Karena seperti kita ketahui bahwa sejak mulai zaman tabi` tabi`in
sudah sangat gencar timbulnya fanatisme terhadap mazhab, sehingga banyak
sekali hadist-hadist palsu yang ditujukan untuk mendukung suatu mazhab.
1
A. Pengertian Ittishal Sanad
Kata اطصلberasal dari kata وصلyang berarti sampai atau datang
ketempat. Sanad bentuk jamaknya ialah اسنا د. Segala sesuatu yang
disandarkan kepada yang lain disebut مسند. Adapun pengertian sanad
secara terminologi, para ahli hadis memberikan definisi yang beragam,
salah satunya ialah rangkaian para perawi yang memindahkan matan dari
sumber primernya.1 Sanad bisa juga diartikan rangkaian mata rantai para
rawi yang meriwayatkan hadist dari yang satu kepada yang lainnya hingga
sampai kepada sumbernya.
Jadi bisa kita simpulkan bahwa ittishal sanad adalah tiap-tiap
periwayat dalam sanad hadist menerima riwayat hadist dari periwayat
terdekat sebelumnya, keadaan itu berlangsung demikian samapai akhir
sanad dan hadist itu.
1
M. Solahudin, Ulumul Hadist, (Bandung: Pustaka Setia, 2009), hlm. 89
2
Utang Ranuwijaya, Ilmu Hadist, (Jakarta: Gaya Media Pratama, cet. 3, 1998), hlm. 98
2
C. Ashahhul Asanid (Sanad-Sanad Paling Shahih)
Ashahhul asanid ialah penuhnya syarat-syarat qabul secara
maksimal dan kesempurnaan para perawinya dalam berbagai kriteria
tertentu. Dalam hal ini ulama berbeda pendapat mengenai hal ini.
Beberapa pendapat diantarnya ialah:
1. Riwayat Ibn Syihab az-Zuhriy dari Salim ibn Abdillah ibn Umar dari
Ibn Umar.
2. Riwayat Sulaiman al-A`masy dari Ibrahim an-Nakha`iy dari Al-qamah
ibn Qais dari Abdullah ibn Mas`ud.
3. Sedangkan Imam Bukhari dan beberapa Ulama lainnya berpendapat,
Riwayat Imam Malik ibn Anas dari Nafi` Maula ibn Umar dari Ibn
Umar. Dan karena Imam asy-Syafi`iy merupakan orang paling utama
yang meriwayatkan dari Imam Malik, dan Imam Ahmad merupakan
orang paling utama yang meriwayatkan dari Imam Syafi`iy, maka
sebagian ulama berpendapat bahwa Ashahhul Asanid ialah riwayat
Imam Ahmad dari Imam Syafi`iy dari Imam Malik dari Nafi` dari Ibn
Umar r.a. inilah yang disebut dengan silsilah adz-Dzahab.3
D. Pengujian Hadist
1. Contoh Teks Hadist
3
Muhammad `Ajaj Al-Khatib, Ushul Al-Hadits, (Jakarta: Gaya Media Pratama, cet. 4, 2007), hlm. 278
4
At-Tarmidzi, Sunan At-Tarmidzi, juz 2 (Beirut: Dar Al-Fikr, 1415 H/1994 M)hlm. 100, no. 586
3
2. Jalur Sanad Hadist
Agar lebih jelas mengenai jalur sanad yang diriwayatkan
oleh Imam Tarmidzi, maka skema jalur sanadnya dapat dilihat
dibawah ini:
رسول هللا
أنس بن مالك
أبو ظالل
عبد العزيز بن مسلم
عبد هللا بن معاوية الجمحي
الترمذي
4
Nama lengakap beliau adalah Anas bin Malik bin Nadhir, ia
adalah seorang sahabat yang masyhur.5
b. Abu dhalal
Nama aslinya ialah Hilal bin Abi Hilal. Dan ada juga yang
mengatakan nama Abu Dhalal itu Ibnu Abi Malik. Nama bapaknya
Maimun, ada yang mengatakan Suwaid, dan ada yang mengatakan
Yazid, dan ada yang mengatakan Zayid, Abu Dhalal Al-Qasmali
Al-Bashari Al-A`ma.
5
c. Abdul Aziz bin Muslim
Nama beliau adalah Abdul Aziz bin Muslim Al-Qasmali.
Beliau tinggal di Basrah. Ada pendapat yang mengatakan beliau
berasal dari Marwa.
Menurut Ahmad bin Hambal dan Amru bin Ali, beliau
wafat pada tahun 167 H.
7
Al- Hafidth Al-Muttaqin Jamaluddin Abi Al-Hajjaj Yusuf Al-Mazi, Tahzib Al-Kamal, juz
4(Beirut: Yayasan Risalah, 1418 H) hlm. 530.
6
Menurut Musa dan Harun, beliau wafat di Basrah pada
tahun 243 H.
e. At-Tarmidzi
8
Al- Hafidth Al-Muttaqin Jamaluddin Abi Al-Hajjaj Yusuf Al-Mazi, Tahzib Al-Kamal, juz
4(Beirut: Yayasan Risalah, 1418 H) hlm. 292.
7
Nama beliau adalah Muhammad bin Isa bin Saurah bin
Musa bin Ad-Dihak. Ada juga pendapat lain yang mengatakan
namanya ialah Ibn As-Sakni As-Sulamiy, Abu Isa At-Tarmidzi.
Ada yang berpendapat beliau berasal dari Khurasan, Iraq,
Hijaz, dan semua itu ada disebutkan didalam kitab. Beliau wafat
pada bulan rajab tahun 279 H.
E. Kesimpulan
Jadi, setelah kita menelaah hadist diatas, terbukti bahwa hadist
diatas bersambung sanadnya hingga kepada Rasulullah.
Hadist diatas diklasifikasikan sebagai hadist dhaif disebabkan
dhaifnya Abu Dhalal.
Daftar Pustaka
9
Syihabuddin Ahmad bin Ali bin Hajar Al-Asqalani, Tahzib At-Tahzib, juz 7 (Beirut: Dar Al-Fikr,
1415 H) hlm. 497-498.
8
M. Solahudin, Ulumul Hadist, (Bandung: Pustaka Setia, 2009)