Anda di halaman 1dari 4

BIOGRAFI ULAMA AHLI HADIST

Khalifah ar-Rasyidin
1. Abu Bakr Ash-Shiddiq
2. Umar bin Al-Khaththab
3. Utsman bin Affan
4. Ali bin Abi Thalib Pembaiatan dilakukan pada tanggal 25 Zulhijah 33 H

Al-Abadillah
1. Abdullah bin 'Umar Radhiyallahu 'anhu (wafat 72 H)
2. Ibnu Abbas
3. Ibnu Az-Zubair
4. Ibnu Amr
5. Ibnu Mas’ud
6. Aisyah binti Abubakar
7. Ummu Salamah
8. Zainab bint Jahsy
9. Anas bin Malik
10. Zaid bin Tsabit
11. Abu Hurairah
12. Jabir bin Abdillah
13. Abu Sa’id Al-Khudri
14. Mu’adz bin Jabal
15. Abu Dzarr al-Ghifari
16. Sa’ad bin Abi Waqqash
17. Abu Darda’

Para Tabi’in
1. Sa’id bin aL-Musayyab (wafat 94 H)
2. Urwah bin Zubair
3. Sa’id bin Jubair
4. Ali bin Al-Husain Z.A
5. Muhammad
6. Ubaidullah
7. Salim
8. Al-Qasim
9. Al-Hasan Al-Bashri
10. Muhammad bin Sirin
11. Umar bin Abdul Aziz
12. Nafi’ bin Hurmuz
13. Muhammad
14. Ikrimah
15. Asy Sya’by
16. Ibrahim an-Nakha’iy
17. Alqamah

Para Tabi’ut tabi’in

1. Malik bin Anas lahir pada tahun 93 H Nama lengkapnya adalam Malik bin Anas Abi Amir al Ashbahi, dengan julukan Abu
Abdillah.

Ia lahir pada tahun 93 H, Ia menyusun kitab al Muwaththa, dan dalam penyusunannya ia menghabiskan waktu 40 tahun, selama
waktu itu, ia menunjukan kepada 70 ahli fiqh Madinah.

Kitab tersebut menghimpun 100.000 hadits, dan yang meriwayatkan al Muwaththa’ lebih dari seribu orang, karena itu naskahnya
berbeda beda dan seluruhnya berjumlah 30 naskah, tetapi yang terkenal hanya 20 buah. Dan yang paling masyur adalah
riwayat dari Yahya bin Yahyah al Laitsi al Andalusi al Mashmudi.

Sejumlah ‘Ulama berpendapat bahwa sumber sumber hadits itu ada tujuh, yaitu Al Kutub as Sittah ditambah Al Muwaththa’. Ada
pula ulama yang menetapkan Sunan ad Darimi sebagai gantiAl Muwaththa’. Ketika melukiskan kitab besar ini, Ibn Hazm
berkata,” Al Muwaththa’ adalah kitab tentang fiqh dan hadits, aku belum mnegetahui bandingannya.

Hadits hadits yang terdapat dalam al Muwaththa’ tidak semuanya Musnad, ada yang Mursal, mu’dlal dan munqathi. Sebagian
‘Ulama menghitungnya berjumlah 600 hadits musnad, 222 hadits mursal, 613 hadits mauquf, 285 perkataan tabi’in, disamping
itu ada 61 hadits tanpa penyandara, hanya dikatakan telah sampai kepadaku” dan “ dari orang kepercayaan”, tetapi hadits hadits
tersebut bersanad dari jalur jalur lain yang bukan jalur dari Imam Malik sendiri, karena itu Ibn Abdil Bar an Namiri menentang
penyusunan kitab yang berusaha memuttashilkan hadits hadits mursal , munqathi’ dan mu’dhal yang terdapat dalam al
Muwaththa’ Malik.

Imam Malik menerima hadits dari 900 orang (guru), 300 dari golongan Tabi’in dan 600 dari tabi’in tabi’in, ia meriwayatkan hadits
bersumber dari Nu’main al Mujmir, Zaib bin Aslam, Nafi’, Syarik bin Abdullah, az Zuhry, Abi az Ziyad, Sa’id al Maqburi dan
Humaid ath Thawil, muridnya yang paling akhir adalah Hudzafah as Sahmi al Anshari.

Adapun yang meriwayatkan darinya adalah banyak sekali diantaranya ada yang lebih tua darinya seperti az Zuhry dan Yahya
bin Sa’id. Ada yang sebaya seperti al Auza’i., Ats Tsauri, Sufyan bin Uyainah, Al Laits bin Sa’ad, Ibnu Juraij dan Syu’bah bin
Hajjaj. Adapula yang belajar darinya seperti Asy Safi’I, Ibnu Wahb, Ibnu Mahdi, al Qaththan dan Abi Ishaq.
An Nasa’I berkata,” Tidak ada yang saya lihat orang yang pintar, mulia dan jujur, terpercaya periwayatan haditsnya melebihi
Malik, kami tidak tahu dia ada meriwayatkan hadits dari rawi matruk, kecuali Abdul Karim”.

(Ket: Abdul Karim bin Abi al Mukharif al Basri yang menetap di Makkah, karena tidak senegeri dengan Malik, keadaanya tidak
banyak diketahui, Malik hanya sedikit mentahrijkan haditsnya tentang keutamaan amal atau menambah pada matan).

Sedangkan Ibnu Hayyan berkata,” Malik adalah orang yang pertama menyeleksi para tokoh ahli fiqh di Madinah, dengan fiqh,
agama dan keutamaan ibadah”.

Ia wafat pada tahun 179 H


Disalin dari Biografi Malik bin Anas ad Dibaj al Madzhab 17:30, Tahdzib at Tahdzib 10/5 karya Ibnu Hajar asqalani.

Shaza Studio
1. Al-Auza’i
2. Sufyan
3. Sufyan bin Uyainah
4. Al-Laits bin Sa’ad
5. Syu’bah ibn A-Hajjaj
6. Abu Hanifah An-Nu’man Abu Hanifah (wafat 150 H) Nama sebenarnya adalah An-Nu’man bin Tsabit bin Zutha. Ia bekas hamba sahaya Taimullah bin Tsa’labah al-
Kufi. Ia berasal dari Persia. Abu Hanifah seorang Tabi’in karena pernah melihat beberapa sahabat seperti Anas bin Malik, Sahl bin Sa’ad as-Sai’di, Abdullah bin Abi
Aufa dan Abu Thufail Amir bin Watsilah. Ia meriwayatkan dari sebagian mereka. Bahkan ada Ulama yang mengatakan bahwa ia meriwayatkan dari mereka. Abu
Hanifah belajar fiqh dan hadist dari ‘Atha’, Nafi’ ibn Hurmuz, Hammad bin Abi Sulaiman, Amr bin Dinar, dan lainnya. Yang meriwayatkan darinya adalah para
muridnya seperti Abu Yusuf, Zuhfar, Abu Muthi’ al-Balkhi, Ibnul Mubarak, al-Hasan bin Ziyad, Dawud at-Tha’I dan Waki’. Para Ulama memberi kesaksian akan
keluasan ilmu fiqh dan kekuatan Hujjah. Imam Syafi’I berkata:”Dalam hal ilmu Fiqh, ada pada Abu Hanifah”. Al-Laits bin Sa’ad berkata:” Aku pernah menghadap
Imam Malik di Madinah, lalu aku bertanya kepadanya:’ aku lihat anda mengusap keringat dikening anda.’. Malik menjawab:” Aku berkeringat bersama Abu Hanifah,
Dia benar benar ahli fiqh”. Ibnul Mubarak berkata:’ Orang yang paling mengerti fiqh, aku belum pernah melihat orang seperti dia, andaikata Allah tidak
menolongku melalui Abu Hanifah niscaya aku seperti kebanyakan orang. Dia adalah seorang dermawan dan ahli menyelami berbagai masalah”. Muhammad bin
Mahmud mengumpulkan 15 hadits Musnadnya. Dalam kitabnya al-Atsar karya muridnya yang bernama Muhammad bin al-Hasan banyak didapati hadits yang
dikutib oleh Muhammad bersumber darinya. Abu Hanifah seorang yang sangat takwa, untuk membiayai hidupnya ia bekerja sendiri dan tidak mau menerima
pemberian para ulama. Abu Ja’far pernah memaksanya untuk menjadi Qadli tetapi Abu Hanifah menolaknya dan Ia meninggal di penjara Baghdad pada tahun
150H. Disalin dari Biografi Abu Hanifah dalam Tarikh Baghdad: al-Khatib Baghdadi13/323 Shaza Studio

Atba’ Tabi’it Tabi’in


1. Abdullah Bin Al-Mubarak (118-181 H)
2. Waki’ bin Al-Jarrah
3. Abdurrahman bin Mahdy
4. Yahya
5. Imam Syafi’i

Murid Generasi I
1. Ahmad bin Hambal lahir tahun 164 Hijriyah
2. Yahya bin Ma’in
3. Ali bin Al-Madini
4. Abu Bakar
5. Ibnu Rahawaih
6. Ibnu Qutaibah

Murid Generasi II
1. Imam Bukhari (194-256H)
2. Muslim
3. Ibnu Majah
4. Abu Hatim
5. Abu Zur’ah
6. Abu Dawud
7. At-Tirmidzi
8. An Nasa’i

Murid Generasi III


1. Ibnu Jarir Ath Thabary (Wafat 310 H)
2. Ibnu Khuzaimah
3. Muhammad Ibn Sa’ad
4. Ad-Daruquthni
5. Ath-Thahawi
6. Al-Ajurri
7. Ibnu Hibban
8. Ath Thabarany
9. Al-Hakim An-Naisaburi
10. Al-Lalika’i
11. Al-Baihaqi
12. Al-Khathib Al-Baghdadi
13. Ibnu Qudamah A

Murid Generasi IV
1. Ibnu Daqiq Al-‘Ied (wafat 702 H)
2. Ibnu Taimiyah
3. Al-Mizzi
4. Imam Adz-Dzahabi
5. Imam Ibnul-Qoyyim
6. Ibnu Katsir
7. Asy-Syathibi
8. Ibnu Rajab

Generasi V
1. Imam Ash Shan’ani (wafat 1182 H)
2. Muhammad
3. Muhammad Shiddiq
4. Al-Mubarakfuri
5. Abdurrahman As-Sa`di
6. Ahmad Syakir
7. Muhammad bin Ibrahim
8. Muhammad Amin
9. Muhammad N
10. Abdul Aziz
11. Hammad Al-Anshari
12. Hamud At-Tuwaijiri
13. Muhammad Al-Jami
14. Muhammad bin Shalih
15. Muqbil
16. Shalih
17. Abdul Muhsin
18. Syaikh Rabi’ dilahirkan pada akhir tahun 1351 H.
Syaikh Rabi’ bin Hadi Umair Al-Madkhali Nama dan nasab beliau

Beliau adalah Asy-Syaikh Al-‘Allamah Al-Muhaddits Rabi’ bin Hadi bin Muhammad ‘Umair Al-Madkhali, berasal dari suku Al-Madakhilah yang terkenal di Jaazaan, sebuah
daerah di sebelah selatan Kerajaan Arab Saudi. Suku ini termasuk keluarga Bani Syubail, sedangkan Syubail adalah anak keturunan Yasyjub bin Qahthan.

Kelahiran beliau

Syaikh Rabi’ dilahirkan di desa Al-Jaradiyah, sebuah desa kecil di sebelah barat kota Shamithah sejauh kurang lebih tiga kilometer dan sekarang telah terhubungkan dengan
kota tersebut. Beliau dilahirkan pada akhir tahun 1351 H. Ayah beliau meninggal ketika beliau masih berumur sekitar satu setengah tahun, beliau tumbuh berkembang di
pangkuan sang ibu -semoga Allah Ta’ala merahmatinya. Sang ibu membimbing dan mendidik beliau dengan sebaik-baiknya, mengajarkan kepada beliau akhlak yang terpuji,
berupa kejujuran maupun sifat amanah, juga memotivasi putranya untuk menunaikan shalat dan meminta beliau menepati penunaian ibadah tersebut. Selain pengasuhan
ibunya, beliau diawasi dan dibimbing pula oleh pamannya (dari pihak ayah).

Perkembangan Keilmuan

Ketika Syaikh Rabi’ berusia delapan tahun, beliau masuk sekolah yang ada di desanya. Di sekolah tersebut beliau belajar membaca dan menulis. Termasuk guru yang
membimbing beliau dalam belajar menulis adalah Asy-Syaikh Syaiban Al-‘Uraisyi, Al-Qadli Ahmad bin Muhammad Jabir Al-Madkhali dan dari seseorang yang bernama
Muhammad bin Husain Makki yang berasal dari kota Shibya’. Syaikh Rabi’ mempelajari Al Qur`an di bawah bimbingan Asy-Syaikh Muhammad bin Muhammad Jabir Al-
Madkhali disamping belajar ilmu tauhid dan tajwid.

Setelah lulus, beliau melanjutkan studi ke Madrasah As-Salafiyyah di kota Shamithah. Termasuk guru beliau di madrasah tersebut adalah Asy-Syaikh Al-‘Alim Al-Faqih Nashir
Khalufah Thayyasy Mubaraki rahimahullah, seorang alim kenamaan yang termasuk salah satu murid besar Asy-Syaikh Al-Qar’awi rahimahullah. Di bawah bimbingannya,
Syaikh Rabi’ mempelajari kitab Bulughul Maram dan Nuzhatun Nadhar karya Al-Hafidh Ibnu Hajar rahimahullah Ta’ala.

Kemudian beliau belajar di Ma’had Al-‘Ilmi di Shamithah kepada sejumlah ulama terkemuka, yang paling terkenal adalah Asy-Syaikh Al-‘Allamah Al-Masyhur Hafidh bin
Ahmad Al-Hakami rahimahullah Ta’ala dan saudaranya Fadlilatusy Syaikh Muhammad bin Ahmad Al-Hakami, juga kepada Asy-Syaikh Al-‘Allamah Al-Muhaddits Ahmad bin
Yahya An-Najmi hafidhahullah. Di ma’had tersebut beliau belajar akidah kepada Asy-Syaikh Al-’Allamah Doktor Muhammad Amman bin ‘Ali Al-Jami. Demikian pula kepada
Asy-Syaikh Al-Faqih Muhammad Shaghir Khamisi, beliau mempelajari ilmu fikih dengan kitab Zaadul Mustaqni’ dan kepada beberapa orang lagi selain mereka, di mana
Syaikh mempelajari ilmu bahasa Arab, adab, ilmu Balaghah dan ilmu ‘Arudl (cabang-cabang ilmu bahasa Arab-pent.)

Tahun 1380 H seusai ujian penentuan akhir, beliau lulus dari Ma’had Al-‘Ilmi di kota Shamithah dan di awal tahun 1381 H beliau masuk ke Fakultas Syari’ah di Riyadl selama
beberapa waktu lamanya, sekitar satu bulan, satu setengah atau dua bulan saja. Ketika Universitas Islam Madinah berdiri, beliau pindah ke sana dan bergabung di Fakultas
Syari’ah. Beliau belajar di Universitas tersebut selama empat tahun dan lulus darinya pada tahun 1384 H dengan predikat cumlaude.

Diantara guru-guru beliau di Universitas Islam Madinah adalah:

Mufti besar Kerajaan Arab Saudi, Samahatusy Syaikh Al-‘Allamah ‘Abdul ‘Aziz bin ‘Abdillah bin Baz rahimahullah Ta’ala, kepada beliau Syaikh Rabi’ mempelajari Aqidah
Thahawiyah.
Fadlilatusy Syaikh Al-‘Allamah Muhammad Nashiruddin Al-Albani, mempelajari bidang ilmu hadits dan sanad.
Fadlilatusy Syaikh Al-‘Allamah ‘Abdul Muhsin Al-‘Abbad, mempelajari ilmu fikih tiga tahun lamanya dengan kitab Bidayatul Mujtahid.
Fadlilatusy Syaikh Al-‘Allamah Al-Hafidh Al-Mufassir Al-Muhaddits Al-Ushuli An-Nahwi wal Lughawi Al-Faqih Al-Bari’ Muhammad Al-Amin Asy-Syinqithi, penulis tafsir
Adlwaul Bayan, kepada beliau Syaikh Rabi’ mempelajari ilmu tafsir dan ushul fikih selama empat tahun.
Asy-Syaikh Shalih Al-‘Iraqi, belajar akidah.
Asy-Syaikh Al-Muhaddits ‘Abdul Ghafar Hasan Al-Hindi, belajar ilmu hadits dan mushthalah.
Setelah lulus, beliau menjadi dosen di almamater beliau di Universitas Islam Madinah selama beberapa waktu, kemudian beliau melanjutkan studi ke tingkat pasca sarjana
dan berhasil meraih gelar master di bidang ilmu hadits dari Universitas Al-Malik ‘Abdul ‘Aziz cabang Mekkah pada tahun 1397 H dengan disertasi beliau yang terkenal,
berjudul Bainal Imamain Muslim wad Daruquthni. Pada tahun 1400 H beliau berhasil menyelesaikan program doktornya di Universitas yang sama, dengan predikat *****
laude setelah beliau menyelesaikan tahqiq (penelitian, komentar –pent.) atas kitab An-Nukat ‘ala Kitab Ibni Ash-Shalah, karya Al-Hafidh Ibnu Hajar rahimahullahu Ta’ala.

Syaikh Rabi’ kemudian kembali ke Universitas Islam Madinah dan menjadi dosen di Fakultas Hadits. Beliau mengajar ilmu hadits dengan segala bentuk dan cabangnya, serta
berkali-kali menjadi ketua jurusan Qismus Sunnah pada program pasca sarjana dan sekarang beliau menjabat sebagai dosen tinggi. Semoga Allah menganugerahkan kepada
beliau kenikmatan berupa kesehatan dan penjagaan dalam beramal kebaikan.

Sifat dan akhlak beliau

Syaikh Rabi’ hafidzahullah Ta’ala memiliki keistimewaan berupa sifat sangat rendah hati dihadapan saudara-saudaranya, murid-muridnya maupun kepada para tamunya.
Beliau seorang yang sangat sederhana dalam hal tempat tinggal, pakaian maupun kendaraan, beliau tidak menyukai kemewahan dalam semua urusan ini.

Beliau adalah seorang yang selalu ceria, berseri-seri wajahnya dan sangat ramah, membuat teman duduk beliau tidak merasa bosan dengan kata-kata beliau. Majelis beliau
senantiasa dipenuhi dengan pembacaan hadits dan Sunnah serta tahdzir (peringatan-pent.) dari kebid’ahan dan para pelakunya, sehingga orang yang belum mengenal
beliau akan menyangka bahwa tidak ada lagi kesibukan beliau selain hal tersebut.
Syaikh Rabi’ sangat mencintai salafiyyin penuntut ilmu, beliau menghormati dan memuliakan mereka. Beliau berusaha untuk dapat memenuhi kebutuhan mereka sesuai
kemampuan beliau, baik dengan diri sendiri maupun dengan harta. Rumah beliau selalu terbuka untuk para penuntut ilmu, sampai-sampai hampir tidak pernah beliau
menyantap sarapan pagi makan siang maupun makan malam sendirian, karena selalu saja ada pelajar yang mengunjungi beliau. Beliau menanyakan keadaan mereka dan
membantu mereka.

Syaikh Rabi’ termasuk ulama yang sangat bersemangat menyeru kepada Al-Kitab dan As-Sunnah serta akidah salaf, penuh semangat dalam mendakwahkannya dan beliau
adalah pedang Sunnah dan akidah salaf yang amat tajam, yang amat sedikit bandingannya di masa sekarang. Beliau adalah pembela Sunnah dan kehormatan salafus salih di
jaman kita ini, siang dan malam, secara rahasia maupun terang-terangan yang tidak terpengaruh oleh celaan orang-orang yang suka mencela.

Karya-karya beliau

Syaikh Rabi’ memiliki sejumlah karya tulis -Alhamdulillah – beliau hafidzahullah telah membicarakan berbagai bab yang sangat dibutuhkan secara proporsional, terlebih
khusus lagi dalam membantah para pelaku bid’ah dan para pengikut hawa nafsu di jaman yang penuh dengan para perusak namun sedikit orang yang berbuat ishlah
(perbaikan, pent.) Diantara karya beliau :

Bainal Imamain Muslim wad Daruquthni, sejilid besar dan ini merupakan thesis beliau untuk meraih gelar master.
An-Nukat ‘ala Kitab Ibni Ash-Shalah, telah dicetak dalam dua juz dan ini merupakan disertasi program doktoral beliau.
Tahqiq Kitab Al- Madkhal ila Ash-Shahih lil Hakim, juz pertama telah dicetak.
Tahqiq Kitab At-Tawasul wal Wasilah lil Imam Ibni Taimiyyah, dalam satu jilid.
Manhajul Anbiya` fid Da’wah ilallah fihil Hikmah wal ‘Aql.
Manhaj Ahlis Sunnah fii Naqdir Rijal wal Kutub wat Thawaif.
Taqsimul Hadits ila Shahih wa Hasan wa Dla’if baina Waqi’il Muhadditsin wa Mughalithatil Muta’ashibin, sebuah bantahan terhadap ‘Abdul Fatah Abu Ghuddah dan
Muhammad ‘Awamah.
Kasyfu Mauqifi Al-Ghazali minas Sunnah wa Ahliha.
Shaddu ‘Udwanil Mulhidin wa hukmul Isti’anah bi ghairil Muslimin.
Makanatu Ahlil Hadits.
Manhajul Imam Muslim fii Tartibi Shahihihi.
Ahlul Hadits Hum Ath-Thaifah Al-Manshurah An-Najiyah hiwar ma’a Salman Al-‘Audah
Mudzakarah fil Hadits An-Nabawi.
Adlwa` Islamiyyah ‘ala ‘Aqidah Sayyid Quthb wa Fikrihi.
Matha’inu Sayyid Quthb fii Ashhabi Rasulillahi shallallahu ‘alaihi wa sallam.
Al-‘Awashim mimma fii Kutubi Sayyid Quthb minal Qawashim.
Al-Haddul Fashil bainal Haq wal Bathil hiwar ma’a Bakr Abi Zaid.
Mujazafaatul Hiddaad.
Al-Mahajjatul Baidla` fii Himaayatis Sunnah Al-Gharra`.
Jamaa’ah Waahidah Laa Jamaa’aat wa Shiraathun Wahidun Laa ‘Asyaraat, hiwar ma’a ‘Abdirrahman ‘Abdil Khaliq.
An-Nashrul Aziiz ‘ala Ar-Raddil Wajiiz.
At-Ta’ashshub Adz-Dzamim wa Aatsaruhu, yang dikumpulkan oleh Salim Al-‘Ajmi.
Bayaanul Fasaadil Mi’yar, Hiwar ma’a Hizbi Mustatir.
At-Tankiil bimaa fii Taudhihil Milyibaari minal Abaathiil.
Dahdlu Abaathiil Musa Ad-Duwaisy.
Izhaaqu Abaathiil ‘Abdil Lathif Basymiil.
Inqidladlusy Syihb As-Salafiyyah ‘ala Aukaar ‘Adnan Al-Khalafiyyah.
An-Nashihah Hiyal Mas`uliyyah Al-Musytarakah fil ‘Amal Ad-Da’wi, diterbitkan di majalah At-Tau’iyyah Al-Islamiyyah
Al-Kitab was Sunnah Atsaruhuma wa makaanatuhuma wadl Dlarurah ilaihima fii Iqaamatit Ta’liimi fii Madaarisinaa, artikel majalah Al-Jami’ah Al-Islamiyyah, edisi 16.
Hukmul Islam fii man Sabba Rasulallah au Tha’ana fii Syumuli Risaalatihi, artikel koran Al-Qabas Al-Kuwaitiyyah edisi 8576 tahun 9/5/1997.
Syaikh Rabi’ memiliki karya tulis lain di luar apa yang telah disebutkan di sini. Kita memohon kepada Allah agar memberikan pertolongan-Nya untuk menyempurnakan
usaha-usaha kebaikan yang beliau lakukan dan semoga Allah memberikan taufik kepada beliau kepada perkara-perkara yang dicintai dan diridlai-Nya, Dia-lah penolong
semua itu dan maha mampu atasnya.

Dinukil dari Mauqi’ Asy-Syaikh Rabi’ hafidzahullah.

Shaza Studio

Anda mungkin juga menyukai