
4. Mujam Al-Shaghir, juz 1, halaman 36
-22
:
.
B. Takhrij Hadits
Fokus penelitian dalam hal ini adalah riwayat imam Ibnu Mjah dengan transmisi
periwayatan seperti terlihat pada bagan di bawah ini:
C. Kesimpulan
Dari hasil pencarian yang dilakukan oleh penulis mengenai kualitas hadits ini, dapat
disimpulkan sebagai berikut:
1. Berdasarkan ketersambungan sanad, ketsiqohan (keadilan dan kedhabitan), dan tidak
adanya syudzuz dan Illat dalam sanad Ibnu Majah tersebut dalam kategori hadits hasan li
ghoirihi karena dikuatkan oleh perawi yang terkenal, sehingga derajat hadits ini
meningkat.
2. Ditinjau dari segi matan ada perbedaan redaksi atau lafal dalam periwayatan hadits,
karena kebanyakan periwayatan hadits dilakukan secara maknawi. Maka perbedaan lafal
hadits menjadi sesuatu yang tidak dapat dihindari dalam periwayatan hadits, sehingga
hadits ini tidak terjadi syudzuz dan Illat disebabkan hanya ada penambahan kalimat yang
sifatnya lebih menguatkan dari makna hadits tersebut. Hadits ini juga tidak bertentangan
dengan Alquran.
3. Dari berbagai definisi keilmuan menurut para ahli, definisi yang cocok dalam konteks
kekinian adalah menurut Imam Khomeini. Imam Khomeini membagi ilmu dari sisi
kemanfaatannya menjadi tiga jenis ilmu, yakni: pertama, ilmu-ilmu yang bermanfaat bagi
perkembangan tahap-tahap eksistensi manusia sebagai tujuan akhir penciptaan. Kedua,
ilmu-ilmu yang merugikan manusia dan membuat manusia melalaikan kewajiban
pokoknya. Ketiga, ilmu-ilmu yang tidak membawa madharat dan tidak pula membawa
manfaat. Kebermanfaatan ilmu terkait erat dengan kegunaannya dalam mendukung
evolusi kemanusiaan manusia menuju kesempurnaan dirinya. Sampai saat ini, manusia
terus menerus berada dalam proses evolusi.
4. Setiap muslim baik laki-laki maupun perempuan wajib menuntut ilmu. Setiap muslim
tidak akan pernah keluar dari tanggungjawabnya untuk mencari ilmu serta tidak ada
wilayah pengetahuan itu yang tercela dalam dirinya sendiri karena ilmu laksana cahaya.
Hadis tentang kewajiban menuntut ilmu bukan hanya sekedar perintah wajib menuntut
saja melainkan juga mengamalkan ilmu tersebut sesuai bidang dan kemampuannya.
5. Hadis ini juga menjelaskan bahwa memberikan ilmu kepada yang bukan ahlinya
merupakan perbuatan yang sia-sia dan hanya akan berakibat kehancuran. Hadis tentang
kewajiban menuntut ilmu ini juga merupakan sarana ibadah dan mendekatkan diri kepada
Allah SWT dengan senantiasa menemukan hakikat ilmu yang sebenarnya. Karena
seorang intelek yang tidak beriman akan dapat membawa kehancuran, baik bagi diri
maupun sesamanya.
A. Penelusuran Hadits
Penelusuran hadis dilakukan ke berbagai buku induk hadis yang masih lengkap sanad dan
matannya. Cara pencariannya dengan metode takhrij dengan menggunakan lafadz-lafadz yang
terdapat dalam matan hadis. Pemilihan metode ini dianggap relatif lebih mudah untuk
menelusuri hadis yang sedang diteliti dengan cara memilih salah satu lafadz yang terdapat
dalam rangkaian matan hadis sebagai kata kunci.
Berdasarkan metode di atas, maka peneliti menggunakan software Al-Maktabah Al-
Symilah. Dengan menggunakan kata kunci yang berbeda ditemukan redaksi yang beragam
pula. Dengan menggunakan kata kunci
ditemukan redaksi hadis
Masing-masing terulang dalam:
1. Shahih Muslim, bab fil Amri bil Quwwah wa Tarkil Ajzi, juz 4, halaman 2052
-2664
:
.
2. Sunan Al-Baihaqi, bab Fadhl Al-Mumin Al-Qawiy, juz 2, halaman 237
20668-
- - :
.
3. Sunan Ibnu Majah, bab At-Tawakkal wa Al-Yaqin, juz 2, halaman 1395
-4168 .
)
. . .
. . (.
4. Sunan Al-NasaI Al-Qubra, bab Ma Yaqulu Idza Ghalabatul Amr, juz 6, hal. 159
-10457
:
.
B. Takhrij Hadits
Fokus penelitian dalam hal ini adalah riwayat imam Ibnu Mjah dengan transmisi
periwayatan seperti terlihat pada bagan di bawah ini:
.
C. Kesimpulan
Dari hasil pencarian yang dilakukan oleh penulis mengenai kualitas hadits ini, dapat
disimpulkan sebagai berikut:
1. Berdasarkan ketersambungan sanad, ketsiqohan (keadilan dan kedhabitan), dan tidak
adanya syudzuz dan Illat dalam sanad Ibnu Majah tersebut dalam kategori hadits hasan li
ghoirihi karena dikuatkan oleh perawi yang terkenal, sehingga derajat hadits ini
meningkat.
2. Ditinjau dari segi matan ada perbedaan redaksi atau lafal dalam periwayatan hadits,
karena kebanyakan periwayatan hadits dilakukan secara maknawi. Maka perbedaan lafal
hadits menjadi sesuatu yang tidak dapat dihindari dalam periwayatan hadits, sehingga
hadits ini tidak terjadi syudzuz dan Illat disebabkan hanya ada penambahan kalimat yang
sifatnya lebih menguatkan dari makna hadits tersebut. Hadits ini juga tidak bertentangan
dengan Alquran. Sehingga bisa dikatakan kualitas matannya adalah Shahih.
3. Berdasarkan data di atas dapat ditentukan bahwa hadits utama tersebut dari segi sanad
telah memenuhi asas ketersambungan sanad tanpa mengalami keterputusan perawi,
karena perowi yang meriwayatkannya memiliki hubungan guru dan murid, sehingga
dapat disimpulkan hadits ini merupakan hadits Masyhur Shahih dari segi sanad. Hal ini
jika didasarkan pada kriteria yang dibuat oleh Subhi Shalih bahwa yang disebut hadits
masyhur adalah hadits yang diriwayatkan oleh tiga orang lebih dalam setiap thabaqatnya.
4. Sebagian ulama berhujjah dengan hadits ini dengan menyatakan bahwa ia hadits yang
Shahh dan Muttashil (bersambung mata rantai periwayatnya hingga kepada Rasulullah.